PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI PADA PRODUK VALUE PLUS DI HYPERMART BANDAR LAMPUNG

(1)

(2)

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI PADA PRODUK VALUE PLUS DI HYPERMART BANDAR LAMPUNG

AHMAD FERHAT

Private lable merupakan suatu bentuk inovasi yang dilakukan perusahaan ritel modern. private lable yang memiliki nama lain private brand dan store brand adalah merek yang diciptakan dan dimiliki oleh penjualan eceran barang dan jasa.

Salah satu ritel yang memiliki produk private lable adalah Hypermart. Hypermart dengan produk value plus terus melakukan pengembangan untuk menjadi merek favorit, ukuran yang paling umum dalam sebuah produk adalah kualitas produk. Seringkali masyarakat berasumsi bahwa dengan harga yang jauh lebih mahal, kualitas yang akan diperoleh lebih jauh terjamin. Hypermart menetapkan produk relatif rendah dibandingkan dengan harga yang ada di pasar namun dengan kualitas yang dapat bersaing.

Persepsi konsumen terhadap produk atau merek yang sama belum tentu menghasilkan kesimpulan yang sama karena tidak semua konsumen memiliki pengetahuan lengkap mengenai kondisi produk tersebut, yang nantinya berdampak pada pola minat beli konsumen.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas produk terhadap minat beli pada konsumen produk value plus di Hypermart Bandar Lampung.


(3)

digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah konsumen yang membeli produk value plus yang dilakukan dengan teknik non random sampling jenis purposive samplingdan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variable Kualitaas Produk Dan Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen produk value plusdi Bandar Lampung. Besarnya pengaruh harga dan kualitas produk R2 adalah 0,786 . Secara parsial variabel yang paling tinggi pengaruhnya adalah variabel harga.

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu kualitas produk merupakan variable yang harus ditingkatkan oleh Hypermart. Hal ini disebabkan variabel kualitas produk merupakan variabel yang kurang dominan berpengaruh terhadap minat beli. Perusahaan diharapkan dapat mempertahankan kualitas produk yang ada sekarang dan terus meningkatkan maupun melakukan inovasi terhadap produk yang ada saat ini sehingga menumbuhkan rasa minat beli terhadap konsumen lain dan dengan sendirinya konsumen akan menjadi loyal terhadap produk value plus

Harga adalah variabel yang perlu dipertahankan oleh perusahaan untuk terus meningkatkan kepercayaan terhadap konsumen value plus. Perusahaan diharapkan terus mempertahankan citra mereka dengan produk yang mempunyai kualitas yang dapat bersaing dengan produk lain namun dengan harga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.


(4)

(5)

(6)

(7)

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Penelitian... 7

1.6 Hipotesis ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran ... 8

2.2 Pengertian Merek ... 16

2.3 Private Label ... 19

2.4 Harga ... 20

2.5 Kualitas Produk ... 24

2.6 Minat Beli ... 27

2.7 Penelitian Terdahulu ... 32


(8)

3.3 Jenis data ... 33

3.4 Variabel Penelitian dan Operasional Variabel... 34

3.4.1 Variabel Penelitian ... 34

3.4.2 Operasional Variabel ... 35

3.5 Populasi dan Sampel ... 36

3.5.1 Populasi ... 36

3.5.2 Sampel ... 36

3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 37

3.7 Uji Validitas dan Reabilitas ... 37

3.7.1 Uji Validitas ... 37

3.7.2 Uji Reabilitas ... 38

3.8 Alat Analisis ... 39

3.8.1 Analisis Kualitatif ... 39

3.8.2 Analisis Kuantitatif ... 39

3.8.2.1 Uji Regresi Linear Berganda ... 39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner ... 41

4.1.1 Uji Validitas ... 41

4.1.2 Uji Reliabilitas ... 43

4.2 Tabulasi Silang Identitas responden ... 44

4.2.1 Tabulasi Jenis Kelamin dan Usia ... 44

4.2.2 Tabulasi Silang Pekerjaan dan Jenis Kelamin ... 45

4.2.3 Tabulasi Jenis Pengeluaran dan Jenis Kelamin ... 46

4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 46

4.3.1 Tanggapan Tentang Harga ... 47

4.3.2 Tanggapan Konsumen Tentang Kualitas Produk ... 48


(9)

4.4.2 Uji Simultan (Uji F) ... 52 4.4.3 Uji Parsial (Uji T) ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 55 5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA


(10)

1.1 Latar Belakang

Pada era masyarakat yang semakin maju sistem ekonomi semakin terbuka dan pendapatan masyarakat semakin meningkat sehingga mendorong perbedaan gaya hidup masyarakat. Gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Dalam mengkonsumsi barang dan jasa saat ini orang tak sekedar berusaha memenuhi kebutuhan tetapi juga berusaha memenuhi gejolak keinginanya bahkan sebagian orang rela membelanjakan uang lebih banyak hanya untuk berbelanja di tempat yang memberikan prestigebagi mereka. Perbedaan gaya hidup (lifestyle) seperti ini yang membuat masyarakat beralih dari pasar tradisonal ke ritel modern. Hal ini disebabkan karena kenyamanan yang dirasakan pada saat berbelanja di ritel modern dan nilai prestigeyang didapat di ritel modern. Jika dibandingkan dengan pasar tradisional ataupun warung klontong biasa, ritel modern memiliki keanekaragaman jenis produk yang lebih lengkap dan varian yang lebih banyak sehingga konsumen mudah mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari (convenience).


(11)

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berkembang sangat pesat dan maju khususnya di kota-kota besar membuat ritel modern seperti Hypermarket,

Supermarket, dan Minimarket menjadi semakin berkembang sehingga persaingan yang ketat diantara perusahaan ritel dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan produk. Produk yang berkualitas dengan karakteristik yang diinginkan konsumen merupakan kunci utama dalam memenangkan persaingan untuk mendapatkan hati atau niat beli ulang terhadap konsumen. Melihat fenomena tersebut beberapa peruhaan ritel mengemas produk yang mereka jual dengan kemasan dan merek sendiri (private label)

Keberadaan private lablemerupakan suatu bentuk inovasi yang dilakukan perusahaan ritel modern, seperti dikatakan Drucker (1994) dalam Sulistyari (2012:18) inovasi adalah tindakan yang memberi sumber daya kekuatan dan kemampuan baru dalam menciptakan kesejahteraan. Hampir semua ritel modern punya merek sendiri (private lable). Konsep private lablesebenarnya adalah pengembangan dari konsep merek (brand). Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengindentifikasi barang atau jasa dari sang pejual atau kelompok penjual dan untuk membedakanya dari barang atau jasa milik pesaing(Rangkuti, 2008:36) Private lable yang memiliki nama lain private branddan store brandadalah merek yang diciptakan dan dimiliki oleh penjualan eceran barang dan jasa (Kotler dan Amstrong (2008:67).

