Analisis Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009

SUKOHARJO TAHUN 2000-2009

Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : TIKA SARI RAHMATIA F1109025

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

2011

“Sesungguhnya Setelah Kesulitan Itu Ada Kemudahan, Maka Apabila Kamu Telah Selesai (Dari Sesuatu Urusan), Kerjakanlah Dengan Sungguh-Sungguh (Urusan) Yang Lain, dan Hanya Kepada Tuhan Mu Lah Hendaknya Kamu Berharap”

(An Nahl: 6-8)

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al Baqarah: 153)

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga dia akan merubah diri mereka sendiri”

(Ar Ra’du: 11)

“Di belakangku ada kekuatan tak terbatas. Di depanku ada kemungkinan tak berakhir. Di sekelilingku ada kesempatan tak terhitung”

(Aditya Lesmitasari)

“Orang yang mempunyai kekuatan paling besar untuk menyakiti kita adalah orang yang kita cintai”

(Francis B dan John F)

Dengan ungkapan rasa syukur Kehadirat Allah SWT, dan segala cinta serta kasihku, skripsi ini kupersembahkan untuk: © ALLAH SWT, atas limpahan karunia dan nikmat-Nya, kekuatan dan

kesempatan yang Engkau berikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugasnya.

© Rasulullah SAW sebagai panutan dan sumber inspirasi, memberikan motivasi

tersendiri bagi Penulis untuk terus semangat menyelesaikan tugas ini dalam kondisi apapun.

© Bapak dan Mama atas cinta, kasih sayang dan doa yang selalu terpanjat

darimu untuk Penulis. © Adikku Rizki Inka Miftah tersayang semoga kita menjadi anak sholeh sholehah

dan sukses yang membanggakan orangtua. © Keluarga besar Minhari dan Matori, yang tidak pernah lelah memberikan

semangat hingga akhirnya tanggung jawab ini dapat diselesaikan dengan baik oleh Penulis.

© Ineke F.H, Tri Elsa, Annisya M, Bambang W, Yusran M, Dina A, Nadiya ZZA,

Indra W.P, Rendhy H, Dytto F.P, Yugo S dan semua teman-teman yang telah memberikan semangat dan dorongan di setiap langkahku, terima kasih atas semua nasehat, doa serta dukungannya selama ini.

© Civitas akademika, semoga karya ini dapat memberikan tambahan ilmu bagi

kita semua.

Assalamualaikum, Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan, pertolongan dan petunjuk-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Analisis Identifikasi Sektor Unggulan dan Basis Ekonomi di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009”.

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan Penulis selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam Penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Nurul Istiqomah, SE., MSi selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas semua waktu yang telah diluangkan untuk memberikan ilmu, nasehat, dorongan, dan bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr. Lukman Hakim, SE., MSi dan Drs. Akhmad Daerobi, MS selaku tim penguji atas segala masukan berharga yang telah diberikan kepada Penulis melalui skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Ekonomi UNS, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan atas berbagai fasilitas yang telah disediakan.

4. Izza Mafruhah, SE., MSi, selaku Pembimbing Akademik.

Surakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya kepada Penulis.

6. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan arahan dan pelayanan kepada Penulis.

7. Staff karyawan dan petugas kantor BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sukoharjo atas bantuan dan kerjasamanya dalam pengumpulan data yang diperlukan.

8. Bapak, ibu dan adik tercinta. Terima kasih atas segala dukungan dan doa yang dengan tulus selalu diberikan kepada Penulis.

9. Sahabat-sahabat di Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi.

10. Kepada semua pihak yang belum tertulis yang telah membantu Penulis dalam menyusun skripsi ini.

Demikian skripsi ini Penulis susun dan tentunya masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca. Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Surakarta, September 2011

Penulis

9. Rencana Program dan Kegiatan Pemkab. Sukoharjo ..... 45

B. Analisis Analisis dan Pembahasan ....................................... 50

1. Analisis Shift Share ........................................................ 50

2. Analisis Location Quotient (LQ) .................................... 58

3. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ................................. 63

