PENGARUH FAKTOR HARGA, MEREK, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI PRODUK HEMAVITON DI GEDANGAN SIDOARJO.

(1)

S

S

K

K

R

R

I

I

P

P

S

S

I

I

JUDUL

PENGARUH FAKTOR HARGA, MEREK, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI PRODUK HEMAVITON

DI GEDANGAN SIDOARJO Disusun Oleh

EFENDI TAUFIK EFENDI TAUFIK 0412010397/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 27 Mei 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr. Muhadjir Anwar, MM Dr. Muhadjir Anwar, MM

Pembimbing Pedamping Sekretaris

Drs. K. Eko Pranoto. SE, MM Dr. Ec. Pandji. S, MM

Anggota

Dr. Ec. Herry. P, MM

M

Meennggeettaahhuuii

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Harga, Merek, dan Kualitas Terhadap Minat Beli Produk Hemaviton di Gedangan Sidoarjo”.

Penulisan proposal ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., yang telah meluangkan waktu guna membantu, mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini

5. Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmunya.


(3)

6. Bapak, Ibu dan keluargaku dan semua teman-teman yang selalu memberikan doa dan restunya kepada penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya proposal ini.

Surabaya, Mei 2011


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR GAMBAR ………. vi

DAFTAR TABEL ………. vii

ABSTRAKSI ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….... 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 5

1.3. Tujuan Penelitian ……… 6

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ………. 7

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen ………... 8

2.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 8

2.2.3. Pengertian Minat Beli ………. 15

2.2.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli .. 17

2.2.5. Pengaruh Fktor Harga Terhadap Minat Beli ……. 23


(5)

2.2.7. Pengaruh Faktor Kualitas Produk Terhadap

Minat Beli ……….. 26

2.3. Kerangka Konseptual ……….. 28

2.4. Hipotesis ……… 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasonal dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional ………. 30

3.1.2. Pengukuran Variabel ……… 32

3.2. Teknik Penentuan Sampel ……… 32

3.3. Teknik Pengumpulan Data ………... 34

3.4. Teknik Analisis Data 3.4.1. Asumsi Model ( SEM ) ………. 35

3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubngan Kasualitas ….. 38

3.4.3. Pengujian Model Dengan One Step Approach …. 38 3.4.4. Pengujian Model Two Step Approach ………….. 38

3.5. Evaluasi Model ………. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……….. 44

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden …………. 47

4.2.2. Deskripsi Variabel Harga (X1) ……… 49

4.2.3. Deskripsi Variabel Merek (X2) ………... 50

4.2.4 Deskripsi Variabel Kualitas Produk (X3) ………… 51


(6)

4.3. Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis

4.3.1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas ……… 53 4.3.2. Evaluasi Atas Outlier ……….. 54 4.3.3. Deteksi Multicollolinierity dan Singularity ……… 55 4.3.4. Uji Validitas dan Reabilitas ……… 55 4.3.5. Pengujian Model Dengan One-Step Approach ….. 59 4.3.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kasual ……... 61

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli ……… 63 4.4.2. Pengaruh Merek Terhadap Minat Beli …………... 64 4.4.3. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli … 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ……… 67

5.2. Saran ……….. 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

PENGARUH FAKTOR HARGA, MEREK, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI PRODUK HEMAVITON

DI GEDANGAN SIDOARJO

Efendi Taufik Abstraksi

Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan faktor harga, merek, dan kualitas produk yang diduga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Faktor harga memang merupakan faktor yang mempengaruhi minat beli dalam menentukan pembelian sebuah produk Hemaviton. Harga adalah suatu moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Faktor merek juga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Selain harga dan merek, faktor kualitas produk juga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta sifat dari produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh harga, merek dan kualitas produk terhadap minat beli produk Hemaviton.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Harga (X1), Merek (X2) dan kualitas produk (X3). Skala pengukuran variabel menggunakan skala

semantic differensial. Populasi dalam penelitian ini adalah pembeli dan pengguna produk suplemen hemaviton. Jenis data penelitian adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh sebagai tanggapan dari kuesioner yang disebarkan kepada responden dan juga hasil dari wawancara dengan pihak-pihak yang mendukung penelitian ini. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel harga, merek dan kualitas produk berpengaruh signifikan positif terhadap variabel minat beli.


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sektor industri yang cukup pesat dewasa ini membawa perubahan kepada pola hidup masyarakat dan tingkat kebutuhan hidup masyarakat akan barang konsumsi. Oleh kerena itu, produksi barang-barang konsumsi juga mengalami kemajuan pesat, yang pada akhirnya menyebabkan melimpahnya barang-barang konsumsi dan jasa dipasaran yang selanjutnya akan melahirkan persaingan antar produsen.

Terlalu banyaknya pekerjaan dan aktivitas yang tinggi menyebabkan masyarakat memerlukan minuman untuk mengembalikan stamina dan semangat agar dapat melakukan aktivitasnya kembali. Oleh karena itu, banyak bermunculan minuman – minuman bersuplemen yang dapat membantu memelihara kesehatan tubuh, menyegarkan badan, dan membantu metabolisme tubuh untuk menghasilkan stamina yang baru setelah melakukan aktivitas. Minuman – minuman bersuplemen yang dapat meningkatkan stamina tersebut diantaranya adalah : Enervon C, Hemaviton, Redoxon, CDR, dan Sangobion.

Bagaimana dengan perilaku mengkonsumsi multivitamin di masyarakat kita? Saat ini tingkat konsumsi multivitamin masyarakat lumayan baik. Parameter itu dapat dilihat dari survey yang dilakukan MARS Indonesia di Jakarta dan Surabaya bahwa hampir 64,7% masyarakat di kedua kota besar tersebut mengkonsumsi multivitamin dalam tiga bulan terakhir. Yang lebih mencengangkan lagi, frekuensi konsumsi pun cukup tinggi. Dalam satu bulan


(9)

terakhir rata – rata mereka mengkonsumsi multivitamin lebih dari 10 kali dengan porsi 61,9% untuk masyarakat Jakarta dan 33,4% untuk masyarakat Surabaya.

Lalu merek multivitamin mana yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat kedua kota tersebut? Terdapat lebih dari 45 merek multivitamin yang sekarang beredar di pasaran, namun hanya sekitar 10 merek saja yang mampu bersaing memperebutkan ceruk pasar.

Peringkat pertama berhasil diraih Enervon C dengan total porsi 17,9%. Menempel ketat di belakangnya adalah Hemaviton (17,0%), lalu Redoxon (16,6%), CDR (11,5%), Ester C (5,2%), Sangobion (3,9%), Supradyn (2,1%), Sakatonik Liver (1,8%), Fatigon (1,7%), dan Natur E (1,7%). Sedangkan merek – merek lain porsinya di bawah 1,5%.

Tabel 1.1. Multivitamin yang Paling Sering Dikonsumsi

Tabel. Multivitamin yang Paling Sering Dikomsumsi

Merek Multivitamin Total Jakarta Surabaya

Enervon C 17,9% 17,9% 17,7%

Hemaviton 17,0% 15,0% 19,5%

Redoxon 16,6% 14,2% 19,5%

CDR 11,5% 11,5% 11,5%

Ester C 5,2% 6,4% 3,6%

Sangobion 3,9% 5,3% 2,1%

Supradyn 2,1% 1,4% 2,9%

Sakatonik Liver 1,8% 2,3% 1,1%

Fatigon 1,7% 1,6% 1,9%

Natur E 1,7% 0,9% 2,7%

Sumber : Indonesian Consumer Profil 2008

Dari kesepuluh merek di atas, Enervon C, Ester C, Sangobion, dan Sakatonik Liver leading di Jakarta. Sebaliknya Hemaviton, Redoxon,


(10)

Supradyn, Fatigon dan Natur E unggul di Surabaya. Sementara CDR berbagi angka yang sama untuk kedua kota tersebut yaitu 11,5%.

Alasan mereka mengkonsumsi multivitamin matoritas karena ingin meningkatkan stamina tubuh (63,7%) ketimbang sekadar untuk meningkatkan daya tahan tubuh (56,4%), penyembuhan dari sakit (6,4%), ataupun ingin menambah darah (1,1%).

