POWER POINT 5 [Compatibility Mode]
Gearhart (1980) yang dikutip Neely (1982:95-96) dalam
The Conference of Executives of American Schools for
The Deaf, mendefinisikan tunarungu sebagai berikut: “A
deaf person is one whose hearing disability is so great
that he or she cannot understand speech through the use
of the ear alone, with or without a hearing aid. A hard of
hearing person is one whose hearing disability makes it
difficult to hear but who can, with or without the use of
hearing aid, understand speech”.
lanjutan
Hallahan & Kauffman (1991:266) bahwa : “Tunarungu
merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan
mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang
digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar
(hard of hearing).
Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan
mendengar sehingga menghambat proses informasi
bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak
memakai alat bantu dengar.
Orang yang kurang dengar adalah seseorang yang
biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa
pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan
proses informasi bahasa melalui pendengaran”.
• Moores (1982:6) mendefinisikan tunarungu sebagai
berikut:
“ A deaf person in a one whose hearing is disable to
an extent (usually 70 dB ISO or greater) that
precludes the understanding of speech through the
ear alone, with or without the use of a hearing aid.
A hard of hearing is one whose hearing disabled to an
extent (usually 35 to 69 dB ISO) that make dificult,
but does not preclude, the understanding of speech
through the ear alone, without or with a hearing
aid”.
$
#
" "%
#"
&
$
!"
#"
"
#
#
%
&
$
&
'
&
" %
"
"
)
"
#&
%
$ (& #
#
&
#
%
#
!
*+
#
%
' #
• Kemampuan seseorang guna menyimak suara
cakapan (conversational speech)
• Kemampuan untuk membedakan berbagai sumber
dan sifat bunyi (daya diskriminasi/pembeda)
• Batas pengerasan/penguatan bunyi yang dihasilkan
ABD (alat bantu dengar)
A. Boothroyd, 1982)
B
o
#
*+
!
Ketunarunguan (Hearing Impairtment)
Kehilangan pendengaran
(hearing Loss)
Gangguan dlm kemampuan
Mendeteksi bunyi
Gangguan Proses Pendengaran
(Auditory Process Disorder)
Gangguan dalam kemampuan menafsirkan
pola-pola bunyi/sound pattern
Sangat
Sedang Ringan
Berat
berat
Moderate Mild
Severe
(tingkat kehilangan pendengaran berdasarkan pengukuran
Ambang pendengaran dalam deciBell)
Total
Tuli/Deaf
Kurang Dengar /Hard of Hearing
(penggambaran berdasarkan fungsi/penggunaan pendengaran)
( p
p e
'#
,
#
Kelompok I
Kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses/ke-TRan
ringan; daya tangkap thd suara cakapan manusia
normal
Kelompok II Kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses
(ketunarunguan sedang); daya tangkap thd suara
cakapan manusia hanya sebagian.
Kelompok
III
Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses
(ketunarunguan berat); daya tangkap thd suara
cakapan manusia tidak ada.
Kelompok
IV
Kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses
(ketunarunguan sangat berat); daya tangkap thd suara
cakapan manusia tidak ada sama sekali
Kelompok V Kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses
(ketunarunguan total) daya tangkap thd suara manusia
tidak ada sama sekali
Berdasarkan
Taraf
Penguasaan
bahasa
Berdasarkan
Tempat
kerusakan
Berdasarkan
Saat terjadinya
Kehilangan
pendengaran
Berdasarkan
Tk kehilangan
pendengaran
$ .
!
-+
#
'#
Tuli purna bahasa
Tuli pra bahasa
Tuli sensoris
Tuli konduktif
Tunarungu setelah lahir
Tunarungu bawaan
Sangat berat, lebih dari 120 dB
Berat, 71-90 dB
Sedang berat, 56-70 dB
Sedang, 41-55 dB
Ringan 24-40 dB
+
)#
'#
#
#
#
$
& /
!"
!
(
"
$
%
#&
$ #
#
!
'
&) #
!
#
! (
!
$
#
%
$ #
!
#&
# 0
#
+
#
#
#
#
#
%
&
!( ! "
! "&
& $
$
# "
##
#
# '.
# %
&
!
# % "
& $1
.
&
$,
"
"
+
%
#
'
& !
• Tuli pra bahasa adalah mereka yang menjadi tuli
sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6
tahun) artinya anak menyamakan tanda tertentu
seperti mengamati, menunjuk, meraih namun
belum membentuk sistem lambang.
• Tuli purna bahasa, adalah mereka yang menjadi
tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah
menerapkan dan memahami sistem lambang
yang berlaku di lingkungan.
Without Amplification
Description
Threshold
Of Hearing
Range
Loss
Audibili Discriminat Learning
ty
ion
modality
convensi capacity
onal
For speech
speech
With Amplification
Audibilit
y of
conventi
onal
speech
Discrimina Learning
tion
modality
capacity
For speech
15-30 dB Mild
Normal Normal
Auditory Normal
normal
auditory
31-60 dB Moderat
Partial
Almost
Normal
Auditory Normal
n’ Vision
Almost
normal
Auditory
61-90 dB Severe
None
Irrelevant
Visual
Normal
Good
Auditory
n’ vision
91-120
dB
Profound None
Irrelevant
Visual
Normal
Poor
Auditory
n’ vision
121 dB
or more
Total
Irrelevant
Visual
None
Irrelevant Visual
None
2
$ &
$ &
- $&
.
