PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI DZIKIR TERHADAP PENINGKATAN DISIPLIN DIRI SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN DARUL MUSTAGHITSIN LAMONGAN.

(1)

PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

DENGAN TERAPI DZIKIR TERHADAP PENINGKATAN DISIPLIN DIRI SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN

DARUL MUSTAGHITSIN LAMONGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

Baharuddin Yusuf Fanani NIM. B03211046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Baharuddin Yusuf Fanani ( B03211046 ), Pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir terhadap Peningkatan Disiplin Diri Santri di Yayasan Pndok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan .

Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan?. 2) Adakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan?.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk memeriksa fakta dan data mengenai pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri Santri di Yayasan Pndok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yang pertama variabel X yaitu terapi dzikir dan yang kedua variabel Y yaitu disiplin diri. Adapun model penelitian yang dipakai, peneliti menggunakan model quasi eksperimen (eksperimen tidak murni) dengan bentuk one-shot case study. Subyek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan yang berjumlah 25 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode angket yang kemudian dianalisa. Berdasarkan dari hasil analisis data dengan menggunakan program IBM Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 22.0 for Windows, bahwa korelasi antara variabel terapi dzikir dengan variabel disiplin diri adalah sebesar 0.607. Setelah merujuk kepada tabel, ternyata pada df sebesar 23 dengan taraf signifikan 5%, sehingga r tabel yang diperoleh adalah 0.413. sedangkan r hitung yang dihasilkan adalah 0.607, ini menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel (0.607 > 0.413). Hal ini membuktikan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKIRPSI... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO... iv

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitia ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

1. Pendekatan dan Jenis Pendekatan... 7

2. Populasi dan Sampel... 9

3. Variabel dan Indikator... 10

4. Definisi Operasional ... ... 11

5. Teknik Pengumpulan Data ... 15

6. Teknik Analisis Data ... 17

7. Kerangka Teori dan Hipotesis... 18

F. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II : BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN TERAPI DZIKIR A. Bimbingan Konseling Islam ... 22

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 22

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam... ... 27

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam... 29

4. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ... ... 30

B. Dzikir dan Doa ... ... 31

1. Pengertian Dzikir... ... 31

2. Keutamaan dan Faedah Dzikir ...,... 33

3. Bentuk dan Cara Dzikir... ... 34


(7)

C. Disiplin Diri ... 37

1. Pengertian Disiplin Diri ... 37

2. Tujuan dan Kegunaan Disiplin Diri ... 39

3. Menanamkan Disiplin Diri ... 40

4. Indikator Disiplin Diri ... 42

D. Penelitian Dahulu yang Relevan... 44

BAB III : BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN TERAPI DZIKIR DI YAYASAN PONDOK PESANTREN DARUL MUSTAGHITSIN LAMONGAN A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian………. 46

1. Profil Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan ... 46

2. Visi dan Misi Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan ... 47

3. Jadwal kegiatan Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan ... 48

4. Tata Tertib dan Peraturan Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan ... 50

5. Deskripsi Santri yang Tidak Disiplin...58

B. Deskripsi Hasil Penelitian.. ... 58

C. Pengujian Hipotesis ... 82

BAB IV : ANALISIS DATA BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN TERAPI DZIKIR ISLAM DALAM PENINGKATAN DISIPLIN DIRI A.Proses Terapi Dzikir sebagai Bimbingan dan Konseling Islam...84

B.Pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir terhadap Peningkatan Disiplin Diri...88

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan... ... 90

B. Saran... ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam kehidupan modern saat ini, selalu ada satu waktu dimana manusia merasa tidak mengerti, tidak tahu serta tidak mampu mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapinya. Ketika seseorang merasa tidak tahu dan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya, maka ia akan membutuhkan kekuatan dari luar dirinya yang diyakini akan bisa membantu mengatasi permasalahannya. Kekuatan dari luar mungkin bisa dari Sang Pencipta atau hal-hal lain yang dianggap dan diyakini mampu membantu mengatasi permasalahan tersebut.

Sebagai insan yang beriman tentu saja dalam mangatasi problematika kehidupan selalu disandarkan pada kekuatan Tuhan. Apalagi sebagai umat islam, senantiasa dituntun untuk selalu meminta pertolangan kepada-Nya ketika mendapatkan permasalahan dalam kehidupan. Salah satu ekspresi seseorang dalam meminta pertolangan kepada Allah dengan melalui doa yang dipanjatkan dengan tulus ikhlas dan dengan keyakinan penuh akan terkabul. Doa merupakan harapan munculnya kekuatan dari Allah agar bisa memecahkan permasalahan, doa juga sebagai sugesti sesorang agar mampu mengatasi berbagai permasalahan hidup yang dihadapi.1

1

Murphy, Joseph, (Penerjemah: Slamat P.Sinambela), Terapi Doa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2012), hal. 93.


(9)

2

Dalam kehidupan sehari-hari, berdoa dan berdzikir sangat penting untuk diterapkan khususnya bagi umat Muslim, karena kedua aktivitas tersebut merupakan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya, yakni Allah SWT. Namun dalam prakteknya antara dzikir dan doa jarang sekali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, walau mungkin ada itu pun hanya sebagian manusia yang selalu menerapkannya.

Kebanyakan orang mengamalkan doa dan dzikir pada saat waktu dan keadaan tertentu. Seperti halnya berdoa, berdoa hanya dilakukan oleh manusia saat ada kemauan (menginginkan sesuatu) yang dimana dia berpikir hanya Allah lah yang bisa membantu merealisasikan keinginannya itu. Begitupun dengan berdzikir, jarang sekali manusia mengamalkan dzikir dalam kehidupan sehari-hari, terkadang manusia berdzikir dan mengingat Allah hanya saat dalam kesusahan dan tertimpa masalah saja.

Dzikir adalah suatu kegiatan atau cara yang dilakukan oleh seorang hamba dalam mengingat Allah SWT. Dalam dzikir seorang hamba memuji dan mengagungkan kebesaran Allah dengan merasa bahwa kita hanyalah seorang hamba yang lemah tak berdaya dan hanya Allah lah yang Maha Kuasa. Maka dari itu, kita seorang hamba-Nya hanyalah bagian kecil dari kekuasaan-Nya.

Dzikir sangat penting bagi ketenteraman batin. Dengan berdzikir kita dapat memupuk rasa optimis didalam diri, serta menjauhkan diri dari rasa pesimis dan keputusasaan. Lebih dari itu semua, dzikir mempunyai peranan


(10)

3

penting dalam penciptaan kesehatan mental dan semangat hidup. Dzikir juga mempunyai makna penyembuhan bagi seseorang yang terkena stress dan gangguan kejiwaan. Dzikir mengandung manfaat untuk pencegahan terhadap terjadinya kegoncangan jiwa dan gangguan kejiwaan. Lebih dari itu, dzikir mempunyai manfaat bagi pembinaan dan peningkatan semangat hidup. Atau dengan kata lain, dzikir mempunyai fungsi kuratif, preventif dan konstruktif bagi kesehatan mental.2

Pada hakekatnya setiap manusia memiliki fitrah sebagai makhluk Allah yang beriman dan bertakwa, pada diri remaja maupun pada diri orang dewasa sekalipun. Ketika dia sadar akan perilakunya yang melanggar norma-norma, maka orang tersebut akan menyesali perbuatannya, kemudian dia ingin merubah perilakunya ke arah yang lebih baik dan kembali ke jalan yang diridloi Allah, dimana semua keinginan tersebut harus berawal dari kesungguhan hati (niat), atau disebut juga dengan motivasi. Dari sinilah orang-orang yang lupa akan jalan Allah dan mempunyai keinginan, harapan atau motivasi untuk kembali kejalan yang benar, mereka membutuhkan suatu bimbingan dengan pendekatan tertentu untuk penguatan motivasi dalam perubahan perilaku negatif yang selama ini merugikan dirinya maupun orang lain.

