KESESUAIAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA DENGAN PEDOMAN PENATALAKSANAAN DIARE PADA BALITA MENURUT KEMENKES RI DI PUSKESMAS KOTA KARANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

(1)

(2)

(3)

(4)

CHILDREN WITH MANUAL THERAPY DIARRHEA IN CHILDREN ACCORDING RI KEMENKES

AT PUKSESMAS KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG CITY

PERIOD 2013 By

MERRY DAME CRISTY PANE

Diarrhea disease still health disesase in development country like in Indonesia. Therapy of diarrhea in Puskesmas still low. Oralit not used in all condition. Use of Antibiotik is affluent and antidiarrhea still use although not recommended. The aims of the research were to see the conformity therapy of diarrhea in children were observered in doses, duration of therapeutic, and the conformity of present from Oralit, Zinc and Antibiotic.

This research was doing at November 2013 in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung City. This study used descriptive methods with retrospective approach. The amount sample were 153 medical record which taken by total sampling. Result showed that from 153 sample the general therapy that agree with the manual is 28,8% and the conformity of Oralit doses is 64,7%. The conformity of Zinc doses is 88,9%, The conformity duration of therapy of Oralit is 100% and Zinc is 93,5% and the conformity of present Antibiotic is 47,7%.


(5)

BALITA DENGAN PEDOMAN PENATALAKSANAAN DIARE PADA BALITA MENURUT KEMENKES RI

DI PUSKESMAS KOTA KARANG KOTA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2013

Oleh

MERRY DAME CRISTY PANE

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia. Penatalaksanaan diare di tingkat puskesmas masih rendah. Oralit belum seluruhnya diberikan pada penderita diare. Penggunaan antibotik masih berlebihan. Anti diare walaupun tidak direkomendasikan masih sering diberikan pada penderita diare pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian panatalaksanaan diare pada balita yang ditinjau dari dosis. lama pemberian, dan kesesuaian pemberian dari Oralit, Zinc dan Antibiotik.

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013.di Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung Penelitian ini menggunakan metode deskripitif dengan pendekatan retrospektif. Sampel diambil dari data sekunder rekam medik pasien diare sebanyak 153 lembar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 153 lembar persepan yang ada Penatalaksanaan secara umum yang sesuai dilihat berdasarkan dosis, lama pemberian dan kesesuaian pemberian adalah sebanyak 28,8%. Kesesuaian dosis Oralit sebesar 64,7%.Kesesuaian dosis Zinc sebesar 88,9%. Kesesuaian lama pemberian Oralit sebesar 100%. Kesesuaian lama pemberian Zinc sebesar 93,5% Kesesuaian pemberian antibiotik sebesar 47,7%.


(6)

(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Diare ... 8

B. Balita ... 11

C. Penatalaksanaan Diare ... 13

D. Kerangka Pemikiran ... 27

1. Kerangka Teori ... 27

2. Kerangka Konsep ... 28

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29


(9)

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Variabel Penelitian ... 31

E. Definisi Operasional ... 31

F. Prosedur Penelitian ... 34

G. Pengumpulan Data ... 34

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Simpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA……….………...v LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Konsep………..28

2. Prosedur Penelitian………....34

3. Distribusi kejadian penyakit diare pada balita dari bulan


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Oralit Osmolaritas Rendah ... 14

2. Penilaian drajat dehidrasi dan rencana terapi Depkes RI 2011 ... 23

3. Rencana Terapi A... 24

4. Rencana Terapi B ... 25

5. Rencana Terapi C ... 26

6. Definisi Operasional ... 31

7. Distribusi penyakit diare pada balita menurut umur di Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung ... 36

8. Distribusi Kesesuaian dosis Oralit dan Zinc untuk penatalaksanaan diare pada balita di Puskesmas Kota Karang... 37

9. Distribusi kesesuaiana lama pemberian oralit dan Zinc dalam penatalaksanaan diare pada balita di Puskesmas Kota Karang...38

10.Distribusi kesesuaian pemberian antibiotik dalam penatalaksanaan diare pada balita di Puskesmas Kota Karang...38

11.Distribusi kesesuaian penatalaksanaan secara umum dilihat dari dosis, lama pemberian dan kesesuaian pemberian dari Oralit, Zinc dan Antibiotik...39


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu hari. (Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa penyebab utama kematian pada balita adalah Diare (post neonatal) 14% dan Pneumonia (post neo-natal) 14% kemudian Malaria 8%, penyakit tidak menular (post neonatal) 4% injuri (post neonatal) 3%, HIV (Human Imunodefficiency Virus) /AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2%, Campak 1% , dan lainnya 13%, dan kematian pada bayi <1 bulan (newborns death) 41%. Kematian pada bayi umur <1 bulan akibat Diare yaitu 2%. Terlihat bahwa Diare sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia (WHO dalam Buletin Jendela Data Informasi Kemenkes RI 2011).

Angka kesakitan maupun angka kematian menunjukkan adanya hubungan dengan umur. Sesuai dengan hasil penelitian Sinthamurniwaty tahun 2006, didapatkan kelompok umur terbanyak menderita diare kurang dari 24 bulan (58,68%), diikuti 24-36 bulan (24,65%), sedangkan paling sedikit


(13)

umur 37-60 bulan (16,67%). Balita umur <24 bulan mempunyai risiko 3,18 kali terkena diare akut dibandingkan >24 bulan. Begitu juga dengan hasil penelitian Mendrofa tahun 2006, didapatkan proporsi terbesar balita pasien diare berumur 1-<3 tahun (46,8%) dan proporsi terendah pada umur 3-<5 tahun (19%).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia. Pada tahun 2000 IR (Insiden Rate) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 naik menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian luar biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan di tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%) (Buletin Jendela Data Informasi Kemenkes RI 2011).

