ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006-2010

SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006-2010 SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

ARIS PRASOJO

F0108139

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

MOTTO JANGANLAH MENYIA-NYIAKAN WAKTU DAN KESEMPATAN, KARENA WAKTU DAN KESEMPATAN TAK AKAN TERULANG KEMBALI. MAKA JALANILAH HIDUP ANDA DENGAN OPTIMIS. KEBAHAGIAAN DATANGNYA DARI KITA SENDIRI, BUKAN DARI SIAPA-SIAPA.

( ARIS PRASOJO )

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010”

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari beberapa pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. J.J Sarungu, MS selaku dosen pembimbing akademik serta dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing penulis. Terimakasih atas saran, kritik, dan perhatiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

4. Bapak dan Ibu dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak dan Ibu pegawai BPS yang telah membantu penulis mencari data selama

dan doa yang tiada terputus kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 yang telah menjadi rekan yang menyenangkan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

9. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya, segala kekurangan, kesalahan dan ketidaksempurnaan skripsi ini adalah tanggung jawab penulis. Namun apabila kebenaran dalam skripsi semata hanya keridhoan Allah SWT sang Maha Sempurna. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 2012

Aris Prasojo F0108139 DAFTAR ISI

Tabel 1.1 PDRB Atas Harga Berlaku dan PDRB Atas Harga Konstan

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ........................................

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Sukoharjo Tahun 2006-2010 ......

Tabel 3.1 Model Matrik Potensial ................................................................ 48 Tabel 3.2 Model Tipologi Klassen ............................................................... 51 Tabel 4.1 Luas Wilayah Dan Persentase Menurut Kecamatan Di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2010 .................................................................. 55 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 .......................................................................... 56 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006 - 2010 ...... 57 Tabel 4.4 Produksi Hasil Perkebunan Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2006 -2010 ........................................................................ 60 Tabel 4.5 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010 .......... 61 Tabel 4.6 Jumlah Unit Usaha Industri Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ......................................................................... 63 Tabel 4.7 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 (dalam jutaan Rupiah) .................................... 67 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) PDRB Atas Harga konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Kabupaten Sukoharjo ................................................................... 77

Atas Harga konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Kabupaten Sukoharjo ................................................................... 82 Tabel 4.10 Pertumbuhan dan Proporsi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 .......................................................................... 86 Tabel 4.11 Hasil Matriks Potensi PDRB Atas Harga konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Kabupaten Sukoharjo .......... 87 Tabel 4.12 Hasil Analisis Tipologi Klassen Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 .......................................................................... 92

Gambar 2.1 Kerangka Analisis ..................................................................... 38 Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Analisis LQ Tahun 2006-2010 ............. 79

LAMPIRAN 1

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Atas Dasar Harga Konstan Jawa Tengah Tahun 2006-2010.

LAMPIRAN 2

1. Laju Pertumbuhan Kabupaten Sukoharjo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010.

2. Laju Pertumbuhan Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-

2010

LAMPIRAN 3

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

LAMPIRAN 4

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Jawa Tengah Tahun 2006-2010.

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006-2010

Oleh : Aris Prasojo F0108139

Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Sukoharjo. Kedua, untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo. Ketiga, untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan data data sekunder yaitu Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukoharjo dan Propinsi Jawa Tengah selama tahun 2006- 2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Shift Share (SS), analisis Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Matrik Potensi dan analisis Model Tipologi Klassen.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan; Pertama, berdasarkan analisis Shift Share , Kabupaten Sukoharjo mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah. Dari semua sektor ekonomi, sektor perdagangan adalah sektor yang menyumbangkan nilai terbesar bagi kenaikan kinerja perekonomian daerah. Hal ini bertanda terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier. Kedua, berdasarkan analisis Location Quotient, yang termasuk sektor basis di Kabupaten Sukoharjo adalah sektor pertanian, sektor listrik dan air bersih dan sektor perdagangan. Ketiga, berdasarkan analisis Model Rasio Pertumbuhan, sektor ekonomi yang dominan pertumbuhannya baik itu di Provinsi maupun di Kabupaten, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Keempat, berdasarkan analisis Matrik potensi, sektor ekonomi di Kabupaten Sukoharjo dikelompokkan dalam ketegori sektor prima adalah sektor pertanian dan sektor perdagangan. Kelima, berdasarkan analisis Tipologi Klassen sektor ekonomi di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar dikelompokkan dalam ketegori sektor ekonomi berkembang cepat.