• Keturunan
• Penyakit bawaan
• Komplikasi selama kehamilan dan
kelahiran
• Radang selaput otak (meningitis)
• Otitis media
• Luka/radang, penyakit anak-anak
3 #
#
1. Faktor keturunan dari salah satu atau kedua
orangtua yg mengalami ketunarunguan.
Kondisi genetik yang berbeda disebabkan
oleh gen yang dominan represif dan
berhubungan dengan jenis kelamin.
2. Campak jerman (Rubella) yg diderita ibu
sewaktu mengandung.
3. Keracunan darah (Toxaminia). Kerusakan
pada plasenta yang mempengaruhi
pertumbuhan janin.
3 #
)
4)
5)
6)
#"
! #
#
"
#
' #
%
)
%
"
$ #
# 0 #
"
#& # #
#
%
&
!
#
$
%
"
$ & &
#
$
% #
#
1
$
%
%
)
&)
#
$
&
&
# $
&
& /
# !
$ %
%
"
.
# '
7
&
&
Kerusakan/gangguan pada telinga
tengah dapat disebabkan oleh:
• Ruda paksa, adanya tekanan/benturan yang keras yang
mengakibatkan perforasi (pecahnya) membran tympany
dan lepasnya rangkaian tulang pendengaran.
• Terjadinya peradangan/otitis media
• Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada
kaki tulang stapes yang mengakibatkan tulang tsb tidak
dapat bergetar pada oval window (selaput yang
membatasi telingan tengah dan dalam) shg getaran tidak
dapat diteruskan ke telingan dalam.
$"%
0
#
"18
%
"
!
& #
#
" 0
#
&
& /
%
'
"
! &
"
%! $
($
$
# % %
" "&
( !
#
#
& !"
#
# $
%
# !
%
$
#&
'
&
0! #
.( # &
#)
%
&
%
"%
# %
"
)
$
%
')
$
!
" %
$ & &
%
$
• Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor
genetik, bahwa ketunarunguan tersebut
disebabkan oleh gen ketunarunguan yang
menurun dari orangtua kepada anaknya.
• Penyebab ketunarunguan faktor non genetik,
antara lain:
a. rubella, penyakit yang disebabkan oleh
virus yang menyerang ibu hamil pada usia
kandungan tri semester pertama
b. Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. Apabila ibu
yang mempunyai darah dengan Rh – mengandung janin
dengan Rh +, maka sistem pembuangan anti bodi pada
ibu tsb akan merusak sel-sel darah Rh + janin anaknya.
c. meningitis, radang selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri yang menyerang labyrinth melalui sistem sel-sel
udara pada telinga tengah. Meningitis menjadi penyebab
utama ketunarunguan yang bersifat acquired
(ketunarunguan yang didapat setelah lahir).
d. Trauma akustik, disebabkan oleh suara bising dalam
jangka waktu lama.
"
!
"% #
• Dampak langsung dari ketunarunguan adalah
(1) terbatasnya/kurangnya pemerolehan atau
perbendaharaan bahasa (vocabulary) akibatnya
mereka mengalami kelambatan dalam
perkembangan komunikasi,
(2) terhambatnya komunikasi secara reseptif
(menangkap/memahami pembicaraan orang
lain) dan secara ekspresif (bicara).
#
&
&
-'
#
% " $
' "
#.( % "
#& #
$ #
#
- "% #. %
& &
% ## ! %
% # "&
($
" # " "%
& & !
& # " # ('
( " (#
'(
%
&
$ )
!
$ # " "%
"
.
!
! "&
$ # " #
# "
#
$ )
"
" #
# ! (
# # "
"&
# # " "%
& & !
$
0
%
( !
"
!
#
& " $
#
#
"& & & % "
!
%
% #
( "
"
)
• anak tunarungu tidak mampu menangkap
kata-kata atau pembicaraan orang lain
melalui pendengarannya, sehingga tidak
terjadi proses peniruan suara setelah masa
meraban.
• Proses peniruannya hanya terbatas pada
peniruan visual atau menangkap
pembicaraan orang lain melalui gerak bibir.
3
%
- ) )
"
.
• fungsi pendengaran bagi manusia ada dalam beberapa
jenjang, yaitu
(1) sebagai jenjang lambang adalah untuk memahami
bunyi bahasa,
(2) sebagai jenjang tanda/peringatan yaitu sebagai
pertanda akan adanya suatu kejadian dalam
lingkungan manusia, dan
(3) jenjang primitif dimana bunyi hanya berfungsi
sebagai latar belakang segala kegiatan hidup seharihari. Kondisi Ketiga fungsi tersebut berlangsung
secara progresif, simultan dan terintegratif.
#
##
'
• Inteligensi seorang tunarungu secara potensial pada
umumnya sama dengan orang normal, tetapi secara
fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh
tingkat kemampuan berbahasa (Myklebust, dalam
Moores, 1982:148).
• Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi
pada seorang tunarungu akan menghambat proses
pencapaian pengetahuan yang lebih luas, dengan
demikian perkembangan inteligensi secara
fungsionalpun terhambat.
• Hal ini mengakibatkan seorang tunarungu kadang
menampakkan keterlambatan dalam belajar.
#
#
#
"#$
!
%
"
!#
'$
#
&
$ #
"& & !