Di Bandar Lampung beberapa ritel besar maupun kecil seperti Hypermart, Giant, Chandra, Alfamaret, dan indomaret memiliki produk dengan merek sendiri


(12)

(private lable). Hypermart memberi nama value pluspada produknya, berbeda dengan ritel lain seperti Chandra, Alfamaret dan Indomaret memberikan nama produk yang dijual dengan nama perusahaan ritel sendiri.

Adapun perusahaan ritel modern yang ada di Bandar lampung dapat dilihat tabel dibawah ini.

Tabel 1.1 Perusahaan ritel di Bandar Lampung

No Nama Retail Thn

Berdiri Alamat Keterangan

1 Chandra 1989 Teluk Betung Operasi

2 Giant 2011 Antasari Operasi

3 Gelael 1991 Enggal Tanjung

Karang

Operasi

4 Chandra 1999 Tanjung Karang Operasi

5 Ramayana 2001 Tanjung Karang Operasi

6 Alfa 2002 Tanjung Karang Operasi

7 Matahari 2004 Tanjung Karang Operasi

8 Hypermart 2010 Tanjung Karang Operasi

Sumber : Hasil Penelitian Bangsawan

Salah satu ritel yang memiliki produk private lable adalah Hypermart. Hypermart dengan produk value plusterus melakukan pengembangan untuk menjadi merek favorit, ukuran yang paling umum dalam sebuah produk adalah kualitas produk itu sendiri. Demi memenuhi kebutuhan pelanggan Hypermart selalu memperbarui produk lama dengan memunculkan produk baru dan memperbaiki kualitasnya. Konsumen memberikan penilaian pada suatu produk setelah konsumen mencoba menggunakan produk tersebut dan konsumen bisa menilainya dari segi kualitas. Apabila produk dengan kualitas yang baik membuat konsumen kembali lagi untuk menggunakan produk tersebut.


(13)

Dalam memasarkan suatu produk ataupun jasa selain kualitas, harga perlu diperhatikan perusahaan. Harga mempengaruhi tingkat penjualan, tingkat keuntungan, serta pangsa pasar yang dicapai perusahaan yang dikenal dengan istilah “Value for Money”, “Best Value”, dan “You Get What You Pay For”, Moris dan Moris (1990) dalam Sulistyari (2012:8). Konsumen menggunakan harga dalam memberi penilaian tentang kualtas produk Sinha dan Batra (1999-2000) dalam Sulistyari (2012:8). Seringkali masyarakat berasumsi bahwa dengan harga yang jauh lebih mahal, kualitas yang akan diperoleh lebih jauh terjamin. Hypermart menetapkan produk relatif rendah dibandingkan dengan harga yang ada di pasar namun dengan kualitas yang dapat bersaing. Produk-produk value plusmampu bersaing dengan produk-produk perusahaan ritel lain yang sejenis karena Hypermart menyesuaikan daya beli masyarakat dan pendapatan

masyarakat di Indonesia khusunya Bandar Lampung.

Persepsi konsumen terhadap produk atau merek yang sama belum tentu menghasilkan kesimpulan yang sama karena tidak semua konsumen memiliki pengetahuan lengkap mengenai kondisi produk tersebut, yang nantinya berdampak pada pola minat beli konsumen terhadap produk atau merek. Oleh karena itu, untuk tetap dapat memberikan superior valuekepada konsumen dan dapat memenangkan persaingan, perusahaan Hypermart harus mengetahui penilaian dan persepsi konsumen terhadap produk atau merek pesaingnya sehingga dapat diketahui preferensi konsumen untuk kualitas produk dan harga berdasarkan persepsi konsumen.


(14)

Adapun produk value plusdi Hypermart sangat beragam jenis dan varian, umumnya barang-barang convenienceseperti gula, beras, kecap, minyak goreng hingga produk pembersih berupa sabun dan tissue. Adapun beberapa jenis produk yang dijual di Hypermart dapat dilihat table dibawah ini dan perbandingan harga dengan produk private lableritel lain di Bandar Lampung.

Tabel 1.2 .Perbandingan Harga Produk Value Plusdengan Private Labledi Alfamaret dan Giant Oktober 2013.

Produk Value Plus

Harga (Rp)

Giant Harga (Rp)

Alfamaret Harga (Rp)

Gula pasir 1kg 13.100 13.190 13.400

Beras 5 Kg 57.700 79.900 59.500

Air mineral 600 ml 1.400 1.300 1.550

Tissue 250 sheets 6.600 6.825 7.200

Detergent pelembut 1 kg

11.900 12.150 12.380

Kecap manis 600 ml 7.950 9.300 10.995

Sumber : Catalog Hypermart Oktober

Berdasarkan daftar table 1.2 bahwa harga-harga produk value plusjauh lebih murah dibandingkan produk private lableperusahaan ritel lain. Meskipun dengan harga yang murah belum tentu membuat konsumen ingin membeli produk value pluskarena kualitas produk merupakan salah satu indikator yang juga

diperhatikan oleh konsumen dalam melakukan pembelian. Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang

diinginkannya. Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk didasari dengan adanya minat beli. Maka dari itu minat beli mempunyai faktor yang kuat


(15)

terhadap keputusan pembelian suatu produk. Berdasarkan dari permasalahan yang muncul, seharusnya Hypermart terus meningkatkan dan menjaga kualitas produk value plussehingga dapat meningkatkan minat beli konsumen.

Terkait dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian pada merek value plusdi Hypermart. Dengan judul “Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Produk Value Plus Di Hypermart Bandar Lampung”.

1.2 Rumusan Masalah

Dewasa ini persaingan yang terjadi antar perusahaan ritel sangat ketat yang membuat perusahaan ritel memiliki produk dengan merek sendiri private lable yang lebih variatif yang ditinjau dari segi harga dan kualitas produk.

Berdasarkan table 1.2 produk value plus Hypermart memiliki harga yang relative murah dibandingkan produk private lable di ritel lain. Namun berdasarkan hasil pra wawancara yang penulis lakukan terhadap konsumen produk value plusdi Hypermart, konsumen mengatakan bahwa kualitas yang diberikan produk private lableHypermart relative sama dengan produk dari pesaingnya.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “ Apakah harga dan kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli pada produk value plusdi Hypermart Bandar Lampung “


(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas produk terhadap minat beli pada konsumen produk value plusdi Hypermart Bandar Lampung.

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi perusahaan dapat menjadi salah satu informasi untuk meningkatkan dan mempertahankan minat beli konsumen terhadap merek value plusmelalui harga dan kualitas produk sehingga dapat menimbulkan persepsi kepada konsumen untuk terus melakukan minat beli terhadap produk value plus. 2. Secara teoritis penelitian ini akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

manajemen pemasaran terutama pada topik loyalitas merek dan juga kepercayaan terhadap merek.

