Profesionalisme guru SMA N 7 Jakarta

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 16
C. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 16

B II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Profesionalisme Guru ............................................................................... 18
B. Persyaratan Profesionalisme Guru............................................................ 23
C. Indikator Profesionalisme Guru................................................................ 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 35

B. Waktu dan tempat Penelitian .................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 35
D. Metode Penelitian .................................................................................... 35
E. Tehnik Pengumpulan Data........................................................................ 36
F. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 37
G. Tehnik Analisis Data ................................................................................ 37

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum ..................................................................................... 39
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 7 Jakarta ........................................... 39

iv

2. Keadaan Guru ....................................................................................... 40
3. Keadaan Siswa ..................................................................................... 42
4. Sarana dan Prasarana ............................................................................ 45
B. Deskripsi dan Analisis Data ..................................................................... 46
C. Interpretasi Data ....................................................................................... 57
D. Peran Kepala Sekolah ............................................................................... 57


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 61
B. Saran ..................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 64

LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................................. 66

iv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................. 37
2. Tabel 2. Keadaan Guru SMA Negeri 7 Jakarta .................................................. 40
3. Tabel 3. Keadaan Siswa ..................................................................................... 43
4. Tabel 4. Sarana dan Prasarana............................................................................ 45
5. Tabel 5. Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta ...................................... 46
6. Tabel 6. Skor Profesionalisme Guru .................................................................. 56
7. Tabel 7. Kategori Penilaian kondisi Profesionalisme Guru ............................... 57


iv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin penelitian ............................................................................................ 67
2. Surat keterangan penelitian ................................................................................ 68
3. Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Jakarta ........................................................ 69
4. Kuesioner .......................................................................................................... 70
5. Daftar Skor Profesionalisme Guru .....................................................................72
6. Pedoman wawancara .......................................................................................... 75
7. Hasil wawancara ................................................................................................ 76

iv

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat dipahami dari dua sisi yang meliputinya, yaitu

pendidikan sebagai sebuah produksi (education as product), dan pendidikan
sebagai sebuah proses (education as process). Dua sisi ini selalu berpengaruh
dalam memahami dan melakukan kegiatan pendidikan dalam kehidupan nyata
manusia. Pendidikan sebagai sebuah produksi muncul dari keinginan manusia itu
sendiri untuk menghasilkan sesuatu, baik yang konkrit maupun yang abstrak.
Sehingga muncul dalam dunia pendidikan untuk melakukan penilaian (evaluasi)
sebagai hasil dari sebuah kegiatan pendidikan. Dalam dunia pendidikan, peran dan
fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan
bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal
maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas
pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan
dengan eksistensi guru itu sendiri. Filsofis sosial budaya dalam pendidikan di
Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga
para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda
bahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus
mampu mentransformasikan knowledge, values, dan skill, tetapi sekaligus sebagai
penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai
orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.
Dalam era reformasi pendidikan, dimana salah satunya isu utamanya adalah
peningkatan profesionalisme guru, hal itu merupakan sebuah keniscayaan yang

tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam mencapai pendidikan yang lebih berkualitas.

2

Selain itu, pendidikan sebagai sebuah proses selalu berdampak pada sebuah upaya
untuk senantiasa memperbaiki agar hasil tersebut menjadi baik. Untuk
memperbaiki hasil pendidikan kita, tentu kita perlu tahu tentang kondisi
pendidikan kita. Kita sadari bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah
kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin
meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti
sekarang ini. Diperlukan orang-orang yang memang benar benar-benar ahli
dibidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat
berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut
kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor
tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu
keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia.
Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga
seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Salah satu upaya
untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi sebagai
sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggung jawaban moral dan

akademis. Dalam isu sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan
kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang secara
ideal telah ditetapkan. Sertifikasi bagi para Guru dan Dosen merupakan amanah
dari UU Sistem Pendidikan Nasional kita (pasal 42) yang mewajibkan setiap
tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya. Singkatnya adalah, sertifikasi
dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru
dan dosen sesui dengan bidang ke ilmuannya masing-masing. Faktor lain yang
harus dilakukan dalam mencapai profesionalisme guru adalah, perlunya
perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar. Anak didik tidak lagi
ditempatkan sekedar sebagai obyek pembelajaran tetapi harus berperan dan
diperankan sebagai subyek. Sang guru tidak lagi sebagai instruktur yang harus
memposisikan dirinya lebih tinggi dari anak didik, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam konteks ini,
guru dituntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif,

