Profesionalisme guru di SMK Satria srengseng kembangan Jakarta Barat

PROFESIONALISME GURU DI SMK SATRIA
SRENGSENG KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Disusun Oleh :
MUHAMAD ARIF
NIM : 103018227375

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 / 1432 M

i

ii


iii

iv

KATA PENGANTAR

Assalaamu alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillaahirabbil aalamin. Puji serta syukur bagi Allah swt.
Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami
memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shalli
a’laa sayyidinaa Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad saw, yang telah
membimbing kita pada jalan yang diridhai Allah swt. Selama penyusunan
skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi
Manajemen Pendidikan (MP), penulis

banyak


mendapatkan dukungan baik

moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Rusdy Zakaria, Ketua Jurusan KI-Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Jurusan KI-Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Nurlena Rifa’i, MA., Ph. Dosen
membimbing

penulis

dengan

Pembimbing Skripsi


penuh

kebijaksanaan

dan

yang

selalu

memberikan

arahan-arahan.
6. Ibu dan ayah tercinta, Umairoh dan Hamim yang telah memberikan dukungan
moral dan material, doa dan senyuman yang menyemangati penulis untuk
tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.

v


7. Kaka Anita Karolina dan adik Andri Setiawan, Noni Karlina, dan Irfan Fauzi
sebagai penambah semangat dalam pembuatan skripsi.
8. Guru mengaji, H. Muhammad Naslih dan Istri yang selalu memberi nasihat dan
motivasi dalam pembuatan skripsi agar tidak mudah putus asa. Terimakasih
atas semuanya.
9. Sahabat-sahabat, Saadi, Herman, Nurjali, Agun, Sufyan dan Tiyas yang
membantu memberikan ide-ide dan memfasilitasi dalam pembuatan skripsi,
terima kasih atas waktunya.
10. Drs. Moh. Soleh, MM, Kepala SMK SATRIA Srengseng Kembangan yang
telah memberikan izin penelitian skripsi.
11. Semua dewan guru dan Karyawan SMK SATRIA Srengseng Kembangan
yang membantu melengkapi data-data penelitian skripsi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu disambut
dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalaamualaikum Wr. Wb.

vi

ABSTRAK

MUHAMAD ARIF, NIM : 103018227375, PROFESIONALISME
GURU DI SMK SATRIA SRENGSENG KEMBANGAN JAKARTA
BARAT

Profesionalisme guru merupakan keahlian serta pengalaman dalam
mengajar sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan maksimal
serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional, dan profesinya
itu telah menjadi sumber mata pencaharian. Sedangkan pengembangan
profesionalisme guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan
meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian.
Adapun guru profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi,
dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi proses belajar mengajar siswa, yang nantinya akan menghasilkan
prestasi belajar siswa yang lebih baik. Adapun pada skripsi ini profesionalisme
guru yang akan diteliti adalah profesionalisme guru yang memiliki kompetensi,
yang meliputi; kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Penelitian di laksanakan di SMK SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta
Barat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode desktiptif kuantitatif
yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek

yang di teliti yaitu SMK SATRIA Srengseng Kembangan. Untuk mengumpulkan
data yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
instrumen penelitian antara lain; observasi, teknik Dokumentasi, interviu dan
angket. Setelah data-data tersebut diperoleh, penulis menginterpretasikan data
dan menganalisisnya. Selanjutnya penulis

menyimpulkan

hasil

penelitian

tersebut. Setelah penelitian ini dilakukan, penulis memperoleh hasil penelitian
sementara, bahwa guru-guru SMK SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta Barat
adalah guru-guru yang profesional hal ini dapat dapat di lihat dari jawabanjawaban angket yang telah disebarkan kepada guru.

vii

DAFTAR ISI


LEMBAR SAMPUL.................................................................................

i

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS.....................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...........................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………………….

iv

ABSTRAK ................................................................................................

v


KATA PEGANTAR .................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...........................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................

viii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................

1


B. Identifikasi Masalah .........................................................

5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................

5

D. Metode Penelitian ..............................................................

6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................

6

KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru……………………...


8

2. Perlunya Guru Profesional ...........................................

11

3. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional .................