#
% &
#
'
# " "%
#
# "
&
#
"
"
"
!
% !
&
( "
##
$ % &
! #
"
# "
" #
" " $
#
$
"
% " ! "
&
#)
/
%
"
#
# $
"
( "
#
(
#
"% # '
& #
#
9)
"
!
%
)
&
#
&
'(
)
#
3
#2
"
! &
$
-+
!
#
%
%
"
&
$ (
%
'
"
%
! &
$ ( :;4.)
#
" # " "%
& & !
< & " $ &
#
"
# %#
%
" %
#
$ %
"
( !
!
&
" "& #
%
' $
% " "%
!
% # "&
"
$ )
#
! "
' #
(
!
& "
#
&
"
$ (
!
%
"
! "&
% # "&
% &
$
# 0
"
"% #
# % "
%
(
"
"% ##
# & "&
#
,
)
2
#&
#
% " $
#
-&
%
.
#
&
"% #
#
! %
#
# "&
" #1&
" " "%
"
%
$
&!&
' < & (
#
# "
< &
%
#
"%
(
% " " $
#"
" ! "&
&
)
" " ! " %
( % &
#"
# "
# " #
$
&
,&
# " %
& # " #
)
" " ! " "
$
&
'
&
#
#
#
4#
'$
& $ #
"
# # " "%
% " ! " & !
)
2
$
2# %
%
#
"
!
#
$
! ! ! ! ! ! !
!
+
2
+
+
2
+
3
2
=
*
2
- :;4.
%
#
!
%&' ()&'*+',
)',- +'
<
"
%
0
.
"% # $
#
().&'*+
#
#$ &
#
% "&
&
$
"
"
/
#
0 &
&!
" " 0 !# "
#
#
)',- +'
)%/.&(
&'*+
&!
%
#%
#
)
"
#
#
!
#
#
"
#
"
"
'( "
#
.,-*'0
,'*
# "
!
%
$
&
(" $
!
" "%
#
"
( ! " 0#
!
%
!
#
/ &
& " #
"&
"
<
" "& #
& '#
"
"
" "&
# & &
&
!
1%
%
#"
" " ! " #
%
#
#
% & #
% 0 $
%
&
"
" !
#
0
0
&
#
"
" "&
% "
# %"
&
!( # #
" "%
#
#
"% #
# %% "
!
"
!
#
"
0
"
#
"
1
'(
&
%
"(
&"
< -#
%
"
#
(
# "
#
(
% " ("
!
(%
# .
00 %
"
0
" "&
% !
# !
#%
"
"% #
%
"
"&
#
#
% # !
"
" $
# %
%
%
$
& # " 0
"
#
"
"
0
#
#%
%
! &$ !
#
#
#
& #
"
#
#
%
'( &
! &
$ ( "
&
0
% "
" &
/ &
( %
% 0 $
" " # %
0
#"
%
# -" " ! "
# #
*# " !
$ 0 & # '
"
! $
&
# % % (
! ,!
% " (%
(
"
!&
( '
#&
& #
"
" "& #
$
"
#
" "& #
#
& %
#
"
$
" !
&"
#%
#&
/ &
'
!
%
< 1
<
0%
"
! ""& #
"
"# #
0 #
! # "
%
0 $
"%
'( #
# % "
"&
# %
# %& "
!
'
>#
#
&
&
&
#
#
>#
#
>#
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
#
?
(
2
(
?
(
(
2 (
(
2 +
,+
>
2
2
?
&
+
&
&
&
&
= 2
? =
(
(
(
2 =
&
( &
&
&
&
? =
=
2
=
+
(
&
2
!
&0
#
& !
%
)
4)
("
$
("
"
!
"
(
%
& !
.)
$# &
- :@5. "
" # # & !/ %
#$
"
&
/
$ %
&
"
& $
& $
&
&
$
"
#
#
$
#
#
# # ,#
# "
%
"
$
A&
9"
! &
#
"&
& !
$
%
!"
%
"
% #
& # "&
$ & !
2
!
(
#"
" " ! " ! &
&
#
$
" $ (
& !
% ')
2
!& !
% 'A
#9
&
#(
"
# %#
"
# ,#
&
& !
# %
') 2
!
#" "
#
& %
" % # "&
& !
$ ($
" "& 0 -& !
% '"
%
!
# %
'"
%
!
.)
%
%
-"
% "
"
,
)
$ ("
%
&
!
!
$
#
-
& !
$ )
"&
&
"
"
.)
& !
# !
#"
/ # " "%
# !( %
!
"
# " "%
.
"
-& !
+
%
!
& !
+
+
#$
2
2
+
2
+
2
2
&
.
.
2
3 B 2
- "& 0 .
2
2 3
-+0
.
2
& !
+
+
2 3B 2
2
B
"
2
+
#"
+
=
3
#
.
.
"&
%
"
!
,!
+
%
!
& !
+
+
2
#
2
2
2
+
2 3B 2
.
2
3 B 2
- "& 0 .
2
+
2
2 3
-+0
.
2
+
2
&
+
.
+
B
+
2
# %
=
3B 2
& !
#
-
.
"&
%
.
"
!
<
,!
"
" "%
%
%
&
$
%
"
" %# % #
"%
# " # )
& '
& %
& $ $ "
# %
-%
% %
.)
"( %
%
%
" $ #
"
)
%
"
!