3

kreatif dan inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis. Dengan
demikian proses belajar mengajar akan dilihat sebagai proses pembebasan dan

pemberdayaan, sehingga tidak terpaku pada aspek-aspek yang bersifat formal,
ideal maupun verbal. Penyelesaian masalah yang aktual berdasarkan prinsipprinsip ilmiah harus menjadi orientasi dalam proses belajar mengajar.Oleh sebab
itu, out put dari pendidikan tidak hanya sekedar mencapai IQ, tetapi mencakup
pula EQ dan SQ, serta AQ. Salah satu faktor yang dapat merangsang
profesionalisme guru adalah, jenjang karir yang jelas. Dengan adanya jenjang
karir yang jelas akan melahirkan kompetisi yang sehat, terukur dan terbuka,
sehingga memacu setiap individu untuk berkarya dan berbuat lebih baik.
Kesejahteraan merupakan isu yang utama dalam konteks peran dan fungsi guru
sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Paradigma professional tidak akan tercapai
apabila individu yang bersangkutan, tidak pernah dapat memfokuskan diri pada
satu hal yang menjadi tanggungjawab dan tugas pokok dari yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, untuk mencapai profesionalisme, jaminan kesejahteraan bagi para
guru merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dan dipisahkan.
Akhir-akhir ini, pendidikan di sekolah telah mengalami suatu perubahan
yang cukup signifikan, baik dari sisi sarana maupun kualitas lulusan suatu
sekolah, meskipun masih jauh dari yang diharapkan oleh dunia global. Sering kita
melihat sekolah-sekolah yang bangunannya tinggi, mewah dan bahkan berbeda
dengan bangunan-bangunan di sekitarnya, tidak hanya itu, fasilitas-fasilitas
modern pun lengkap dan tersedia di sekolah, belum lagi para lulusan yang sudah
mampu berkiprah baik di tingkat regional, nasional bahkan internasional, baik

kiprah mereka dalam lomba yang mengasah otak maupun keterampilan.
Kemajuan-kemajuan yang dirasa ada sekarang ini merupakan hasil kerja keras
para praktisi pendidikan, stake holder, dewan guru, siswa dan masyarakat maupun
peranan kepala sekolah itu sendiri.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa adanya kepala sekolah dalam institusi
sekolah sangat berperan besar dalam menentukan maju-mundurnya suatu sekolah
meskipun pada tataran praktisnya para guru adalah pejuang utama dalam
pencapaian kemajuan tersebut. Namun, sebagai seorang pemimpin maka kepala

4

sekolah memiliki tugas yang sangat besar dan tanggungjawab yang besar pula
untuk memberikan ciri dan warna maupun corak terhadap kualitas sekolah
tersebut.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada
masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan
kompetensinya.

Guru


harus

harus

lebih

dinamis

dan

kreatif

dalam

mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi
menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai
informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang serta berinteraksi dengan
manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang
lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme

dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara
profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa,
orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas
tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus
melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus
menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna
mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga
dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran
yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru
mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil
penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran
yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki
kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita
selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi
sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan
pemerintah kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan suatu hal yang

5


mudah, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif sehingga
dapat mewujudkan serta meningkatkan kompetensi guru.
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara
menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang
jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan
pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2)
pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,
(4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

6

pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan
diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu
tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap
usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada
peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya.
Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang
peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah
dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama
yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal
kerana lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar
waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah,
2000).
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh
teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur
yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan
fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan
kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar
mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu
kinerjanya.