4. Matrik Potensi ................................................................ 68

5. Hasil Keempat Alat Analisis .......................................... 73

BAB V. PENUTUP .................................................................................. 74

A. Kesimpulan .......................................................................... 74

B. Saran ..................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 77 LAMPIRAN

Tabel Halaman

1.1 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan

Tahun Dasar 2000 Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2009 (Juta Rupiah) ........................................................... 2

1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Tahun Dasar 2000 Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009 ......... 5

1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB Kabupaten Sukoharjo

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2009 Harga Tahun Dasar 2000 (dalam persen) ........................................ 6

1.4 Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Sukoharjo Atas Dasa Harga Berlaku Tahun 2000-2009 ........................................ 7

3.1 LQ (Location Quotient) ....................................................................... 29

3.2 Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ...................................................... 32

3.3 Matrik Potensi ...................................................................................... 34

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ................................................ 37

4.2 Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2009 ........................................ 38

4.3 Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2001-2009 ................................................................................. 39

4.4 Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) .......... 42

4.6 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukoharjo dan Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (Persen) .................................................................. 43

4.7 PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009 ................ 44

4.8 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009 (Jutaan Rupiah) ...................................................... 53

4.9 Hasil Analisis Location Quotient di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009 ................................................................................. 60

4.10 Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009 ............................................. 65

4.11 Hasil Matrik Potensi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009 ........... 70

Gambar Halaman

2. 1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 22

Lampiran 1 Hasil Analisis Shift Share Lampiran 2 Hasil Analisis Location Quotien Lampiran 3 Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Lampiran 4 Hasil Analisis Matrik Potensi

Analisis Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009

Oleh: TIKA SARI RAHMATIA F1109025

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sektor unggulan, kondisi basis ekonomi sektoral, kondisi kegiatan ekonomi yang potensial, serta mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009. Penelitian ini menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukoharjo dan Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2000-2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Shift Share (SS), analisis Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan analisis Matrik Potensi.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan: Berdasarkan analisis Shift Share yang paling tinggi memberikan kontribusi yaitu sektor industri pengolahan. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor perdagangan, hotel dan restoran termasuk sektor basis. Hasil analisis Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masuk dalam kualifikasi dominan pertumbuhan. Hasil analisis Matrik Potensi sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran masuk dalam kategori sektor potensial. Dari keempat alat analisis sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor unggulan di Kabupaten Sukoharjo, dibuktikan dengan hasil Shift Share, dan Location Quotient yang relatif sama dengan Matrik Potensi.

Saran terhadap kebijakan pengembangan perekonomian daerah di Kabupaten Sukoharjo antara lain: Dengan semakin majunya sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo, pemerintah kabupaten bekerjasama dengan investor diharapkan dapat menciptakan sruktur ekonomi yang seimbang antara sektor primer dan sektor sekunder yang dapat dilakukan dengan menerapkan pengembangan industri berbasis sumberdaya lokal yang berwawasan lingkungan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang juga menjadi sektor unggulan di Kabupaten Sukoharjo hendaknya ditingkatkan lagi guna menunjang perkembangan sektor ekonomi tersebut misalnya dengan melakukan berbagai perbaikan dari segi peningkatan SDM, infrastruktur, maupun iklim usaha yang kondusif agar dapat meningkatkan pertumbuhan dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kabupaten Sukoharjo.

Kata Kunci :Sektor Unggulan, Basis Ekonomi, Analisis Shift Share, Analisis Location Quotient, Analisis Model Rasio Pertumbuhan, Analisis

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha pembangunan yang sedang giat dilakukan oleh negara berkembang seperti Indonesia, umumnya berorientasi pada perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakatnya agar mereka dapat hidup seperti masyarakat di negara maju. Pelaksanaan pembangunan Indonesia selama ini juga secara nasional berdampak pada struktur ekonomi nasional dan struktur ekonomi daerah. Pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan industri, misalnya menyebabkan sektor industri di tingkat nasional maupun daerah meningkat.

Di era globalisasi yang sedang berkembang saat ini khususnya globalisasi ekonomi menyebabkan terjadinya banyak perubahan-perubahan dalam perekonomian. Di tingkat regional secara nyata telah terlihat pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah yang dicerminkan dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penelitian terhadap hal ini sangat penting karena dengan memperhatikan perubahan yang terjadi pada PDRB dapat diperhitungkan kecenderungan ekonomi masyarakat, tingkat pertumbuhan serta pergeseran-pergeseran pada sektor-sektor perekonomian yang akan menentukan kebijakan pemerintah.

