Penyamaan Medan Jauh Penyuara Algoritma Galat Kuadrat Terkecil Ternormalisasi

8

2.1 Penyamaan Medan Jauh Penyuara

Pendekatan bentuk muka gelombang yang diterima pendengar dari penyuara bergantung pada jarak pendengar dari penyuara itu sendiri. Pada medan jauh penyuara yang terletak pada lebih 2 meter dari penyuara, pola pancaran penyuara sama ke semua arah omnidirectional [8] sehingga pendekatan muka gelombang bunyi yang diterima oleh pendengar berbentuk bola spherical . Sedangkan pada medan dekat penyuara, pola pancaran penyuara tidak omnidirectional [8] sehingga muka gelombang bunyi yang diterima oleh pendengar tidak beraturan. Rentang nilai jarak pendengar ke penyuara yang bernilai 2 m atau lebih berada pada medan jauh penyuara, sehingga pendekatan bentuk muka gelombang bunyi yang diterima oleh pendengar pada posisi ini adalah bola spherical . Standar pengukuran ruang[8] seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 2.1. Gambar pendekatan muka gelombang bunyi pada medan jauh penyuara. Pendekatan bentuk muka gelombang tersebut menyebabkan jarak penyuara ke telinga kiri sama dengan jarak penyuara ke telinga kanan sehingga selisih persepsi binaural antara dua titik dengar manusia tersebut dapat diabaikan[8] pada posisi pendengar terdapat dua titik dengar yang identik. Oleh karena itu, dalam melakukan 9 penyamaan medan jauh penyuara, cukup diketahui karakteristik medan jauh penyuara pada satu titik dengar saja. Karakteristik tersebut dapat diketahui dengan mengukur tanggapan impuls penyuara pada titik dengar.

2.2 Algoritma Galat Kuadrat Terkecil Ternormalisasi

Pada umumnya algoritma galat kuadrat terkecil ternormalisasi digunakan untuk memperoleh sebuah sistem sedemikian hingga isyarat keluarannya sesuai dengan sebuah isyarat acuan yang diinginkan. Algoritma ini berhasil apabila selisih ralat kuadrat antara isyarat keluaran sistem dan isyarat acuan yang diinginkan minimum atau mendekati nol. Pada penerapannya dalam penyamaan tanggapan impuls sistem, penyamaan dengan menggunakan algoritma galat kuadrat terkecil ternormalisasi dilakukan dengan cara memperoleh invers tanggapan impuls sistem sedemikian hingga keluarannya rata pada frekuensi audio. Proses penyamaan berhasil dilakukan jika kuadrat dari isyarat ralat tanggapan impuls jumlah antara isyarat tanggapan impuls sistem dengan inverse tanggapan impuls yang diinginkan minimum atau mendekati nol. Diagram kotak sebuah sistem tapis adaptif secara umum ditunjukkan pada gambar berikut : 10 Gambar 2.2. Diagram kotak penyamaan dengan menggunakan algoritma galat kuadrat terkecil. dimana: xn adalah tanggapan impuls penyama; − adalah penunda; hn adalah tanggapan impuls sistem; wn adalah tapis adaptif; dan en adalah ralat tanggapan impuls; Pada aplikasinya, algoritma ini memerlukan 3 tahapan kerja untuk setiap proses iterasi sebagai berikut : 1. Keluaran dihitung menggunakan persamaan = ∑ − �− = = � ′ … … … … … … … . … … … … … … … . … … . 2. Nilai perkiraan ralat dihitung dengan persamaan berikut = − � ′ … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … . . Sinyal merupakan sinyal masukan yang telah ditunda dan x’ n merupakan isyarat masukan yang telah melalui sistem. − + ℎ ∑ - 11 Koefisien filter diperbarui untuk proses iterasi selanjutnya menggunakan algorithma galat kuadrat terkecil ternormalisasi secara matematis menggunakan persamaan + = + µ � + ′� ′ ′ … … … … … … … … … … … … … . Tapis adaptif normalized least mean square NLMS merupakan pengembangan dari tapis adaptif least mean square LMS [9]. Dengan tiap iterasi algoritma NLMS, koefisien dari tapis adaptif diperbarui sesuai dengan persamaan 2.3. Di sini merupakan masukan berupa vektor dengan nilai, = [ − − … − + ] � … … … … … … … . … … … . . . Vektor adalah koefisien tapis yang diinginkan pada waktu n [5] sebagai berikut = [ … �− ] � … … … … … … … … … … … … … … … . . Parameter µ adalah parameter ukuran langkah step size yang memiliki nilai tetap berupa bilangan positif yang kecil. Parameter step size ini mempengaruhi pembaharuan koefisien tapis adaptif. Jika nilai µ terlalu kecil, tapis adaptif akan mencapai nilai konvergen yang optimal dalam waktu yang lama. Sebaliknya, jika µ terlalu besar, tapis adaptif menjadi tidak stabil dan dapat menghasilkan keluaran divergen [9]. Nilai merupakan tetapan positif yang cukup kecil agar nilai wn konvergen.

2.3 Sistem Fase Minimum, Isyarat Analits, dan Alih Ragam