IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2004 2008
commit to user
i
IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN
PRIORITAS PEMBANGUNAN EKONOMI
DI KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2004-2008
TESIS
Program Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan
S U N A R D I
S4209039
PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
(3)
commit to user
(4)
commit to user
(5)
commit to user
v
MOTTO
ಯHIDUP ADALAH PERJUANGAN MENGGAPAI CITA DAN DICINTAKAN
UNTUK MEMPEROLEH KEHIDUPAN YANG LANGGENGರ
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. ( Aldus Huxley)
Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya; tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil di pandangnya walaupun bagaimana besarnya. ( Jalinus At Thabib)
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu. ( Marcus Aurelius)
Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak. (Benjamin Franklin)
(6)
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Untuk :
Istriku tercinta dan anakku tersayang atas semua doa untukku, pengertian, motivasi, kasih sayang, cinta, ketulusan dan keikhlasanmu selama ini.
Orang tuaku dan keluargaku yang selalu mendukungku. Sahabat se angkatan dan se kantor atas semua bantuan dan nasehatnya selama ini.
(7)
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan, pertolongan, dan kasih sayang-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul:
“Identifikasi Sektor Unggulan Dan Prioritas Pembangunan Ekonomi di Kabupaten
Sragen tahun 2005-2009”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Magister Sains pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Suranto, M.Sc. PhD, selaku Direktur Program Megister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Dr. JJ. Sarungu, MS, selaku Ketua Program Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Dr. Agustinus S., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan motivasi dan
aspirasi dalam penyelesaian tesis.
(8)
commit to user
viii
waktu tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti sehingga penulis bisa menyelesaiakn tesis ini.
6. Bapak Drs. Supriyono, M.Si., selaku Pembimbing yang telah memberikan banyak
inspirasi dan dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan sampai tesis ini selesai.
7. Teman-teman Bappeda Kabupaten Sragen yang telah mensupport terlaksananya
penelitian ini.
8. Istri, anak-anakku, keluarga dan sobatku yang tidak henti-hentinya memberikan
dorongan dan motivasi serta sabar mendampingi hingga tersusunnya tesis.
9. Seluruh Staf Administrasi dan Pendidikan MESP – UNS serta Citivas Akademis
Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tesis ini tentunya masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya tesis ini.
Semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi segenap pembaca.
Surakarta, Pebruari 2011
Sunardi
(9)
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAKSI ... v
ABSTRACT ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK/GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Pembangunan Ekonomi ... 10
B. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 11
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 13
2. Teori Basis Ekonomi... 16
3. Teori Perubahan Struktur Ekonomi... 17
(10)
commit to user
x
1. Pengertian Pendapatan Nasional... 19
2. Pendapatan Nasional dan Kesejahteraan Masyarakat ... . 20
3. Penghitungan Pendapatan Nasional ... 21
4. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional di Indonesia .... 21
D. Studi Terdahulu... 24
E. Kerangka Pemikiran... . 27
1. Pertumbuhan Ekonomi... 29
2. Perubahan Struktur Ekonomi ... ... 30
3. Kontribusi Sektor Ekonomi ... 31
4. Sektor Unggulan ... 32
5. Kebijakan Ekonomi ... ... 32
6. Tujuan pembangunan ... 33
BAB III. METODE PENELITIAN ... 34
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34
B. Jenis dan Sumber Data... 34
C. Definisi Operasional... 35
D. Metode Analisis ... 35
1. Pertumbuhan Ekonomi ... 36
2. Analisis Shift Share ... ... 36
3. Analisis Location Quotient (LQ)... 38
4. Analisis MPR ... . 39
(11)
commit to user
xi
A. Perkembangan PDRB di Kab. Sragen ... 42
B. Perkembangan Sektor-sektor Ekonomi di Kab. Sragen... 43
C. APBD Kabupaten Sragen selama 5 tahun ... 43
D. Diskripsi Data Hasil Penelitian ... 45
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA
(12)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. PDRB Kab. Sargen menurut harga berlaku ... 43
Tabel 4.2. APBD Kabupaten Sragen ... 44
Tabel 4.3. PDRB Jawa Tengahmenurut harga konstan ... 45
Tabel 4.4. PDRB Kab. Sragen menurut harga konstan ... 46
Tabel 4.5. Prosentase (%) didtribusi PDRB Jateng menurut sektor atas dasar harga berlaku 2004-2008 ... 48
Tabel 4.6. PDRB kabupaten Sragen menurut Lapangan Usaha 2004-2008 ADHB ... 49
Tabel 4.7. Prosentase (%) didtribusi PDRB Kab. Sragen menurut sektor atas dasar harga berlaku 2004-2008 ... 51
Tabel 4.8. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 (milyard) ... 52
Tabel 4.9. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 53
Tabel 4.10. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 54
Tabel 4.11. Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 55
Tabel 4.12. Pertumbuhan PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 56
(13)
commit to user
xiii
menurut harga bkonstan 2004-2008 ... 56 Tabel 4.14 Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan Kabupaten Sragen
menurut harga konstan 2004-2008 ... 57 Tabel 4.15. Pertumbuhan PDRB Sektor pengankutan dan Komonikasi
Kabupaten Sragen menurut harga konstan 2004-2008 ... 58
Tabel 4.16. Pertumbuhan PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Kabupaten Sragen menurut hargakonstan 2004-2008 ... 59
Tabel 4.17. Pertumbuhan PDRB Sektor Jasa-jasa Kabupaten Sragen
menurut harga konstan 2004-2008 ... 60 Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2004-2005 ... 61 Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2004-2008 ... 61 Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2004 ... 61 Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2005 ... 62 Tabel 4.21. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2006 ... 62 Tabel 4.22. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2007 ... 63 Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Shift Share Klasik Kabupaten Sragen
2004 s/d 2008 ... 63
(14)
commit to user
xiv
Tabel 4.26. Hasil Perhitungan Model Ratio Pertumbuhan Kab. Sragen
2004-2008 ... 70
Tabel 4.27. Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten Sragen 2004-2008 ... 72
(15)
commit to user
xv
Halaman Peta Kabupaten Sragen ... 6 Kerangka pemikiran ... 28 Grafik 4.1 Perkembangan PDRB ... 42
(16)
commit to user
SUNARDI
NIM S4209039
IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PRIORITAS
PEMBANGUNAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2004 - 2008
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi dan menentukan peranan
masing – masing sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Sragen, 2) mengidentifikasi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi paling besar terhadap
PDRB di Kabupaten Sragen dan 3) mengetahui sektor ekonomi yang dapat diprioritas dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 (data terbaru) Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sragen. Untuk menentukan sektor unggulan pada penelitian ini sesuai dengan tujuan digunakan
berbagai alat analisis yang digunakan antara lain, Shift Share Klasik , Location
Quotient(LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Overlay. Hasil analisis Shift-Share menggunakan metode klasik menunjukkan bahwa perkembangan sektor ekonomi Kabupaten Sragen tahun 2004-2008 berturut-turut adalah sektor industri pengolahan, jasa-jasa, perdagangan dan listrik, gas dan air bersih. Hasil analisis LQ menunjukkan Kabupaten Sragen mempunyai 4 (empat) sektor basis, yaitu sektor Pertanian dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.776; sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.613; sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.134 dan sektor Jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1.321. Hasil analisis MRP menunjukkan 1) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah dan pada tingkat Kabupaten Sragen memiliki pertumbuhan yang menonjol (kategori pertama), ada 4 (empat) sektor yaitu : Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Bangunan dan Pengangkutan dan Komunikasi, 2) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Sragen kurang menonjol (kategori kedua) ada 2 (dua) sektor ekonomi, yaitu : Listrik, Gas dan Air Bersih dan Jasa-Jasa, dan 3) Sektor ekonomi pada tingkat Propinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan yang kurang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Sragen menonjol (kategori ketiga), hanya ada satu yaitu sektor Perdagangan. Hasil analisis Overlay menunjukkan: 1) Sektor yang potensial meskipun kontribusinya rendah tetapi pertumbuhannya tinggi ada 5 (lima) sektor ekonomi yaitu Pertambangan Dan Penggalian; Industri Pengolahan; Bangunan; Perdagangan dan Pengangkutan dan Komunikasi, 2) Sektor yang memiliki pertumbuhan yang kecil tetapi kontribusinya besar ada 4 (empat) sektor yaitu Pertanian; Listrik, Gas Dan Air Bersih; Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dan Jasa-jasa.