Kasus diare yang ada di Kota Bandar Lampung menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung adalah, dari 20 Puskesmas yang melaporkan angka kejadian diarenya ternyata Puskesmas Kota Karang memiliki distribusi kasus diare yang paling tinggi di tahun 2013 yaitu sampai bulan Juli kasus yang tercatat sebesar 1086 kasus diikuti oleh Puskesmas Kampung Sawah dengan 669 kasus dan Puskesmas


(14)

Kemiling dengan 665 kasus. Dan salah satu kebijaksanaan program yang diambil oleh Pemerintah kota Bandar Lampung terkait dengan diare ini adalah meningkatkan penatalaksanaan penderita diare untuk membatasi terjadinya kematian kasus diare (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2013).

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Millennium Development Goals) goal ke 4 adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian akibat diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat (Buletin Jendela Data Informasi Kemenkes RI 2011).

Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dehidrasi dapat dicegah karena merupakan penyebab kematian (Yusuf M, 2011).

Menurut data yang diperoleh dari Buletin Diare yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI tahun 2011, walaupun lebih dari 90 persen ibu mengetahui tentang paket oralit, hanya satu dari tiga (35%) anak yang menderita diare diberi oralit, hasil tersebut sama dengan temuan SDKI 2002-2003. Pada 30% anak yang diare diberi minuman lebih banyak, 22 % diberi Larutan


(15)

Gula Garam (LGG), dan 61 % diberi sirup/pil, sementara 14 % diberi obat tradisonal atau lainnya. Sedangkan 17 % anak yang menderita diare tidak mendapatkan pengobatan sama sekali. Demikian juga dengan penatalaksanaan diare di tingkat Puskesmas dari data yang diambil dari tahun 2006- 2009 tata laksana diare yang sesuai standar di Puskesmas juga masih rendah. Oralit belum seluruhnya diberikan pada penderita diare. Penggunaan antibiotika masih berlebihan anti diare walaupun tidak direkomendasikan tetapi masih sering diberikan bagi penderita diare balita.

Dalam Buletin Diare yang dikeluarkan oleh Kemenkes juga bisa dilihat adanya data daerah- daerah yang memiliki persentasi pemberian antibiotik yang tidak rasional (tanpa indikasi) pada kasus- kasus diare dan salah satu yang memiliki persentasi tertinggi yaitu 100% adalah provinsi Lampung. (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Volume 2, Triwulan 2 2011 Kemenkes RI).

Karena adanya data yang demikian ini maka penulis memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang kesesuaian penatalaksanaan diare pada pasien balita dengan pedoman penatalaksanaan diare pada balita menurut Kemenkes RI tahun 2011.


(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kajian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:”Apakah penalataksanaan diare pada balita sudah sesuai dengan pedoman penatalaksanaan diare pada balita menurut Kemenkes RI 2011”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kesesuaian penatalaksanaan diare pada balita dengan panduan penatalaksanaan diare pada bayi dan balita menurut Kemenkes RI tahun 2011

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui kesesuaian dosis pemberian Oralit dalam penatalaksanaan diare pada balita dengan pedoman penatalaksanaan diare pada balita menurut Kemenkes RI 2011. 2) Untuk mengetahui kesesuaian dosis pemberian Zinc yang

digunakan dalam penatalaksanaan diare pada balita dengan pedoman penatalaksanaan diare pada balita menurut Kemenkes RI 2011.

3) Untuk mengetahui kesesuaian lama pemberian Oralit dalam penatalaksanaan diare pada balita dengan pedoman penatalaksanaan diare pada balita menurut Kemenkes RI 2011


(17)

4) Untuk mengetahui kesesuaian lama pemberian Zinc yang digunakan dalam penatalaksanaan diare pada balita dengan pedoman penatalaksanaan diare pada balita menurut Kemenkes RI 2011.

5) Untuk mengetahui kesesuaian pemberian antibiotik dalam penatalaksanaan diare pada balita dengan pedoman penatalaksanaan diare balita menurut Kemenkes RI 2011.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Menambahkan pengetahuan dan informasi bagi peneliti tentang kesesuaian penatalaksanaan penyakit diare pada balita dengan pedoman penatalaksanaan diare pada balita menurut Kemenkes RI tahun 2011 dan sebagai langkah awal pembelajaran bagi peneliti untuk melakukan penelitian- penelitian di kemudian hari.

2. Bagi Klinis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada tenaga kesehatan dan sebagai sumber informasi mengenai gambaran awal penatalaksanaan diare pada balita di salah satu puskesmas yang ada di Kota Bandar Lampung.


(18)

3. Bagi Puskesmas Terkait.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan, dan sebagai informasi awal yang dapat digunakan untuk bahan evaluasi bagi program penatalaksanaan diare di puskesmas terkait.

4. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan informasi tambahan tentang kesesuaian penatalaksanaan penyakit diare pada balita dengan pedoman penatalaksanaan diare pada bayi dan balita balita menurut Kemenkes RI tahun 2011.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

Definisi Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).

Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).

Klasifikasi Diare

Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1. Lama waktu diare

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005) diare akut di definisikan sebagai passase tinja


(20)

yang cair dan lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong 2009).

b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. 2. Mekanisme patofisiologi

a. Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik. b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.

c. Malabsorbsi asam empedu.

d. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.

e. Motilitas dan waktu transport usus abnormal. f. Gangguan permeabilitas usus.

g. Inflamasi dinding usus disebut diare inflamatorik. h. Infeksi dinding usus.

3. Penyakit infektif atau noninfektif. 4. Penyakit Organik atau fungsional

Etiologi Diare

Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi rotavirus biasanya terdapat pada anak umur 6 bulan- 2 tahun (Suharyono,2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak- anak kecil merupakan infeksi nasokomial yang signifikan oleh mikroorganisme pathogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri pathogen yang paling sering di isolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia


(21)

dan Cryptosporodium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut (Wong,2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak pada kasus orang dewasa dibandingkan anak- anak (Suharyono, 2008). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal oral melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat (Wong, 2009).

