Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konsumsi Pangan Sumber Lemak Dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi Pada Mahasiswa IPB

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI PANGAN
SUMBER LEMAK DENGAN KEJADIAN SINDROM
PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWA IPB

AVIANI HARFIKA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Aktivitas
Fisik dan Konsumsi Pangan Sumber Lemak dengan Kejadian Sindrom
Pramenstruasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015

Aviani Harfika
NIM I14110095

ABSTRAK
AVIANI HARFIKA. Hubungan Aktivitas Fisik dan Konsumsi Pangan Sumber
Lemak dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi pada Mahasiswa IPB. Dibimbing
oleh IKEU TANZIHA.
Sindrom Pramenstruasi (PMS) adalah sekumpulan gejala baik fisik
maupun psikologis yang muncul 7-14 hari sebelum menstruasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan
konsumsi pangan sumber lemak terhadap kejadian sindrom pramenstruasi. Desain
penelitian ini adalah cross sectional study. Subjek penelitian berjumlah 59 orang.
Pemilihan subjek dilakukan dengan purposive sampling yang memenuhi kriteria
inklusi. Hasil uji Kruskal-Wallish menunjukkan terdapat perbedaan signifikan
antara usia subjek (p=0.05), keteraturan menstruasi (p=0.017) dan tingkat

konsumsi lemak (p=0.000) terhadap kategori sindrom pramenstruasi. Hasil uji
Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas
fisik dan keluhan sindrom pramenstruasi (r=-0.107, p=0.418). Hasil uji Pearson
menunjukkan terdapat hubungan signifikan positif antara konsumsi lemak dan
kejadian sindrom pramenstruasi (r=0.667, p=0.000). Hal ini menunjukkan
semakin tinggi konsumsi lemak maka semakin tinggi kejadian sindrom
pramenstruasi.
Kata kunci: aktivitas fisik, keluhan, konsumsi lemak, PMS, sindrom
pramenstruasi

ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze correlation between physical
activity and consumption of fat source food with premenstrual syndrom. The
study design was a cross sectional study. Total of subjects 59 peoples. Subjects
were selected with purposive sampling and inclusion criteria. Result of KruskalWallish test showed significant different between the age of the subject (p=0.05),
menstrual regularity (p=0.017) and fat consumption level (p=0.000) with subject
categories PMS. Result of Spearman test showed there were not significant
correlation between physical activity and premenstrual syndrome (r=-0.107,
p=0.418). Result of Pearson test showed there were significant positive
correlation between consumption of fat and premenstrual syndrome (r=0667,

p=0.000). It showed that fat consumption increased, incidence of premenstrual
syndrome also increased.
Keywords: complaints, consumption of fat, physical activity, PMS, premenstrual
syndrome

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI PANGAN
SUMBER LEMAK DENGAN KEJADIAN SINDROM
PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWA IPB

AVIANI HARFIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Hubungan Aktivitas Fisik dan Konsumsi Pangan Sumber
Lemak dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi pada
Mahasiswa IPB
: Aviani Harfika
: I14110095

Disetujui oleh

Prof.Dr.Ir. Ikeu Tanziha, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr. Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul hubungan
aktivitas fisik dan konsumsi pangan sumber lemak dengan kejadian sindrom
pramenstruasi pada mahasiswa IPB. Penulis menyampaikan terima kasih kepada
Ibu Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing atas ilmu dan
bimbingan yang telah diberikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
Ibu Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua
dan keluarga atas segala doa dan perhatiannya, teman-teman Gizi Masyarakat
angkatan 48 dan angkatan 49 atas dukungan dan bantuannya dalam pengumpulan
data serta kepada pihak-pihak yang membantu penulis dalam dalam penelitian.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.


Bogor, Mei 2015

Aviani Harfika

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prevalensi Sindrom Pramenstruasi
Karakteristik Subjek berdasarkan Sindrom Pramenstruasi
Sindrom Pramenstruasi
Pengetahuan Sindrom Pramenstruasi
Tingkat stres
Tingkat Aktivitas Fisik
Konsumsi Pangan Sumber Lemak
Analisis Variabel yang Berhubungan dengan Sindrom Pramenstruasi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii

viii
1
1
2
2
3
3
3
5
5
5
5
6
10
10
10
11
13
18
19

21
23
27
30
30
30
31
36
37

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Jenis dan cara pengumpulan data
Jenis variabel, kategori dan kriteria variabel penelitian
Skor keluhan menstruasi
Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR

Sebaran subjek berdasarkan kategori sindrom pramenstruasi
Karakteristik subjek berdasarkan usia, status gizi dan uang saku
Sebaran subjek berdasarkan usia awal menstruasi
Sebaran subjek berdasarkan lama siklus menstruasi
Sebaran subjek berdasarkan lama menstruasi
Sebaran subjek berdasarkan keteraturan menstruasi
Sebaran subjek berdasarkan keluhan sindrom pramenstruasi
Sebaran subjek berdasarkan keluhan sindrom pramenstruasi
Sebaran subjek berdasarkan pengetahuan sindrom pramenstruasi
Sebaran subjek berdasarkan rata-rata skor stres menurut Perceived
Stress Scale (PSS)
Sebaran subjek berdasarkan tingkat stres menurut Perceived Stress
Scale (PSS)
Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik
Sebaran subjek berdasarkan persentase konsumsi pangan sumber
lemak
Sebaran subjek berdasarkan berat rata-rata konsumsi pangan sumber
lemak
Sebaran subjek berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber
lemak
Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan lemak
Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan aktivitas fisik
Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan konsumsi
lemak