# $ 0
" #
# !
!"
#"
% &
%
#
! %
#
&&
"
" # $ )
"
# #
0
(
,
3 #
)
$ " "%
%
"%
%
" % %
$
#
& #1
4)
#
%
$
" $ "% #
& &
5)
% #
"
- C. $
6)
#
$
'
" )
'
'
! %
(& #
$ !
)
("
"
&
'
"
%
(#
#
"
!
# " "%
&
"
)
"
+
&
"
%
#
#
# " "%
$
-" %# &
%
% "
!
' "
$
! &
# " "%
& '#
"
#
#
% " 0 ! "
!.)
& " %#
#
$
"
#
"
# % ' ( " $ "%
$
"
# %#
$ # "& )
& %
($
$
#
#1 !
"" " $
$
# %
1
"" " $
" "%
"
%
!
!
% #
#
#
2 2
"
2
&
2
&
&
2
2
" " ! "
"
%
#
' #
'
$
"
!
% " ! "
% "&
" #
' "
!
%
"
)
"
%
%
%
!
#( %
/ (
! &
4
$
$
%
!
#)
!%
%
# 0 #
! $ &
% #
(
"
"
#
& "
#
"
$
,
$
! &
"
&)
)
%
%
&
#
&
&
#
%
&
# #
# #
%
"
,% &
% &
.
!
%
,%
)
& 0#
%
"
'
#
.)
0% # &
,&
"
) " "%
" "
#
&
# "%
$
" 0 "," 0 "
" "
!
" "&
#
)
-
%
" "%
'
#" " ! "
"
%
#
$
)
%
" 0 # % # " "%
7
,
'
7#
& !/ & !
%
% 0 !
#
"# ( # # (
'
" -& $ !
'.
,
# "
' 7 # " "%
"
% &
& $ 4'
"
"
'#
# 4$
"
# ,#
$
& &
,
' 7 # " "%
# " $ "%
"
$
,
' 7 # " "%
"
! ,! $
"% #
0
,
%
' 7 # " "%
" "
#
" 4'
"
& &
'
""
#
$
!
" #
!
'
#$
"
"
"
! "&
.)
&
&
"
#
#
"%
1%
" #
#
&!
(
" 0 "#
#
#
( & !#
#
#
)
$
(
"% #
)
4)
5)
6)
D)
#
,
,
($
!
($
#
, # ($
#
#
"
! )
#
"
!
#
#$
"
#$
"
#$
"
"
"
# )
"
"
"
"
"
"
"
"
! )
"
# )
(
)
"%
)
%
#
$
! - '
.
"&
" $
#
" ! # )
4)
"
!
%
" # ! #!
-2 +, . # %
%
" # ! #!
-2 +,+.) % & #
"& ! $
"
#
&
)
5)
"
!
%
" 2 +,+ # %
%
" 2 +, )
#
#
% &
#
"& !
# &
&
"& ! &
! " "
#
% $
$
& ! #!
)
+ &
)
% 0
"
" $ "%
#
#
# '&
!
#
%
&!- < 0
0
'$ " & #
%
#
&
!
! # "
! "
" $ "%
)
$
!
#"
#
&
/ &%
! ! #
#
# # 0
$
& %
# $ )
% # 0
%
#"
!
#
%
# $
#%
(
# %
%
#
$
"
%)
#
.(
4)
" ,
&
'
% !
) 2&
0
% $
"%
#"
!#
#
$
#
" ,
" $
&
# (
#%
$
" "% #
%
#
$
!
%# )
=
%
% ! #
" " ,
7
)%
" ,
)
$
#
%
$
' 0 "
)
&) %
!
1 #
)
" ,
0) #
$
#
#" $
"" #
#
#
)
%
#
#
0
# " "%
!
" ,
&)
) #
" ,
)
0 "
"
"
"&
' 0 "
"
#
)
" ,
"
#
)
"% %
# ' # '
"
!
! % <
%
"
0
#
$
<
& !/
" ,
& &
'
#
#
0
)%
" ,
'
"
&
&
E"
(
')
' 0 "
%
# )
" #
#
#"
#& #%
" <
% &
) % "&
!
!
%
!
&
#&
" "& #
,
# )
" # " "
#
)
"
%
# $
( #
%
)
" ,
#
$
)
% )
5) "
% "&
%
%
# )
0 "
# #
'
$
!,
!
&
& &
% "
)
"
' #
$
#
)
6)
#" )
" "% ! #
#
#(
#
$
!&
"
# <
"
)
D) # <
"
)
/
$
!
$
& %
#
#
#"
& &
#
)
@)
"&
#
%)
! "
" )
% &
#
&
&
"
$
#
0
# #
0
"
# "
&
,&
# 0
# "&
% " ! "
&!
!
% "
! &
& ,& "
&"
"
$
&!
!)
F) +
"
)
# &
#
"%
"
#
"
"
#!
1
#
)
"% #
$
!
&
#
"%
#" #
#
# <
!
" #"
# <
&)
!
" "& #
' 0 "
"
,
$
"
#
#
$ &
"
)
#
# <
)
4)
5)
6)
D)
@)
F)
$
$ #
# &
#
" #
!
%
/
$
!"
#
.
# #
"%
"
#( & !
(
#
(
"
/
)
!
"
#
#
(
" $
#
$
& <
)
'
&
$ )
# # #
"%
%
)
# %
#
#
" "& #
& "&
! "
!
