Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN MUTU
JAMBU KRISTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SIX SIGMA DI ADC IPB-ICDF TAIWAN, BOGOR

RAISHA PRATIDINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

i

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengelolaan
dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal dengan Menggunakan Metode Six Sigma

di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Raisha Pratidina
NIM H24090029

iii

iv

ABSTRAK
RAISHA PRATIDINA. Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal
dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor.

Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan NUR HADI WIJAYA.
Berdasarkan hasil analisis, terdapat enam Critical to Quality (CTQ) dalam proses
pengelolaan jambu kristal antara lain pembibitan, keadaan lingkungan, pemupukan,
perawatan, panen dan pasca panen. Keenam CTQ ini berpengaruh terhadap kecacatan
jambu kristal yaitu bintik cokelat kehitaman pada kulit buah, kulit mengelupas, buah
masih hijau atau belum matang, buah yang lembek atau terlalu matang, dan penyakit
bakal busuk. Penyebab potensial bintik atau bercak coklat kehitaman dari prioritas
tertinggi hingga terendah adalah kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida (RPN=200),
kelalaian pekerja dalam pengendalian hama (RPN=162), kondisi lingkungan yang
mendukung (RPN=128) dan bibit tanaman yang membawa penyakit (RPN=96).
Sedangkan penyebab potensial untuk bakal busuk, antara lain kelalaian pekerja dalam
pemanenan (RPN=216), kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida (RPN=192),
keteledoran saat pendistribusian buah dari petani (RPN=189), infeksi hama dan penyakit
tanaman (RPN=162), dan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan hama
(RPN=112). Kapabilitas sigma selama tahun 2012 masih berada kisaran 2- sigma. Hal ini
menunjukkan masih banyak defect dan berada di bawah target six sigma. Tindakan
perbaikan yang sebaiknya dilakukan antara lain sanitasi kebun, intensifikasi lahan,
pemahaman kembali SOP, asking centre dan reward untuk petani mitra, pelatihan untuk
karyawan, menambah petani mitra, ekstensifikasi lahan dan persiapan ISO.
Kata kunci: cacat, jambu kristal, pengendalian mutu, six sigma


ABSTRACT
RAISHA PRATIDINA. Analysis Management and Quality Control of Crystal Guava
with Six Sigma Method in ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor. Supervised by
MUHAMMAD SYAMSUN and NUR HADI WIJAYA.
Based on analysis result, there are six Critical to Quality (CTQ) in management
process of crystal guava which are seeding, environmental condition, maintenance,
harvest and post harvest. They will be impacted to be defect of crystal guava which are
blot brown spots on the fruit skin, peeling skin, the fruit is still green or immature, fruit is
mushy or overcook and rotten fruit disease caused by Botryodiplodia theobromae Pat.
Potential causes of blot brown spots on the fruit skin from the highest to the lowest
priority which are negligence of workers on giving pesticides (RPN=200), negligence of
workers on controlling pests (RPN=162), environmental condition (RPN=128) and
seeds bring diseases (RPN=96). Whereas, potential causes of rotten fruit which are
negligence of workers on harvesting (RPN=216), negligence of workers on giving
pesticides (RPN=192), negligence in distribution from farmers (RPN=189), infection of
pests and diseases (RPN=162), and environmental condition support for pests growth
(RPN=112). Sigma capability during 2012 is still in range 2- sigma. It’s concluded, there
are many defect and below target of six sigma. The Improvement steps which are land
sanitation, land intensification, Standard Operation and Procedure, asking centre and

reward for farmers, training for employee, adding farmers, and ekstensification land and
preparation for ISO.
Keywords : crystal guava, defect, quality control, six sigma

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN MUTU
JAMBU KRISTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SIX SIGMA DI ADC IPB-ICDF TAIWAN, BOGOR

RAISHA PRATIDINA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

v

vi

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu
Kristal dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC
IPB-ICDF Taiwan, Bogor
: Raisha Pratidina
: H24090029

Disetujui oleh

Nur Hadi Wijaya, STP. MM
Pembimbing II


Dr. Ir Muhammad Syamsun M,Sc
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Jono M. Munandar M,Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
vii

viii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Jambu Kristal Dengan
Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu sehingga skripsi ini bisa terselesaikan yaitu Ibu Farida Nur Fitriana
selaku counterpart IPB dan Mr. Liao selaku ketua tim di bagian jambu kristal.
Serta Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Nur Hadi Wijaya, S.TP, MM selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Penulis pun menyadari bahwa
skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga penelitian ini bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, April 2013

Raisha Pratidina
Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Batasan Pengukuran


3

METODE PENELITIAN

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Gambaran Umum Perusahaan

8

Pengelolaan Produksi Jambu Kristal

10

Pengendalian Mutu Jambu Kristal


12

Implikasi Manajerial

22

SIMPULAN DAN SARAN

23

Simpulan

23

Saran

23

RIWAYAT HIDUP


30

ix

x

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1
2
3
4
5
6

Perbandingan antara permintaan supermarket dan pasokan jambu kristal
Lima fase siklus perbaikan DMAIC
Manfaat pencapaian beberapa tingkat sigma
Standar mutu jambu kristal per grade mutu
Pasar jambu kristal yang tersedia
Persentase jumlah produk cacat terhadap jumlah panen Januari 2012
Desember 2012
7 Kertas periksa tipe kecacatan jambu kristal tanggal 26 Desember 2012
hingga 3 Januari 2013
8 Jumlah produk cacat jambu kristal menurut jenis
9 Hasil Perhitungan nilai DPMO dan nilai six sigma

1
4
5
11
12
13
14
14
16

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1 Perbandingan persentase jumlah produk jambu kristal per grade
2 Konsep six sigma Motorola dengan distribusi normal bergeser 1,5
3 Kerangka pemikiran penelitian
4 Struktur organisasi ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor
5 Jambu kristal
6 Jambu kristal berdasarkan grade mutu
7 Process flow diagram jambu kristal ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor
8. Diagram pareto
9 Grafik kapabilitas sigma pada produksi jambu kristal
10. Diagram sebab akibat bakal busuk dan bonyok atau remuk
11. Diagram sebab akibat bintik atau bercak cokelat kehitaman
12. Diagram sebab akibat produk cacat jambu kristal
13 Peta kendali penyimpangan kualitas jambu kristal tahun 2012

2
6
7
9
10
10
12
15
16
17
17
18
22

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Kuisioner penentuan CTQ produk jambu kristal
2. Diagram FMEA untuk kecacatan bintik atau bercak kecokelatan
pada kulit buah
3. Diagram FMEA untuk kecacatan bakal busuk pada jambu kristal