3. Penelitian ini dapat digunakan juga sebagai bahan masukan pada penelitian berikutnya yang berkaitan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi minat beli

1.5 Kerangka Pemikiran

Produk yang memiliki kualitas lebih baik akan memberikan customer value yg lebih baik. Secara sederhana customer value didefinisikan sebagai semua manfaat atau kualitas yang diperoleh oleh konsumen relatif terhadap pengorbanannya.


(17)

Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik yang memampukan produk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan.

Kualitas suatu produk dapat dinilai berdasarkan sekumpulan kriteria yang berbeda karena mengingat kepentingan dan keterlibatan konsumen berbeda-beda. Persepsi terhadap kualitas mencerminkan perasaan konsumen secara menyeluruh mengenai suatu produk. Kualitas suatu produk menurut Garvin (dalam umar, 2007:63). 1. Produk Berupa Barang

a. Kinerja (Performance) Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

b. Bagian-bagian tambahan (Features)

Yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya. c. Kehandalan (Realibility)

Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu.

d. Kesesuaian (Conformance)

Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.


(18)

e. Daya tahan (Durability)

Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.

f. Pelayanan (Serviceability)

Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.

g. Nilai estetika (Aesthetics)

Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.

h. Kualitas yang dirasakan (Fit and finish)

Sifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.

Dengan semakin banyaknya produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan setiap perusahaan harus dapat teliti tidak hanya dalam kualitas produk tetapi juga harus menetapkan harga yang tepat. Menetapkan harga suatu produk tidaklah semudah yang kita bayangkan, ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam penetapan harga suatu produk.

Menurut Swasta (1990) dalam Sulistyari (2012:32) harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Zeithaml (1998) dalam Sulistyari (2012:32) mengatakan bahwa menurut sudut pandang konsumen, harga adalah sesuatu yang diberikan atau


(19)

dikorbankan untuk memperoleh suatu produk. Dalam menentukan harga terdapat strategi harga yang diartikan sebagai salah satu konten strategi pemasaran yang mengarah pada upaya pembentukan citra harga, daya saing harga, citra mutu, dan nilai pelanggan Ferdinand (2002) dalam, Sulistyari (2012:32). Faktor terpenting dari harga sebenarnya bukan harga itu sendiri (objective price), akan tetapi harga subjektif, yaitu harga uang dipersepsikan oleh konsumen. Apabila konsumen merepresentasikan sebuah produk harganya tinggi atau mahal, maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap “perceived quality dan perceived sacrifice”, artinya konsumen mungkin memandang produk tersebut adalah produk yang berkualitas. Oleh karena itu, wajar apabila memerlukan.pengorbanan uang yang lebih mahal.

Lebih lanjut Tjiptono (2005) dalam Sulistyari (2012:33) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama dalam mempengaruhi keputusan beli, diantaranya :

a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari beberapa alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai factor faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor


(20)

produk atau manfaatnya secara obyektif. Harga yang terlalu tinggi akan

membuat konsumen melakukan perpindahan dalam pembelian produk, mereka akan mencari produk yang sama dengan harga yang lebih murah. Jadi, kualitas dan harga adalah variabel pilihan penting bagi konsumen, sehingga harga suatu produk sangat menentukan kualitasnya.

Minat beli berbeda dengan niat beli, niat beli adalah suatu tindak lanjut dari minat beli konsumen dimana keyakinan untuk memutuskan akan membeli sudah dalam persentase yang besar. Jadi dapat dikatakan bahwa niat beli adalah tingkatan akhir dalam minat beli berupa keyakinan sebelum keputusan pembelian diambil.

Menurut Kinnear dan Taylor (1995) dalam Sulistyari (2012:22), minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar benar dilaksanakan. Menurut Mowen (1990) dalam Sulistyari (2012:19) efek hierarki minat beli digunakan untuk menggambarkan urutan proses

munculnya keyakinan (belief). Sikap (attitude) dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan obyek dengan mengevaluasi informasi, sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon efektifnya. Sikap berlaku sebagai acuan yang mempengaruhi dari lingkungannya Loudon dan Bitta (1993) dalam Sulistyari (2012:20).

Beberapa faktor yang membentuk minat beli konsumen Kotler (2008:187) yaitu : 1. Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternative yang

disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat negative orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.


(21)

2. Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat mengubah pendirian konsumen dalam melakukan pembelian.

Hal tersebut tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya diri dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak. Menurut Keller (1998) dalam Sulistyari (2012:20), minat konsumen adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses. rangsangan tersebut sangat komplek dan salah satunya adalah motivasi untuk membeli.

Dalam penelitian Samu dalam Sulistyari (2012:21) menunjukkan bahwa salah satu indikator bahwa suatu produk perusahaan sukses atau tidaknya di pasar adalah seberapa jauh tumbuhnya minat beli konsumen terhadap produk tersebut. Sementara itu Mital dalam Sulistyari (2012:21) mengatakan bahwa salah satu indikasi sukses tidaknya suatu produk adalah besarnya minat membeli konsumen terhadap produk yang bersangkutan.

Menurut Ferdinand (2006) dalam Sulistyari (2012:22), minat beli dapat diidentifikasikan melalui indikator-indikator sebagai berikut :


(22)

a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan untuk membeli produk

b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang

membentuk suatu persepsi. Minat beli yang muncul menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya, yang pada akhirnya ketika seorang

konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Meskipun merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual.


(23)

Gambar 1. Kerangka pemikiran harga dan kualitas produk terhadap minat beli.

1.6 Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2010:93) merupakan suatu jawaban sementara terhadap rumusan permasalahan penelitian. Berdasarkan pada latar belakang dan masalah diatas serta kerangka pemikiran yang ada maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah “ harga dan kualitas produk mempengaruhi pada minat beli produk value plusdi Hypermart”.

Harga (X 1)

 Keterjangkauan harga produk

 Kesesuaian harga dengan kualitas produk

 Daya saing harga produk  Kesesuaian harga dengan

manfaat produk

Kualitas Produk (X 2)  Daya tahan produk  Kinerja Produk  Fitur produk  Kehandalan produk


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha

dalam rangka mempertahankan kelangsungan usahanya untuk dapat berkembang

dan memperoleh laba.

Menurut Kotler dan Keller (2009:6):

Pemasaran sebagai suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran saat

ini tidak hanya terfokus pada kegiatan jual-beli barang atau jasa, tetapi juga

penciptaan nilai bagi pelanggannya. Nilai-nilai inilah yang akan menciptakan

suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Konsep pemasaran merupakan sebuah keyakinan perusahaan bahwa pemuasan

kebutuhan konsumen merupakan kunci sukses bagi perusahaan untuk dapat

bertahan menghadapi persaingan.

Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan perusahaan yang akan mengarahkan serta


(25)

pemasaran ditujukan untuk membeli kebutuhan dan keinginan agar konsumen

merasa puas dalam melakukan pembelian.Konsep pemasaran yang berwawasan

pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari

penentuan pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan

kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dibanding perusahaan pesaing

sejenis. Perusahaan yang telah menyadari bahwa pemasaran sangat penting bagi

keberhasilan sebuah perusahaan perlu mengetahui dan mempunyai suatu falsafah

tertentu yang disebut dengan konsep pemasaran.

2.2 Pengertian Merek

Keahlian yang sangat unik dari pemasar profesional adalah kemampuannya untuk

menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek. Para pemasar

mengatakan bahwa pemberian merek adalah seni dan bagian paling penting dalam

pemasaran.

Menurut Rangkuti (2008:36) bahwa merek adalah

“A distinguishing name and / or symbol (such as logo, trade mark, or package, design) intended to identify to goods or services of either one seller of a group ofseller, and to differentiate those goods or services from those of competitors“.

Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai

sumberproduk tersebut. Di samping itu, merek melindungi, baik konsumen

maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk


(26)

Menurut Rangkuty (2008:2) ada beberapa jenis merek yaitu :

1. Nama merek(Brand Name)yang merupakan bagian yang diucapkan misalnya, pepsodent, BMW, Toyota dan sebagainya.

2. Tanda merek (Brand Mark)yang merupakan sebagian merek yang dapat

dikenali namun tidak diucapkan, seperti lambang, desain huruf atau warna

khusus. Misalnya: simbol Toyota, gambar tiga berlian Mitsubishi.

3. Tanda merek dagang (Trade Mark)yang merupakan merek atau sebagaian

dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk

menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual

dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda merek).

4. Hak cipta (Copy Right) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh

undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis,

karya musik atau karya seni.

Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan

keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik

memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, merek lebih dari sekedar simbol.

Rumusan penting merek menurut Rangkuti (2008:3) :

1) Atribut: merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberi

kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan

baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi.

2) Manfaat: bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekadar menyatakan

atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli atribut,

tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat


(27)

contoh : atribut “tahan lama“ diterjemahkan menjadi manfaat fungsional

“tidak perlu cepat beli lagi, atribut “mahal“ diterjemahkan menjadi manfaat

emosional “bergengsi”, dan lain-lain.

3) Nilai: merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi,

Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.

4) Budaya: merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya

Jerman, terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.

5) Kepribadian: merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes

mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah

(binatang), atau istana yang agung (objek).

6) Pemakai: merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut. Mercedes menunjukkan pemakainya seorang

diplomat atau eksekutif.

Dalam memberikan nama, atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya

merupakan suatu simbol. Pada intinya merek adalah penggunaan nama, logo,

trade mark, serta slogan untuk membedakan perusahaan perusahaan dan individu-individu satu sama lain dalam hal apa yang mereka tawarkan. Penggunaan

konsisten suatu merek, simbol, atau logo membuat merek tersebut segera dapat

dikenali oleh konsumen sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengannya tetap

diingat. Dengan demikian, suatu merek dapat mengandung tiga hal, yaitu sebagai

berikut:

1. Menjelaskan apa yang dijual perusahaan.

2. Menjelaskan apa yang dijalankan oleh perusahaan.


(28)

Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya menyangkut

kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian, merek sangat penting,

baik bagi konsumen maupun bagi produsen. Bagi konsumen, merek bermanfaat

untuk mempermudah proses keputusan pembelian dan merupakan jaminan akan

kualitas. Sebaliknya, bagi produsen, merek dapat membantu upaya-upaya untuk

membangun loyalitas dan hubungan berkelanjutan dengan konsumen. Merek

memberi sejumlah keuntungan pada produsen maupun konsumen. Dikenalnya

merek oleh masyarakat membuat pihak perusahaan meningkatkan inovasi produk

untuk menghadapi persaingan. Sedangkan bagi produsen merek tentunya

bermanfaat untuk melakukan segmentasi pasar, menarik konsumen untuk

membeli produk dari merek tersebut serta memberikan perlindungan terhadap

produk yang dihasilkan.

2.3 Private Lable

Menurut Hamel dan Prahalad (1994) dalam Arthur (2011:20), menyatakan bahwa

house brandatau private labeladalah suatu merek yang dipasangkan pada suatu jenis produk oleh toko-toko tertentu atau dipasang oleh produsen tertentu atas ijin

atau kontrak dengan toko-toko tertentu, dipasarkan dan dijual di toko-toko.

Sedangkan menurut Rangkuti (2009:89), dimana house brandadalah produk

dipasarkan ke pedagang perantara yang kemudian member merek sendiri.

Untuk menjadi kuat dan terkenal, sebuah brandharus menggabungkan

unsure-unsur daya tarik, baik dari fungsional maupun emosional. Oleh karena itu sebuah

produk mempunyai pesona emosional dan kualitas produk yang tinggi akan


(29)

Adanya produk private labelkarena telah adanya loyalitas konsumen pada produk

house brandsehingga menyebabkan produsen berani mengambil resiko untuk memproduksi, memasarkan dan menjual produk-produknya dengan merek

supermarket dan minimarket tertentu.

2.4 Harga

Dengan semakin banyaknya produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan

dan keinginan konsumen, menyebabkan setiap perusahaan harus dapat teliti dalam

menetapkan harga. Menetapkan harga suatu produk tidaklah semudah yang kita

bayangkan, ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam penetapan harga

suatu produk.

Menurut Basu (1990) dalam Sulistyari (2012:32), harga adalah sejumlah uang

yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta

pelayanannya Zeithaml (1998) dalam Sulistyari (2012:32) mengatakan bahwa

menurut sudut pandang konsumen, harga adalah sesuatu diberikan atau

dikorbankan untuk memperoleh suatu produk.Dalam menentukan harga terdapat

strategi harga yang diartikan sebagai salah satu konten strategi pemasaran yang

mengarah pada upaya pembentukan citra harga, daya saing harga, citra mutu, dan

nilai pelanggan Ferdinand (2002) dalam Sulistyari (2012:32).

Menurut Ferdinand (2002) dalam Sulistyari (2012), harga merupakan salah satu

variable penting dalam pemasaran, dimana harga dapat mempengaruhi konsumen

dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, karena berbagai


(30)

yang selalu berkompetisi merupakan salah satu pemicu penting untuk

meningkatkan kinerja pemasaran, tetapi alasan psikologis dapat menunjukkan

bahwa harga justru merupakan indicator kualitas dan karena itu dirancang sebagai

salah satu instrumen penjualan sekaligus sebagai instrumen kompetisi yang

menentukan.