Patogenesis

Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah gangguan osmotik, gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus (Suraatmaja, 2007).

Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare (Suraatmaja, 2007).

Patofisiologi

Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida, dan glukosa (Ulscen, 2000).


(22)

Faktor Risiko

Faktor risiko yang menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor prilaku masyarakat rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta malnutrisi. Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta sarana air bersih yang kurang. Faktor prilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan sesudah buang air besar serta tidak membuang tinja dengan benar. Tidak memberi ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan bayi mempunyai risiko untuk menderita diare lebih besar, ini akibat kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang diare (Adisasmito, 2007).

Diare merupakan penyebab utama malnutrisi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kehilangan berat badan (Tanchoro, 2006). Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare yang dideritanya (Suharyono,2008). Ada 2 masalah yang berbahaya dari diare yaitu kematian dan malnutrisi. Diare dapat menyebabkan malnutrisi dan membuat lebih buruk lagi karena pada diare tubuh akan kehilangan nutrisi, anak- anak dengan diare mungkin merasa tidak lapar serta ibu tidak memberi makan pada anak ketika mengalami diare (WHO, 2005).

B. Balita

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam


(23)

kebutuhan zat gizi (Notoadtmodjo,2007). Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.

Nursalam,dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 bulan dan masa pasca neonatus dengan usia 29-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ- organ tubuh dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry dan Potter,2005).

Balita

Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih popular dengan pengertian anak usia di bawah 5 tahun (Muaris H,2006).

Menurut Sutomo. B. dan Anggreani, DY. (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1- 3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh pada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.

Karakteristik balita

Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai usia prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami


(24)

perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu, anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita yang merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi 2004).

C. Penatalaksanaan Diare

Pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan suatu proses normal atau fisiologi, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus berbagai pertimbangan profesional dalam setiap tahan sebelum membuat suatu keputusan (Dewi Sekar, 2009).

Adapun tujuan dari penalataksanaan diare terutama pada balita adalah: 1. Mencegah dehidrasi.

2. Mengobati dehidrasi.

3. Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah diare.

4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

Prinsip dari penatalaksanaan diare

Prinsip dari tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE, yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/


(25)

menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) yaitu: 1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah

2. Zinc selama 10 hari berturut-turut 3. Pemberian ASI dan makanan 4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi 5. Nasihat pada ibu/ pengasuh anak

Oralit

Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), sitrat dan glukosa. Oralit osmolaritas rendah telah direkomedasikan oleh WHO dan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund).

Tabel. 1 Kandungan Oralit Osmolaritas Rendah

Oralit Osmolaritas Rendah WHO/UNICEF 2004 NaCl 2,6 g Na Citrate 2,9 g

KCL 1,5 g

Glucose 13,5 g

Na+ 75 mEq/L

K+ 20 mEq/L

Citrate 10 mmol/L

Cl- 65mEq/L

Glucose 75 mmol/L


(26)

Manfaat Oralit

Berikan oralit segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengobati dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elekrolit yang terbuang saat diare. Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:

a. Mengurangi volume tinja hingga 25% b. Mengurangi mual muntah hingga 30%

c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%.

Membuat dan Memberikan Oralit Cara membuat larutan Oralit:

a. Cuci tangan dengan air dan sabun

b. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200cc) c. Masukkan satu bungkus Oralit 200cc

d. Aduk sampai larut benar

e. Berikan larutan Oralit kepada balita. Cara memberikan larutan Oralit

a. Berikan dengan sendok atau gelas

b. Berikan sedikit-sedikit sampai habis atau hingga anak tidak kelihatan haus

c. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit.


(27)

e. Bila larutan Oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan Oralit berikutnya.

Mempercepat kesembuhan

Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir jika balitanya mengalami diare dan tidak sembuh (diare terus menerus). Semakin panjang durasi diare maka semakin tinggi risiko balita mengalami dehidrasi, terutama bagi balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi karena diare, bisa menyebabkan kematian.

Selama bertahun- tahun WHO membuat penelitian- penelitian yang dapat menurunkan parahnya diare dan mempercepat kesembuhan.

ZINC

Zinc baik dan aman untuk pengobatan diare. Berdasarkan hasil penelitian Departement of Child and Adolescent Health and Development, World Health Organization yaitu:

a. Zinc sebagai obat diare

 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi Zinc (Penelitian di

India)

 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang  18%-59% mengurangi jumlah tinja

 Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan

b. Zinc pencegahan dan pengobatan diare berdarah


(28)

c. Zinc dan Penggunaan Antibiotik irasional

 Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih 80%

sedangkan jumlah diare yang seharusnya diberi antibiotik tidak lebih dari 20% sangat tidak rasional, (data sesuai dari hasil presentasi dr.M.Juffrie,PhD,SpA(K) dalam kongres XIV IKA dan Bidan Indonesia, Padang, 2008).

 Pemakaian Zinc sebagai terapi diare apapun penyebabnya akan

menurunkan pemakaian antibiotik irasional. d. Zinc mengurangi biaya pengobatan

 Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan  Mengurangi jumlah pemakaian Oralit

e. Zinc aman diberikan pada anak. Cara Pemberian Obat Zinc

a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc selama 10 hari berturut-turut.

b. Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak).

c. Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc, ulangi pemberian dengan cara potong lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh.

d. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.


(29)

Teruskan ASI dan Makanan

Memberikan makanan kepada balita selama diare (usia 6 bulan ke atas) akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko terkena diare kembali. Oleh karena itu perlu diperhatikan:

a. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa penyembuhan (Bayi 0-24 bulan atau lebih).

b. Dukung ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi berupa 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui esklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

c. Anak usia 6 bulan keatas, tingkatkan pemberian makan: makanan pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6-24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap.

d. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.


(30)

Pemberikan makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat a. Bayi berusia 0-6 bulan

Saat usia ini, bayi hanya diberikan ASI saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari: pagi, siang maupun maupun malam hari. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.

Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain:

 Bangkitnya rasa percaya diri ibu untuk hanya memberikan ASI

saja, jelaskan keuntungan ASI dan dengan member ASI saja memncukupi kebutuhan bayi sedang diare.

 Susui bayi lebih sering, lebih lama: pagi, siang maupun malam.  Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan

lain.

b. Bayi berusia 6-24 bulan  Teruskan pemberian ASI

 Mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) yang

teksturnya lembut seperti bubur, susu, pisang.

 Secara bertahap sesuai pertambahan umur berikan bubur tim lumat

ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe.  Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:  Usia 6 bulan: 2 x 6 sdm peres

Usia 7 bulan: 2-3 x 7 sdm peres Usia 8 bulan: 3 x8 sdm peres c. Balita umur 9 sampai 12 bulan


(31)

 Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi.  Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau.  Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:

o Usia 9 bulan: 3 x 9 sdm peres. o Usia 10 bulan: 3 x 10 sdm peres. o Usia 11 bulan: 3 x 11 sdm peres.

 Berikan selingan 2 kali sehari diantara waktu pemberian makan

sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat. d. Balita umur 12 sampai 24 bulan

 Teruskan pemberian ASI.

 Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan

kemampuan anak.

 Berikan 3 kali sehari sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa

terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah.

 Berikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu

makan.

 Sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga.

e. Balita umur 2 tahun atau lebih

 Berikan makanan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3 – ½ porsi makan orang dewasa.

 Berikan makanan selingan kaya gizi 2xsehari diantara waktu


(32)

Anjuran Makan untuk Diare Persisten

a. Jika anak masih mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang dan malam.

b. Jika anak mendapat susu selain ASI

 Kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI  Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi di tambah

tempe,

 Jangan diberikan susu kental manis.

 Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan

kelompok umur.

Antibiotik secara selektif

Antibiotik jangan diberikan kecuali atas indikasi misalnya pada diare berdarah dan kolera, pemberian antibiotik yang tidak tepat akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu flora usus. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak tepat akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik dan menambah resistensi kuman.

Nasihat pada orang tua/pengasuh

Nasihat diberikan kepada orang tua/ pengasuh bagaimana memberikan pengobatan diare di rumah, pemberian makan dan segera kembali ke petugas kesehatanan /puskesmas bila terdapat tanda bahaya yang berupa demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus dan diare makin sering.


(33)

Prosedur penatalakssanaan diare 1. Riwayat penyakit

Di sini perlu ditanyakan:

 Berapa lama anak sudah mengalami diare?  Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?  Apakah tinjanya ada darah?

 Apakah anak muntah?

 Apakah ada penyakit lainnya?

2. Penilaian derajat dehidrasi

 Bagaimana keadaan umum anak?  Sadar atau tidak sadar?

 Lemas atau terlihat sangat mengantuk?  Apakah anak gelisah?

 Berikan minum apakah dia mau minum? Jika iya, apakah ketika

dia minum ia tampak sangat haus atau malasa minum?  Apakah matanya cekung atau tidaks cekung?

 Lakukan cubitan kulit perut (turgor) apakah kulitnya kembali


(34)

Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi dan rencana terapi Depkes RI 2011

PENILAIAN A B C

BILA TERDAPAT 2 TANDA ATAU LEBIH 1. Lihat Keadaan

umum

Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak sadar Mata Rasa Haus Normal Minum biasa, tidak haus Cekung Haus ingin minum banyak

Sangat cekung dan kering

Malas

minum/tidak bisa minum

2. Periksa Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

3. Derajat Dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang

Dehidrasi berat 4. Rencana Pengobatan Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

3. Penentuan rencana terapi

Rencana pengobatan diare dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami penderita.

a. Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi yaitu diare yang jika terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda berikut yaitu: Keadaan umum baik, sadar, mata tidak cekung, minum biasa,tidak haus dan cubitan kulit perut/turgor kembali segera.

b. Rencana Terapi B, jika penderita mengalami dehidrasi ringan – sedang yaitu diare yang terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda di bawah ini yaitu: Gelisah dan rewel, mata cekung, ingin minum terus, ada rasa haus dan cubitan kulit perut/turgor kembali lambat. c. Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat

yaitu diare yang terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda di bawah ini yaitu: Lesu dan lunglai/tidak sadar, mata cekung, malas


(35)

minum dan cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 detik. (Panduan Sosialisasi Tatalaksanan Diare pada Balita Kemenkes RI 2011)

Tabel 3. Rencana Terapi A

RENCANA TERAPI A

UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI

MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH 1 BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA

a. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama b.

Anak yang mendapat ASI ekslusif, beri ORALIT atau air matang sebagai tambahan

c. Anak yang tidak mendapat ASI ekslusif, beri susu yang biasa diminum

dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang dsb)

d.

Beri ORALIT sampai diare berhenti.

Bila muntah tunggu 30 menit dan lanjutkan sedikit demi sedikit ● Umur <1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak

● Umur >1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak e. Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200ml) di rumah bila:

● Telah diobati dengan rencana terapi B atau C

● Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika direnya memburuk f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan ORALIT

2 BERI OBAT ZINC

Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti.

Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI

a. Umur < 6bulan diberi 10mg (1/2 tablet) perhari b Umur > 6bulan diberi 20 mg (1tablet) perhari

3 BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI

a. Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama waktu anak sehat b. Tambahkan 1 - 2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan

c. Beri makanan kaya kalsium seperti buah segar, pisang, air kelapa muda d.

Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil setiap hari (setiap 3 - 4 jam)

e.

