IDENTIFIKASI SEKTOR DAN SUBSEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TULANG BAWANG

(1)

ABSTRAK

IDENTIFIKASI SEKTOR DAN SUBSEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh MACRO AULIA

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan dan dapat dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang dan merumuskan saran kebijakan yang dapat dilakukan untuk mendukung tercapainya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Tulang Bawang.

Penelitian tentang Identifikasi Sektor dan Subsektor Unggulan Di Kabupaten Tulang Bawang ini fokus menganalisis sektor dan subsektor ekonomi unggul dan potensial yang digunakan sebagai landasan bagi penentuan saran kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Tulang Bawang. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder dari tahun 2007 hingga 2011 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang.

Metode analisis penghitungan data penelitian ini menggunakan analisis location quotient (LQ), analisis shift share, teknik scoring. Hasil penelitian ini menyimpulan bahwa sector unggulan pada Kabupaten Tulang Bawang adalah sektor pengangkutan dan komunikasi pada subsektor pengangkutan dan komunikasi pada subsektor pengangkutan.

Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Potensi Daerah, Tujuan Penelitian, Data Penelitian, Metode Analisis


(2)

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF SECTOR AND LEADING SUBSECTOR IN KABUPATEN TULANG BAWANG

By

MACRO AULIA

The purpose of this study is to analyze and identify economic sectors and sub-sectors which became the dominant sector and can be developed to support economic growth in Regency Tulang Bawang and formulate policy recommendations that can be done to support the achievement of regional economic growth and development in Regency Tulang Bawang.

Research on Identification Sector and Subsector Featured In Tulang Bawang focus analyze economic sectors and subsectors superior and potentially used as a basis for the determination of regional development policy advice in Regency Tulang Bawang. The data used in this analysis is the secondary data from 2007 to 2011 were obtained from the Central Statistics Agency (BPS) Lampung and Central Statistics Agency (BPS) Regency Tulang Bawang.

Method of calculation analysis of research data using analysis of location quotient (LQ), analysis of shift share, technique of scoring. Result we concluded that the seed sector in Regency Tulang Bawang is the sectortransport and communications in the sub-sectors transportation subsector.

Keywords: Economic Growth, Regional Potential, Objective, Data Research, Methods of Analysis


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 03 Januari 1991 anak terakhir dari enam bersaudara dari pasangan bapak Bakri Syafei dan ibu Hayati.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Yustikaruni Bandar Lampung pada tahun 1996. Kemudian melanjutkan kejenjang berikutnya yaitu di SD N 2 Raja Basa Bandar Lampung hingga tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP N 1 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2006, lalu melanjutkan kejenjang selanjutnya di SMA N 9 Bandar Lampung hingga tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan dengan Jalur SPMB. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2012 di Desa Bawang, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran.

Selama menempuh pendidikan, penulis telah mengikuti beberapa organisasi baik internal maupun eksternal kampus, antara lain: dalam internal kampus penulis pernah menjabat sebagai Brigadir Muda BEM FE pada masa bakti 2009 – 2010, kemudian sebagai Sekretaris Biro Humas BEM FE 2010 – 2011, lalu menjadi Kepala Biro Humas BEM FE masa bakti 2011 – 2012, penulis juga pernah menjabat sebagai ketua Panitia Khusus Pemira Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada tahun 2011, sekaligus


(8)

menjadi anggota komisioner Pemira Universitas pada tahun 2011. Selain internal kampus, penulis juga aktif dalam organisasi eksternal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HmI), penulis mernah menjabat sebagai Kepala Bidang PTKP HmI Cabang Bandar Lampung Komisariat Ekonomi Unila pada masa bakti 2011 – 2013. Dan penulis pernah diamanahi sebagai wakil sekertaris umum bidang PAO HmI Cabang Bandar Lampung masa bakti 2012 – 2013. Sekarang penulis mendapatkan amanah menjabat sebagai ketua umum HmI Cabang Bandar Lampung periode 2014 – 2015.


(9)

PERSEMBAHAN

Segala Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW.

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur, ku persembahkan sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada :

Ayahku tersayang Bakri Syafei dan Ibuku tercinta Hayati yang telah membesarkan aku dengan kasih sayang dan kesabaran serta pengorbanan yang tak terhingga. Terima kasih atas setiap

keringat dan doa yang ayah dan ibu berikan untuk kebahagiaan dan kesuksesan anak-anakmu.

Sungguh semua yang Ayah Ibu berikan tidak mungkin terbalaskan Semoga anakmu ini dapat berguna bagi agama, bangsa, dan keluarga sekitar.

Terima kasih kepada saudara dan saudariku:

Berti Maya Sari, Zonni Fikri, Santi Handayani, Andi Rahmad, dan Futri Hikmah atas doa, semangat, dukungan, dan perhatian yang selalu diberikan.

Bapak Ibu dosen, sahabat seperjuangan, dan teman – teman yang telah mengukir sebuah sejarah dalam hidup saya, serta almamater tercinta.

Sekali lagi, terimakasih terbesar untuk ayah dan ibu, semoga karya kecil ini dapat menjadi salah satu dari sekian banyak alasan untuk membuat ayah ibu tersenyum


(10)

MOTO

“Dan Jangan lah kau campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang

kamu ketahui”

(Q. S Al Baqarah : 42)

“ Dengan ridho Allah, yakin usaha sampai “ (Macro Aulia)


(11)

SANWACANA

Alhamdulilahirobbil’ aalamiin,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidaya-Nya karena saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW. Skripsi berjudul “Identifikasi Sektor dan Subsektor Unggulan di Kabupaten Tulang Bawang” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Muhidin Sirat, S.E., M.P. selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(12)

5. Ibu Zulfa Emilia, S.E., M.Sc., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Syafirin Abdullah, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membatu mengarahkan penulis selama kuliah.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta para pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada saya selama menjadi mahasiswa di Jurusan Ekonomi Pembangunan.

8. Seluruh Staf Universitas Lampung khususnya Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis.

9. Kedua Orang Tua tercinta ayah Bakri Syafei dan Emak Hayati yang telah mendidik, membesarkanku, selalu memberikan doa dan kasih saying dengan tulus yang tidak mungkin terbalaskan kecuali berbakti kepada keduanya.

10.Kakakku Berti Mayasari, Zonni Fikri, Santi Handayani, Andi Rahmad, Futri Hikmah yang terus memberikan doa, perhatian, dukungan, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis.

11.Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung, alumni-alumni, pengurus dan adik-adik di lingkungan HMI Cabang Bandar Lampung.

12.Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bandar Lampung Komisariat Ekonomi Unila.

13.Alumni-alumni yang telah memberikan bantuan dan semangat selama melakukan penulisan skripsi, Kanda Aceng, Kanda Asrian, Kanda Ayi,


(13)

Kanda Agus Nompitu, Kanda Patimura, Kanda Yuria, Kanda Habibullah, Kanda Muslimin dan lain-lainya yang tidak saya sebutkan satu persatu. 14.Abang-abang yang telah mengkader saya di kampus dan Organisasi, Bang

Anton, Bang Abdi, Bang Duki, Bang Nova, Bang Nurwan, Bang Roni, Bang Toha, Bang Bram, Bang Agus, Bang Mirham, Bang Indra, Bang Guntur, Bang Fadil, Bang Imam, Bang Muslim dan lain-lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

15.Saudara-saudara seperjuangan selama kuliah dan berorganisasi, Hadi, Fadli, Toni, Guntur, Fijar, Agung, Bowo, Rudi, Ivan, Jalal, Fajrin, Jeri, Zul. 16.Adik-adik Komisariat yang telah membantu saya selama proses penulisan skripsi, Yuda, Dicky, Wahyu, Ali, Jevri, Dimas, Chairman, Dede, Nova, Ido, Feby, Beny, Roy dan lain-lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu menyebutkannya.