Menurut Stanton (1994) dalam Sulistyari (2012:33), harga adalah sejumlah nilai

yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan

produk atau jasa yang lainnya ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk satu

harga yang sama terhadap semua pembeli.

Monroe (1990) dalam Sulistyari (2012:33)

menjadikan harga sebagai indikator berapa besar pengorbanan (sacrifice) yang diperlukan untuk membeli suatu produk sekaligus dijadikan sebagai indicator level of quality.

Lebih lanjut, Tjiptono, (2005:23) mengatakan bahwa harga memiliki dua peranan

utama dalam mempengaruhi keputusan beli, diantaranya :

a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli

untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang

diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat

membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya

pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari

beberapa alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang

dikehendaki.

b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen


(31)

dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor

produk atau manfaatnya secara obyektif. Harga yang terlalu tinggi akan

membuat konsumen melakukan perpindahan dalam pembelian produk, mereka

akan mencari produk yang sama dengan harga yang lebih murah.

Jadi, kualitas dan harga adalah variabel pilihan penting bagi konsumen, sehingga

harga suatu produk sangat menentukan kualitasnya.

Faktor terpenting dari harga sebenarnya bukan harga itu sendiri (objective price),

akan tetapi harga subjektif, yaitu harga uang dipersepsikan oleh konsumen.

Apabila konsumen merepresentasikan sebuah produk harganya tinggi/mahal,

maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap “perceived qualitydan perceived

sacrifice”, artinya konsumen mungkin memandang produk tersebut berkualitas. Oleh karena itu wajar apabila memerlukan pengorbanan uang yang lebih mahal.

Harga merupakan faktor penentu dalam pemilihan produk dan keputusan

pembelian. Mengidentifikasikan harga sebagai salah satu faktor penting yang

berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam keputusan pembelian sehubungan

dengan nilai dari produk atau jasa para konsumen tertarik untuk mendapatkan

harga yang pantas. Harga yang pantas berarti nilai yang dipersepsikan pantas pada

saat transaksi dilakukan. Konsumen beranggapan bahwa suatu produk dengan

harga yang mahal berarti mempunyai kualitas yang baik, sedangkan apabila harga

yang murah mempunyai kualitas yang kurang baik dan diperkuat oleh Harga

merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk

karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P =


(32)

Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan

dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu

perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan

diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.

Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun,

namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat

diperoleh organisasi perusahaan Sulistyari (2012:35)

Gambar 2.1 Dimensi variable harga

Sumber : Stanton (1998) dalam Sulistyari (2012:40) Keterjangkauan Harga

Kesesuaian Harga dan Kualitas Produk

Daya Saing Harga Produk

Kesesuaian Harga Dengan Produk


(33)

2.5 Kualitas Produk

Produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan (Kotler 2009:67), kualitas sebagai mutu dari atribut atau

sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan dari dalam produk dan jasa yang

bersangkutan. Kualitas biasanya berhubungan dengan manfaat atau kegunaan

serta fungsi dari suatu produk.

Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan

produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu diproduksi.

Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan atau fungsinya termasuk di

dalamnya daya tahan, ketergantungan pada produk atau komponen lain,

eksklusive, kenyamanan, wujud luar (warna, bentuk, pembungkus dan

sebagainya).

Kualitas mempunyai peranan penting baik dipandang dari sudut konsumen yang

bebas memililh tingkat mutu atau dari sudut produsen yang mulai memperhatikan

pengendalian mutu guna mempertahankan dan memperluas jangkauan pemasaran.

Menurut Kottler dan Amstrong (2001) dalam Sulistyari (2012:28) kualitas adalah

karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin

dan Timpe (1990) dalam Sulistyari (2012:28) kualitas adalah keunggulan yang

dimiliki oleh produk tersebut.Kualitasdalam pandangan konsumen adalah hal


(34)

pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas

sebenarnya. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain

kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk,

dan lain–lain, Zeithalm (1998) dalam Sulistyari (2012:28).

Peningkatan kualitas produk dirasakan sangat perlu dengan demikian produk

perusahaan semakin lama semakin tinggi kualitasnya. Jika hal itu dapat

dilaksanakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dapat tetap

memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah konsumen. Dalam

perkembangan suatu perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan

pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Kepercayaan konsumen akan

dimensi‐dimensi ini seringkali mendasari persepsi akan kualitas suatu produk, yang mana pada gilirannya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap

suatu merek Keller (1998:177) dalam Sulistyari (2012:28).

Mutu juga merupakan konsep sentral dalam strategi pemasaran karena dapat

membangun kepuasan konsumen. Beberapa beranggapan bahwa mutu merupakan

faktor penting yang mempengaruhi kinerja jangka panjang suatu unit bisnis.

Menurut Chang dan Wildt (1996) dalam Sulistyari (2012:29), mutu merupakan

konsep multidimensi yang komplek dan dapat berupa elemen material dan non

material yang tidak dapat secara mudah dievaluasi oleh konsumen

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu

standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang

dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak


(35)

Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan

menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan

cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat

dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir

panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Menurut American Society

for Quality Control, kualitas adalah “the totality of features and characteristics of a product or service that bears on its ability to satisfy given needs”, artinya keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang

menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi

ini merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat

dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau

pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Adapun tujuan dari kualitas produk adalah mengusahakan agar barang hasil

produksi dapat mencapai standar yang telah ditetapkan, mengusahakan agar biaya

inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin, mengusahakan agar biaya desain dari

produksi tertentu menjadi sekecil mungkin, dan mengusahakan agar biaya

produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap produk, yang

diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut. Dengan demikian kualitas

produk harus didasarkan pada kehendak konsumen yang selanjutnya

diterjemahkan dalam rancang bangun produksi, pelaksanaan proses produksi dan

selanjutnya diproduksi. Jadi kualitas produk dalam kegiatan proses produksi harus


(36)

dengan spesifikasi yang dikehendaki pelanggan juga bermanfaat menekan

tingginya tingkat kepuasan produk yang terjadi.

Gambar 2.2 Dimensi variable kualitas

Sumber : Tjptono (2002:25) dalam Sulistyari (2012:39)

2.6 Minat Beli

Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku dalam

sikap mengkonsumsi Monroe dan Grewal (1991) dalam Sulistyari 2012:19)

menyatakan bahwa minat beli (willingness to buy) didefinisikan sebagai

kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk. Minat beli Daya Tahan

Kinerja

Fitur

Kehandalan


(37)

merupakan perilaku konsumen yang menunjukkan sejauh mana komitmennya

untuk melakukan pembelian. Minat beli berbeda dengan niat beli, niat beli adalah

suatu tindak lanjut dari minat beli konsumen dimana keyakinan untuk

memutuskan akan membeli sudah dalam persentase yang besar. Jadi dapat

dikatakan bahwa niat beli adalah tingkatan akhir dalam minat beli berupa

keyakinan sebelum keputusan pembelian diambil. Menurut Kinnear dan Taylor

(1995) dalam Sulistyari (2012:19), minat beli adalah tahap kecenderungan

responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benarbenar dilaksanakan.