Dari hasil analisis tersebut maka dapat diajukan beberapa saran yaitu pemerintah daerah diharapkan meningkatkan sektor yang telah menjadi sektor basis melalui penerapan kebijakan yang tepat sasaran dan diharapkan mampu membuat suatu strategi pengembangan yang tepat sasaran dalam pengembangan kegiatan sektor ekonomi yang potensial dan perencanaan pembangunan daerah hendaknya mengutamakan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang prima dan potensial.

Kata Kunci : Struktur Ekonomi, Basis Ekonomi dan Sektor Unggulan.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi suatu daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Lincolin, 1999). Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing dan menciptakan sarana dan prasarana yang menunjang.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain (Mudrajad, 2004).

sebagaimana telah tertuang dalam UU nomor 22 tahun 1999 ( yang telah diperbaharuhi dengan UU nomor 32 tahun 2004) tentang pemerintah daerah dan UU nomor 25 tahun 1999 (diperbaharuhi dengan UU nomor 33 tahun 2004) tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Selain mengerahkan segala potensi yang ada untuk lebih mendorong pembangunan dalam rangka pengembangan wilayah dan masyarakatnya, pembangunan ekonomi regional yang sudah mulai ditekankan pada kerjasama antar sektor dan antar daerah.

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5 “Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, daerah diberikan sejumlah kewenangan dalam mengupayakan dan mengelola sumber-sumber keuangan untuk pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pada era otonomi daerah sekarang ini, pemerintah daerah harus mampu mencari dan menggali potensi ekonomi yang ada untuk dikembangkan secara optimal untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Sektor-sektor yang ada di daerah dapat dijadikan dan diwujudkan sebagai sektor unggulan baik ditingkat lokal, regional, bahkan internasional. Sektor-sektor unggulan yang ada tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah

dari pemerintah pusat. Dalam proses pembangunannya tidak terlepas dari dampak dari pembangunan nasional namun sangat disesuaikan dengan potensi dan permasalahan yang ada di daerahnya. Untuk itu pemerintah daerah diharapkan mampu mencari dan menggali potensi daerah tersebut yang ada untuk dikembangkan dan dioptimalkan. Hal ini berguna untuk menghindari kesalahan dalam penentuan program pembangunan yang berhasil untuk suatu daerah belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah lain. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kondisi, permasalahan, kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Selain itu, diketahuinya keadaan sektor- sektor ekonomi yang potensial suatu daerah dapat sekaligus diwujudkan sebagai sektor-sektor yang dapat diandalkan di tingkat lokal, regional maupun internasional, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi ketergantungan terhadap subsidi dari Pemerintah Pusat.

Salah satu indikator yang digunakan untuk dapat mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam periode tertentu dapat ditunjukkan dalam PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto), yang dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto (gross value aded) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah tersebut. Suatu daerah bisa dikatakan mengalami tingkat keberhasilan dalam pembagunan apabila nilai PDRB yang berhasil dicapai daerah tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

struktur perekonomian di Kabupaten Sukoharjo.

Tabel 1.1

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PRDB Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010

Tahun

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB Atas Dasar Harga konstan

Jumlah (Juta Rp)

Pertumbuhan (%)

Jumlah (Juta Rp) Pertumbuhan (%) 2006

4.65 Sumber : BPS Kab. Sukoharjo. ( data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1. di atas, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukoharjo mengalami penurunan setiap tahunnya dilihat dari harga konstan, terjadi pertumbuhan PDRB di tahun 2006 sebesar 4,53 persen, di tahun 2007 pertumbuhan PDRB meningkat sebesar 5,11 persen dan tahun 2008 menurun sebesar 4,84 persen. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 mencapai 4,76 persen dan pada tahun 2010 sebesar 4,65 persen. Berhubungan dengan hal tersebut, maka perlu dikaji sektor-sektor apa saja yang memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan pendapatan daerah. Hal ini berguna agar penentuan program pembangunan dapat berhasil sesuai yang direncanakan. Pelaksanaan pembangunan daerah harus selalu memperhatikan karakteristik wilayahnya sehingga kebijakan pembangunan dapat lebih terarah. Sumber Berdasarkan Tabel 1.1. di atas, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukoharjo mengalami penurunan setiap tahunnya dilihat dari harga konstan, terjadi pertumbuhan PDRB di tahun 2006 sebesar 4,53 persen, di tahun 2007 pertumbuhan PDRB meningkat sebesar 5,11 persen dan tahun 2008 menurun sebesar 4,84 persen. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 mencapai 4,76 persen dan pada tahun 2010 sebesar 4,65 persen. Berhubungan dengan hal tersebut, maka perlu dikaji sektor-sektor apa saja yang memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan pendapatan daerah. Hal ini berguna agar penentuan program pembangunan dapat berhasil sesuai yang direncanakan. Pelaksanaan pembangunan daerah harus selalu memperhatikan karakteristik wilayahnya sehingga kebijakan pembangunan dapat lebih terarah. Sumber