Tabel 1.2. Data Penjualan Hemaviton Dari Tahun 2006 – 2009 Jumlah Penjualan No Bulan

2006 2007 2008 2009

1 Januari 450 375 475 510

2 Februari 395 390 225 495

3 Maret 240 425 345 325

4 April 225 325 250 445

5 Mei 425 245 315 415

6 Juni 450 320 420 315

7 Juli 525 415 445 225

8 Agustus 365 345 325 245

9 September 390 225 230 330

10 Oktober 415 425 225 410

11 November 550 250 415 325

12 Desember 625 315 310 215

TOTAL 5.055 4.065 3.975 4.255

Sumber : Apotik Mulia Farma

Berdasarkan tabel 1.2 diatas, terlihat adanya penurunan data penjualan. Penurunan menandakan adanya minat beli yang rendah. Kecenderungan minat beli yang rendah disebabkan oleh faktor : Harga, Merek, dan Kualitas Produk. Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian barang. Swastha dan Handoko (2000 : 10) mendefisinikan perilaku konsumen adalah kegiatan – kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan


(11)

penentuan kegiatan – kegiatan tersebut. Apabila suatu usaha pemasaran tidak memperhatikan perilaku konsumen atas keinginan produk yang dibutuhkan, maka perusahaan akan mengalami penurunan penjualan yang disebabkan menurunnya minat beli konsumen atas produk yang dijual oleh perusahaan.

Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan faktor harga, merek, dan kualitas produk yang diduga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton.

Faktor harga memang merupakan faktor yang mempengaruhi minat beli dalam menentukan pembelian sebuah produk Hemaviton. Harga adalah suatu moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikikan atau penggunaan suatu barang atau jasa, (Tjiptono 1995 : 151). Harga yang rendah merupakan sebab utama sebuah produk dibeli, meskipun kualitasnya rendah. Karena, konsumen menyadari untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang baik tentunya memiliki harga yang mahal. (Tom, 1998).

Faktor merek juga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. (Kotler, 2002 : 460), Fakta yang ditemukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa merek sebagai atribut produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur keputusan pembelian, berarti didukung oleh teori ini. Secara empirik hasil penelitian ini mempunyai persamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Purnomo, 2000) yang


(12)

menyatakan bahwa secara parsial merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

Selain harga dan merek, faktor kualitas produk juga mempengaruhi minat beli dalam membeli produk Hemaviton. Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta sifat dari produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat, (Kotler, 1997 : 49). Kualitas produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipaka, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. (Kotler, 2006). Didalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus menentukan mutu yang akan mendukung posisi produk itu di pasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih unggul dalam suatu produk sebagai pembanding dengan alternative bersaing dari pandangan pasar. (Garvin, 1998: Zeithami, 1988 dalam Sethi, 2000). Mutu juga merupakan konsep sentral dalam strategi pemasaran karena dapat membangun kepuasan konsumen.

Dengan melihat latar belakang diatas, peneliti membuat judul “Pengaruh Faktor Harga, Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Produk Hemaviton Di Gedangan Sidoarjo”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah dalam hal ini adalah :

A. Apakah faktor harga mempengaruhi minat beli produk Hemaviton ?


(13)

C. Apakah faktor kualitas produk mempengaruhi minat beli produk Hemaviton ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap minat beli produk

Hemaviton.

B. Untuk menganalisis pengaruh merek terhadap minat beli produk

Hemaviton.

C. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap minat beli

produk Hemaviton.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian dan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

 Bagi Peneliti

Disamping sebagai tugas akhir yang menjadi syarat untuk menyelesaikan program studi S1 juga untuk mengetahui kebenaran teori yang didapat selama kuliah serta menambah pengetahuan dan memperluas wawasan yang dapat dipakai sebagai bekal jika terjun ke masyarakat.

 Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan sebagai bahan pertimbangan dimasa akan datang dalam menerapkan strategi pemasaran. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai studi banding oleh peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang sama, serta kemungkinan pengembangannya.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang dipakai sebagai masukan adalah :

 Ujianto Abdurachman (2004) Melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung Sarung di Jawa Timur”. Tehnik yang digunakan untuk mencari penyelesaian masalah adalah Analisis REGRESI Linier Berganda. Berdasarkan hasil uji linier berganda baik uji F dan uji T disimpulkan bahwa semua faktor-faktor yang meliputi kualitas, referensi, merek, dan warna serta kemasan, harga, diskon dan hadiah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli pada konsumen Sarung di Jawa Timur.

 Didit Darmawan (2004) dengan judul “ Pengaruh Varibel Psikologis, Harga, dan Kelompok Acuan Terhadap Keputusan Konsumen Membeli

Produk Minuman Suplemen.” Dalam penelitian ini menggunakan

analisis Struktural Equation (SEM). Bahwa dari penelitian ini diperoleh variabel psikologis, harga, dan kelompok acuan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.


(15)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen

Keinginan dan kebutuhan konsumen akan suatu produk dan jasa selalu berubah – ubah secara terus – menerus, hal ini yang menjadi pertimbangan bagi seorang manajer pemasaran selalu mempelajari perilaku konsumen dan memberikan kepuasan semaksimal mungkin sehingga perusahaan dapat menciptakan bauran yang tepat.

Menurut Lamp ( 2001 : 188 ) perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan – keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian barang atau jasa.

Menurut Swastha dan Handoko ( 2000 : 10 ) mengemukakan perilaku konsumen adalah kegiatan – kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang–barang dan jasa – jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan kegiatan tertentu.

Sedangkan menurut Mowen dan Minor ( 2002 : 6 ) perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying

units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumen, dan

pembuangan barang dan jasa, pengalaman dan ide-ide.

2.2.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Sebelum konsumen melaksanakan keputusan pembelian ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan


(16)

pembelian. (Kotler dan Amstrong, 2001 : 196 ) Pembelian konsumen secara kuat dipengaruhi oleh karakteristik kebudayaan, social, pribadi, dan psikologis.

2.2.2.1 Faktor – Faktor Kebudayaan

Faktor budaya memiliki pengaruh paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan, Faktor – factor tersebut meliputi :

1. Kebudayaan

Kebudayaan adalah Hal yang paling mendasar yang mempengaruhi keinginan dan perilaku konsumen. Menurut Lamp elemen yang sering didefisinikan dalam budaya adalah nilai – nilai yang terkandung di dalamnya, yang menyangkut keyakinan yang dibagi melalui suatu kehidupan sosial dengan bentuk spesifik yang dikenal sebagai kepribadian (personality).

2. Sub Budaya

Setiap kebudayaan mempunyai sub budaya yang lebih kecil, atau kelompok – kelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub budaya adalah sekelompok orang tertentu dalam sebuah masyarakat yang sama – sama memiliki makna budaya yang sama untuk tanggapan afeksi dan kognisi. Sub budaya meliputi : kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.


(17)

3. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan anggota dalam setiap jenjang itu memiliki minat dan tingkah laku yang sama. Setiap kelas sosial memiliki beberapa karakteristik diantaranya ; orang – orang yang berada dalam kelas sosial tertentu cenderung bertingkah laku serupa, kelas sosial seseorang dapat diukur dari ( jabatan, kekayaan, pendapat, pendidikan, Dll ), kelas sosial bersifat elastis, artinya kelas sosial bawah dapat naik menjadi kelas sosial atas dan sebaliknya.

2.2.2.2 Faktor – Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti : kelompok referensi, keluarga, peran dan status.

1. Kelompok Referensi

Kelompok referensi terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang – kurangnya melalui tiga jalur, diantaranya : kelompok mengharapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru, kelompok juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang, dan kelompok juga menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merk aktual seseorang.


(18)

2. Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh disbanding dengan kelompok – kelompok lain. Keluarga memainkan peranan dan selama dalam pembentukan sikap dan perilaku konsumen. Keluarga menjadi daya tarik bagi pemasar dalam kaitannya dengan pembelian produk dan jasa, oleh karena itu manajer pemasaran berkepentingan mempelajari perilaku anggota terutama dalam melakukan pembelian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut Peter dan Olson ( 2000 : 112 ) ada bebrapa peran keluarga dalam pengambilan keputusan :

 Pemberi pengaruh (Influencers) memberikan informasi bagi

anggota keluarga lainnya tentang suatu produk atau jasa.

 Penjaga pintu (Gatekeepers) mengontrol aliran informasi yang

masuk ke dalam keluarga.

 Pengambilan keputusan (Deciders) memiliki kekuasaan apakah

suatu produk atau jasa akan dibeli atau tidak.

 Pembeli (Buyers) adalah orang yang akan membeli produk atau

jasa.