6
7
8
8
11
12
13
14
15
16
17
17
19
20
21
22
23
24
25
26
27
29

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat ditentukan dari kualitas
sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia dipengaruhi oleh status gizi,
kesehatan dan pendidikan (Muchtadi 2008). Kesehatan sangat penting terutama
untuk menghasilkan produktivitas kerja pada usia produktif. Riskesdas (2013)
menyatakan bahwa kategori usia wanita produktif atau dewasa adalah >18 tahun.
Wanita usia produktif harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu
dalam kondisi sehat dan terhindar dari berbagai gangguan kesehatan khususnya
masalah reproduksi. Wanita usia produktif sering mengalami masalah reproduksi
terutama perubahan hormonal pada saat menstruasi.
Proses menstruasi umumnya ditandai dengan adanya gangguan hormonal
yaitu hormon estrogen dan progesteron. Gangguan hormonal tersebut akan
berdampak secara psikologis maupun fisik yang disebut sindrom pramenstruasi.
Premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom pramenstruasi adalah gangguan
gejala secara fisik maupun psikologis yang muncul pada fase akhir luteal.
Prevalensi sindrom pramenstruasi sampai saat ini belum diketahui tetapi sebanyak
15% wanita usia produktif di Amerika Serikat mengalami sindrom pramenstruasi
(Chocano-Bedoya et al. 2011). Penelitian lain tentang sindrom pramenstruasi juga
menunjukkan prevalensi yang tinggi terhadap kejadian sindrom pramenstruasi.
Prevalensi kejadian sindrom pramenstruasi sebesar 95% pada usia wanita
produktif (O’Brien 1993). Penelitian Yonkers et al. (2008) menunjukkan
sebanyak 5-8% wanita mengalami sindrom pramenstruasi berat atau termasuk
dalam kriteria Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD).
Kejadian sindrom pramenstruasi disebabkan oleh berbagai faktor seperti
ketidakseimbangan hormon, usia menarche, status gizi dan asupan zat gizi.
Asupan zat gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian
sindrom pramenstruasi. Penelitian Chocano-Bedoya et al. (2012) menunjukkan
asupan mineral yang tercukupi dapat mencegah kejadian sindrom pramenstruasi.
Penelitian Nagata et al. (2005) juga menunjukkan diet tinggi lemak dapat
meningkatkan keluhan sindrom pramenstruasi. Konsumsi pangan hewani dan
sayur yang tinggi juga dapat menurunkan tingkat sindrom pramenstruasi
(Fibriastuti 2012). Penelitian yang dilakukan Chocano-Bedoya et al. (2011)
menunjukkan konsumsi pangan sumber tiamin dan riboflavin yang tinggi
menurunkan risiko terjadinya sindrom pramenstruasi.
Aktivitas fisik juga berpengaruh terhadap kejadian sindrom pramenstruasi.
Penelitian Fibriastuti (2012) menunjukkan aktivitas yang tinggi dapat menurunkan
terjadinya sindrom pramenstruasi. Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan
kelenturan dan kelentukan otot. Proses menstruasi menyebabkan kontraksi pada
dinding rahim. Jika memiliki otot yang kuat maka kontraksi yang terjadi akan
berkurang. Aktivitas fisik memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian
pramenstruasi (Fibriastuti 2012).
Penelitian mengenai aktivitas fisik dan asupan zat gizi dengan sindrom
pramenstruasi sudah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian Aldira (2014)
menunjukkan semakin tinggi aktivitas fisik akan menurunkan terjadinya sindrom

2

pramenstruasi. Penelitian Lutfiah (2007) juga menunjukkan adanya hubungan
konsumsi pangan sumber kalsium yang meningkat, akan meningkatkan terjadinya
sindrom pramenstruasi. Penelitian tersebut menggunakan subjek remaja yang
berusia 12-16 tahun atau kategori remaja akhir. Penelitian kejadian sindrom
pramenstruasi pada remaja sudah banyak dilakukan sehingga peneliti tertarik
untuk menghubungkan aktivitas fisik dan konsumsi pangan sumber lemak pada
subjek mahasiswa yang tergolong usia dewasa (>18 tahun) (Riskesdas 2013).

Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini disusun berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan. Prumasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana karakteristik subjek, status gizi, uang saku, usia menarche,
lama siklus menstruasi, lama menstruasi, keteraturan dan jadwal
menstruasi subjek?
2.
Bagaimana keluhan dan pengetahuan subjek terhadap sindrom
pramenstruasi?
3.
Bagaimana tingkat aktivitas fisik dan tingkat stres subjek?
4.
Bagaimana konsumsi pangan sumber lemak subjek?
5.
Bagaimana hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian
pramenstruasi sindrom?
6.
Bagaimana hubungan antara konsumsi pangan sumber lemak terhadap
kejadian pramenstruasi sindrom?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
antara aktivitas fisik dan konsumsi pangan sumber lemak terhadap kejadian
sindrom pramenstruasi.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi karakteristik subjek, status gizi, uang saku, usia
menarche, lama siklus menstruasi, lama menstruasi dan keteraturan
menstruasi subjek.
2.
Menganalisis keluhan dan jenis sindrom pramenstruasi yang dialami
subjek.
3.
Menganalisis pengetahuan subjek terhadap sindrom pramenstruasi.
4.
Menganalisis tingkat aktivitas fisik subjek.
5.
Menganalisis tingkat stres subjek.
6.
Menganalisis konsumsi pangan sumber lemak pada subjek.
7.
Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian
pramenstruasi sindrom.

3

8.

Menganalisis hubungan antara konsumsi pangan sumber lemak terhadap
kejadian pramenstruasi sindrom.

Hipotesis Penelitian

1.
2.

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian sindrom
pramenstruasi.
Terdapat hubungan antara konsumsi pangan sumber lemak terhadap
kejadian sindrom pramenstruasi.

Manfaat Penelitian

1.

2.

3.

Manfaat penelitian ini antara lain:
Bagi masyarakat: penelitian ini sebagai informasi mengenai hubungan
antara aktivitas fisik dan konsumsi pangan sumber lemak dengan kejadian
sindrom pramenstruasi.
Bagi Pemerintah : penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan kebijakan terkait kesehatan dan gizi pada wanita usia
produktif.
Bagi akademisi : penelitian ini sebagai bahan referensi untuk
pengembangan penelitian mengenai sindrom pramenstruasi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Sindrom pramenstruasi adalah suatu gangguan dengan gejala fisik dan
psikologis yang terjadi pada fase luteal siklus menstruasi. Patofisiologi terjadinya
sindrom pramenstruasi masih belum diketahui dengan jelas hingga saat ini.
Wanita dengan sindrom pramenstruasi memiliki periode siklus estrogen dan
progesteron yang berlebihan. Sindrom pramenstruasi berhubungan dengan
ketidakseimbangan hormon, stres dan asupan gizi. Sindrom pramenstruasi
meliputi kecemasan, depresi, nafsu makan meningkat dan perasaan kembung yang
dialami sebelum mulainya menstruasi. Gejala-gejala yang timbul tersebut
umumnya terjadi pada remaja tetapi gejala tersebut juga muncul pada wanita usia
lebih dari 30 tahunan.
Menarche dipengaruhi oleh konsumsi pangan. Semakin baik konsumsi
pangan maka menarche semakin awal. Usia awal menstruasi (menarche) pada
usia 12-13 tahun. Lama menstruasi juga berpengaruh terhadap kejadian sindrom
pramenstruasi. Lama menstruasi berkisar selama 3-9 hari, lama siklus menstruasi
berkisar 25-30 tahun dan sebagian besar subjek mengalami menstruasi yang
terlambat. Status gizi memiliki hubungan dengan kejadian menstruasi. Terdapat
hubungan status gizi terhadap usia menarche. Faktor genetik juga diduga
berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Hampir 50% wanita yang

4

mengalami sindrom pramenstruasi memiliki anak yang mengalami gejala-gejala
sindrom pramenstruasi baik ringan maupun berat. Ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron juga berpengaruh dengan kejadian sindrom
pramenstruasi. Sindrom pramenstruasi juga berhubungan dengan Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH). Aktivitas fisik berhubungan dengan siklus
menstruasi. Aktivitas fisik yang sering setiap minggu dapat mengurangi gejala
dari sindrom pramenstruasi. Aktivitas fisik dapat mengurangi jangka waktu siklus
hormon estrogen dan progesteron yang tidak stabil pada menstruasi.
Gaya hidup merupakan faktor yang meningkatkan kejadian sindrom
pramenstruasi termasuk stres, jumlah kegiatan fisik yang rendah, diet tinggi gula,
garam, lemak alkohol dan kafein. Stres memiliki hubungan yang signifikan
terhadap asupan gizi. Kekurangan magnesium menyebabkan sindrom
pramenstruasi yang ditunjukkan dengan tingkat magnesium dalam darah rendah.
Konsumsi lemak yang tinggi terutama dari asam lemak esensial juga berpengaruh
dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Tingkat asam lemak yang tinggi dalam
darah ditemukan pada wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi.

Karakteristik subjek
-

Usia, uang saku, status gizi
Usia menarche
Lama siklus menstruasi
Lama menstruasi
Keteraturan menstruasi

Konsumsi pangan

Pangan sumber lemak

Status gizi

Aktivitas fisik
- Hormon
- Genetik

Sindrom
Pramenstruasi

Tingkat Stres

Keterangan:
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang diteliti
= hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Hubungan aktivitas fisik dan konsumsi pangan sumber lemak dengan
kejadian sindrom pramenstruasi