Kata Kunci:
Identifikasi, sektor unggulan, prioritas pembangunan, Shift Share Clasic, Location
(17)
commit to user
SUNARDI
NIM S4209039
LEADING SECTORS AND IDENTIFICATION ECONOMIC
DEVELOPMENT PRIORITIES IN THE DISTRICT SRAGEN
2004-2008 YEAR
The aim of this research are: 1) to identify and determine the role of each - each economic sector to the GDP in Sragen Regency, 2) to identify the economic sectors that have the greatest contribution to the GDP in Sragen regency and 3) to determine the economic sector that can be prioritized in economic development in Sragen. Used prosesing in this study are GDP data at current prices from 2004 until the year 2008 (latest data) Central Java Province and Sragen. To determine the dominant sector in accordance with the purpose of this study used a variety of analysis tools used, among
others, Shift Share Classical, Location Quotient (LQ), Model Growth Ratio (MRP) and
Overlay. The result of Shift-Share analysis using classical methode showed Sragen Regency’s economical sector development in 2004 until 2008 are manufacturing industries, services, trade, electricity, oil and clean water sector. LQ analysis results show Sragen Regency has 4 (four) basic sector, namely agriculture sector with LQ average of 1776, the sector of Electricity, Gas And Water Supply by LQ on average by 1613, Financial sector, Ownership, And Corporate Services LQ index by an average of 1134 and the Services sector with an average LQ of 1321. Analytical results indicate MRP 1) Sector (activities) in Central Java Province level and at the level of Sragen regency has an outstanding growth (first category), there are four sectors: Mining and Quarrying; Manufacturing; Construction and Transportation and Communication, 2) sectors (activities) at the level of Central Java Province have outstanding growth, but at levels less prominent Sragen (second category) there are 2 (two) sectors: Electricity, Gas And Water Supply and Services, and 3) Economic sector (activities) at the level of Central Java Province, has a growth that is less prominent, but at the level of Sragen Regency prominent (third category), there is one that is hany trade sector. Overlay analysis results showed: 1) sector is a potential, although its contribution is low but high growth is 5 (five) sectors are Mining and Quarrying; Manufacturing; Construction; Trade and Transport and Communication, 2) sector which has a small growth but there is a large contribution 4 (four) sectors, namely Agriculture; Electricity, Gas And Water Supply; Finance, Rental, And Service Companies and Services.
Keywords:
Identification, leading sector, development priority, Share Shift Classic, Location Quotient (LQ), Ratio of Growth Model and Overlay.
(18)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan pembangunan yang tidak bisa terpisah dari pembangunan nasional. Oleh karena itu
keberhasilan pembangunan daerah merupakan perwujudan dari
pembangunan nasional, yang mana pemerataan pembangunan antar daerah sangat diperlukan sehingga hasil pembangunan dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia sebagaimana dikemukakan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (2004 – 2009).
Diberlakukannya Undang–undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah daerah dan Undang–undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hal tersebut merupakan perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah. Keempat undang-undang tersebut memiliki makna yang penting karena daerah diberikan kewenangan dan pembiayaan.
(19)
commit to user
Kewenangan tersebut mencakup bidang pemerintahaan kecuali kewenangan dalam bidang luar negeri, agama, peradilan, pertahanan serta moneter dan fiskal. Begitu pula kewenangan pembiayaan di mana daerah dapat menggali sekaligus memanfaatkan sumber potensi ekonomi serta potensi sumber daya alam tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat. Hal tersebut akan berdampak terhadap kemajuan daerah yang pada akhirnya terciptanya peningkatan pembangunan di daerah, pemerintah daerah mempunyai fungsi antara lain mengalokasikan sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah. Begitu pula dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam harus dikelola dengan bijaksana.
Menurut Arsyad (1999:108), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyakat di daerah.
Dikemukakan oleh Todaro (2000:137), ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa.
(20)
commit to user
Ketiganya adalah akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan tehnologi. Akumulasi modal meliputi semua jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi jika sebagian pendapatan ditabung dan
diinvestasi kembali dengan tujuan untuk memperbesar output dan
pendapatan dikemudian hari. Pertumbuhan penduduk secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang menambah produktivitas. Kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan dengan pengertian sederhana bahwa kemajuan teknologi terjadi karena ditemukan cara baru atau perbaikan cara lama yang menangani pekerjaan tradisional.
Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan peningkatan produksi barang dan jasa yang sering disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar
sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah
karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono, 1999:1). Selanjutnya menurut Sjahrial (2008:212), Strategi pembangunan yang berlandasan pertumbuhan ekonomi antar sektor dan lintas sektor serta antar wilayah dan lintas wilayah dapat mewujudkan keseimbangan dan keberlanjutan pembangunan sehingga stabilitas dan pemerataan dapat dicapai.
(21)
commit to user
Munir (2002:65), masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap kebijaksanaan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan karakteristik daerah atau kearifan lokal yang
bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal. Orientasi ini mengarahkan pada tumbuhnya inisiatif, inofatif dan kreatifitas dari daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan produktif.
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat bagi daerah yang lain. Jika akan membangun suatu daerah, kebijaksanaan yang diambil harus sesuai dengan kondisi daerah, meliputi: masalah, kebutuhan dan potensi daerah bersangkutan. Oleh karena itu penelitian yang mendalam tentang kondisi setiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat ditingkatkan dengan kebijakan utama yang dilaksanakan dan diusahakan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, mengingat potensi masing-masing daerah harus menentukan kegiatan sektor dominan atau unggulan, Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten dari 15 (lima belas)
(22)
commit to user
kabupaten/kota di Provinsi Sragen, yang melaksanakan otonomi daerah, di mana memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Begitu pula memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dinikmati oleh masyarakat di daerah Sragen.
Pemerintah Kabupaten Sragen, dengan luas wilayah 941,55 km2
persegi atau 28,97 persen dari Provinsi Jateng, terletak di antara 110º 45’ -
141º 10’ bujur timur dan 7º15’-7º30’ lintang selatan. Kabupaten Sragen
sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan, sebelah barat dengan Boyolali, sebelah selatan berbatasan dengan Karanganyar dan sebelah timur berbatasan dengan Ngawi (Jawa Timur). Jumlah penduduk Kabupaten Sragen pada tahun 2008 berjumlah 869.650 Jiwa, terdiri dari laki-laki 431.191, perempuan 440.760 jiwa dengan sex ratio 978 dan kepadatan penduduk mencapai 926 jiw/km2. Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,34% dengan jumlah kecamatan sebanyak 20 kecamatan, dengan196 Desa dan 12 Kalurahan. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sragen atas dasar harga konstan pada tahun 2008 sebesar 2.729.450,33 Juta rupiah dan atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 5.170.914,12 Juta rupiah, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,69 persen. Sedangkan pendapatan perkapita pada tahun 2008 atas dasar
(23)
commit to user
harga beerlaku Rp. 5.945.205,84,- dan atas dasar hatga kontas sebesar Rp. 3.138.157,71,- (BPS Kabupaten Sragen, 2009).
Adapun untuk mengetahui kondisi Kabupaten Sragen dapat dilihat pada peta Gambar 1.1. berikut ini.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Sragen. Hal ini untuk menetapkan perencanaan pembangunan sekaligus dapat memprioritaskan program pembangunan yang akan dilaksanakan, sehingga tujuan yang direncanakan tepat pada sasaran. Begitu pula dapat membantu pemerintah daerah untuk menentukan dan menetapkan arah kebijakan yang lebih tepat dan akurat.
Berdasarkan uraian di atas dikaitkan dengan keterbatasan sumber daya pembangunan dan penyelenggaraan otonomi daerah maka diperlukan
(24)
commit to user
perencanaan pembangunan daerah dengan menentukan skala prioritas yang berkepentingan terhadap masyarakat, maka sektor unggulan mempunyai kedudukan yang penting dalam kaitannya pembangunan ekonomi daerah. Selain sebagai penyumbang utama dalam PDRB, sektor unggulan diyakini akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara luas. Untuk itu dirasa perlu mengidentifikasi sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Sragen, sehingga dapat teridentifikasi potensinya untuk dikembangkan sebagai upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan prioritas pembangunan di Kabupaten Sragen. Dengan demikian dapat ditentukan kebijakan yang tepat dan akurat serta dapat merumuskan permasalahannya.
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa peranan sektor di Kabupaten Sragen belum teridentifikasi, sehingga konsekwensinya bahwa kebijakan dan pelaksananaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah belum sepenuhnya mengacu pada sektor unggulan, sehingga topik dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi sektor dan prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, sangat diperlukan bagaimana keberadaan dan peran dari sektor - sektor ekonomi di Kabupaten Sragen untuk menentukan arah kebijakan dan pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen, adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(25)
commit to user
1. Bagaimana peranan masing - masing sektor ekonomi terhadap PDRB di
Kabupaten Sragen ?