Seorang muslim memiliki banyak tugas dan hal yang harus dikerjakan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Ada hak Allah, hak Rasulullah dan

2

Daradjat, Zakiah, Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama. 1992), hal. 58


(11)

4

hak-hak dalam Islam yang harus ditunaikan. Ada juga hak orang tua, hak anak, hak istri, hak kerabat, hak tetangga, hak sesama muslim dan bahkan hak kepada non muslim yang juga harus dilaksanakan.

Di hadapakan dengan banyak tugas dan tanggung jawab tersebut, seorang muslim dituntut untuk selalu memiliki kesehatan fisik dan ketegaran mental. Semangat tinggi untuk selalu berbuat, berkarya dan beramal harus senantiasa dinyalakan. Kemalasan dan keloyoan semangat harus dienyahkan karena keduanya hanya akan menjadi benalu yang menggerogoti keistiqamahan.

Seperti fenomena yang ada dalam dunia pondok pesantren yang dialami para santri dalam menimba ilmu agama. Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan khas yang mempunyai tujuan untuk membentuk seorang muslim yang senantiasa taat dalam melaksanakan perintah agama serta mengetahui dan menguasai ilmu tentang tata cara dalam melaksanakan ajaran agama. Hal tersebut merupakan perwujudan dalam upaya menyempurnakan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT di bumi.

Pondok pesantren juga berusaha untuk mencetak para santri menjadi insan yang mandiri, yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan di pondok pesantren memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan ditempat pendidikan lain. Hal ini disebabkan karena pesantren lebih mengutamakan ilmu keagamaan. Kegiatan yang ada dipesantren dalam rana keagamaan juga sangat beragam, misalnya sholat fardhu berjamaah,


(12)

5

tadarrus alquran, sholawat Nabi, belajar kitab-kitab dll. Semua itu adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh semua santri. Disamping itu, dalam pondok pesantren pasti mempunyai peraturan-peraturan yang harus ditaati guna untuk melancarkan semua kegiatan dan aktivitas pesantren tersebut. Meskipun sudah ada peraturan yang dibuat dan diterapkan oleh pesantren, masih banyak santri yang melanggar peraturan tersebut dan kurang disiplin dalam menjalankan aktivitas yang ada di pondok pesantren. Seperti santri yang tidak mengikuti jamaah sholat fardhu, mengaji al-quran, diniyah dan kegiatan pondok pesantren yang lainnya. Yang lebih parahnya lagi, ada juga santri yang suka keluyuran dimalam hari dan ada pula santri yang merokok di pesantren, padahal semua itu melanggar peraturan yang ada di pondok pesantren.

Dari paparan diatas penulis tertarik meneliti tentang terapi dzikir, yang mana kebanyakan terapi dzikir banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit terutama penyakit jiwa atau psikis manusia. Namun peneliti akan melakukan penelitian tentang terapi dzikir yang akan digunakan sebagai pengontrol disiplin diri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari terutama aktivitas dalam beragama. Dengan itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir terhadap Peningkatan Disiplin Diri Santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.


(13)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan?

2. Adakah pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti uraikan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

2. Untuk mengetahui pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para


(14)

7

pembacanya. Di antara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis dapat peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam bagi peneliti yang lain dalam hal meningkatkan disiplin diri dengan menggunakan terapi dzikir.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses konseling dalam hal disiplin diri.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kedisiplinan diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan. Dan juga untuk mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam sebagai calon konselor.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam menangani kasus yang sama dengan menggunakan dimensi-dimensi yang ada pada terapi dzikir.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan jenis kuantitatif. Yaitu jika ciri-ciri suatu faktor dapat diteliti dengan angka.


(15)

8

Karena penelitian di sini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan analisis statistik (menggunakan angka-angka untuk memperoleh kebenaran hipotesis). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi

ekperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dilakukan pada subjek diteliti. Penelitian eksperimen dikenal dua jenis yaitu eksperimen murni dan eksperimen tidak murni (Quasi eksperimen).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model quasi eksperimen (eksperimen tidak murni) dengan bentuk one-shot case study. 3 Adapun pola desain one-shot case study digambarkan dalam bentuk skema seperti yang berikut ini:

Keterangan: X : Treatment

O : Test sesudah treatment

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan treatment yaitu menggunakan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan tanpa melakukan tes terlebih dahulu. Setelah melakukan treatment, test baru dilakukan dan data yang diperoleh akan disusun dan dianalisa.

3

Suharsimi Arkunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 77.

X

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Terapi Behavior dengan Pendekatan Reward and Punishment terhadap Disiplin Diri Pelajar Madrasah Al-Quran, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang pelajar Madrasah Al-Quran dengan melalui tiga tahap yaitu, 1) Pra Eksperimen; 2) Tahap Eksperimen, dan 3) Pasca Eksperimen. Pada tahap pra eksperimen, pelajar diberikan angket yang mengadungi 20 pertanyaan berkaitan dengan reward and

O

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Te dengan Pendekatan Reward and Punishment terhadap Disipli Madrasah Al-Quran, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang pelajar Madra

dengan melalui tiga tahap yaitu, 1) Pra Eksperimen; 2) Taha dan 3) Pasca Eksperimen. Pada tahap pra eksperimen, pe angket yang mengadungi 20 pertanyaan berkaitan denga


(16)

9

2. Populasi dan Sampel

Populasi berasal dari bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian kata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.4

Populasi merupakan keseluruhan sasaran yang seharusnya diteliti dan pada populasi itu hasil penelitian diberlakukan, sesuai tempat terjadinya masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini populasinya adalah santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan yang berjumlah 158 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.5 Pengambilan sampel dari penelitian ini adalah dengan menggunakan santri yang ada di Pondok Pesantren sebagai responden yang akan diteliti yang berjumlah 25 santri. Apabila subyeknya lebih dari 100 orang, maka diperbolehkan mengambil sampel 10% - 15% atau lebih 20% - 25% atau lebih.

4

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan

Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2005), hal. 109. 5

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal. 112.


(17)

10

3. Variabel dan Indikator

Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian yang bisa juga disebut dengan yang menjadi titik pusat perhatian suatu penelitian.

Variabel dalam penelitian perlu ditentukan agar alur hubungan dua atau lebih variabel dalam penelitian dapat dipastikan secara tegas dan jelas. Penentuan variabel dalam suatu penelitian berkisar pada variabel bebas, variabel terikat, maupun variabel kontrol. Kemudian menentukan variabel penelitian.

Penelitian ini di dalamnya hanya terdapat dua variabel yakni X (variabel bebas) dan Y (variabel terikat).

1) Variabel bebas (VX) adalah Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir.

2) Variabel terikat (VY) adalah peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

Indikator variabel

Indikator variabel adalah yang dipecahkan menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Adapun indikator dalam penelitian ini adalah:

1) Indikator variabel bebas (X) : Terapi dzikir dibatasi pada:


(18)

11

b) Pemahaman terhadap dzikir yang diamalkan. 2) Indikator variabel terikat (y) :

Disiplin diri dalam hal ini dibatasi pada:

a) Shalat fardhu berjamaah 5 waktu di masjid setiap hari. b) Selalu mengikuti kegiatan pondok pesantren.

c) Mentaati semua peraturan pondok pesantren.