17.Sagita Markawira yang telah mendampingi dan menyemangati selama melakukan penulisan skripsi.

Semoga penelitian yang telah penulis lakukan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis. Penulis mengucapkan terimakasih banyak atas segala bantuannya, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan atas semua yang telah kalian berikan.

Bandar lampung,10 Desember 2014


(14)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 01

B. Rumusan Masalah ... 06

C. Tujuan Penelitian ... 06

D. Manfaat Penelitian ... 07

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 07

F. Kerangka Pemikiran ... 08

G. Sistematika Penulisan ... 09

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 11

B. Konsep Perencanaan dan Pembangunan Wilayah ... 12

C. Konsep Sektor Unggulan ... 13

D. Konsep Pembangunan Ekonomi ... 15

E. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah ... 16

F. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 17

G. Penelitian yang Relevan... 22

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data ... 27

B. Profil Wilayah Penelitian ... 27

C. Metode Analisis Data ... 34

1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 34


(15)

3. Analisis Scoring ... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Tulang Bawang ... 41

1. Analisis Location Quetient (LQ) ... 41

2. Analisis Shift Share ... 43

3. Teknik Scoring ... 47

B. Identifikasi Subsektor Unggulan di Kabupaten Tulang Bawang ... 48

1. Identifikasi Subsektor Unggulan Pada Sektor Pengangkutan dan komunikasi ... 49

2. Identifikasi Subsektor Potensial Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung Atas Dasar

Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2007-2011 (%) ... 03

Tabel 2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tulang Bawang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (%) ... 04

Tabel 3 Teknik Scoring sektor ekonomi ... 39

Tabel 4 Teknik Scoring Subsektor ekonomi ... 39

Tabel 5 Location Quetient (LQ) Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2007-2011 ... 42

Tabel 6 Rasio PDRB Kabupaten Tulang Bawang dan PDRB Provinsi Lampung ... 43

Tabel 7 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Tulang Bawang ... 45

Tabel 8 Interval Kelas sektor ekonomi ... 47

Tabel 9 Hasil Scorimg Sektor Ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang ... 47

Tabel 10 Location Quetient (LQ) Subsektor Pengangkutan dan Komunikasi di Kabupaten Tulang Bawang ... 49

Tabel 11 Rasio PDRB Kabupaten Tulang Bawang dan PDRB Provinsi Lampung Pada Subsektor Pengangkutan dan komunikasi ... 50

Tabel 12 Hasil Analisis Shift Share Subsektor Peengangkutan dan Komunikasi ... 51

Tabel 13 Interval kelas subsektor pengangkutan dan komunikasi ... 53

Tabel 14 Hasil Scoring Pengangkutan dan komunikasi ... 53 Tabel 15 Location Quetient (LQ) Subsektor Perdangan,


(17)

Hotel dan Restoran ... 54 Tabel 16 Rasio PDRB Kabupaten Tulang Bawang dan PDRB Provinsi

Lampung Pada Subsektor Perdangan, Hotel dan Restoran ... 55 Tabel 17 Hasil Analisis Shift Share Subsektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran ... 56 Tabel 18 Interval kelas subsektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran di Kabupaten Tulang Bawang ... 57 Tabel 19 Hasil Scoring subsektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran ... 57 Tabel 20 Hasil Kombinasi Sektor dan subsektor Unggulan ... 58


(18)

i

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 – 2011 (%)

LAMPIRAN 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tulang Bawang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 – 2011 (%)

LAMPIRAN 3. Perhitungan LQ Kabupaten Tulang Bawang 2007-2011 LAMPIRAN 4. Rasio PDRB Kabupaten Tulang Bawang dan PDRB Provinsi

Lampung

LAMPIRAN 5. Hasil Analisis Shift-share Kabupaten Tulang Bawang LAMPIRAN 6. Hasil Scoring Sektor Ekonomi

LAMPIRAN 7. Tabel LQ Subsektor Pengangkutan Tulang Bawang

LAMPIRAN 8. Rasio PDRB Subsektor Kabupaten Tulang Bawang dan PDRB Provinsi Lampung

LAMPIRAN 9. Hasil Analisis Shift-Share Subsektor Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2007-2011


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 09 Gambar 2. Gambar Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang ... 34


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu

mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri ditandai dengan adanya laju kenaikan produk perkapita yang tinggi,

sehingga untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah perlu ditentukan prioritas pembangunan daerah (Todaro, 1999: 34).

Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari kondisi dan pontensi sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan daerah sebagai tolak ukur pertumbuhan ekonomi wilayah, yang salah satunya dengan memprioritaskan pembangunan dan memperkuat sektor-sektor dibidang ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya secara optimal dengan tetap memperhatikan ketentuan antara industri dan pertanian yang tangguh serta sektor pembangunan lainnya.


(21)

2

Berdasarkan UU No 33/2004 otonomi daerah mengenai tentang Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Pada UU tersebut melahirkan paradigma baru dalam pelaksanaan otonomi daerah, yang meletakan otonomi penuh, luas dan tanggung jawab pada pusat atau kabupaten/kota. Perubahan ini, untuk

meningkatkan efektifitas pelayanan masyarakat, menumbuhkan semangat

demokratisasi dan pelaksanaan membangun daerah secara berkelanjutan dan akan menciptakan keseimbangan, kewenangan dan tanggung jawab antara pusat dan daerah tersebut .

Era otonomi daerah telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimiliknya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di wilayahnya, dengan mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu negara dalam periode tertentu adalah dengan melihat data Product Domestic Bruto (PDB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

dasarnya merupakan jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu. PDB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekkonomi dari tahun ke tahun.


(22)

3

Provinsi Lampung memiliki potensi wilayah yang cukup baik untuk mendukung pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi Lampung. Hal ini terlihat dengan makin majunya Provinsi Lampung sebagai akibat dari pesatnya

pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur, transportasi, perdagangan dan industri. Peningkatan PDRB Provinsi Lampung yang terus meningkat, dapat menjadi indikator pesatnya pertumbuhan Provinsi Lampung dari tahun ke tahun hal tersebut dapat dibuktikan dalam Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (%)

LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011

1. PERTANIAN 5.52 2.91 2.63 1.07 4.96

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN -3.02 -1.48 -9.21 -3.38 13.48

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.33 6.48 5.88 6.11 4.88

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10.18 5.97 2.84 10.41 9.86

5. KONSTRUKSI 5.32 4.68 4.87 3.71 7.77

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 4.46 7.00 7.60 4.78 5.50

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7.94 8.81 11.47 15.42 12.98

8. KEU. REAL ESTAT, & JASA

PERUSAHAAN 15.06 13.85 12.91 26.88 7.48

9. JASA-JASA 4.60 5.40 5.59 5.59 8.24

PDRB 6.14 5.42 5.52 6.02 6.44

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2012

Berdasarkan table 1 diatas, dapat dilihat dari PDRB Provinsi Lampung sektor yang paling memiliki laju pertumbuhan terbesar adalah sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,15% dan sektor pengangkutan dan komunikasi dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,11% pada tahun 2007-2011. Sedangkan sektor yang memiliki rata-rata laju

pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar -0,01%.


