Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Pada tahun 2009, luas areal tanaman kakao di
Indonesia mencapai 1.587.136 ha yang terdiri dari 1.491.808 ha 93,9 Perkebunan Rakyat,
49.489 ha Perkebunan Besar Negara dan 45.839 ha Perkebunan Besar Swasta, dengan jumlah
petani yang terlibat secara langsung sebanyak 1.475.353 KK. Produksi sebesar 809.583 ton
menempatkan
Indonesia sebagai
negara produsen terbesar kedua dunia setelah Pantai
Gading 1.380.000 ton. Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2009 mencapai 521,3 ribu ton
dengan nilai US 1,3 milyar menempatkan kakao sebagai penghasil devisa terbesar ketiga
sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet.
Sentra kakao Indonesia tersebar di Sulawesi 63,8, Sumatera 16,3, Jawa 5,3, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali 4,0, Kalimantan 3,6, Maluku dan Papua
7,1. Berdasarkan identifikasi lapangan dan data
tahun 2008, diketahui kurang lebih 70.000 ha kebun kakao dengan kondisi tanaman tua,
rusak, tidak produktif, dan terkena serangan hama dan penyakit dengan tingkat serangan
berat sehingga perlu dilakukan peremajaan, 235.000 ha kebun kakao dengan tanaman yang
Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012
2 kurang produktif dan terkena serangan hama
dan penyakit dengan tingkat serangan sedang sehingga perlu dilakukan rehabilitasi, dan
145.000 ha kebun kakao dengan tanaman tidak terawat serta kurang pemeliharaan sehingga
perlu dilakukan intensifikasi. Serangan
hama penyakit
utama adalah
Penggerek Buah Kakao PBK dan penyakit Vascular Streak Dieback
VSD, mengakibatkan menurunnya
produktivitas menjadi
660 kghatahun atau sebesar 37 dari produktivitas
yang pernah dicapai 1.100 kghathn. Hal ini mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 184.500
tonthn atau setara dengan Rp 3,69 triliun per tahun.
Selain menurunkan
produktivitas, serangan tersebut menyebabkan mutu kakao
rakyat rendah, sehingga ekspor biji kakao ke Amerika Serikat mengalami pemotongan harga
sebesar US 301,5ton. Rendahnya mutu kakao menyebabkan citra kakao Indonesia menjadi
kurang baik di pasar internasional. Upaya
pengembangan kakao
dihadapkan berbagai kendala antara lain 1 produktivitas
tanaman dibawah potensi normal; 2 adanya berbagai serangan hama penyakit yang sulit
dikendalikan oleh petani secara individual; 3 mutu biji rendah; 4 industri hilir dalam
negeri belum berkembang sehingga masih dalam bentuk produk primer; 5 sulitnya petani
mendapatkan
pendanaan khusus
untuk pengembangan kakao.
Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012
3 Selama ini telah dilakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki kondisi
tersebut seperti
pemberdayaan petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SL-PHT dan
Sistem Kebersamaan Ekonomi SKE, serta penerapan teknologi pengendalian dengan
metoda PSPsP pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan untuk pengendalian PBK
dan VSD serta penyediaan benih unggul. Mengingat pelaksanaannya masih parsial dalam
skala kecil, maka hasilnya belum optimal. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan tersebut perlu
dilakukan
secara serentak,
terpadu dan
menyeluruh melalui suatu gerakan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
maupun sumberdaya yang ada. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
Wakil Presiden RI pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agutus 2008 telah menegaskan
perlunya Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dan selanjutnya pada tanggal 10
Agustus 2008 Wakil Presiden RI mencanangkan Gerakan dimaksud di Mamuju, Sulawesi Barat,
yang ditindaklanjuti dengan kesepakatan para Gubernur se-Sulawesi, Perbankan, Lembaga
Penelitian dan Perguruan Tinggi. Gerakan tersebut dilaksanakan mulai dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2009 Gerakan Nasional Peningkatan Produksi
dan Mutu Kakao dilaksanakan di 9 provinsi Sulsel, Sultra, Sulbar, Sulteng, Bali, NTT,
Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012
4 Maluku, Papua dan Papua Barat dan 40
kabupaten. Sedangkan pada tahun 2010 menjadi 13 provinsi Sulsel, Sultra, Sulbar, Sulteng, Bali,
NTT, Maluku , Papua dan Papua Barat, Kalbar, Kaltim, Gorontalo dan Maluku Utara dan 56
kabupaten. Ke empat provinsi baru Kalbar, Kaltim, Gorontalo dan Maluku Utara. Pada
tahun 2011 pelaksanaan Gerakan berkembang menjadi 25 provinsi dan 98 kabupaten. Gernas
tahun 2012 masih dilanjutkan karena target program belum tercapai sehingga pada tahun
2012 dilaksanakan di 14 provinsi dan 50 kabupaten. Pada tahun 2013 ini Gernas masih
dilanjutkan karena target program kegiatan Rehabilitasi masih belum tercapai. Pada tahun
2013 khusus kegiatan Rehabilitasi ada di 5 provinsi dan 29 kabupaten.
1.2. Tujuan Tujuan disusunnya Pedoman Umum adalah