4. Definisi Operasional

a. Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.6

Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan

6

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15.


(19)

12

membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.7

Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw. ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.8

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.

7

Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5.

8

Drs. Syamsul Munir Amin M.A, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 23.


(20)

13

b. Terapi Dzikir

Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, sekaligus paling besar kedudukannya dan paling utama di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan gerak lidah adalah gerakan yang paling ringan dan paling mudah dari setiap anggota badan lainnya. Seandainya anggota badan lainnya bergerak sebanyak lidah bergerak (karena dzikir), niscaya ia akan letih, dan yang demikian itu tidak mungkin dilakukan.9

Dzikir menurut bahasa adalah ingat akan sesuatu atau menyebut akan sesuatu. Dzikir menurut istilah Ahli Sufi adalah ingat Asma Allah SWT. dengan sarana apa saja baik secara dhohir atau dalam bathin. Orang yang senantiasa berdzikir maka akan merasa tentram dan tenang dalam hidupnya sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS Al-Ra'd ayat 28 yang berbunyi:























Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS Al-Ra’d ayat 28)

c. Disiplin Diri

Menurut Bahasa disiplin diri berasal dari dua kata yaitu “discipline” yang berarti kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan,

9

Teungku Hasbi Ash-Shiddieqiy, Pedoman Dzikir Dan Doa, (Jakarta, Bulan Bintang 1990) hal, 24


(21)

14

dan “self” yang berarti kemampuan diri untuk mengendalikan segala perbuatan yang bertentangan dengan akal dan moral serta norma yang berlaku. Disiplin diri dapat menjauhkan kita dari kemalasan, karena disiplin diri memiliki nilai-nilai yang penting dan universal sehingga keberadaannya menguntungkan bagi diri sendiri maupun orang lain.10

Menurut WJS Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.11

Adapun menurut Moh. Sohchib pula, disiplin berarti membatasi keteraturan dan pengendalian diri berdasarkan nilai-nilai dari agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat dalam tatanan pergaulan yang memberikan pemaksaan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.12

Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bawa disiplin berasal dari kata “disciple” yaitu seorang yang belajar secara sukarela mengikuti seorang pemimpin yakni orang tua dan guru, sedangkan anak sebagai murid yang belajar dari mereka cara hidup yang bermanfaat terutama bagi diri sendiri.13

10

Thomas Gordon, Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 3.

11

WJS, Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka, 1976). hal. 286.

12

M. Shochib, Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 42.

13

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Alih Bahasa Med. Maitasari Tjandra, Dalam


(22)

15

Disiplin diri memiliki banyak makna yaitu mampu

menggerakkan dan mengatur diri serta waktu sendiri, mampu mengendalikan emosi dan nafsu sendiri. Satu hal penting, sebelum kita melakukan sesuatu itu terlebih dahulu tetapkanlah tujuan atau target dan tidak menunda sampai situasi sempurna. Karena secara tidak langsung kita telah menyimpannya di alam bawah sadar. Dan otomatis setiap tindakan yang akan kita lakukan selaras dengan apa yang telah kita simpan itu. “ not only what you see is what you get, but also what you think is what you get”. Kemudian lakukan terus dengan disiplin sehingga kita mendapatkan apa yang kita inginkan.14

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati santri Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin yang meliputi: keadaan atau kondisi santri, kegiatan para santri di pesantren, dan proses terapi yang dilakukan.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang memperoleh informasi dari seorang lainnya

14

Prijosaksono, A dan Dwi Sanjaya, Use Your 7 Power. (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2002), hal 79.


(23)

16

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.15 Pada penelitian ini wawancara digunakan untuk memperoleh informasi pendukung. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini bersifat tidak struktur. Pedoman yang digunakan dalam wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip termasuk buku tentang pendapat teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Metode ini digunakan untuk mencari data tentang struktur organisasi Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan, jumlah ustad, pengasuh, dan santri serta sarana dan prasarana dan data-data lain yang diperlukan. Disamping itu juga letak geografis, peta, foto kegiatan dan wujud lain yang diperlukan untuk menunjang kejelasan obyek penelitian.

d. Angket (Kuesioner)

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara

15

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rmaja Rosdakarya, 2008), hal. 180.


(24)

17

tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau anggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.16

Pelaksanaannya dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan secara langsung dan tertulis kepada responden yang dalam hal ini diberikan kepada santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Sebab dari hasil itu dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah diajukan peneliti.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif untuk menjawab rumusan masalah yang berkaitan dengan proses bimbingan dan konseling islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri. Sedangkan langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruhnya adalah sebagai berikut:

a. Memeriksa (Editing)

Hal ini dilakukan setelah semua data yang kita kumpulkan melalui kuesioner atau angket atau instrumen lainnya. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali semua kuesioner tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengecek apabila terjadi kesalahan maka responden diminta untuk mengisi angket kembali.

16

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 69.


(25)

18

b. Memberi Tanda Kode (Coding)

Memberi tanda kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Hal ini, dimaksudkan untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

c. Tabulasi Data

Tabulasi data dilakukan, jika semua masalah editing dan coding kita selesaikan. Artinya tidak ada lagi permasalahan yang timbul dalam editing dan coding atau semuanya telah selesai.

Analisis perhitungan rumus statistik dengan menggunakan tabel data. Ragam tabel data disesuaikan dengan kebutuhan komponen rumus tersebut. Dengan demikian, rumus perhitungan analisis rumus-rumus tersebut hanya dilakukan dalam tabel itu.17

Teknik Analisis data dimaksudkan untuk mengkaji kaitannya dengan kepentingan pengajuan hipotesis penelitian. Tujuannya adalah untuk mencari kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Sehingga dapat membuktikan ada tidaknya pengaruh tentang terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

7. Kerangka Teori dan Hipotesis

Seperti yang diungkapkan Neumen “teori adalah seperangkat konstruk (konsep) defisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat

17


(26)

19

fenomena secara sistematis melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Sedangkan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang melalui pengumpulan data.18

Dalam hubungannya dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini yang perlu dibuktikan kebenarannya yaitu:

1. Hipotesis kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternatif yang menyatakan hubungan antara variable X dan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok. dalam penelitian ini hipotesis kerja (Ha) adalah ada pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

2. Hipotesis Nihil (Ho) atau Hipotesis yang sering juga disebut hipotesis statistic, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Dalam penelitian ini hipotesis nihil (Ho) adalah tidak ada pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam

18

Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 64.


(27)

20

dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

F. Sistematika Pembahasan

Supaya mempermudah dalam memahami dan memsantrii apa yang ada dalam penelitian ini, maka sistematika pembahasannya dapat dibagi dalam beberapa bab. Lebih jelasnya dapat di deskripsikan dengan susunan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, kerangka teori dan hipotesis, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, variabel dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data serta dalam bab satu ini juga berisi tentang sistematika pembahasan.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Bab ini meliputi: kerangka teoritik, membahas tentang pengertian bimbingan konseling islam, tujuan bimbingan konseling islam, fungsi bimbingan konseling islam, terapi dzikir yang membahas tentang pengertian, Keutamaan dan faedah dzikir, bentuk dan cara dzikir dan juga hubungan konseling dengan terapi dzikir. Pada bab ini juga menjelaskan tentang pengertian disiplin diri, tujuan disiplin diri, cara menanamkan disiplin diri


(28)

21

danjuga indikator-indikator disiplin diri. serta menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang relavan.