7

Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung
berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai
ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan
sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin
pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat
tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan (1996)
mengemukakan bahwa Guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai
evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang
terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Kehadiran
guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang
penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini
disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti
oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting
dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan
tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. (Wijaya dan Rusyan, 1994).
Guru

dituntut

memiliki

kinerja

yang

mampu

memberikan

dan

merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum
yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam
meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk
mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik
menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Guru
sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran,
penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping
itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini
sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban

(1)

menciptakan

suasana

pendidikan

yang

bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara

8

profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang

diberikan

kepadanya. Harapan

dalam

Undang-Undang

tersebut

menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada
mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan
dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru
dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini
mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap guru adalah merupakan pribadi yang
berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan
mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan
kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja,
guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi
pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya.
Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi
guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi
sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan
lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam
pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak
sesuai dengan harapan seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang
sesuai dengan profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian
guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan
utamanya sebagai guru di sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan
mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap profesinya.
Disisi lain kinerja guru pun dipersoalkan ketika memperbicangkan masalah

9

peningkatan mutu pendidikan. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus
dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu
hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor
penyebab munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya
sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru
melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih
baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke
waktu. 1
Hal ini terkait dengan tuntutan terhadap guru untuk terus selalu berpikir
kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru yang kreatif adalah guru
yang selalu mencari dan menemukan hal-hal yang baru dan mutakhir untuk
kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. 2
Tenaga pendidik formal maupun non formal seharusnya memahami dan
mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia dalam penyusunan dan
penyelenggaraan program pembelajaran pendidikan
Pendidik

formal atau non formal.

yang memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar

manusia itu akan berusaha menyiapkan kenyamanan fisik untuk keperluan proses
pembelajaran. Ia akan memberikan pengalaman belajar yang menjamin
pertumbuhan

warga

belajar.

Ia

akan

mentransferkan

program-program

pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan ketentaraman sosial, ekonomi,
psikologi dan akan meyiapkan suatu lingkungan yang dapat menjamin ketenangan
dalam belajar. Para tenaga pendidik yang memahami mengenai kebutuhan dasar,
akan memperhitungkannya dalam berbagai hal. Ia akan menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan dan memberikan setiap peserta pengalaman belajar
1

http://muhlis.files.wordpress.com/2008/05/profesionalisme-kinerja-guru-masa-depan.doc
selasa13 okt 2009
2
http://fkip.unila.ac.id/ Sertifikasi dan Profesionalisme Guru.

10

yang akan menjamin perasaan untuk berkembang bagi stiap orang. Ia akan
menawarkan program belajar yang akan meningkatkan keamanan psikologis dan
spiritual serta memberikan rasa aman selama belajar. Ia akan menciptakan
lingkungan yang akan menumbuhkan minat baru serta gagasan baru, sehingga
program belajarnya tidak bersifat rutin. Ia akan memberikan kesempatan
timbulnya hubungan yang hangat antara peserta atau warga belajar dengan tenaga
pendidi atau antara peserta dengan peserta. Ia menyadari bahwa setiap peserta
memerlukan pengakuan atau perhatian.
Bagi seorang tenaga pendidik secara sederhana, ia akan membantu peserta
menyadari

akan

kebutuhnnya

serta

memperluas

pengalamannya

dan

meningkatkan kemampuan mereka, sehingga dapat memuaskan kebutuhannya
melalui perilaku yang efektif. ia akan menyadari bahwa salah satu tujuan
pendidikan adalah membentu peserta agar mereka memperoleh pemahaman yang
lebih objektif terhadap sebab-sebab perilakunya dan menjadi lebih terampil dalam
mendiagnosa kebutuhannya untuk pengembangan lebih lanjut agar dapat
memberikan kepuasan yang lebih baik terhadap kebutuhan fisik dan
psikologisnya. Aspek lain yang perlu dipahami mengenai kebutuhan dasar
manusia adalah dalam hubungannya dengan waktu. Artinya kebutuhan dasar
mereka akan berubah baik intensitasnya maupun kualiitasnya sejalan dengan
pertambahan umur mereka. Misalnya kebutuhan untuk memperoleh pengakuan
atau kebutuhan akan berprestasi akan menurun sejalan dengan bertambahnya
umur dan penurunan itu terutama disebabkan adanya rasa puas atau kebutuhan
tersebut telah diganti oleh kebutuhan lainnya. 3
Penggambaran kompleksitas kegiatan pendidikan di atas mengarahkan ke
suatu kesimpulan bahwa profesi seorang pendidik berat sekaligus mulia, dan agar
seorang pendidik mampu menyumbang jasa yang memadai dalam perkembangan
peserta didik ke arah pencapaian serta peningkatan kedewasaannya, pendidik
3