5

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional study.
Penelitian ini dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan lingkungan
kampus merupakan pusat kegiatan mahasiswa. Penelitian berlangsung pada bulan
Februari-Maret 2015.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa putri semester enam yang
berasal dari Departemen Gizi Masyarakat (GM). Pemilihan subjek dipilih karena
tergolong dalam kategori usia dewasa >18 tahun (Riskesdas 2013). Total subjek
minimal dalam penelitian ini adalah sebesar 49 orang. Pemilihan dilakukan
dengan purposive sampling dengan penentuan jumlah subjek minimal yang
dihitung berdasarkan rumus Lameshow dan David (1997).
n
n

( Z1   ) 2 ( p)(1  p)
d2

 

(1.96) (0.85)(1  0.85)
0.12
2





n ≥ 49 subjek

Keterangan:
n
: Jumlah subjek minimum
Z1-α : Tingkat kepercayaan 95%= 1.96
P
: Proporsi kejadian sindrom pramenstruasi 85%= 0.85
d
: Presisi 10% (0.1)
Total subjek dalam penelitian ini adalah 59 orang. Kriteria inklusi subjek
yang mengikuti penelitian ini adalah: 1) Mahasiswa putri IPB Departemen Gizi
Masyarakat semester enam; 2) Mahasiswa yang telah menstruasi dan mengalami
sindrom pramenstruasi; 3) Mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah terkait
sindrom pramenstruasi (patofisiologi); 4) Bersedia mengikuti penelitian dari awal
hingga akhir pengambilan data.

Jenis dan Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer meliputi karakteristik subjek sepeti usia, menarche, lama siklus
menstruasi, lama menstruasi dan keluhan menstruasi menggunakan kuesioner.
Data konsumsi pangan sumber lemak diperoleh menggunakan Food Frequency

6

Quesionaire (FFQ) semi kuantitatif selama satu bulan terakhir. Tingkat aktivitas
fisik menggunakan recall aktivitas 2x24 jam (hari libur dan hari kuliah). Tingkat
stres menggunakan kuesioner perceived stress scale.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No

Variabel

1

Karakterisitik subjek:
- Usia subjek
- Berat badan
- Tinggi badan
Menstruasi:
- Usia menarche
- Lama menstruasi
- Lama siklus
menstruasi
- Keteraturan
menstruasi
Keluhan menstruasi
Pengetahuan sindrom
pramenstruasi
Aktivitas fisik:
- Tingkat aktivitas
fisik
Tingkat stres
Konsumsi pangan
sumber lemak

2

3
4
5

6
7

Jenis data

Cara Pengumpulan
Data
Wawancara,
penimbangan berat
badan, pengukuran
tinggi badan

Kuesioner,
timbangan
digital,
microtoise

Wawancara

Kuesioner

Rasio
Nominal

Wawancara
Wawancara

Kuesioner
Kuesioner

Rasio

Wawancara

Rasio
Rasio

Wawancara
Wawancara

Kuesioner,
recall aktivitas
2x24 jam
Kuesioner
Food
Frequency
Quesionaire
(FFQ) semi
kuantitatif

Rasio

Rasio
Ordinal
Ordinal

Alat Ukur

Nominal

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, entry, cleaning,
dan analisis. Data analisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensia.
Program yang digunakan adalah software Microsoft Excel 2007 dan Statistical
Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16.0. Data yang diolah
menggunakan statistik deskriptif yaitu usia, status gizi, menarche, lama siklus
menstruasi, lama menstruasi, keluhan dan jenis menstruasi, pengetahuan sindrom
pramenstruasi, tingkat aktivitas fisik, tingkat stres dan konsumsi pangan sumber
lemak. Data yang diolah menggunakan statistik inferensia yaitu hubungan
aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi dan hubungan konsumsi
pangan sumber lemak dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada subjek. Uji
beda yang digunakan adalah uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Korelasi
Pearson dan Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara aktivitas

7

fisik terhadap kejadian pramenstruasi sindrom dan hubungan konsumsi pangan
sumber lemak terhadap kejadian pramenstruasi sindrom.
Tabel 2 Jenis variabel, kategori dan kriteria variabel penelitian
No
Jenis Variabel
1 Status gizi berdasarkan
IMT (WHO 2004)

2

Lama siklus menstruasi

3

Lama menstruasi

4

Tingkat keluhan
menstruasi
(Jones et al.1996)

5

Tingkat pengetahuan
sindrom pramenstruasi
(Khomsan 2000)
Tingkat aktivitas fisik
(PAL)
(FAO/WHO/UNU 2001)
Tingkat stres (Cohen dan
Williamson 1988)

6

7

8

Tingkat konsumsi lemak
(Depkes 1996)

Kategori
Kurus
Normal
Overweight
Obesitas
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Tidak ada keluhan
Ringan
Sedang
Berat
Rendah
Sedang
Tinggi
Ringan
Sedang
Berat
Stres rendah
Stres sedang
Stres tinggi
Defisit berat
Defisit sedang
Defisit ringan
Normal
Lebih

Kriteria
30 hari
< 3 hari
3-9 hari
>9 hari
Skor 0
Skor 1-4
Skor 6-12
Skor >12
< 60% jawaban benar
60%-80% jawaban benar
>80% jawaban benar
1.40-1.69
1.70-1.99
2.00-2.39
Skor 0-13
Skor 14-26
Skor 27-40
< 70% AKG
70-79% AKG
80-89% AKG
90-119% AKG
≥ 120% AKG

Keluhan menstruasi dikategorikan berdasarkan jumlah total keluhan
menstruasi yang dialami oleh subjek. Kriteria skor 0 menandakan tidak ada
keluhan, kriteria skor 1-4 termasuk kategori sindrom pramenstruasi ringan, skor 612 kategori sindrom pramenstruasi sedang dan skor > 12 kategori sindrom
pramenstruasi berat. Jumlah skor didapatkan dari hasil penjumlahan jenis keluhan
menstruasi.