The Conference of Executives of American Schools for
The Deaf, mendefinisikan tunarungu sebagai berikut: “A
deaf person is one whose hearing disability is so great
that he or she cannot understand speech through the use
of the ear alone, with or without a hearing aid. A hard of
hearing person is one whose hearing disability makes it
difficult to hear but who can, with or without the use of
hearing aid, understand speech”.
lanjutan
Hallahan & Kauffman (1991:266) bahwa : “Tunarungu
merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan
mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang
digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar
(hard of hearing).
Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan
mendengar sehingga menghambat proses informasi
bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak
memakai alat bantu dengar.
Orang yang kurang dengar adalah seseorang yang
biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa
pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan
proses informasi bahasa melalui pendengaran”.
• Moores (1982:6) mendefinisikan tunarungu sebagai
berikut:
“ A deaf person in a one whose hearing is disable to
an extent (usually 70 dB ISO or greater) that
precludes the understanding of speech through the
ear alone, with or without the use of a hearing aid.
A hard of hearing is one whose hearing disabled to an
extent (usually 35 to 69 dB ISO) that make dificult,
but does not preclude, the understanding of speech
through the ear alone, without or with a hearing
aid”.
$
#
" "%
#"
&
$
!"
#"
"
#
#
%
&
$
&
'
&
" %
"
"
)
"
#&
%
$ (& #
#
&
#
%
#
!
*+
#
%
' #
• Kemampuan seseorang guna menyimak suara
cakapan (conversational speech)
• Kemampuan untuk membedakan berbagai sumber
dan sifat bunyi (daya diskriminasi/pembeda)
• Batas pengerasan/penguatan bunyi yang dihasilkan
ABD (alat bantu dengar)
A. Boothroyd, 1982)
B
o
#
*+
!
Ketunarunguan (Hearing Impairtment)
Kehilangan pendengaran
(hearing Loss)
Gangguan dlm kemampuan
Mendeteksi bunyi
Gangguan Proses Pendengaran
(Auditory Process Disorder)
Gangguan dalam kemampuan menafsirkan
pola-pola bunyi/sound pattern
Sangat
Sedang Ringan
Berat
berat
Moderate Mild
Severe
(tingkat kehilangan pendengaran berdasarkan pengukuran
Ambang pendengaran dalam deciBell)
Total
Tuli/Deaf
Kurang Dengar /Hard of Hearing
(penggambaran berdasarkan fungsi/penggunaan pendengaran)
( p
p e
'#
,
#
Kelompok I
Kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses/ke-TRan
ringan; daya tangkap thd suara cakapan manusia
normal
Kelompok II Kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses
(ketunarunguan sedang); daya tangkap thd suara
cakapan manusia hanya sebagian.
Kelompok
III
Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses
(ketunarunguan berat); daya tangkap thd suara
cakapan manusia tidak ada.
Kelompok
IV
Kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses
(ketunarunguan sangat berat); daya tangkap thd suara
cakapan manusia tidak ada sama sekali
Kelompok V Kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses
(ketunarunguan total) daya tangkap thd suara manusia
tidak ada sama sekali
Berdasarkan
Taraf
Penguasaan
bahasa
Berdasarkan
Tempat
kerusakan
Berdasarkan
Saat terjadinya
Kehilangan
pendengaran
Berdasarkan
Tk kehilangan
pendengaran
$ .
!
-+
#
'#
Tuli purna bahasa
Tuli pra bahasa
Tuli sensoris
Tuli konduktif
Tunarungu setelah lahir
Tunarungu bawaan
Sangat berat, lebih dari 120 dB
Berat, 71-90 dB
Sedang berat, 56-70 dB
Sedang, 41-55 dB
Ringan 24-40 dB
+
)#
'#
#
#
#
$
& /
!"
!
(
"
$
%
#&
$ #
#
!
'
&) #
!
#
! (
!
$
#
%
$ #
!
#&
# 0
#
+
#
#
#
#
#
%
&
!( ! "
! "&
& $
$
# "
##
#
# '.
# %
&
!
# % "
& $1
.
&
$,
"
"
+
%
#
'
& !
• Tuli pra bahasa adalah mereka yang menjadi tuli
sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6
tahun) artinya anak menyamakan tanda tertentu
seperti mengamati, menunjuk, meraih namun
belum membentuk sistem lambang.
• Tuli purna bahasa, adalah mereka yang menjadi
tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah
menerapkan dan memahami sistem lambang
yang berlaku di lingkungan.
Without Amplification
Description
Threshold
Of Hearing
Range
Loss
Audibili Discriminat Learning
ty
ion
modality
convensi capacity
onal
For speech
speech
With Amplification
Audibilit
y of
conventi
onal
speech
Discrimina Learning
tion
modality
capacity
For speech
15-30 dB Mild
Normal Normal
Auditory Normal
normal
auditory
31-60 dB Moderat
Partial
Almost
Normal
Auditory Normal
n’ Vision
Almost
normal
Auditory
61-90 dB Severe
None
Irrelevant
Visual
Normal
Good
Auditory
n’ vision
91-120
dB
Profound None
Irrelevant
Visual
Normal
Poor
Auditory
n’ vision
121 dB
or more
Total
Irrelevant
Visual
None
Irrelevant Visual
None
2
$ &
$ &
- $&
.