Tabel 1.2

Pertumbuhan Sektor Ekonomi Di Sukoharjo Tahun 2006-2010 ( % )

Lapangan Usaha

2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

1. Pertanian 3.68 5.30 4.98 4.92 4.99 4.77 2. Pertambangan dan Penggalian

1.26 2.07 1.09 1.56 1.58 1.51 3. Industri Pengolahan

3.82 4.41 4.30 3.61 3.92 4.01 4. Listrik, Gas dan Air Minum

4.47 7.80 5.18 7.33 5. Bangunan

8.75 5.76 5.25 5.63 6.53 6.38 6. Perdagangan, Hotel & Restoran

4.33 5.09 4.74 4.97 4.53 4.73 7. Pengangkutan & Komunikasi

5.40 5.65 5.25 5.16 5.20 5.33 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Pers

4.40 6.53 7.35 5.97 5.23 5.90 9. Jasa-jasa

PDRB Total

5.11 4.84 4.76 4.64 Sumber : BPS Kab. Sukoharjo. ( data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.2. di atas, secara keseluruhan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sektoral diKabupaten Sukoharjo menunjukan adanya suatu tingkat pertumbuhan yang menurun dari tahun ke tahun. Sektor dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air (7,33%) yang kemudian diikuti sektor bangunan (6,38%) dan Jasa-jasa (6,33%). Sektor pertanian mengalami rata-rata pertumbuhan (4,77%) terendah ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran (4,73%). Sektor pertambangan dan penggalian paling terendah dengan rata pertumbuhan (1.51%) Berdasarkan Tabel 1.2. di atas, secara keseluruhan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sektoral diKabupaten Sukoharjo menunjukan adanya suatu tingkat pertumbuhan yang menurun dari tahun ke tahun. Sektor dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air (7,33%) yang kemudian diikuti sektor bangunan (6,38%) dan Jasa-jasa (6,33%). Sektor pertanian mengalami rata-rata pertumbuhan (4,77%) terendah ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran (4,73%). Sektor pertambangan dan penggalian paling terendah dengan rata pertumbuhan (1.51%)

Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan daerah adalah masalah pembiayaan yang terbatas, akibatnya peran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan pada masyarakat menjadi lebih rendah, hal ini berimbas pada kinerja pemerintah daerah kurang efektif. Apabila pemerintah daerah hanya menggantungkan pembiayaan dari pemerintah pusat maka pelayanan pada masyarakat daerah tidak akan mengalami peningkatan. Maka dari itu, pemerintah daerah harus berupaya mencari dan mengusahakan sumber-sumber pembiayaan dari daerahnya yang dapat diandalkan sehingga daerah tidak tergantung pada pusat dan daerah menjadi mandiri.

Berdasarkan uraian dan data yang dipaparkan diatas, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi yang terjadi dan menganalisa kondisi dan potensi sektor-sektor ekonomi di daerah Kabupaten Sukoharjo, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencari dan menciptakan sektor unggulan daerah yang mampu bersaing dengan daerah lain dan dapat meningkatkan pembangunan serta mampu menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pembangunan dan laju pertumbuhan yang baik

penelitian ini mengambil periode tahun 2006-2010 karena peneliti ingin mengetahui struktur ekonomi dan identifikasi sektor unggulan Sukoharjo setelah otonomi daerah, dan pada periode setelah otonomi daerah sampai tahun 2006 penelitian ini sudah pernah diteliti (penelitian oleh Widiyanta. 2009), dengan demikian peneliti ingin melanjutkan periode pada tahun 2006- 2010. Maka dari itu, penelitian ini mengambil Judul Analisis Struktur Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Unggulan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana Struktur ekonomi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ?