(23)

4

Terlihat dari besarnya laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung terhadap pembentukan Product Domestic Bruto (PDB) total nasional yang selama kurun waktu 2007-2011 PDRB Provinsi Lampung mengalami peningkatan yaitu 0,06% (BPS, 2012). Kemudian akan kita bandingkan dengan laju pertumbuhan PRDB di Kabupaten Tulang Bawang yang tertera pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tulang Bawang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (%)

LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata

1. PERTANIAN 0,08 0,09 -0,47 0,08 0,03 -0,04

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,78 0,63 -0,60 0,26 -0,89 0,04

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,09 0,07 -0,69 0,08 0,04 -0,08

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,21 0,21 -0,24 0,21 -0,04 0,07

5. KONSTRUKSI 0,03 0,04 -0,44 0,02 0,04 -0,06

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 0,04 0,03 -0,52 0,04 0,04 -0,07

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 0,04 0,03 -0,23 0,00 0,31 0,03

8. KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN

0,07 -0,02 -0,53 0,04 0,03 -0,09

9. JASA-JASA 0,03 0,03 -0,27 0,04 0,13 -0,01

PDRB 0,07 0,07 -0,51 0,06 0,05 -0,05

Sumber: BPS Kabupaten Tulang Bawang, Tahun 2012

Melihat keterangan tabel 2 di atas, dapat dilihat dari PDRB Kabupaten Tulang Bawang sektor yang paling memiliki laju pertumbuhan terbesar adalah sektor listrik, gas dan air bersih dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,07% dan sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,04% pada tahun 2007-2011. Sedangkan sektor yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan terendah adalah sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan sebesar -0,09%. Terlihat dari besarnya laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tulang Bawang terhadap pembentukan Product Domestic Bruto (PDB) total provinsi yang selama kurun waktu


(24)

2007-5

2011 PDRB Kabupaten Tulang Bawang mengalami peningkatan yaitu -0,05% (BPS, 2012).

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah, khususnya pembangunan ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang dan untuk dapat

memanfaatkan sumber daya ekonomi daerah secara optimal, maka pembangunan daerah dapat disusun menurut tujuan antar sektor. Perencanaan sektoral

dimaksudkan untuk pengembangan sektor-sektor tertentu disesuaikan dengan keadaan dan potensi masing-masing sektor dan juga tujuan pembangunan yang ingin dicapai.

Penelitian di lakukan sebelumnya oleh, Galih Permatasari (2012) melakukan penelitian tentang Strategi Pengembangan Wilayah Melalui Analisis Sektor Basis Terhadap Perumbuhan Ekonomi di Kabupaten Sragen. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sektor ekonomi yang menjadi sektor basis atau sektor potensial untuk dikembangkan adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Beberapa hal yang menjadi strategi pengembangan sektor potensial di Kabupaten Sragen adalah menyiapkan kaderisasi masa depan bagi pertanian di Kabupaten Sragen, agar kesempatan ekspor semakin luas dan produk-produk daerah semakin dikenal perlu adanya strategi salah satunya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan semakin memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing dengan daerah lain dan memperbaiki dan melakukan pemeliharaan terhadap infrastruktur daerah.


(25)

6

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu untuk mengetahui sektor dan subsektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dan potensial untuk

dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang dan kebijakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Tulang Bawang. Berdasarkan hal tersebut,

penelitian ini mengambil judul “Identifikasi Sektor dan Subsektor Unggulan di Kabupaten Tulang Bawang”.

B. Rumusan Masalah

Identifikasi sumber daya yang menjadi potensi bagi pembangunan wilayah serta dinamika perkembangannya, terutama dalam hal pengembangan sektor ekonomi unggulan perlu dikaji lebih lanjut guna dijadikan sebagai landasan bagi penentuan kebijakan pembangunan daerah, khususnya di daerah penelitian, yaitu Kabupaten Tulang Bawang.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apa sajakah sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Tulang Bawang?

2. Apa sajakah subsektor ekonomi yang menjadi subsektor unggulan yang dapat dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:


(26)

7

1. Menganalisis dan mengidentifikasi sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan dan dapat dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang.

2. Menganalisis dan mengidentifikasi subsektor ekonomi yang menjadi

subsektor unggulan dan dapat dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang.

D. Manfaat Penelitian

1. Menjadi masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dalam merumuskan rancangan pembangunan.

2. Sebagai sumbangan informasi dan bahan bacaan bagi penelitian-penelitian yang akan mengkaji lebih dalam mengenai Kabupaten Tulang Bawang. 3. Sebagai informasi untuk mengkaji lebih lanjut pemanfaatan berbagai sumber

daya dalam masyarakat untuk pengembangan pembangunan wilayah Kabupaten Tulang Bawang.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang Identifikasi Sektor dan Subsektor Unggulan Di Kabupaten Tulang Bawang ini fokus menganalisis sektor dan subsektor ekonomi unggul dan potensial yang digunakan sebagai landasan bagi penentuan saran kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Tulang Bawang. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder dari tahun 2007 hingga 2011 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang.


(27)

8

F. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis perkembangan perekonomian di Kabupaten Tulang Bawang dengan alat analisis Shift Share. Setelah itu mengidentifikasi sektor basis dengan menggunakan alat analisis Location Quotient. Dalam analisis ini semua sektor yang terdapat pada Kabupaten Tulang Bawang akan dibandingkan dengan semua sektor Provinsi Lampung.

Selanjutnya adalah menganalisis kegiatan ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan analisis LQ dan shift share. Setelah mendapatkan hasil dari analisis tersebut maka hal yang akan dilakukan adalah menggabungkan hasil analisis tersebut dengan teknik scoring untuk menganalisis sektor dan subsektor unggulan.

Berdasarkan hasil dari semua analisis di atas maka akan diperoleh hal terakhir yang dilakukan adalah menganalisis saran kabijakan demi tercapainya

pembangunan daerah yang optimal dengan memanfaatkan sektor unggulan dan potensial yang didapatkan dari gabungan antara perkembangan perekonomian dan potensi sektor perekonomian.


(28)

9

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam pemahaman skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan dalam penelitian sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Merupakan bab yang berisi latar belakang masalah yang merupakan landasan pemikiran menggambarkan permasalahan penelitian. Rumusan masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, sistematika penulisan serta kerangka pemikiran yang dibahas dengan lugas dan jelas.

Analisis Shift Share

Analisis Teknik Scoring Perekonomian Kabupaten Tulang Bawang tahun 2007-2011

Identifikasi kegiatan ekonomi potensial

Simpulan dan Saran Perkembangan Perekonomian

Kabupaten Tulang Bawang

Potensi Sektor Perekonomian Kabupaten Tulang Bawang

Identifikasi sektor basis sebagai sektor unggulan Kabupaten Tulang Bawang

Analisis LQ

Sektor dan Subsektor ekonomi unggulan dan potensial


(29)

10

II.TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab yang berisi tinjauanpustaka, berisi tentang teori-teori yang

dijadikan landasan dalam penelitian yaitu pertumbuhan ekonomi, perencanaan dan pembangunan, konsep sektor unggulan, teori pembangunan ekonomi,

pembangunan ekonomi daerah dan teori pertumbuhan ekonomi daerah. Di samping itu pada bab ini juga terdapat penelitian terdahulu.

III. METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang berisi metode penelitian tentangjenis dan sumber datadan metode analisis data yang digunakan untuk memberikan jawaban atas

permasalahan yang ada.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Merupakan bab yang berisi hasil dan pembahasan, berisi tentang hasil analisis dari penelitian, serta pembahasan yang menerangkan hasil penelitian.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab yang berisi kesimpulan hasil analisis dari penelitian, dalam bab ini juga berisi saran-saran yang direkomendasikan kepada pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan tema penelitian ini.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Definisi pertumbuhan ekonomi Menurut Todaro (1999:45), dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, yaitu perubahan politik, struktur sosial, nilai sosial, dan struktur kegiatan

perekonomiannya. Sedangkan Menurut Tarigan (2004:49), pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada

penduduknya dimana kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

Selain itu menurut Tjokroaminoto (1992:102), pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan terus menerus dalam produk perkapita atau tiap pekerja, seringkali diikuti dengan kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan

struktural.

Menurut Hanafiah (1987:98) bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Sebagai akibat dari spesialisasi yang terjadi, maka tingkat kegiatan ekonomi akan bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan diantara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi


(31)

12

karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktifitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi.