http://blog.unm.ac.id/rudiamir/2010/02/15/kebutuhan-dasar-manusia/

11

tersebut dituntut peranannya sebagai model (teladan atau panutan) kepada peserta
didik maupun kepada lembaga madarashnya. Hal ini menandakan bahwa faktor
sumber daya guru yang profesional dan bermutu sangat di harapkan. Di sisi lain
kinerja komponen-komponen pendidikan lain juga sangat mendukung atas
perkembangan siswa dan lembaga yang dikelola.
Pada kenyataanya proses pendidikan di Indonesia khususnya di sekolahsekolah, belum menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) secara optimal.
Hal ini disebabkan oleh kesulitan sekolah dalam mengelola SDM dan
menyediakan sarana prasarana. Hal ini tentunya merupakan tugas manajemen
sekolah, Pemerintah, dan praktisi pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya
guru, dan komponen lainnya dalam proses pendidikan. Satu permasalahan
pendidikan sangat erat kaitannya dengan permasalahan-permasalahan lain dan
pasti ada penyebabnya. Penyelesaian permasalahan pendidikan harus di atasi
secara menyeluruh, dalam hal ini termasuk profesionalisme guru dan komponenkomponen pendidikan lainnya.
Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan
yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga
pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan
keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan
staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan
keterlibatan orang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok
penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa
juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin,
profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa
depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin. Pendidikan mempunyai
peranan yang amat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki
keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai megaskills
yang mantap. Untuk itu, lembaga penidikan dalam berbagai jenis dan jenjang
memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam berbagai aspeknya.
Pendidikan merupakan suatu rekayasa untuk mengendalikan learning guna
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam proses rekayasa ini peranan

12

teaching amat penting, karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk mentransfer pengetahuan, dan menginternalisasikan

keterampilan serta

nilai kepada siswa sehingga memiliki makna bagi dirinya sendiri, dan berguna
tidak saja bagi dirinya tapi juga bagi masyarakat.
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak dilapangan
dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain
ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru. Dikarenakan
pengembangan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya
mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum dikelasnya. Ini
merupakan suatu fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, disamping
sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan. 4
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara
keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik
masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai teladan bagi bagi
masyarakat di sekitarnya baik kehidupan pribadinya maupun kehidupan
keluarganya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator
(penengah) antara masyarakat dengan dunia pendidikan khususnya di sekolah.
Dalam kaitan ini, guru akan membawa dan mengembangkan berbagai upaya
pendidikan di sekolah ke dalam kehidupan di masyarakat, dan juga membawa
kehidupan di masyarakat ke sekolah. Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat,
bersama unsur masyarakat lainnya guru berperan mengembangkan berbagai upaya
pendidikan yang dapat menunjang pencapaian hasil pendidikan yang bermutu 5
Kualitas sumber daya guru atau guru profesional sangat diperlukan dalam
kegiatan belajar mengajar. Secara umum guru harus memenuhi dua kategori yaitu
memiliki Capability dan Loyality. Capability yang di maksud adalah guru itu
harus -memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki
4

Hamalik Oemar, Dasar- Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 231
5

http://dunia55pendidikan.blogspot.com/2010/02/guru-yang-profesional-itu-gimana-

seh.html

13

kemampua teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan,
implementasi sampai evaluasi. Sedangkan

Loyality adalah memiliki loyalitas

keguruan, yakni setia terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tapi
sebelum dan sesudah kelas. Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang
jauh berbeda dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris.
Di Amerika Serikat pengembangan profesional guru harus memenuhi standar
sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996)
bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu; (1) Standar
pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains
memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif
dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah proses
observasi fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan dan menguji
penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam; (2) Standar
pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains
memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan
siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Pada guru
yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahu bagaimana
mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana siswa
mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu
dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan
pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar; (3)
Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru
sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran
sepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi
guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru
selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan terus untuk belajar; (4) Standar
pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus
koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal
kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi
dan tidak berkelanjutan.