BAB III: Penyajian Data

Bab ini dalamnya berisi tentang deskripsi umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian yang di dalamnya membahas tentang deskripsi proses terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan, dan deskripsi pengaruh terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan dan juga pengujian hipotesis.

BAB IV: Analisis Data

Bab ini membahas tentang analisis data tentang proses terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan dan juga pengaruh terapi dzikir sebagai bimbingan konseling islam untuk peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

BAB V: Penutup

Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang berisi Kesimpulan dan Saran-saran yang akan diberikan sesuai dengan pembahasan yang ada.


(29)

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN TERAPI DZIKIR A. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan “konseling” (diadopsi dari kata counseling). Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berati mengarahkan (to direct), membantu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir (to steer).19

Dari segi pengertian bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. 20

Untuk menjelaskan pengertian bimbingan, maka berikut ini adalah penjelasan dari berbagai pakar diantaranya adalah sebagai berikut:

Miller (1961) dalam surya (1988), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian

19

Syamsu Yusuf, LN, Landasan Bimbingan dan Konseling, cet.ke 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 5.

20

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal. 4.


(30)

23

diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk maderasah, keluarga dan masyarakat.21

Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan dalam bukunya Sofyan S. Wilis bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan,

menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya.22

Menurut Bimo Walgito bimbingan adalah tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu

dalam menghindari atau menyatakan kesulitan-kesulitan dalam

kehidupannya agar supaya individu tersebut dapat mencapai

kebahagiaan.23

Menurut Sunaryo Kartadinata, dalam bukunya Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan mengartikan bahwa bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.24

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para pakar bimbingan dan konseling tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

21

Thoharin , M.pd, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Dan madrasah (berbasis integrasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal 16-17.

22

Sofyan S. Wilis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alvabeta CV, 2010), hal. 11.

23

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III, (Yogyakarta: Adi Offset, 1995), hal. 4.

24

Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling , (Bandung: Raja Rosdakarya offet, 2005), hal. 6.


(31)

24

bimbingan merupakan bantuan yang diberikan seorang pembimbing kepada seorang individu maupun kelompok agar individu maupun kelompok yang dibimbing tersebut dapat mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasehat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku sehingga akan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.

Sedangkan pengertian konseling adalah dalam bahasa Inggris, Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang diartikan sebagai berikut: nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung untuk mengatasi masalah yang timbul pada siswa.25

Mohammad Surya menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses berorientasi belajar, dilakukan dalam suatu lingkungan sosial, antara seseorang dengan seseorang, dimana seorang konselor yang memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis, berusaha membantu klien dengan metode yang cocok dengan kebutuhan klien tersebut, dalam hubungaannya dengan keseluruhan program ketenagaan, supaya dapat mempelajari lebih baik

25

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 21.


(32)

25

tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahamkan tentang dirinya untuk realistik, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan lebih produktif.26

Dari berbagai pemaparan pengertian konseling dari para tokoh konseling tersebut, dalam pemaparannya tidak jauh beda, yang intinya bahwa konseling itu merupakan suatu proses bantuan yang dilakukan antar pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan suatu pemahaman dan kecakapan dalam menemukan suatu masalah yang dihadapi dan menghasilkan sebuah solusi.

Setelah diketahui arti dari bimbingan dan konseling, maka kemudian dalam hai ini, perlu diketahui juga maksud dari penulis dalam mendefinisikan Bimbingan Konseling Islam itu sendiri, adalah sebagai berikut:

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.27

26

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta : eLSAQ Press, 2007), hal. 38.

27

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15.


(33)

26

Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.28

Maka dari itu makna secara keseluruhan maksud dari Bimbingan dan Konseling Islam itu adalah suatu aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan konseli atau klien.29 Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw. ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.30

28

Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5.

29

Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006 ), hal. 180-181.

30

Drs. Syamsul Munir Amin M.A, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 23.


(34)

27

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat

mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Secara garis besar tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dapat dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat. Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:

a. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.

b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.


(35)

28

c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.

d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan menerima ujianNya.

e. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup,

dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi

lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

f. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai dengan Islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma kenabian.31

Sedangkan dalam bukunya Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, Aunur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.

b. Tujuan khususnya adalah:

31

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 43.


(36)

29

1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2) Membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya 3) Membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. 32

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Dilihat dari beragamnya klien maka fungsi Bimbingan dan Konseling Islam secara tradisional dibagi menjadi:

a Fungsi Preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah kejiwaan, upaya ini meliputi: pengembangan strategi dan program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yan tidak perlu terjadi.

b Fungsi Remedial atau Rehabilitatif yaitu konseling banyak memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri. Fokus peranan remedial adalah: penyesuaian diri, menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi dan mengembalikan kesehatan mental serta mengatasi gangguan emosional.

c Fungsi Edukatif (pengembangan atau developmental) yaitu berfokus pada membantu meningkatkan keterampilan dalam kehidupan,

32

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII press, 2001), hal. 35-36,


(37)

30

mengidentifikasi dan memecahkan masalah hidup serta meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan.33

Sedangkan secara umum, fungsi Bimbingan dan Konseling meliputi beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut:

a Fungsi pencegahan, yaitu merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.

b Fungsi penyaluran, bimbingan konseling membantu mendapatkan kesempatan penyaluran pribadi masing-masing.

c Fungsi penyesuaian, bahwa bimbingan konseling membantu

tercapainya penyesuaian dengan lingkungannya.

d Fungsi perbaikan, yaitu Bimbingan dan Konseling berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

e Fungsi pengembangan, pelayanan yang diberikan dapat membantu dalam mengembangkan keseluruhan potensi dan keterampilan yang ada dalam diri individu secara lebih terarah.

d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam bukunya Tohari Musnamar menyebutkan prinsip bimbingan dan konseling islam antara lain:

a. Membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya (mengingatkan kembali akan fitrahnya).

33

Hamdan Bakran Adz-dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006 ), hal. 217.


(38)

31

b. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah, namun manusia hendaknya menyadari bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu bertawakal kepada Allah SWT.

c. Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang dihadapinya.

d. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.

e. Membantu individu mengembangkan kemampuan mengantisipasi masa

depan, sehingga mampu memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan sekarang dan memperkirakan akibat yang akan terjadi, sehingga membantu mengingat individu untuk lebih berhati- hati dalam melakukan perbuatan dan bertindak.34

B. Terapi Dzikir

1. Pengertian Dzikir

Lafadz dzikir berasal dari bahasa Arab yang menurut bahasa memiliki bermacam-macam arti, diantaranya menyebut, mengingat, menuturkan, menjaga, mengerti, dan perbuatan baik. Bahkan lafadz yang tersusun dari akar kata dzal, kaf, dan ra’ dalam al-Qur’an terulang dalam

34

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 35-40.