B. Konsep Perencanaan dan Pembangunan Wilayah

Konsep pembangunan ekonomi menurut Sukirno (1985:87), didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Arsyad (1999:57)

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional.

Bila berbicara tengan pendapatan perkapita, menurut Karjoredjo (1999:85), Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah. Sedangkan pendapatan nasional menurut Jhingan (2012:71) merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah.

Dalam pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari


(32)

13

pertumbuhan ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi.

Pembangunan tidak lagi dapat dilihat sebagai subjek yang tunggal tetapi harus dilihat secara komprehensif atau berdimensi banyak. Hal ini disebabkan karena Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tidak lagi menjadi tujuan dan tongkat pengukur keberhasilan pembangunan. Perencanaan pembangunan yang dilaksanakan hendaknya berorientasi pada aspek regional, dimana dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional, setiap wilayah dilihat fungsi dan peranannya untuk masing-masing wilayah serta dilihat juga peranan dan

fungsinya dalam pembangunan ekonomi nasional. Menurut Hanafiah (1987:127) kegiatan perencanaan wilayah mencakup tiga kegiatan yang saling berkaitan, yaitu : (1) perencanaan antarwilayah dalam suatu negara, (2) perencanaan antarlokasi dalam suatu wilayah dan (3) perencanaan lokasi dalam tiap sektor.

C. Konsep Sektor Unggulan

Perencanaan pembangunan wilayah dari sudut pandang aspek ekonomi adalah penentuan peranan sektor-sektor pembangunan dalam mencapai target

pertumbuhan yang selanjutnya diikuti oleh kegiatan investasi pembangunan baik investasi pemerintah maupun swasta. Tidak mungkin bagi suatu daerah untuk membiayai semua sektor secara bersama-sama karena keterbatasan sumber pendanaan. Untuk itu perlu ditetapkan suatu sektor unggulan (leading sector) dimana sektor ini diharapkan dapat menggerakkan sektor-sektor lainnya.


(33)

14

Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan sektor unggulan (leading sector) adalah sektor-sektor yang :

a) mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya

b) menghasilkan output bruto yang relatif tinggi sehingga mampu mempertahankan permintaan akhir yang relatif tinggi pula c) mampu menghasilkan penerimaan devisa yang relatif tinggi d) mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang relatif tinggi

Syarat suatu sektor layak dijadikan sebagai unggulan di dalam perekonomian daerah ialah memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian daerah serta mempunyai keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya baik ke depan dan ke

belakang yang besar. Untuk mengetahui prioritas pembangunan sektoral yang mengarah pada sektor unggulan, maka perlu diketahui dampak antar sektor dalam perekonomian. Dampak keterkaitan antars ektor akan memberikan gambaran yang jelas mengenai sektor-sektor yang mempunyai peranan besar, baik bagi sektornya sendiri maupun sektor lainnya. Dengan demikian kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan perekonomian wilayah akan lebih diprioritaskan pada sektor tersebut.


(34)

15

D. Konsep Pembangunan Ekonomi

Definisi pembangunan ekonomi menurut Jhon Stuart Mill, dalam Jinghan (2012:90) menganggap pembangunan ekonomi sebagai fungsi dari tanah, tenaga kerja, dan modal. Sementara tanah dan tenaga kerja adalah dua faktor produksi yang asli, modal adalah persediaan yang dikumpulkan dari produk-produk tenaga kerja sebelumnya. Peningkatan kesejahteraan hanya mungkin bila tanah dan modal mampu meningkatkan produksi lebih cepat dibanding angkatan kerja. Kesejahteraan terdiri dari peralatan, mesin dan keterampilan angkatan kerja. Tenaga kerja produktif inilah yang merupakan pencipta kesejahteraan dan akumulasi modal.

Sedangkan definisi pembangunan menurut Sukirno (1985:69), untuk

berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktifitas tenaga kerja bertambah. Spesialisai dalam proses produksi akan dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dapat mendorong ditemukannya alat-alat atau mesin-mesin baru dan akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi. Menurut Smith sekali pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif, artinya bila ada pasar yang cukup dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan ini akan menaikkan tingkat produktifitas tenaga kerja.

Menurut Karl Marx dalam Jinghan (2012:73), teori pembangunan dalam tiga hal, yaitu dalam arti luas memberikan penafsiran sejarah dari sudut ekonomi, dalam arti sempit merinci kekuatan yang mendorong perkembangan kapitalis dan terakhir menawarkan jalan alternatif tentang pembangunan ekonomi terencana.


(35)

16

Menurut Marx, setiap struktur kelas masyarakat terdiri dari kelas pemilik tanah dan bukan pemilik tanah. Karena cara produksi tunduk pada perubahan maka evolusi masyarakat akan terjadi apabila kekuatan produksi bertentangan dengan struktur kelas masyarakat.

E. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut (Arsyad, 1999:40), Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

sumberdaya-sumberdaya yang ada membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.

Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik spiritual maupun material. Peningkatan taraf hidup masyarakat mencakup suatu perangkat cita-cita meliputi:

a) Pembangunan harus bersifat rasionalistis, artinya bahwa haluan yang diambil harus berlandaskan pada pertimbangan rasional, berdasarkan fakta, sehingga nantinya merupakan suatu kerangka yang sinkron.

b) Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan. Artinya, adanya keinginan untuk selalu membangun pada ukuran dan haluan yang

terkoordinasi secara rasional dalam suatu sistem. c) Peningkatan produktifitas.


(36)

17

e) Kedudukan, peranan, dan kesempatan yang sederajat dan sama di bidang politik, sosial, ekonomi dan pertahanan keamanan.

f) Pengembangan lembaga-lembaga sosial dan sikap-sikap dalam masyarakat.

Peningkatan peran serta masyarakat dalam kerangka pembangunan daerah sesuai dengan tujuan diberlakukannya otonomi daerah ditunjukkan oleh pergeseran peranan pemerintah dari posisi yang sentral dalam merencanakan dan

melaksanakan pembangunan pada peningkatan kemandirian daerah. Kebijakan-kebijakan pembangunan haruslah didasarkan pada kekhasan daerah yang

bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).

Orientasi ini mengerahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut

pemerintah daerah bersama masyarakat harus mengambil inisiatif pembangunan daerah.

F. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Menurut Tarigan (2004:93), Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Penekanan pertumbuhan ekonomi regional lebih dipusatkan pada pengaruh


(37)

18

perbedaan karateristik space terhadap pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa sejarah perkembangan ekonomi itu melalui beberapa tingkat yaitu : a) Masyarakat Tradisional

Fase ini ditandai dengan adanya fungsi produksi yang terbatas. Namun, dalam kenyataan yang sebenarnya perubahan-perubahan ekonomi selalu ada. Ini dapat dilihat dari adanya perubahan didalam perdagangan dan tingkat pertambahan produksi pertanian. Masyarakat pada fase ini tidak kekurangan akan penemuan-penemuan dan inovasi, tetapi belum ada pengertian sistematis terhadap alam sekitarnya yang dapat mendorong perkembangan lebih lanjut. Pengertian masyarakat pada fase ini terhadap perkembangan masa depan masih kurang. Hubungan keluarga masih erat dan berpengaruh besar dalam organisasi-organisasi sosial. Kekuasaan dipegang oleh mereka yang mempunyai tanah yang luas.

b) Masyarakat Prasyarat untuk Lepas Landas (precondition for take-off) Merupakan fase yang diperlukan agar perkembangan ekonomi dapat lepas landas (take off). Proses seluruhnya diperbaiki dengan adanya perluasan pasar dan koloni. Terdapat dua keadaan yang saling memengaruhi satu sama lain yaitu : (1) pertumbuhan perlahan-lahan (evolusi) dalam ilmu

pengetahuan modern, (2) banyaknya inovasi yang dilakukan bersama-sama dengan penemuan daerah-daerah baru dalam sektor-sektor yang cukup penting, perluasan pasar untuk memajukan perdagangan dan meningkatkan spesialisasi produksi.

