Perbandingan Analisis Kelayakan Usaha Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Petani Mandiri dengan Petani Binaan ICDF Kabupaten Bogor

(1)

PERBANDINGAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA JAMBU

KRISTAL (Psidium guajava L.) PETANI MANDIRI DENGAN

PETANI BINAAN ICDF KABUPATEN BOGOR

PUTRI ARIEFA SABRINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Perbandingan Analisis Kelayakan Usaha Jambu Kristal (Psidium GuajavaL.) Petani Mandiri dengan Petani Binaan ICDF Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Putri Ariefa Sabrina


(4)

ABSTRAK

PUTRI ARIEFA SABRINA. Perbandingan Analisis Kelayakan Usaha Jambu Kristal (Psidium GuajavaL.) Petani Mandiri dengan Petani Binaan ICDF Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY.

Jambu kristal hadir sebagai primadona buah unggulan di Indonesia yang sedang naik daun. Saat ini terdapat kesenjangan antara permintaan dengan produksi jambu kristal. Kesenjangan tersebut membuka peluang untuk usaha jambu kristal. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kelayakan usaha jambu kristal antara Bapak Agus sebagai petani mandiri dengan Bapak Badri sebagai petani binaan ICDF. Apakah ICDF membawa dampak positif bagi petani. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Tangkil dan Desa Cikarawang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan bisnis berdasarkan aspek non finansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Analisis kuantitatif berdasarkan kriteria penilaian investasi dan analisis sensitivitas mengunakan switching value digunakan untuk menilai kelayakan bisnis aspek finansial. Hasil analisis yang diperoleh, bisnis layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis sensitivitas menggunakan switching value.

Kata kunci : jambu kristal, perbandingan kelayakan

ABSTRACT

PUTRI ARIEFA SABRINA. Comparison Feasibility Analysis of Kristal Guava (Psidium guajava L.) Between Independent Farmer and Mentored Farmer By ICDF Bogor Regency. Supervised by RACHMAT PAMBUDY.

Kristal guava presents as popular primadona fruits. Nowdays, there is a gap between demand and production. This gap could be an opportunity to open kristal guava business. The purpose of this research is to compare feasibility analysis of kristal guava between independent farmer (Mr.Agus) and mentored farmer by ICDF (Mr.Badri). The research was conducted at Tangkil Village and Cikarawang Village. Is that ICDF bring a positive effect to the farmer. Data analysis method which is used on this research is qualitative analysis method to analyze feasibility based on non-financial aspect such as market aspect, technical aspect, management and legal aspect, and also sosial, economic, culture and environmental aspect. Quantitative analysis based on investment criteria and sensitivity analysis using switching value to analyze feasibility based on financial aspect. The result of this feasibility analysis shows that kristal guava cultivation is feasible to run. Based on the sensitivity analysis using a switching value.


(5)

PERBANDINGAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA JAMBU

KRISTAL (Psidium guajava L.) PETANI MANDIRI DENGAN

PETANI BINAAN ICDF KABUPATEN BOGOR

PUTRI ARIEFA SABRINA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(6)

(7)

Judul Skripsi : Perbandingan Analisis Kelayakan Usaha Jambu Kristal (Psidium guajavaL.) Petani Mandiri dengan Petani Binaan ICDF Kabupaten Bogor

Nama : Putri Ariefa Sabrina

NRP : H34100012

Disetujui oleh

Dr Ir Rachmat Pambudy, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen


(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November hingga Januari 2014 ini adalah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Perbandingan Analisis Kelayakan Usaha Jambu Kristal (Psidium GuajavaL.) Petani Mandiri dengan Petani Binaan ICDF Kabupaten Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Rachmat Pambudy, MS selaku dosen pembimbing, juga kepada Ir Netti Tinaprilla, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik selama menjalani perkuliahan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Agus Kosasih dan Bapak Badri selaku pemilik kebun jambu kristal tempat penelitian dan memperoleh data, terimakasih juga kepada Bapak H Acep Awaludin selaku Kepala Desa Tangkil yang telah memberikan kemudahan dan izinnya untuk melakukan penelitian di Desa Tangkil, juga kepala Desa Cikarawang, Bapak pemandu lapang dan penyuluh lapang, yaitu Bapak Ganjar atas bantuan dan arahannya selama penulis mengumpulkan data di lokasi penelitian. Ungkapan terima kasih yang luar biasa juga disampaikan kepada kedua orangtua penulis (Yanto Wahab dan Soetjiati) dan adik-adik (Dinda Syifa Sakinah dan Maulana Ilham Putranto), Ramadhan Adi Pratama serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan terima kasih kepada sahabat seperjuangan penulis Dwi Setyawati Putri, Andina Dyah, Fairus Maulida, Febby Kurniawati, Andika Khairani, Boyd Thoriqul, Rizkiyan Fajaresa, Dina Mailina, Dewi Annisa Puspita, Luqman Addinirwan, keluarga Wisma Al Banat, sahabat Agribisnis 47 IPB, HIMASURYA PLUS, BEM FEM IPB 2011-2012, HIPMA IPB 2012-2013, dan sahabat-sahabat lainnya yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