14

4. Kriteria Guru Sebagai Profesi ......................................

19

5. Kriteria Guru Profesional ............................................

21

6. Indikator Guru Profesional ..........................................


22

7. Tantangan Profesional Jabatan Guru ............................

27

B. Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru ......................

30

viii

1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB III

BAB IV

(KTSP)………………………………………………….

30

2. Perkembangan IPTEK …………………………………

32

3. Persaingan global bagi lulusan pendidikan ……………

33

4. Otonomi Daerah……………………………………….

33

C. Kerangka Berfikir………………………………………...

34

D. Hipotesis………………………………………………….

36

METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................

37

B.

Metode Penelitian………………………………………...

37

C. Populasi dan Sampel ........................................................

38

D. Teknik Pengumpulan Data ..............................................

38

E. Teknik Pengolahan Data………………………...……….

39

F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data …………………….

39

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat
1. Deskripsi Lokasi Penelitian .........................................

44

2. Sejarah Singkat Sekolah ...............................................

44

3. Visi dan Misi ...............................................................

47

4. Sarana dan Prasarana....................................................

48

5. Kegiatan Ekstrakurikuler..............................................

49

6. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan .....................

49

B. Hasil Pengolahan Data……………………………………

55

ix

BAB V

PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................

75

Saran.......................................................................................

76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1

Indikator guru profesional………………………………………

22

Tabel 2

Kisi-kisi angket guru profesional ...............................................

40

Tabel 3

Skor jawaban angket guru profesional .......................................

42

Tabel 4

Klasifikasi skor angket guru profesional ....................................

43

Tabel 5

Sarana dan prasarana .................................................................

48

Tabel 6

Kegiatan ekstrakulikuler............................................................

49

Tabel 7

Keadaan tenaga pengajar dan karyawan……………..……...….

50

Tabel 8

Kebanggaan Guru………………………………...…………….

55

Tabel 9

Tindakan sosial dalam KBM…………………………………....

56

Tabel 10

Kemandirian Guru sebagai pendidik……………...……………

56

Tabel 11

Etos kerja Guru……………...…………………..………………

57

Tabel 12

Perilaku positif Guru………………………..…………………..

57

Tabel 13

Wibawa guru………………………...……………...……….......

58

Tabel 14

Norma religius …………………..………………….………......

58

Tabel 15

Guru yang di teladani siswa…………………………………..… 59

Tabel 16

Pengidentivikasian bahan ajar guru……………………….……

59

Tabel 17

Prinsip kepribadian guru……………...…………………………

60

Tabel 18

Guru nenbuat RPP..……………………………………………..

60

Tabel 19

Guru membuat strategi pembelajaran…………………………...

61

Tabel 20

Guru menjalankan pembelajaran kondusif……...…………..…..

62

Tabel 21

Guru mendesain pembelajaran……………………………...…… 62

Tabel 22

Guru merancang dan mengevaluasi pemebelajaran……………... 63

Tabel 23

Pemanfaatan hasil nilai pembelajaran guru ................................

63

Tabel 24

Peran guru dalam mengembangkan potensi akademik siswa......

64

Tabel 25

Guru memberikan fasilitas untuk pengembangan potensi
siswa…………………………………………………………......

64

Tabel 26

Komunikasi antara guru dengan siswa………………………….. 65

Tabel 27

Keefektifan komunikasi antara sesama guru……………………. 66

xi

Tabel 28

Keefektifan komunikasi antara guru, siswa, orang tua, dan
masyarakat…………………………………………………..….

66

Tabel 29

Guru memahami materi pembelajaran………………………….

67

Tabel 30

Guru memahami konsep antarmata pelajaran…………………..

67

Tabel 31

Pemahaman struktur, konsep, dan metode keilmuan dengan materi
ajar guru………………………………………………………… 68

Tabel 32

Guru menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan .......................................................

68

Tabel 33

Guru mendisain alat bantu belajar sederhana…………………..

64

Tabel 34

Guru mampu menjawab pertanyaan siswa dalam KBM………..

69

Tabel 35

Guru mengatur kerapian kelas sebelum belajar……………..…..

70

Tabel 36

Guru menyimpulkan materi pelajaran………………………….

71

Tabel 37

Guru memberikan motivasi dan nasihat ketika mengajar……….

71

Tabel 38

Distribusi frekuensi ...................................................................

