Teori Check and Balances

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Sunnah. 62 Sedangkan menurut para fuqaha‟, sebagaimana dikutip oleh Abdul Wahhab Khalaf, mendefinisikan siy āsah shar’iyyah sebagai kewenangan penguasa atau pemerintah untuk melakukan kebijakan- kebijakan politik yang mengacu kepada kemaslahatan melalui peraturan yang tidak bertentangan dengan dasar-dasar agama, walaupun tidak terdapat dalil yang khusus tentang hal tersebut. 63 Dengan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas menurut hemat penulis dapat disimpulkan, bahwa fikih siy āsah siyāsah shar’iyyah adalah pengurusan dan peraturan kehidupan manusia dalam berbangsa dan bernegara yang dibuat oleh penguasa atau pemerintah yang berwenang untuk menciptakan kemaslahatan dan menolak kemudaratan jalb al- masha lih wa daf’u al-mafasid yang tidak bertentangan dengan ruh atau semangat shari‟at Islam yang universal. 5. Teori Kekuasaan dalam Fikih Siyāsah Sejak dahulu kala perebutan kekuasaan dalam kehidupan manusia merupakan dinamika umum dalam “drama” penciptaan dunia ini. Yang terekam sejarah seolah-olah hanya satu hal, yaitu siapa yang berkuasa di suatu tempat dan waktu tertentu. Mengejar dan mempergunakan kekuasaan dengan sendirinya menjadi ajang persaingan umat manusia yang berlangsung pada setiap generasi. Kecenderungan terhadap kekuasaan menjadi tak terhindarkan lagi, bahkan menjadi salah satu tabiat manusia 62 Abdurrahman Taj, Al-Siyasah al- Syari’ah wa al-Fiqh al-Islami, Mesir: Mathaba‟ah Dar al- Ta‟lif, 1993, 10. 63 Abdul Wahab Khalaf, Al-Siyasah al- Syar’ah,…, 4 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang secara otomatis berimplikasi kepada persoalan kehidupan secara substansi. 64 Hubungan agama dan kekuasaan politik selalu menjadi topik pembicaraan menarik, baik oleh golongan yang berpegang kuat pada ajaran agam maupun oleh golongan yang berpandangan sekuler. Bagi umat Islam, munculnya topik pembicaraan tersebut berpangkal dari permasalahn; apakah kerasulan Nabi Muhammad Saw, menpunyai kaitan dengan masalah politik; atau apakah Islam merupakan agama yang terkait erat dengan urusan politik, kenegaraan dan pemerintahan; dan apakah sistem dan bentuk pemerintahan, sekaligus prinsip-prinsipnya terdapat dalam Islam?. 65 Dalam diskursus dan perdebatan tentang terma pemerintahan, meniscayakan kita untuk berbicara tentang negara, kekuasaan, dan politik serta hal-hal yang terkait dengannya. Sebab, ketiga terma ini, bersifat integral dalam sebuah sistem politik pemerintahan. Berdasarkan urgensi keniscayaan adanya sebuah organisasi sistem pemerintahan ini, maka dalam Islam dikenal term al- Siyāsah al-Shar’iyyah atau yang populer dengan sebutan fikih siy āsah 66 politik keagamaan dan kepemimpinan formal yang disebut Khalīfah, Sulṭān, Imāmat, dan uli al-Amr. Term-term tersebut direkam oleh beberapa ayat al-Qur ‟an seperti: Q.S. al-Nis ā‟, 4:58-59, Q.S. al-Hūd, 11:61, Q.S. al-Baqarah, 2:30, Q.S. Ṣād, 64 Meriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1977, 35. 