Putri Ariefa Sabrina


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8 KERANGKA PEMIKIRAN 10 Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Jambu Kristal 10

Teknik Budidaya Jambu Kristal 11

ICDF 13

Profil ICDF 13

Studi Kelayakan Bisnis, Studi Kelayakan Usaha, Studi Kelayakan Investasi14 Pengertian Usaha 17

Pengertian dan Tujuan Analisis Kelayakan Usaha 18

Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha 19

Teori Biaya dan Manfaat 22

Laporan Laba Rugi 23 Laporan Cash Flow 23 Kriteria Investasi 24 Analisis Sensitivitas 24 Analisis Switching value 25 Kerangka Pemikiran Operasional 25

METODE PENELITIAN 29 Lokasi dan Waktu Penelitian 29

Jenis Dan Sumber Data 29

Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data 29

Analisis Aspek Pasar 30

Aspek Teknis 30

Aspek manajemen dan hukum dan Hukum 30

Aspek Sosial Ekonomi Budaya dan Lingkungan 30

Analisis Kelayakan Finansial 31

Analisis Sensitivitas 33

Analisis Switching Value 33

Asumsi yang Digunakan dalam Penelitian 33

GAMBARAN UMUM 34 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 34

Kondisi Umum Desa Cikarawang 34

Kondisi Umum Desa Tangkil 35

Karakteristik Responden (Bapak Agus Kosasih dan Pak Badri) 35


(10)

Aspek Non Finansial 36

Aspek Pasar 36

Aspek Teknis 38

Aspek Manajemen dan Hukum 49

Aspek Sosial 52

Aspek Ekonomi 53

Aspek Budaya dan Lingkungan 53

Aspek Finansial 54

Arus Penerimaan (Inflow) 54

Nilai Sisa 54

Arus Pengeluaran (Outflow) 56

Analisis Laba Rugi 64

Analisis Kelayakan Investasi 64

Analisis Sensitivitas 66

Analisis Switching Value 67

SIMPULAN DAN SARAN 69

Simpulan 69 Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 70

LAMPIRAN 72

RIWAYAT HIDUP 142

DAFTAR TABEL

1 Tiga provinsi dengan luas panen buah-buahan terbesar di Indonesia

2007-2011 (Ha) 2

2 Tiga provinsi dengan produksi buah-buahan terbesar di Indonesia

2007-2011 (Ton) 2

3 Total permintaan supermarket di Bogor (All Fresh, TOTAL,

GIANT) dan pabrik pengolahan manisan jambu kristal setiap

tahunnya (ton) 4

4 Data petani jambu kristal Kabupaten Bogor 2013 4 5 Peralatan budidaya jambu kristal yang digunakan Bapak Agus dan

Bapak Badri 41

6 Jenis-jenis pupuk yang digunakan Bapak Agus dalam budidaya

jambu kristal di Desa Tangkil 43

7 Jenis-jenis pupuk yang digunakan Bapak Badri dalam budidaya

jambu kristal di Desa Cikarawang 43

8 Jenis –jenis obat/ pestisida yang digunakan Bapak Agus dalam budidaya jambu kristal di Desa Tangkil pada tahun 2013 43 9 Jenis–jenis obat/ pestisida yang digunakan Bapak Badri dalam

budidaya jambu kristal di Desa Cikarawang pada tahun 2013 44 10 Komponen penerimaan pada usaha budidaya jambu kristal Bapak

Agus pada luasan 6 hektar (Juta Rupiah) 54

11 Komponen penerimaan pada usaha budidaya jambu kristal Bapak


(11)