 Pengguna (Users) mengkonsumsi atau menggunakan produk atau

jasa.

 Pembuang (Disposers) akan membuang suatu produk atau


(19)

3. Peranan dan Status

Kedudukan seseorang dalam suatu kelompok ditentukan berdasarkan peran dan status, dimana peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat sesuai dengan statusnya yang dimiliki, sehingga orang membeli produk atau jasa dengan tujuan untuk mengkomunikasikan statusnya dalam masyarakat.

2.2.2.3 Faktor – Faktor Pribadi

Keputusan seseorang dalam membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik individu termasuk usia dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep

1. Usia dan tahapan daur hidup

Pembelian akan suatu barang dan jasa seseorang selalu berubah-ubah dalam hidupnya. Selera seseorang dalam mengberubah-ubah barang dan jasa yang mereka beli seringkali dipengaruhi oleh usia. Para pemasar seringkali menetapkan pasar sasaran mereka berdasarkan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahapnya.

2. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar mencoba mengidentifikasikan kelompok – kelompok pekerja yang memiliki minat yang rata – rata lebih tinggi pada produk dan jasa yang mereka hasilkan. Kotler dan Amstrong


(20)

(2001 : 207). Sebuah perusahaan bahkan dapat berspesialisasi menghasilkan produk – produk yang dibutuhkan satu kelompok pekerjaan tertentu.

3. Ekonomi

Pembelian produk seseorang sangat besar dipengaruhi keadaan ekonominya. Mereka cenderung melakukan pembelian berdasarkan tingkat pendapatan yang dimiliki. Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan kekayaan yang dimiliki, kemampuan meminjam dan sikap terhadap pengeluaran lawan.

4. Gaya Hidup

Orang – orang yang berasal dari sub budaya, kelas social, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang cukup berbeda. Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uang, (Kotler, 1997 : 157) gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.

5. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian tiap orang yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku membelinya. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yagn unik, yang menghasilkan tanggapan yang relative konsisten da menetap terhadap lingkungan seseorang. (Kotler dan Amstrong, 2001 : 211).


(21)

Sedangkan konsep diri adalah bagaimana konsumen mempersepsikan diri mereka sendiri yang meliputi sikap, persepsi, keyakinan dan evaluasi diri.

2.2.2.4Faktor – Faktor Psikologis

Menurut Lamp factor psikologis menentukan bagaimana menerima dan berinteraksi dengan lingkungannya dan pengaruh pada keputusan yang diambil. Pilihan – pilihan seseorang dalam membeli dipengaruhi oleh empat faktor psikologis yaitu ; motivasi, perspsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.

1. Motivasi

Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk mengarahkan seseorang agar dapat mencari kepuasan terhadap kebutuhan itu. (Kotler, 1999 : 245). Motif yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. (Mowen Minor, 2002 : 205). motivasi didefinisikan sebagai keadaan yang diaktivasi atau yang digerakkan dimana seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan, hal ini termasuk dorongan, keinginan, harapan dan minat.

2. Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap umtuk melakukan suatu perbuatan dan bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsi terhadap sesuatu yang dihadapi. (Kotler, 2001 : 214) persepsi merupakan proses dimana seseorang


(22)

memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Sedangkan menurut Sunarto (2004 : 94) persepsi adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan masukan – masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

3. Pembelajaran

Hampir semua perilaku konsumen merupakan hasil pembelajaran (learning) yang merupakan proses penciptaan perubahan perilaku

melalui pengalaman dan latihan (2001 : 231). Proses belajar berlangsung melalui dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan, dan penguatan yang saling mempengaruhi.

4. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif seseorang mengenai sesuatu, pemasaran tertarik pada keyakinan yang dirumuskan seseorang mengenai produk yang mempengaruhi perilaku pembeli. Sebuah sikap yang menggambarkan penilaian perasaan dan kecenderungan yang relative konsisten dari seseorang atas sebuah obyek atau gagasan. Sikap menempatkan seseorang dalam sebuah kerangka pemikiran mengenai suka atau tidaknya. (Kotler, 2001 : 218).

2.2.3 Pengertian Minat Beli

Minat beli adalah pikiran seseorang yang mengandung niat untuk membeli produk tertentu. (Kotler, 2000 : 174). Sedangkan minat


(23)

beli adalah kecenderungan tingkah laku seseorang karena rasa tertarik oleh sekelompok aktifitas tertentu. (Guilford, 1997 : 20). Rasa tertarik ini menyebabkan seeorang menaruh perhatian dan mencari atau berusaha mendapatkan obyek yang sesuai dengan minatnya. Jelas bahwa daya tarik sangat berperan dalam usaha seseoarang untuk mencapai suatu tujuan karena didalam minat terkandung unsure dan perhatian, sehingga kemauan yang terdapat dalam minat itu bukan kemauan yang dipaksa, akan tetapi merupakan kemauan yang disertai perasaan senang.

Minat beli diartikan sebagai dorongan yang berasal dari dalam diri individu yang mampu membuat individu melakukan tindakan pembelian, minat beli timbul karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan masyarakat, pengaruh-pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut.

Dari pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah pikiran seseorang yang merupakan dorongan yang bersifat intrinsik yang mampu membuat seseorang secara sadar menaruh perhatian terhadap suatu barang atau jasa karena dia merasa bahwa barang atau jasa tersebut mempunyai sangkut paut dengan dirinya.

Dengan kata lain, minat beli dapat timbul dari kebutuhan-kebutuhan pribadi (individual needs) dan tuntutan masyarakat (social

demands) serta dari pikiran dan perasaan terhadap barang atau jasa yang

dinginkan (timbul dari dalam diri individu tersebut atau dapat juga berasal dari luar dirinya).


(24)

Indikator-indikator Minat Beli adalah, (Augusty, 2006 : 206) sebagai berikut :

1. Intensi pencarian informal, informasi mengenai suatu produk

2. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki

produk.

3. Keinginan Preferensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan bersedia mengabaikan yang lainnya.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli

Minat beli merupakan hal yang penting dalam pemahaman terhadap perilaku konsumen karena minat beli adalah salah satu tahap dalam perilaku membeli. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan faktor penting untuk proses perilaku pembelian secara keputusan konsumen untuk membeli sesuatu yang dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu harga, merek, serta kualitas produk. (Abduracman, 2004 : 40).

2.2.4.1Faktor - Faktor Harga

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh barang dan jasa. Masalah kebijakan harga juga turut menentukan keberhasilan permasalahan produk. Kebijakan dapat dilakukan pada setiap tingkatan distribusi, seperti oleh produsen, oleh grosir dan retailer (pedagang eceran), Banyak strategi harga dapat dilakukan oleh ketiga lembaga distribusi tersebut, antara lain strategi


(25)

interved pricing. Dalam hal ini produsen mencoba menetapkan harga

eceran tertinggi (HET). Setelah HET ditetapkan, produsen mencoba mengkalkulasi harga untuk retrailer, harga untuk grosir,dan akhirnya harga untuk pabrik. Dengan demikian, produsen menetapkan value added atau nilai tambah untuk masing-masing lembaga penyalur dan mengawasi harga jual produknya.

Pada umumnya ada tiga strategi harga yang dapat diikuti oleh produsen, tergantung keadaan produknya. Strategi adalah :

1. Skiming Price

Adalah menetapkan harga setinggi-tingginya. Strategi ini hanya mungkin, apabila produknya diarahkan kepada konsumen yang berpenghasilan tinggi, dan ini merupakan produk baru yang sangat istimewa. Untuk memperoleh produk tersebut, telah dikeluarkan biaya eksperimen dan laboratorium yang sangat tinggi. Kemudian, harga barang-barang tersebut berangsur-angsur diturunkan.

2. Penetrasion Price

Bertujuan meneroboskan produk ke pasar, karena banyak barang sejenis yang sudah ada dipasar. Oleh sebab itu produsen mencoba merebut pasar dengan harga rendah.

3. Live and Let Live Policy (strategi yang mencoba mengikuti harga

pasar)

Walaupun misalnya produsen dapat menghasilkan barang dengan harga pokok rendah, dan mampu menjualnya dengan harga yang lebih murah, namun produsen tidak mau menurunkan harganya. Akan lebih


(26)

baik baginya mengikuti harga pasar, karena ada kekhawatiran jika harga diturunkan akan timbul perang harga dan ini sangat berbahaya.