Halaman
25
26
28

ii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Montgomery (2009), pengontrolan dan peningkatan mutu menjadi
strategi bisnis yang penting bagi banyak organisasi. Sebuah bisnis yang dapat
menyenangkan pelanggan dengan meningkatkan dan mengendalikan mutu
produknya akan mendominasi di tengah persaingan. Perbaikan kualitas diartikan
mengurangi variabilitas yang terjadi dalam proses dan produk akhir. Variabilitas
yang berlebihan dalam kinerja proses sering menyebabkan pemborosan biaya,
waktu dan seluruh usaha yang berhubungan dengan perbaikan. Oleh karena itulah,
perusahaan harus mengembangkan efektivitas pelaksanaan manajemen mutu di
setiap tahapan proses produksinya.
Agribussiness Development Center (ADC) merupakan kerjasama di bidang
pertanian antara ICDF Taiwan (Taiwan International Cooperative Development
Fund) dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) yang bertujuan meningkatkan taraf
hidup petani. Berbagai macam produk pertanian dihasilkan antara lain sayuran
organik, non organik dan buah. Buah yang menjadi unggulan adalah jambu
kristal, yaitu buah dengan rasa yang manis, renyah, ukuran relatif besar serta
memiliki biji yang sedikit.
Potensi peluang bisnis jambu kristal masih sangat besar, hal ini dikarenakan
permintaannya yang tinggi sedangkan pasokannya masih rendah. Kelebihan
permintaan supermarket yang ada di Bogor dan Jakarta terhadap jambu kristal
grade A di ADC IPB-ICDF TAIWAN yang cukup signifikan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Perbandingan antara permintaan supermarket dan pasokan jambu kristal
Bulan
Permintaan (Kg) Pasokan (Kg)
Kekurangan (Kg)
Oktober 2011
5.820
3.679,8
2.140,2
November 2011
3.848
1.608
2.240
Desember 2011
3.848
2.562,9
1.285,1
Januari 2012
3.613
2.816,7
796,3
Februari 2012
4.280
4.190
90
Maret 2012
2.491
1.852
639
April 2012
2.491
2.175.8
315,2
Mei 2012
1.930
395,9
1.534,1
Juni 2012
2.076,5
720,6
1.355,9
Juli 2012
3.779,8
2.126,5
1.653,3
Agustus 2012
1.829
404,6
1.424,4
September 2012
1.846
525
1.321
TOTAL
37.852,3
23.057,8
14.794,5
Sumber : ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor (2012)
Data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 12 bulan
perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan jambu kristal grade A dari
supermarket sebesar 14.794,5 Kg. Dalam hal ini perusahaan telah kehilangan
kesempatan untuk meningkatkan penjualannya sebesar Rp 295.890.000 (jumlah

2

kekurangan permintaan dikalikan dengan harga jambu kristal grade A/Kg yaitu
Rp 20.000). Masalah tersebut dipicu karena presentase produk cacat yang
dihasilkan yaitu produk jambu kristal dengan grade B+, B dan C adalah 69 % dari
total jumlah panen selama tahun 2012 sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
C
A
21% 31%
B
28%

B+
20%

Gambar 1 Perbandingan persentase jumlah produk jambu kristal per grade (ADC
IPB ICDF Taiwan Bogor, 2012)
Penelitian dengan judul “Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Mutu
Jambu Kristal dengan Menggunakan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF
TAIWAN, Bogor” dilakukan untuk meningkatkan pengendalian mutu jambu
kristal di ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor. Deming (dalam Nasution 2005)
menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.
Pengendalian mutu ini dilakukan agar kualitas yang dihasilkan lebih baik dengan
melakukan tindakan pencegahan terhadap penyebab potensial dari produk cacat
mulai dari pemilihan input yaitu bibit berkualitas unggul, proses penanaman,
perawatan, pemupukan, pengendalian hama, pemanenan hingga pasca pemanenan
produk. Dengan demikian, perusahaan mampu meningkatkan pendapatannya
dengan pemenuhan permintaan pasar atas jambu kristal yang masih sangat tinggi.
Analisis pengendalian mutu dari jambu kristal ini dilakukan dengan metode
six sigma. Menurut Sartin (2008), metode six sigma adalah salah satu studi yang
cukup revolusioner yang dikembangkan oleh Motorola, studi ini dibilang cukup
berhasil untuk menerapkan jumlah defect meskipun belum mampu mewujudkan
kondisi zero defect atau tanpa kecacatan. Keuntungan dari penerapan six sigma ini
berbeda untuk tiap perusahaan yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang
dijalankan. Menurut Miranda (2006), dengan menerapkan metode six sigma
biasanya ada perbaikan pada hal-hal berikut ini antara lain pengurangan biaya,
perbaikan produktivitas, pertumbuhan pangsa pasar, pengurangan waktu siklus,
retensi pelanggan, pengurangan cacat, perubahan budaya kerja dan pengembangan
produk atau jasa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan menerapkan
tahapan six sigma dan melakukan perhitungan pergeseran sigma pada proses
produksi produk pertanian yaitu jambu kristal, untuk mengetahui tingkat defect
jambu kristal di ADC IPB ICDF Taiwan, Bogor dan memberikan gambaran
baseline kinerja awal perusahaan untuk melakukan pengendalian mutu pada
proses produksi jambu kristal kedepannya.

3

Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana
pengelolaan produksi jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan dalam usaha
menghasilkan produk yang berkualitas, 2) Bagaimana pengendalian mutu pada
pengelolaan produksi jambu kristal, 3) Apakah sebab-sebab potensial yang
mempengaruhi mutu jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan, dan 4) Berapakah
range pergeseran sigma dari proses pengendalian mutu jambu kristal di ADC IPBICDF Taiwan.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1) Mengetahui pengelolaan produksi
jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan dalam usaha menghasilkan jambu kristal
yang berkualitas, 2) Menganalisis pengendalian mutu pada pengelolaan produksi
jambu kristal, 3) Mengidentifikasi sebab-sebab potensial yang mempengaruhi
mutu produk jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan, dan 4) Mengetahui kisaran
sigma pengendalian mutu jambu Kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan saat ini.

Batasan Pengukuran
Produk yang dijadikan objek penelitian adalah jambu kristal yang dihasilkan
di ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, baik dari lahan sendiri maupun lahan petani
mitra, selama tahun 2012 yaitu dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2012.
Ruang lingkup penelitian ini tidak mencakup keseluruhan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan. Tapi hanya terbatas pada kajian proses produksi jambu kristal
dan pengendalian mutu terhadap produk jambu kristal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, pengisian kuisioner dan hasil
wawancara dengan tim jambu kristal yang terdiri dari Counterpart IPB, pihak
ICDF TAIWAN, pekerja di packing room dan juga petani yang terlibat langsung
dalam kegiatan produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari informasi dan
pencatatan historis perusahaan. Data penunjang juga diperoleh dari internet dan
literatur di perpustakaan.
Analisis data kualitatif menggunakan metodologi sebagai upaya peningkatan
menuju target six sigma. Tahapan penelitian ini mengacu pada Gasperz (dalam
Dewi 2012) untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui
tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Keterangan dari
lima fase siklus perbaikan DMAIC terdapat pada Tabel 2.