Masyarakat yang memasuki fase ini ditandai dengan tiga perubahan radikal. Pertama, adanya pembangunan fasilitas prasarana umum terutama dibidang


(38)

19

transportasi. Kedua, revolusi teknik di bidang pertanian yang ditandai dengan kenaikan produksi menggunakan teknik baru serta banyaknya urbanisasi. Ketiga, perluasan impor yang dibiayai oleh perdagangan komoditi sumber-sumber alam yang ada.

Secara positif dikatakan apabila pemerintah belum menaruh perhatian pada tiga sektor perkembangan tersebut, yaitu fasilitas umum, pertanian, dan perdagangan, maka fase lepas landas akan tertunda. Ketiga sektor tersebut adalah sektor-sektor yang penting untuk mengadakan perkembangan industri secara terus menerus.

c) Masyarakat Lepas Landas (take off)

Fase ini ditandai dengan penerapan teknik-teknik baru dalam industri sudah berjalan dengan sendirinya. Untuk masuk fase ini selain prasarana umum, pertanian dan perdagangan, harus ditambahkan dengan adanya golongan wiraswasta dan teknik-teknik baru serta sumber-sumber kapital yang teratur. Fase ini biasanya menandakan kemenangan-kemenangan sosial, politik dan kebudayaan. Perkembangan ini selanjutnya mendorong masyarakat untuk memusatkan pada usaha-usaha teknik modern diluar sektor-sektor yang telah dimodernisasi selama fase lepas landas.

d) Masyarakat Menuju Kematangan (drive to maturity)

Periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi modern terhadap sumber-sumber ekonomi. Perluasan industrialisasi bukan lagi merupakan tujuan pokok, dikarenakan berlaku hukum the law of

diminishingmarginal utility. Sektor-sektor penting bukan hanya ditentukan oleh adanya teknologi tetapi juga kualitas persediaan sumber-sumber


(39)

20

ekonomi. Bila suatu masyarakat berkembang ke kematangan teknologi, maka struktur dan kualitas tenaga kerja berubah terutama pada

perbandingan jumlah antara yang bekerja di sektor pertanian dan non pertanian.

e) Masyarakat Konsumsi yang Berlebih (high mass consumption)

Cara-cara yang digunakan dalam fase ini adalah (1) menyediakan atau menawarkan jaminan yang lebih baik, kemakmuran dan leisure kepada angkatan kerja dan disesuaikan dengan ukuran masyarakat setempat, (2) menyediakan konsumsi bagi setiap individu dalam porsi yang lebih banyak dan (3) mencari perluasan pengaruh bagi negara yang bersangkutan di mata dunia.

Teori yang membicarakan pertumbuhan regional ini dimulai dari teori yang dikutip dari ekonomi makro atau ekonomi pembangunan dengan mengubah batas wilayah yang disesuaikan dengan lingkungan operasionalnya,

dilanjutkan dengan teori yang dikembangkan asli dalam ekonomi regional.

Menurut Tarigan (2004) Teori Harrod – Domar didasarkan pada asumsi : a) Perekonomian bersifat tertutup

b) Hasrat menabung (MPS = S) adalah konstan

c) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constan return to scale) d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan

tingkat pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod – Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh


(40)

21

kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

g = K = n

dimana : g = Growth (tingkat pertumbuhan output) K = Capital (tingkat pertumbuhan modal n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk

menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (capital output ratio = Rasio modal output).

1) Teori Pertumbuhan Neoklasik

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan T.W. swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama engan model Harrod-Domar adalah dimasukannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya subtitusi anatara kapital (K) dan tenaga kerja (L). 2) Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan

Teori pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson (1955). Setiap negara atau wilayah perlu melihat sektor atau komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor ini memiliki competitive advantage untuk dikembangkan (Tarigan, 2005). Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut


(41)

22

dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar.

3) Teori Basis Ekspor Richardson

Teori ini membagi kegiatan produksi atau jenis pekerjaan yang terdapat didalam satu wilayah atas: pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service (pelayanan atau nonbasis). Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan nonbasis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat didaerah itu sendiri.

G. Penelitian Yang Relevan

1. Galih Permatasari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Wilayah Melalui Analisis Sektor Basis Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Sragen menjelaskan tentang sektor basis dan non basis yang ada di Kabupaten Sragen. Metode analisis yang digunakan adalah analisis LQ. Shift Share dan analisis SWOT. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah Kabupaten Sragen berdasarkan analisis LQ di atas dari tahun 2006 sampai 2010 mempunyai 4 sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

Sektor non basis dalam analisis LQ Kabupaten Sragen dari tahun 2006-2010 di atas adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri


(42)

23

sektor pengangkutan dan komunikasi. Serta, Beberapa hal yang menjadi strategi pengembangan sektor potensial di Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut:

a) Menyiapkan kaderisasi masa depan bagi pertanian di Kabupaten Sragen. b) Agar kesempatan ekspor semakin luas dan produk – produk daerah

semakin di kenal perlu adanya strategi salah satunya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan semakin memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing dengan daerah lain.Memperbaiki dan melakukan pemeliharaan terhadap infrastuktur daerah.

c) Pemerintahan dan masyarakat bekerja sama untuk mewujudkan visi misi daerah.

d) Semakin mengembangkan iklim usaha agar semakin tercipta lapangan pekerjaan, sehingga pengangguran akan berkurang.

e)Memperbaiki kualitas pendidikan, kesehatan dan lingkungan agar semakin tercipta Sumber daya manusia yang unggul.

2. Sri Endang Kornita dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Ekonomi Basis Dan Potensi Sinergi Pembangunan Kabupaten Kampar Dan Kota Pekanbaru menjelaskan tentang ekonomi basis dan potensinya untuk pembangunan Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ dan analisis SWOT. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah :

a) Sektor yang menonjol peranannya dalam perekonomian Kota Pekanbaru secara berurut berdasarkan hasil analisis LQ adalah Sektor 4 (Listrik,


(43)

24

Gas, dan Air Minum), Sektor 8 (Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan), Sektor 5 (Bangunan), Sektor 7 (Pengangkutan dan

Komunikasi), Sektor 9 (Jasa-jasa) dan Sektor 6 (Perdagangan, Hotel dan Restoran).

b) Sinergi pembangunan antar daerah di Provinsi Riau belum terlaksana secara terkoordinasi, sampai saat ini baru sebatas arahan dalam master plan Riau 2020 dan konsep pada level pemerintahan daerah Kabupaten dan Kota.

c) Arena sinergi kebijakan pembangunan daerah yang memiliki potensi sinergi antar Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru dan merupakan sektor basis adalah sektor perdagangan di Kota Pekanbaru dan sektor pertanian di Kabupaten Kampar.

3. Ardian Kurniawan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur Ekonomi Serta Basis Ekonomi Di Provinsi Kalimantan Barat menjelaskan tentang sektor ekonomi yang menjadi sektor basis di Provinsi Kalimantan Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Shift Share dan LQ. Kesimpulan dari peenelitian tersebut adalah : a) Dilihat dari PDRB Provinsi Kalimantan Barat 1998-2008 sektor yang

memiliki tingkat pertumbuhan maupun kontribusi terbesar ialah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan.

b) Kondisi perekonomian Provinisi Kalimantan Barat selama tahun 1998-2008. Secara keseluruhan ( Dij ) tingkat pertumbuhan sektor–sektor ekonomi tumbuh lebih cepat dibanding sektor sejenis dalam


(44)

25

perekonomian nasional walaupun kinerja perekonomian secara umum masih dirasakan kurang.

c) Berdasarkan pendekatan analisis LQ Provinsi Kalimantan Barat selama tahun 1998-2008 diketahui memiliki beberapa sektor unggulan yang dijadikan sebagai basis ekonomi yang memiliki nilai LQ >1 terbesar yakni sektor pertanian dengan rata-rata sebesar 1.60%, sektor perdagangan, hotel dan restoran rata-rata sebesar 1.30%, sektor

pengangkutan dan komunikasi sebesar 1.26%, sektor bangunan sebesar 1.18%, dan sektor jasa-jasa sebesar 1.16%.