8

Tabel 3 Skor keluhan menstruasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total

Jenis Keluhan
Sakit keram di bawah perut
Sakit kepala/pusing
Mual
Muntah
Sakit pada payudara
Sakit pinggang
Lesu
Jerawat
Lebih emosional
Lain-lain

Skor
3
3
3
3
2
2
2
1
1
1
21

Sumber: Jones et al. (1996)

Skor keluhan menstruasi menurut Jones et al. (1996) keluhan sebelum
menstruasi dikategorikan sebagai keluhan berat sehingga diberi skor 3 yang terdiri
dari sakit keram di bawah perut, sakit kepala/pusing, mual dan muntah. Keluhaan
saat terjadinya menstruasi diberi skor 2 seperti sakit pada payudara, sakit
pinggang dan lesu. Keluhan ringan diberi skor 1 seperti pada keluhan jerawat,
lebih emosional dan keluhan lainnya.
Tingkat aktivitas fisik dihitung berdasarkan Physical Activity Level (PAL)
yaitu jumlah energi yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas selama 24 jam.
Physical Activity Ratio (PAR) jumlah energi yang dikeluarkan untuk satu jenis
kegiatan dalam waktu tertentu. Jenis aktivitas fisik subjek dikategorikan
berdasarkan jenis kategori PAR.
Tabel 4 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR
Jenis Aktivitas
Tidur

Tidur
Kuliah

Kegiatan ringan

Kebersihan
diri
Makan
Ibadah

Waktu luang

Tidur
Kuliah/seminar/praktikum
Mengerjakan tugas/belajar
Mengobrol/diskusi/rapat
Mandi/berpakaian/dandan
Makan
Ibadah/sholat
Berbisnis/dagang
Bermain laptop/internet
Menonton TV/film
Membaca
Mendengarkan radio/music
Bermain game
Duduk

PAR
(perempuan)
1
1.5
1.5
1.4
2.3
1.5
1.5
1.4
1.8
1.72
2.5
1.43
1.75
1.2

9

Tabel 4 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR (Lanjutan)
Jenis Aktivitas

Kegiatan sedang

Bepergian

Pekerjaan
rumah tangga

Kegiatan berat

Olahraga

Naik mobil/motor/angkot
Mengendarai mobil
Mengendarai motor
Ke pesta
Ke pasar/warung
Shopping/belanja
Bersepeda
Berjalan tanpa beban
Memasak
Membereskan rumah
Mengepel
Menyetrika
Mencuci baju
Mencuci piring
Menyapu
Membawa beban
Aerobik
Basket
Sepak bola/futsal
Berenang
Voli
Tenis/badminton

PAR
(perempuan)
1.2
2.0
2.7
1.4
4.6
4.6
3.6
3.2
2.1
2.8
4.4
1.7
2.8
1.7
2.3
2.2
4.2
7.74
8.0
1.4
6.06
5.92

Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)

Nilai Physical Activity Level (PAL) diperoleh dengan mengalikan bobot
jenis kegiatan pada PAR dengan waktu yang digunakan untuk melakukan
kegiatan tersebut. Besarnya nilai Physical Activity Level (PAL) ditentukan
berdasarkan rumus FAO/WHO/UNU (2001) dalam Riyadi (2003) sebagai berikut:

PAL =

(PAR x alokasi waktu tiap aktivitas)
24 jam

Keterangan:
PAL = Physical Activity Level
PAR = Physical Activity Ratio

10

Definisi Operasional
Aktivitas Fisik adalah serangkaian kegiatan baik jenis kegiatan dan waktu
kegiatan yang dilakukan selama 24 jam.
Kebiasaan Olahraga adalah serangkaian kegiatan olahraga yang dilakukan
secara terus menerus dalam rentang waktu tertentu.
Konsumsi pangan adalah kegiatan menggunakan atau memanfaatkan pangan
untuk memenuhi kebutuhan.
Lama menstruasi adalah lamanya menstruasi pada satu periode tertentu,
umumnya 3-5 hari.
Lama siklus menstruasi adalah lamanya siklus periode menstruasi yang dihitung
dari dari awal menstruasi sampai waktu menstruasi berikutnya, umumnya
±28 hari.
Menarche adalah usia subjek pada saat pertama kali mengalami menstruasi.
Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik sebagai akibat
tidak terjadinya pembuahan.
Olahraga adalah aktivitas yang bertujuan untuk mancapai kebugaran dan
kesejahteraan jasmani.
Pangan sumber lemak adalah sekumpulan pangan yang mengandung lemak
(lemak jenuh) dan memberikan kontribusi lemak yang besar dalam
memenuhi kebutuhan energi.
Sindrom pramenstruasi adalah gejala yang muncul baik fisik maupun psikologis
yang berhubungan dengan siklus menstruasi, umumnya berlangsung 7-14
hari sebelum menstruasi.
Status gizi adalah kondisi tubuh subjek yang dikategorikan berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT), kategori IMT 18 tahun)
(Riskesdas 2013). Menurut pandey et al. (2013) sindrom pramenstruasi adalah
sekumpulan gejala yang muncul sebelum menstruasi umumnya terjadi 7-14 hari
sebelum menstruasi. Gejala yang umunya muncul antara lain, nyeri pada bagian
bawah perut, wajah berjerawat, nyeri pada bagian payudara dan gangguan