Menurut Mowen (1990) dalam Sulistyari (2012:19), efek hierarki minat beli

digunakan untuk menggambarkan urutan proses munculnya keyakinan (belief).

Sikap (attitude) dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki konsumen

dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan obyek (dengan mengevaluasi informasi),

sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon efektifnya.

Sikap berlaku sebagai acuan yang mempengaruhi dari lingkungannya (Loudon

dan Bitta (1993) dalam Sulistyari (2012:20), Beberapa faktor yang membentuk

minat beli konsumen Kotler (2008:187) yaitu :

1. Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternative yang

disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat negative

orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen

untuk menuruti keinginan orang lain.

2. Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat


(38)

tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya diri dalam

memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak.

Menurut Keller (1998) dalam Sulistyari (2012:20), minat konsumen adalah

seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar

kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya. Bila

manfaat yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk

mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Perilaku

pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya

rangsangan (stimuli) dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun

rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam

diri sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan

pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses

rangsangan tersebut sangat komplek dan salah satunya adalah motivasi untuk

membeli. Dalam penelitian Samu dalam Sulistyari (2012:21) menunjukkan bahwa

salah satu indikator bahwa suatu produk perusahaan sukses atau tidaknya di pasar

adalah seberapa jauh tumbuhnya minat beli konsumen terhadap produk tersebut.

Sementara itu Mital dalam Sulistyari (2012:21) mengatakan bahwa salah satu

indikasi sukses tidaknya suatu produk adalah besarnya minat membeli konsumen

terhadap produk yang bersangkutan.

Ajay dan Goodstein (1998) dalam Sulistyari (2012:21) mengatakan bahwa jika

kita ingin mempengaruhi seseorang, maka cara yang terbaik adalah mempelajari

apa yang dipikirkannya, maka akan didapatkan tidak hanya sekedar informasi


(39)

bagaimana memanfaatkannya. Hal ini yang dinamakan “The Buying Process”

(Proses Pembelian). Menurutnya proses pembelian meliputi lima hal :

1 Kebutuhan (Need), proses pembelian berawal dari adanya kebutuhan yang tak

harus dipenuhi atau kebutuhan yang muncul pada saat itu dan memotivasi

untuk melakukan pembelian.

2 Pengenalan (Recognition), mengenali kebutuhan itu sendiri untuk dapat

menetapkan sesuatu untuk memenuhinya.

3 Pencarian (Search), merupakan bagian aktif dalam pembelian yaitu mencari

jalan untuk mengisi kebutuhan tersebut.

4 Evaluasi (Evaluation), suatu proses untuk mempelajari semua yang didapat

selama pencarian dan mengembangkan beberapa pilihan.

5 Keputusan (Decision), langkah terakhir dari suatu proses pembelian untuk

mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diterima.

Menurut Ferdinand (2006) dalam Sulistyari (2012:22) minat beli dapat

diidentifikasikan melalui indikator-indikator sebagai berikut :

a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan untuk membeli produk

b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan

produk kepada orang lain.

c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang

memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat

diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu

mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi


(40)

Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang

membentuk suatu persepsi. Minat beli yang muncul menciptakan suatu motivasi

yang terus terekam dalam benaknya, yang pada akhirnya ketika seorang

konsumen harus memenuhi kebutuhannya akanmengaktualisasikan apa yang ada

didalam benaknya itu. Meskipun merupakan pembelian yang belum tentu

akandilakukan pada masa mendatang namun pengukuran terhadap minat

pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap

pembelian actual itu sendiri Kinnear dan Taylor (1995) dalam Sulistyari

(2012:22).

Gambar 2.3 Dimensi variable minat beli

Sumber : Ferdinand (2006) dalam Sulistyari (2012:40) Minat Transksional

Minat Eksploratif

Minat Prefensial

Minat Refrensial

MINAT BELI


(41)

2.7 Penelitian Terdahulu Table 2.1 Penelitian Terdahulu

JUDUL DATA PENELITIAN NAMA & TAHUN PENERBIT TUJUAN PENELITIAN ALAT ANALISIS ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK,KUALITAS PRODUK, DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI PRODUK ORIFLAME Ikanita Novirina Sulistyari, 2012 1. Untuk menganalisis pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen 2. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap minat beli konsumen Wawancara, Kuisioner ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK,DAYA TARIK IKLAN,DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA PRODUK PONSEL NOKIA (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT DI SEMARANG) Rizky Amalia Bahriansyah,2011 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh iklan terhadap minat beli konsumen 2. untuk

mengetahui kualitas produk terhadap minat beli konsumen Kuisioner dan Wawancara PENGARUH PRODUK DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI PADA MOBIL HONDA FREED DI PEKAN BARU

Fitria Anema,2013 1. Untuk mengetahui kualitas produk terhadap minat beli konsumen 2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap minat beli konsumen. Kuisioner, wawancara , dan internet service

PENGARUH

KUALITAS PRODUK DAN HARGA

TERHADAP MINAT BELI ULANG PONSEL SAMSUNG DI

WILAYAH SURABAYA

Puspita Ringga Sarah Jayanti,2012 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas, produk, dan harga terhadap minat beli konsumen Kuisioner dan Wawancara

Berdasarkan table 2.1 penulis mengacu pada penelitianIkanita Novirina Sulistyari, 2012, “ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, KUALITAS PRODUK, DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI PRODUK ORIFLAME ”,


(42)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan penggambaran atau pemaparan tentang variabel-variabel yang diteliti yang selanjutnya mencoba untuk menarik kesimpulan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

a. Kuesioner, yaitu berisikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan variable penelitian akan dibagikan kepada masing-masing pihak pelanggan yang diharapkan dapat membantu dalam penelitian ini.

b. Dokumentasi, pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari literatur, dokumen-dokumen dan sumber data lain yang berasal dari media elektronik seperti internet yang mempunyai hubungan dalam penulisan penelitian ini.

3.3 Jenis Data

Jenis dan sumber data dari variabel-variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :


(43)

a. Data Primer

Data ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu masyarakat Bandar lampung yang menggunakan produkvalue plusdi Bandar Lampung

b. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari kepustakaan melalui buku-buku atau literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti khususnya mengenai

pengaruh harga dan kualitas produk terhadap produk value plus.