(39)

32

115 kali dengan berbagai bentuknya dan memiliki makna yang beraneka ragam sesuai dengan konteks ayat.35

Dzikir menurut istilah Ahli Sufi adalah ingat Asma Allah SWT. dengan sarana apa saja baik secara dhohir atau dalam bathin. Orang yang senantiasa berdzikir maka akan merasa tentram dan tenang dalam hidupnya sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS Al-Ra'd ayat 28 yang berbunyi :





















Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS Al-Ra’d ayat 28)

Teungku Hasbie Ash Shiddiqie dalam bukunya Pedoman Dzikir dan Doa, menjelaskan bahwasannya dzikir adalah menyebut nama Allah dengan membaca tasbih (subhanaallah), membaca tahlil (la ilaha illallahu), membaca tahmid (alhamdulillah), membaca taqdis (quddusun), membaca takbir (allahuakkbar), membaca hauqollah (la hawla wala quwwata illa billah), membaca hasbalah (hasbiyallah), membaca

35


(40)

33

basmalah (bismillahirrahmanir rahim), membaca al-qur’an al majid dan membaca doa-doa yang ma’tsur, yaitu doa yang diterimadari Nabi SAW.36

Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, sekaligus paling besar kedudukannya dan paling utama di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan gerak lidah adalah gerakan yang paling ringan dan paling mudah dari setiap anggota badan lainnya. Seandainya anggota badan lainnya bergerak sebanyak lidah bergerak (karena dzikir), niscaya ia akan letih, dan yang demikian itu tidak mungkin dilakukan.

2. Keutamaan dan Faedah Dzikir

Banyak sekali ayat Al-Quran dan hadits Nabi saw. yang menerangkan keutamaan dari dzikir antara lain sebagai berikut:

Allah berfirman dalam Al-Quran:













“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 2)





























“laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)

36

Teungku Hasbi Ash-Shiddieqiy, Pedoman Dzikir Dan Doa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 36.


(41)

34

Di antara faedah-faedah dzikir adalah sebagai berikut: a Mengusir, mengalahkan dan menghancurkan swtan. b Mendapat keridhaan Allah.

c Menghilangkan rasa susah dan kegelisahan hati. d Membuat hati menjadi senang, gembira dan tenang. e Dapat menghapus dan menghilangkan dosa-dosa.

f Dapat menyelamatkan seseorang dari kepayahan di hari kiamat. g Dzikir merupakan tanaman surga. 37

3. Bentuk dan Cara Dzikir

Dzikir terbagi menjadi beberapa macam, adapun bentuk dan cara dzikir adalah sebagai berikut:

a. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah SWT akan bertambah.

b. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-Qur'an dan sebagainya.

37 Shaleh din Ghanim al-Sadian, Doa Dzikir (Qouli dan Fi’li), (Yogyakarta : MITRA PUSTAKA 2004), hal. 3


(42)

35

c. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.

4. Hubungan Konseling dengan Terapi Dzikir

Menurut Asisi (1994), bahwa dzikir merupakan proses penyadaran diri sebagai hamba Allah, penyembuhan terhadap penyakit kerohanian bahkan penyakit sosial. Dzikir ini selain sebagai pesan bimbingan keagamaan juga sekaligus sebagai salah satu metode terapi penyakit mental. Dzikir dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa, tak diragukan lagi merupakan obat kegelisahan yang dirasakan manusia saat menghadapi berbagai tekanan dan bahaya hidup, serta tak ada tempat bersandar dan penolong.38

Di antara kalimat yang digunakan dalam ber-dzikir adalah:

ا

ا

هل

اا

ه

“Tidak ada Tuhan selain Allah”.

Penggunaan kalimat tersebut sebagai bentuk dzikir selain didasarkan pada al-Quran juga didasarkan pada hadits Nabi SAW.: “Dzikir

38

Iqra al-Firdaus, Rahasia Kekuatan Doa & Dzikir Bagi Kesehatan, (Jakarta: Laksana 2011), hal. 344


(43)

36

yang paling utama ialah membaca lafadz laa ilaaha illallaahu dan doa yang

paling utama ialah membaca kalimat alhamdu lillah.” (HR. Imam

Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i, Ibnu Hiban, dan Hakim dari Jabir). Ber-dzikir sama dengan berobat dan efektivitasnya dapat dibuktikan secara empirik, misalnya dalam penyembuhan tekanan darah tinggi dan peningkatan produktivitas kerja.

Ketekunan kita dalam berdzikir kepada Allah SWT. baik dengan ber-tasbih, ber-takbir, ber-istighfar, ber-doa, maupun membaca al-Quran, akan menimbulkan kesucian dan kebersihan jiwanya serta perasaan aman dan tentram. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”(QS. Ar-Ra’d : 28)

Pengaruh dzikir tersebut menurut Salim (1995), selain dapat memelihara diri dari kejahatan juga berpengaruh bagi penyembuhan penyakit mental dan penyakit fisik. Fakhruddin (1994) mengemukakan bahwa dzikir itu bagian dari nama al-Quran. Sedangkan al-Quran itu berfungsi sebagai Syifa (Pengobatan) bagi penyakit rohaniyah dan jasmaniyah. Dengan demikian dzikir dengan kalimat tauhid mengandung

fungsi yang sama dengan al-Quran sebagai Adz-Dzikru


(44)

37

menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…” (QS. Al-Israa : 82) 39

Akan tetapi bagi kita yang ingin mendapat kemudahan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. tidaklah cukup dengan ber-dzikir di kala shalat saja. Namun, kita harus banyak berber-dzikir di luar shalat. Hal ini dilakukan dengan memperbanyak tasbih, tahmid, takbir, dan berdoa. Mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui berbagai ibadah, membaca al-Quran, wirid, dan doa akan meningkatkan keimanan di dalam qalbu serta menambah perasaan damai, aman, dan tentram di dalam jiwa.

C. Disiplin Diri

1. Pengertian Disiplin Diri

Menurut WJS Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.40

Adapun menurut Moh. Sohchib pula, disiplin berarti membatasi keteraturan dan pengendalian diri berdasarkan nilai-nilai dari agama dan

39

Syamsuddin Noor, Rahasia doa-doa dalam Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Al-Mawardi 2009), hal. 261

40

WJS, Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka, 1976). hal. 286.


(45)

38

norma-norma yang berlaku di masyarakat dalam tatanan pergaulan yang memberikan pemaksaan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.41

Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bawa disiplin berasal dari kata

“disciple” yaitu seorang yang belajar secara sukarela mengikuti seorang pemimpin yakni orang tua dan guru, sedangkan anak sebagai murid yang belajar dari mereka cara hidup yang bermanfaat terutama bagi diri sendiri.42

Menurut Bahasa disiplin diri berasal dari dua kata yaitu

discipline” yang berarti kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, dan

“self” yang berarti kemampuan diri untuk mengendalikan segala perbuatan

yang bertentangan dengan akal dan moral serta norma yang berlaku. Disiplin diri dapat menjauhkan kita dari kemalasan, karena disiplin diri memiliki nilai-nilai yang penting dan universal sehingga keberadaannya menguntungkan bagi diri sendiri maupun orang lain.43

Disiplin diri memiliki banyak makna yaitu mampu menggerakkan dan mengatur diri serta waktu sendiri, mampu mengendalikan emosi dan nafsu sendiri. 44

41

M. Shochib, Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 42.

42

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Alih Bahasa Med. Maitasari Tjandra, Dalam

Child Development (Jakarta: PT Erlangga, 1978), hal. 82.

43

Thomas Gordon, Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 3.

44

Linda dan Richard Eyre, Mengajarkan Nilai-Nilai Kepada Anak (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal. 64.


(46)

39

Disiplin biasanya dipahami sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan ketaatan dan kepatuhan dalam melakasanakan peraturan atau norma-norma hidup yang diperoleh dari pelatihan.45 Sebagaimana yang tercantum dalam QS An-Nisa ayat 59, Allah berfirman:





























...



