d. Makna membesit dalam tanggung jawab.
e. Makna muncul dalam situasi transendensi, gabungan dari keempat hal diatas.
2.4 Aspek-Aspek Spiritualitas
Schreurs 2002 menjabarkan spiritualitas sebagai proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang. Proses tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu
aspek eksistensial, aspek kognitif dan aspek rasional. a. aspek eksistensial, dimana seseorang belajar untuk “mematikan” bagian
dirinya yang bersifat egosentrik dan defensif. Aktivitas yang dilakukan seseorang pada aspek ini dicirikan oleh proses pencarian jati diri
“True Self” pada tahap eksistensial.
b. Aspek kognitif, seseorang mencoba untuk menjadi lebih reseptif terhadap realitas transenden. Biasanya dilakukan dengan menelaah literature atau
melakukan refleksi atas suatu bacaan spiritual tertentu, melatih kemampuan untuk konsentrasi, juga dengan melepas pola pemikiran yang
terbentuk sebelumnya agar dapat mempersepsi secara lebih jernih pengalaman yang terjadi serta melakukan refleksi atas pengalaman
tersebut. Disebut aspek kognitif karena aktivitas yang dilakukan pada aspek ini merupakan kegiatan mencari pengetahuan spiritual.
c. Aspek relasional, merupakan tahap kesatuan dimana seseorang merasa bersatu dengan Tuhan danbersatu dengan Cinya-Nya. Pada aspek ini
seseorang membengun, mempertahankan dan memperdalam hubungan personalnya dengan Tuhan.
2.5 Kompetensi Spritualitas.
Tischler 2002 mengemukakan terdapat empat kompetensi yang didapat dari spiritualitas yang berkembang, yaitu :
1. Kesadaran Pribadi personal awareness, yaitu bagaimana seseorang mengatur dirinya sendiri, self-awareness, emotional self-awareness,
penilaian diri yang positif, harga diri, mandiri, dukungan diri, kompetensi waktu, aktualisasi diri
2. Keterampilan Pribadi personal skills, yaitu mampu bersikap mandiri, fleksibel, mudah beradaptasi, menunjukkan performa kerja yang baik
3. Kesadaran Sosial social awareness, yaitu menunjukkan sikap sosial yang positif, empati, altruisme
4. Keterampilan Sosial social skills yaitu memiliki hubungan yang baik dengan teman kerja dan atasan, menunjukkan sikap terbuka terhadap
orang lain menerima orang baru, mampu bekerja sama, pengenalan yang baik terhadap nilai positif, baik dalam menanggapi kritikan
Seseorang dengan spiritualitas yang berkembang akan memiliki komponen-komponen di atas.
B. Kajian Teoritik
1. Teori Patron Klein
Teori ini hadir untuk menjelaskan bahwa dalam suatu interaksi sosial masing-masing aktor melakukan hubungan timbal-balik. Hubungan ini
dilakukan secara vertikal satu aktor kedudukannya lebih tinggi maupun secara horizontal masing-masing aktor kedudukannya sama. Istilah patron
berasal dari bahasa Spanyol yang secara etimologis berarti seseorang yang memiliki kekuasaan power, status, wewenang dan pengaruh, sedangkan klien
berarti bawahan atau orang yang diperintah dan yang disuruh.
48
Patron dan klien berasal dari suatu model hubungan sosial yang berlangsung pada zaman Romawi kuno. Seorang patronus adalah bangsawan
yang memiliki sejumlah warga dari tingkat lebih rendah, yang disebut clients, yang berada di bawah perlindungannya. Meski para klien secara hukum adalah
orang bebas, mereka tidak sepenuhnya merdeka. Mereka memiliki hubungan dekat dengan keluarga pelindung mereka. Menurut Pelras, Ikatan antara patron
dan klien mereka bangun berdasarkan hak dan kewajiban timbal balik yang biasanya bersifat turun temurun.
49
Hubungan patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari sebuah ikatan yang
melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status
48
Usman, Sunyoto. 2004. Sosiologi; Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Center for Indonesian Research and Development [CIReD]. Cetakan Pertama.hal 132
49
Palras, Christian. 1971. Hubungan Patron-Klien Dalam Masyarakat Bugis Makassar. Paris: Tidak Diterbitkan. Hal 21