3.4 Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

3.4.1 VariabelPenelitian

Sugiyono (2010:58) mendefinisikan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian terdiri atas variabel independen dan variabel dependen. Adapun variable dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Variabel Independen

 Harga (X1)

 KualitasProduk (X2)

2. VariabelDependen (Y)


(44)

3.4.2 Operasional Variabel

Variabel-variabel yang diteliti sehubungan dengan pengaruh harga dan kualitas produk pada produkValue plus. Adapun indikator-indikator dari variabel-variabel diatas adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Operasional Variabel Indikator Skala Minat Beli (Y) Minat beli adalah bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi kemungkinan bila pembeli bermakud iuntuk membeli. Ferdinant (2006) dalam Sulistyari ,2012:44)

1. Minat transeksional 2. Minat eksploratif 3. Minat prefesial 4. Minat refrensial

Ordinal Harga (X1) Harga adalah persepsi dari sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasidari barang beserta pelayanannya. Stanton (1998) dalam Sulistyari ,2012:45) 1. Keterjangkauan harga

2. Kesesuian harga dengan kualitas produk

3. Daya saing harga produk

4. Kesesuian harga dengan manfaat produk Ordinal Kualitas Produk (X2) Karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan dan

1. Daya tahan 2. Kinerja 3. Fitur

4. Kehandalan


(45)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel (lanjutan) Variabel Definisi

Operasional Variabel

Indikator Skala

bersifat laten Tjiptono (2002:25) dalam Sulistyari, 2012:45)

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya Sugiyono (2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna value plusdi Bandar Lampung.

3.5.2 Sampel

Metode yang di gunakan dalam pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling tipe purposive samplingyaitu pengambilan sampel yang membatasi pada ciri-ciri khusus seseorang yang memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cara menentukan responden yang menggunakan produkvalue plus. Penentuan subjek untuk dijadikan sampel atau responden dilakukan secara

purposive samplingdengan kriteria:

1) Konsumen Value plusyang menggunakan produk convienience

2) Berdomisili di Bandar Lampung. 3) Bersedia menjadi responden


(46)

Hair (2009:197), menyarankan bahwa untuk penelitian yang akan diolah dengan menggunakan multiple regresion jumlah sampel minimum 30 responden dan lebih disarankan 100 responden bagi kebanyakan situasi penelitian. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menentukan jumlah sampel 100 orang.

3.6 Skala Pengukuran Variabel

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner. Di dalam melakukan penelitian ini menggunakan skala ordinal namun dalam pengukurannya menggunakan skala likert dengan kriteria sebagai berikut :

No Jawaban Kode Bobot

1. Sangat Tidak Setuju STS 1

2. Tidak Setuju TS 2

3. Netral N 3

4. Setuju S 4

5. Sangat Setuju SS 5

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (2010:211), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dimaksudkan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen mengukur konsep yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat


(47)

digunakan untuk mengukur secara tepat dan benar. Dengan mempergunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas yang tinggi, hasil penelitian mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya dengan signifikansi dibawah 0,05 dan Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) serta Measure of Sampling Adequacy (MSA) minimal 0.5 dinyatakan valid dan sampel bisa di analisis lebih lanjut, Santoso (2002:101).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur (instrumen) yang digunakan dapat dipercaya atau dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan ketepatan pengukuran.Uji reliabilitas menggunakan koefisien

Croanbach’s Alpa dengan bantuan SPSS 20,0

Pengujian reliabilitas dilakukan dalam tahapan yaitu dengan membandingkan nilai pada Croanbach’s Alpa dengan nilai pada Croanbach’s Alpa if item

deleted.Apabila ada pernyataan yang memiliki nilai Croanbach’s Alpa if item deleted lebih besar dari pada Croanbach’s Alpa maka pernyataan tersebut tidak reliabel dan harus dilakukan pengujian selanjutnya sehingga tidak ada pernyataan yang memiliki nilai Croanbach’s Alpa if item deleted yang lebih besar dari

Croanbach’s Alpa. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden konsumen

value plushdi Bandar Lampung. Hasil uji realibilitas dengan nilai Croanbach’s Alpa > 0.5 = Reliabel. (Hair dan Et Al, 2009:641)


(48)

3.8 Alat Analisis

3.8.1 Analisis Kualitatif

Data kualitatif yaitu data penelitian yang bukan angka, yang sifatnya tidak dapat dihitung berupa informasi atau penjelasan yang didasarkan pada pendekatan teoritis dan penilaian logis. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran secara diskriptif tentang tanggapan yang diberikan responden pada kuesioner atau daftar pertanyaan yang diberikan dan dihubungkan dengan teori pemasaran atau pendekatan-pendekatan yang berkaitan dengan pengaruh harga dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen..

3.8.2 Analisis Kuantitatif

3.8.2.1 Uji Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen tentang harga dan kualitas produk pada konsumen value plusdi Bandar Lampung. Analisis yang digunakan meliputi pengujian terhadap harga dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen. Model analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda. Model Regresi digunakan untuk mengansumsikan bahwa terdapat hubungan linear antara variabel harga dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen. Jadi analisis regresi berganda dilakukan jika jumlah variabel independennya minimal dua Sugiyono, (2010:277). Adapun bentuk umum persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(49)

Y = a + b1X1+ b2X2+ e

dimana :

Y = Minat beli konsumen

A = Nilai konstanta

X1 = Harga

X2 = Kualitas produk

b1, b2, b3 = Besaran koefisien regresi masing-masing variabel


(50)

5.1 Simpulan

Setelah melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan tujuan mengetahui bagaimana pengaruh dari kualitas produk dan harga terhadap minat beli konsumen pada produk value plusHypermart Di Bandar Lampung diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli disebabkan karena kualitas produk yang konsisten dan memiliki kualitas yang dapat bersaing dengan produk nasional dan produk yang ditawarkan beranekaragam dan varian yang banyak sehingga membuat konsumen dengan mudah membeli kebutuhan sehari-hari.

2. Variable harga berpengaruh signifikan terhadap minat beli disebabkan karena harga yang ditawarkan oleh hypermart lebih murah dibandingkan harga yang ditawarkan perusahaan ritel lain yang berada di Bandar Lampung sehingga membuat konsumen lebih memilih melakukan pembelian di Hypermart.


(51)

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hypermart sebaiknya senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk. Hal ini disebabkan variabel kualitas produk merupakan variabel yang kurang berpengaruh terhadap minat beli. Perusahaan diharapkan dapat mempertahankan kualitas produk yang ada sekarang dan terus meningkatkan maupun melakukan inovasi terhadap produk yang ada saat ini sehingga menumbuhkan rasa minat beli terhadap responden lain dan dengan sendirinya responden akan menjadi pengguna tetap produk value plus

2. Harga adalah variabel yang perlu dipertahankan oleh perusahaan untuk terus meningkatkan kepercayaan terhadap konsumen value plus. Perusahaan diharapkan terus mempertahankan citra mereka dengan produk yang

mempunyai kualitas yang dapat bersaing dengan produk lain namun dengan harga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat dan meningkat kegiatan promosi melalui katalog dan promosi-promosi yang membuat konsumen tertarik untuk mempertimbankan sebelum melakukan pembelian pada produk value plus


(52)

Research, Vol. 34, 1997

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta. Rineka Cipta.