Penetapan harga biasanya berdasarkan suatu kombinasi barang secara fisik ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memaksa.

Harga adalah jumlah uang atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. (Tjiptono, 1995 : 151).

Pada saat ini dalam mengukur nilai barang melalui suatu pertukaran digunakan uang. Jumlah uang yang digunakan mencerminkan tingkat harga dari suatu barang. Dimana harga yang dibayarkan oleh pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang sudah diberikan penjual.

Beberapa tujuan penetapan harga produk antara lain :

a. Mendapatkan laba maksimum.

Terjadinya harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen, semakin besar kemungkinan penjual mendapatkan laba.

b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau

pengembalian pada penjual untuk menutupi investasi secara berangsur-angsur.

c. Mencegah atau mengurangi persaingan.

Dilakukan melalui kebijaksanaan harga. Hal ini bisa diketahui bila para penjual menawarkan barang dengan harga yang sama.


(27)

Memperbaiki market share hanya mungkin dilaksanakan bila kemampuan dan kapasitas produksi perusahaan masih longgar.

Indikator-indikator harga adalah sebagai berikut, (Abdurachman, 2004 : 40) :

1. Harga relatif murah, harga yang ditawarkan murah. 2. Harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk.

Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan oleh konsumen sebelum melakukan pembelian.

2.2.4.2. Faktor - Faktor Merek

Merek adalah nama, istilah, symbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. (Kotler, 2002 : 460).

Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek dapat memiliki 6 level pengertian :

1. Atribut : merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik,tahan lama, bergengsi tinggi.

2. Manfaat : suatu merek lebih dari serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli atribut, mereka memberi manfaat. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. “saya tidak perlu membeli


(28)

mobil baru setiap beberapa tahun”. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan sebagai manfaat emosional, “mobil ini membuat saya merasa penting dan dihargai”. Atribut “dibuat dengan baik” diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional, “saya aman seandainya terjadi kecelakaan”.

3. Nilai : Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain. Pemasar merek harus mengetahui kelompok pembeli mobil yang mana mencari nilai-nilai ini.

4. Budaya : Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili

budaya Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.

5. Kepribadian : Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), istana yang agung (obyek). Jika merek merupakan orang, binatang atau suatu obyek, apa yang dipikir oleh kita.

6. Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

Indikator – indikator merek adalah sebagai berikut, (Abdurachman, 2004 : 40) :

2. Merek mudah diingat oleh pelanggan

3. Merek mudah dibedakan oleh pelanggan

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa merek dapat menimbulkan rasa percaya konsumen sebelum melakukan pembelian.


(29)

2.2.4.3. Faktor - Faktor Kualitas Produk

Kualitas dan mutu merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari perusahaan. Setiap produk harus memiliki tingkat kualitas yang baik, karena akan membantu usaha untuk meningkatkan atau mempertahankan posisi produk itu dalam pasar sasarannya.

Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan atau fungsinya, termasuk didalamnya daya tahan, ketidak ketergantungan pada produk lain. Selain itu kualitas ditinjau dari beberapa hal, antara lain kemasan, rasa, bentuk, warna dan lain-lain.

Kualitas adalah keseluruhan cirri serta sifat dari produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang bersifat. (Kotler, 1997 : 49).

Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan meksud untuk apa produk itu diproduksi.

Konsumen mempunyai persepsi terhadap keseluruhan kualitas atau mutu atas keunggulan suatu produk berkenan dengan maksud yang diharapkan. Artinya kemampuan dari suatu hasil yang diterima konsumen selama mengkonsumsi produk benar-benar sudah sesuai fungsinya dengan yang diharapkan atau belum. Bila sudah sesuai dengan harapan, persepsi tentang kualitas produk akan positif.

Mengidentifikasi indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, (Mowen dan Minor, 2002 : 91), sebagai berikut :


(30)

1. Kinerja 2. Daya tahan 3. Estetika

Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas sangat diperhatikan konsumen dalam melakukan pembelian.

2.2.5. Pengaruh Faktor Harga Terhadap Minat Beli

Harga sebuah produk akan mempengaruhi program pemasaran perusahaan. Penetapan harga bagi sebuah produk merupakan faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran, karena harga mempengaruhi posisi persaingan dan peningkatan laba perusahaan. (Stanton, 1995 : 113 dalam Fatihudin 2004 : 16 ).

Harga merupakan aspek penentu yang diperhatikan oleh penjual dalam usaha memasarkan produknya. Dari sisi pembeli harga merupakan salah satu aspek yang ikut menentukan pilihan untuk memenuhi kebutuhan. Harga sebuah produk dapat ditetapkan atas dasar biaya, permintaan ataupun persingan. Harga dalam bauran pemasaran satu-satun6ya unsure yang dapat menghasilkan pendapatan produsen. (Fatihuddin, 2004 : 17).

Faktor harga merupakan faktor yang mempengaruhi minat beli dalam menentukan pembelian produk. Harga yang rendah merupakan sebab utama sebuah produk dibeli, meskipun kualitasnya rendah. Karena, konsumen menyadari untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang baik tentunya memiliki harga yang mahal. (Tom, 1998). Harga memang


(31)

merupakan faktor penting dan merupakan sebuah batasan penelitian, karena faktor harga tidak menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan pembelian. (Wee, 1993). Tetapi, konsumen akan memilih sebuah produk jika memiliki kelebihan mengenai harga dengan kualitas yang baik,konsumen akan berfikir ulang jika akan pindah ke produk lainnya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara harga terhadap minat beli.

2.2.6. Pengaruh Faktor Merek Terhadap Minat Beli

Penentuan merek dagang yang dipasarkan merupakan salah satu teknik kebijakan produk yang mendasari strategi pemasaran. Hal ini karena merek merupakan nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produki pesaing. Oleh karena itu merek dapat mempengaruhi konsumen dalam minat belinya terhadap suatu produk. Bahwa merek selain mempermudah konsumen mengisentifikasi produk atau jasa, merek juga dapat membuat pembeli yakin akan memperoleh mutu barang yang sama jika mereka melakukan pembelian. oleh Stanton, Y.Lamarto (1991 : 270).

Bahwa dalam suatu proses pengambilan keputusan cenderung dipengaruhi oleh asosiasi merek (brand). Aaker, 1997 : 210). Merek adalah nama, istilah, lambang, atau desain atau gabungan dari semua yang


(32)

diharapkan dapat mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual dan membedakannya dari milik pesaing.

Mengenai variabel merek memegang peranan penting dalam pemasaran. Merek tidak hanya sekedar symbol namun sebenarnya merek adalah ekuitas bagi perusahaan. Berkenaan dengan ekuitas merek, Aaker yang dikutip oleh Tjiptono (2000) mengembangkan konsep ekuitas merek yang menyatakan bahwa sebuah merek bisa memiliki posisi yang sangat kuat dan menjadi modal atau ekuitas, apabila merek tersebut memiliki empat faktor utama, yaitu brand awareness (dikenal secara luas oleh konsummen), strong brand association (memiliki asosiasi merek yang baik), perceived quality (dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk yang berkualitas), dan brand loyalty (memiliki pelanggan yang setia). Fakta yang ditemukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa merek sebagai atribut produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur keputusan pembelian, berarti didukung oleh teori ini. Secara empirik hasil penelitian ini mempunyai persamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Purnomo, 2000) yang menyatakan bahwa secara parsial merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara merek terhadap minat beli.


(33)

2.2.7. Pengaruh Faktor Kualitas Produk Terhadap Minat Beli

Dalam proses pengembangan suatu produk harus ditetapkan derajat kualitas tertentu bagi produknya karena hal itu dapt mempengaruhi minat beli konsumen terhadap suatu produk. Bahwa mutu sangat erat hubungannya dalam proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Sebelum membeli suatu produk, konsumen akan memutuskan tentang bentuk produk yang diputuskan dengan mutu produk. Oleh Stanton (1996 : 269).

Kualitas dapat dinyatakan sebagai harapan dan persepsi para konsumen yang sama baiknya dengan kinerja yang sesungguhnya. Kualitas produk harus sesuai dengan yang dijanjikan oleh semua kegiatan dalam bauran pemasaran. Bagi calon pemakai kualitas produk ini memang harus dikomunikasika dengan baik kareana dapat membangun minat pelanggan untuk membeli produk yang dimaksud. Bahwa kualitas produk merupakan antecedent yang berpengaruh terhadap minat beli. (Bernard NM, 2004).