2. Sektor ekonomi manakah yang paling besar kontribusinya terhadap
PDRB di Kabupaten Sragen ?
3. Sektor ekonomi manakah yang harus mendapatkan prioritas dalam
pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini antara lain :
1. Mengidentifikasi dan menentukan peranan masing - masing sektor
ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Sragen.
2. Mengidentifikasi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi paling besar
terhadap PDRB di Kabupaten Sragen
3. Mengetahui sektor ekonomi yang dapat diprioritas dalam pembangunan
ekonomi di Kabupaten Sragen
D. Manfaat
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1) Sebagai bahan masukan, informasi atau pedoman bagi para pejabat atau
Stakeholder di Kabupaten Sragen dalam pengambilan kebijakan atau keputusan terutama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
(26)
commit to user
SKPD, dalam menentukan arah kebijakan di bidang pembangunan ekonomi;
2) Memberikan gambaran tentang peluang pembangunan ekonomi yang
sesuai dengan sektor unggulan.
(27)
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi mempunyai pengertian :
a. Suatu proses perubahan yang terjadi secara terus menerus, (2) Usaha
untuk menaikkan pendapatan perkapita, (3) Kenaikan pendapatan perkapita berlangsung dalam jangka panjang (4) Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari aspek yaitu: aspek perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik formal maupun informal). (Lincolyn, 1999).
b. Pembangunan sebagai pergerakan keatas dari seluruh sistem sosial yang
menekankan pada pentingnya pertumbuhan dengan perubahan khususnya perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. (Kuncoro, 2004). Tiga nilai pokok dalam keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu :
(28)
commit to user
1) Ketahanan (Sustenance) merupakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok seperti pangan, papan, kesehatan, proteksi untuk mempertahankan hidup.
2) Harga diri (Self Esteam) merupakan pembangunan yang seharusnya
memanusiakan orang. Pengertian dalam arti luas pembangunan suatu daerah seharusnya meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah atau wilayah tersebut.
3) Freedomfrom servitude merupakan kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
B. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya, sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah atau daerah (Arsyad, 1999: 298). Selanjutnya dikatakan pula, bahwa tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan dan memperbesar peluang kerja bagi masyarakat yang ada di daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus bersama-sama mengambil inisiatif memanfaat seluruh potensi yang ada secara optimal untuk membangun daerah demi menciptakan kesejahteraan mayarakat.
(29)
commit to user
Menurut Blakely (1994:50) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu yang berorientasi pada proses tersebut meliputi pembangunan institusi baru, pembangunan industri alternatif, pengembangan kapasitas tenaga kerja yang tersedia untuk menghasilkan produk yang lebih bagus, identifikasi pasar, alih tehnologi dan mendirikan perusahaan maupun kooperat lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa karakteristik utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah penekanan pada pembangunan endogen yang menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam, daerah untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1992:511), proses pembangunan ekonomi ada empat (4) faktor yang menjadi modal pembangunan ;
1) sumber daya manusia (ketersediaan tenaga kerja, pendidikan dan
motivasi);
2) sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar dan iklim);
3) pembentukkan modal (mesin-mesin dan jalan raya);
4) tingkat tehnologi (pengetahuan, rekayasa, manajemen dan
kewiraswastaan).s
Dari keempat hal tersebut masing-masing mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan arah terhadap daerah tentang kebijaksanaan yang mengarah pada pertumbuhan daerah yang diinginkan.
(30)
commit to user
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian suatu negara dianggap berhasil atau tidak dalam program pembangunan dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan suatu negara atau daerah. Pengejaran pertumbuhan merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini (Todaro, 2000:136).
Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara umumnya
perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah
pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti bahwa penghalang utama
dalam pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal. Kalau masalah kekurangan modal ini teratasi, maka proses pembangunan di negara-negara berkembang akan lebih cepat mencapai sasaran (Widodo, 1990:35). Selanjutnya dikatakan bahwa laju
“pertumbuhan ekonomi” adalah proses kenaikkan output per kapita dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pemakaian indikator pertumbuhan ekonomi biasanya dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya selama Pelita atau periode tertentu (dekade), tetapi dapat pula secara tahunan.
Menurut Djojohadikusomo (1994:1), pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
(31)
commit to user
menyangkut dengan perkembangan dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan.
Menurut Perroux (1970), teori pusat pertumbuhan merupakan teori yang menjadi dasar dan strategi kebijaksanaan daerah yang banyak diterapkan di berbagai negara dewasa ini (lihat Arsyad 1999 : 147-148). Selanjutnya dikemukakan bahwa pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama tetapi terjadi pada pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti dari teori pertumbuhan sebagai berikut:
1) Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan
(L´ Industrie Matrice) yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan antarindustri sangat erat maka perkembangan industri unggulan akan pengaruhi perkembangan industri yang lain yang berhubungan dengan erat industri unggulan tersebut.
2) Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antardaerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah lainnya.
3) Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif
aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang pasif yakni industri yang hanya tergantung dari industri unggulan atau pusat
(32)
commit to user
pertumbuhan pada daerah yang relatif maju akan mempengaruhi daerah yang kurang maju atau daerah yang relatif pasif.
Todaro (2000:14) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah kenaikkan kapasitas jangka panjang dari negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikkan kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Selanjutnya dikemukakan oleh Todaro (2000:94-96), teori pertumbuhan bertahap linier mengangkat beberapa teori pertumbuhan bertahap yang dianggap berjalan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Sebenarnya teori pertumbuhan sudah lama sekali yang dikemukakan oleh Adam Smith melalui tahapan perburuan, peternakan, pertanian, komersial dan industrialisasi. Colin Clark mengemukakan tahap-tahap produksi primer, sekunder dan tersier. Karl Marx mengajukan tahap-tahap tradisonal, feodalisme, kapitalisme dan sosialisme. Seperti diketahui pentahapan Marx tersebut merupakan pendorong bangkitnya faham politik sosialisme yang kuat.
Namun pada era berkembangnya ekonomika pembangunan, pada tahun 1959, Walt Whitman Rostow mengemukakan teori tahap-tahap pertumbuhannya yang sangat terkenal. Menurut Rostow (1959), pertumbuhan berjalan melalui tahap-tahap : 1). masyarakat tradisional, 2). prakondisi untuk lepas landas, 3) lepas landas, 4). pendewasaan dan 5). Era dominasi konsumsi tingkat tinggi. Rostow menganggap bahwa
(33)
commit to user
pengamatan sejarah ekonomi yang di lakukan untuk negara-negara industri maju khususnya Inggris, merupakan teori tentang sejarah ekonomi yang berlaku umum (lihat Kuncoro, 1997 : 45).
Pandangan ahli ekonomi klasik seperti Adam Smith, David Ricardo, Thomas Roberth Malthus dan John Stuarr Mill, ada empat (4) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni : a). jumlah penduduk, b). jumlah stock barang-barang modal, c) luas tanah dan kekayaan alam serta d). tingkat tehnologi yang digunakan (lihat Sukirno, 1985 : 275).
2. Teori Basis Ekonomi
Menurut Arsyad (1999 : 116), mengemukakan bahwa teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya
lokal termasuk tenaga kerja (job creation) dan bahan baku untuk diekspor
akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja dalam jangka panjang.
Selanjutnya dikemukakan oleh Bendavid–Val (1991:77), bahwa
teori basis ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi regional (daerah) yang sangat tergantung dari permintaan luar daerah akan produk-produk daerah tersebut. Lebih jelas dikatakan bahwa pertumbuhan atau penurunan perekonomian suatu daerah ditentukan oleh kemampuannya dalam
(34)
commit to user
mengekpor keluar daerah tersebut. Ekspor tersebut baik dalam bentuk barang maupun jasa termasuk tenaga kerja. Industri yang melakukan
kegiatan ekspor disebut sektor basis. Apabila permintaan akan barang
dan jasa meningkat (ekspor), dari daerah maka sektor basis akan berkembang dan pada gilirannya nanti perkembangan ini akan mendorong tumbuhnya sektor-sektor non basis. Dengan demikian akan terjadi peningkatan pendapatan, investasi, konsumsi dan kemampuan kerja di dalam daerah.