Setelah diare berhenti beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu

4 BERI ANTIBIOTIK SELEKTIF

Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah dan kolera 5 NASIHAT IBU/PENGASUH

Untuk membewa anak kembali ke petugas kesehatan bila: a. Berak cair lebih sering


(36)

b. Muntah berulang c. Sangat haus

d. Makan dan minum sangat sedikit e. Timbul demam

f. Berak berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari Tabel 4. Rencana Terapi B

RENCANA TERAPI B

UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/BERAT

JUMLAH OBAT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN

ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak a. Bila BB tidak diketahui berikan ORALIT sesuai tabel dibawah ini:

Umur sampai <4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun Berat Badan <5 kg 5-10 kg 10-12 kg 12-19 kg Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400 b. Bila anak menginginkan lebih banyak ORALIT, berikan

c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI d.

Untuk bayi <6 bulan, tunda pemberian makanan selama 3 jam kecuali ASI dan ORALIT

e. Beri obat ZINC selama 10 hari berturut – turut

AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT

a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan b. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas c. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah d.

Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikann anak air masak atau ASI

e. Beri ORALIT sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang SETELAH 3 - 4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A,B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI

a.

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A.

Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B c. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah

d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B a. Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah b. Berikan ORALIT 6 bungkus untuk persediaan di rumah


(37)

Tabel 5. Rencana Terapi C

RENCANA TERAPI C

UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN Ikuti tanda panah a. Beri cairan intravena segera:

Jika jawaban "YA"

Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100ml/kgBB, dibagi sebagai berikut:

Lanjutkan ke

KANAN Umur

Pemberian I 30 ml/kgBB Kemudian 70ml/kgBB Dapatkah saudara memberikan cairan intravena

YA

Bayi<1

tahun 1 jam* 5 jam

Anak >2

tahun 30 menit* 2 1/2 jam * Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

b.

Nilai kembali tiap 15 - 30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat

c.

Juga beri ORALIT (5ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 102 jam (anak)

d. Berikan obat ZINC selama 10 hari berturut- turut

TIDAK e.

Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi

Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi

Adakah terapi terdekat (dalam 30

menit) YA f. Rujuk penderita untuk terapi intravena

TIDAK g.

Bila penderita bisa minum, sediakan ORALIT dan tunjukkan cara memberikannya selama di perjalanan

Apakah saudara dapat menggunakan

pipa nasogastrik/orogast

rik untuk dehidrasi

YA h.

Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui

Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kgBB/jam

i. Nilai setiap 1-2 jam

TIDAK

Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat ↓

Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi intravena

Apakah penderita

bisa minum YA j.

Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C)

k.

Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam

l. Nilai setiap 1- 2 jam:

● Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat

TIDAK

Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi intravena


(38)

m.

Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai

Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui nasogastrik/

orogastrik atau intravena

YA

Catatan:

Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi ORALIT

Bila umur anak diatas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan berikan antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar

D. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu hari. (Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

Diare masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak, terutama pada anak usia dibawah 5 tahun. Didunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun dan sebagian besar terjadi di negara berkembang.

Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan- temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan risiko sekecil mungkin bagi pasien.(Yusmanita, 2009).


(39)

Adapun prinsip penatalaksanaan diare pada balita yang disusun dan dikeluarkan oleh Kemenkes RI meliputi 5 hal yaitu sebagai berikut:

1. Rehidrasi menggunakan oralit

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan pemberian ASI dan makanan 4. Nasihat kepada orang tua dan pengasuh

(Panduan Sosialisasi Tatalaksanan Diare pada Balita Kemenkes RI 2011)

2. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Diare

Pada Bayi Balita Penatalaksanaan

Diare pada Bayi dan Balita Di

Puskesmas Standar Penatalaksanaan masing-masing tahapan - Oralit - Zinc

- Teruskan ASI- Makanan

- Antibiotik atas indikasi Oralit dan Zinc Oralit dan Zinc Antibiotik Dosis Lama Pemberian Indikasi

 Takaran Per Hari

 Takaran Per kali Makan  Interval


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif, dengan melakukan observasi terhadap data sekunder berupa rekam medik yang diambil dari Puskesmas Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Kota Bandar Lampung.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada November 2013 2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Kota Bandar Lampung.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini ada seluruh data lembar rekam medik penyakit diare pada bayi dan balita di Puskesmas Kota Karang


(41)

Kecamatan Teluk Betung Kota Bandar Lampung periode Januari- November 2013.

2. Sampel Penelitian

Besar sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan metode total sampel.

Kriteria Inklusi:

1. Semua lembar rekam medik di unit rawat jalan Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung yang memuat diagnosis penyakit diare akut tanpa dehidrasi akut pada balita tanpa komplikasi.

2. Semua lembar rekam medik yang memuat tahapan penatalaksanaan yang digunakan dalam proses pengobatan diare pada bayi dan balita.

3. Semua lembar peresepan yang dalam keadaan baik, tidak cacat (robek, basah), dan dapat dibaca.

Kriteria Ekslusi :

1. Lembar rekam medik yang sulit dibaca.

2. Lembar rekam medik yang tidak memuat tahapan penatalaksanaan diare pada bayi dan balita yang lengkap seperti dosis yang tidak ada, lama pemberian yang tidak ada atau indikasi yang kurang jelas.


(42)

D. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu penatalaksanaan penyakit diare pada balita. Variabel ini memiliki sub variabel yaitu dosis, lama, dan indikasi pemberian.

E. Definisi Operasional

Tabel 6. Definisi Operasional

No Variabel Alat ukur Cara

Pengukuran Hasil Ukur

Skala

Ukur Keterangan

1 Penalataksa naan diare akut tanpa dehidrasi pada balita Buku Pedoman Penatalaksa naan Diare pada Balita Kemenkes RI

Observasi Sesuai jika semua tahapan yang dicantukan dalam lebar kerja

terpenuhi Tidak sesuai jika tidak sama atau ada 1 atau lebih tahapan yang tidak sama dengan yang

tercantum dalam buku panduan penatalaksan aan dalam resep.