12 Nilai sisa dari biaya investasi pada budidaya jambu kristal pada

luasan 6 hektar 55

13 Nilai sisa dari biaya investasi pada budidaya jambu kristal pada

luasan 4 hektar 55

14 Rincian biaya investasi dalam budidaya jambu kristal Bapak Agus

pada luasan 6 hektar 56

15 Rincian biaya investasi dalam budidaya jambu kristal Bapak Badri

pada luasan 4 hektar 57

16 Rincian penggunaan pupuk sebelum panen dalam budidaya jambu

kristal pada luasan 6 hektar 60

17 Rincian penggunaan pupuk sebelum panen dalam budidaya jambu

kristal pada luasan 4 hektar 60

18 Rincian penggunaan obat-obatan sebelum panen dalam budidaya

jambu kristal pada luasan 6 hektar 61

19 Rincian penggunaan obat-obatan sebelum panen dalam budidaya

jambu kristal pada luasan 4 hektar 61

20 Rincian penggunaan foam dan plastik sebelum panen dalam budidaya jambu kristal pada luasan 6 hektar 62 21 Rincian penggunaan foam dan plastik sebelum panen dalam

budidaya jambu kristal pada luasan 4 hektar 62 22 Nilai hasil kelayakan investasi Bapak Agus yang didapatkan dari

hasil perhitungan cashflow 64

23 Nilai hasil kelayakan investasi Bapak Badri yang didapatkan dari

hasil perhitungan cashflow 64

24 Perbandingan analisis sensitivitas budidaya jambu kristal pada

skenario 1 dan 2 milik Bapak Agus 67

25 Perbandingan analisis sensitivitas budidaya jambu kristal pada

skenario 1 dan 2 milik Bapak Badri 67

26 Perbandingan hasil analisis switching value budidaya jambu kristal dalam kondisi normal dengan budidaya jambu kristal pada

skenario 1 dan 2 milik Bapak Agus 68

27 Perbandingan hasil analisis switching value budidaya jambu kristal dalam kondisi normal dengan budidaya jambu kristal pada

skenario 1 dan 2 milik Bapak Badri 68

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 28

2 Kurva hubungan NPV dan IRR 31

3 Layout usaha jambu kristal Bapak Agus 48 4 Layout usaha jambu kristal Bapak Badri 48


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Neraca Perdagangan Buah Indonesia 2007-2011 (Ton) 72

2 Dokumentasi Penelitian 73

3 Proyeksi Laporan Laba Rugi Usaha Budidaya Jambu Kristal Di Desa

Tangkil 78

4 Proyeksi Laporan Laba Rugi Usaha Budidaya Jambu Kristal Binaan

ICDF Di Desa Cikarawang 80

5 Proyeksi Cash Flow Usaha Budidaya Jambu Kristal Di Desa Tangkil 82 6 Proyeksi Cash Flow Usaha Budidaya Jambu Kristal Binaan ICDF Di

Desa Cikarawang 86

7 Perhitungan Penyusutan Per Tahun Dari Investasi 90 8 Perhitungan Penyusutan Per Tahun Dari Investasi (Binaan ICDF) 91 9 Proyeksi Laporan Laba Rugi Dengan Penurunan Produksi 20% Usaha

Budidaya Jambu Kristal Di Desa Tangkil 92

10 Proyeksi Laporan Laba Rugi Usaha Budidaya Jambu Kristal Binaan

ICDF Di Desa Cikarawang 96

11 Proyeksi Cash Flow Usaha Dengan Penurunan Produksi 20%

Budidaya Jambu Kristal Di Desa Tangkil 98

12 Proyeksi Cash Flow Usaha Budidaya Jambu Kristal Binaan ICDF Di

Desa Cikarawang 104

13 Proyeksi Laporan Laba Rugi Dengan Kenaikan Pupuk Kimia 40% Usaha Budidaya Jambu Kristal Di Desa Tangkil 108 14 Proyeksi Laporan Laba Rugi Usaha Budidaya Jambu Kristal Binaan

ICDF Di Desa Cikarawang 112

15 Proyeksi Cash Flow Dengan Kenaikan Pupuk Kimia 40% Usaha

Budidaya Jambu Kristal Di Desa Tangkil 114

16 Proyeksi Cash Flow Kenaikan Upah Tenaga Kerja 200% Usaha Budidaya Jambu Kristal Binaan ICDF Di Desa Cikarawang 120 17 Proyeksi Cash Flow Switching Value Produksi Usaha Budidaya

Jambu Kristal Di Desa Tangkil 124

18 Proyeksi Cash Flow Switching Value Usaha Budidaya Jambu Kristal

Binaan ICDF Di Desa Cikarawang 128

19 Proyeksi Cash Flow Switching Value Pupuk Usaha Budidaya Jambu

Kristal Di Desa Tangkil 132

20 Proyeksi Cash Flow Switching Value Usaha Budidaya Jambu Kristal


(13)