65 J Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah…, xi 66 Fiqh siyasah siyasah syariyah adalah pengurusan dan peraturan kehidepan manusia dalam berbangsa dan bernegara yang dibuat oleh penguasa atau pemerintah yang berwenang untuk menciptakan kemaslahatan dan menolak kemudaratan jalb al-mashalih wa dafu al-mafasid yang tidak bertentangan dengan ruh atau semangat syariat Islam yang universa digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 38:26, dan Q.S. li Imrān, 3:26. Sementara para pakar tata Negara Islam yang mendukung adanya “konsep Negara Islam” menyebutkan komponen ayat-ayat ini sebagai konsep dasar politik dalam Islam al-S iyāsah al- Shar ’iyyah. Namun demikian pesan moralitas politik beberapa ayat tersebut, meniscayakan kepada pemerintah sebagai pelaku kekuasaan politik, untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan keadilan dan atau yang berorientasi pada kemaslahatan umum. Maka “pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah harus mengacu dan berorientasi kepada kemaslahatan umum” al-Taṣarruf al-Imām alā al-Rā’iyyati manut}un bi al- Ma ṣlahah. 67 Sejarah mencatat bahwa permasalahan pertama yang dipersoalkan oleh generasi pertama umat Islam sesudah Nabi Muhammad Saw wafat adalah masalah kekuasaan politik atau pengganti beliau yang akan memimpin umat atau juga lazim disebut persoalan im āmah. Meskipun masalah tersebut berhasil diselesaikan dengan diangkatnya Abu Bakar w.23 H634 M sebagai Khalifah, namun dalam waktu tidak lebih dari tiga dekade masalah serupa muncul kembali dalam lingkungan umat Islam. 68 Masalah pokok yang dihadapi dunia Islam dewasa ini adalah bagaimana caranya menegakkan kembali ideologi Islam di dunia pada pertengahan abad keduapuluh ini. Masalah ini memunculkan tantangan besar, karena Islam tidak hanya sekedar kumpulan dogma, dan ritual saja. Islam adalah 67 Lihat Abul A`la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan: Evaluasi Kritis atas Sejarah Pemerin- tahan Islam, alih bahasa Muhammad Al-Baqir, cet. ke-4 Bandung: Mizan, 1993, hlm. 115. 68 Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al- Qur’an, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, 1. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id jalan hidup paripurna. Ia merupakan penjelmaan tuntutan Ilahi untuk semua bidang kehidupan manusia yang mencakup baik urusan pribadi maupun kelompok. Politik maupun ekonomi, sosial maupun kultural, moral maupun hukum dan keadilan. 69 Fakta-fakta historis menunjukkan adanya aneka ragam bentuk dan sistem pemerintahan dalam dunia Islam pada masa silam. Tidak adanya satu konsep Negara Islam yang disepakati sepanjang sejarah membawa kepada timbulnya berbagai interpretasi tentang apa yang disebut dengan Negara Islam itu. Al- Qur‟an maupun Al-Hadits tidak ditemukan secara eksplisit aturan yang menjelasakan tentang penggantian Nabi dan tentang sitem maupun bentuk pemerintahan yang harus dianut dan diaplikasikan disuatu negara, al- Qur‟an maupun al-Hadits hanya mengajarkan sejumlah aturan yang memberikan seperangkat tata nilai, asas-asas, petunjuk dan pedoman, bagi manusia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara yang tata pengelolaannya diserahkan kepada manusia itu sendiri sesuai dengan kondisi dan tempat dimana ia berada. 70 Hal demikian membawa kepada timbulnya berbagai interpretasi dan teori yang berbeda-beda tentang bentuk dan sistem pemerintahan Islam. Dari perbedaan itulah lahirlah seorang ulama‟ dan itelektual al-Azhar permulaan abad ke-20 kedua puluh Ali Abdu al-Raziq walaupun pendapatnya mendapatkan kecaman keras dari kalangan intelektual muslim 69 A bul A‟la Al Maududi, Hukum dan konstitusi: Sistem Politik Islam, alih bahasa, Asep Hikmat Bandung: Mizan, 1994, 1. 70 Lihat Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: ajaran, sejarah dan pemikiran. cet. Ke-5 Jakarta: UI-Press, 1993, 1.