Program http://aciar.gov.au/files/node/3367/pr126 78826.
modal masih cukup sulit. Hal ini karena masing-masing kelompok berjuang sendiri- sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan suatu terobosan baru yang lebih luas.
3. Pendekatan Kolaborasi PDABM- Sub DAS Aemau Tahun 2003-sekarang Menyadari akan kelemahan dari pendekatan kelompok maka pada tahun 2002 YMTM
mulai mengembangan pendekatan yang lebih luas dan terintegrasi antar pihak yaitu pendekatan kolaborasi pengelolaan DAS yang berbasis masyarakat Community Based-
Integrated Watershed Management. Untuk menindak lanjuti pendekatan kolaborasi pengelolaan DAS yang berbasis
masyarakat ini, maka pada tahun 2003, muncul inisiatif dan kesepakatan untuk membangun kolaborasi multipihak dalam pengelolaan DAS Aesesa, dengan memulai
kegiatan di Sub DAS Aemau. Pemerintah Kabupaten Ngada melaui Dinas Kehuatan dan BAPPEDA, YMTM, wakil masyarakat dengan dukungan VECO, VSO dan World
Neighbors merumuskan rancangan program dan strategi pengelolaan Sub DAS Aemau. Kegiatan-kegiatan utama yang telah dilakukan dalam kurun waktu tahun 2003 – tahun
2006 antara lain:
• Pengkajian sosial ekonomi masyarakat secara partisipatif menggunakan metodologi PRA, menghasilkan sejumlah temuan masalah dan potensi sumber daya. Masalah dan
potensi kemudian dianalisa secara partisipatif di tingkat dusun, tingkat desa dan tingkat sub DAS Aemau.
• Lokakarya perencanaan tingkat desa, menghasilkan rencana tingkat desa, yaitu rencana-rencana yang bisa diselesaikan sendiri oleh masyarakat tanpa membutuhkan
dukungan dari pihak luar. • Lokakarya tingkat sub DAS Aemau mengahasilkan rencana tingkat sub DAS antar
desa, yaitu rencana-rencana yang membutuhkan kerjasama antar desa atau wilayah karena tidak dapat diselesaikan sendiri oleh desa yang bersangkutan. Contohnya
adalah pengelolaan kebakaran, pengelolaan ternak lepas, dan lain-lain.
• Kajian kebijakan pemerintah secara partisipatif, diketahui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah desa, dinas-instansi kabupaten dan Pemda, sejauh mana
mendukung pengelolaan DAS atau kurang mendukung pengelolaan DAS. Kajian ini sangat penting untuk memberikan masukan-masukan bagi perbaikan kebijakan-
kebijakan pemerintah di masa yang akan datang, sehingga lebih berpihak pada pengelolaan DAS.
• Lokakarya pleno perencanaan multi pihak di tingkat kabupaten, mengikut sertakan semua pihak dinas, badan, instansi, Camat DPRD, LSM, masyarakat dan unsur tokoh
agama. Hasil lokakarya adalah adanya rencana multipihak yang akan ditindak lanjuti oleh dinas-instansi, LSM dan pihak lain. Sebagai bukti komitmen bersama maka pada
akhir lokakarya dibuat kesepakatan bersama yang ditanda tangani oleh 9 orang Kepala Desa, 3 orang Camat, Bupati dan 1 orang Wakil LSM.
• Pengembangan jaringan tingkat masyarakat dan multipihak. Pada tingkat masyarakat terbentuk FORPELDAS Forum Peduli Lingkungan Daerah Aliran Sungai sebagai
wadah pengawal rencana-rencana pada tingkat masyarakat. Forum ini beranggotakan 9 orang yang merupakan wakil-wakil dari 9 desa ditambah 9 orang kepala desa.
Sedangkan pada tingkat multipihak dibentuk Forum Multipihak dibawah koordinasi
54