(14)

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetika yang melimpah. Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar rakyatnya terbukti dari lapangan usaha yang tercipta tahun 2007 hingga 2011 (dalam persen) adalah sebesar 13.72, 14.48, 15.29, 15.31, 14.72 (Deptan 2012). Sektor pertanian juga menyumbang pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini terbukti dari prosentase dalam PDB (Produk Domestik Bruto) Nasional, pertanian menduduki peringkat kedua penyumbang PDB terbesar di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2011 (dalam milyar rupiah) yaitu sebesar 541 931.5, 716 656.2, 857 196.8, 985 448.8, 1 093 466 (Deptan 2012).

Berbicara mengenai pertanian perlu diketahui bahwa salah satu subsektor unggulannya adalah subsektor hortikultutra. Subsektor hortikultura terdiri atas buahan, tanaman hias dan sayur-sayuran. Indonesia sangat kaya akan buah-buahannya, di setiap daerah di masing-masing provinsi di Indonesia memiliki komoditi buahan yang khas. Potensi dan peluang pengembangan buah-buahan di Indonesia cukup baik, namun hal itu berbanding terbalik dengan ketersediaannya di Indonesia. Impor buah-buahan di Indonesia yang kian meningkat mengharuskan pemerintah dan seluruh aspek yang menunjang agar dapat mengurangi impor buah-buahan. Impor buah-buahan di Indonesia yang meningkat berbanding lurus dengan meningkatnya permintaan buah-buahan, namun petani Indonesia sampai saat ini belum dapat memenuhinya, berikut neraca perdagangan (ekspor – impor) buah Indonesia 2007-2011 (Lampiran 1).

Pasar modern di Indonesia (hypermarket, supermarket, minimarket) akan tumbuh dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Walaupun jumlah supermarket chain besar berkurang, tetapi yang bertahan makin besar, sehingga keseimbangan kekuatan bergesar dari produsen (petani) ke perusahaan multinasional. Kondisi ini akan menyebabkan adanya kompetisi antara produk hortikultura domestik dengan produk impor (yang sering kali lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah).

Perubahan gaya hidup dan cara pandang terhadap pangan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang diperkirakan akan bergeser. Kecenderungan karakter konsumen yang akan terjadi pada masa depan dan sudah mulai dapat dirasakan saat ini antara lain adalah tuntutan konsumen terhadap keamanan, nilai gizi, cita rasa, dan ketersediaan pangan komoditas hortikultutra akan meningkat pesat. Pada masa depan akan semakin banyak orang yang makan di luar rumah, dan semakin banyak makanan instan di rumah. Keamanan dan mutu pangan akan menjadi isu penting.

Jawa Barat sebagai provinsi dengan luas panen dan penghasil buah – buahan tertinggi di Indonesia tentu mampu untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi serta menjadi sentra produksi buah- buahan di Indonesia. (Tabel 1 dan 2)


(16)

Tabel 1 Tiga provinsi dengan luas panen buah-buahan terbesar di Indonesia 2007-2011 (Hektar)

Provinsi

Tahun Rata-rata

pertumbuhan (%)

2007-2011

2007 2008 2009 2010 2011

Jawa Barat 107 308 100 820 102 587 81 396 110 833 37 95 Jawa Timur 175 261 168 193 172 466 130 111 179 489 36.17 Jawa Tengah 103 404 117 485 128 555 95 051 126 962 33.57 Sumber : Data Statistik Pertanian, Deptan 2012 (diolah)

Tabel 2 Tiga provinsi dengan produksi buah-buahan terbesar di Indonesia 2007-2011 (Ton)

Provinsi

Tahun Rata-rata

pertumbuha n (%) 2007-2011

2007 2008 2009 2010 2011

Jawa Barat 3 366 686 3 395 811 3 365 945 2 196 745 3 083

126 40.35 Jawa Timur 2 800 392 3 421 413 3 427 808 2 693 402 3 631

151 34.82 Jawa Tengah 1 577 905 2 068 969 2 207 543 1 702 596 2 234

063 31.22 Sumber : Data Statistik Pertanian, Deptan 2012 (diolah)

Berbicara mengenai buah-buahan, banyak orang yang tidak terlalu suka memakan buah yang banyak mengandung biji seperti jambu biji. Ketika ditanya alasannya, selalu berkata takut terkena usus buntu apabila memakan bijinya. Walaupun sudah sadar bahwa itu sebenarnya hanya sekedar mitos. Dokter pun pasti setuju, bila usus buntu tidak ada hubungannya karena memakan biji (Parimin, 2007).