73

xii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Minimnya tenaga pengajar di SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat yang dapat memberikan celah seorang guru untuk mengajar
yang tidak sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang menjadi imbasnya
adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang
maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui
bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal,
kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka
hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara
utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan
keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa
yang

disampaikan

seorang

guru

akan

berpengaruh

terhadap

hasil

pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka
akan berakibat siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Tidak kompetennya guru di SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat dalam penyampaian bahan pengajaran secara tidak langsung
akan memepengaruhi terhadap hasil belajar murid. Karena proses

2

pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan keberanian, melainkan faktor
utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi seorang guru.
Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal
metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh
terhadap pembelajaran.
Adanya sebagian guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya yang nantinya akan memberi dampak terhadap
kualitas pendidikan dan juga terhadap keberhasilan siswa dalam belajar di
SMK SATRIA Srengseng Kembangan Jakarta Barat.
Penetapan standar yang telah diatur diharapkan dapat mempengaruhi
tingkat pencapaian ataupun standar kelulusan. Namun harus ditekankan
bahwa berbagai komponen di luar tidak akan berfungsi dengan baik tanpa
dukungan keberadaan guru yang profesional.1
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru. Untuk
itu, upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah
kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan persyaratan minimal
yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang profesional. Guru
profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan
guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan
menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik.
Martinis Yamin mengemukakan: “bahwa guru adalah seorang figur
yang mulia dan dimuliakan banyak orang, kehadiran guru di tengah-tengah
kehidupan manusia sangat penting,tanpa ada guru atau seseorang yang dapat
ditiru, diteladani, oleh manusia untuk belajar dan berkembang”.2

1

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, (Jakarta: CV. Sumber
Pustaka, 2009), h. 4.
2
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2007), Cet. 2, h. 47.

3

Adapun pengertian guru menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru yakni sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1 sebagai berikut: “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan
menengah”.3
Selanjutnya Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa: “Guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal”.4 Pendapat lain dikemukakan oleh E.
Mulyasa dalam buku yang berjudul Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru
yang dikutip oleh Surya, mengungkapkan bahwa: guru yang profesional akan
tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan
keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan
melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.
Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan
tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat,
bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab
pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang
mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan
dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya.5
Suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni (1)
menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu kehlian dalam
bidang tertentu sesui dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat
pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.6 Dari penjelasan, dapat
menyimpulkan bahwa profesi mengajar merupakan kewajiban yang hanya
dibebankan kepada orang yang berpengetahuan. Dengan demikian, profesi

3

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, (Jakarta: CV. Sumber
Pustaka, 2009), h. 4.
4
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
Cet. 6, h. 15.
5
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya:
Bandung, 2008), Cet. 3, h. 47.
6
Mulyasa, Standar Kompetensi………………………………, Cet. 3, h. 47.

4

mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dan kualifikasi tertentu
bagi setiap orang yang hendak mengajar.
Menyadari akan pentingnya profesionalisme dalam pendidikan, maka
Buchari Alma mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah bukan sekedar
menguasai teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi, bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
sesuai dengan yang dipersyaratkan.7 Akan tetapi melihat realita yang ada,
keberadaan guru profesional sangat jauh dari apa yang dicita-citakan.
Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah mutunya memberikan suatu
isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah wacana yang belum
terealisasi secara merata dalam seluruh pendidikan yang ada di Indonesia. Hal
itu menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya datang dari kalangan
akademis, akan tetapi orang awam sekalipun ikut mengomentari buruknya
pendidikan dan tenaga pengajar yang ada.
Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademis, sehingga mereka
membuat

perumusan

untuk

meningkatkan

kualifikasi

guru

melalui

pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme guru dari pelatihan sampai
dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1
(S1). Yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahami
intruksi tersebut hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru profesional
dalam hal ini tidak menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut,
kontribusi untuk siswa menjadi kurang terperhatikan bahkan terabaikan.
Sangat terlihat bahwa profesionalisme guru sangat berperan dalam
pendidikan. Atas dasar wacana yang ada di lapangan, maka penulis ingin
membuktikan apakah persepsi yang ada di kalangan masyarakat mengenai
masalah profesionalisme guru itu benar atau sebaliknya, dengan melakukan
7

Buchari Alma, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Trampil Mengajar), (Bandung:
ALPABETA, 2008), Cet. I, h. 133.