11

emosional atau depresi (Antai et al. 2004). Tabel 5 menunjukkan sebaran subjek
berdasarkan kategori sindrom pramenstruasi.
Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan kategori sindrom pramenstruasi
Total
Kategori sindrom pramenstruasi
n
%
Ringan
11
18.6
Sedang
42
71.2
Berat
6
10.2
Jumlah
59
100
Kategori sindrom pramenstruasi menunjukkan sebanyak 71.2% subjek
termasuk dalam kategori sindrom pramenstruasi sedang, 18.6% termasuk kategori
sindrom pramenstruasi ringan dan 10.2% subjek termasuk kategori sindrom
pramenstruasi berat. Menurut Jones et al. (1996), sindrom pramenstruasi
dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kategori sindrom pramenstruasi ringan
jika memiliki skor total keluhan berjumlah 1-4, kategori sindrom pramenstruasi
sedang jika memiliki skor total 5-12 dan kategori sindrom pramenstruasi berat
jika memiliki total skor keluhan menstruasi >12. Sebagian besar subjek termasuk
kategori sindrom pramenstruasi sedang. Hasil ini sejalan dengan penelitian Aldira
(2014) yang menunjukkan 66.1% subjek termasuk kategori sindrom
pramenstruasi sedang.
Penelitian Pandey et al. (2013) menunjukkan prevalensi sindrom
pramenstruasi pada mahasiswi Gorakhpur sebesar 100% dengan gejala yang
paling sering terjadi adalah lemas/lesu dan nyeri otot. Penelitian Antai et al.
(2004) menunjukkan prevalensi kejadian sindrom pramenstruasi pada mahasiswa
Universitas Calabar Nigeria sebesar 85.5%. Sebanyak 68% subjek termasuk
kategori sindrom pramenstruasi sedang dan mengalami nyeri pada bagian perut.
Penelitian kohort yang dilakukan Potter et al. (2009) menunjukkan sebanyak 8.1%
subjek termasuk kategori sindrom pramenstruasi sedang dengan mengalami 1-5
gejala selama 1-2 tahun terakhir.

Karakteristik Subjek berdasarkan Sindrom Pramenstruasi
Karakteristik subjek penelitian yang diambil pada penelitian terdiri dari
data usia subjek, status gizi dan uang saku. Usia merupakan salah satu
karakteristik subjek yang berhubungan dengan kategori sindrom pramenstruasi.
Usia subjek yang diambil dalam penelitian ini termasuk kategori usia dewasa dan
tergolong wanita usia produktif (Riskesdas 2013). Status gizi subjek berdasarkan
WHO (2004) dikategorikan menjadi kurus, normal, overweight dan obesitas.
Uang saku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran
konsumsi pangan. Tabel 6 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan usia, status
gizi dan uang saku.

12

Tabel 6 Karakteristik subjek berdasarkan usia, status gizi dan uang saku
Kategori sindrom pramenstruasi
Total
Variabel
p
Ringan
Sedang
Berat
n (%)
n (%)
n (%)
n (%)
Usia (tahun)
19
4 (6.8)
4 (6.8)
0 (0.0)
8 (13.6)
0.05*
20
5 (8.5)
33 (55.8)
3 (5.1)
41 (69.4)
21
2 (3.4)
5 (8.5)
3 (5.1)
10 (17.0)
Total
11 (18.6%) 42(71.2%) 6 (10.2%) 59 (100%)
Rata-rata±SD
20.03±0.53
Status gizi
Kurus
0 (0.0)
1 (1.7)
0 (0.0)
1 (1.6)
Normal
9 (15.2)
34 (57.6)
5 (8.5)
48 (81.4)
0.722
Overweight
2 (3.4)
6 (10.2)
0 (0.0)
8 (13.6)
Obesitas
0 (0.0)
1 (1.7)
1 (1.7)
2 (3.4)
Total
11 (18.6)
42 (71.2)
6 (10.2)
59 (100)
Rata-rata±SD
22.27± 2.99
Uang saku per
bulan
< Rp900000
6 (10.1)
14 (23.7)
2 (3.4)
22 (37.2)
0.634
Rp900000 –
4 (6.8)
20 (33.9)
4 (6.8)
28 (47.5)
Rp1200000
> Rp1200000
1 (1.7)
8 (13.6)
0 (0.0)
9 (15.3)
Total
11 (18.6)
42 (71.2)
6 (10.2)
59 (100)
Rata-rata±SD
934746 ± 253865
*Signifikan pada p0.05). Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian Kroll (2010) wanita dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥22.5
kg/m2 akan meningkatkan 1.01 kali kejadian PMS. Penelitian Sheedom et al.
(2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan
sindrom pramenstruasi. Semakin tinggi indeks massa tubuh maka risiko kejadian
sindrom pramenstruasi juga akan meningkat. Perbedaan hasil dengan teori ini
diduga karena sebaran hasil Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagian besar subjek
pada status gizi normal sehingga tidak terdapat perbedaan nyata antara kategori
ringan, sedang dan berat.
Uang saku merupakan jenis pendapatan sementara bagi subjek. Uang saku
juga menentukan jumlah pengeluaran subjek untuk konsumsi pangan. sebagian
besar subjek mendapatan uang saku per bulan sebesar Rp900000 – Rp1200000
(47.5%), subjek yang mendapatkan uang saku < Rp900000 sebanyak 37.2% dan
subjek yang mendapatkan uang saku > Rp1200000 sebanyak 15.3%. Rata-rata
uang saku per bulan subjek adalah sebesar Rp934746. Penelitian Yunieswati
(2014) menyatakan bahwa rata-rata uang saku mahasiswa sebesar Rp945470. Uji
beda menunjukkan hasil p>0.05 yang artinya tidak terdapat perbedaan nyata
antara uang saku terhadap kategori sindrom pramenstruasi. Hal ini dapat
disebabkan tidak semua uang saku digunakan untuk pengeluaran pangan sehingga
tidak terdapat perbedaan nyata terhadap kategori sindrom pramenstruasi.