Terlepas dari mitos atau kepercayaan, tetap saja sebagian orang enggan memakan buah jambu biji karena tidak nyaman saat dimakan. Saat ini sedang

booming jenis varian baru dari jambu biji, yaitu jambu kristal yang merupakan buah introduksi yang eksklusif. Dikatakan eksklusif karena buah ini mayoritas ditemui di pasar-pasar modern serta pedagang-pedagang di dekat tempat wisata. Bantuan transfer teknologi dari Taiwan yang diterima telah menciptakan berbagai macam produk pangan terbaik, sayur-sayuran dan buah-buahan yang salah satunya adalah jambu kristal. Jambu kristal merupakan buah introduksi yang bibitnya berasal dari luar Indonesia namun dibudidayakan di dalam negeri. Jambu kristal merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak, ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung, Taiwan. Diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1991 oleh misi teknik Taiwan. Selain daging buahnya renyah, kandungan biji pada jambu ini hanya 3% bagian buah, sepintas jambu kristal hampir tidak berbiji. Buah ini memiliki kadar kemanisan pada kisaran 11-12 brik, serta mengandung banyak air. Sejalan dengan hal itu masyarakat semakin menggandrungi jambu kristal sebagai buah konsumsi. Alasan itulah yang menyebabkan jambu kristal menarik untuk


(17)

diteliti. Saat ini jenis jambu kristal mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia dan banyak masyarakat yang ingin mencoba serta ingin mengetahui jambu kristal. Jambu kristal banyak di cari dan disukai karena praktis untuk dikonsumsi (Deptan, 2013).

Tingginya popularitas berbanding lurus dengan tingkat permintaan, namun belum bisa dipenuhi dengan tingkat pasokan yang ada pada saat ini. Hal ini disebabkan karena belum banyak petani yang membudidayakan varietas ini. Di pihak petani dijual Rp 15 000 perkilogram. Bila sudah sampai di supermarket modern, harganya bisa mencapai Rp 26 000 - Rp 45 000 perkilogram. Dalam setahun jambu kristal dapat dipanen sampai empat kali. Sekali panen untuk tumbuhan yang berusia sekitar delapan bulan bisa dipanen tiga sampai lima kilogram perpohon. Bila usia tanaman sudah mencapai dua tahun ke atas, satu pohon bisa menghasilkan sepuluh sampai lima belas kilogram perpohon. Sementara harga bibitnya hanya Rp 30 000 – Rp 35 000 perbibit. Hal tersebut membuat varietas ini sangat menarik bagi investor karena selain permintaan pasar yang tinggi, perbedaan harga jual di tingkat petani dan pasarpun sangat tinggi. Tiap pohon dapat berproduksi sampai dengan 15 tahun. Setelah itu sebenarnya masih bisa berproduksi, tetapi jumlah buah yang dipanen menurun dan pada umur 20 tahun pohon sudah tidak menguntungkan lagi. Sehingga para petani akan mengganti dengan bibit yang baru bila telah berusia 20 tahun (Parimin, 2007).

Pemeliharaannya juga terbilang tidak sulit, cukup diberi pupuk kandang berupa kotoran kambing dan media tanam harus selalu dijaga kelembabannya. Serta pastikan pohon selalu menerima sinar matahari secara penuh atau tidak boleh dilindungi oleh pohon yang lebih besar. Apabila buah sudah sebesar bola bakso, segeralah membungkusnya dengan foam atau busa yang biasa dipakai untuk membungkus buah di supermarket modern. Terakhir lapisi dengan plastik yang telah dilubangi. Semua cara tersebut dilakukan agar buah terhindar dari hama ulat serta kutu putih. Selain itu agar ukuran buah menjadi lebih maksimal atau menghindari buah cepat matang (Soedarya, 2010).

Saat ini, permintaan jambu kristal terbilang cukup tinggi dimana dagingnya yang renyah dan minimnya biji membuat jambu ini banyak digemari sebagai buah konsumsi langsung. Seiring permintaan buah yang tinggi, bibit jambu kristal juga mulai dicari petani buah, sehingga permintaan buah dan bibit jambu kristal meningkat secara signifikan, hal ini dianggap wajar karena masyarakat makin sadar akan pentingnya konsumsi buah bagi kesehatan. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan data yang diperoleh dari total permintaan supermarket di Kabupaten Bogor (All Fresh, TOTAL, GIANT) dan pabrik pengolahan manisan jambu kristal, dimana data tersebur menunjukkan permintaan akan jambu kristal dari tahun 2007 hingga 2013, data dapat dilihat pada tabel berikut (tabel 3).