3. Teori Perubahan Struktur Ekonomi
Menurut Todaro (2000:84), mengemukakan bahwa teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi
ekonomi domestik dari suatu perekonomian yang tertinggal (under
development economics) yang semula bersifat subsisten menuju ekonomi yang bersifat lebih maju, lebih ke arah kota dan lebih mengarah pada industri manufaktur. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada dasarnya teori tentang perubahan struktur ini menjelaskan fenomena yang terjadi pada negara-negara sedang berkembang yang didominasi oleh kegiatan di pedesaan menuju kepada perekonomian yang berorientasi kota dalam bentuk industri dan jasa.
Kuznes (1955), mengatakan bahwa perubahan struktur ekonomi atau transformasi struktural ditandai dengan adanya perubahan persentase sumbangan berbagai sektor dalam pembangunan ekonomi yang
(35)
commit to user
disebabkan adanya intensitas kegiatan manusia dan perubahan tehnologi (lihat Sukirno 1985:77). Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan struktur ekonomi dapat dipahami dengan terjadinya proses perubahan dengan menggunakan konsep sektor primer, sekunder dan tersier. Begitu pula perubahan struktur ekonomi juga dapat dipahami dari proses perubahan kegiatan ekonomi tradisional ke arah ekonomi modern atau dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar atau modern. Dikemukakan oleh Sumodiningrat (1996:15), menyatakan bahwa hal-hal yang mendasar dalam rangka perubahan struktur ekonomi adalah berawal dari langkah pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan dan pemberdayaan manusia.
4. Teori Lokasi
Teori ini mengatakan bahwa lokasi mempengaruhi pertumbuhan daerah khususnya bila dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Pemilihan lokasi yang tepat seperti memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar lebih dipilih oleh perusahaan karena dapat meminimumkan biaya. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya termurah antara bahan baku dengan pasar. Keterbatasan dari teori lokasi ini adalah teknologi dan komunikasi modern yang telah mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang. Selanjutnya Alfred Weber dalam Adisasmito (2008), mengatakan pentingnya biaya transport
(36)
commit to user
sebagai faktor pertimbangan lokasi. Teori ini menentukan dua kekuatan lokasional primer, yaitu orientasi transpor dan orientasi tenaga kerja. Biaya transpor adalah flat berdasarkan pada berat muatan dan fasilitasi transportasi ke segala jurusan, tetapi kenyataannya pada umumnya biaya transpor untuk hasil akhir seringkali lebih tinggi dari pada untuk bahan baku dan fasilitas transpor terbatas pada sejumlah rute. Terbatasnya pelayanan transpotrasi pada beberapa rute bersama-sama biaya penanganan merupakan faktor penting terhadap pemilihan lokasi industri, yang pada umumnya cenderung menempatkan pada lokasi nodal, yang merupakan jalan sambung transportasi atau titik pindah muat.
C. Pendapatan Nasional
1. Pengertian Pendapatan Nasional
Lipsey dan Steiner (dalam Sunarto dan Bambang, 2007) mendefinisikan Pendapatan Nasional sebagai nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu negara selama satu tahun. Nilai yang dimaksud dalam perhitungan pendapatan nasional adalah nilai jual, dengan sendirinya termasuk pajak-pajak yang timbul atas
transaksi penjualan barang/jasa tersebut.
Pendapatan nasional dapat juga disebut sebagai Produk Nasional. Produk nasional mengindikasikan nilai jual dari seluruh produk yang dihasilkan, sedangkan Pendapatan Nasional mengindikasikan jumlah yang dibayarkan oleh seluruh pelaku ekonomi untuk menghasilkan produk
(37)
commit to user
tersebut (Sunarto dan Bambang, 2007). Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Pendapatan Nasional adalah pendapatan bersih seluruh
warga negara dari suatu negara selama satu tahun.
2. Pendapatan Nasional Dan Kesejahteraan Masyarakat
Karena pendapatan nasional adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu negara, maka besar atau kecilnya pendapatan nasional dapat dilihat sebagai gambaran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat di negara yang bersangkutan. Penghitungan pendapatan nasional dilakukan setiap tahun, untuk mengetahui perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional.
Namun demikian pertumbuhan ekonomi yang hanya diukur dengan pendapatan nasional tidak linier atau tidak berkorelasi positif dengan kesejahteraan masyarakatnya. Pendapatan nasional yang meningkat dari tahun ke tahun belum tentu diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat pada umumnya akan ikut meningkat, jika meningkatnya pendapatan nasional diikuti oleh pemerataan di antara penduduknya. Oleh karena itu, seharusnya sasaran pemerintah tidak hanya pada meningkatnya pendapatan nasional, melainkan harus diikuti dengan upaya pemerataan (Sunarto dan Bambang, 2007).
(38)
commit to user
3. Pendekatan Penghitungan Pendapatan Nasional
Lipsey dan Steiner (dalam Sunarto dan Bambang, 2007) mengemukakan bahwa penghitungan Pendapatan Nasional dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Pendekatan Pengeluaran (pengeluaran uang dari rumah tangga ke perusahaan) dan Pendekatan Produksi (nilai produk seluruh perusahaan yang diserahkan ke rumah tangga). BPS juga menerapkan dua pendekatan tersebut. Tidak ada perbedaan hasil penghitungan dari dua pendekatan ini karena kedua pendekatan tersebut sebenarnya menghitung besarnya aliran pendapatan yang sama. Perbedaannya hanya karena titik aliran tempat melakukan penghitungan.
4. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional Di Indonesia
BPS menghitung pendapatan nasional melalui dua pendekatan, yaitu Pendekatan Produksi dan Pendekatan Pengeluaran, yang keduanya menghasilkan jumlah yang sama. Dengan Pendekatan Produksi, dijumlahkan seluruh nilai produksi yang dikelompokkan ke dalam sembilan lapangan usaha yang meliputi (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas, dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, dan (9) Jasa-jasa. Sedangkan
(39)
commit to user
dengan Pendekatan Pengeluaran dihitung pengeluaran menurut jenis pengeluaran sebagaimana yang lazim dirumuskan dalam bentuk:
Y = C + I + G + (X – M),
di mana:
Y = PDB G = Belanja pemerintah C = Belanja konsumsi
I = Belanja investasi X = Ekspor
M = Impor
Untuk ini BPS mengelompokkan pengeluaran (belanja) ke dalam enam jenis pengeluaran karena I (investasi) dipisah ke dalam dua kelompok, yakni Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan Perubahan Stok (persediaan barang). Dengan demikian pengelompokan jenis pengeluaran menurut BPS meliputi: (1) Konsumsi Rumah Tangga, (2) Konsumsi Pemerintah, (3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, (4) Perubahan Stok, (5) Ekspor Barang/Jasa, dan (6) Impor Barang/Jasa.
Dalam menghitung PDB pendekatan produksi, yang dihitung adalah nilai tambah bruto yang diberikan oleh perusahaan dalam proses produksinya. Nilai tambah tersebut diperoleh dari perkalian jumlah produksi dengan harga barang yang bersangkutan, selanjutnya dikurangi dengan biayaantara, yakni nilai bahan yang dipergunakan dalam proses produksi. PDB adalah jumlah dari nilai tambahan bruto (belum dikurangi penyusutan alat produksi) dari seluruh pelaku ekonomi di dalam negeri selama satu tahun. Karena PDB hanya menghitung nilai produk di dalam negeri, maka di dalam PDB termasuk pendapatan warga negara asing di
(40)
commit to user
dalam negeri, tetapi belum termasuk pendapatan warga negara sendiri di luar negeri (perhatikan hierarki perhitungan di atas). Data tersebut dikumpulkan oleh kantor-kantor statistik di kabupaten/kota yang selanjutnya dikompilasi oleh BPS pusat (Sunarto dan Bambang, 2007).
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, diperlukan penjelasan singkat mengenai istilah yang dipergunakan dalam Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dilihat dari segi pengertian sebagai
berikut.
a) (1) Dari segi produksi adalah jumlah nilai netto dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi di dalam suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
(2) Dari segi pendapatan adalah jumlah barang dan jasa (pendapatan) yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah (wilayah) dalam waktu tertentu (satu tahun).
(3) Dari segi pengeluaran adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan lembaga swasta yang tidak mencari untung serta pengeluaran untuk investasi dan ekspor suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
Berdasarkan pengertian tersebut, produk domestik regional bruto
adalah seluruh produk atau nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
(41)
commit to user
b) Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku adalah jumlah seluruh agregat ekonomi yang dinilai atas dasar harga yang terjadi pada waktu itu.
c) Sektor ekonomi adalah sektor menurut lapangan usaha yang terdapat dalam produk domestik regional bruto yang mencakup 9 (sembilan) sektor antara lain: a) Pertanian, b) Pertambangan dan Penggalian, c) Industri Pengolahan, d) Listrik dan Air Bersih (Minum), e) Bangunan, f) Perdagangan, Hotel dan Restauran, g) Pengangkutan dan Komunikasi, h) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan i) Jasa-Jasa.
d) Sektor unggulan atau sektor ekonomi potensial adalah sektor atau
kegiatan perekonomian yang mampu melayani baik pasar domestik
maupun pasar luar daerah.
e) Sektor non unggulan adalah sektor atau kegiatan perekonomian yang hanya mampu melayani pasar di daerah sendiri.