2. Bagaimana kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ?

3. Bagaimana kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010 ?

1. Untuk mengetahui Struktur ekonomi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

2. Untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

3. Untuk mengetahui kondisi kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2010.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut :

1. Dapat memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam membahas dan memperdalam masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan untuk penelitian – penelitian selanjutnya.

3. Diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada instansi terkait dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Pembangunan secara umum dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi nasional disamping tetap mengejar akslerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Menurut Lincolin (1999) Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Sementara proses pembangunan menurut Todaro (2000) bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Menurut pengertian akademis, istilah pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu

pendapatan nasional bruto / GNI (Gross National Income) tahun pada tingkat katakanlah 5 hingga 7 persen atau bahkan lebih tinggi jika hal itu memungkinkan. Secara umum, sebelum tahun 1970an pembangunan sematamata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun perkapita, yang diyakini akan menetas dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain, yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Itulah yang dikenal sebagai prinsip ”efek penetasan ke bawah” (trickle down effect). Dengan demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang paling diutamakan sedangkan masalah-masalah lain seperti kemiskinan, diskriminasi, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan, sering kali dinomorduakan ( Todaro, 2008 ).

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, siakp-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada intinya pembangunan harus mencerminkan perubahan total masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keberagaman kebutuhan dasar dan Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, siakp-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada intinya pembangunan harus mencerminkan perubahan total masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keberagaman kebutuhan dasar dan

2. Teori Transformasi Dan Perubahan Struktur Ekonomi. Pembangunan Ekonomi dalam periode jangka panjang, pada dasarnya memiliki dimensi pokok antara lain:

a. Pertumbuhan Pertumbuhan pendapatan nasional akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi,dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri manufaktur.

b. Penanggulangan Kemiskinan Dapat dilihat sebagai suatu hipotesis bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun membuat semakin tinggi peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi,dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi mendukung proses tersebut.

· Perubahan atau Transformasi ekonomi · Keberlanjutan pembangunan masyarakat agraris menjadi masyarakat

industri

kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan pembangunan. Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang artinya titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding titik balik penggunaan tenaga kerja. Sehingga terjadi masalah- masalah yang seringkali diperdebatkan diantaranya apakah pangsa PDB sebanding dengan penurunan pangsa serapan tenaga kerja sektoral dan industri mana yang berkembang lebih cepat, agroindustri atau industri manufaktur. Apabila transformasi kurang seimbang dikuatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer. Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan:

a) Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian)

b) Meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri)

c) Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Dalam menganalisis struktur ekonomi terdapat dua teori utama, yaitu teori Arthur Lewis (Teori migrasi) dan Hollins Chenery (Teori transformasi struktural). Dalam Teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan, pertumnuhan pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan Dalam menganalisis struktur ekonomi terdapat dua teori utama, yaitu teori Arthur Lewis (Teori migrasi) dan Hollins Chenery (Teori transformasi struktural). Dalam Teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan, pertumnuhan pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan

Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi:

1) Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih pesat.

2) Besarnya pasar dalam negeri Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu faktor insentif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi.

Merupakan faktor pendukung dari faktor pasar. Tingkat pendapatan tidaklah berarti bagi pertumbuhan industri-industri bila distribusinya sangat pincang.

4) Karakteristik Industrialisasi Mencakup cara pelaksanaan atau strategi pembangunan industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan.

5) Keberadaan sumber daya alam Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, terlambat melakukan industrialisasi, tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA.

6) Kebijakan perdagangan luar negeri Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking policy ), pola hasil industrialisasinya akan berkembang tidak efisien dibandingkan negara-negara yang menerapkan outward looking policy .

Teori basis ekonomi mengemukakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah dalam memenuhi permintaan akan barang dan jasa dari daerah lain. kemampuan suatu daerah untuk mengekspor produknya akan memicu timbulnya efek pengganda (multiplier effect ). pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation).

Menurut Robinson (2006:28) Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokan atas kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.

Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan- perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut (Lincolin, 1999:116).

tergantung pada permintaan (demand) yang bersifat ekstern dari luar daerahnya. menurut hoover (1984:316-317), pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari pembangunan daerah. barang-barang dan jasa-jasa dari sektor basis yang diekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah serta meningkatkan konsumsi dan investasi. peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis, yang pada akhirnya akan mendorong pula kenaikan investasi sektor non basis.

