23
2. Keterlibatan, merupakan tahap pengenalan lebih jauh, ketika seseorang mengikatkan diri untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan
diri kita. 3. Keakraban, pada tahap ini sesorang mengikat diri jauh kepada orang lain.
Seseorang membina hubungan primer dimana orang tersebut menjadi sahabat atau kekasih.
4. Perusakan hubungan, tahap ini merupakan penurunan hubungan. Seseorang merasakan hubungan semakin tidak penting, bila pihak tersebut berdiam diri
dan tidak banyak membuka diri. 5. Pemutusan hubungan, yaitu pemutusan ikatan.
2. KONSELING
Konseling adalah proses pemberian bantuan dari konselor kepada konseli, dilakukan secara wawancara langsung agar konseli mampu merubah sikap dan
perilakunya Abroza, 2004: 2. Dalam melaksanakan konseling, konselor sedapat mungkin bersikap empatik dan penuh pengertian. Eimpatik bisa diwujudkan
konselor dengan sikap konselor yang turut merasakan apa yang dirasakan konseli. Sikap demikian terasa perlu agar konseli menaruh kepercayaan penuh terhadap
konselor , dengan demikian memungkinkan keberhasilan konseling tersebut. Proses konseling mempunyai empat komponen dasar Abroza, 2004: 18,
yaitu: 1.
Klienkonseli yaitu orang yang membutuhkan bantuan konselor. 2.
Konselor yaitu orang yang memberi bantuan konseling.
24
3. Sistemmetoda konseling yaitu langkah-langkah, cara-cara atau secara
sederhana merupakan model interaksi antara konselor dan konseli dalam memecahkan masalah.
4. Hasil interaksi antara keduanya dalam memasuki sistem tersebut.
McLeod 2006: 7 mengungkapkan beberapa tujuan konseling. Dari beberapa tujuan tersebut, barangkali beberapa tujuan konseling yang paling
penting adalah: 1.
Penerimaan diri, yaitu pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek
kritik diri dan penolakan. 2.
Pemecahan masalah, yaitu menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa dipecahkan klien sendiri.
3. Memiliki keterampilan sosial, yaitu mempelajari dan menguasai
keterampilan sosial dan interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif atau pengendalian kemarahan.
4. Perubahan tingkah laku, yaitu mengubah atau mengganti pola tingkah laku
yang merusak atau maladaptif. Dalam konseling, ada fase-fase yang mencakup proses konseling secara
utuh. Fase-fase dimaskud tersebut RobertWilliam, 1987: 11-16 adalah:
1. Fase Keterlibatan
Sebelum memasuki proses konseling, konseli harus melibatkan diri dalam setiap proses yang akan dijalani. Keterlibatan konseli sangatlah penting
25
karena hal itu merupakan tujuan utama konseling pada tahap awal. Salah satu kesulitan yang timbul dalam fase ini adalah tipe konseli yang sulit
untuk melibatkan diri dalam proses konseling secara penuh. Hal inilah yang perlu disiasati oleh konselor, karena sangat penting dalam proses penggalian
masalah. Selain itu, fase yang memicu keterlibatan konseli adalah desain ruangan konseling yang dianggap nyaman oleh konseli. Hal tersebut tentu
saja akan mempengaruhi kesiapan konseli memasuki proses konseling.
2. Fase Penggalian