4

Tabel 2 Lima fase siklus perbaikan DMAIC
Perbaikan Proses
1. Define
Identifikasi masalah
Definisikan kebutuhan
Tetapkan tujuan

2. Measure

3. Analyze

Pertegas masalah/proses
Membenarkan
pengetahuan tujuan
Ukur
langkah-langkah
inti/ masukan
Kembangkan hipotesis
Identifikasi
akar
penyebab utama
Validasi hipotesis

4. Improve

Kembangkan ide untuk
menghilangkan
akar
penyebab permasalahan
Uji solusi
Tetapkan solusi/ hasil
pengukuran

5. Control

Buat standar pengukuran
Bereskan permasalahan
sesuai dengan tujuan
yang diinginkan

Desain/Desain Ulang Proses
Identifikasi masalah tertentu
Definisi
tujuan/perubahan
visi
Perjelas
jangkauan
dan
kebutuhan pelanggan
Ukur kinerja kebutuhan
Kumpulkan data secukupnya

Identifikasi praktis terbaik
Nama desain proses
- Pertambahan nilai atau
tidak
- Bottleneck/disconnect
- Alternatif lainnya
Perjelas kebutuhan
Desain proses baru
- Asumsi-asumsi
yang
mendukung
- Kreativitas
- Kebijakan proses kerja
Jalankan proses, struktur dan
sistem baru
Buat pengukuran dan kaji
ulang untuk memelihara
kinerja
Bereskan
permasalahan
sesuai dengan tujuan yang
diinginkan

Sumber : Gasperz (dalam Dewi 2012)
Analisis data kuantitatif bertujuan untuk menilai efektivitas kinerja ADC IPBICDF TAIWAN. Analisis ini lebih berfokus pada pengelolaan produksi dari
jambu kristal.
1. Analisis Defect per Opportunity (DPO)
DPO merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengukur proporsi
untuk cacat atas jumlah total peluang dalam sebuah kelompok.
…………………………………………. ( 1 )
DPO =
2. Analisis Defect per million Opportunity (DPMO)
DPMO mengindikasikan berapa banyak defect yang akan muncul dalam satu
juta peluang.
DPMO = DPO x 1.000.000 ……………………………………………… ( 2 )

5

3. Ukuran Sigma
Definisi six sigma menurut Vincent Gaspersz (2007) adalah suatu sistem yang
komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan
memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan
kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan analisis statistik
serta terus-menerus dan memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji
ulang proses usaha. Apabila produk (barang atau jasa) diproses pada tingkat
kinerja kualitas six sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per
sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang
diharapkan pelanggan akan ada dalam produk (barang dan/atau jasa) itu.
Manfaat pencapaian beberapa tingkat sigma untuk rata-rata industri di dunia
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Manfaat pencapaian beberapa tingkat sigma
COPQ (Cost of Poor Quality)
Tingkat Pencapaian
DPMO
Sigma
1-Sigma
2-Sigma
3-Sigma
4-Sigma
5-Sigma
6- Sigma

COPQ sebagai
presentase dari nilai
penjualan
tidak Tidak dapat dihitung

691.462 (sangat
kompetitif)
308.538 (rata-rata industri
di Indonesia)
66.807
6.210 (rata-rata industri
USA)
233 (rata-rata industri
Jepang)
3.4 (Industri kelas dunia)

Tidak dapat dihitung
25-40% dari penjualan
15-25% dari penjualan
5-15% dari penjualan
< 1% dari penjualan

Setiap peningkatan atau pergeseran 1-Sigma akan memberikan peningkatan keuntungan sekitar
10% dari penjualan

Sumber : Gaspersz (2007)
Berdasarkan Tabel 3 tersebut, tingkat pencapaian sigma untuk rata-rata
industri di Indonesia masih berada di kisaran 2-sigma. Hal ini harus menjadi
perhatian bagi perusahaan agar melakukan upaya peningkatan kualitas produk
yang lebih baik dalam rangka kemampuan bersaing dengan rata-rata industri kelas
dunia yang memiliki tingkat pencapaian sigma yang jauh lebih tinggi.
Pengendalian kualitas ini juga diakukan sebagai salah satu upaya untuk
menurunkan COPQ (Cost of Poor Quality) yang muncul dari tingginya jumlah
produk defect yang dihasilkan. Dengan demikian, six sigma dapat dijadikan
ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses
transaksi produk atau pemasok (industri) dan pelanggan (pasar).
Proses six sigma dengan distribusi normal mengizinkan nilai rata-rata
(mean) proses bergeser 1,5 sigma dari nilai spesifikasi target kualitas (T) yang
diinginkan oleh pelanggan seperti digambarkan pada Gambar 2.

6

-1.5

-6

-3

-2

-1

+1.5

mean

+1

+2

+3

6

Gambar 2 Konsep six sigma Motorola dengan distribusi normal bergeser 1,5
(Gaspersz, 2007)
4. Diagram alir proses
Diagram alir proses (flowchart) merupakan alat yang menunjukkan masukan,
keluaran dan tindakan dari suatu sistem. (Gasperz dalam Nasution, 1995)
5. Kertas periksa (Check sheet)
Kertas periksa adalah suatu piranti yang paling mudah untuk menghitung
seberapa sering sesuatu terjadi. (Gasperz dalam Nasution, 1995)
6. Diagram pareto (Pareto Chart)
Pareto chart digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian
yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke
yang paling kecil di sebelah kanan. (Gasperz dalam Nasution, 1995)
7. Peta kendali
Teknik kualitas yang paling umum dilakukan ialah dengan menggunakan
diagram kontrol shewhart atau peta kendali. Diagram ini digunakan untuk
mengendalikan jumlah barang yang rusak per unit secara keseluruhan hasil
dalam suatu proses produksi. (Feigeumbaum dalam Nasution, 2005)
8. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)
Diagram sebab-akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan
dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebabpenyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang terjadi.
(Gasperz dalam Nasution, 1995)
9. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
Menurut Meryanti Ramadhani dkk, FMEA adalah analisis sistematis mode
kegagalan potensial yang bertujuan untuk mencegah kegagalan.
Tujuan utama dari FMEA adalah:
a. mengidentifikasi mode kegagalan yang mungkin dapat terjadi dalam
desain atau pembuatan produk.
b. mengidentifikasi tindakan perbaikan yang dapat mengurangi atau
menghilangkan potensi kegagalan terjadi.
c. menyediakan dokumentasi proses.
d. mengukur tingkat risiko yang terkait dengan setiap mode kegagalan
potensial.

7

Tahapan dalam FMEA dijabarkan sebagai berikut :
1. Menetapkan batasan proses yang akan dianalisa, diperoleh dari tahap
define dari proses DMAIC.
2. Melakukan pengamatan terhadap proses yang akan dianalisa.
3. Hasil pengamatan digunakan untuk menemukan defect potensial pada
proses.
4. Mengidentifikasikan potensial penyebab dari defect yang terjadi.
5. Mengidentifikasikan akibat yang terjadi.
6. Menetapkan nilai – nilai dalam poin.
7. Masukkan kriteria nilai sesuai dengan 3 kriteria yang telah dibuat
sebelumnya.
8. Dapatkan nilai RPN (Risk Potential Number) dengan jalan mengalikan
nilai SOD (Severity, Occurance, Detection).
9. Pusatkan perhatian pada nilai RPN yang tertinggi, segera lakukan
perbaikan terhadap potential cause, alat kontrol dan efek yang
diakibatkan.
10. Buat implementation action plan lalu terapkan.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 di
bawah ini.