Nominal Acuan

penatalaksanaan penyakit diare pada balita yang dikeluarkan oleh Departemen kesehatan

2 Dosis Oralit Buku Panduan Penatalaksa naan Diare pada Balita Kemenkes RI

Observasi Sesuai jika takaran per hari, takaran perkali makan dan interval pemberian sama dengan yang

Ordinal Takaran Oralit yang digunakan untuk pengobatan diare pada balita dilihat dari takaran perhari, takaran per kali makan dan interval pemberian, yang ditulis oleh tenaga


(43)

tercantum dalam panduan penatalaksan aan.

Tidak sesuai jika salah satu kriteria dari dosis tidak sama dengan yang tercantum dalam panduan penatalaksan aan. Tidak tercamtum dalam resep jika jumlah obat yang digunakan tidak

dicantumkan dalam resep.

kesehatan di Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung periode Januari- November 2013

3 Dosis Zinc Buku Pedoman Penatalaksa naan Diare pada Balita Kemenkes RI

Observasi Sesuai jika takaran per hari, takaran perkali makan dan interval pemberian sama dengan yang tercantum dalam panduan penatalaksan aan. Tidak sesuai jika salah satu kriteria dari dosis tidak sama dengan yang tercantum dalam panduan penatalaksan aan.

Ordinal Takaran Zinc yang digunakan untuk pengobatan diare pada balita dilihat dari takaran perhari, takaran per kali makan dan interval pemberian, yang ditulis oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Karang Kota Bnadar Lampung periode Januari- November 2013


(44)

4 Lama Pemberian Buku Pedoman Penatalaksa naan Diare pada Balita Kemenkes RI

Observasi Sesuai jika sama dengan yang tercantum pada panduan penatalaksan aan. Tidak sesuai jika lama pemberian obat tidak sama dengan yang tercantum dalam panduan penatalaksan aan.

Ordinal Jangka waktu pemberian obat pada penatalaksanaan diare dilihat subsripsio resep dan signature resep, yang ditulis oleh tenaga tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Karang periode Januari- November 2013

5 Indikasi pemberian Antibiotik Buku Pedoman Penatalaksa naan Diare pada Balita Kemenkes RI

Observasi Sesuai jika pemberian antibiotik berdasarkan indikasi yang tercantum pada panduan penatalaksan aan. Tidak sesuai jika pemberian antibiotik tidak berdasarkan indikasi seperti yang tercantum dalam pedoman penatalaksan aan.

Ordinal Pengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil pemeriksaan fisik yang akurat.


(45)

F. Prosedur Penelitian

Gambar 2. Prosedur Penelitian

G. Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan data sekunder. Data diperoleh dengan mengumpulkan semua lembar rekam medik yang memuat tahapan penatalaksanaan pasien bayi dan balita dengan diagnosis penyakit diare dari bulan Januari- November 2013 dengan menggunakan lembar kerja.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Seluruh data yang telah diperoleh dari penelitian dikumpulkan kemudian dilakukan observasi, kemudian dilakukan pemaparan terhadap setiap variabel yang diperoleh. Lalu disusun dan dikelompokkan dan diolaah dengan menggunakan program pengolahan data statitik SPSS. Hasil Perizinan Survei Pendahuluan Seminar Proposal

Pengumpulan Data Rekam Medik

Pengolahan Data

Hasil Data


(46)

penelitian akan diperlihatkan dan diuraikan dalam bentuk tabel dan presentasi. Analisa kualitatif dilakukan dengan cara induksi yaitu dengan menarik kesimpulan umum berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di awal.


(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung periode Januari- November 2013 di dapatkan 153 lembar peresepan yang memuat diagnosis dan penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi pada balita dan dapat disimpulkan bahwa:

1. Penatalaksanaan secara umum yang sesuai dengan buku pedoman penatalaksanaan penyakit diare pada balita di Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung Periode Januari- November 2013 yang dilihat berdasarkan dosis, lama pemberian dan keseuaian pemberian sebesar 28,8% .

2. Kesesuaian dosis Oralit dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi dengan buku pedoman penatalaksanaan diare pada balita sebesar 64,7%.

3. Kesesuaian dosis Zinc dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi dengan buku pedoman penatalaksanaan diare pada balita sebesar 88,9%.


(48)

4. Kesesuaian lama pemberian Oralit dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi dengan buku pedoman penatalaksanaan diare pada balita sebesar 100%.

5. Kesesuaian lama pemberian Zinc dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi dengan buku pedoman penatalaksanaan diare pada balita sebesar 93,5%.

6. Kesesuaian pemberian antibiotik dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi dengan buku pedoman penatalaksanaan diare pada balita adalah sebesar 47,7%.

B. Saran

Mengingat beberapa kerugian yang dapat ditimbulkan dari ketidaksesuaian penatalaksanaan diare pada balita dan manfaat yang bisa diperoleh jika dilakukannya penatalaksanaan yang sesuai dengan pedoman maka dapat disarankan:

1. Bagi peneliti sendiri, agar dapat memanfaatkan pengetahuan yang didapat dari penelitian ini di masa yang akan datang.

2. Bagi penulis resep, agar lebih memperhatikan anjuran penggunaan obat pada tahapan penatalaksanaan diare pada balita sehingga di kemudian hari penatalaksanaan yang ada dapat sesuai dengan pedoman yang ada.

3. Bagi peneliti lain, agar dapat mengembangkan penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini agar tidak hanya sebatas penelitian


(49)

deskriptif saja tetapi lebih kearah faktor- faktor yang berkaitan dengan ketidaksesuaian penatalaksanaan yang ada sehingga hasil penelitian yang didapat lebih akurat.

4. Bagi Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung, agar dapat lebih meningkatkan kegiatan evaluasi dan pelatihan tentang modul dan pedoman penatalaksanaan yang ada.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Systemic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta.

Baqui, Abdulah H.2002. Effect of Zinc Supplementation Started During Diarrhoea on Morbidity and Mortality in Bangladesh Children Community Randomised Trial. British Medical Journal.

Borong, Mayta. 2012. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Rawat Inap Anak Rumah Sakit M.M Dunda Limboto Tahun 2011. Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Jurusan Farmasi. Universitas Gorontalo.