• Keturunan
• Penyakit bawaan
• Komplikasi selama kehamilan dan
kelahiran
• Radang selaput otak (meningitis)
• Otitis media
• Luka/radang, penyakit anak-anak
3 #
#
1. Faktor keturunan dari salah satu atau kedua
orangtua yg mengalami ketunarunguan.
Kondisi genetik yang berbeda disebabkan
oleh gen yang dominan represif dan
berhubungan dengan jenis kelamin.
2. Campak jerman (Rubella) yg diderita ibu
sewaktu mengandung.
3. Keracunan darah (Toxaminia). Kerusakan
pada plasenta yang mempengaruhi
pertumbuhan janin.
3 #
)
4)
5)
6)
#"
! #
#
"
#
' #
%
)
%
"
$ #
# 0 #
"
#& # #
#
%
&
!
#
$
%
"
$ & &
#
$
% #
#
1
$
%
%
)
&)
#
$
&
&
# $
&
& /
# !
$ %
%
"
.
# '
7
&
&
Kerusakan/gangguan pada telinga
tengah dapat disebabkan oleh:
• Ruda paksa, adanya tekanan/benturan yang keras yang
mengakibatkan perforasi (pecahnya) membran tympany
dan lepasnya rangkaian tulang pendengaran.
• Terjadinya peradangan/otitis media
• Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada
kaki tulang stapes yang mengakibatkan tulang tsb tidak
dapat bergetar pada oval window (selaput yang
membatasi telingan tengah dan dalam) shg getaran tidak
dapat diteruskan ke telingan dalam.
$"%
0
#
"18
%
"
!
& #
#
" 0
#
&
& /
%
'
"
! &
"
%! $
($
$
# % %
" "&
( !
#
#
& !"
#
# $
%
# !
%
$
#&
'
&
0! #
.( # &
#)
%
&
%
"%
# %
"
)
$
%
')
$
!
" %
$ & &
%
$
• Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor
genetik, bahwa ketunarunguan tersebut
disebabkan oleh gen ketunarunguan yang
menurun dari orangtua kepada anaknya.
• Penyebab ketunarunguan faktor non genetik,
antara lain:
a. rubella, penyakit yang disebabkan oleh
virus yang menyerang ibu hamil pada usia
kandungan tri semester pertama
b. Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. Apabila ibu
yang mempunyai darah dengan Rh – mengandung janin
dengan Rh +, maka sistem pembuangan anti bodi pada
ibu tsb akan merusak sel-sel darah Rh + janin anaknya.
c. meningitis, radang selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri yang menyerang labyrinth melalui sistem sel-sel
udara pada telinga tengah. Meningitis menjadi penyebab
utama ketunarunguan yang bersifat acquired
(ketunarunguan yang didapat setelah lahir).
d. Trauma akustik, disebabkan oleh suara bising dalam
jangka waktu lama.
"
!
"% #
• Dampak langsung dari ketunarunguan adalah
(1) terbatasnya/kurangnya pemerolehan atau
perbendaharaan bahasa (vocabulary) akibatnya
mereka mengalami kelambatan dalam
perkembangan komunikasi,
(2) terhambatnya komunikasi secara reseptif
(menangkap/memahami pembicaraan orang
lain) dan secara ekspresif (bicara).
#
&
&
-'
#
% " $
' "
#.( % "
#& #
$ #
#
- "% #. %
& &
% ## ! %
% # "&
($
" # " "%
& & !
& # " # ('
( " (#
'(
%
&
$ )
!
$ # " "%
"
.
!
! "&
$ # " #
# "
#
$ )
"
" #
# ! (
# # "
"&
# # " "%
& & !
$
0
%
( !
"
!
#
& " $
#
#
"& & & % "
!
%
% #
( "
"
)
• anak tunarungu tidak mampu menangkap
kata-kata atau pembicaraan orang lain
melalui pendengarannya, sehingga tidak
terjadi proses peniruan suara setelah masa
meraban.
• Proses peniruannya hanya terbatas pada
peniruan visual atau menangkap
pembicaraan orang lain melalui gerak bibir.
3
%
- ) )
"
.
• fungsi pendengaran bagi manusia ada dalam beberapa
jenjang, yaitu
(1) sebagai jenjang lambang adalah untuk memahami
bunyi bahasa,
(2) sebagai jenjang tanda/peringatan yaitu sebagai
pertanda akan adanya suatu kejadian dalam
lingkungan manusia, dan
(3) jenjang primitif dimana bunyi hanya berfungsi
sebagai latar belakang segala kegiatan hidup seharihari. Kondisi Ketiga fungsi tersebut berlangsung
secara progresif, simultan dan terintegratif.
#
##
'
• Inteligensi seorang tunarungu secara potensial pada
umumnya sama dengan orang normal, tetapi secara
fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh
tingkat kemampuan berbahasa (Myklebust, dalam
Moores, 1982:148).
• Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi
pada seorang tunarungu akan menghambat proses
pencapaian pengetahuan yang lebih luas, dengan
demikian perkembangan inteligensi secara
fungsionalpun terhambat.
• Hal ini mengakibatkan seorang tunarungu kadang
menampakkan keterlambatan dalam belajar.
#
#
#
"#$
!
%
"
!#
'$
#
&
$ #
"& & !
#
% &
#
'
# " "%
#
# "
&
#
"
"
"
!