ADC IPB-ICDF TAIWAN
Pemenuhan permintaan jambu
kristal grade A
Mutu jambu kristal

Grade A

Grade B+, B dan C

Proses pengendalian mutu
PROCESS FLOW DIAGRAM
DIAGRAM PARETO

Pendekatan tools
Six Sigma

PETA KENDALI
DIAGRAM SEBAB AKIBAT
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS
(FMEA)

Hasil analisis pengendalian
mutu
Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu jambu
kristal
Rekomendasi manajerial
perbaikan mutu produk jambu
kristal

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian

Pergeseran Sigma

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Agribussiness Development Centre IPB-ICDF Taiwan (ADC IPB-ICDF
TAIWAN) adalah organisasi yang menetapkan pendirian Misi Teknik Taiwan,
yang didirikan sejak tahun 1959 di Vietnam. Sekarang Misi Teknik Taiwan telah
memiliki 204 Teknisi di 26 negara yang tersebar antara lain di Timur Tengah dan
Asia Tengah, Afrika, Amerika Tengah, Asia Pasifik, Karibia dan Amerika
Selatan. Sejak tahun 1984, Misi Teknik Taiwan telah melakukan proyek-proyek di
Indonesia antara lain proyek perikanan di Probolinggo dan Situbondo Jawa Timur.
Berlangsung hingga bulan Desember 2007. Kemudian pada tahun 1998 hingga
bulan Desember 2006 melakukan proyek kedelai di Lawang, Jawa Timur. Pada
tahun 1990 hingga bulan Mei 2005 melakukan proyek jamur di Sleman
Yogyakarta. Sejak tahun 1996 hingga sekarang, Misi Teknik Taiwan melakukan
proyek agribisnis di Jawa Barat dan Jawa Tengah antara lain di Mojokerto,
Boyolali, Sleman dan Bogor.
Misi Teknik Taiwan bekerjasama dengan University Farm Institut Pertanian
Bogor bergerak di bidang usaha proyek agribisnis yang kemudian diberi nama
Agribusiness Development Center (ADC). Alamat kantor ADC IPB-ICDF
TAIWAN berada di Cikarawang RT/RW 003/007, Kecamatan Darmaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Proyek agribisnis di Bogor mendapatkan
kesepakatan antara IPB dan TTM (Taiwan Technical Mission) untuk didirikan
pada bulan April 2006. Kemudian persiapan lahan dilakukan pada bulan Mei
2006. Lahan ADC IPB-ICDF TAIWAN kurang lebih seluas 6 Hektar yang terdiri
dari pos satpam, garasi, tempat parkir, kantor, tempat pembibitan, tempat
pembimbingan, packing room, green house, lahan demonstrasi dan lahan
produktif. Konstruksi sarana dibangun pada 26 Februari 2007 dan mulai resmi
dibuka pada 24 Oktober 2007. Kegiatan utama yang dilakukan antara lain
penyuluhan dan demonstrasi, pelatihan, workshop dan kunjungan, produksi bibit,
bantuan pemasaran dan pameran promosi.
Struktur organisasi di ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor terdiri dari anggota
Misi Teknik Taiwan yang mengelola proyek agribisnis di Bogor, untuk bagian tim
jambu kristal dipimpin oleh Mr. Liao. Sedangkan, pihak University Farm IPB
mengirimkan counterpart untuk pengelolaan dan pembinaan di setiap produk
agribisnis yang dihasilkan, untuk bagian jambu kristal adalah Ibu Farida Nur
Fitriana. Struktur organisasi perusahaan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
4.

9

Taiwan International Cooperative Development
Fund

University Farm
Institut Pertanian Bogor

: Huang Chih Hisen
: Chiu Wen Chi
: Liao
: Wu Chiung Feng

Agribussiness Development Centre (ADC)
Form Manager
: Ezipotia Rusli

Counterparts
Sayuran organik
Sayuran non organik
Jambu Kristal
Marketing

Expert
Sayuran Organik
Sayuran non organik
Jambu Kristal
Marketing

: Tisna
: Koko
: Farida Nur Fitriana
: Hima

Asisten Sayuran
Organik

Asisten Sayuran
Non Organik

Asisten Jambu
Kristal

Asisten
Marketing

KARYAWAN

Gambar 4 Struktur oganisasi perusahaan (ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, 2012)
Empat sub proyek yang dilakukan oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN Bogor
adalah pemasaran produk agribisnis sayuran organik, sayuran non organik dan
jambu kristal. Budidaya sayuran organik antara lain Edible Amaranth (bayam
merah dan hijau), lettuce (selada keriting), Rape (cai sim), water spinach
(kangkung), chinese kale (kailan) dan Pai choi (Sawi sendok). Produk Sayuran
non organik antara lain asparagus, tomato cherry, pare putih, bunga kucai, baby
buncis, oyong, labu, lobak, okra, kacang panjang merah, terong bulat, terong
panjang, dan pepaya. Sedangkan produk buah yang menjadi unggulan adalah
jambu kristal.
Kegiatan produksi yang dilakukan dimulai dari pengolahan, penyortiran,
pengemasan, penyimpanan dan pengiriman. Produk agribisnis yang dijual oleh
ADC IPB-ICDF TAIWAN berasal dari lahan yang ditanam dan dirawat sendiri
serta dari petani mitra. Sistem kerjasama dengan petani mitra yaitu sistem yarnen
(bayar saat panen), yakni sistem yang pada awal, petani diberikan bibit dan saat
panen, kemudian hasil panen dipotong untuk pembayaran bibit tersebut. Di ADC
IPB-ICDF Taiwan, sistem yarnen diberlakukan potongan 25% untuk pelunasan
bibit tiap pengiriman jambu. Bentuk kemitraan yang dibangun antara petani
dengan TTM yaitu petani berperan sebagai produsen utama dari komoditikomoditi yang dikembangkan dan TTM berperan sebagai tenaga pendamping bagi
petani untuk mendapatkan produksi yang lebih baik. Petani mitra untuk jambu
kristal berada di Desa Cikarawang, Desa Bantarsari dan Kabupaten Bogor yang
hampir mencapai 126 orang. Jambu kristal grade A dari petani mitra akan dibeli
oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN dengan harga Rp 15.000 per kg sedangkan untuk
grade B akan dibeli dengan harga Rp 7.000 per kg dan untuk grade C akan dibeli
dengan harga Rp 5.000 per kg. Sedangkan harga jual untuk jambu kristal grade A
adalah Rp 20.000/kg dan untuk jambu kristal grade B+, B dan C adalah Rp
11.000/kg. Tampilan untuk jambu kristal dapat dilihat pada Gambar 5.