4. Sri Subanti dan Arif Rahman Hakim, (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara Pendekatan Sektor Basis Dan Analisis InputOutput. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah LQ, Shift Share, analisis Basis Ekspor dan analisis Input Output. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

a) Melalui analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode LQ, SS, dan analisis InputOutput untuk Sulawesi Tenggara diperoleh temuan sebagai berikut: Sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor pengangkutan & telekomunikasi, serta sektor jasa menjadi sektor basis di SulawesiTenggara,

b) Pengganda sektor basis yang bernilai besar ada pada sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa‐jasa,

c) Sektor yang lain masuk kategori sektor yang tumbuh lambat namun punya daya saing tinggi seperti sektor pertanian dan sektor jasa.


(45)

26

5. Lapeti Sari (2010) dalam judulnya Analisis Data/ Informasi Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kampar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quotient, Shift Share, Kapasitas Fiskal Daerah dan Produktifitas Lahan dan Tenaga Kerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

a) Faktor pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar yaitu sektor pertanian lebih disebabkan oleh membaiknya struktur ekonomi (53,24%), faktor luar (42,23%), dan kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif (4,52%).

b) Pada sektor perdagangan pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh faktor luar (32,85%) dan membaiknya struktur ekonomi Kabupaten Kampar (94,43%), sedangkan kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif (-27,28%) belum turut menentukan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar.

c) Pada sektor industri pertumbuhannya lebih ditentukan oleh kondisi spesifik daerah yang kompetitif yaitu sebesar 38,56%, dan ditentukan oleh faktor luar yaitu sebesar 31,74%, serta membaiknya struktur ekonomi yaitu sebesar 26,69%.


(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah data sekunder berupa Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung atas dasar harga konstan pada tahun 2007-2011, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tulang Bawang atas dasar harga konstan pada tahun yang sama dan data sekunder berupa dokumen kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, BPS Kabupaten Tulang Bawang, instansi terkait dengan penelitian ini serta fasilitas media internet.

B. Profil Wilayah Penelitian

Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas wilayah ± 4.361,83 Km2, yang tersebar dalam 15 wilayah Pemerintahan Kecamatan, 4 Kelurahan dan 148 Kampung. Kabupaten Tulang Bawang hanya berjarak sekitar 120 Km dari Ibukota Provinsi Lampung.

1) Kabupaten Tulang Bawang dengan Ibu kota Menggala, berjarak kurang lebih 120 km dari Ibu kota Provinsi Lampung


(47)

28

2) Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Mesuji

b. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah c. Sebelah Timur: berbatasan dengan Laut Jawa

d. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat 3). Kabupaten Tulang bawang memiliki 15 kecamatan

a. Banjar Agung

Kecamatan Banjar Agung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Tulang bawang, berjarak 24 km dari ibu kota kabupaten, Kecamatan Banjar Agung terletak di jalur lintas timur dari Kota Bandar Lampung menuju Palembang, berbatasan dengan Kecamatan Banjar Margo dan Way Kenanga di sebelah utara, Kecamatan Banjar Baru di sebelah selatan, Kecamatan Lambu Kibang di sebelah barat dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Gedungaji. Kecamatan Banjar Agung memiliki luas 9.772 ha dengan populasi penduduk 42.667 Jiwa. beribukota di Banjar Agung.

b. Banjar Margo

Banjar Margo merupakan kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Banjar Agung sejak November 2005 yang ditetapkan dalam Perda No. 7 Tahun 2005, beribukota di Kampung Agung Dalem sekitar 31 km dari kota

kabupaten, memiliki luas wilayah 11,152,75 ha atau 3,24% dari luas wilayah Kabupaten Tulang Bawang dan berkontur tanah datar dan berbukit. Batas wilayah Kecamatan Banjar Margo, yaitu pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Simpang Pematang, selatan berbatasan dengan


(48)

29

Kecamatan Banjar Agung, barat berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji, dan timur berbatasan dengan Kecamatan Way Kenanga.

c. Gedung Aji

Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 11.539,59 ha atau 3,35% beribu kota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari ibu kota Kabupaten Tulang Bawang. Wilayah Kecamatan Gedung Aji berbatasan dengan Way Tulang Bawang pada bagian selatan, bagian utara berbatasan dengan Way Pidada, bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Penawar Aji, dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Banjar Agung dan Banjar Margo.

d. Penawar Aji

Kecamatan Penawar Aji yang beribu kota di Gedung Rejo Sakti, sekitar 69 km dari ibu kota Kabupaten Tulang Bawang. Berbatasan dengan Kecamatan Penawartama pada bagian utara, bagian selatan dengan Kecamatan Gedung Meneng, pada bagian timur dengan Kecamatan Rawa Pitu, dan bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Aji. Memiliki luas wilayah 10.950 ha atau 2,82% dari luas Kabupaten Tulang Bawang,

e. Meraksa Aji

Kecamatan Meraksa Aji dibentuk berasal dari sebagain wilayah Kecamatan Gedung Aji, beribu kota di Kampung Paduan Rajawali dengan luas 9.550,50 ha atau 2,77% dari luas Kabupaten Tulang Bawang dan berjarak sekitar 63 km dari ibu kota Kabupaten Tulang Bawang. Pada bagian utara Kecamatan Meraksa Aji berbatasan dengan Kecamatan Penawartama, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Gedung Aji (Way Tulang bawang), sebelah


(49)

30

barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Aji, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Penawar Aji.

f. Menggala

Kecamatan Kota Menggala dengan luas wilayah 26.037 ha. Wilayah

Kecamatan Menggala berada di jalur lintas timur dari Kota Bandar Lampung menuju Kota Palembang, berjarak 140 km dari Kota Bandar Lampung. Adapun batas-batas yang mengitari Kecamatan Menggala, yaitu sebelah utara dengan Kecamatan Banjar Baru dan Kecamatan Menggala Timur, selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah, barat berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan timur berbatasan dengan Kecamatan Gedung Aji.

g. Penawartama

Kecamatan Penawartama beribu kota di Bogatama atau sekitar 60 km dari pusat kota kabupaten dengan luas 21.057,20 ha atau 6,11% dari luas

Kabupaten Tulang Bawang. Pada bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Banjar Margo, pada bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Rawajitu Utara, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Penawar Aji, dan pada bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Mesuji. h. Rawajitu Selatan

Kecamatan Rawajitu Selatan beribu kota di Medasari dengan luas 13.888,47 ha atau 4,03% dari luas Kabupaten Tulang Bawang yang 90%-nya merupakan wilayah persawahan. Kecamatan Rawajitu Selatan yang berjarak 120 km dari pusat kota kabupaten ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut pada bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Penawartama dan Rawajitu Utara,


(50)

31

bagian timur berbatasan dengan dengan Kecamatan Rawajitu Timur, dan selatan berbatasan dengan Kecamatan Rawapitu dan Gedung Meneng. i. Gedung Meneng

Kecamatan Gedung Meneng beribu kota di Gedung Meneng dengan luas 66.265,45 ha atau 19,23% dari luas Kabupaten Tulang Bawang dan berjarak 65 km dari ibu kota kabupaten mempunyai keadaan geografis suhu udara berkisar antara 22—35 °C.