“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu....( QS An-Nisa : 59)

Pada intinya ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk berdisipliin dalam mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin diri adalah kemampuan diri untuk mematuhi dan mentaati segala tata tertib maupun peraturan yang diperoleh melalui latihan dan pembiasaan.

2. Tujuan dan Kegunaan Disiplin Diri

Disiplin memiliki dua tujuan yaitu: a. Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk

45

Thomas Gordon, Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 4.


(47)

40

tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau masih asing bagi mereka.

b. Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang dari disiplin ialah untuk perkembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yatu dalam hal ini, dimana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman pada norma-norma atau aturan-aturan yang jelas. Menanamkan disiplin pada anak bertujuan untuk menolong anak dalam memperoleh keseimbangan antara kebutuhan dan penghargaan terhadap hak-hak orang lain. 46

Jadi, disiplin berguna bukan hanya demi kepentingan masyarakat sebagai suatu sasaran mutlak tanpa mana suatu kerjasama mustahil teratur, melainkan juga demi kesejahteraan individu sendiri. Melalui disiplin, kita belajar mengendalikan keiinginan, tanpa ini mustahil orang dapat mencapai kebahagiaan.

2. Menanamkan Disiplin Diri

Menanamkan disiplin biasanya menjadi tujuan pokok dalam mendidik anak. Menurut Schaefer, cara yang paling berkesan dan efektif adalah dengna cara pendekatan positif, misalnya dengan memberikan

46

Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak (Jakarta: Mitra Utama, 1996), hal. 88.


(48)

41

contoh, bersikap ramah, memberi semangat, pujian dan hadiah. Cara ini lebih berhasil daripada menggunakan pendekatan negatif, seperti menakut-nakuti, memberi hukuman dan sebagainya.47

Penanaman disiplin yang dikemukakan oleh Haimowitz M.L dan Haimowitz N. adalah sebagai berikut: 48

a. Teknik yang berorientasi pada kasih sayang (love oriented technique)

Teknik ini dikenal pula sebagai “menanamkan disiplin dengan meyakinkan tanpa kekuasaan” (non power assertive discipline). Memberikan pujian dan menerangkan sebab-sebab sesuatu tingkah laku yang boleh atau tidak boleh dilakukan melalui penalaran dengan dasar kasih saying yang dirasakan oleh anak, akan memperkembangkan rasa tanggungjawab dan disiplin diri yang baik.

Tanggungjawab dan disiplin diri anak bukanlah tugas yang sederhana, karena tanggungjawab dan disiplin diri harus diajarkan dengan sebuah rencana khusus, tetapi tugas itu dapat dipermudahkan dengan memanfaatkan hukum penerapan (law of reinforcement), seperti memberi pujian, dan perhatian yang tulus.

b. Teknik yang bersifat material

Teknik ini mempergunakan hadiah-hadiah yang benar-benar berwujud atau hukuman-hukuman fisik. Teknik ini juga dikenal dengan

47

Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak (Semarang: Dahara Prize, 1994), hal. 36.

48


(49)

42

“menanamkan disiplin dengan meyakinkan melalui kekuasaan (power assertive discipline), tingkah laku baru dari luar ditanam dengan paksaan. Anak patuh karena takut dihukum.

3. Indikator Disiplin Diri

Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar disiplin dapat dibina dan dilaksanakan antaranya adalah sebagai berikut: 49

a. Melaksanakan tata tertib dengan baik, karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan yang harus ditaati.

b. Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku

c. Berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan yang ada.

Adapun indikator disiplin diri menurut tim MGMP PAI adalah sebagai berikut: 50

a. Disiplin dalam melaksanakan ibadah

Disiplin dalam beribadah maksudnya berpegang teguh kepada perintah dan larangan Allah maupun Rasulnya, serta melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang disertai dengan perasaan cinta kepada-Nya. Sebagaimana yang tercantum dalam QS Ali Imran ayat 3:

49

Cece Wijaya, Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar dan

Mengajar ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 18-19.

50

TIM MGMP PAI, Pendidikan Agama Islam Kelas 3 SMU, (Surabaya: Bina Siswa, 1998), hal. 26.


(50)

43

ْ لُق

ْ

ْ مُتنُكْنِإ

ْ

ْ نوبُُِ

ْ

ْ ُيْ ِِوُعِبتٱ فْ هللٱ

ُْمُك بِب

ْ

ْ غ ي وُْهللٱ

ْ مُك لْ رِف

ْ

ْ مُك بوُنُذ

ْْ و

ُْهللٱ

ْ روُف غ

ْْر

ْ ميِح

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b. Disiplin dalam belajar

Seorang yang berdisiplin tidak akan menghabiskan waktunya dengan perkara yang sia-sia melainkan dengan perkara yang berfaedah. Seorang pelajar yang berdisiplin akan rajin dan berdisiplin dalam belajar karena kegiatan belajar adalah prioritas dirinya sebagai seorang pelajar.

c. Disiplin dalam mematuhi tata tertib sekolah

Setiap sekolah memiliki peraturan atau tata tertib yang harus dipatuhi dan ditaati oleh semua pelajar. Pelajar yang berdisiplin adalah pelajar yang mematuhi semua peraturan sekolah.

d. Disiplin dalam mengunakan waktu

Pelajar yang berdisplin akan memanfaatkan setiap waktunya dengan aktifitas dan perkara yang mendatangkan manfaat buat dirinya. Kesadaran akan pentingnya waktu, taat akan peraturan sekolah dan taat ibadah menjadikannya seorang pelajar yang berdisiplin dalam menjaga waktu.


(51)

44

D. Penelitian Dahulu yang Relevan

1. Efektifitas terapi dzikir dalam menurunkan stress

Skripsi yang disusun oleh Siti Nur Asia, Jurusan Psikologi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Tahun 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terapi dzikir efektif menurunkan stress pada wanita menopause. Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis independent. Persamaan dari penelitian ini adalah terletak pada terapi dzikir yang digunakan akan tetapi perbedaannya terletak pada terapi digunakan untuk menangani stress sedangkan peneliti menggunakan terapi dzikir untuk peningkatan disiplin diri.

2. Pengaruh metode adz Dzikir terhadap prestasi belajar santri di Taman Pendidikan al Quran Addawwam" Balongmasin Pungging Mojokerto

Skripsi yang disusun oleh Amul Cusni Zakiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Tahun 2002

Penelitian ini berupa eksperimen dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif digunakan untuk membuktikan ada tidaknya Pengaruh metode adz Dzikir terhadap prestasi belajar santri.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode kuantitatif dan dengan menggunakan dzikir dan perbedaanya penelitian terdahulu terletak pada penerapan dzikir sebagai pengaruh


(52)

45

prestasi belajar sedangkan peneliti menggunakan dzikir untuk peningkatan disiplin diri.

3. Peranan Disiplin Sekolah dalam Menunjang Pembentukan Disiplin Diri pada Siswa (Studi Kasus di Sltp Al-Falah Deltasari Sidoarjo)

Skripsi ini disusun oleh Asma Naily Fauziyah, Fakultas Tarbiyah, Program Studi Kependidikan Islam, IAIN Sunan Ampel, Tahun 2003.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peranan disiplin sekolah dalam menunjang pembentukan disiplin diri pada siswa di SLTP Al-Falah Deltasari Sidoarjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisa deskriptif.