10

Gambar 5 Jambu kristal (ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, 2012)
Menurut Bambang (2010), tanah untuk tanaman jambu kristal dipilih tanah
yang subur dan banyak mengandung unsur Nitrogen. Cara pemupukan tanaman
jambu kristal :
1. Pada tanaman umur 0-1 tahun, bibit diberikan pada setiap pohon dengan
campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK
dengan cara ditaburkan di sekeliling pohon atau dengan jalan menggali di
sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm.
2. Pada tanaman umur 1-3 tahun, pemupukan dilakukan dengan NPK 250
gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini
dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran yang
sama.
3. Pada tanaman umur 3 tahun ke atas, kalau pertumbuhan tanaman kurang
sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tunas hasil pemangkasan
ranting, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman
memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.

Pengelolaan Produksi Jambu Kristal
1. Panen
Jambu kristal berbuah sepanjang tahun.Biasanya panen dilakukan setiap 3-4
hari sekali dengan melakukan penjadwalan panen per line atau per petak.
2. Pembersihan buah
Buah yang dipanen dari lahan biasanya dilakukan pembersihan spons dan
plastik serta pencucian kulit buah di packing room. Sedangkan buah dari
petani biasanya telah dibersihkan sendiri oleh masing-masing petani.
3. Penyortiran
Setelah dilakukan pembersihan, jambu kristal yang telah dipanen akan disortir
per grade mutunya yang dilakukan oleh penanggung jawab packing room
bagian jambu kristal. Tampilan jambu kristal per grade mutu dapat dilihat
pada Gambar 6.

Grade A

Grade B

Grade C

Gambar 6 Jambu kristal berdasarkan grade mutu (ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor,
2012)

11

Keterangan untuk standar mutu jambu kristal yang diterapkan di ADC
IPB-ICDF Taiwan, Bogor pada saat penyortiran dijabarkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Standar mutu jambu kristal per grade mutu
No.
Klasifikasi Grade
Keterangan
1. Grade A
a. Ukuran buah seragam dan memiliki bobot
lebih kurang 300 gram
b. Bentuk buat mendekati bulat atau bulat
c. Warna kulit buah hijau muda
d. Tekstur permukaan buah mulus, tidak ada
bercak kecokelatan akibat serangan
penyakit, kebusukan, atau akibat benturan
fisik
2. Grade B
a. Ukuran buah 250-300 gram
b. Bentuk buah tidak bulat sempurna
c. Tekstur permukaan terdapat sedikit bercak
kecokelatan
3. Grade C
a. Ukuran buah tidak seragam, cenderung
kecil sekitar 250 gram
b. Tekstur permukaan buah tidak mulus,
terdapat bercak kecokelatan, terdapat cacat
akibat benturan fisik
c. Warna kulit buah kekuningan (terlalu
matang)
d. Bentuk buah tidak sempurna
Sumber : ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor (2012)
4. Pengemasan
Pada tahap ini buah yang telah disortir akan dipisahkan, untuk grade A akan
dilakukan pengemasan yaitu dengan pemberian spons, plastik dan pemberian
merek ADC IPB-ICDF TAIWAN untuk dijual ke supermarket atau toko buah.
Sedangkan untuk grade B dan C akan disimpan di dalam chiller untuk dijual
kepada konsumen yang membeli di tempat.
5. Penyimpanan di chiller
Sebelum dikirim ke pembeli keesokan harinya, jambu kristal grade A yang
telah dikemas dan dimasukkan ke dalam kardus yang telah siap kirim akan
disimpan terlebih dahulu ke dalam chiller untuk menjaga kesegaran dan
kualitas buah.
6. Pengiriman
Pengiriman buah jambu kristal dilakukan setiap hari yaitu dari senin hingga
minggu sesuai dengan project order (PO) yang diterima. Pengiriman jambu
kristal produksi ADC IPB-ICDF TAIWAN antara lain ke beberapa
supermarket dan toko buah di daerah Bogor dan Jakarta. Pasar jambu kristal
yang telah dimasuki oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.

12

Tabel 5 Pasar jambu kristal yang tersedia
1.
Margaretha
11. Grand Lucky Radio Dalam
2.
Yayuk
12. Indomaret
3.
Simon
13. Total Buah Wolter
4.
Rezeki Ancol
14. Total Buah Menteng
5.
Diamond Mag
15. Serambi Botani
6.
Farmers Market Serpong
16. Yogya Pondok Bambu
7.
Farmers Market KelapaGading
17. Yogya Mangga Dua
8.
Farmers Market FX
18. Yogya Cimanggu
9.
Farmers Market Kemang
19. Yogya Surya Kencana
10.
Grand Lucky SCBD
20. Yogya Bogor Junction
Sumber : ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor (2012)
Process flow diagram di bawah ini menggambarkan tahapan pengelolaan
produksi jambu kristal mulai dari metode okulasi untuk pembuatan bibit tanaman
hingga pendistribusian ke konsumen yang terdapat pada Gambar 7.
Okulasi atau grafting
jambu kristal

Penanaman
bibit di lahan
ICDF
Taiwan

Penanaman
bibit di lahan
petani mitra

Perawatan dan pemeliharaan tanaman
(penyiraman, pembronsongan buah,
pemupukan,dan pemberian pestisida)

Pemanenan buah
Pendistribusian ke packing
room
Pembersihan buah
Pensortiran

Grade A

Produk cacat (Grade
B+, B dan C)

Pengemasan
(pemberian spons,
plastik dan label
merek)

Penyimpanan

Penyimpanan

Pendistribusian
ke supermarket

Penjualan
langsung

Gambar 7 Process flow diagram jambu kristal ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor

Pengendalian Mutu Jambu Kristal
Tahapan Define (Definisi)
Masalah pengendalian mutu yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk
mencapai sasaran perusahaan yang ingin memenuhi permintaan pasar adalah