14

Guru merupakan pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat apabila ia layak
menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama
akan melihat sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah patut diteladani atau
tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya dan pengetahuannya,
memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bahkan bagaimana cara
guru berpakaian, bergaul dengan siswa, teman-temannya, serta anggota
masyarakat, serta menjadi perhatian masyaraka. 6
Gilbert H. Hunt sebagaimana dikutif oleh Dede Rosyada, menyatakan
bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria (Hunt, 1999: 15-16),
yaitu:
1. Guru yang baik harus memiliki sifat antusias, stimulatif, mendorong
siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan pekerja keras,
toleran, sopan, dan bijaksana, memiliki pengetahuan yang memadai
dalam mata pelajaran yang diampunya, mampu memberikan jaminan
bahwa materi yang disampikannya mencakup semua unit bahasan yang
diharapkan siswa secara maksimal.
2. Guru yang baik juga memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata
pelajaran yang diampunya, dan terus mengikuti kemajuan dalam
bidangnya.
3. Guru yang baik mampu memberikan jaminan bahwa materi yang
disampaikannnya mencakup semua unit bahasan yang diharapkan
siswa secara maksimal.
4. Mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas, dan terang,
memberikan layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara
momentum menggunakan kelompok kecil secara efektif, mendorong
semua siswa untuk berpartisipasi,memonitor dan bahkan sering
mendatangi siswa.
5. Mampu memberikan harapan pada siswa, mampu membuat siswa
accountable, dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan
kemampuan akademik siswanya
6. Bisa menerima berbagai masukan, risiko, dan tantangan, selalu
memberikan dukungan pada siswanya, konsisten dalam kesepakatan
dengan siswa, bijaksana terhadap kritik siswa. Mampu menunjukan
keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi
kelas sejak hari pertama dia bertugas

6

http://baktiwaluyo.wordpress.com/2010/04/10/guru-sebagai-profesi

15

7. Guru yang baik harus mampu menunjukkan keahlian dalam
perencanaan, mengorganisir kelas secara efektif dan efisien. 7
Kutipan di atas menunjukan ada tujuh kriteria yang dijadikan acuan untuk
guru profesional. Maka untuk menjadi guru yang baik, seseorang harus memiliki
berbagai kriteria atau sifat-sifat yang diperlukan untuk profesi keguruan yaitu
antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat,berorientasi pada tugas
dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel dan
mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi siswa, tidak semata
mencari refutasi pribadi, mampu mengatasi sterotype siswa, bertanggung jawab
terhadap kegiatan belajar siswa, mampu menyampaikan perasaanya, dan memiliki
pendengaran yang baik.
Menurut Ainurrofiq Dawam, guru profesional adalah guru yang mampu
menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional.Guru yang demikian
adalah guru yang secara internal memenuhi kriteria administratif, akademis, dan
kepribadian. 8
Atas dasar wacana yang ada di lapangan, maka penulis ingin membuktikan
apakah persepsi yang ada masayarakat mengenai masalah profesionalisme guru
itu benar atau sebaliknya, dengan melakukan suatu penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis , pada umumnya kondisi sekolah
yang ada masih terdapat guru yang belum profesional. Kompetisi guru yang ada di
sekolah tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana yang
diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Oleh karena itu, pemerintah
megadakan program sertifikasi keguruan dengan mensyaratkan pengajar memiliki
kualifikasi pendidikan minimal S1 sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Profesionalisme guru menjadi permasalahan utama bagi sekolah sebagai
institusi pendidikan formal. Oleh karena itu sekolah, dalam hal ini diwakili oleh
kepala sekolah, perlu mengembangkan secara terus menerus sumber daya guru
agar tercipta guru yang profesional. Berbagai upaya dapat dilakukan baik yang
7

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, ( Jakarta: Prenada Media, Cet. Ke-1
2004), hal. 111-113
8

Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Primasophie, Cet. Ke-1,
April 2004), hal.20

16

difasilitasi pihak sekolah, pemerintah, lembaga non pemerintah maupun oleh guru
yang bersangkutan, melalui pendidikan lanjut, balai kerja (workshop), seminarseminar dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sebagaimana halnya sekolah negeri pada umumnya, SMA Negeri 7
Jakarta menurut informasi yang penulis peroleh dari hasil wawancara wakil
kepala sekolah, telah melakukan berbagai upaya pengembangan profesionalisme
guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar, pihak sekolah mengikut sertakan guru
mengikuti program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan
untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru,
dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi
pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam
kegiatan mengajarnya. Dari upaya-upaya tersebut diatas menyisakan beberapa
permasalahan yaitu, masih rendahnya nilai output siswa pada ujian nasional,
rendahnya motivasi belajar siswa, sedangkan dipihak lain ada beberapa guru yang
belum menunjukkan dedikasi dan edukasi sebagai wujud tenaga professional.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul
“PROFESIONALISME GURU SMA NEGERI 7 JAKARTA”

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana Profesionalisme guru di SMA Negeri 7 Jakarta ?
2. Apa saja upaya yang dilakukan kepala SMA Negeri 7 Jakarta dalam
meningkatkan profesionalisme guru

C. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah
di bidang pendidikan, khususnya kepala sekolah agar dapat meningkatkan
profesionalisme dan kesejahteraan para guru, dan dapat berguna bagi penulis,

17

peserta didik, pendidik dan Praktisi pendidikan pada umumnya sebagai pelengkap
khazana keilmuan.

18

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Profesionalisme Guru
Guru sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti guru di gugu
terus ditiru yang dalam bahas Indonesia artinya adalah dipercaya dan di contoh.
Guru dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya
harafiahnya adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. McLeod, (1989) berasumsi guru adalah seseorang
yang pekerjaanya mengajar orang lain. Kata mengajar dapat kita tapsirkan
misalnya :
1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat
kognitif).
2. Melatih ketrampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik)
3. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektif)
Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU Sistem
Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI Pasal 42 ayat 1).
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru.
Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen
dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai

19

fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang
ketiga bertindak sebagai pengamat.
Menurut tinjauan psikologi,kepribadian berarti sipat hakiki individu yang
tercermin pada sikap dan perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain.
McLeod (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sipat yang khas
yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini kepribadian adalah karakter atau
identitas.
Guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi dalam bukunya yang
berjudul “Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas”, yang dikutip Abuddin
Nata. ,adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah
atau kelas. Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang
bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab
dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam
pengertian tersebut, menurutnya, bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan
kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah
anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam
mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat
sebagai orang dewasa. 9 Dalam pengertian ini terkesan adanya tugas yang
demikian berat yang harus dipikul oleh seorang pendidik, khususnya guru. Tugas
tersebut, selain memberikan pelajaran di muka kelas, juga harus membantu
mendewasakan anak didik. Dari uraian tersebut tampak bahwa ketika menjelaskan
pengertian guru atau pendidik selalu dikaitkan dengan bidang tugas atau pekerjaan
yang harus dilakukannya. Ini menunjukkan bahwa pada akhirnya pendidik itu
adalah merupakan profesi atau keahlian tertentu yang melekat pada seseorang
yang tugasnya berkaitan dengan pendidikan.
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
9

DR. H. Abuddin Nata. MA, Filasafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), hal. 62-63

20

didik pada pendidikan anak usia dini, jalur prndidikan formal , pendidikan dasar
dan menengah (UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , Bab I Pasal I
ayat I). 10
Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa guru
adalah orang yang telah mengkhususkan dirinya atau menspesialisasikan diri
untuk melakukan kegiatan menyampaikan pembelajaran kepada murid sebagai
pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yangingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesijuga diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yangmensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan

khusus

yang

diperoleh

dari

pendidikan

akademis

yang

intensif(webstar, 1989). Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut
profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan
melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
( UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). 11
Profesi dimaksudkan adalah pekerjaan yang memerlukan keterampilan
atau keahlian tertentu, yang mengharuskan penyandangnya mempersiapkan diri
secara khusus melalui pelatihan, sekolah atau perguruan tinggi dalam bidang
tersebut. Bekerja dengan mempergunakan keterampilan atau keahlian khusus itu
disebut bekerja secara profesional. Dengan demikian berarti profesi tidak dapat
dikerjakan oleh semua orang, tetapi hanya dapat dilaksanakan oleh orang –orang
yang benar-benar dipersiapkan untuk menguasai keterampilan atau keahlian yang

10

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian -guru.html
Kunandar, GURU PROFESIONAL Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2008),cet. 3 hal.45
11