Kualitas produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipaka, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. (Kotler, 2006). Didalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus menentukan mutu yang akan mendukung posisi produk itu di pasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih unggul dalam suatu produk sebagai pembanding dengan alternative bersaing dari pandangan pasar. (Garvin, 1998: Zeithami, 1988 dalam


(34)

Sethi, 2000). Mutu juga merupakan konsep sentral dalam strategi pemasaran karena dapat membangun kepuasan konsumen.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas produk terhadap minat beli, maka semakin tinggi kualitas produk akan berpengaruh terhadap tingginya minat beli konsumen.


(35)

(36)

2.3. HIPOTESIS

Berdasarkan perumusan masalah diatas dan landasan teori yang digunakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Harga berpengaruh positif terhadap minat beli produk Hemaviton. b. Merek berpengaruh positif terhadap minat beli produk Hemaviton. c. Kualitas berpengaruh positif terhadap minat beli produk Hemaviton.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasinal

Definisi operasi variabel penelitian adalah untuk memberikan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel penelitian diukur. Variabel – variabel tersebut adalah sebagai berikut :

Harga (XI)

Merupakan jumlah uang atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh atau memiliki sebuah produk. Indikator Harga, Menurut Abduracman (2004 : 40)

(X1.1) : Harga yang ditawarkan kompetetif

(X1.2) : Harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk

Merek (X2)

Merupakan nama, istilah, tanda, simbol rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Indikator Merek, Menurut Abdurachman (2004 : 40). (X2.1) : Merek mudah diingat oleh pelanggan


(38)

Kualitas Produk (X3)

Suatu kemampuan yang dimiliki dari sebuah produk guna memenuhi kepuasan, keinginan, dan kebutuhan dalam diri konsumen.. Indikator kualitas produk, Menurut Mowen dan Minor (2002 : 91).

(X3.1) : Kinerja Produk

Tingkat absolut barang dan jasa pada atribut kunci yang diidentifikasi para pelanggan. Sejauh mana produk atau jasa digunakan dengan benar. Jumlah atribut yang ditawarkan. Kemampuan pegawai untuk menangani masalah dengan baik. (X3.2) : Daya tahan

Rentang kehidupan produk dan kekuatan umum. Berapa lama pemakaian terakhir hemaviton sejak digunakan atau sebelum teknologi kadaluwarsa.

(X3.3) : Estetika

Pengertian yaitu penampilan fisik barang, daya tarik penyajian produk, kesenangan atmosfir dimana jasa atau produk yang diterima.

Minat Beli (Y)

pikiran seseorang yang mengandung niat untuk membeli produk tertentu atau tingkah laku seseorang karena rasa tertarik oleh sekelompok aktifitas tertentu. Indikator variabel Minat Beli, Menurut Augusty (2006 : 206),adalah :

(Y1) : Intensitas pencarian informasi, mencari informasi mengenai sebuah produk yang akan dibeli


(39)

(Y2) : Keinginan segera membeli, keinginan untuk segera membeli dan memiliki suatu produk yang telah diinginkan sebelumnya

(Y3) : Keinginan Preferensial, keinginan membeli dan memiliki suatu produk rela mengabaikan produk yang lainnya walaupun sejenis

3.1.2 Pengukuran variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala interval dengan menggunakan metode Semantic Differental Scale yaitu

metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian lima butir yang menyatakan verbal dua kutub (bipolar). Sedangkan arah pengukurannya menggunakan interval yaitu dengan memberikan skor pada jawaban yang dipilih responden, contoh sbb :

1 3 5

Dimana tanggapan atau jawaban tesebut dinyatakan dengan memberi skor yang berbeda dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada masing – masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan sangat tidak setuju ,nilai 3 netral dan nilai 5 sangat setuju.

3

3.2Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang diamati. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen produk suplemen hemaviton yang berdomisili di wilayah Sidoarjo.


(40)

b. Sampel

Sampel penelitian menggunakan tehnik non probabilitas dengan metode Purposive sampling, yaitu tehnik untuk penentukan sampel

yang dilakukan berdasarkan pertimbangan – pertimbangan kriteria atau ciri – ciri tertentu yang mewakili kriteria dari populasi. Karakteristik sampel penelitian ini antara lain semua pembeli dan pernah mengkonsumsi yang ditemui pada saat dilakukan pengambilan sampel oleh peneliti, konsumen yang dianggap cocok peneliti disini adalah laki-laki dan wanita yang berumur 17 tahun keatas. Ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap estimasi parameter. Dengan demikian bila estimated parameternya berjumlah 20, maka jumlah sampel minimum adalah 100. jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 – 200 responden berdasarkan pertimbangan pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2000 : 48) sebagai berikut:

 100 – 200 sampel untuk tehnik maximum Likehood estimation

 Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5 – 10 jumlah parameter yang diestimasi

 Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. Bila terdapt 20 indikator, besar sampelnya antara 100 – 200. Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden berasal dari 10 indikator dikali 10 parameter.


(41)

3.3Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis data

Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan menyebarkan kuisoner kepada responden. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan.

b. Sumber data

Sumber data yang diambil adalah hasil dari jawaban responsen.

c. Pengumpulan data

1 Metode Kuisioner

Teknik pengumpulan data yang memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk memperoleh informasi langsung.

2 Metode Wawancara

Yaitu teknik dengan melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak – pihak yang bersangkutan.

3 Dokumentasi

Pengumpulan data dengan mencacat dokumen yang berkaitan dengan penelitian untuk bukti adanya permasalahan.

3.4 Tehnik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur part (

Part Analisis ) atau Structural Equation Model ( SEM ) merupakan

kumpulan tehnik analisis statistik memungkinkan pengujian suatu hubungan antara satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen yang diestimasi secara simultan. Hubungan


(42)

yang rumit tersebut dibangun antara satu atau beberapa variabel dengan satu atau beberapa variabel independent, Masing-masing variabel dependen dan independent dapat terbentuk konstruk yang dibangun dari beberapa variabel dependen, (Ferdinand,2000). Model pengukuran variabel bebas (faktor harga, merek dan kualitas) dan variabel terikat

(minat beli) menggunakan Confirmatory Factor Analisis. Sedangkan

penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan koefisien jalur.

3.4.1 Asumsi Model ( SEM )

Pada permodelan SEM terdapat asumsi – asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis adalah sebagai berikut :

1 Ukuran Sampel

Ukuran sample yang harus dipenuhi dalam permodelan ini adalah minimum berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan 5 perbandingan observasi untuk estimated parameter, maka minimum sample yang harus digunakan adalah sebanyak 100 sampel.

2. Evaluasi Normalitas Linieritas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat data gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode – metode statistic. Uji normalitas dapat dilakukan dengan mengamati


(43)

scatterplots dengan memilih pasangan data dan melihat pola penyebarannya untuk menduga ada atau tidaknya linieritas. Uji normalitas menggunakan Critical ratio yang diperoleh dengan

membagi koefisien sample dengan standart errornya dan skewness

value yang biasanya disajikan dalam statistic deskriptif dimana nilai

statistic untuk menguji normalitas tersebut sebagai Z – value yang dihasilkan melalui rumus berikut ini :

Nilai – z = Skewness

6

N Dimana N adalah ukuran sampel

Bila nilai – z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikan yang dikehendaki.

3. Evaluasi Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai – nilai ekstrim baik secara unvariat maupun multivariate yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik yang dimilikinya terlihat jauh berbeda dengan observasi lainnya. Outliers ini muncul empat dalam empat kategori yaitu karena kesalahan prosedur, karena keadaan yang benar – benar khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain, karena adanya suatu alas an tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai sebab – sebab munculnya nilai ekstrim tersebut, outliers dapat muncul dalam range nilai tetapi bila


(44)

dikombinasikan dengan variabel lain, kombinasinnya menjadi tidak lazim. Maka inilah yang disebut dengan Multivariate Outliers.