5

suatu penelitian. Berdasarkan dugaan penulis, pada umumnya kondisi sekolah
yang ada masih terdapat guru yang belum profesional. Kompetensi guru yang
ada di sekolah tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana
yang diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan

membahasnya

dalam

bentuk

skripsi

yang

berjudul

“PROFESIONALISME GURU DI SMK SATRIA Srengseng Kembangan
Jakarta Barat”.
Untuk itu penulis memilih sekolah SMK SATRIA Srengseng
Kembangan Jakarta Barat, sebagai tempat untuk menguji apakah guru-guru di
sekolah tersebut profesional.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas diidentifikasi 4 masalah pokok tentang berbagai
masalah yang dihadapi oleh guru:
1. Tidak seimbang antara kebutuhan dengan pengadaan guru, dan
penempatan guru yang tidak sesui dengan kebutuhan sekolah
2. Tidak kompetennya guru dalam penyampaian bahan ajar, secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.
3. Adanya sebagian guru yang melakukan pengajaran tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak menyimpang dari
apa

yang akan

diteliti,

karena

kita

tahu bahwa

permasalahan

profesionalisme guru sangat kompleks sekali maka penulis membatasi
profesionalisme
kepribadian,

guru

pada

kompetensi

kompetensi sosial.

empat

pedagogik,

kompetensi
kompetensi

yaitu;

kompetensi

profesional,

dan

6

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan diteliti adalah:
a. Bagaimanakah tingkat profesionalisme guru di SMK SATRIA
Srengseng Kembangan Jakarta Barat dan
b. Usaha-usaha apa saja yang di lakukan sekolah SMK SATRIA
Srengseng

Kembangan

Jakarta

Barat

dalam

meningkatkan

profesionalisme guru.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek
yang di teliti. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan tekhnik kuesioner atau angket yaitu sejumlah
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
profesionalisme guru di sekolah tersebut.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Studi bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang profesionalisme
guru yang mengajar di SMK SATRIA Srengseng Kembangan.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profesionalisme
guru pada SMK SATRIA Srengseng Kembangan.
2. Manfaat Penelitian
a. Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru untuk
meningkatkan profesionalisme diri.
b. Dapat memacu akslerasi peningkatan mutu lulusan dan performance
SMK SATRIA Srengseng Kembangan.

7

c. Dapat memperkaya konsep atau toeri yang menyokong perkembangan
Ilmu Pengetahuan khususnya tentang profesionalisme guru di sekolah
tersebut.
d. Diharapkan juga penelitian ini berguna untuk menambah khasanah
ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai calon guru pada khususnya dan
dapat memberi informasi tentang pentingnya keprofesionalan bagi
seorang guru dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

8

BAB II
KAJIAN TEORI
PROFESIONALISME GURU

A.

Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berarti sifat yang ditampilkan dalam perbuatan,

dan ada komitmen untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya.1 Arifin dalam buku Kapita Selekta
Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus.2
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa
profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan
yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi
adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Menurut
Buchari Alma istilah profesi bearasal dari bahasa Inggris “profession” yang
1

Buchari Alma, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Trampil Mengajar),
(Bandung: ALPABETA, 2008), Cet. I, h. 134.
2
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
Cet. 3, h. 105.

9

berakar dari bahasa latin “profesus” yang berarti mengakui atau menyatakan
mampu atau ahli dalam satu bidang pekerjaan. Pekerjaan ini membutuhkan
pendidikan akademik dan pelatihan panjang.3
Buchari Alma, menuliskan bahwa profesi menuntut keterampilan
tertentu melalui pendidikan dan latihan yang lama dalam lembaga tertentu, dan
dalam disiplin ilmu tertentu, serta memiliki kode etik yang menjadi pedoman
perilaku anggotanya, serta ada sangsi yang jelas terhadap pelanggaran kode etik.4
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi
intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses
pendidikan secara akademis. Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi
guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan,
pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru
sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan)
dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut
secara efektif dan efisien serta berhasil guna.
Adapun mengenai kata profesional, Moh. Uzer Usman memberikan
suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan
beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian
diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari
kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang
mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata
lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.