Selanjutnya Glasson (1990: 63) mendefinisikan kedua sektor tersebut sebagai berikut :

a. kegiatan sektor basis (basic activities) adalah kegiatan sektor ekonomi yang mengekspor barang dan jasa-jasa ke tempat lain di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, artinya bahwa sektor ini dalam aktifitasnya mampu melayani baik pasar domestik maupun pasar di luar daerah itu.

b. kegiatan sektor non basis (non basic activities) yaitu kegiatan sektor ekonomi yang hanya mampu menyediakan barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

tidak terjadi peningkatan dari sektor ekspor di daerah tersebut, namun pada kenyataannya suatu daerah dapat berkembang walaupun terjadi penurunan ekspor, jika pada sisi lain sektor non ekspor dapat tumbuh dan berkembang sehingga mengimbangi penurunan sektor ekspor tersebut, dan hal ini merupakan salah satu kelemahan teori ini. namun demikian, para ilmuwan dan praktisi tetap memanfaatkannya dalam kegiatan-kegiatan penelitian empirik. penggunaan teori ini dalam studi empirik dimaksudkan untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang termasuk sektor basis maupun sektor non basis disuatu wilayah atau daerah.

4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono 1999:2). Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003:4), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan tentang masalah negara terbelakang yang menyangkut 4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono 1999:2). Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003:4), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan tentang masalah negara terbelakang yang menyangkut

Atas sudut pandang tersebut, penelitian ini menggunakan istilah pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB sebelumnya (PDRBt – 1).

Laju Pertumbuhan ekonomi =

Menurut ahli ekonomi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Sadono, 1996:425) yaitu:

a) Tanah dan kekayaan alam Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam setiap negara dimana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor primer yaitu sektor dimana a) Tanah dan kekayaan alam Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam setiap negara dimana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor primer yaitu sektor dimana

Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat kemungkinannya untuk memperoleh keuntungan tersebut dan menarik pengusaha- pengusaha dari negara-negara/daerah-daerah yang lebih maju untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut. Modal yang cukup, teknologi dan teknik produksi yang modern, dan tenaga-tenaga ahli yang dibawa oleh pengusaha-pengusaha tersebut dari luar memungkinkan kekayaan alam itu diusahakan secara efisien dan menguntungkan.

b) Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja Penduduk yang bertambah dapat menjadi pendorong maupun penghambat pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut akan memungkinkan negara tersebut menambah produksi. Selain itu pula perkembangan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan pasar yang diakibatkannya. Besarnya luas pasar dari barangbarang yang dihasilkan dalam suatu perekonomian tergantung pendapatan penduduk dan jumlah penduduk.

ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Ini berarti penambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan pertambahan dalam tingkat produksi atau pun kalau bertambah, pertambahan tersebut akan lambat sekali dan tidak mengimbangi pertambahan jumlah penduduk.

c) Barang-barang modal dan tingkat teknologi Barang-barang modal penting artinya dalam meningkatkan atau mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi itu. Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, tetapi tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan maka kemajuan yang akan dicapai akan jauh lebih rendah.

d) Sistem sosial dan sikap masyarakat Sikap masyarakat dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan dorongan yang besar pada pertumbuhan ekonomi. Sikap itu diantaranya adalah sikap menghemat untuk mengumpulkan lebih besar uang untuk investasi, sikap kerja keras dan kegiatan-kegiatan mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu menambah pendapatan dan keuntungan. Disisi lain sistem sosial dan sikap masyarakat yang masih mempercayai dan memegang teguh adat istiadat yang tradisional dapat d) Sistem sosial dan sikap masyarakat Sikap masyarakat dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan dorongan yang besar pada pertumbuhan ekonomi. Sikap itu diantaranya adalah sikap menghemat untuk mengumpulkan lebih besar uang untuk investasi, sikap kerja keras dan kegiatan-kegiatan mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu menambah pendapatan dan keuntungan. Disisi lain sistem sosial dan sikap masyarakat yang masih mempercayai dan memegang teguh adat istiadat yang tradisional dapat

e) Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan Adam Smith menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi. Pandangan ini menunjukkan bahwa sejak lama orang telah lama menyadari tentang pentingnya luas pasar dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila luas pasar terbatas, tidak ada dorongan kepada para pengusaha untuk menggunakan teknologi modern yang tingkat produktivitasnya tinggi. Karena produktivitasnya rendah maka pendapatan para pekerja tetap rendah, dan ini selanjutnya membatasi pasar.

5. Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah Perlu kita ketahui bahwa pertumbuhan ekonomi regional dianalisa melalui pendekatan teori-teori, yaitu : (Lincolin, 1999)

a. Teori Ekonomi Neo Klasik Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa a. Teori Ekonomi Neo Klasik Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa

b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri- industri yang menggunakan sumber daya lokal termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

c. Teori Lokasi Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan

peluangnya

untuk mendekati

pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Tentu saja banyak pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Tentu saja banyak

d. Teori Tempat Sentral Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hierarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya industri dan bahan baku. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah.

Kondisi daerah-daerah kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative causation) ini. Kekuatan kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah-daerah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan daerah-daerah lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1957) sebagai back wash effect.

f. Model Daya Tarik (Attraction) Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif.

6. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya public yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab (Lincolin, 1999).

Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada 4 peran yang dapat diambil oleh pemerintah

a. Entrepreneur Perannya sebagai entrepreneur, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMN). Aset-aset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan lebih baik sehingga secara ekonomis menguntungkan.

b. Koordinator Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya. Perluasan dalam peranan ini dalam pembangunan ekonomi bisa melibatkan kelompok-kelompok dalam masyarakat dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian informasi ekonomi, misalnya tingkat kesempatan kerja, angkatan kerja, pengangguran dan sebagainya. Dalam perannya sebagai koordinator, pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran ekonomi, rencana-rencana, dan strategi-strategi. Pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan nasional (pusat) dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat yang maksimum daripadanya.

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah yang lebih baik.

d. Stimulator

Pemerintah daerah

dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lain : pembuatan brosur-brosur, pembangunan kawasan industri, pembuatan outlet untuk produk-produk industri kecil, membantu industri-industri kecil melakukan pameran.

Ada 3 implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah (Lincolin, 1999) :

1) Perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional (horizontal dan vertikal) di mana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.

daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara nasional.

3) Perangkat kelembangaan yang tersedia untuk pembangunan daerah, misalnya, administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya pembangunan sebaik mungkin yang benar- benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena edekatan para perencananya dengan obyek perencanaan.

B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian oleh Widiyanta (2009) dengan Judul Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Di Kabupaten Sukoharjo Periode Sebelum Dan Selama Propeda Tahun 1999 Sampai 2006. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui kondisi perekonomian di setiap kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, yang dihitung dari besaran pertumbuhan dan

sumbangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), antara era sebelum dan selama pelaksanaan Propeda. (2) Untuk mengetahui kondisi

yang dihitung dari besaran pertumbuhan PDRB dan PDRB Perkapita, antara sebelum dan selama pelaksanaa Propeda. (3) Untuk mengetahui kondisi basis ekonomi sektoral di setiap kecamatan di kabupaten Sukoharjo, antara era sebelum dan selama pelaksanaan Propeda. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber, dengan cara mengambil data-data statistik yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan di kabupaten Sukoharjo yang terdiri dari 12 kecamatan. Metode yang digunakan adalah Model Matriks Potensi Daerah, Model Metodologi Klassen, dan LQ (Location Qoetion). Hasil yang didapat hampir semua daerah wilayah kabupaten Sukoharjo termasuk kategori daerah terbelakang baik sebelum propeda maupun selama propeda. Dengan menggunakan Tipologo Klassen, didapat pergeseran status perekonomian yang berbeda-beda di masing-masing kecamatan di kabupaten Sukoharjo. Misalnya di Kecamatan Kartasura memiliki status maju dan tumbuh yangn terjadi pada tahun 2000, 2003, 2005, 2006, sedangkan pada 2001, 2002, 2004 maju namun tertekan. Dengan perhitungan LQ didapat bahwa pad athu 2000 sampai 2006 rata- rata dibidang pertanian, industri, pengelohan, bangunan, perdagangan hotel, dan restoran, angkutan dan komunikasi, jasa dan pemerintahan termasuk sektor basis. Sedangkan yang termasuk di sektor non basis adalah pertambangan, listrik, air dan keuangan. Berdasarkan hasil-hasil tersebut maka diajukan saran-saran agar memerintah meningkatkan kinerja sektor-sektor yang kurang maju atau terbelakang.