Data PDRB Provinsi Jawa Tengah serta pertumbuhan ekonomi tahun 2000-2009 berikut merupakan salah satu indikator untuk mengetahui Data PDRB Provinsi Jawa Tengah serta pertumbuhan ekonomi tahun 2000-2009 berikut merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

Tabel. 1.1 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2009 (Juta Rupiah)

Tahun

Nilai PDRB

175.685.267,56 4,71 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (data diolah), tahun 2009 angka sementara

Pada tabel 1.1 dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2009 PDRB Provinsi Jawa Tengah mencapai nilai sebesar Rp 175.685.267,56 juta. Sedangkan untuk laju pertumbuhan dari tahun 2000 hingga 2009 secara umum menunjukan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan karena adanya krisis ekonomi global yang melemahkan dunia ternyata membawa dampak pada perekonomian nasional, yang berimbas pula pada kondisi perekonomian regional sehingga pada tahun 2008 laju pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah turun menjadi 5,46%. Begitu pula pada tahun 2009 masih terkena dampak dari krisis tersebut sehingga nilainya masih relatif kecil dibandingkan dari tahun sebelumnya akan tetapi masih menunjukkan angka yang positif yaitu sebesar 4,71%. Dengan membandingkan nilai PDRB yang dicapai dari tahun ke Pada tabel 1.1 dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2009 PDRB Provinsi Jawa Tengah mencapai nilai sebesar Rp 175.685.267,56 juta. Sedangkan untuk laju pertumbuhan dari tahun 2000 hingga 2009 secara umum menunjukan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan karena adanya krisis ekonomi global yang melemahkan dunia ternyata membawa dampak pada perekonomian nasional, yang berimbas pula pada kondisi perekonomian regional sehingga pada tahun 2008 laju pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah turun menjadi 5,46%. Begitu pula pada tahun 2009 masih terkena dampak dari krisis tersebut sehingga nilainya masih relatif kecil dibandingkan dari tahun sebelumnya akan tetapi masih menunjukkan angka yang positif yaitu sebesar 4,71%. Dengan membandingkan nilai PDRB yang dicapai dari tahun ke

Sektor ekonomi terdiri dari sembilan sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan pengalian; industri pengolahan; listik, gas dan air bersih; konstruksi atau bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa. Sembilan sektor tersebut dikelompokkan dalam sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan bangunan) dan sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, bank, dan jasa) (BPS, 2005).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010: 108).

Peranan sektoral terhadap pembangunan ekonomi digambarkan oleh distribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB. Gambaran tentang Peranan sektoral terhadap pembangunan ekonomi digambarkan oleh distribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB. Gambaran tentang

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang dalam proses pembangunannya tidak terlepas dari dampak pembangunan nasional namun disesuaikan dengan potensi dan permasalahan yang ada di daerahnya. Untuk itu pemerintah daerah diharapkan mampu mencari dan menggali potensi daerah yang ada untuk dapat dikembangkan dan dioptimalkan. Hal tersebut agar menghindari kesalahan dalam penentuan program pembangunan yang berhasil untuk suatu daerah belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah lain. Selain itu, diketahuinya keadaan sektor-sektor ekonomi unggulan dan sektor basis suatu daerah dapat sekaligus diwujudkan sebagai sektor yang dapat diandalkan di tingkat lokal, regional maupun internasional, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi ketergantungan terhadap subsidi dari Pemerintah Pusat.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dan tingkat kesejahteraan daerah dalam periode tertentu dapat ditunjukkan dalam PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), yang merupakan jumlah nilai tambah dari faktor-faktor produksi dalam kurun waktu tertentu di suatu daerah. PDRB dapat menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan daerah.

pembangunannya apabila nilai PDRB yang berhasil dicapai oleh daerah tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data PDRB berikut ini dapat diketahui perkembangan struktur perkonomian di Kabupaten Sukoharjo.

Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009

Tahun

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (Jutaan)

Sumber: BPS Kabupaten Sukoharjo dan BPS Provinsi Jawa Tengah (data diolah).

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, Kabupaten Sukoharjo dapat dikatakan berhasil dalam pembangunannya karena nilai PDRB yang berhasil dicapai oleh daerah tersebut selama 10 tahun terakhir dari tahun 2000 hingga tahun 2009 selalu mengalami kemajuan dan peningkatan pada setiap tahunnya. Hal ini juga menandakan bahwa kinerja perekonomian Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan.

Kondisi pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan positif secara riil juga tergambar dalam laju pertumbuhan ekonomi sektoral pada

Sukoharjo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2009 Harga Tahun Dasar 2000 (dalam persen)

Sektor Ekonomi

2005 2006 2007 2008 2009 Rata- rata

Pertanian 6,23 5,94 3,68 5,30 4,98 4,92 5,18 Pertambangan & Penggalian

-7,73 1,93 1,26 2,07 1,09 1,56 0,03 Industri Pengolahan

3,31 3,46 3,82 4,41 4,30 3,61 3,82 Listrik, Gas & Air Bersih

13,84 1,46 5,88 13,30 4,47 7,80 7,79 Konstruksi

1,16 7,26 8,75 5,76 5,25 5,63 5,64 Perdagangan, Hotel & Restoran

Persewaan & Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Kabupaten Sukoharjo (data diolah).

Berdasarkan tabel 1.3 secara keseluruhan, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 hingga 2009 menunjukan adanya suatu tingkat pertumbuhan yang positif. Sektor dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas & air bersih (7,79%) yang kemudian diikuti sektor konstruksi (5,64%) dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan yang sama nilainya dengan sektor jasa-jasa (5,33%). Sedangkan sektor pertanian justru mengalami rata-rata pertumbuhan (5,18%) terendah kedua setelah sektor pertambangan dan penggalian (0,03%). Hal ini menandakan sektor pertanian dari tahun ke tahun rata-rata mengalami penurunan pertumbuhan.

Atas Dasa Harga Berlaku Tahun 2000-2009

Sektor Ekonomi

2008 2009 Rata- rata

0,81 0,77 0,99 Penggalian Industri Pengolahan

26,35 27,15 26,69 29,79 30,91 30,46 29,55 29,52 29,10 28,59 Listrik, Gas & Air Bersih

5,02 5,19 4,85 Perdagangan, Hotel &

19,79 19,97 19,82 26,31 25,74 25,36 25,25 25,78 25,83 23,29 Restoran Pengangkutan &

19,06

5,78 5,69 5,51 Komunikasi Keuangan, Persewaan &

3,47 3,57 3,59 Jasa Perusahaan Jasa-Jasa

Sumber: BPS Kabupaten Sukoharjo (data diolah), tahun 2009 angka sementara.

berlaku pada tabel 1.4 di Kabupaten Sukoharjo, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor industri pengolahan dengan rata-rata sebesar 28,59%. Selanjutnya diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi rata-rata sebesar 23,29%, kemudian berikutnya adalah sektor pertanian dengan kontribusi rata-rata sebesar 22,46%. Sedangkan sektor ekonomi dengan kontribusi terkecil di Kabupaten Sukoharjo adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya memberikan sumbangan rata-rata sebesar 0,99%. Sektor listrik, gas dan air bersih juga memberikan sumbangan yang kecil terhadap PDRB dengan rata-rata sebesar 1,55% hampir sama setiap tahunnya.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas, penelitian ini bermaksud untuk menganalisa potensi sektor-sektor ekonomi di daerah Kabupaten Sukoharjo, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencari dan menciptakan sektor unggulan daerah yang mampu bersaing dengan daerah lain dan dapat meningkatkan pembangunan serta mampu menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pembangunan dan laju pertumbuhan yang baik akan bermanfaat terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu, penelitian ini mengambil judul “Analisis Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2009”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka diambil permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi sektor unggulan di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009?

2. Bagaimanakah kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009?

3. Bagaimanakah kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009?

4. Bagaimanakah gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi sektor unggulan di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009.

2. Untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009.

3. Untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009.

4. Untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam membahas dan memperdalam masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada instansi terkait dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sektor Unggulan

Menurut Sambodo dalam Harisman (2005), sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya : pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

B. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 2010: 116).

Menurut Sjafrizal dalam Purwaningsih (2009), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:

i. Sektor basis ekonomi adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang i. Sektor basis ekonomi adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang

ii. Sektor non basis merupakan kegiatan-kegiatan menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Sektor non basis ini berfungsi sebagai sektor penunjang sektor basis atau service industries.

Inti dari teori basis ekonomi ini adalah karena industri basis menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadi arus pendapatan dari luar daerah yang menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, selanjutnya pada saat gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru (Arsyad, 2010: 141).

C. Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung tiga unsur yaitu: pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus- menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; usaha meningkatkan pendapatan per kapita; dan kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam jangka panjang (Suryana, 2000: 3).

pembangunan adalah semakin meluasnya kesempatan kerja yang bersifat produktif. Kegiatan ekonomi yang produktif memberikan dampak positif, diantaranya menambah pendapatan nyata bagi sebagian besar rakyat penduduk. Pembangunan merupakan suatu transformasi dalam arti perubahan struktural, yaitu perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat yang meliputi perubahan pada perimbangan-perimbangan keadaan yang melekat pada landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi.

Menurut Todaro dalam Suryana (2000: 6), sasaran pembangunan yang minimal dan pasti ada adalah:

1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup seperti perumahan, kesehatan dan lingkungan.

2. Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, akan tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu maupun nasional.

3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain, tetapi dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.

ekonomi bisa dibedakan ke dalam lima tahap yaitu:

1. Tahap perekonomian tradisional, yang dicirikan dengan pemanfaatan teknologi dengan sistem produksi masih sangat terbatas. Selain itu perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian, kemampuan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh hubungan darah dan keluarga,

2. Tahap prakondisi tinggal landas, merupakan proses transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Sektor industri mulai berkembang disamping sektor pertanian yang masih memegang peranan penting dalam perekonomian. Perekonomian mulai bergerak dinamis, industri-industri bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat, dan lembaga keuangan resmi sebagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada industri manufaktur,

3. Tahap tinggal landas, pada tahap ini kenaikan laju investasi produktif antara 5-10 persen dari pendapatan nasional, perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju pertumbuhan tinggi, hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial, dan institusional yang menimbulkan hasrat ekspansi di sektor modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi,

4. Tahap menuju kedewasaan, ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap sumberdaya yang dimiliki, munculnya 4. Tahap menuju kedewasaan, ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap sumberdaya yang dimiliki, munculnya

5. Tahap konsumsi massa tinggi, merupakan akhir dari tahapan pembangunan. Ditandai dengan terjadinya migrasi besar-besaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat bekerja. Pada fase ini terjadi perubahan orientasi dari pendekatan penawaran (supply side) menuju ke pendekatan permintaan (demand side) dalam sistem produksi yang dianut. Terjadi pula pergeseran perilaku ekonomi yang semula menitikberatkan pada sisi produksi, kini beralih ke sisi konsumsi. Orang mulai berfikir kesejahteraan dalam cakupan yang lebih luas yaitu kesejahteraan masyarakat bersama dalam arti luas.

Menurut Suryana (2000: 67), ada empat model pembangunan yaitu yang pertama adalah model pembangunan ekonomi yang beorientasi pada pertumbuhan, yang kedua adalah penciptaan lapangan kerja, kemudian yang ketiga penghapusan kemiskinan, serta yang keempat model pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan keempat model pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang-barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian sampai batas maksimal.

Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000: 53), pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya perpaduan antara perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan perluasan pasar akan mendorong tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pembangunan ekonomi karena spesialisasi akan mendorong produktivitas tenaga kerja dan mendorong tingkat perkembangan teknologi.

Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2007: 57), pengertian pertumbuhan ekonomi yaitu kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

Menurut Djojohadikusumo (1994: 1), terdapat perbedaan istilah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bersangkut-paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Peningkatan produksi memang merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Selain dari segi peningkatan produksi secara kuantitatif, proses pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada Menurut Djojohadikusumo (1994: 1), terdapat perbedaan istilah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bersangkut-paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Peningkatan produksi memang merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Selain dari segi peningkatan produksi secara kuantitatif, proses pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada

Penelitian ini menggunakan istilah pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRBt–1).

E. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri–industri kreatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada

F. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, antara lain Aswandi dan Kuncoro (2002), dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999”. Diambil kesimpulan pertimbangan penetapan kawasan andalan di Kalimantan Selatan hanya mengacu pada pendapatan per kapita dan subsektor unggulan, yang ditunjukkan oleh hasil analisis Location Quotient (LQ) dan Model Logit. Pertumbuhan PDRB dan spesialisasi daerah ternyata tidak menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan kawasan andalan di Kalimantan Selatan. Analisis Tipologi Klassen menunjukkan dari tiga daerah di kawasan andalan hanya Kabupaten Kotabaru yang berada pada daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh dengan tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita tinggi. Kota Banjarmasin merupakan daerah maju tapi tertekan dengan tingkat pertumbuhan rendah, sedangkan Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan daerah dengan klasifikasi relatif tertinggal dengan tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita rendah.

”Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas 1993-2000”. Diambil kesimpulan bahwa berdasarkan Tipologi Klassen, daerah atau kecamatan di Kabupaten Banyumas dapat diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan per kapita menjadi empat kelompok yaitu daerah atau kecamatan cepat maju dan cepat tumbuh, kecamatan yang maju tapi tertekan, kecamatan atau daerah yang berkembang cepat dan kecamatan atau daerah tertinggal. Pada periode pengamatan 1993- 2000 terjadi kecenderungan peningkatan ketimpangan, baik dianalisis dengan Indeks Williamson maupun dengan Indeks Entropi Theil. Ketimpangan ini salah satunya diakibatkan konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial. hipotesis Kuznets mengenai ketimpangan yang berbentuk kurva U terbalik berlaku di Kabupaten Banyumas, ini terbukti dari hasil analisis trend dan korelasi Pearson. Hubungan antara pertumbuhan dengan indeks ketimpangan Williamson dan entropi Theil untuk kasus Kabupaten Banyumas selama periode 1993–2000 terbukti berlaku hipotesis Kuznets.

Wijaya dan Atmanti (2006), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengembangan Wilayah dan Sektor Potensial Guna Mendorong Pembangunan di Kota Salatiga”. Diambil kesimpulan bahwa berdasarkan analisis Location Quotient (LQ) di wilayah Kota Salatiga selama periode 1994-2002 sektor ekonomi yang tergolong sektor basis adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, kemudian sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-

berspesialisasi pada sektor yang mempunyai nilai (Pj) positif (Pj>0) dimana merupakan sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Provinsi Jateng. Sektor ini antara lain sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang menjadi spesialisasi Kota Salatiga dan sektor tersebut sama dengan sektor di Provinsi Jawa Tengah yang tumbuh secara lambat dimana ditandai dengan nilai (Pj) negatif adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa jasa. Sektor ekonomi yang tumbuh lebih cepat dan mempunyai daya saing yang meningkat dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah dimana ditunjukkan pada nilai komponen (Dj>0) adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sedangkan untuk sektor yang mempunyai rata-rata (Dj) negatif (Dj<0) adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas, dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel.dan restoran.

G. Kerangka Pemikiran

Pembangunan daerah merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan dan mengembangkan perekonomian suatu daerah. Perkembangan ekonomi yang meningkat akan membuka peluang bagi masyarakat suatu daerah untuk meningkatkan kesejahteraannya. PDRB dapat Pembangunan daerah merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan dan mengembangkan perekonomian suatu daerah. Perkembangan ekonomi yang meningkat akan membuka peluang bagi masyarakat suatu daerah untuk meningkatkan kesejahteraannya. PDRB dapat