Departemen Kesehatan RI.2011.Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI.2007. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian. Jakarta.

Deviana.2012. Perbedaan Durasi Penyembuhan Diare Dehidrasi Ringan- Sedang Balita yang Diberikan ASI dan Seng. Fakultas Kedokteran Universitas Dipenegoro. Semarang.

Dewi,S., A. Kusuma, dan I. Hapsari. 2011. Evaluasi Penggunaan Obat Antidiare pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Tahun 2009. Pharmacy.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.2013. Situasi Epidemiologi Kasus Diare di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 (s.d Juli). Bidang Bina P2PL. Bandar Lampung.

Frans .2012. Studi Penggunaan Obat Pada Penderita Diare Akut di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof Dr, R.D Kondou Manado Periode Januari-Juni 2012. UNSRAT.

Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi, FMIPA Universita Indonesia. Majalah Ilmu Kefarmasian.


(51)

Hiswani, 2003, Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat yang Kejadiannya Sangat Erat dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan, USU, Medan.

Kementrian Kesehatan RI.2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan

Situasi Diare di Indonesia. Jakarta.

Lukacik M,Thomas RL, Ananda JV.2000. A Meta-analysis of the effects of oral zinc in the treatment of acute diarrhea in young children. Pediatrics.

Made.2012. Suplementasi Probiotik Pada Terapi Standar Zinc dan Cairan Rehidrasi Oral Pada Anak Usia 6-36 Bulan Dengan Diare Akut. Tesis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mansjoer, dkk.. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Medica Aesculpalus, FKUI. Jakarta.

Markum.1998. Ilmu Kesehatan Anak; Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak. Universitas Indonesia. Jakarta.

Mendrofa K.. 2006. Karakteristik balita penderita diare yang berobat di Puskesmas Tetehosi Foa Kecamatan Gido Kabupaten Niasa tahun 2005. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Muaris H. 2006. Resep: Lauk Bergizi Untuk Anak Balita. Gramedia. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.

Jakarta.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Salemba Medika. Jakarta.

Panggabean Y E. 2008. Evaluasi Implementasi Kebijakan Kewajiban Menuliskan Resep Obat Generik di RSU Cilegon Tahun 2007. Tesis FKM UI Depok. Potter, Patricia.A & Perry, Anne G..2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan 1

Edisi 4. EGC. Jakarta.

Quick ,J.D.et al.1997. Managing Drug Supply. Dalam The Selection, Procurement,Distribution, and Use of Pharmaceu: Kumarian Press Inc. West Hartford


(52)

Simadibrata MK. 2006. Pendekatan Diagnostik Diare Kronik. Di dalam : Sudoyo Aru w et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Sinthamurniwaty.2006. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita. (Tesis). Universitas Diponegoro, Semarang.

Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta. Suharyono.2008.Diare akut Klinik dan Laboratorik. Rhineka Cipta. Jakarta. Sutomo B & Anggraini DY. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita. PT.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Febiana Tia.2012. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antiboitik di Bangsal Anank RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus- Desember 2011. Laporan Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

WHO .1988. Estimating Drugs Reqruitment dalam A Practical Manual. Geneva .2006.Oral Rehidration Salts: Production of the New ORS. WHO document

production service. Geneva.

Wong Dona, L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong.Volume 1. Edisi 6. EGC. Jakarta.

.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. EGC. Jakarta.

Whelan, A., dan Woodley. 1995. Pedoman Pengobatan dari Manual of Medical

Therapeutics Department of Medicine Washington University, 27 edition,

Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset. Yogyakarta

Wulandari .2012. Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare pada Balita (Jurnal). Universitas Negeri Gorontalo.

Ulshen, Martin. 2000. Manifestasi Klinis Penyakit Saluran Pencernaan. In: Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson, ed. Ilmu Kesehatan Anak vol. 2 Edisi 15.EGC. Jakarta.

Uripi 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Prilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Seimbang pada Balita. Universitas Sumatera Utara.

WHO Policy Perspectives on Medicines .2002. Promoting Rational Use of Medicines: Core Component. Geneva.


(53)

Wong, L.D., Eaton, H.M., Wilson, D., Winkelstein, L.M., dan Schwart, P., 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC.Jakarta.

World Health Organization.2005. The Treatment of Diarrhea a Physicians and Other Senior Health Worker. WHO Press. Geneva:

Yusmainita.2009. Rasionalitas Penggunaan Obat. RUSP H. Adam Malik Medan. Yusuf, Mangunjaya. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri.


(1)

4. Kesesuaian lama pemberian Oralit dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi dengan buku pedoman penatalaksanaan diare pada balita sebesar 100%.

5. Kesesuaian lama pemberian Zinc dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi dengan buku pedoman penatalaksanaan diare pada balita sebesar 93,5%.

6. Kesesuaian pemberian antibiotik dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi dengan buku pedoman penatalaksanaan diare pada balita adalah sebesar 47,7%.

B. Saran

Mengingat beberapa kerugian yang dapat ditimbulkan dari ketidaksesuaian penatalaksanaan diare pada balita dan manfaat yang bisa diperoleh jika dilakukannya penatalaksanaan yang sesuai dengan pedoman maka dapat disarankan:

1. Bagi peneliti sendiri, agar dapat memanfaatkan pengetahuan yang didapat dari penelitian ini di masa yang akan datang.

2. Bagi penulis resep, agar lebih memperhatikan anjuran penggunaan obat pada tahapan penatalaksanaan diare pada balita sehingga di kemudian hari penatalaksanaan yang ada dapat sesuai dengan pedoman yang ada.

3. Bagi peneliti lain, agar dapat mengembangkan penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini agar tidak hanya sebatas penelitian


(2)

deskriptif saja tetapi lebih kearah faktor- faktor yang berkaitan dengan ketidaksesuaian penatalaksanaan yang ada sehingga hasil penelitian yang didapat lebih akurat.