D. Studi Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan identifikasi sektor unggulan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu baik dalam negeri maupun luar negeri dengan daerah penelitian yang berbeda dan periode waktu penelitian yang berbeda pula. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Rex (1977), di
Arizona dengan menggunakan analisis Location Quotient. penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan basik ekonomi selama periode
(42)
commit to user
Arizona selama periode penelitian yaitu kegiatan pertambangan, pertanian dan konstruksi.
Beberapa peneliti mengidentifikasi sektor unggulan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
1. Herliawan (1996), di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau bertujuan untuk
mengidentifikasi sektor unggulan dan menggambarkan pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan selama periode
tahun 1983-1992. Alat analisis yang digunakan adalah Location
Quotient dan Shift Share.
2. Yuwono (1999), tentang penentuan sektor unggulan dalam menghadapi
implementasi Undang-undang nomor 9/1999 dan Undang-undang nomor 25/1999. Penelitin ini berupaya untuk mengembangkan gagasan tentang kriteria dan indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor
unggulan suatu daerah. Alat analisis yang digunakan adalah Location
Quotient (LQ).
3. Lichty dan Knudsen (1999), telah melakukan penelitian untuk
mengukur basis ekonomi (Regional Economic Base) di Minnisota
Timur Laut. Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient,
Shift Share Klasik. Hasilnya menunjukkan bahwa analisis basis ekonomi mempunyai peran yang cukup penting dalam rangka mendeterminasikan pengembangan usaha yang paling baik
4. Yusuf (1999), tentang kegiatan ekonomi potensial di Wilayah Bangka
Belitung. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio
(43)
commit to user
menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Bangka Belitung memiliki kegiatan dominan industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, sedangkan kegiatan ekonomi potensial yang dapat dikembangkan adalah pertanian, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
5. Rato (2000), dilakukan di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan
dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sikka selama periode 1993–1997.
Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Dynamic
Location Quotient (DLQ), Shift Share Klasik, Shift Share Esteban– Marquillas dan Connectivity Quotient.
6. Hanham dan Shawn (2000), melakukan penelitian di Jepang menggunakan
alat analisis Shift Share yang memfokuskan pada perubahan kesempatan
kerja manufaktur untuk melihat peran struktur kesempatan kerja. Hasil
penelitian menunjukan bahwa selama periode 1981-1995, kesemptan kerja
pada daerah inti (Core Region) mengalami penurunan sebesar 3%,
sedangkan daerah sekitarnya (Peripheral Region) mengalami
peningkatan sebesar 5%.
7. Mou (2001), telah melakukan penelitian di Provinsi Kalimantan Timur.
Tujuannya adalah melakukan identifikasi sektor unggulan yang banyak menyerap tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan
selama periode tahun 1993–1999. Adapun alat analisis yang digunakan
adalah Shift Share Klasik, Location Quotient (LQ), Model Rasio
(44)
commit to user
8. Wiryadi (2001), di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Tujuannya
adalah identifikasi sektor unggulan untuk menentukan prioritas pembangunan Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian tersebut dilakukan
selama periode tahun 1993–1999. Alat analisis yang digunakan Location
Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan dan Analisis Overlay.
9. Handoyo (2002), di Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Tujuannya adalah
identifikasi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi Kabupaten Pekalongan selama periode tahun 1990-1999. Alat analisis yang digunakan
adalah Location Quotient, Dynamic Locaton Quotient (DLQ), Shift Share
Klasik (S-S-K), Shift Share Esteban–Marquillas dan Shift Share Arcellus.
Walaupun penelitian mengenai sektor unggulan telah banyak dilakukan,. tetapi penelitian ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Sragen. Penelitian ini dapat dikatakan punya perbedaan dengan penelitian terdahulu antara lain obyek penelitian, periode waktu, jenis data dan alat analisis yang
akan digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Share Klasik (S-S-K),
Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Overlay.
E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor unggulan dan prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Sragen. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan PDRB yang dihitung menggunakan pendekatan produksi dengan menjumlahkan seluruh nilai produksi yang dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) lapangan usaha
(45)
commit to user
atau sektor ekonomi, sehingga dapat diidentifikasi kontribusi masing –
masing sektor terhadap PDRB, seperti yang diuraikan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sektor Ekonomi
1) Pertanian
2) Pertambangan Dan Penggalian
3) Industri Pengolahan
4) Listrik, Gas Dan Air Bersih
5) Bangunan
6) Perdagangan
7) Pengangkutan Dan Komunikasi
8) Keuangan, Persewaan, Dan Jasa
Perusahaan
9) Jasa-Jasa
Kebijakan Pembangunan Kab. Sragen
Tujuan Pembanguan Ekonomi di Kab. Sragen
Sektor Ekonomi Jawa tengah Sektor Ekonomi
Kabupaten Sragen
1) Kontribusi Sektor
2) Sektor Unggulan
(46)
commit to user
Beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk mendukung penelitian adalah :
1. Pertumbuhan Ekonomi
Produk domestik regional bruto merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah di mana pemanfaatan dan mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, besarnya produk domestik regional bruto yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor produksi yang dimiliki. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang baik dan bijaksana akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah di mana hasil produk barang dan jasa mempunyai hubungan langsung dengan permintaan pasar dari luar daerah, dengan menggunakan sumber daya lokal yang ada. Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk melaksanakan strategis pembangunan dengan memberikan penekanan terhadap bantuan pada dunia usaha yang mempunyai pasar baik lokal maupun nasional dan internasional.
Telah dikemukakan bahwa teori basis ekonomi dapat digunakan untuk meneliti sektor ekonomi dan dapat dijadikan landasan dan memberikan arah untuk menetapkan kebijakan dalam perencanaan pembangunan daerah. Selanjutnya dengan teridentifikasi sektor ekonomi diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat maupun pemerintah daerah. Dengan demikian dapat pula mempercepat pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang.
(47)
commit to user
2. Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan struktur ekonomi suatu daerah dapat digunakan untuk menilai tingkat kemajuan daerah tersebut. Hal ini telah dikatakan dalam teori perubahan struktur ekonomi bahwa apabila terjadi pergeseran struktur ekonomi, ini berarti ada kemajuan atau terjadi pertumbuhan ekonomi. Begitu pula untuk melihat terjadi perubahan ekonomi dapat digunakan teori laju pertumbuhan dan teori model rasio pertumbuhan. Apabila terjadinya pergesaran yang berawal dari perubahan sektor primer (pertanian) menuju sektor sekunder (industri/manufaktur) bahkan kearah sektor tersier (jasa).
Untuk mengetahui terjadinya perubahan perekonomian di daerah dapat dilihat pada masing-masing sektor maupun subsektor dari waktu ke waktu dalam produk domestik regional bruto. Dengan demikian apabila telah dianalisis dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk dijadikan pengambilan kebijakan pada pembangunan daerah
Adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama di negara berkembang. Namun tentunya bukan sebuah alasan yang tepat untuk kemudian membiarkan situasi tersebut terus berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan tersebut dipengaruhi oleh banyak hal seperti ketersediaan sumber daya alam, tenaga kerja, luas daerah, pasar ekspor, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor lainya.
Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju pertumbuhan pendapatan daerah yang bersangkutan sehingga upaya peningkatan laju
(48)
commit to user
pertumbuhan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya.
Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan basis dan non basis. Sektor basis merupakan sektor pasar dari dalam maupun dari luar sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya melayani pasar di daerah itu sendiri.
Potensi suatu daerah dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan ekonomi daerah. Sehingga dapat memudahkan pemerintah daerah untuk
merumuskan strategi kebijakan agar mampu melaksanakan
pembangunan guna mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi daerah.
3. Kontribusi sektor
Adalah besar kecilnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor dalam hal ini adalah sektor ekonomi yang dapat memberikan sumbangan atau kontribusi terhadap besar-kecilnya nilai agragat PDRB. Kontribusi sektor ekonomi dapat diketahui dari perkembangan PDRB tiap tahun, sehingga dari sinilah kemajuan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat diketahui, kemakmuran atau kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui pendapatan perkapita dan daya beli masyarakatnya.