3
4

Buchari Alma, Guru Profesional………………………………, Cet.I, h. 134.
Buchari Alma, Guru Profesional………………………………, Cet.I, h. 134.

25-30

10

Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan yang maksimal.5 Buchari Alma menjelaskan pula bahwa
profesional berarti sifat atau orang. Profesional menunjuk pada dua hal, yaitu
orang yang menyandang suatu profesi, misalnya dia seorang profesional, dan
kedua penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Istilah profesional
dikontraskan dengan non profesional atau amatiran.6
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu
pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu
yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan
khusus.7
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran
yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik
dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.8
Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru profesional
merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki
tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam
mengajar pada kelas-kelas besar. Guru-guru ini diharapkan dan dikualifikasikan
5

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
Cet. 20, h. 14-15.
6
Buchari Alma, Guru Profesional………………………………, Cet.I, h. 135.
7
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan………………….……….., Cet. 3, h. 105.
8
Kunandar, Guru Profesional Implementasi……………………, Cet. I h. 46-47.

11

untuk mengajar di kelas yang besar dan bertindak sebagai pemimpin bagi para
anggota staf lainnya dalam membantu persiapan akademis sesuai dengan
minatnya.9
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu
kemampuan

atau

keahlian

dalam

memegang

suatu

jabatan

tertantu,

profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Sedangkan
pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dengan demikian,
profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme seorang guru
yang memiliki kemampuan dan keahlian serta telah berpengalaman dalam
mengajar sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai dengan
kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria
guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber mata pencaharian.
2. Perlunya Guru Profesional
Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih,
dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa
aman, nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa
dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa
berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan
keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya.
Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikan saat
ini, penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaan guru
profesional. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan
profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan
tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap anak didik
baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya yang akan menunjang

9

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006), Cet. IV, h. 27.

12

perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta mendatangkan
prestasi belajar yang baik.
Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam
bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa
guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar
melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk
pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan
belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan
pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung
jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut
membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian
integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang para guru.
Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa
setiap guru berfungsi sebagai:
a. Designer of intruction (perancang pengajaran); fungsi ini menghendaki guru
untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang
berhasilguna dan berdayaguna. Untuk menghasilkan fungsi tersebut, maka
setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai prinsipprinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajarmengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1. Memilih dan menentukan bahan ajaran.
2. Merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran.
3. Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat.
4. Menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar .
b. Manager of intruction (pengelola pengajaran); fungsi ini menghendaki
kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan)
seluruh tahapan proses belajar-mengajar. Di antara kegiatan-kegiatan
pengelolaan proses belajar-mengajar, yang terpenting ialah menciptakan
kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa
belajar secara berdayaguna dan berhasilguna.

13

Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa
agar proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antara guru dan siswa
dalam PBM dapat berjalan secara demokratis. Alhasil, baik guru sebagai pengajar
maupun siswa sebagai pelajar dapat memainkan peranan masing-masing secara
integral dalam konteks komunikasi instruksional yang kondusif (yang
membuahkan hasil).
c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa); yakni sebagai
penilai hasil pembelajaran siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk
senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau
kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada asanya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan
belajar itu sendiri, yakni kegiatan akdemik yang memerlukan kesinambungan.
Evaluasi, idealnya berlangsung waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya.
Artinya, apabila hasil evalusi tertentu menunjukkan kekurangan, maka siswa yang
bersangkutan

diharapkan

merasa

terdorong

untuk

melakukan

kegiatan

pembelajaran perbaikan (relearning).10
Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalisme dunia
pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa profesi guru, memang diperlukan
berbagai syarat, dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami, dan dipenuhi, kalau
saja setiap orang guru memahami dengan benar apa yang harus dilakukan,
mengapa ia harus melakukannya dan menyadari bagaimama ia dapat
melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian ia melakukannya sesuai dengan
pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuat demikian, ia telah berada di dalam
arus proses untuk menjadi seorang profesional, yang menjadi semakin
profesional.11
Menanggapi

kembali

mengenai

perlunya

seorang

guru

yang

profesional, penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu lembaga
10

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. XIII, h. 250.
11
http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-duniapendidikan-olehWinarno-Surakhmad/2008/05/12.