Sindrom Pramenstruasi
Usia Awal Menstruasi (Menarche)
Menarche adalah usia pada saat pertama kali menstruasi. Menarche terjadi
karena adanya proliferasi dari endometrial sebagai akibat dari meningkatnya
output dari hormon ovarian (Silva 2005). Usia menarche yang tinggi memiliki
hubungan yang signifikan dengan siklus mnstruasi yang tidak normal,
dismenorhea dan sindrom pramenstruasi pada siswa usia 14-19 tahun (Zegeye et
al. 2009). Menarche atau usia awal menstruasi berhubungan dengan kejadian
sindrom pramenstruasi. Tabel 7 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan usia
awal menstruasi.
Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan usia awal menstruasi
Kategori sindrom pramenstruasi
Usia awal
Total
menstruasi
Ringan
Sedang
Berat
(tahun)
n (%)
n (%)
n (%)
n (%)
13.5
4 (6.8)
7 (11.9)
0 (0.0)
11 (18.7)
Total
11 (18.6)
42 (71.2)
6 (10.2)
59 (100)
Rata-rata±SD
12.31±1.34

p

0.192

14

Sebanyak 52.5% subjek mengalami menarche pada usia 12-13.5 tahun.
Rata-rata usia menarche pada remaja putri di Indonesia antara usia 10-15 tahun
(Amaliah et al. 2012). Hasil ini sejalan dengan penelitian Lutfiah (2007) yang
menunjukkan 92% menarche pada subjek siswa SMA antara 10-14 tahun.
Penelitian Aldira (2014) juga menunjukkan 45.8% subjek memiliki menarche
11.9-13.3 tahun. Menurut Cheng et al. (2010) kualitas diet yang baik akan
menyebabkan usia menarche semakin cepat. Remaja putri yang mengonsumsi
banyak protein hewani akan menyebabkan menarche 3-5 tahun lebih cepat. Hal
ini akan berpengaruh terhadap puncak pertumbuhan yang akan lebih cepat
meningkat (Berkey et al. 2000). Uji beda menunjukkan p>0.05 artinya tidak
terdapat perbedaan nyata antara usia awal menstruasi dengan kategori sindrom
pramenstruasi. Penelitian Silva et al. (2008) menunjukkan menarche dibawah 10
tahun dapat meningkatkan risiko kejadian sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian
ini tidak sesuai dengan beberapa teori dapat disebabkan karena faktor-faktor lain
yang lebih mempengaruhi kejadian sindrom pramenstruasi antara lain stres dan
gaya hidup.
Lama Siklus Menstruasi
Lama siklus menstruasi adalah jarak antara waktu mulai menstruasi yang
lalu dengan mulai menstruasi bulan berikutnya. Siklus menstruasi pada umumnya
dikelompokkan menjadi tiga fase yaitu fase follicular (proliferative), ovulasi dan
luteal. Fase follicular (proliferative) merupakan fase yang paling panjang dalam
siklus menstruasi. Fase luteal terjadi selama 14 hari pada siklus normal (Gray
2013). American Academy of Pediatrics and American College of Obstetricians
and Gynecologist (2006) menyatakan bahwa siklus menstruasi adalah salah satu
tanda dari perkembangan menstruasi dan kondisi patologis dari ovarium. Siklus
menstruasi juga memberikan informasi tentang status kesehatan, tekanan darah,
jantung dan sistem pernapasan. Lama siklus menstruasi umumnya sekitar 28 hari.
Setiap wanita memiliki siklus menstruasi yang berbeda antara 21-35 hari (Aldira
2014). Tabel 8 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan lama siklus menstruasi.
Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan lama siklus menstruasi
Kategori sindrom pramesntruasi
Total
Lama siklus
Ringan
Sedang
Berat
menstruasi (hari)
n (%)
n (%)
n (%)
n (%)
30
1 (1.7)
8 (13.6)
0 (0.0)
11 (15.3)
Total
11 (18.6)
42 (71.2)
6 (10.2)
59 (100)