4. Evaluasi Multicolinearity dan Singularity

Multicolinearity dan Singularity dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Nilai determinan kovarians yang sangat kecil memberi indikasi hadirnya problem multikoliniearitas atau singularitas. Pada umumnya program SEM ini akan segera memberikan Warning setiap kali terdapat indikasi multikolinearitas atau singularitas ditemukan dalam data, maka salah satu treatment yang dapat diambil adalah dengan menciptakan Composite Variabel. 5. Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas menyangkut tingkat yang dicapai oleh sebuah indicator dalam menilai suatu akuratnya pengukuran atas apa yang harus diukur. Sedangkan reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing – masing indikator – indikator itu mengidentifikasi sebuah konsturk umum. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel / construct

akan diuji dengan melihat loading factor dan hubungan antara setiap observed variabel dan latent variabel. Sedangkan reabilitas diuji dengan construct reability dan variabce dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Construct – Reability = (  standardize loading )2


(45)

Variance – Extracted =  Standardize loading2  Standardize loading2 + j

Standardize loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap setiap butir indikator. Sementara j dapat dihitung dengan formula j = 1- (standardize loading)2.

3.4.2 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausalitas

Pengaruh langsung koefisien jalur dapat diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR (Critical Ratio) yang sama dengan nilai t hitung labih besar daripada t table yang berarti signifikan.

3.4.3 Pengujian Model dengan One Step Approach

Dalam model SEM, model pengukuran dan model structural parameter – parameternya diestimasi secara bersama – sama. Kemungkinan terbesar disebabkan terjadinya interaksi antara measurenment model dan structural model yang diestimasi secara bersama – sama ( One Step Approach to SEM ). One step approach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik.

3.4.4. Pengujian Model Two Step Approach

Two Step Approach to Structural Equation Modelling ( SEM ) digunakan untuk menguji model dari kerangka koseptual yang telah


(46)

dibuat. Two Step Approach digunakan untuk mengatasi sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir intrumasi yang digunakan ( Hartline dan Farrel, 1996 ), dan keakuratan reliabilitas indicator – indikatro terbaik dapat dicapai dalam model Two Step Approach ini. Two Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model structural pada One Steo Approach ( Hair et, Al, 1998 ) yang dilakukan dalam Two Step Approach to SEM adalah estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap struktural model.

3.5 Evaluasi Model

Dalam SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Beberapa indeks kesesuaian cut off value untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak adalah :

1. X2 CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio chi – square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karena bila jumlah sampel cukup besar ( lebih dari 200 ), statistik chi – square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik bila nilai chi-square rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu ( karena dalam uji beda chi-square, X2 = 0, berarti benar – benar tidak ada perbedaan, HO diterima ) Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang


(47)

sesuai dengan data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang kecil dan signifikan.

Chi-square bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil atau terlalu besar. Pengguna chi – square hanya sesuai ukuran sampel antara 100 – 200 bila ukuran diluar itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliable.

2 RMSEA – THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF

APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indexs yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSE menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indexs untuk dapat diterimanya model, yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degress of freedom.

3 GFI – GOODNESS OF FIT INDEXS

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Indexs

kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non statistical yang mempunyai rentang nilai antar 0 ( poor fit ) sampai dengan 1,00 ( perfect fit ). Nilai tertinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “ better fit ’’.


(48)

4 AGFI – ADJUST GOODNESS OF FIT INDEKS

AGFI = GFI/df tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,09 GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik ( good overall model fit ). Sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95 menunjukkan tingkatan cukup ( adequate fit ) ( Huliand et al, 1996 ).

5 CMIN – DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X2 dibagi DF nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X2 relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diestimasi dan diobservasi.

6 TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah alternatif yang membandingkan model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimannya sebuah model adalah penerimaan > 0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan avery good fit.


(49)

7 CFI – COMPARATIF FIT INDEKS

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit ). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan indeks ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI identik dengan Relatif Non Certrality Indeks ( RNI ) yang diperoleh dari rumus berikut ini :

CFI = RNI = 1 – C - d Cb – db

Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d adalah degress of fredomnya, sementara Cb dan db adalah diskrepansi dan degress of freedom dari baseline model yang dijadikan pembanding. Dengan demikian indeks – indeks dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti dalam table berikut ini :


(50)

Table I. Goodness of Fit Indices

Goodness Of

Indeks Keterangan Cut-of Value

X2-Chi-Square

Menguji apakah covarians populasi yang diestimasi sama dengan covarians sample (apakah model sesuai dengan data )

Diharapkan, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2

Probability

Uji signifikan terhadap perbedaan matrix covariance data dan matrix covariance yang diestimasi

Minimal 0,1 atau 0,2 atau > 0,05

RMSE Mengkompensasi kelemahan Chi-Square

pada sampel besar < 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrix sampel yang dijelaskan oleh matrix covarians populasi yang diestimasi ( analog dalam R2 dalam regresi ).

> 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF > 0,90

CMIN/DF Kesesuaian antara data dan model < 2,00

TLI Perbandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model. > 0,95

CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kerumitan model.

> 0,94


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Hemaviton diawali dengan cita-cita menjadi perintis suplemen kesehatan berbasis multivitamin buatan bangsa Indonesia dengan harapan dapat membantu mewujudkan kesehatan masyarakat yang lebih baik dan masa depan yang cerah. Sejarah hemaviton Range dimulai pada tahun 1977 dengan diluncurkannya hemaviton, suplemen dengan komposisi lengkap vitamin dan mineral untuk meningkatkan stamina bagi pria dan wanita.

Seiring perjalanan waktu, hemaviton senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, dengan cara menyempurnakan komposisi produk dan juga dengan berinovasi untuk mengembangkan produk yang menawarkan benefit baru sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Maka pada tahun 1996, diluncurkankah line extension baru, yaitu hemaviton Action, multivitamin bagi pria dan wanita dengan formulasi khusus untuk membantu memberikan tenaga dan kesegaran.

Khusus untuk konsumen wanita yang sangat memperhatikan kesehatan dan penampilannya, pada tahun 1997 hemaviton memperluas range produknya dengan hemaviton Skin Nutrient, suplemen dengan


(52)

formula antioksidan untuk meredam radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Pada tahun yang sama, hemaviton juga meluncurkan hemaviton Energy Drink, minuman penambah energi dalam bentuk ready-to-drink.

Untuk konsumen yang menyukai minuman penambah stamina dengan bentuk yang praktis, maka mulai tahun 2001 diluncurkanlah hemaviton Jreng, suplemen kesehatan untuk membantu menjaga stamina dan untuk kesegaran tubuh berbentuk serbuk dalam sachet. Selanjutnya, pada tahun 2004 formulasi hemaviton semakin disempurnakan dengan diluncurkannya hemaviton Stamina Plus, multivitamin untuk menjaga stamina dan juga daya konsentrasi. Produk terbaru dalam range hemaviton adalah hemaviton C1000 yang diluncurkan pada tahun 2007, minuman kesehatan untuk memenuhi kebutuhan vitamin C pria dan wanita aktif dengan pilihan bentuk serbuk dan ready-to-drink dalam botol.

Untuk senantiasa menjaga kualitas, semua produk hemaviton telah didaftarkan ke Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dan diproduksi di fasilitas dengan teknologi tinggi yang memenuhi standar regulasi CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dan sertifikasi Hygiene dan Sanitasi dari Departemen Kesehatan.


(53)

Hemaviton sangat bersyukur karena masyarakat Indonesia menyambut produk-produknya dengan positif. Hal ini dibuktikan dengan

dengan diterimanya berbagai penghargaan nasionel seperti Indonesia

Customer Satisfaction Award (ICSA) dari tahun 2001-2007, Indonesian Best Brand Award (IBBA) pada tahun 2003-2006, 2008 dan Top Brand Award tahun 2000-2008. Berbagai penghargaan yang diterima tersebut tidak membuat hemaviton terlena. Hal ini justru menjadi pemacu semangat dan sumber inspirasi untuk senantiasa menjaga kualitas dan berinovasi agar kepuasan konsumen yang telah diraih dapat terjaga.

Dengan demikian, hemaviton dapat terus melanjutkan karyanya untuk menghadirkan nilai-nilai kehidupan bangsa yang lebih cerah.


(54)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah konsumen produk suplemen hemaviton yang berdomisili di wilayah Sidoarjo.

1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang responden dapat diperoleh gambaran responden dalam penelitian ini yang dikelompokkan berdasar jenis kelaminnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 Laki – laki 77 77

2 Perempuan 23 23

Total 100 100 Sumber : Hasil penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai jenis kelamin laki-laki yang ditunjukkan dengan jumlah sebanyak 77 orang atau sebesar 77%, sedangkan sisanya adalah responden yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah sebanyak 23 orang atau sebesar 23%.