j. Rawajitu Timur

Kecamatan Rawajitu Timur merupakan kawasan berikat, yaitu kecamatan di dalam perusahaan tambak udang yang memiliki otonomi sendiri. Kecamatan Rawajitu Timur ini beribu kota di Kampung Bumi Dipasena Mulya, memiliki luas wilayah 18.396,99 ha atau 5,34% dari luas Tulang Bawang. Batas

wilayah Kecamatan Rawajitu Timur pada sebelah timur merupakan Laut Jawa, sedangkan pada sebelah utara berbatasan dengan Sungai Mesuji, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Selatan, dan sebelah selatan (Sungai Tulang Bawang) berbatasan dengan Kecamatan Gedung Meneng.

k. Rawapitu

Kecamatan Rawapitu merupakan kecamatan pemekaran yang wilayahnya berasal dari sebagian Kecamatan Penawartama dan sebagaian dari Kecamatan Rawajitu Selatan yang disahkan dalam Perda No. 7 Tahun 2005. Pusat

Pemerintahan Kecamatan Rawa Pitu berada di Kampung Batang Hari,

memiliki luas wilayah 11.995 ha yang berjarak + 85 km dari pusat kabupaten. Nama Rawa Pitu berasal dari daerahnya yang berupa rawa dan pitu diambil


(51)

32

dari Sungai Pidada dan sungai Tulang Bawang yang mengapit Kecamatan Rawapitu.

l. Gedungaji Baru

Kecamatan Gedungaji Baru merupakan pemekaran dari wilayah Kecamatan Penawartama yang disahkan dalam Perda No. 01 Tahun 2007, beribu kota di Kampung Sidomukti, memiliki luas wilayah 9.617,59 ha atau 2,79% dari luas Kabupaten Tulang Bawang. Batas wilayah Kecamatan Gedung Aji Baru pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Utara (Kabupaten Mesuji), sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Pidada (Kecamatan Rawapitu), pada sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Penawartama dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Selatan.

m. Dente Teladas

Kecamatan Dente Teladas beribu kota di Kampung Teladas, +76 km dari ibu kota kabupaten merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Gedung Meneng yang di sahkan dalam Perda No. 01 Tahun 2007, memiliki luas wilayah 67.848,32 ha atau 58 % dari luas Kabupaten Tulang Bawang. Batas wilayah Kecamatan Dente Teladas pada sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Meneng, dan sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa.

n. Banjar Baru

Pusat pemerintahan Kecamatan Banjar Baru ditetapkan di Kampung Kahuripan Jaya dengan luas wilayah 9.863,35 ha dan berpenduduk 12.518 jiwa. Batas wilayah Kecamatan Banjar Baru pada sebelah utara berbatasan


(52)

33

dengan Kecamatan Banjar Agung, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Menggala, pada sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lambu Kibang dan Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Tulang Bawang, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Gedung Aji.

o. Menggala Timur

Memiliki luas wilayah 34.448,5 ha dengan pusat pemerintahan di Kampung Lebuh Dalem. Batas wilayah Kecamatan Menggala Timur pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banjar Agung dan Kecamatan Gedung Aji, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Menggala dan Kabupaten Tulang Bawang Barat Kecamatan Lambu Kibang, pada sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Banjar Agung, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Menggala.

Secara topografi daerah Tulang Bawang dibagi menjadi 4 bagian:

1) Daerah daratan, ini merupakan daerah terluas yang dimanfaatkan untuk pertanian.

2) Daerah rawa, terdapat sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0-1 m, yang merupakan daerah rawa pasang surut.

3) Daerah River Basin, terdapat dua River Basin yang utama yaitu River Basin Tulang Bawang, dan River Basin sungai-sungai kecil lainnya. 4) Daerah Alluvial, meliputi pantai sebelah timur yang merupakan bagian

hilir (down steem dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang, dan Mesuji) dimanfaatkan untuk pelabuhan.


(53)

34

Gambar 2. Gambar Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang.

Sumber: www.situs Resmi Kabupaten Tulang Bawang

C. Metode Analisis Data

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Menurut (Tarigan, 2004:75) Location Quotient (Kuosien Lokasi) atau disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor atau industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor atau industri tersebut secara nasional.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

Dimana :

Xi = Nilai tambah sektor i di wilayah yang lebih sempit (kabupaten). PDRBi = PDRB wilayah yang lebih sempit (kabupaten).


(54)

35

XI = Nilai tambah sektor i (Provinsi). PDBI = PDB (Provinsi).

Dari perhitungan LQ, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Jika nilai LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis. Sektor tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan di dalam daerah saja namun juga kebutuhan di luar daerah karena sektor ini sangat potensial untuk

dikembangkan.

b. Jika nilai LQ = 1, maka sektor tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan di daerahnya saja.

c. Jika nilai LQ < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis dan perlu impor produk dari luar daerah karena sektor ini kurang prospektif untuk dikembangkan.

2. Analisis Shift Share

Merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian daerah ditingkat Provinsi. Untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu:

a. Pertumbuhan ekonomi

Dengan cara menganalis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.


(55)

36

b. Pergeseran proporsional

Mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomin yang lebih besar yang dijadikan acuan. c. Pergeseran diferensial

Membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan perekonomian yang yang dijadikan acuan.

1) Menghitung Rasio PDB dan PDRB yaitu sebagai berikut: a.

Dimana :

Ra : Rasio PDRB Provinsi

Y′ : PDRB Provinsi pada tahun akhir analisis Y : PDRB Provinsi pada tahun dasar analisis b.

Dimana :

Ri : Rasio PDRB Provinsi dari sektor i

Y’i : PDRB Provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis Yi : PDRB Provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis c.

Dimana :

ri : Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten

Y′ij : PDRB dari sektor i pada wilayah Kabupaten pada tahun akhir analisis

Yij : PDRB dari sektor i pada wilayah Kabupaten pada tahun dasar analisis


(56)

37

2) Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah a. Nij

Dimana :

Nij : Komponen Pertumbuhan Provinsi sektor i untuk wilayah Kabupaten

Yij : PDRB dari sektor i pada wilayah Kabupaten pada tahun dasar analisis

b. PP

Dimana:

PPij : Komponen Pertumbuhan Proporsional sektor i untuk wilayah Kabupaten

Yij : PDRB dari sektor i pada wilayah Kabupaten pada tahun dasar analisis

Apabila:

PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten pertumbuhannya lambat

PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten pertumbuhannya cepat


(57)

38

Dimana :

PPWij : Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten

Yij : PDRB dari sektor i pada wilayah Kabupaten pada tahun dasar analisis

Apabila:

PPWij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk sektor i PPWij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j tidak dapat

bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk sektor i

3) Menghitung Pergeseran Bersih (PB)

Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilyah dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan suatu sektor perekonomian.

Pergeseran sektor i pada suatu wilayah Kabupaten dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

PBij : Pergeseran bersih sektor i pada wilayah Kabupaten

PPij : Komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah Kabupaten


(58)

39

PPWij : Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten

Apabila :

PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah Kabupaten termasuk ke dalam komponen progresif (maju)

PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah Kabupaten termasuk lamban

3. Teknik Scoring

Teknik scoring adalah sistem perhitungan dengan menggunakan nilai yang diurutkan sebagai wakil dari nilai yang diwakilkan biasanya dari yang terkecil sampai yang terbesar atau dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dalam penelitian ini teknik scoring yang digunakan ada 2 macam yaitu scoring untuk LQ, scoring untuk Shift Share Akan lebih rinci dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Teknik Scoring Sektor Ekonomi Nilai LQ

Sektor

Nilai Shift Share

Sektor Score Sektor

Tabel 4. Teknik Scoring Subsektor Ekonomi Nilai LQ

Subsektor

Nilai Shift Share Subsektor

Score Subsektor


(59)

40

Berdasarkan tabel skor tersebut mewakili nilai-nilai yang telah ditetapkan sehingga mempermudah dalam perhitungan dan terinci perhitungannya. Perhitungan Skor dilihat dari:

Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil Jumlah sektor/Subsektor

Dari tabel skoring diatas skor tertinggi dari gabungan LQ dan Shift Share adalah Sektor Unggulan sedangkan sektor potensial adalah sektor yang mendapatkan ranking ke dua setelah sektor unggulan.

