Kemiri Aleurites moluccana Figure 4

56 From: Djoeroemana, S., Myers, B., Russell-Smith, J., Blyth, M. and Salean, I.E.T. eds 2007. Integrated rural development in East Nusa Tenggara, Indonesia. Proceedings of a workshop to identify sustainable rural livelihoods, held in Kupang, Indonesia, 5–7 April 2006. ACIAR Proceedings No. 126. Masalah penggunaan dan pemilikan tanah di pedesaan di propinsi Nusa Tenggara Timur Daniel R. Masadu 1 Abstrak Pertanian di pedesaan terfokus pada dua aspek yaitu penggunaan tanah dan pemilikan tanah. Tanah: berdasarkan data tahun 2005 menjelaskan, dari luas wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur 47.350 km 2 atau 4.735.000 ha, 80 berupa hutan dan padang rumput. Luas hutan mencapai 40 dari luas wilayah, hutan lebat hanya 10. Tanah yang sudah diusahakan secara intensif mencapai 15 dari luas wilayah, didominasi oleh pertanian tanah kering berupa tegalan 8. Keadaan pemilikan tanah: Penguasaan tanah yang dominan adalah Tanah Negara dan Tanah dan Tanah UlayatSuku mencapai 50 dari luas wilayah Tanah yang merupakan hak 25, baru 6 terdaftar pada Badan Pertanahan Nasional. Permasalahan tanah: Adanya permukiman di daerah konservasi ketinggian 500 m dan lebih, lereng 40 dan lebih merupakan permasalahan utamapermasalahan lainnya adalah areal padang rumput yang luas belum digarap. Permasalahan pemilikan tanah: Belum jelas perbedaan di lapangan antara Tanah Negara dan Tanah Ulayat Suku menyulitkan proses pemberian hak atas Tanah Negara. Minimnya alat bukti dan kurang jelasnya sistem pewarisan adat, mempersulit proses pembuktian hak atas tanah. The problem of land use and ownership in villages in East Nusa Tenggara province Daniel R. Masadu 1a Abstract In villages the main occupation is farming. The use of land and the ownership of land are considered. Land use: Based on data for 2005, the province of East Nusa Tenggara NTT has an area of 47,350 km 2 or 4,735,000 ha, of which 80 is forest and savannah. The area of forest is about 40 with only 10 under dense forest. The land that is cultivated intensively is about 15, and it is dominated by dryland farming 8. In the province of NTT there is less arable land than savanna on which to develop agriculture. Condition of land ownership: The dominant land ownership classifications are ‘country’ land and ‘ethnic’ land. These make up about 50 of the total land area. Of the 25 of the land that is subject to land rights claims, only 6 is listed by the National Council of Land as successfully claimed. The status of ‘country’ and ‘ethnic’ land is not yet clear and the slow settlement of land rights claims make ownership a major impediment in catchments. 1 Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, Propinsi Nusa Tengarra Timur, Kepala Bidang Penatagunaan Tanah. 1a The Regional Office of National Land Agency, East Nusa Tenggara province.