p

0.327

Lama siklus menstruasi pada sebagian besar subjek adalah 25-30 hari
(74.5%). Siklus menstruasi 30 hari sebesar 15.3%. Tidak terdapat perbedaan nyata antara lama siklus
menstruasi dengan kategori sindrom pramenstruasi (p>0.05). Penelitian ini sejalan
dengan Aldira (2014) yang menunjukkan sebanyak 67.8% subjek mengalami lama
siklus menstruasi 25-30 hari. Sebanyak 90% wanita pernah mengalami siklus
menstruasi yang tidak normal. Siklus menstruasi yang tidak normal terjadi pada
rentang kurang dari 24 hari dan lebih dari 36 hari. Siklus menstruasi yang tidak

15

normal dapat disebabkan karena usia menarche lebih dari 14 tahun, depresi dan
indeks massa tubuh yang meningkat (Rowland et al. 2002).
Tidak terdapat perbedaan nyata antara lama siklus menstruasi dengan
kategori sindrom pramenstruasi (p>0.05). Penelitian Shiferaw et al. (2014)
menunjukkan adanya hubungan antara lama siklus menstruasi yang panjang dan
siklus yang tidak teratur dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian
ini tidak sesuai diduga karena sebagian besar subjek memiliki lama siklus
menstruasi yang normal (25-35 hari) sehingga tidak terdapat perbedaan nyata
antara kategori sindrom pramenstruasi. American Academy of Pediatrics and
American College of Obstetricians and Gynecologist (2006) menyatakan siklus
menstruasi yang tidak normal berhubungan dengan hiperandrogenisme.
Luteinizing Hormone yang berlebihan dikeluarkan oleh kelenjar pituitari sehingga
menstimulasi androgen pada ovarian juga berlebihan (hiperandrogenisme).
Lama Menstruasi
Lama menstruasi adalah lamanya proses perdarahan pada ovarium.
Menstruasi didefinisikan sebagai suatu proses fisiologis yang ditandai dengan
perdarahan secara periodik dan siklik. Fase perdarahan tersebut yang
menyebabkan setiap orang memiliki lama menstruasi yang berbeda. Lama
menstruasi dikategorikan menjadi rendah (< 3 hari), normal (3-7 hari), dan tinggi
(> 7 hari) (Briawan et al. 2011). Tabel 9 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan
lama menstruasi.
Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan lama menstruasi
Kategori sindrom pramesntruasi
Lama menstruasi
Ringan
Sedang
Berat
(hari)
n (%)
n (%)
n (%)
9
0 (0.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
Total
11 (18.6)
42 (71.2)
6 (10.2)

Total
n (%)
0 (0.0)
59 (100)
0 (0.0)
59 (100)

Lama menstruasi yang dialami oleh subjek adalah 3-9 hari (100%).
Penelitian ini sejalan dengan Christianti (2013) yang menunjukkan bahwa 87.5%
subjek memiliki lama menstruasi 4-8 hari. Penelitian Aldira (2014), sebanyak
96.6% subjek memiliki lama menstruasi sebesar 3-9 hari. Penelitian Fibriastuti
(2012) juga menunjukkan sebanyak 81.48% subjek memiliki lama menstruasi
berkisar 3-9 hari dalam satu periode menstruasi. Menurut Women’s Health (2014)
lama menstruasi umumnya berlangsung 3-9 hari. Beberapa wanita dapat memiliki
lama menstruasi yang lebih cepat atau lama serta dapat berbeda pada setiap
bulannya. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu cairan
menstrual seperti komponen sel endrometrial, mukus servik, dan sekresi cairan
vagina. Sindrom pramenstruasi dapat terjadi akibat lama menstruasi yang tidak
normal sehingga menyebabkan ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron (Biggs & Demuth 2011).

16

Keteraturan Menstruasi
Keteraturan siklus menstruasi berhubungan dengan kondisi fisiologis dan
fase yang dilalui pada tahap menstruasi. Ketidakteraturan menstruasi merupakan
salah satu tanda terdapatnya gangguan menstruasi. Menstruasi yang tertunda,
tidak teratur, nyeri dan perdarahan yang banyak merupakan keluhan yang paling
sering remaja wanita alami (Sianipar et al. 2009). Tabel 10 menunjukkan sebaran
subjek berdasarkan keteraturan menstruasi.
Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan keteraturan menstruasi
Keteraturan
menstruasi
Selalu tepat waktu
Datang lebih awal
Datang terlambat
Total

Kategori sindrom pramenstruasi
Ringan
Sedang
Berat
n (%)
n (%)
n (%)
6 (10.1)
6 (10.2)
3 (5.1)
2 (3.4)
13 (22)
3 (5.1)
3 (5.1)
23 (39)
0 (0.0)
11 (18.6)
42 (71.2)
6 (10.2)

Total
n (%)
15 (25.4)
18 (30.5)
26 (44.1)
59 (100)

p

0.017*

*Signifikan pada p