Untuk melakukan identifikasi hal tersebut digunakan alat analisis yaitu Shift Share (SS) untuk mengetahui sektor unggulan, kemudian untuk mengetahui sektor basis ekonomi digunakan analisis Location Quotient (LQ), sementara untuk mengetahui deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial terutama struktur ekonomi di wilayah studi menggunakan Model Rasio Pertumbuhan (MRP), dan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral daerah digunakan Matrik Potensi. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo perlu mengidentifikasi sektor unggulan agar pemerintah Sukoharjo dapat mengambil kebijakan mengenai pembangunan daerah di masa yang akan datang. Berdasarkan keterangan tersebut dan untuk memudahkan dalam menganalisis data maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Kondisi Perekonomian

Kabupaten Sukoharjo

PDRB Kabupaten Sukoharjo

Sektor Unggulan

Sektor Basis

Kegiatan Ekonomi

yang Potensial

Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi sektoral

Shift Share LQ

MRP

Matrik Potensi

Kebijakan dan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sukoharjo

1. Kondisi sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Sukoharjo yang diukur dengan parameter hasil perhitungan Model SS (Shift Share) diduga mengalami perbedaan tahun 2000-2009.

2. Kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo yang diukur dengan parameter hasil perhitungan Model LQ (Location Quotient) diduga mengalami perbedaan tahun 2000-2009.

3. Kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Sukoharjo yang diukur dengan parameter hasil perhitungan MRP (Model Rasio Pertumbuhan) diduga mengalami perbedaan tahun 2000-2009.

4. Pola dan struktur pertumbuhan sektoral di Kabupaten Sukoharjo yang diukur dengan parameter hasil perhitungan Model Matrik Potensi diduga mengalami perubahan tahun 2000-2009.

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berbentuk survei atas data-data variabel ekonomi (khususnya PDRB beserta komponen-komponennya) yang telah dikumpulkan oleh suatu badan atau instansi tertentu (survei atas data sekunder). Sedang ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada variabel PDRB beserta komponen- komponennya di daerah Kabupaten Sukoharjo dan juga PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2000-2009.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data runtut waktu (time series) dari PDRB Kabupaten Sukoharjo dan PDRB Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 2000-2009.

Data sekunder yaitu pengumpulan data kepustakaan yaitu untuk memperoleh data atau informasi yang bersifat ilmiah dan teoritis yang berkaitan dengan obyek penelitian, yaitu dengan membaca/mempelajari buku- buku teks, catatan, makalah-makalah, bahan-bahan seminar dan lain-lain (Masngudi: 2002).

Data diperoleh dari beberapa sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah serta studi pustaka yang relefan dengan penelitian ini, dengan mengambil Data diperoleh dari beberapa sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah serta studi pustaka yang relefan dengan penelitian ini, dengan mengambil

C. Definisi Operasional Variabel

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah terrtentu pada kurun waktu tertentu (Zulaechah: 2011). Terdapat dua jenis PDRB, yaitu:

a. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar.

b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun (BPS: 2004).

Dalam penelitian ini PDRB yang digunakan yaitu PDRB atas dasar harga konstan dengan harga tahun dasar 2000 dan dengan satuan juta rupiah.

2. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang (Boediono, 1982:1). Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen per tahun serta dapat digunakan untuk mengetahui pembangunan daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB pada setiap tahunnya.

1. Analisis Shift Share

Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi (Irawan: 2010). Tujuan digunakannya metode ini adalah untuk mengetahui produktivitas perekonomian daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar (dalam skala provinsi atau nasional) (Widodo: 2006).

Analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu (Widodo, 2006: 112) :

a. Pertumbuhan ekonomi referensi provinsi atau nasional (national growth effect ) yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah.

b. Pergeseran proporsional (proportional shift) menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi provinsi atau nasional. Pergeseran proporsional ini disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix). Pengukuran ini memungkinkan kita untuk dapat mengetahui apakah perekonomian yang terkonsentrasi pada industri tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan referensi.

c. Pergeseran diferensial (differential shift), yang menunjukkan tingkat kekompetitifan suatu sektor tertentu di suatu daerah dibanding tingkat c. Pergeseran diferensial (differential shift), yang menunjukkan tingkat kekompetitifan suatu sektor tertentu di suatu daerah dibanding tingkat

1) Pengaruh pertumbuhan ekonomi referensi provinsi atau nasional (national growth effect) (Nij):

Nij = Eij x rn ………………………………………………….(3.1)