(49)
commit to user
4. Sektor Unggulan
Pengertian sektor unggulan (basis) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu berskala lokal, regional, nasional bahkan internasional. Suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Apabila sektor tersebut menjadi sektor unggulan / basis sektor tersebut harus mmpu mengekspor produknya ke daerah lainnya, sebaliknya apabila sektor tersebut menjadi sektor bukan unggulan (non basis) sektor tersebut harus mengimpor produk tersebut dengan daerah lain.
5. Kebijakan ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah tindakan sebuah kebijakan pemerintah dalam mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi. Kebijakan ini dapat pula mencakup didalamnya sistem untuk menetapkan sistem perpajakan, suku bunga, dan anggran pemerintah serta pasar tenaga kerja, kepemilikan nasional, dan otonomi daerah dari intervensi pemerintah ke dalam perekonomian. Adapun tujuan pembangunan adalah untuk kesejahteraan masyarakatnya, sehingga kebijakan ekonomi daerah harus mampu mengakomodir kepentingan masyarakat luas atau berpihak kepada masyarakat. Kebijakan Pembangunan ekonomi tidak boleh terlepas dari keberadaan sektor
(50)
commit to user
unggulan daerah, karena sektor-sektor tersebut adalah penggerak perekonomian daerah dan dapat dijadikan tolok ukur kesejahteraan masyaraka pada suatiu dearah.
6. Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan adalah arah kebijakan yang dituangkan dalam rencana pembangunan baik yang bersifat tahunan atau jangka pendek, lima tahunan atau jangka menengah ( RPJM) dan jangka panjang (RPJP). Sesuai dengan tujuan pembangunan maka disusunlah
prioritas-prioritas pembangunan sesuai beserta sasaran-sasaran
pokoknya, maka disusunlah grand strategy (goals/tujuan) dari
pembangunan daerah yang mengacu pada misi dan Visi.
Sektor unggulan dapat dikembangkan dalam suatu wilayah atau daerah dan diperlukan suatu kebijakan pemerintah daerah untuk terus mempertahankan dan mengembangkannya, sehingga dapat diperoleh tujuan/arah kebijakan pembangunan daerah sesuai dengan prioritas-prioritas yang berpijak dengan Visi dan Misi daerah, khususnya untuk Kabupaten Sragen.
(51)
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sragen, tentang Identifikasi Sektor Unggulan dan Prioritas Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Sragen. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah perlunya mengetahui keberadaan dan perkembangan dari sektor- sektor ekonomi dalam meningkatkan pembangunan perekonomian daerah, sehingga dengan berpedoman dari hasil penelitian tersebut dapat dijadikan pedoman, acuan ataupun arah kebijakan dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan data-data sektor ekonomi yang bersumber pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sragen dari tahun 2004-2008.
Penelitian ini dilakukan karena beberapa pertimbangan yaitu seiring bergulirnya otonomi daerah, diharapkan semua Kabupaten/kota harus bisa melakukan pembangunan di segala bidang atau sektor untuk kemakmuran masyarakatnya.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), baik BPS Provinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Sragen,
(52)
commit to user
Dinas-dinas atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait Kabupaten Sragen dan buku-buku atau jurnal statistik yang berkaitan PDRB atau dokumen-dokumen lain yang terkait dan diperlukan.
C. Definisi Operasional
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
2. Sektor Ekonomi
Sektor ekonomi adalah lapangan usaha atau sektor ekonomi yang digunakan dalam perhitungan PDRB yang berdasarkan teori produksi yaitu : 1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas, dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, dan (9) Jasa-jasa.
D. Metode Analisis
Untuk menentukan sektor unggulan pada penelitian ini sesuai dengan
tujuan digunakan berbagai alat analisis yang digunakan antara lain, Shift
(53)
commit to user
Overlay. Dengan menggunakan alat analisis tersebut, akan diketahui gambaran lengkap baik sektor maupun subsektor yang mengalami pertumbuhan dan kontribusi.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Adapun cara menghitung laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan metoda yang dikemukakan oleh Widodo (1990 : 36) :
PDRBx - PDRBx - 1
PDRBx = --- X 100 %. ……… (1.1) PDRB x - 1
Di mana :
PDRB x = Laju pertumbuhan ekonomi (rate of growth).
x = Tahun tertentu.
x – 1 = Tahun sebelumnya
PDRB = Produk domestik regional bruto.
2. Analisis Shift Share Klasik (S-S-K)
Untuk menentukan sektor-sektor yang berkembang di suatu daerah
dengan perkembangan di suatu daerah dibandingkan dengan
perkembangan ekonomi daerah lainnya digunakan Shift Share. Teknik ini
menggunakan Performance (kinerja) sektor-sektor suatu wilayah
dibandingkan dengan wilayah lain. Dengan demikian dapat ditunjukkan
adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan ekonomi daerah akan
memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukkannya dalam ekonomi nasional (Soepono, 1993:43-45).
(54)
commit to user
Menurut Creamer (1943), teknik analisis Shift Share ini membagi
pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah seperti,
pendapatan atau output selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh
pertumbuhan Provinsi (N), Industri Mix (Bauran industri) (M), dan Keunggulan kompetitif (C), (Lihat Soepono,1993:44).
Selanjutnya dikatakan oleh Soepono bahwa pengaruh
pertumbuhan provinsi disebut pengaruh pangsa (Share), pengaruh bauran
industri disebut proposional shift atau bauran komposisi dan akhirnya
pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan pula diferential shift atau
regional shift. Itulah sebabnya disebut teknik shift share. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Dij = Nij + Mij + Cij ………... (1.2)
Keterangan :
Dij = Perubahan variabel PDRB sektor i di wilayah j
Nij = Eij ( rn ) (pertumbuhan provinsi sektor i di wilayah j) ..(1.3)
Mij = Eij (rin– rn) (bauran industri sektor i di wilayah j) ……...(1.4)
Cij = Eij (rij - rin) (keunggulan kompetitif sektor i di wilayahj) ...(1.5)
Di mana : rij, mewakili laju pertumbuhan pada sektor i wilayah j, rin,
mewakili laju pertumbuhan pada sektor i di provinsi, rn adalah
pertumbuhan ekonomi provinsi, yang kemudian dapat dijabarkan sebagai berikut :
(55)
commit to user
rij = (E*ij– Eij) /Eij ..……….…... (1.6)
rin = (E*in– Ein) / Ein …..………... (1.7)
rn = (E*n– En) / En …….………... (1.8)
Sedangkan Eij adalah PDRB di sektor i Kabupaten j, Ein adalah
PDRB di sektor i di tingkat provinsi. En adalah pertumbuhan ekonomi provinsi. Semuanya diukur pada satu tahun dasar tertentu. Superscript (*)
menunjukkan output pada tahun akhir analisis.
Dengan demikian persamaan shift-share untuk sektor tertentu
(sektor i) di wilayah tertentu (wilayah j) dapat dirumuskan :
Dij = Eij (rn) + Eij (rin –rn) + Eij (rij – rin) .………. (1.9)
Penentuan suatu sektor dikatakan unggul berdasarkan analisis S –
S – K, ini dapat dilihat nilai Cij. Apabila Cij > 0 berarti sektor tersebut
mempunyai keunggulan kompetitif, Sebaliknya apabila Cij < 0 berati
sektor tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif.
3. Analisis Location Quotient (LQ)
Perhitungan LQ bertujuan untuk menggambarkan keunggulan komperatif suatu daerah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Dengan metoda ini dapat dianalisis sektor-sektor mana yang memiliki keunggulan komperatif. Perhitungan LQ digunakan untuk menentukkan sektor basis/sektor unggulan, rumusnya :
(56)
commit to user X in / X i
LQ = --- ……….... (2.1)
Y in / Y i
Di mana :
LQ = Location Quotient sektor i Kabupaten
X in = Nilai tambah bruto (PDRB) sektor i Provinsi
X i = Nilai tambah bruto (PDRB) sektor i Kabupaten.
Y in = Total Nilai tambah (PDRB) provinsi
Y i = Total Nilai tambah (PDRB) Kabupaten.
Selanjutnya Bendavid–Val (1991:74) memberikan pengukuran
terhadap derajat spesialisasi dengan kriteria berikut.
1) LQ > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat kabupaten lebih besar dari sektor yang sama pada tingkat provinsi. 2) LQ = 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat
kabupaten sama dengan (egual) sektor yang sama di provinsi.