2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang responden, diperoleh informasi mengenai karakteristik responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut :


(55)

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%)

1 17 - 20 tahun 25 25

2 21 - 25 tahun 22 22

3 26 – 30 tahun 27 27

4 > 31 tahun 26 26

Total 100 100 Sumber : Hasil penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini konsumen produk suplemen hemaviton yang berdomisili di wilayah Sidoarjo yang berusia antara 26 sampai dengan 30 tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 27%, kemudian yang berusia lebih dari 31 tahun sebanyak 26 orang atau sebesar 26%, sedangkan yang berusia 17 sampai 20 tahun sebanyak 25 orang atau sebanyak 25%, dan yang berusia antara 21 hingga 25 tahun hanya sebanyak 22 orang atau 22%.

3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang responden, diperoleh informasi mengenai karakteristik responden berdasarkan pekerjaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 Pegawai Negeri 23 23

2 Pegawai Swasta 26 26

3 Wiraswasta 34 34

4 Lain-lain 17 17

Total 100 100 Sumber : Hasil penyebaran kuesioner


(56)

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah yang tercatat adalah sebanyak 34 orang atau sebesar 34%, sedangkan terbanyak kedua adalah responden yang bekerja sebagai pegawai swasta yang ditunjukkan dengan jumlah sebanyak 26 orang atau sebanyak 26%, dan sisanya adalah responden yang bekerja sebagai pegawai negeri dengan jumlah sebanyak 23 orang atau sebesar 23% dan responden yang memiliki pekerjaan selain yang disebutkan diatas berjumlah 17 orang atau sebesar 17%

4.2.2. Deskripsi Variabel Harga (X1)

Harga merupakan pengorbanan riil materiil yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh atau memiliki hemaviton. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang diberikan kepada responden yang berjumlah 100 orang, diperoleh sebaran jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.4.

Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Harga(X1)

Skor Jawaban No Pernyataan

1 2 3 4 5 Total

1 Harga produk hemaviton relative lebih murah jika dibandingkan dengan produk suplemen lainnya

0 2 30 56 12 100 2 Harga produk hemaviton yang

ditawarkan sesuai dengan kualitas produknya

0 6 30 52 12 100

total 0 8 60 108 24

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)

Berdasarkan sebaran jawaban yang telah dijabarkan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini


(57)

menyatakan setuju terhadap pernyataan tentang harga yang diajukan, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban pada skor 4 dengan total skor sebanyak 108 jawaban. Situasi ini semakin mempertegas bahwa harga produk hemaviton relative lebih murah jika dibandingkan dengan produk suplemen lainnya dan harga produk hemaviton yang ditawarkan juga sesuai dengan kualitas produknya.

4.2.3. Deskripsi Variabel Merek (X2)

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada responden yang berjumlah 100 orang, diperoleh jawaban dan dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.5.

Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Merek(X2)

Skor Jawaban No Pertanyaan

1 2 3 4 5 Total

1 Merek produk hemaviton lebih mudha diingat dibanding produk suplemen lain oleh konsumen

0 1 35 53 11 100 2 Merek produk hemaviton mudah

dibedakan dengan produk suplemen lain oleh konsumen

0 5 31 51 13 100

total 0 6 66 104 24

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)

Tabel diatas menunjukkan sebaran jawaban yang mengarah positif, dimana sebagian besar responden menyatakan setuju dengan pernyataan yang diajukan seputar merek. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya


(58)

responden yang memberikan jawaban pada skor 4 dengan total skor sebanyak 104 jawaban. Kondisi ini menunjukkan bahwa merek produk hemaviton lebih mudha diingat dibanding produk suplemen lain oleh konsumen dan merek produk hemaviton mudah dibedakan dengan produk suplemen lain oleh konsumen.

4.2.4. Deskripsi Variabel Kualitas Produk (X3)

Kualitas produk merupakan keseluruhan ciri serta sifat dari hemaviton atau berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada responden yang berjumlah 100 orang, diperoleh jawaban dan dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.6.

Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kualitas Produk (X3)

Skor Jawaban No Pertanyaan

1 2 3 4 5 Total

1 Kinerja yang dimiliki oleh produk hemaviton sesuai dengan harapan konsumen

0 2 25 58 15 100 2 Daya tahan produk hemaviton

cukup lama dan terjaga keawetannya

0 3 27 54 16 100 3 Kemasan pada produk hemaviton

sesuai dengan penyajian produk. 0 2 33 51 14 100

total 0 7 85 163 45

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)

Tabel diatas menunjukkan sebaran jawaban yang mengarah positif, dimana sebagian besar responden menyatakan setuju dengan pernyataan yang diajukan seputar kualitas produk. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban pada skor 4 dengan total skor sebanyak 163 jawaban. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja yang


(59)

dimiliki oleh produk hemaviton sesuai dengan harapan konsumen dan daya tahan produk hemaviton cukup lama dan terjaga keawetannya serta Kemasan pada produk hemaviton sesuai dengan penyajian produk.

4.2.5. Deskripsi Variabel Minat Beli (Y)

Minat beli merupakan salah satu tahap dari tanggapan konsumen. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada responden yang berjumlah 100 orang, diperoleh jawaban dan dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.7.

Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli (Y)

Skor Jawaban No Pertanyaan

1 2 3 4 5 Total

1 Mencari informasi mengenai produk hemaviton yang akan dibeli

0 3 36 49 12 100 2 Berkeinginan untuk segera

membeli dan memiliki produk hemaviton yang telah diinginkan sebelumnya

0 4 40 47 9 100 3 Berkeinginan membeli dan

memiliki produk hemaviton dan rela mengabaikan produk lain yang sejenis dengan produk yang ada.

0 6 44 38 12 100

total 0 13 120 134 33

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran 2)

Berdasarkan sebaran jawaban yang telah dijabarkan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan setuju terhadap pernyataan tentang minat beli yang diajukan, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban pada skor 4 dengan total skor sebanyak 134 jawaban. Situasi ini semakin meperkuat bahwa minat beli responden terhadap produk suplemen hemaviton memang cukup tinggi, hal tersebut tampak pada


(60)

keinginan responden untuk mencari informasi mengenai produk hemaviton yang akan dibeli, keinginan responden untuk segera membeli dan memiliki produk hemaviton yang telah diinginkan sebelumnya dan keinginan membeli dan memiliki produk hemaviton dan rela mengabaikan produk lain yang sejenis dengan produk yang ada.

4.3. Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis 4.3.1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang

digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai

kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [1%] yaitu sebesar ± 2,58. Hasil pengujian Normalitas pada penelitian ini akan ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas

Variable min max kurtosis c.r. y1 2,000 5,000 -,371 -,758 y3 2,000 5,000 -,474 -,968 y2 2,000 5,000 -,293 -,599 x33 2,000 5,000 -,434 -,885 x31 2,000 5,000 -,029 -,060 x32 2,000 5,000 -,183 -,374 x21 2,000 5,000 -,453 -,924 x22 2,000 5,000 -,232 -,474 x11 2,000 5,000 -,161 -,329 x12 2,000 5,000 -,168 -,343 Multivariate 4,384 1,415


(61)

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di antara ±

2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi.

4.3.2. Evaluasi atas Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair,1998).

Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada

tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [2] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya (df = 10). Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai 2 adalah multivariate outlier. Pada penelitian ini terdapat outlier apabila nilai

Mahalanobis distancenya > 29,558. Untuk lebih memperjelas uraian mengenai

evaluasi outlier multivariate berikut ini akan disajikan tabel Uji Outlier

Multivariate :

Tabel 4.9.

Hasil Pengujian Outlier Multivariate Residuals Statisticsa

15,91 76,97 50,50 12,314 100

-2,809 2,150 ,000 1,000 100

3,448 13,071 8,987 1,926 100 13,01 79,92 50,38 12,896 100 -52,106 57,744 ,000 26,268 100

-1,881 2,084 ,000 ,948 100

-1,998 2,364 ,002 1,009 100

-58,825 74,279 ,115 29,797 100

-2,033 2,428 ,002 1,015 100

,544 21,048 9,900 4,668 100

,000 ,145 ,012 ,019 100

,005 ,213 ,100 ,047 100

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: No a.


(62)

Berdasarkan tabel di atas, setelah dilakukan pengujian diketahui nilai MD maksimum adalah 21,048 lebih kecil dari 29,558. Oleh karena itu diputuskan dalam penelitian tidak terdapat outlier multivariate (antar

variabel).