21

relevan dengan persyaratan untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara
efisien, efektif dan produktif. 12
Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka to
profess artinya menyatakan, yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan
dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil
menjabat pekerjaan itu.
Sedangkan Kenneth Lynn (165: 67) memberikan definisi profesi sebagai
berikut: “ A Profession delivers esoteric service based on esoteric knowledge
systematically formulated and applied to the needs of a client ” ( suatu profesi
yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang dipahami
oleh orang tertentu secara sistematik yang doformulasikan dan diterapkan untuk
memenuhi kebutuhan klien) . 13
Profesional mengandung makna yang lebih luas daripada hanya
berkualitas tinggi dalam hal teknis, profesional mempunyai makna ahli (ekspert),
tanggung jawabmoral dan memiliki rasa kesejawatan. Makna profesional dapat
dipandang dari tiga dimensi, yaitu:
1. Ekspert (ahli)
2. Rasa tanggung Jawab
3. Rasa kesejawatan
Dengan bertitik tolak pada pengertian di atas, Moh Uzer Usman memberi
pengertian guru profesional adalah “orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
tanggung jawab profesinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal” 14 Atau
dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan
baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Profesionalisme juga

12

H. Hadari Nawawi, H. Mimi Martini, Manusia berkualitas, ( Yogyakarta: GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS, 1994), cet. 1 hal.167
13
Muhamad Nurdin, Kiat ….,hal.121
14
Moh. Uzer Usman , Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
Cet. Ke-1, September 2006), hal.15

22

mengandung pengertian komitmen untuk menjalankan amanah sesuai dengan
jenis tugas dan pekerjaan yang diembannya. 15
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti
harus dilakukan dengan benar. Hal ini hanya mungkin dilakukan oleh orang ahli.
Profesi

guru

juga

sangat

menuntut

keahlian,

karena

jika

ia

mengajar/mendidik tidak dengan keahlian maka tunggulah kehancurannya.
Rasulullah SAW bersabda:
(‫ إذا و ﺪ ا ﻣﺮ إ ﻰ ﻏ ﺮ أه ﻓﺎﻧﺘﻈﺮ ا ﺎﻋﺔ )روا ا ﺒﺨﺎرى‬......
Artinya: “Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka
tunggulah kehancurannya”. (H.R. Bukhari)
Menurut Ahmad Tafsir kata “Kehancuran dalam hadits ini dapat diartikan
secara terbatas dan dapat juga diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar
tidak dengan keahlian, maka yang “hancur” adalah muridnya. Ini dalam arti yang
terbatas. Sedangkan secara luas adalah kehancuran akan orang-orang (muridmurid) dan sistem kebenaran, karena murid-murid tersebut juga akan mempunyai
murid-murid lagi dan mengajarkan apa yang telah diajarkan oleh gurunya
tersebut. 16
Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pkerjaan lain( Nana
Sudjana 1988 dalam Usman, 2005). Profesi seseorang yang mendalami hokum
adalah ahli hokum,seperti jaksa , hakim , dan pengacara. Profesi seseorang yang
mendalami keperawatan adalah perawat. Sementara itu, orang yang menggeluti
dunia pendidikan ( mendidik dan mengajar)adalah guru, dan berbagai profesi
lainnya. 17
Menurut Surya (2005 ), guru profesional akan tercermindalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun

15

Dr. A. Qodri Azizy, MA, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam, (Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), Cet. Ke-1, hal.102
16

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, Januari 2005), Cet. Ke-6, hal.113
17
Kunandar, GURU..., hal.45- 46

23

metode. Selain itu ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan
seluruh pengabdiannya. 18
Dengan demikian, yang dimaksud profesionalisme guru adalah derajat
penampilan seseorang yang berprofesi sebagai guru yang harus memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan serta menguasai betul
tentang seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, juga
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik , serta memiliki pengalaman yang
kaya dibidangnya, berpendidikan tinggi, dan menganggap bidang pekerjaannya
sebagai suatu pengabdian sehingga proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.
Mengacu pada UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, pengertian
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi stándar mutu atau norma serta memerlukan
pendidikan profesi.

B.Persyaratan Profesionalisme Guru
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikan nya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikategorikan guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang
profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,
mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan
sebagimana filosofi Ki Hajar Dewantara: “Tut wuri handayani, ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karsa” tidak cukup dengan menguasai materi
pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi
murid serta selaku mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional
selalu

mengembang