% !
&
( "
##
$ % &
! #
"
# "
" #
" " $
#
$
"
% " ! "
&
#)
/
%
"
#
# $
"
( "
#
(
#
"% # '
& #
#
9)
"
!
%
)
&
#
&
'(
)
#
3
#2
"
! &
$
-+
!
#
%
%
"
&
$ (
%
'
"
%
! &
$ ( :;4.)
#
" # " "%
& & !
< & " $ &
#
"
# %#
%
" %
#
$ %
"
( !
!
&
" "& #
%
' $
% " "%
!
% # "&
"
$ )
#
! "
' #
(
!
& "
#
&
"
$ (
!
%
"
! "&
% # "&
% &
$
# 0
"
"% #
# % "
%
(
"
"% ##
# & "&
#
,
)
2
#&
#
% " $
#
-&
%
.
#
&
"% #
#
! %
#
# "&
" #1&
" " "%
"
%
$
&!&
' < & (
#
# "
< &
%
#
"%
(
% " " $
#"
" ! "&
&
)
" " ! " %
( % &
#"
# "
# " #
$
&
,&
# " %
& # " #
)
" " ! " "
$
&
'
&
#
#
#
4#
'$
& $ #
"
# # " "%
% " ! " & !
)
2
$
2# %
%
#
"
!
#
$
! ! ! ! ! ! !
!
+
2
+
+
2
+
3
2
=
*
2
- :;4.
%
#
!
%&' ()&'*+',
)',- +'
<
"
%
0
.
"% # $
#
().&'*+
#
#$ &
#
% "&
&
$
"
"
/
#
0 &
&!
" " 0 !# "
#
#
)',- +'
)%/.&(
&'*+
&!
%
#%
#
)
"
#
#
!
#
#
"
#
"
"
'( "
#
.,-*'0
,'*
# "
!
%
$
&
(" $
!
" "%
#
"
( ! " 0#
!
%
!
#
/ &
& " #
"&
"
<
" "& #
& '#
"
"
" "&
# & &
&
!
1%
%
#"
" " ! " #
%
#
#
% & #
% 0 $
%
&
"
" !
#
0
0
&
#
"
" "&
% "
# %"
&
!( # #
" "%
#
#
"% #
# %% "
!
"
!
#
"
0
"
#
"
1
'(
&
%
"(
&"
< -#
%
"
#
(
# "
#
(
% " ("
!
(%
# .
00 %
"
0
" "&
% !
# !
#%
"
"% #
%
"
"&
#
#
% # !
"
" $
# %
%
%
$
& # " 0
"
#
"
"
0
#
#%
%
! &$ !
#
#
#
& #
"
#
#
%
'( &
! &
$ ( "
&
0
% "
" &
/ &
( %
% 0 $
" " # %
0
#"
%
# -" " ! "
# #
*# " !
$ 0 & # '
"
! $
&
# % % (
! ,!
% " (%
(
"
!&
( '
#&
& #
"
" "& #
$
"
#
" "& #
#
& %
#
"
$
" !
&"
#%
#&
/ &
'
!
%
< 1
<
0%
"
! ""& #
"
"# #
0 #
! # "
%
0 $
"%
'( #
# % "
"&
# %
# %& "
!
'
>#
#
&
&
&
#
#
>#
#
>#
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
>#
# &
#
#
?
(
2
(
?
(
(
2 (
(
2 +
,+
>
2
2
?
&
+
&
&
&
&
= 2
? =
(
(
(
2 =
&
( &
&
&
&
? =
=
2
=
+
(
&
2
!
&0
#
& !
%
)
4)
("
$
("
"
!
"
(
%
& !
.)
$# &
- :@5. "
" # # & !/ %
#$
"
&
/
$ %
&
"
& $
& $
&
&
$
"
#
#
$
#
#
# # ,#
# "
%
"
$
A&
9"
! &
#
"&
& !
$
%
!"
%
"
% #
& # "&
$ & !
2
!
(
#"
" " ! " ! &
&
#
$
" $ (
& !
% ')
2
!& !
% 'A
#9
&
#(
"
# %#
"
# ,#
&
& !
# %
') 2
!
#" "
#
& %
" % # "&
& !
$ ($
" "& 0 -& !
% '"
%
!
# %
'"
%
!
.)
%
%
-"
% "
"
,
)
$ ("
%
&
!
!
$
#
-
& !
$ )
"&
&
"
"
.)
& !
# !
#"
/ # " "%
# !( %
!
"
# " "%
.
"
-& !
+
%
!
& !
+
+
#$
2
2
+
2
+
2
2
&
.
.
2
3 B 2
- "& 0 .
2
2 3
-+0
.
2
& !
+
+
2 3B 2
2
B
"
2
+
#"
+
=
3
#
.
.
"&
%
"
!
,!
+
%
!
& !
+
+
2
#
2
2
2
+
2 3B 2
.
2
3 B 2
- "& 0 .
2
+
2
2 3
-+0
.
2
+
2
&
+
.
+
B
+
2
# %
=
3B 2
& !
#
-
.
"&
%
.
"
!
<
,!
"
" "%
%
%
&
$
%
"
" %# % #
"%
# " # )
& '
& %
& $ $ "
# %
-%
% %
.)
"( %
%
%
" $ #
"
)
%
"
!
# $ 0
" #
# !
!"