13

jumlah produk cacat jambu kristal yang sangat tinggi perbandingannya dengan
jumlah produksi jambu kristal grade A, ditambah lagi selisih harga yang cukup
besar untuk setiap grade yang dijual oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN, hal ini akan
berdampak pada pendapatan dari penjualan yang diterima perusahaan. Persentase
produk cacat setiap bulannya selama tahun 2012 disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Persentase jumlah produk cacat terhadap jumlah panen Januari 2012
Desember 2012
Bulan-Tahun
J. Panen (Kg)
J. Cacat (Kg)
% Produk cacat
Januari 2012
6.386,5
4.788,9
75%
Februari 2012
7.083,4
5.553,3
78%
Maret 2012
3.670,4
2.868,4
78%
April 2012
2.506,2
1.719,4
69%
Mei 2012
677
457,2
68%
Juni12
1.293,9
878,7
68%
Juli 2012
5.718,6
3.667,3
64%
Agustus 2012
3.176,3
2.091,6
66%
September 2012
4.982,1
3.072
62%
Oktober 2012
1.041,9
515,9
50%
November 2012
586.5
363,3
62%
Desember 2012
3.000,3
1.841,4
61%
TOTAL
40.123,1
27.817,4
69%
Sumber : ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor (2012)
Jambu kristal grade A dijual untuk memenuhi permintaan pasar supermarket
dan toko buah berskala besar. Harga per kilogramnya adalah Rp 20.000.
Sedangkan untuk jambu kristal grade B dan C dijual secara langsung kepada
pembeli dan distributor yang datang ke tempat serta mendirikan stand misal di
Kampus IPB Darmaga dengan harga per kilogramnya adalah Rp 11.000.
Perusahaan juga seringkali mengalami kerugian karena harus membuang produk
cacat jambu kristal (untuk grade B+, B dan C) yang mengalami chilling injury,
yaitu gangguan fisiologis yang disebabkan oleh suhu rendah (bukan suhu
pembekuan) sehingga mengalami beberapa gejala kerusakan setelah dikembalikan
pada suhu normal (non-chilling). (Jackman et al, 1988 dan Parkin et al, 1989
dalam Marangoni et al, 1996).
Tahapan Measure (Pengukuran)
Pada tahap measure atau pengukuran dilakukan pengamatan terhadap tipe
kecacatan yang paling sering terjadi pada jambu kristal produksi ADC IPB-ICDF
TAIWAN dengan menggunakan diagram pareto. Diagram pareto dibuat dengan
menggunakan data pengamatan yang dilakukan peneliti, yang telah dicatat pada
kertas periksa (checksheet). Kertas periksa berisikan data frekuensi masingmasing tipe kecacatan jambu kristal yang diproduksi selama penelitian
berlangsung yaitu 6 hari kerja, mulai tanggal 26 Desember 2012 hingga 3 Januari
2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu
Rentang waktu ini dipilih karena siklus panen jambu kristal terjadi setiap 3 atau 4
hari sekali bahkan bisa lebih cepat sehingga dalam rentang waktu enam hari kerja,

14

peneliti telah mendapatkan data jumlah per tipe kecacatan yang dihasilkan selama
tiga kali panen jambu kristal baik dari lahan ADC IPB-ICDF TAIWAN maupun
lahan petani. Pencatatan data pengamatan dilakukan dengan menggunakan kertas
periksa. Hasil pengamatan dalam kertas periksa dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Kertas periksa tipe kecacatan jambu kristal tanggal 26 Desember 2012
hingga 3 Januari 2013
Tipe Kecacatan
Tanggal
26
27
28
31
2 Jan 3 Jan TOTAL
Des Des Des
Des
(buah)
Bintik cokelat
496
35
91
68
545
548
1.783
Bercak kehitaman
282
26
45
45
222
145
765
Kulit mengelupas
118
5
255
94
56
528
Masih Hijau
34
12
7
32
376
461
Bakal busuk
6
1
274
76
62
419
Lembek/terlalu matang
42
12
31
86
91
262
Kotoran putih
2
4
6
Gagal okulasi
2
2
TOTAL
980
79
684
148
1.057 1.278
4.226
Dari data yang telah didapat pada Tabel 7 tersebut, diurutkan tipe kecacatan
dari jumlah yang paling banyak ditemukan dalam inspeksi hingga jumlah yang
paling sedikit, untuk tipe kecacatan yang memiliki persentase kurang dari 1%
akan dihapuskan. Persentase jumlah cacat dari masing-masing tipe kecacatan
berdasarkan hasil pengurutan dapat dilihat pada Tabel 8..
Tabel 8 Jumlah produk cacat jambu kristal menurut jenis
Jumlah
Persentase
Jumlah
(buah*)
Kumulatif
Bintik cokelat
1.783
42,27%
1.783
Bercak kehitaman
765
18,14%
2.548
Kulit mengelupas
528
12,52%
3.076
Masih Hijau
461
10,93%
3.537
Bakal busuk
419
9,93%
3.956
Lembek/terlalu
262
6,21%
4.218
matang
TOTAL
4.218
100%

Persentase
Kumulatif
42,27 %
60,41%
72,93%
83,86%
93,79%
100%

*1 kg Jambu kristal dengan ukuran normal setara dengan 5-6 buah

Hasil pengurutan persentase jumlah cacat yang ditemukan dalam inspeksi
digunakan untuk mengetahui tipe kecacatan potensial yang paling banyak ditemui
pada proses produksi jambu kristal di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor. Dari Tabel
8 tersebut dapat disimpulkan bahwa tipe kecacatan yang paling banyak ditemukan
dalam inspeksi adalah bintik cokelat dan bercak kehitaman. Berdasarkan Tabel 8,
juga dapat dibuat diagram pareto untuk menggambarkan tipe kecacatan jambu
dari tertinggi hingga terendah.yang dapat dilihat pada Gambar 8.

15

2000
1800
1600
1400
1200
Count 1000
800
600
400
200
0

100
90
80
70
60
50 Percent
40
30
20
10
0

Gambar 8. Diagram pareto
Dilihat dari hasil pengisian kuisioner (Lampiran 1) oleh tim jambu kristal di
ADC IPB-ICDF Taiwan dapat ditentukan titik kritis permasalahan penyebab tipe
kecacatan dari jambu kristal atau CTQ (Critical to Quality) antara lain :
1. Pembibitan : bibit gagal okulasi dikarenakan kesalahan prosedur okulasi
sehingga tidak menghasilkan bibit jambu kristal tetapi jambu lokal, faktor
keterlambatan melakukan tahapan okulasi menyebabkan bibit tanaman
terlanjur tua sehingga produktivitas menurun
2. Keadaan lingkungan : cuaca, curah hujan. penyinaran sinar matahari, suhu
udara dan kelembaban udara
3. Pemupukan : kesalahan takaran pemberian pupuk, kesalahan tata cara
pemupukan dan keterlambatan pemberian pupuk
4. Perawatan : keterlambatan pemberian pestisida, kesalahan takaran pemberian
pestisida, keterlambatan pembungkusan dengan plastik, keterlambatan
pengontrolan dan penanganan buah yang terkena hama dan penyakit
5. Panen : keterlambatan dan/atau terlalu cepat pemetikan buah
6. Pasca panen : kesalahan metode pencucian buah sehingga merusak tekstur
kulit buah, keteledoran pada saat distribusi, jarak pengiriman yang jauh, moda
transportasi yang seadanya dan penyimpanan dalam chiller.
Langkah selanjutnya pada tahapan measure atau pengukuran yaitu
dilakukan perhitungan pergeseran sigma. Nilai DPMO (Defect per million
Opportunity) menunjukkan kapabilitas produksi selama periode tersebut. Dari
hasil perhitungan kinerja six sigma didapatkan bahwa proses produksi jambu
kristal ADC IPB-ICDF TAIWAN memiliki kapabilitas produksi yang masih
rendah dilihat dari nilai DPMO yang masih cukup tinggi yaitu 124.975 artinya
dalam 1.000.000 kesempatan produksi, terdapat kemungkinan 124.975 buah
jambu kristal yang cacat. Hasil perhitungan nilai six sigma tersebut mengacu pada
konversi nilai DPMO berdasarkan tabel Motorola's 6-Sigma Process (Normal
Distribution). Perhitungan DPMO dan nilai sigma per bulan selama tahun 2012
dapat dilihat pada Tabel 9.