14

pendidikan diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang
akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan perbaikan kualitas
pendidikan dan peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan pendidikan
nasional akan terwujud dengan baik.
Dengan

demikian,

keberadaan

guru

profesional

selain

untuk

mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan mampu
memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga mampu menghasilkan siswa
yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu dipersiapkan sedini mungkin
melalui lembaga atau sistem pendidikan guru

yang memang juga bersifat

profesional dan memeliki kualitas pendidikan dan cara pandang yang maju.
3. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional
Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas
mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang
profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki
kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi
yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:
a.

Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.12

b.

Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
12

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya:

Bandung, 2008), Cet. III, h.75.

15

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.13
d.

Kompetensi Profesioanal
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.14

e.

Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.15
Hamzah B. Uno dalam bukunya mengemukakan bahwa keefektifan

pengajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Selanjutnya
menurut Reigeluth ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk
memprekripsikan keefektifan pengajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan
perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkah laku”, (2) kecepatan
untuk kerja, (3) tingkah alih belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajari. Efesiensi pengajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan
dan jumlah waktu yang dipakaisiswa dan jumlah biaya pengajaran yang
digunakan.16

13

E. Mulyasa, Standar Kompetensi……………….…., Cet. III, h. 117.
E. Mulyasa, Standar Kompetensi………………..…., Cet. III, h. 135.
15
E. Mulyasa, Standar Kompetensi…………………..., Cet. III, h. 173.
16
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2008), cet. III, h.
14

156-157.

16

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara
konseptual, untuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b)
kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).Kemudian ketiga aspek
ini dijabarkan menjadi:
a. Kemampuan profesional mencakup:
1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya
itu.
2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan.
3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa.
b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai
guru.
c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup:
1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru,
dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai sudah seharusnya
dianut oleh seseorang guru.
3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan
bagi para siswanya.17
Oemar

Hamalik

dalam

bukunya

proses

belajar

mengajar

mengemukakan bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik,
setiap guru harus menguasai pengetahuan yang mendalam, dalam spesialisasinya.
Penguasaan pengetahuan ini merupakan syarat yang penting di samping
keterampilan-keterampilan
17

lainnya.

Oleh

sebab

itu

dia

berkewajiban

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007), Cet. II, h. 4-5.

17

menyampaikan pengetahuan, pengertian, keterampilan, dan lain-lain kepada
murid-muridnya. Selain dari itu guru harus menguasai tentang hal-hal berikut.
1.

Apakah ia memahami tentang bagaimana merumuskan tujuan mengajar?

2.

Sejauh manakah ia memahami tentang proses-proses belajar yang dilakukan
oleh siswa?

3.

Sejauh manakah ia memahami cara menyampaikan pelajaran kepada murid?

4.

Apakah ia mampu memilih dan menggunakan alat-alat bantu pendidikan?

5.

Mampukah ia memberikan pelaayanan terhadap perbedaan-perbedaan
individual siswa?

6.

Apakah ia mampu memberikan bimbingan dalam membantu siswa mengatasi
kesulitan dan masalah-masalahnya?

7.

Apakah ia memiliki kemampuan tentang menyusun dan menggunakan alatalat evaluasi kemajuan belajar murid?

8.

Apakah ia mampu melakukan kerja sama yang baik dengan orang tua murid?

9.

Apakah ia selalu berusaha memperbaiki peranan profesionalnya?

10.

Apakah ia selalu berusaha memperbaiki mutu profesionalnya.
Tegasnya,

seorang

guru

di

samping

menguasai

spesialisasi

pengetahuannya, dia harus menguasai dengan baik ilmu-ilmu keguruan pada
umumnya dan didaktik pada khususnya.?18
Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan
oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah dirumuskan sejumlah
kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut:
a. Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulumkurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional,
mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur
instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar,
mengenal kemampuan anak didik, menyesuaikan
18

h. 119.