4. Bagi Puskesmas Kota Karang Kota Bandar Lampung, agar dapat lebih meningkatkan kegiatan evaluasi dan pelatihan tentang modul dan pedoman penatalaksanaan yang ada.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Systemic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta.

Baqui, Abdulah H.2002. Effect of Zinc Supplementation Started During Diarrhoea on Morbidity and Mortality in Bangladesh Children Community

Randomised Trial. British Medical Journal.

Borong, Mayta. 2012. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Rawat

Inap Anak Rumah Sakit M.M Dunda Limboto Tahun 2011. Fakultas Ilmu

Kesehatan dan Keolahragaan, Jurusan Farmasi. Universitas Gorontalo.

Departemen Kesehatan RI.2011.Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI.2007. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian. Jakarta.

Deviana.2012. Perbedaan Durasi Penyembuhan Diare Dehidrasi Ringan- Sedang

Balita yang Diberikan ASI dan Seng. Fakultas Kedokteran Universitas

Dipenegoro. Semarang.

Dewi,S., A. Kusuma, dan I. Hapsari. 2011. Evaluasi Penggunaan Obat Antidiare

pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Tahun 2009.

Pharmacy.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.2013. Situasi Epidemiologi Kasus Diare

di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 (s.d Juli). Bidang Bina P2PL. Bandar

Lampung.

Frans .2012. Studi Penggunaan Obat Pada Penderita Diare Akut di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof Dr, R.D Kondou Manado Periode Januari-Juni 2012. UNSRAT.

Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di

Masyarakat. Departemen Farmasi, FMIPA Universita Indonesia. Majalah


(4)

Hiswani, 2003, Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat

yang Kejadiannya Sangat Erat dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan,

USU, Medan.

Kementrian Kesehatan RI.2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada

Balita. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan

Situasi Diare di Indonesia. Jakarta.

Lukacik M,Thomas RL, Ananda JV.2000. A Meta-analysis of the effects of oral

zinc in the treatment of acute diarrhea in young children. Pediatrics.

Made.2012. Suplementasi Probiotik Pada Terapi Standar Zinc dan Cairan

Rehidrasi Oral Pada Anak Usia 6-36 Bulan Dengan Diare Akut. Tesis

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mansjoer, dkk.. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Medica Aesculpalus, FKUI. Jakarta.

Markum.1998. Ilmu Kesehatan Anak; Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak. Universitas Indonesia. Jakarta.

Mendrofa K.. 2006. Karakteristik balita penderita diare yang berobat di

Puskesmas Tetehosi Foa Kecamatan Gido Kabupaten Niasa tahun 2005.

Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Muaris H. 2006. Resep: Lauk Bergizi Untuk Anak Balita. Gramedia. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.

Jakarta.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Salemba Medika. Jakarta.

Panggabean Y E. 2008. Evaluasi Implementasi Kebijakan Kewajiban Menuliskan

Resep Obat Generik di RSU Cilegon Tahun 2007. Tesis FKM UI Depok.

Potter, Patricia.A & Perry, Anne G..2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan 1

Edisi 4. EGC. Jakarta.

Quick ,J.D.et al.1997. Managing Drug Supply. Dalam The Selection,

Procurement,Distribution, and Use of Pharmaceu: Kumarian Press Inc. West

Hartford


(5)

Simadibrata MK. 2006. Pendekatan Diagnostik Diare Kronik. Di dalam : Sudoyo Aru w et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Sinthamurniwaty.2006. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita. (Tesis). Universitas Diponegoro, Semarang.

Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta. Suharyono.2008.Diare akut Klinik dan Laboratorik. Rhineka Cipta. Jakarta. Sutomo B & Anggraini DY. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita. PT.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Febiana Tia.2012. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antiboitik di Bangsal Anank

RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus- Desember 2011. Laporan

Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

WHO .1988. Estimating Drugs Reqruitment dalam A Practical Manual. Geneva .2006.Oral Rehidration Salts: Production of the New ORS. WHO document

production service. Geneva.

Wong Dona, L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong.Volume 1. Edisi 6. EGC. Jakarta.

.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. EGC. Jakarta.

Whelan, A., dan Woodley. 1995. Pedoman Pengobatan dari Manual of Medical

Therapeutics Department of Medicine Washington University, 27 edition, Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset. Yogyakarta

Wulandari .2012. Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya

Menekan Angka Kesakitan Diare pada Balita (Jurnal). Universitas Negeri

Gorontalo.

Ulshen, Martin. 2000. Manifestasi Klinis Penyakit Saluran Pencernaan. In: Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson, ed. Ilmu Kesehatan Anak vol. 2 Edisi 15.EGC. Jakarta.

Uripi 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Prilaku Ibu dalam Pemenuhan

Gizi Seimbang pada Balita. Universitas Sumatera Utara.

WHO Policy Perspectives on Medicines .2002. Promoting Rational Use of


(6)

Wong, L.D., Eaton, H.M., Wilson, D., Winkelstein, L.M., dan Schwart, P., 2009.

Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC.Jakarta.

World Health Organization.2005. The Treatment of Diarrhea a Physicians and

Other Senior Health Worker. WHO Press. Geneva:

Yusmainita.2009. Rasionalitas Penggunaan Obat. RUSP H. Adam Malik Medan. Yusuf, Mangunjaya. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri.


Dokumen yang terkait

KETEPATAN PERESEPAN OBAT PADA PASIEN MALARIA BALITA BERDASARKAN PENATALAKSANAAN KEMENKES RI DI PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG

11 109 69

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

4 35 113

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 2 4

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 3 4

Determinan penyakit diare pada anak balita di wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta.

0 3 6

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANGEN SRAGEN.

0 0 16

Determinan Penyakit Diare pada Anak Balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta IMG 20160222 0001

0 0 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENATALAKSANAAN AWAL DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENATALAKSANAAN AWAL DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL YOGYAKART

0 0 10