Permintaan jambu kristal dinilai belum dapat terpenuhi dengan baik, hal ini dikarenakan kekurangan stok produksi yang dihasilkan oleh petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor pada Januari 2014, diperoleh informasi bahwa perkebunan yang mengelola jenis tanaman ini sudah mulai bermunculan di Kabupaten Bogor. Berikut data petani jambu kristal Kabupaten Bogor 2013 (tabel 4).


(18)

Tabel 3 Total permintaan supermarket di Bogor (All Fresh, TOTAL, GIANT) dan pabrik pengolahan manisan jambu kristal setiap tahunnya (ton)

Uraian Tahun

Rata-rata pertumbuhan

(%) 2007-2013 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Permintaan setahun

(Ton/tahun) 6.0 14.4 42.0 42.0 64.8 97.2 97.2 108.98 Produksi

setahun

(Ton/tahun) 4.8 10 30.6 30.6 50.5 85.3 85.3 112.07 Sumber : Badri dan Kosasih 2014 (diolah)

Tabel 4 Data petani jambu kristal Kabupaten Bogor 2013

Tahun Nama Desa/

Kecamatan Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivi tas (Ton/Ha) 2006 Agus

Kosasih Tangkil/Caringin 6 30 5

2009 Badri Cikarawang/Darmaga 4 15 3,75

2010 M. Fajar Bantarsari/Rancabungur 10 40 4 2014 H. Fahri Neglasari/Darmaga 2

Belum

Berproduksi 0 2014 H. Ukon Cipelang/Cijeruk 5

Belum

Berproduksi 0 2014

Jaja

Hidayat Sukaharja/Cijeruk 5

Belum

Berproduksi 0 2014 Hidayat Sukaresmi/Tamansari 2.5

Belum

Berproduksi 0 2014

Ade

Gunawan Sukajadi/Tamansari 2.5

Belum

Berproduksi 0 2014

Inda

Wijaya Sukajadi/Tamansari 2.5

Belum

Berproduksi 0 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Salah satu petani mandiri jambu kristal di Bogor yaitu Bapak Agus di Desa Tangkil dengan lahan enam hektar. Bapak Agus belum menghitung analisis kelayakan usahanya sejak delapan tahun usahanya berdiri. Bapak Agus sudah tidak ada ikatan dengan ICDF selaku pemrakarsa adanya transfer teknologi Taiwan dengan penemuan bibit jambu kristal pertama kali, Bapak Agus hanya membeli bibit satu kali di ICDF lalu membudidayakannya sendiri sebagai petani mandiri. Bapak Agus juga merupakan petani jambu kristal dengan produktivitas tertinggi. Lalu juga ada petani binaan ICDF yaitu Bapak Badri. ICDF sebagai lembaga pertama di Indonesia yang memperkenalkan buah ini memberi


(19)

pembinaan dan pendampingan pada petani jambu kristal agar dapat menghasilkan buah yang baik serta ICDF membantu dalam memasarkan hasil buahnya.

Perbedaan produktivitas antara petani mandiri dengan binaan ICDF tentu memunculkan banyak pertanyaan tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan ICDF terhadap petani binaannya apakah petani terbantu atau justru tidak berpengaruh sama sekali. Kelayakan usaha dalam hal ini dapat dijadikan suatu studi kasus untuk melihat seberapa jauh perbedaan diantaranya keduanya. Pemenuhan permintaan dalam negeri saja masih belum sanggup. Info gerai toko buah di kota–kota besar, permintaan rata–rata perhari mencapai 100-300 kilogram. Harga saat ini (Februari 2014) mencapai pada level Rp 25 000–Rp 30 000 perkilogram di pasar modern. Meski mahal, jambu kristal dicari karena renyah, bagian buah yang dapat dimakan pun lebih banyak, (Agus, 2013). Walaupun jambu kristal ini menarik namun banyak petani yang masih belum mengenalnya sementara permintaan konsumen cukup tinggi berdasarkan kenyataan yang ditemui petani di pasar. Petani tidak yakin bahwa jambu kristal akan menguntungkan oleh karena itu mereka masih ragu membudidayakannya. Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya bagi Bapak Agus dan Bapak Badri sebagai pelaku budidaya itu sendiri, juga para investor selaku pemberi modal, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya semua kepentingan itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi yang ia tanamkan, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dan lain-lain.