Keterangan: Eij : PDRB dari sektor i di wilayah studi j rn : Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) provinsi

2) Pergeseran proporsional (proportional shift) atau pengaruh bauran industri (industry mix) (Mij):

Mij = Eij (rin - rn) ……………………………………………(3.2)

Keterangan: Eij : PDRB dari sektor i di wilayah studi j rin : Laju pertumbuhan sektor i provinsi rn

: Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) provinsi

3) Pergeseran diferensial (differential shift) atau pengaruh keunggulan kompetitif (Cij):

Cij = Eij (rij - rin) …………………………………………….(3.3)

Keterangan: Eij : PDRB dari sektor i di wilayah studi j rij

: Laju pertumbuhan sektor i di daerah j

4) Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah atau hasil penjumlahan dari pengaruh pertumbuhan provinsi (Dij):

Dij = Nij + Mij + Cij ………………………………………….(3.4)

Keterangan: Nij : Pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi Mij : Pengaruh bauran industri Cij : Keunggulan kompetitif

Dengan menghitung nilai Shift Share Kabupaten Sukoharjo tahun 2000-2009 dapat diketahui bagaimana perubahan struktur ekonomi dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo selama 10 tahun terakhir.

2. Analisis LQ (Location Quotient)

LQ (Location Quotient) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2004: 78).

Dengan teknik kuantitatif ini, kita dapat menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat kemandirian suatu sektor. Formula yang digunakan untuk menggunakan analisis LQ ini adalah sebagai berikut (Arsyad, 1999: 142):

Location Quotient 쁠 쀸Q/쀸

Q/

Keterangan:

Vi

= pendapatan sektor i di tingkat provinsi

Vt

= pendapatan total di tingkat provinsi

Tabel 3.1 LQ ( Location Quotient)

LQ 쁠 쀸Q/쀸

Sektor basis ekonomi

LQ = 1

Bukan sektor basis dan bukan sektor non basis

LQ < 1

Sektor non basis ekonomi

Sumber: Tri Widodo, 2006: 117 Menurut Bendavid-Val dalam Widodo (2006: 117), terdapat 3 (tiga) kemungkinan nilai LQ yang dapat ditemukan:

a. Jika nilai LQ di sektor i > 1, ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor

i di daerah studi kabupaten adalah lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi provinsi. Dengan demikian, sektor i merupakan sektor unggulan daerah studi kabupaten sekaligus merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi kabupaten.

b. Jika nilai LQ di sektor i = 1, ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor

i di daerah studi kabupaten adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi provinsi.

c. Jika nilai LQ di sektor i < 1, ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor

i di daerah studi kabupaten adalah lebih kecil dibanding dengan laju i di daerah studi kabupaten adalah lebih kecil dibanding dengan laju

Dengan menghitung nilai LQ pada tahun 2000-2009 maka dapat diketahui sektor mana saja yang menjadi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo selama 10 tahun terakhir.

3. Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Menurut Yusuf dalam Irawan (2010), MRP digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial terutama struktur ekonomi di wilayah studi (kabupaten/kota) dalam perbandingan dengan daerah referensi. Dengan mengkombinasikan keduanya maka dapat diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial baik di wilayah studi maupun wilayah referensi. Pada perhitungan MRP akan diperoleh nilai riil yang selanjutnya perlu dikonversi dengan nilai nominalnya baik Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) maupun Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr). Bila hasil perhitungan nilai riil > 1 maka nilai nominalnya positif, sebaliknya jika hasil perhitungan nilai riil < 1 maka nilai nominalnya negatif. Adapun rumus perhitungan selengkapnya sebagai berikut Yusuf dalam Irawan (2010):

Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i pada wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi.

☸ō4 쁠 ∆ P4/ P4

: Perubahan pendapatan wilayah referensi pada awal dan

akhir tahun penelitian.

D Eir

: Perubahan pendapatan sektor i di wilayah referensi pada

awal dan akhir tahun penelitian.

Er : Pendapatan wilayah referensi pada awal tahun penelitian Eir

: Pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal tahun

penelitian.

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i wilayah studi dengan laju pertumbuhan sektor sejenis di wilayah referensi.

쁠 ∆ Ps/ Ps