3) LQ < 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat kabupaten lebih kecil dari sektor yang sama di provinsi
4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan
Adapun cara menganalisis Model rasio Pertumbuhan rumusnya berikut.
1) Rasio pertumbuhan wilayah provinsi adalah perbandingan antara laju
(57)
commit to user
Gregor (1993) lihat Yusuf 1999:224). Adapun rumus rasio pertumbuhan sebagai berikut :
Yin /Yin(t)
RPr = …..……….. (3.1)
Yn / Yn(t)
Di mana :
RPr = Rasio pertumbuhan daerah Provinsi ;
Yin = Perubahan PDRB daerah Provinsi di sektor i pada tahun
analisis;
Yin(t) = PDRB daerah Provinsi di sektor i pada tahun awal periode
penelitian;
Yn = Perubahan PDRB daerah Provinsi pada tahun analisis ;
Yn (t) = PDRB daerah Provinsi pada tahun awal periode penelitian.
2) Ratio pertumbuhan wilayah kabupaten adalah perbandingan antara
laju pertumbuhan sektor i di wilayah kabupaten. Adapun rumus rasio pertumbuhan sebagai berikut:
Yij /Yij(t)
RPs = --- ……….. (3.2)
Yin / Yin (t)
Di mana :
RPs = Rasio pertumbuhan daerah Kabupaten.
Yij = Perubahan PDRB daerah Kabupaten di sektor i pada tahun
(58)
commit to user
Yij(t) = PDRB daerah Kabupaten di sektor i pada tahun awal periode
penelitian.
Yin = Perubahan PDRB daerah Kabupaten di sektor i pada tahun
analisis.
Yin(t) = PDRB daerah Kabupaten di sektor i pada tahun awal periode
penelitian.
5. Analisis Overlay
Analisis Overlay dimaksudkan untuk melihat deskripsi kegiatan
ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan (MRP) dan
kriteria kontribusi (LQ), Rondinelli (1985) lihat Yusuf (1990:229).
Terdapat empat kemungkinan dalam analisis ini, yaitu:
1) pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), menunjukkan kegiatan dominan;
2) petumbuhan (+) dan kontribusi (-), menunjukkan kegiatan dominan
tetapi kontribusinya kecil. Kegiatan ini dapat ditingkatkan kontribusinya untuk dipacu menjadi kegiatan yang dominan;
3) pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), menunjukkan pertumbuhan
kegiatan kecil tetapi kontrialbusinya besar. Kegiatan ini sangat memungkinkan namun sedang mengalami penurunan;
4) pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), menunjukkan kegiatan tidak
(59)
commit to user
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
B. Perkembangan PDRB Kabupaten Sragen
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan tingkat harganya. Penghitungan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan ini, hasilnya dapat dipergunakan untuk mengetahui atau sebagai tolok ukur dari pembangunan ekonomi suatu wilayah atau daerah, disamping itu dapat pula dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral.
Untuk mengetahui perkembangan pembangunan ekonomi Kabupaten
sragen dari Tahun 2004 – 2008 dapat dilihat melalui PDRB, baik atas dasar
harga konstan maupun atas dasar harga konstan pada grafik 4.1.
Grafik 4.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2004-2008.
42 4.042.561,37 2.396.061,90 3.497.324,74 4.512.415,74 5.170.914,12 2.729.450,33 2.582.492,48 2.442.570,43 2.322.239,43 2.030.754,79 0,00 1.000.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 5.000.000,00 6.000.000,00
2004 2005 2006 2007 2008
ADHB ADHK
(60)
commit to user
C. Perkembangan Sektor-sektor Ekonomi
Sektor-sektor ekonomi atau sektor unggulan merupakan sektor yang bersentuhan langsung dengan lapangan usaha masyarakat, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius agar pembangunan ekonomi tetap berjalan dengan baik dan kesejahteraan masyarakat meningkat dan
kemiskinan berkurang. Adapaun sektor –sektor ekonomi yang menjadi
andalan adalah 9 (sembilan) lapangan usaha atau sektor, seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Sragen Tahun 2004 – 2008
Sumber : BPS Kabupaten Sragen, Buku PDRB 2009
D. APBD Kabupaten Sragen
Anggaran Pendapat Belanja Daerah (APBD) adalah anggaran belanja daerah yang digunakan untuk kegiatan pembangunan ekonomi selama satu tahun. Sumber dari pembiayaan tersebut didapatkan dari : 1). Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan
No Sektor Ekonomi 2004 2005 2006 2007 2008 1 Pertanian 1.095.514,94 1.240.836,44 1.448.369.28 1.606.780.64 1.816.044.56 2
Pertambangan dan
Penggalian 9.138,79 10.915.51 12.116.51 13.447.30 15.332.52 3 Industri Pengolahan 573.078,17 647.693.05 742.762.69 819.917.46 938.513.25 4
Listrik, Gas, dan Air
Bersih 57.470,22 66.072.14 76.474.71 83.952.53 95.235.11 5 Bangunan/Konstruksi 138.651,07 160.672.14 186.817.16 209.817.16 244.143.26 6 Perdagangan 534.755,02 615.629.01 703.769.02 790.997.96 917.120.95 7
Pengangkutan dan
Komunikasi 128.470,53 147.624.49 165.862.09 182.595.46 209.402.66 8
Keuang., Prsewaan &
Jasa Prshan 124.313,85 140644.12 163.330.23 181.894.13 208.262.70 9 Jasa-jasa 398.260,56 467.239.05 543.059.68 62.3013.10 726.859.11
(61)
commit to user
daerah, lain-lain dana yang syah; 2). Dana Perimbangan seperti pendapatan bagi hasil pajak/bukan pajak, DAU dan DAK; 3). dan lain-lain pendapatan yang syah seperti Hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus dan bantuan keuangan dari provinsi atau Pemda lainnya. APBD Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. APBD Kabupaten Tahun 2004-2008 (x 000)
NO Uraian
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
1 Total 395.271.903 411.992.262 629.489.822 754.041.646 861.634.643 2 BTL 280.140.257 288.037.429 461.832.367 437.685.711 542.454.984 3 BL 115.131.646 123.954.833 257.657.455 269.380.689 306.197.353
Keterangan : BTL : Belanja Tidak Lansung
BL : Belanja Langsung
Sumber Data : DP2KAD Kabupaten Sragen 2009
Dari tabel 4.2. menunjukkan bahwa Anggaran Pembangunan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sragen Tahun 2004 hingga tahun 2008 terus mengalami peningkatan, baik Belanja Tidak Langsung (BTL) maupun Belanja Langsung (BL). Tetapi kalau dilihat dari tabel diatas alokasi dana untuk kegiatan pembangunan atau belanja langsung cenderung mengalami penurunan atau berkisar 30%-40% dari APBD yang ada. Hal ini disebabkan hampir 70% dana APBD yang ada di peruntukkan untuk gaji pegawai negeri.
(62)
commit to user
E. Diskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini berupa PDRB Jawa Tengah dan Kabupaten
Sragen berdasarkan harga konstan mulai tahun 2004 – 2008 dapat dilihat pada
tabel 4.3. dan 4.4. PDRB atas dasar harga konstan untuk mengetahui besarnya nilai agregat dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk mengatahui besarnya PDRB perkapita. Sektor ekonomi meliputi 9 (sembilan) sektor yaitu : 1) Pertanian dengan sub sektor tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan; 2) Pertambangan dan penggalian, 3) Industri pengolahan, 4) Listrik, gas dan air bersih, 5) Bangunan, 6) Perdagangan, 7) Pengangkutan
dan komunikasi, 8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan 9) Jasa –
jasa.