Rumusan Masalah

Desa Tangkil dan Desa Cikarawang memiliki karakter pertanian lahan yang cocok digunakan untuk perkebunan hortikultura, termasuk di dalamnya jambu kristal. Bapak Agus merupakan salah satu warga Desa Tangkil yang mengusahakan komoditi jambu kristal sebagai komoditi yang dibudidayakannya, sedangkan Bapak Badri sebagai petani jambu kristal yang ada di Desa Cikarawang binaan ICDF. Bapak Agus mengusahakan enam hektar lahan yang merupakan lahan sewa untuk membudidayakan jambu kristal ini sedangkan Bapak Badri mengusahakan empat hektar lahan milik sendiri. Hasil produksi jambu kristal pada tahun 2012 mencapai 30 000 ton, maka produktivitas rata-rata pertanian jambu kristal Bapak Agus adalah sebesar 5 000 ton/hektar. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian jambu kristal cocok untuk dikembangkan di daerah ini. Tak mau kalah Bapak Badri yang mengusahakan jambu kristal tiga tahun setelah Bapak Agus juga menghasilkan banyak bibit dan buah dengan kualitas

grade A secara keseluruhan. Sejak tahun 2005, Bupati Bogor dalam sambutannya saat perayaan hari jadi Bogor sekaligus ulang tahun IPB telah mencanangkan jambu kristal sebagai “welcome fruits” yang mencirikan kekhasan Bogor. Produk

jambu kristal diusahakan menjadi produk yang menjadi brand image Bogor, sebagaimana masyarakat mengenal Apel-Malang atau Mangga-Indramayu. Saat


(20)

itu dilakukan penanaman 1000 bibit jambu kristal di lahan belakang kampus IPB, yaitu di Desa Cikarawang yang saat itu Bapak Badri mendapat 200 bibit gratis sedangkan Bapak Agus harus membeli ke ICDF. Desa Tangkil sebagai salah satu sentra penghasil jambu kristal, mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Bogor untuk mengembangkan komoditas ini, guna mendukung pelaksanaan program pemerintah tersebut. Salah satu bentuknya adalah melalui Badan Penyuluh Pertanian (BPP) yang merupakan lembaga pemerintahan yang memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada usaha Bapak Agus di Desa Tangkil dengan mengutus para PPL (Pemandu Petani Lapang) dan PPS (Pemandu Petani Swadaya) untuk mendampinginya. Seluruh perangkat desa mencanangkan Desa Tangkil sebagai “Desa Jambu Kristal”. Program ini ditujukan untuk memberikan pengarahan kepada para petani yang ada di Desa Tangkil tidak hanya pada Bapak Agus yang sudah cukup lama membudidayakan komoditas ini untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kegiatan agribisnis jambu kristal.

Desa Cikarawang yang dekat dengan ICDF mempunyai potensi yang besar untuk mendapat perhatian, binaan dan bantuan langsung dari ICDF untuk mendukung usaha budidayanya terutama jambu kristal. Bapak Badri mendapat perhatian khusus dari ICDF yang berupa pelatihan, bantuan bibit, pupuk dan obat-obatan sehingga meringankan usaha Bapak Badri. Adanya program-program yang menunjang usaha budidaya komoditas jambu kristal tersebut membuat jambu kristal yang dihasilkan memiliki produktivitas yang tinggi. Selama beberapa waktu terakhir, terjadi penurunan jumlah produksi dari rata-rata jambu kristal yang dapat dihasilkan oleh Bapak Agus dan Bapak Badri. Hal ini dapat ditunjukkan oleh perbandingan hasil produksi yang dihasilkan oleh Bapak Agus dan Bapak Badri pada tahun 2012 menuju tahun 2013.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan suatu perbandingan antara analisis yang meninjau kelayakan usaha budidaya tanaman jambu kristal Bapak Agus dengan Bapak Badri, baik dari aspek finansial maupun non finansial, serta analisis mengenai sensitivitas terhadap beberapa variabel yang mengalami perubahan serta analisis switching value. Oleh karenanya, penelitian ini dibuat dengan perumusan masalah berupa :

1) Bagaimana perbandingan kelayakan aspek finansial dan aspek non finansial dari usaha budidaya jambu kristal petani mandiri yaitu Bapak Agus di Desa Tangkil dan petani binaan ICDF yaitu Bapak Badri di Desa Cikarawang? 2) Bagaimana tingkat kepekaan usaha budidaya jambu kristal petani mandiri yaitu