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Bumi Aksara, 2001), Cet. I,

18

rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan merencanakan pengajaran
remedial, serta mengevaluasi hasil belajar.
c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA,
dan menciptakan iklim belajar yang efektif.
d. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, membuat
alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium,
mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses
belajar mengajar.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Merencanakan program pengajaran.
g. Mengelola interaksi belajar mengajar.
h. Menguasai macam-macam metode mengajar.
i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
j. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
k. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.
l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang
sederhana guna kemajuan pengajaran.19
Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan
mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik
yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
1. Kompetensi pedagogik.
19

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan……………………….., , (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006), Cet. IV, h. 44-45.

19

2. Kompetensi kepribadian.
3. Kompetensi profesional.
4. Kompetensi sosial.
d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat dianggap menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan
dan kesetaraan.
e. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh
BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.20
4. Kriteria Guru Sebagai Profesi
Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin
menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memiliki pengetahuan dan
keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan, (4) mengutamakan
layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat pengakuan dari orang lain atas
pekerjaan yang digelutinya.21
Kemudian Robert W. Richey (Arikunto, 1990:235) mengemukakan
ciri-ciri dan syarat-syarat profesi sebagai berikut:
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dari pada kepentingan
pribadi.
b. Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang
untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip

pengetahuan khusus

yang mendukung keahliannya.
a. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta
mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
b. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikap seorang
anggota yang permanen.
c. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
20

PERMENDIKNAS 2006 Tentang S1 & SK1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 184-

185.
21

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika,
2007), Cet. II, h. 31.

20

d. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan disiplin diri
dalam profesi, serta kesejahtraan anggotannya.
e. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live carier) dan menjadi
seorang anggota yang permanen.22
Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruan
mengemukakan, Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang mencoba
menyusun kriteria profesi keguruan. Misalnya National Education Association
(NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria sebagai berikut:
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b. Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang bersinambungan.
e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
f. Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri.
g. Jabatan yang mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.23
Dalam buku yang ditulis Buchari Alma, dalam kutipan Sanusi
menyatakan bahwa profesi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. merupakan pekerjaan yang memiliki fungsi sosial.
b. Dituntut memiliki keahlian dan keterampilan tertentu.
c. Menggunakan teori dan metode ilmiah dalam memperoleh keterampilan
pekerjaan.
d. Batang tubuh ilmu suatu profesi didasarkan kepada suatu disiplin ilmu yang
jelas, sistematis dan eksplisit, bukan hanya common sense.
e. Masa pendidikannya lama, dan berkelanjutan, bertahun-tahun, tidak cukup
hanya beberapa bulan, dan dilakukan pada tingkat perguruan tinggi.
f. Berpegang teguh pada kode etik dalam memberikan pelayanan dan
pelaksanaan/pelanggan kode etik ini diawasi oleh organisasi profesinya.

22

Udin S. Saud dan Cicih sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPI
PRESS, 2007), Cet. I, h. 12.
23
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet.
I, h. 18.

21

g. Mempunyai kebebasan dalam menetapkan judgementnya sendiri dalam
memecahkan permasalahan dalam lingkup pekerjaan.
h. Melayani klien dan masyarakat dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung
jawab, bebas dari campur tangan pihak luar, bersifat otonom.
j. Seseorang profesional mempunyai prestise yang tinggi di mata masyarakat,
dan karenanya juga memperoleh imbalan yang layak.24
5. Kriteria Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti
yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori
sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional,
mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru
profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi;
a. Memiliki bakat sebagai guru.
b. Memiliki keahlian sebagai guru.
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
d. Memiliki mental yang sehat.
e. Berbadan sehat.
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik.25
Kunandar

mengemukakan

bahwa

suatu

pekerjaan

profesional

memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3)
menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan

24
25

Buchari Alma, Guru Profesional………………………………, Cet.I, h. 136.
Oemar Hamalik, Proses Belajar……….……………...………., Cet.I, h. 118.

22

terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5)
memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang
ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode.
Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.26
6. Indikator Guru Profesional
Dalam penelitian ini, setelah penulis mengemukakan teori mengenai
profesionalisme guru, maka selanjutnya untuk lebih memudahkan proses
penelitian, dibawah ini penulis mencantumkan indikator guru profesional yang
akan diteliti dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Indikator Guru Profesional

o.

Kompetensi

Sub Kompetensi

Kompetensi

1.1 Kepribadian yang