Bangsawan, Satria 2012. Manajemen Pemasaran Usaha Kecil.Lampung.

Univ.Lampung

Hair, F, Rolph E Anderson, Ronald L, Tathan and William, C, 2009,

multivariable Data Analysis 9thedition, Practice Hall.

Hamel dan Prahalad 1994 dalam Arthur 2011:20 Prilaku konsumen Dan Strategi

Penengan Pasar

Kotler, Phillip. dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran.Edisi 12 .

Jakarta : PT. Indeks.

Mowen, John C / Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.

Natsir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rangkuti, Freddy. 2008. The power of Brands. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, Singgih (2002:101). Statistik Multivariat. Cetakan Ketiga. Jakarta:

PT.Elek Media Koumputindo.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis.Bandung: CV.Alfabeta.

Sulistyari, Novirina Ikanita, 2012 : Analisis Pengaruh Citra Merek,Kualitas

Produk,dan Harga Terhadap Minat beli Produk Oriflame, Semarang.

Tjiptono, Fandy, 2008, Service Manajemen, Mewujudkan Layanan Prima


(1)

38

digunakan untuk mengukur secara tepat dan benar. Dengan mempergunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas yang tinggi, hasil penelitian mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya dengan signifikansi dibawah 0,05 dan Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) serta Measure of Sampling Adequacy (MSA) minimal 0.5 dinyatakan valid dan sampel bisa di analisis lebih lanjut, Santoso (2002:101).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur (instrumen) yang digunakan dapat dipercaya atau dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan ketepatan pengukuran.Uji reliabilitas menggunakan koefisien Croanbach’s Alpa dengan bantuan SPSS 20,0

Pengujian reliabilitas dilakukan dalam tahapan yaitu dengan membandingkan nilai pada Croanbach’s Alpa dengan nilai pada Croanbach’s Alpa if item

deleted.Apabila ada pernyataan yang memiliki nilai Croanbach’s Alpa if item deleted lebih besar dari pada Croanbach’s Alpa maka pernyataan tersebut tidak reliabel dan harus dilakukan pengujian selanjutnya sehingga tidak ada pernyataan yang memiliki nilai Croanbach’s Alpa if item deleted yang lebih besar dari Croanbach’s Alpa. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden konsumen value plushdi Bandar Lampung. Hasil uji realibilitas dengan nilai Croanbach’s Alpa > 0.5 = Reliabel. (Hair dan Et Al, 2009:641)


(2)

3.8 Alat Analisis

3.8.1 Analisis Kualitatif

Data kualitatif yaitu data penelitian yang bukan angka, yang sifatnya tidak dapat dihitung berupa informasi atau penjelasan yang didasarkan pada pendekatan teoritis dan penilaian logis. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran secara diskriptif tentang tanggapan yang diberikan responden pada kuesioner atau daftar pertanyaan yang diberikan dan dihubungkan dengan teori pemasaran atau pendekatan-pendekatan yang berkaitan dengan pengaruh harga dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen..

3.8.2 Analisis Kuantitatif

3.8.2.1 Uji Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen tentang harga dan kualitas produk pada konsumen value plusdi Bandar Lampung. Analisis yang digunakan meliputi pengujian terhadap harga dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen. Model analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda. Model Regresi digunakan untuk mengansumsikan bahwa terdapat hubungan linear antara variabel harga dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen. Jadi analisis regresi berganda dilakukan jika jumlah variabel independennya minimal dua Sugiyono, (2010:277). Adapun bentuk umum persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(3)

40

Y = a + b1X1+ b2X2+ e dimana :

Y = Minat beli konsumen

A = Nilai konstanta

X1 = Harga

X2 = Kualitas produk

b1, b2, b3 = Besaran koefisien regresi masing-masing variabel


(4)

5.1 Simpulan

Setelah melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan tujuan mengetahui bagaimana pengaruh dari kualitas produk dan harga terhadap minat beli konsumen pada produk value plusHypermart Di Bandar Lampung diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli disebabkan karena kualitas produk yang konsisten dan memiliki kualitas yang dapat bersaing dengan produk nasional dan produk yang ditawarkan beranekaragam dan varian yang banyak sehingga membuat konsumen dengan mudah membeli kebutuhan sehari-hari.

2. Variable harga berpengaruh signifikan terhadap minat beli disebabkan karena harga yang ditawarkan oleh hypermart lebih murah dibandingkan harga yang ditawarkan perusahaan ritel lain yang berada di Bandar Lampung sehingga membuat konsumen lebih memilih melakukan pembelian di Hypermart.


(5)

56

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hypermart sebaiknya senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk. Hal ini disebabkan variabel kualitas produk merupakan variabel yang kurang berpengaruh terhadap minat beli. Perusahaan diharapkan dapat mempertahankan kualitas produk yang ada sekarang dan terus meningkatkan maupun melakukan inovasi terhadap produk yang ada saat ini sehingga menumbuhkan rasa minat beli terhadap responden lain dan dengan sendirinya responden akan menjadi pengguna tetap produk value plus

2. Harga adalah variabel yang perlu dipertahankan oleh perusahaan untuk terus meningkatkan kepercayaan terhadap konsumen value plus. Perusahaan diharapkan terus mempertahankan citra mereka dengan produk yang

mempunyai kualitas yang dapat bersaing dengan produk lain namun dengan harga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat dan meningkat kegiatan promosi melalui katalog dan promosi-promosi yang membuat konsumen tertarik untuk mempertimbankan sebelum melakukan pembelian pada produk value plus


(6)

Research, Vol. 34, 1997

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Bangsawan, Satria 2012. Manajemen Pemasaran Usaha Kecil.Lampung. Univ.Lampung

Hair, F, Rolph E Anderson, Ronald L, Tathan and William, C, 2009,

multivariable Data Analysis 9thedition, Practice Hall.

Hamel dan Prahalad 1994 dalam Arthur 2011:20 Prilaku konsumen Dan Strategi Penengan Pasar

Kotler, Phillip. dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran.Edisi 12 . Jakarta : PT. Indeks.

Mowen, John C / Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga. Natsir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rangkuti, Freddy. 2008. The power of Brands. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, Singgih (2002:101). Statistik Multivariat. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT.Elek Media Koumputindo.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis.Bandung: CV.Alfabeta.

Sulistyari, Novirina Ikanita, 2012 : Analisis Pengaruh Citra Merek,Kualitas Produk,dan Harga Terhadap Minat beli Produk Oriflame, Semarang.

Tjiptono, Fandy, 2008, Service Manajemen, Mewujudkan Layanan Prima