16

Tabel 9 Hasil Perhitungan nilai DPMO dan nilai six sigma
Jumlah Jumlah
Panen
Cacat Jumlah
Bulan-Tahun
DPO
(Kg)
(Kg)
CTQ
Januari 2012
6.386,5 4.788,9
6
0,125
Februari 2012
7.083,4 5.553,3
6
0,131
Maret 2012
3.670,4 2.868,4
6
0,130
April 2012
2.506,2 1.719,4
6
0,114
Mei 2012
677
457,2
6
0,113
Juni 2012
1.293,9
878,7
6
0,113
Juli 2012
5.718,6 3.667,3
6
0,107
Agustus 2012
3.176,3 2.091,6
6
0,110
September 2012
4.982,1
3.072
6
0,103
Oktober 2012
1.041,9
515,9
6
0,083
November 2012
586.5
363,3
6
0,103
Desember 2012
3.000,3 1.841,4
6
0,102
Sumber : ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor (2012)

DPMO
124.975
130.665
130.249
114.343
112.555
113.185
106.881
109.750
102.768
82.526
103.240
102.290

SIX
SIGMA
2,66
2,63
2,63
2,71
2,72
2,71
2,75
2,73
2,77
2,89
2,76
2,77

Dari hasil perhitungan, manfaat pencapaian sigma dari proses produksi
jambu kristal masih berada di kisaran 2- sigma. Kapabilitas sigma terendah pada
bulan Februari dan Maret 2012 yaitu 2,63 sigma dan tertinggi pada bulan Oktober
2012 yaitu 2,89 sigma. Grafik kapabilitas sigma per bulan selama tahun 2012
digambarkan pada Gambar 9.
3
2.9
2.8
Nilai Sigma
2.7
2.6
2.5

Gambar 9. Grafik kapabilitas sigma pada produksi jambu kristal
Pengendalian mutu dengan menggunakan six sigma memang masih jarang
dipakai di Indonesia. Perusahaan yang telah memakai metode ini, kebanyakan dari
industri manufaktur dan perbankan. Berdasarkan perbandingan manfaat tingkat
pencapaian sigma pada rata-rata industri di dunia yang terdapat pada Tabel 3,
tingkat pencapaian rata-rata industri di Indonesia masih berada di kisaran 2sigma. Pencapaian tingkat sigma ini masih sangat jauh dari target kapabilitas
sigma yang mencapai 6 sigma atau 3,4 DPMO. Begitu juga dalam penelitian ini,
perhitungan sigma yang dilakukan pada perusahaan yang bergerak di agribisnis
yaitu ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor masih rendah yaitu berada di kisaran 2sigma. Perusahaan yang bergerak di agribisnis memang lebih sulit untuk
menerapkan metode six sigma yaitu pengendalian mutu dengan target pencapaian
yang sangat ketat atau tingkat kecacatan mendekati nol (zero defect). Hal ini
dikarenakan produk agribisnis yang rentan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor

17

alam yang sulit untuk dikendalikan. Dengan demikian, untuk saat ini ADC IPBICDF Taiwan, Bogor masih belum realistis untuk mengaplikasikan six sigma pada
proses produksi jambu kristal dan sangat membutuhkan effort yang tinggi untuk
mewujudkan kondisi zero defect.
Tahapan Analyze (Analisis)
Pada Gambar 10 menunjukkan penyebab-penyebab dari kecacatan bakal
busuk dan bonyok atau remuk .
Pendistribusian

Kelalaian pekerja
Kelebihan pemberian
pestisida

Kelalaian
pemberian
penahan benturan

Jarak distribusi jauh

Kelalaian dalam
pencucian buah

Benturan

Moda transportasi
seadanya

Keterlambatan
Pemanenan buah

Bakal busuk
Bonyok atau remuk

Jarak penanaman
rapat
Kelembaban tinggi

Terlalu lama
dalam chiller

Infeksi
cendawan

Suhu
ekstrem

Lingkungan

Penyimpanan

Penyakit dan hama

Gambar 10. Diagram sebab akibat bakal busuk dan bonyok atau remuk
Sedangkan pada Gambar 11, tulang ikan menunjukkan penyebab-penyebab
dari kecacatan bintik atau bercak cokelat kehitaman pada kulit buah jambu kristal.
Lingkungan

Hama

Penyakit tanaman

Serangan kutu
buah

Suhu rendah

Kelembaban
tinggi

Tidak rutin dalam
memberi pestisida

Ranting yang
sakit

Kurang
tanggap
Pengendalian hama

Kelebihan dalam
Pemberian pestisida

Metode perawatan

Bercak daun
Sejak kecil

Serangan ulat
buah

Bintik atau bercak
coklat kehitaman
Plastik pelindung
Kurang rapat

Keterlambatan
Pembronsongan
buah

Kelalaian pekerja

Gambar 11. Diagram sebab akibat bintik atau bercak cokelat kehitaman
Diagram sebab akibat untuk penyebab dari tipe kecacatan yang lain seperti
kulit buah mengeluas, buah masih hijau, buah terlalu matang, kotoran putih pada
kulit buah dan tanaman yang tidak menghasilkan jambu kristal dapat dilihat pada
Gambar 12.