Tabel. 4.3. PDRB Jawa Tengah Menurut Harga Konstan Tahun 2004-2008
LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 PERTANIAN 28.606.237,28 29.924.642,25 31.002.199,60 31.862.697,60 33.484.068,44 PERTAMBANGAN dan
PENGGALIAN 1.330.759,58 1.454.230,59 1.678.299,61 1.782.886,65 1.851.189,43 INDUSTRI
PENGOLAHAN 43.995.611,83 46.105.706,52 48.189.134,86 50.870.785,90 53.158.962,88 LISTRIK, GAS dan AIR
BERSIH 1.065.114,58 1.179.891,98 1.256.430,34 1.340.845,17 1.404.668,19 BANGUNAN 7.448.715,40 7.960.948,49 8.446.566,35 9.055.728,78 9.647.593,00 PERDAGANGAN 28.394.472,63 30.056.962,75 31.816.441,85 33.898.013,93 35.626.196,01 P.ANGKUTAN dan KOM. 6.510.447,43 6.988.435,75 7.451.506,20 8.052.597,04 8.657.881,95 KEU, PERSEWAAN, dan
JASA PERUSAHAAN 4.775.113,99 5.067.665,70 5.399.608,70 5.767.341,21 6.218.053,97 JASA-JASA 13.663.399,59 14.312.739,85 15.442.467,70 16.479.357,72 17.741.755,98 JUMLAH 135.789.872,31 143.051.213,88 150.682.654,74 159.110.253,77 167.790.369,85
(63)
commit to user
Tabel. 4.4. PDRB Kabupaten Sragen Menurut Harga Konstan Tahun 2004-2008
LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 PERTANIAN 803.046,99 837.968,15 863.187,15 897.211,12 928.234,66 PERTAMB. dan PENGGALIAN 6.461,75 7.008,18 7.164,46 7.708,15 8.129,57 INDUSTRI PENGOLAHAN 473.230,43 500.203,78 532.376,56 568.751,31 607.878,47 LISTRIK, GAS dan AIR
BERSIH 24.881,41 26.541,68 28.664,88 30.604,21 32.771,11 BANGUNAN 96.407,46 101.376,40 107.818,53 114.962,29 122.801,11 PERDAGANGAN 396.565,23 417.946,95 442.697,67 469.628,61 499.984,78 P. ANGKUTAN dan KOM 74.008,54 76.267,06 80.022,12 84.395,85 89.570,45 KEU, PERSEWAAN, dan JASA
PERUSAHAAN 86.288,89 90.321,84 96.199,04 102.729,88 109.230,85 JASA-JASA 247.403,70 264.605,48 284.440,02 306.511,06 330.849,33 JUMLAH 2.208.294,40 2.322.239.43 2.442.570,43 2.582.492,48 2.729.450,33
Sumber : BPS Kabupaten Sragen, Buku PDRB 2009
Kontribusi sektor pertanian dengan sub sektor tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan terhadap
PDRB Jawa Tengah rata – rata sebesar 20,18%, paling besar terjadi pada
tahun 2007 sebesar 20,44 % dan yang paling kecil terjadi pada tahun 2005 sebesar 19,11 %. Kalau dilihat dari tabel 4.5. kontribusi sektor pertanian berkecendurungan menurun, hal ini dipengaruhi terutama oleh iklim yang bekstrim dan bencana banjir, yang mana hasil sektor pertanian mengalami penurunan. Disamping itu adanay pengurangan tanah sawah yang beralih fungsi yaitu untuk pemukiman dan pembangunan sarana umum.
Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB
Jawa Tengah rata – rata sebesar 0,97%, paling besar terjadi pada tahun 2006
sebesar 1,02 % dan yang paling kecil terjadi pada tahun 2006 sebesar 0,96 %.
(1)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
81
LAMPIRAN
IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN PRIORITAS
PEMBANGUNAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN
(2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
82
LAMPIRAN 1
DA
TA H
ASIL PENEL
ITI
AN
P
DRB
P
R
O
P
IN
S
I JA
W
A TE
NG
(3)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
83
LAMPIRAN 2
DA
TA H
ASIL PENEL
ITI
AN
P
DRB
KABUP
ATE
N S
R
AG
(4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Analisis Model Rasio Pertumbuhan
NO Jawa Tengah
2002
2008DYin
DYin /Yin (t)
RPr1 33668128.27 71130288.73 37462160.46 1.112689133 0.801584053
2 1407809.14 3514457.02 2106647.88 1.496401622 1.078011496
3 48176165.61 120067745.1 71891579.52 1.492264455 1.07503107
4 1544504.66 3738360.22 2193855.56 1.420426637 1.023278925
5 7393911.77 21196201.77 13802290 1.86671013 1.344782677
6 31830470.7 71617054.69 39786583.99 1.249952738 0.900469099
7 7924190.26 21870962.98 13946772.72 1.760024969 1.267926419
8 5767937.39 12617097.04 6849159.65 1.187453883 0.855444767
9 14255707.94 37166539.66 22910831.72 1.607133916 1.157783319
Yn 151968825.7 362918707.2 210949881.5 1.388112861
NO Kabupaten Sragen
2002 2008
Y
ij
Y
ij/Y
ij(t)
RPs1 885649.57 1816044.56 930394.99 1.050522714 0.006981857
2 6376.87 15332.52 8955.65 1.404395887 0.009333726
3 468305.59 938513.25 470207.66 1.0040616 0.006673072
4 35626.58 95235.11 59608.53 1.673147689 0.011119871
5 98779.82 244143.26 145363.44 1.471590452 0.009780306
6 424607.6 917120.95 492513.35 1.159925894 0.007708959
7 90873.53 209402.66 118529.13 1.304330645 0.008668684
8 99059.22 208262.7 109203.48 1.102406015 0.007326677
9 286783.13 726859.11 440075.98 1.53452534 0.010198576
Yij 2396061.9 5170914.12 360522645.3 150.4646626
(5)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Analisis Shift-Share
NO JATENG SRAGEN
2002
2008 2002 20081 33668128.27 71130288.73 885649.57 1816044.56
2 1407809.14 3514457.02 6376.87 15332.52
3 48176165.61 120067745.1 468305.59 938513.25
4 1544504.66 3738360.22 35626.58 95235.11
5 7393911.77 21196201.77 98779.82 244143.26
6 31830470.7 71617054.69 424607.6 917120.95
7 7924190.26 21870962.98 90873.53 209402.66
8 5767937.39 12617097.04 99059.22 208262.7
9 14255707.94 37166539.66 286783.13 726859.11
Jumlah 151968825.7 362918707.2 2396061.9 5170914.12
Rij Rin Rn Rin-Rn Rij - Rin
1.050523 1.112689 1.3881129 -0.27542 -0.06217
1.404396 1.496402 1.3881129 0.108289 -0.09201
1.004062 1.492264 1.3881129 0.104152 -0.4882
1.673148 1.420427 1.3881129 0.032314 0.252721
1.47159 1.86671 1.3881129 0.478597 -0.39512
1.159926 1.249953 1.3881129 -0.13816 -0.09003
1.304331 1.760025 1.3881129 0.371912 -0.45569
1.102406 1.187454 1.3881129 -0.20066 -0.08505
1.534525 1.607134 1.3881129 0.219021 -0.07261
Nij Mij Cij Dij
Eij . Rin Eij . (Rin-Rn) Eij . (Rij - Rin) Nij+Mij+Cij
985452.6523 -243928.9062 -55057.66233 686466.0838
9542.358609 690.543348 -586.7086087 9646.193348
698835.7861 48774.77364 -228628.1261 518982.4336
50604.94322 1151.22932 9003.586784 60759.75932
184393.2906 47275.75205 -39029.85062 192639.1921
530739.432 -58663.83847 -38226.08202 433849.5115
159939.6819 33796.96613 -41410.55186 152326.0961
117628.2554 -19877.12187 -8424.775425 89326.35813
(6)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Analisis Model Rasio Pertumbuhan
NO Jawa Tengah
2002
2008DYin
DYin /Yin (t)
RPr1 33668128.27 71130288.73 37462160.46 1.112689133 0.801584053
2 1407809.14 3514457.02 2106647.88 1.496401622 1.078011496
3 48176165.61 120067745.1 71891579.52 1.492264455 1.07503107
4 1544504.66 3738360.22 2193855.56 1.420426637 1.023278925
5 7393911.77 21196201.77 13802290 1.86671013 1.344782677
6 31830470.7 71617054.69 39786583.99 1.249952738 0.900469099
7 7924190.26 21870962.98 13946772.72 1.760024969 1.267926419
8 5767937.39 12617097.04 6849159.65 1.187453883 0.855444767
9 14255707.94 37166539.66 22910831.72 1.607133916 1.157783319
Yn 151968825.7 362918707.2 210949881.5 1.388112861
NO Kabupaten Sragen
2002 2008
Y
ij
Y
ij/Y
ij(t)
RPs1 885649.57 1816044.56 930394.99 1.050522714 0.006981857
2 6376.87 15332.52 8955.65 1.404395887 0.009333726
3 468305.59 938513.25 470207.66 1.0040616 0.006673072
4 35626.58 95235.11 59608.53 1.673147689 0.011119871
5 98779.82 244143.26 145363.44 1.471590452 0.009780306
6 424607.6 917120.95 492513.35 1.159925894 0.007708959
7 90873.53 209402.66 118529.13 1.304330645 0.008668684
8 99059.22 208262.7 109203.48 1.102406015 0.007326677
9 286783.13 726859.11 440075.98 1.53452534 0.010198576
Yij 2396061.9 5170914.12 360522645.3 150.4646626