4.3.3. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan

apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi

multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998). Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program AMOS 7.0 diperoleh hasil

Determinant of Sample Covariance Matrix adalah > 0 yaitu sebesar 25,649

mengindikasikan tidak terjadi multikolinieritas dan singularitas dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi.

4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap construct

akan diuji dengan melihat faktor loading faktor dari hubungan antara setiap

observed variabel dan latent variabel. Sedangkan reliabilitas diuji dengan

construct reliability dan variance extracted. Dari hasil pengolahan data


(63)

Tabel 4.10.

Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis

Faktor Loading Konstrak Indikator

1 2 3 4

x11 0,773

Harga

x12 0,650

x21 0,654

Merek

x22 0,767

x31 0,690

x32 0,659

Kualitas Produk

x33 0,625

y1 0,654

y2 0,684

Minat Beli

y3 0,712

Sumber : Hasil Pengolahan Data (Lampiran 5)

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor

loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct

sebagian besar > 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik dan dapat diterima.

Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi reliabilitas

setiap skala (variabel atau indikator observarian). Sementara itu item to total

correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi

butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha

yang dihasilkan.

Hasil pengujian reliabilitas Consistency Internal dalam penelitian ini


(64)

Tabel 4.11.

Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total Correlation

Koefisien Cronbach's Alpha x11 0,501

Harga

x12 0,501 0,664 x21 0,502

Merek

x22 0,502 0,664 x31 0,502 x32 0,532 Kualitas Produk x33 0,511 0,669 y1 0,523 y2 0,542 Minat Beli y3 0,586 0,727

Sumber : Lampiran 6

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct

di atas menunjukkan hasil yang baik dimana koefisien- koefisien Cronbach’s

Alpha yang diperoleh sebagian besar memenuhi rules of thumb yang

disyaratkan yaitu > 0.7 (Hair et.al.,1998).

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha,

perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance

extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi

internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.

Construct reliability dan Variance-extracted dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

S dardize Loading

j

Loading Stadardize liability Construct       2 2 tan Re


(65)

S dardize Loading

j

Loading Stadardize xtracted Variance E      2 2 tan

Sementara j dapat dihitung dengan formula j = 1 – [Standardize

loading] secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah  0,5 (Hair at, 1998). Standardize loading dapat diperoleh dari output AMOS

4.01, dengan melihat estimasi setiap construct standardize regression weight

terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

2

tan

1 S dardize Loading j  

Hasil pengujan Construct Reliability dan Variance Extraced dalam

penelitian ini akan ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4.12.

Construct Reliability & Variance Extrated

Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL Kuadrat Error [εj]

Construct Reliability

Variance Extrated x11 0,773 0,598 0,402

Harga

x12 0,650 0,423 0,578 0,674 0,510 x21 0,654 0,428 0,572

Merek

x22 0,767 0,588 0,412 0,672 0,508 x31 0,690 0,476 0,524

x32 0,659 0,434 0,566 Kualitas Produk

x33 0,625 0,391 0,609

0,696 0,434 y1 0,654 0,428 0,572

y2 0,684 0,468 0,532 Minat Beli

y3 0,712 0,507 0,493

0,725 0,468

Batas Dapat

Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5

Sumber : Hasil Pengolahan Data (lampiran 7)

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability

dan variance extracted menunjukkan instrumen reliabel, yang ditunjukkan

dengan nilai construct reliability sebagian besar  0,7, dan variance extracted yang diperoleh sebagian besar menunjukkan nilai diatas 0,5.


(1)

pelanggan untuk membeli produk yang dimaksud. Bahwa kualitas produk merupakan antecedent yang berpengaruh terhadap minat beli. (Bernard NM, 2004). Dalam proses pengembangan suatu produk harus ditetapkan derajat kualitas tertentu bagi produknya karena hal itu dapt mempengaruhi minat beli konsumen terhadap suatu produk. Bahwa mutu sangat erat hubungannya dalam proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Sebelum membeli suatu produk, konsumen akan memutuskan tentang bentuk produk yang diputuskan dengan mutu produk. Oleh Stanton (1996 : 269).

Hasil tersebut juga mampu mendukung pendapat yang dikemukakan oleh (Garvin, 1998: Zeithami, 1988 dalam Sethi, 2000) yang menyatakan bahwa Didalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus menentukan mutu yang akan mendukung posisi produk itu di pasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih unggul dalam suatu produk sebagai pembanding dengan alternative bersaing dari pandangan pasar.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel Harga berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Minat Beli.

2. Variabel Merek berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Minat Beli.

3. Variabel Kualitas Produk berpengaruh signifikan positif dan siginfikan terhadap variabel Minat Beli.

5.2. Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :

1. Diharapkan pihak perusahaan lebih memperhatikan lagi dalam membuat kemasan produk, sehingga tidak hanya berorientasi pada daya tahan dan estetika produk saja akan tetapi juga memperhitungkan kelestarian alam, sehingga dapat dipertimbangkan dibuatnya kemasan yang ramah lingkungan.

2. Penelitian yang dilakukan pada kesempatan kali ini menganalisis pengaruh harga, merek dan kualitas produk terhadap minat beli. Untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

68

itu penelitian yang akan datang, membahas variabel–variabel lain yang ada hubungannya dengan minat beli seperti kondisi psikologis dan kelompok acuan agar hasil yang diperoleh dapat lebih akurat, dan mungkin bisa menambah jumlah sampel yang diteliti.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Ujianto, 2004, Analisa Faktok-faktor Yang Menimbulkan

Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung (Studi Perilaku Konsumen Sarung di Jawa Timur)I, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 6.No.1.Maret.

Bloch,P.H.R.F. Bush dan L. Campbel. 1993. Consumer’accomplices’in product counterfeiting, a demand-side investigation. Journal of Consumer Marketing 10(4),27-36.

Darmawan, Didit, 2004, Pengaruh Variabel Psikologis, Harga, dan Kelompok Acuan Terhadap Keputusan Membeli Produk Minuman Suplemen, Jurnal Media Mahardika, Vol 3, No 1, September.

Ferdinand, Augusty, 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen, Penerbit Bp UNDIP, Semarang.

Guilford, J.p, Personality, (New York ; Mc Graw Hill Book Company, 1959). Haryono dkk, Analisis Beberapa Attribut produk dan Bauran Promosi, Jurnal

Aplikasi Manajemen, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2003.

Kotler, Philip, 1997, Marketing Mananjemen. Jilid I. Edisi Bahasa Indonesia, Terjemahan Heryanti Purwoko, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, The Millenium Edition, Prentice Hall International, Inc.

Kotler, Philip, dan Amstrong, Gery, 2001, Prinsip Pemasaran, Jilid Pertama, Edisi Delapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler,Philip, 2002, Mananjemen Pemasaran, Edisi Millenium, Prenhalindo, Jakarta. Kotler, Philip, 2006, “Manajemen Pemasaran. Analisis,Perancanaan,Implementasi

dan Pengendalian”. Buku Dua, Salemba Empat,Jakarta.

Lamb, Et. Al, 2001, Pemasaran, buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mowen, Jhon C dan Michael Minor, 2002, Perilaku Konsumen, Jilid 2, Edisi kelima, Penerjemah Dwi Kartini Yahya, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Peter, J. Paul dan Peter Olson, 2000, CONSUMER BEHAVIOR Perilaku konsumen dan Strategi Pemasaran, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

Sumarni, Murti, 2002, Manajemen Pemasaran Bank, Edisi Revisi, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Sunarto, 2004, Manajemen Pemasaran, Edisi 2, Penerbit AMUS, Yogyakarta. Swastha, Basu, dan Hani Handoko, 2000, Manajemen Pemasaran Analisa perilaku

konsumen, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Setiadi, J. Nugroho, 2003, Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Penerbit Kencana, Jakarta.

Stanton, William J, 1985, Prinsip Pemasaran. Jilid !. Edisi 7, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tjiptono, Fandy, 1995, Strategi Pemasaran. Edisi ke 2, Penerbit Andi, Yogyakarta.

JURNAL

Didit Darmawan, 2004, Pengaruh Variabel Psikologis, Harga, dan Kelompok Acuan Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Produk Minuman Suplemen, Media MAHARDIKA, Vol 3, No 1, September,September, Hal 14 – 23.

Abdurrachman, Ujianto, 2004, “Analisa Faktor - Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung (Studi Perilaku Konsumen Sarung Di Jawa Timur)”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Volume 6, No.1. Maret.


(6)

   

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :