lx
4 Dalam bulan Ramadhan, ada program halaqah al-Qur’an yang
melibatkan pelajar dan masyarakat pondok dalam menjadi satu kelompok lingkaran group.
c. Sikap Peduli Sosial
1 Perasaan Simpati
Perasaan tertarik terhadap orang lain atau simpati tersebut bisa berwujud bermacam-macam, sepertihalnya membantu sesama teman,
saling mengenal, bekerjasama, menghormati pendapat, toleran dan lain sebagainya yang akan berujung pada hubungan berinteraksi sosial. Di
Asasudden Witya School Yala, perasaan empati salah satunya tercermin dengan adanya kegiatan sosial sepertihalnya keaktifan menggalang amal.
Penggalaman amal atau dana dilakukan manakala ada ustadz, ustzadzah, serta kerabat pelajar yang meninggal dunia ataupun sakit.
2 Perasaan Empati
Perasaan empati di Asasudden Witya School Yala tercermin dalam kerukunan antar pelajar baik dalam kegiatan aktivitas di sekolah maupun
aktivitas di dalam asrama. Kerukunan yang terbangun berlandaskan pengalaman-pengalaman tindakan yang selalu berorientasikan kerjasama
di sekolah akan membangun konsep kekeluargaan yang kental dalam aktivitas pelajar. Secara bertahap mereka akan mengalami perkembangan
yang dimulai dengan pendefinissian sikap moral dan etika di sekolah. Selanjutnya setelah memahami akan otoritas dari pada norma tersebut
maka dimulailah proses pembentukan sikap pelajar.
lxi
C. Pembahasan Temuan Penelitian
Dalam pembahasan
temuan penelitian
penulis memadukan
antaratemuan penelitiankemudian dibenturkan atau dianalisis dari sudut pandang beberapa tokoh atau teori dan sudut pandang peneliti. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Religius
Sikap religius di Asasudden Witya School Yala merupakan sikap patuh yang dinyatakan dengan perilaku dan tindakan yang sejalan dengan
landasan ajaran agama Islam. Sikap religius ini mengindikasikan pola- pola perlilaku yang telah terinternalisasi oleh nilai-nilai keagamaan
akhlak mahmudah. Nilai keagamaan ini diidentifikasikan sebagai rekontruksi cara-cara hidup manusia dari serangkaian moralitas dalam
mewujudkan manusia yang berparadigma ketuhanan. Secara dinamis, sikap ini dibentuk dengan landasan Aqidah dan Syari’at agama Islam
yang pada metodologi dan pendekatannya telah menyatu dengan lingkungan budaya.
Elizabeth B. Hurlockmendefinisikan antara sikap dan moralitas sebagai;
“Behaviour which may be called “true morality” not only conforms to social standarts but also is carried out voluntarily, it comes
with the transition from external to internal authority and consist of conduct regulated from within.
24
Yang a rtinya: “Bahwa tingkah laku
boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya
24
Elizabeth B. Hurlock, Child Development,Edisi IV, Kugllehisa, Mc. Grow Hill, 1978, hal. 386.