#"
% &
%
#
! %
#
&&
"
" # $ )
"
# #
0
(
,
3 #
)
$ " "%
%
"%
%
" % %
$
#
& #1
4)
#
%
$
" $ "% #
& &
5)
% #
"
- C. $
6)
#
$
'
" )
'
'
! %
(& #
$ !
)
("
"
&
'
"
%
(#
#
"
!
# " "%
&
"
)
"
+
&
"
%
#
#
# " "%
$
-" %# &
%
% "
!
' "
$
! &
# " "%
& '#
"
#
#
% " 0 ! "
!.)
& " %#
#
$
"
#
"
# % ' ( " $ "%
$
"
# %#
$ # "& )
& %
($
$
#
#1 !
"" " $
$
# %
1
"" " $
" "%
"
%
!
!
% #
#
#
2 2
"
2
&
2
&
&
2
2
" " ! "
"
%
#
' #
'
$
"
!
% " ! "
% "&
" #
' "
!
%
"
)
"
%
%
%
!
#( %
/ (
! &
4
$
$
%
!
#)
!%
%
# 0 #
! $ &
% #
(
"
"
#
& "
#
"
$
,
$
! &
"
&)
)
%
%
&
#
&
&
#
%
&
# #
# #
%
"
,% &
% &
.
!
%
,%
)
& 0#
%
"
'
#
.)
0% # &
,&
"
) " "%
" "
#
&
# "%
$
" 0 "," 0 "
" "
!
" "&
#
)
-
%
" "%
'
#" " ! "
"
%
#
$
)
%
" 0 # % # " "%
7
,
'
7#
& !/ & !
%
% 0 !
#
"# ( # # (
'
" -& $ !
'.
,
# "
' 7 # " "%
"
% &
& $ 4'
"
"
'#
# 4$
"
# ,#
$
& &
,
' 7 # " "%
# " $ "%
"
$
,
' 7 # " "%
"
! ,! $
"% #
0
,
%
' 7 # " "%
" "
#
" 4'
"
& &
'
""
#
$
!
" #
!
'
#$
"
"
"
! "&
.)
&
&
"
#
#
"%
1%
" #
#
&!
(
" 0 "#
#
#
( & !#
#
#
)
$
(
"% #
)
4)
5)
6)
D)
#
,
,
($
!
($
#
, # ($
#
#
"
! )
#
"
!
#
#$
"
#$
"
#$
"
"
"
# )
"
"
"
"
"
"
"
"
! )
"
# )
(
)
"%
)
%
#
$
! - '
.
"&
" $
#
" ! # )
4)
"
!
%
" # ! #!
-2 +, . # %
%
" # ! #!
-2 +,+.) % & #
"& ! $
"
#
&
)
5)
"
!
%
" 2 +,+ # %
%
" 2 +, )
#
#
% &
#
"& !
# &
&
"& ! &
! " "
#
% $
$
& ! #!
)
+ &
)
% 0
"
" $ "%
#
#
# '&
!
#
%
&!- < 0
0
'$ " & #
%
#
&
!
! # "
! "
" $ "%
)
$
!
#"
#
&
/ &%
! ! #
#
# # 0
$
& %
# $ )
% # 0
%
#"
!
#
%
# $
#%
(
# %
%
#
$
"
%)
#
.(
4)
" ,
&
'
% !
) 2&
0
% $
"%
#"
!#
#
$
#
" ,
" $
&
# (
#%
$
" "% #
%
#
$
!
%# )
=
%
% ! #
" " ,
7
)%
" ,
)
$
#
%
$
' 0 "
)
&) %
!
1 #
)
" ,
0) #
$
#
#" $
"" #
#
#
)
%
#
#
0
# " "%
!
" ,
&)
) #
" ,
)
0 "
"
"
"&
' 0 "
"
#
)
" ,
"
#
)
"% %
# ' # '
"
!
! % <
%
"
0
#
$
<
& !/
" ,
& &
'
#
#
0
)%
" ,
'
"
&
&
E"
(
')
' 0 "
%
# )
" #
#
#"
#& #%
" <
% &
) % "&
!
!
%
!
&
#&
" "& #
,
# )
" # " "
#
)
"
%
# $
( #
%
)
" ,
#
$
)
% )
5) "
% "&
%
%
# )
0 "
# #
'
$
!,
!
&
& &
% "
)
"
' #
$
#
)
6)
#" )
" "% ! #
#
#(
#
$
!&
"
# <
"
)
D) # <
"
)
/
$
!
$
& %
#
#
#"
& &
#
)
@)
"&
#
%)
! "
" )
% &
#
&
&
"
$
#
0
# #
0
"
# "
&
,&
# 0
# "&
% " ! "
&!
!
% "
! &
& ,& "
&"
"
$
&!
!)
F) +
"
)
# &
#
"%
"
#
"
"
#!
1
#
)
"% #
$
!
&
#
"%
#" #
#
# <
!
" #"
# <
&)
!
" "& #
' 0 "
"
,
$
"
#
#
$ &
"
)
#
# <
)
4)
5)
6)
D)
@)
F)
$
$ #
# &
#
" #
!
%
/
$
!"
#
.
# #
"%
"
#( & !
(
#
(
"
/
)
!
"
#
#
(
" $
#
$
& <
)
'
&
$ )
# # #
"%
%
)
# %
#
#
" "& #
& "&
! "
!