Persamaan dari penelitian ini adalah pada pembentukan disiplin diri yang dilakukan oleh peneliti terdahulu akan tetapi mempunyai perbedaan dengan penelitian ini yang terletak pada cara yang digunakan untuk pembentukan disiplin diri, penelitian terdahulu menggunakan peranan disiplin sekolah sedangkan peneliti menggunakan terapi dzikir.


(53)

BAB III

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN TERAPI DZIKIR DI YAYASAN PONDOK PESANTREN DARUL MUSTAGHITSIN

LAMONGAN A. Deskripsi Umum Obyek Penelelitian

1. Profil Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan

Berdiri pada tahun 1999 dengan peletakan batu pertama oleh Al ‘Alim Al Alamah Al Maghfurlah Almarhum Romo KH. Abdullah Faqih, Langitan. Pondok Pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren “DARUL MUSTAGHITSIN” Lamongan ini berdomisili di Jalan Veteran No. 48 B Kel. Banjarmendalan, Kec. Lamongan, Kab. Lamongan. Dengan Pengasuh Romo KH. Mas’ud Al Mudjenar dan Romo KH. Abdul Hamid pondok ini menyimpan sejarah yang panjang.

Pondok Pesantren ini berdiri kokoh ditengah kota Lamongan dan lazim dijuluki warga Lamongan dengan julukan Pondok Ijo dikarenakan warna yang mendiminasi bangunannya adalah warna hijau. Sampai sekarang Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan tetap eksis sebagai tempat memperjuangkan dan menyebarkan Agama Islam. Dengan memiliki lokasi yang strategis berdekatan dengan letak sekolah – sekolah formal, bangunan yang kuat, lingkungan yang bersih dan asri, Pondok Pesantren ini sangat cocok dan tepat sebagai tempat santri – santri menuntut ilmu khususnya Ilmu Agama Islam.


(54)

47

Pada saat ini Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan terus mengembangkan pembangunan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Disamping sudah memiliki bangunan – bangunan yang berdiri yaitu Mushollah An Nuur, Asrama Putra, Kamar Mandi dan WC Putra Putri, Aula, dan pada saat ini (tahun 2015) masih menyelesaikan Pembangunan Gedung Madrasah Diniyah (tahap akhir penyelesaian).

Disamping itu, Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan yang berdiri di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan (Akte Yayasan: Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia; Nomor: AHU – 9347. AH.01.04. Tahun 2011) juga memiliki beberapa lembaga yang berkembang di dalamnya yaitu: KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) Darul Mustaghitsin, HPHD (Himpunan Persaudaraan Haji Darul Mustaghitsin), IKSAN DM (Ikatan Keluarga Santri Darul Mustaghitsin). Sedangkan dibidang pendidikan sudah berjalan yaitu MMQ (madrasah Murottilil Qur’an), MADIN (Madrasah Diniyah) Ula dan Wustho.

2. Visi Misi Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan

a. Visi

“Terwujudnya santri yang berkualitas berpengetahuan luas, terampil, berprestasi dan bertaqwa”.

b. Misi


(55)

48

2) Cerdas dalam ilmu pengetahuan. 3) Terampil dalam pekerjaan. 4) Berbudaya dan Mandiri. 5) Berakhlaqul Karimah.

3. Jadwal kegiatan Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan

Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin mempunyai bebrapa kegiatan yang dilakukan oleh para santri. Adapun kegiatan tersebut sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kegiatan Harian

No Waktu Kegiatan Keterangan

1. Pkl. 04.00 WIB

Bangun pagi persiapan sholat subuh dilanjutkan pengajian

-

2. Sholat Dhuhur Sholat Dhuhur berjama’ah -

3. Sholat Ashar Sholat Ashar berjama’ah -

4. Pkl. 17.00 WIB Mandi dan persiapan

sholat maghrib berjama’ah Kamar dikunci 5. Ba’da jama’ah

sholat maghrib

MMQ (Madrasah

Murottilil Qur’an) -

6. Sholat Isya’ Sholat Isya’ berjama’ah - 7. Ba’da jama’ah


(56)

49

Tabel 3.2 Kegiatan Mingguan

No Waktu Kegiatan Keterangan

1. Ahad malam

senin ba’da Isya’ Istighotsah -

2. Kamis ba’da

ashar Ekstrakurikuler -

3. Kamis ba’da

maghrib Tahlil -

4. Kamis ba’da Isya’ Maulidud Diba’ -

5. Ahad pagi/sore Ro’an

Tabel 3.3 Kegiatan Bulanan

No Waktu Kegiatan Keterangan

1. Awal/ akhir bulan Hataman Al Qur’an bin Nadhor

Alumni dan santri

2. Kamis akhir

bulan ba’da isya’ Manaqiban Khusus santri

Tabel 3.4 Kegiatan Tahunan

No Waktu Kegiatan Keterangan

1. 1 Muharrom Ziarah Wali Lima Jawa

Timur Khusus santri


(57)

50

4. Tata Tertib dan Peraturan Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan

a. Bagian I

Ketentuan Umum

1) Hal Pengurus

a) Pengurus adalah badan pelaksana yang struktur dan personalianya telah diatur dan ditunjuk serta disahkan oleh pengasuh.

b) Pengurus tidak bertanggung jawab terhadap barang pribadi santri. 2) Hal Santri

Santri adalah setiap orang yang berdomisili dan terdaftar di Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin sebagai santri.

3) Hal Pengaturan Kamar

a) Kamar berjumlah 4 (empat) yaitu kamar 1, 2, 3, dan 4.

b) Setiap santri menempati 1 kotak atau almari yang telah ditentukan pengurus atau musrif kamar.

c) Setiap kamar berjumlah maksimal 30 santri.

Penjelasan: jumlah kotak 30 buah. Apabila kapasitas kotak tidak mencukupi dengan jumlah pendaftar maka ditempatkan di kamar selanjutnya, misalkan jumlah pendaftar kelas 1 SMA lebih dari 30 santri maka boleh ditempatkan dikamar selanjutnya yaitu kamar 2 dan begitu seterusnya.

d) Anggota kamar dikelompokkan berdasarkan tingkat sekolah santri.


(58)

51

Penjelasan: SMP/ Sederajat menghuni kamar 4, kelas 1 SMA/ Sederajat menghuni kamar 1, kelas 2 SMA/ Sederajat menghuni kamar 2, dan kelas 3 SMA/ Sederajat menghuni kamar 3.

e) Setiap kamar diketuai satu dari pengurus yang selanjutnya disebut MUSRIF (pengawas) dan bertanggung jawab kepada semua kegiatan anggota kamar masing – masing.

f) Wakil ketua dan unsur – unsur lainnya diambilkan dari santri yang dianggap kompeten.

4) Hal Kelulusan

Santri dinyatakan lulus dan mendapat ijasah dari Pondok Pesantren Darul Mustaghisin Lamongan apabila telah menyelesaikan pendidikan dan administrasi di dalam Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

a) Syarat Kelulusan :

 Madrasah Murottilil Qur’an (MMQ): Menghatamkan Al Qur’an Rosm ‘Ustmaniy bin Nadhor.

 Madrasah Diniyah (Madin): Hafal Aqidatul Awam, Wirid ba’da Sholat Fardhu, Juz Amma, dan Tahlil.

5) Hal Evaluasi Kegiatan

a) Setiap santri diberi buku kehadiran santri dengan format yang telah disusun.

b) Setiap Musrif Kamar juga diberikan buku pegangan untuk mencatat pelanggaran dan segala sesuatu yang dianggap penting.