Kaidah penentuan jumlah kelas agar lebih terperinci dalam melakukan ranking yaitu dengan melihat jumlah sector yang ada.


(60)

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sektor yang merupakan sektor unggulan yang dihasilkan dari penggabungan skoring analisis LQ dan Shift Share adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang mendapatkan skor tertinggi dibandingkan sektor lainnya.

2. Subsektor unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah subsektor yang terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai sektor unggulan yang ada di daerah Kabupaten Tulang Bawang yaitu subsektor pengangkutan yang mendapatkan skor lebih besar dari pada subsektor komunikasi,

3. Hasil penelitian ini, juga mengahasilkan sektor yang berpotensial untuk dikembangan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diberikan saran dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Tulang Bawang, yaitu sebagai berikut :


(61)

60

1. Sektor yang telah teridentifikasi sebagai sektor unggulan yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi maka dengan ini pemerintah daerah harus dapat meningkatan sarana dan prasarana umum serta keamanan,agar pihak swasta atau stakeholder dapat tertarik untuk berinvestasi di daerah

Kabupaten Tulang Bawang.

2. Untuk subsektor yang menjadi subsektor unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah subsektor pengangkutan, maka dari itu pemerintah daerah agar dapat melakukan antara lain :

1) Mengganggarkan APBD untuk perawatan dan perbaikan jalan serta sarana umum lebih banyak.

2) Meningkatkan keamanan untuk kenyaman stakeholder yang ingin berinvestasi dalam hal membangun daerah Kabupaten Tulang Bawang. 3) Meningkatkan jaringan komunikasi di daerah tersebut seperti

penambahan tower-tower komunikasi.

4) Meningkatkan Sumber Daya Manusia dengan BLK dan pelatihan – pelatihan di daerah tersebut agar dapat bersaing di dunia kerja. 5) Menjalin kerjasama dengan steakholder yang ingin berinvestasi

didaerah tersebut,karna untuk menjadikan daerah semakin maju kita juga harus mempunyai pihak-pihak penanam modal di daerah tersebut.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN

BPS. 2012. Lampung Dalam Angka 2012. Lampung: Badan Pusat Statistik

BPS.2012. BPS Kabupaten Tulang Bawang, Tahun 2012. Lampung: Badan Pusat Stratistik

Hanafiah,T. 1987. Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Pedesaan. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Jhingan, M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Press

Karjoredjo, Sarji. 1999. Desentralisasi Pembangunan Daerah di Indonesia. Salatiga: FEUKSW

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: FEUI

Todaro, M.P. 1999. Pengembangan Ekonomi Dunia Ketiga Jilid 1, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Tarigan, R.2004. Perencanaan Pembangunan Regional. Jakarta:PT. Bumi

Tjokroamidjojo, Bintarto. 1992. Aspek – Aspek Perencanaan. Jakarta: Haji Mas Agung


(1)

Dimana :

PPWij : Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten

Yij : PDRB dari sektor i pada wilayah Kabupaten pada tahun dasar analisis

Apabila:

PPWij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk sektor i PPWij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j tidak dapat

bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk sektor i

3) Menghitung Pergeseran Bersih (PB)

Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilyah dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan suatu sektor perekonomian.

Pergeseran sektor i pada suatu wilayah Kabupaten dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

PBij : Pergeseran bersih sektor i pada wilayah Kabupaten

PPij : Komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah Kabupaten


(2)

PPWij : Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten

Apabila :

PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah Kabupaten termasuk ke dalam komponen progresif (maju)

PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah Kabupaten termasuk lamban

3. Teknik Scoring

Teknik scoring adalah sistem perhitungan dengan menggunakan nilai yang diurutkan sebagai wakil dari nilai yang diwakilkan biasanya dari yang terkecil sampai yang terbesar atau dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dalam penelitian ini teknik scoring yang digunakan ada 2 macam yaitu scoring untuk LQ, scoring untuk Shift Share Akan lebih rinci dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Teknik Scoring Sektor Ekonomi

Nilai LQ Sektor

Nilai Shift Share

Sektor Score Sektor

Tabel 4. Teknik Scoring Subsektor Ekonomi

Nilai LQ Subsektor

Nilai Shift Share

Subsektor

Score Subsektor


(3)

Berdasarkan tabel skor tersebut mewakili nilai-nilai yang telah ditetapkan sehingga mempermudah dalam perhitungan dan terinci perhitungannya. Perhitungan Skor dilihat dari:

Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil Jumlah sektor/Subsektor

Dari tabel skoring diatas skor tertinggi dari gabungan LQ dan Shift Share adalah Sektor Unggulan sedangkan sektor potensial adalah sektor yang mendapatkan ranking ke dua setelah sektor unggulan.

Kaidah penentuan jumlah kelas agar lebih terperinci dalam melakukan ranking yaitu dengan melihat jumlah sector yang ada.


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sektor yang merupakan sektor unggulan yang dihasilkan dari penggabungan skoring analisis LQ dan Shift Share adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang mendapatkan skor tertinggi dibandingkan sektor lainnya.

2. Subsektor unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah subsektor yang terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai sektor unggulan yang ada di daerah Kabupaten Tulang Bawang yaitu subsektor pengangkutan yang mendapatkan skor lebih besar dari pada subsektor komunikasi,

3. Hasil penelitian ini, juga mengahasilkan sektor yang berpotensial untuk dikembangan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diberikan saran dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Tulang Bawang, yaitu sebagai berikut :


(5)

1. Sektor yang telah teridentifikasi sebagai sektor unggulan yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi maka dengan ini pemerintah daerah harus dapat meningkatan sarana dan prasarana umum serta keamanan,agar pihak swasta atau stakeholder dapat tertarik untuk berinvestasi di daerah

Kabupaten Tulang Bawang.

2. Untuk subsektor yang menjadi subsektor unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah subsektor pengangkutan, maka dari itu pemerintah daerah agar dapat melakukan antara lain :

1) Mengganggarkan APBD untuk perawatan dan perbaikan jalan serta sarana umum lebih banyak.

2) Meningkatkan keamanan untuk kenyaman stakeholder yang ingin berinvestasi dalam hal membangun daerah Kabupaten Tulang Bawang. 3) Meningkatkan jaringan komunikasi di daerah tersebut seperti

penambahan tower-tower komunikasi.

4) Meningkatkan Sumber Daya Manusia dengan BLK dan pelatihan – pelatihan di daerah tersebut agar dapat bersaing di dunia kerja. 5) Menjalin kerjasama dengan steakholder yang ingin berinvestasi

didaerah tersebut,karna untuk menjadikan daerah semakin maju kita juga harus mempunyai pihak-pihak penanam modal di daerah tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN

BPS. 2012. Lampung Dalam Angka 2012. Lampung: Badan Pusat Statistik

BPS.2012. BPS Kabupaten Tulang Bawang, Tahun 2012. Lampung: Badan Pusat Stratistik

Hanafiah,T. 1987. Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Pedesaan. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Jhingan, M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Press

Karjoredjo, Sarji. 1999. Desentralisasi Pembangunan Daerah di Indonesia. Salatiga: FEUKSW

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: FEUI

Todaro, M.P. 1999. Pengembangan Ekonomi Dunia Ketiga Jilid 1, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Tarigan, R.2004. Perencanaan Pembangunan Regional. Jakarta:PT. Bumi

Tjokroamidjojo, Bintarto. 1992. Aspek – Aspek Perencanaan. Jakarta: Haji Mas Agung