18

Buah belum
matang

Kulit buah
mengelupas

Gesekan saat
distribusi

Terlalu cepat
dipanen
Kesalahan
Penjadwalan
pemanenan

Tidak memakai
Plastik pelindung
buah

Pekerja salah
melihat

Serangan
hama
Ulat putih

Gagal okulasi

Produk cacat
Jambu kristal

Kesalahan
Metode
okulasi
Tanaman tidak
Menghasilkan
Jambu kristal

Kotoran putih

Gambar 12. Diagram sebab akibat produk cacat jambu kristal
Selain itu, dari hasil wawancara dengan tim jambu kristal dari ADC IPB
ICDF Taiwan dan observasi ke lapangan, didapatkan fakta bahwa kekurangan
pasokan jambu kristal dari perusahaan dikarenakan adanya sistem gabruk hasil
panen dari lahan petani mitra. Sistem gabruk adalah penjualan hasil panen jambu
kristal ke pengumpul atau tengkulak tanpa dilakukan pensortiran terlebih dahulu
dengan pemberlakuan satu harga untuk setiap grade yaitu sekitar Rp 5.000-Rp
7.000 per kilogram. Dari hasil wawancara dengan salah satu petani mitra
sekaligus pengumpul hasil panen dari 11 orang petani di Desa Bantarsari dan
sekitarnya, jumlah hasil panen rata-rata perbulan yang mereka kirim ke ADC IPBICDF Taiwan dibandingkan ke pasar lain seperti bazar Kementerian Pertanian,
stand di Dinas Pertanian dan kehutanan Bogor, stand di kantor Walikota Bogor
dan beberapa supermarket yang menjadi langganan petani adalah 1:5. Hal ini
menyimpulkan loyalitas petani mitra yang masih kurang terhadap perusahaan
dikarenakan hasil panen mereka tidak seluruhnya dikirim ke kantor ADC IPBICDF Taiwan, Bogor. Beberapa alasan petani yang melakukan sistem gabruk
antara lain hasil panen yang sedikit ditambah lagi lokasi kantor yang jauh dari
lahan petani mitra serta biaya transportasi yang tidak sebanding dengan hasil
penjualan panen yang mereka terima saat menjual ke ADC IPB-ICDF Taiwan
Bogor, menyebabkan mereka lebih memilih untuk menjual hasil panen mereka
dengan sistem gabruk bahkan ada beberapa petani yang memberlakukan sistem
pembelian “jemput” yaitu pembeli datang langsung ke tempat pengumpul
dikarenakan dari hasil kumulatif pendapatan penjualan lebih menguntungkan.
Tahapan Improve (Perbaikan)
Tipe kecacatan jambu kristal dibagi menjadi penyebab yang sulit
dikendalikan dan mudah dikendalikan. Tipe kecacatan seperti bakal busuk dan
bintik cokelat atau bercak kehitaman adalah beberapa tipe kecacatan yang sulit
untuk dikendalikan disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan, penyakit
dan hama serta faktor human error. Sehingga risiko terjadinya tipe kecacatan ini
memiliki peluang yang sangat tinggi. Sedangkan, tipe kecacatan kulit buah
mengelupas, buah masih hijau dan buah kematangan adalah beberapa tipe
kecacatan yang mudah dikendalikan disebabkan oleh faktor kesalahan pekerja

19

seperti keteledoran yang sebenarnya bisa dihindari, sehingga akan berdampak
pada penurunan jumlah produk cacat.
Penanggulangan tipe kecacatan jambu kristal yang sulit dikendalikan
dimulai dengan mengetahui penyebab potensial yang menyebabkan kecacatan dari
prioritas tertinggi hingga terendah dengan menggunakan FMEA (Failure Mode
and Effect Analysis), untuk dijadikan dasar merumuskan rekomendasi action
planbagi perusahaan. Penilaian kuisioner untuk metode FMEA yaitu skor SEV
(Severity), OCC (Occur) dan DET (Detect) setiap item penyebab kecacatan jambu
kristal dilakukan oleh tim jambu kristal ADC IPB-ICDF TAIWAN. Berdasarkan
penilaian tersebut dapat dihitung RPN (Risk Priority Number) yaitu hasil
perkalian dari SEV, OCC, dan DET. Responden memberikan skor dari 1-10 pada
kolom SEV (Severity) yaitu tingkat keseriusan atau keparahan yang akan
diakibatkan oleh setiap mode kegagalan, OCC (Occur) adalah tingkat
kemungkinan terjadinya kegagalan dan DET (Detect) adalah tingkat pendeteksian
kegagalan diakibatkan kemungkinan lolosnya penyebab kegagalan dari tindakan
kontrol yang sudah dilakukan perusahaan.
Dari hasil diskusi dengan tim jambu kristal (diagram FMEA dapat dilihat
pada Lampiran 2) didapatkan prioritas item atau modus kegagalan potensial dari
tertinggi hingga terendah untuk penyebab kecacatan bintik atau bercak pada kulit
buah jambu kristal adalah :
1. Kelalaian pekerja dalam memberikan pestisida karena kelelahan atau akibat
beriteraksi dengan sesama pekerja (RPN=200)
2. Kelalaian pekerja dalam pengendalian hama tanaman misal kurang tanggap
mendeteksi adanya tanaman yang terserang hama atau penyakit (RPN=162)
3. Kondisi lingkungan yang memiliki suhu lembab dan teduh mendukung
perkembangbiakan hama sehingga serangan hama meningkat dan menyerang
buah (RPN=128)
4. Bibit tanaman yang membawa penyakit bercak pada tanaman (RPN=96)
Tindakan pencegahan untuk mengendalikan penyebab kegagalan potensial
dari kecacatan produk jambu kristal berupa bintik atau bercak kecokelatan pada
kulit buah yaitu dengan cara melakukan pengontrolan pekerja saat pemberian
pestisida yang telah terjadwal untuk menghindari kelalaian pekerja yang kelebihan
dalam memberikan dosis dan segera membuang jambu kristal yang telah terlihat
memiliki bintik atau bercak cokelat kehitaman yang melebar karena hama atau
penyakit agar tidak terkena ke buah jambu kristal yang lain. Selain itu juga, dibuat
shift bagi pekerja untuk pembagian pekerjaan dalam perawatan dan pemeliharaan
tanaman. Hal ini dilakukan agar penanganan seluruh tanaman jambu kristal lebih
terkendali dan terawasi untuk mencegah kelalaian dalam pengendalian hama
dikarenakan lahan yang cukup luas.
Sedangkan untuk tipe kecacatan bakal busuk pada jambu kristal,
berdasarkan penilaian terhadap SEV, Occur dan Detect (diagram FMEA dapat
dilihat pada Lampiran 3) didapatkan kesimpulan bahwa penyebab mode
kegagalan potensial berdasarkan prioritas tertinggi ke terendah adalah:
1. Kelalaian pekerja dalam pemanenan misal karena buah terlambat dipanen
sehingga terlalu matang di pohon (RPN=216)
2. Kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida misal kelebihan pestisida
menyebabkan kulit buah berwarna merah (RPN=192)

20

3. Pendistribusian dari petani dikarenakan moda transportasi yang seadanya dan
jarak distribusi yang jauh dari kantorADC IPB-ICDF Taiwan (RPN=189)
4. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman yang menyebabkan bakal busuk
pada buah misal berupa infeksi cendawan Botryodiplodia thebromaepat
(RPN=162)
5. Kondisi lingkungan misal kelembaban yang tinggi dan penanaman tanaman
yang terlalu rapat jaraknya (RPN=112)
Tindakan pencegahan untuk mengendalikan penyebab kegagalan potensial
dari kecacatan produk jambu kristal berupa bakal busuk pada buah yaitu dengan
cara pembuatan shift pekerja atau penjadwalan pemanenan buah yang teratur agar
lebih terkendali dan buah yang telah matang tidak terlambat dipanen. Penanganan
serta pengendalian hama dan penyakit harus benar-benar diperhatikan oleh
perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. Perawatan harus lebih rutin
dilakukan pada musim hujan karena serangan hama lebih banyak terjadi pada
musim ini dikarenakan suhu dan kelembaban yang mendukung perkembangan
hama tersebut.
Sedangkan, penanggulangan untuk tipe kecacatan yang mudah dikendalikan
harus dilakukan lebih intensif dan ketat. Misal untuk tipe kecacatan buah masih
hijau dan buah kematangan yang disebabkan oleh