(1)

90

preventif, kuratif, preservatif, developmental atau edukatif. Fungsi tersebut mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan disiplin diri, terutama fungsi developmental atau pengembangan. Maka disinilah terapi dzikir bisa dijadikan sebagai salah satu metode bimbingan konseling Islam.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin di Lamongan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan terhadap santri pondok pesantren Darul Mustaghitsin dengan melalui dua tahap yaitu, 1) Tahap eksperimen, dan 2) Pasca eksperimen. Pada tahap eksperimen aktivitas santri diobservasi dan diberikan materi tentang terapi dzikir dan proses dalam melaksanakannya serta mengajak untuk melakukannya dengan tata cara yang sudah dijelaskan. Tahap ini dilakukan selama satu bulan. Adapun pada tahap pasca eksperimen, santri diminta untuk mengisi angket yang terdiri atas 20 item yang berkaitan dengan terapi dzikir dan disiplin diri. setelah itu data yang diperoleh dari hasil angket pasca eksperimen disusun untuk dianalisa. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan, peneliti menganalisa menggunakan program IBM Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 22.0 for Windows. Dari hasil analisa membuktikan bahwa setelah merujuk kepada table dengan taraf signifikan 5%, r tabel yang diperoleh adalah 0.413 sedangkan r hitung adalah 0.607. Ini menunjukkan


(3)

92

bahwa r hitung lebih besar dari r tabel (0.607 > 0.413). Hal ini membuktikan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima, jadi hipotesis yang berlaku adalah adanya pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi dzikir terhadap peningkatan disiplin diri santri di Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan ini, maka dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, yaitu :

1. Bagi pihak Yayasan Pondok Pesantren

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa ada aspek disiplin yang sudah mencapai tahap yang dikehendaki. Selain itu juga terdapat beberapa aspek disiplin yang harus diperbaiki. Oleh itu, peneliti mengusulkan saran kepada pihak pesantren untuk selalu mengajak santri untuk melakukan dzikir secara berkesinambungan, untuk membiasakan para santri mengamalkan dzikir tersebut.

2. Bagi para santri

Bagi santri agar selalu dapat meningkatkan dan membentuk disiplin diri sendiri dengan salah satunya menerapkan terapi dzikir tersebut, dengan membiasakan melakukan dzikir mampu memberikan dampak positif bagi diri serta dapat menjaga diri dari kemungkaran-kemungkaran.


(4)

93

3. Bagi peneliti selanjutnya

Jika peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian berkaitan dengan penerapan terapi dzikir, peneliti menyarankan untuk memilih dzikir serta waktu pelaksanaannya yang tepat sehingga mampu memberikan pengaruh yang maksimal terhadap populasi / sampel penelitian.

Bagi peneliti yang akan datang diharapkan dapat mengembangkan penelitian selanjutnya serta lebih memanfaatkan terapi dzikir untuk mengatasi problema yang lainnya, karena dalam penelitian ini hanya terbatas pada peningkatan disiplin diri santri Yayasan Pondok Pesantren Darul Mustaghitsin Lamongan untuk peneliti selanjutnya sebaiknya mengembangkan penelitian yang lebih luas lagi dan mencari data-data yang lebih lengkap.


(5)

93

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdan Bakran, Konseling & Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006.Al-Firdaus, Iqra, Rahasia Kekuatan Doa & Dzikir Bagi Kesehatan, Jakarta: Laksana 2011.

Al-Sadian, Shaleh din Ghanim, Doa Dzikir (Qouli dan Fi’li), Yogyakarta : MITRA PUSTAKA 2004.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Ash-Shiddieqiy, Teungku Hasbi, Pedoman Dzikir Dan Doa, Jakarta, Bulan Bintang 1990.

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005.

Daradjat, Zakiah, Doa Menunjang Semangat Hidup, Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama. 1992.

Dobson, James, Berani Menerapkan Disiplin (Jakarta: Interaksara, 2004. Faqih, Ainur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII

press, 2001.

Gordon Thomas, Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah,

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan terjemahannya Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat, Bandung: Syaamil Quran, 2011. Linda dan Richard Eyre, Mengajarkan Nilai-Nilai Kepada Anak, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Lubis, Saiful Akhyar, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, Yogyakarta : eLSAQ Press, 2007.

Martomo, Nanang, Statistik Sosial, Yogyakarta: Gava Media, 2010.

Mubarok, Ahmad, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1, Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002.


(6)

94

Murphy, Joseph, (Penerjemah: Slamat P.Sinambela), Terapi Doa, Gramedia Pustaka Utama. 2012.

Muttaqin, Zainul, Do’a dan Dzikir, Yogyakarta: Mitra Pustaka 1999.

Naufal, Abu Ahmad Muhammad, Berdoa Besshalawat Ala Al-Ghazali,

Yogyakarta: Al-Mahalli press 1996.

Noor, Syamsuddin, Rahasia doa-doa dalam Al-Quran, Jakarta: Pustaka Al-Mawardi 2009.

Schaefer, Charles, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Jakarta: Mitra Utama, 1996.

Shochib, M, Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013.

Syamsu Yusuf, LN, Landasan Bimbingan dan Konseling, cet.ke 3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Thoharin, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Dan madrasah (berbasis integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III, Yogyakarta: Andi Offset, 1995.

Wilis, Sofyan S., Konseling Individu Teori dan Praktek, Bandung: Alvabeta CV, 2010.

Wijaya, Cece, Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses


Dokumen yang terkait

Penyesuaian diri santri di Pondok Pesantren terhadap kegiatan pesantren : studi kasus di Pondok Pesantren Darunnajah

14 101 116

Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk – Tangerang

2 45 85

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI PONDOK PESANTREN DI SURAKARTA Hubungan Antara Regulasi Diri Dengan Penyesuaian Diri Santri Pondok Pesantren Di Surakarta.

0 2 15

BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN ASSALAFI AL FITHRAH SURABAYA.

1 4 114

Bimbingan konseling Islam dengan terapi sholat jama'ah arba'in untuk meningkatkan kedisiplinan seorang santriwati di Pondok Pesantren Raudlatul Mutaalimin Kabupaten Lamongan.

0 0 145

PENGARUH METODE DAKWAH MAUIDHAH HASANAH TERHADAP SPIRITUALITAS SANTRI DI YAYASAN PONDOK PESANTREN DARUL MUSTAGHITSIN LAMONGAN.

3 86 121

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENANGANI MIDDLE CHILD SYNDROME DI PONDOK PESANTREN SAFINATUL HUDA RUNGKUT SURABAYA.

0 0 108

PENGARUH BIMBINGAN KONSELING ISLAM KYAI TAUFIQURROHMAN FM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN SANTRI DI PONDOK PESANTREN MATHLABUL ULUM JAMBU LENTENG SUMENEP.

0 0 107

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Bimbingan Kiai dan Motivasi Santri Terhadap Regulasi Diri di Pondok Pesantren Darul Ulum NgembalRejo Bae Kudus A. Bimbingan Kiai a. Pengertian Bimbingan - PENGARUH BIMBINGAN KIAI DAN MOTIVASI SANTRI TERHADAP REGULASI DIRI

0 0 31

PENGARUH TERAPI SPIRITUAL MELALUI DZIKIR TERHADAP STRES SANTRI BARU DI PONDOK PESANTREN AL-SHIGHOR GEDONGAN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 18