Bapak Agus terhadap penurunan jumlah produksi dan kenaikan harga pupuk kimia serta bagaimana tingkat kepekaan usaha budidaya jambu kristal petani binaan ICDF yaitu Bapak Badri terhadap penurunan jumlah produksi dan kenaikan upah tenaga kerja?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Menganalisis dan membandingkan kelayakan usaha budidaya jambu kristal petani mandiri yaitu Bapak Agus di Desa Tangkil dan petani binaan ICDF yaitu Bapak Badri di Desa Cikarawang ditinjau dari aspek finansial dan aspek non finansial.


(21)

2) Menganalisis dan membandingkan tingkat kepekaan usaha budidaya jambu kristal petani mandiri yaitu Bapak Agus terhadap penurunan jumlah produksi dan kenaikan harga pupuk kimia serta tingkat kepekaan usaha budidaya jambu kristal petani binaan ICDF Bapak Badri terhadap penurunan jumlah produksi dan kenaikan upah tenaga kerja.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan juga tujuan dari penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bentuk pengaplikasian berbagai ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah dan mampu melatih kemampuan mengenai analisis studi kelayakan usaha, sehingga dapat diterapkan dalam usaha bisnis yang nyata.

2) Bagi petani mandiri maupun binaan ICDF, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan masukan yang bermanfaat dalam menentukan keberlanjutan usaha agribisnis jambu kristal.

3) Bagi para calon investor, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dalam perencanaan investasi jambu kristal.

4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian dengan topik studi kelayakan bisnis ini dilakukan untuk menganalisis dan membandingkan kelayakan usaha budidaya jambu kristal milik Bapak Agus di Desa Tangkil, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor dengan milik Bapak Badri selaku petani binaan ICDF di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan dengan ruang lingkup yang mencakup aspek-aspek non finansial dan aspek finansial dari usaha budidaya jambu kristal ini. Penelitian dilakukan dengan melibatkan usaha budidaya jambu kristal Bapak Agus Kosasih di Desa Tangkil dan Bapak Badri di Desa Cikarawang sebagai responden utama dalam kegiatan wawancara untuk pengumpulan data. Penelitian kelayakan usaha untuk usaha budidaya jambu kristal ini memiliki batasan penelitian berupa metode analisis secara kualitatif yang dilakukan untuk merumuskan aspek-aspek non finansial, seperti halnya pada penelitian-penelitian lainnya dengan topik yang sama. Selain itu, untuk memudahkan dalam kegiatan analisis aspek finansial, maka dilakukan pembuatan beberapa asumsi dalam perhitungan yang dapat dilihat pada penjelasan metode penelitian. Dengan seluruh batasan yang dimiliki, diharapkan penelitian ini tetap memiliki esensi sesuai dan menghasilkan kesimpulan yang akurat dan bermanfaat besar bagi banyak pihak.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Persamaan dan perbedaan antara kelayakan bisnis komoditi buah-buahan dapat dilakukan karena relevan dan sejenis. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jambu Biji Melalui Penerapan Irigasi Tetes di Desa Ragajaya, Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor oleh Fadil Dhikawara menjelaskan dalam skripsinya berdasarkan analisis karakteristik usahatani jambu biji di Desa Ragajaya diketahui bahwa dari jumlah populasi petani jambu biji, luas lahan yang dimiliki petani dengan status sewa adalah 47.2 persen menyewa lahan kurang dari 0.5 hektar, 44.4 persen menyewa lahan antara 0.5 sampai satu hektar, dan 8.40 persen menyewa lahan dengan luas lebih dari satu hektar. Irigasi tetes digunakan untuk meningkatkan jumlah produksi pada musim kemarau yang turun hingga 75 persen dibandingkan saat musim hujan, dengan memanfaatkan air dari dalam tanah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan 45 liter air perhari. Terpenuhinya kebutuhan air maka jumlah produksi meningkat sebesar 75 persen sesuai harapan petani yang ingin dapat menjual hasil produksi dengan jumlah yang setara saat musim hujan, agar petani dapat memperoleh keuntungan. Dibandingkan dengan budidaya jambu kristal yang mana budidaya ini lebih fleksibel untuk dibudidayakan karena ada atau tidaknya air komoditas ini dapat beradaptasi dengan baik. Sedangkan Lahan yang digunakan masih terhitung lebih sempit dibandingkan lahan budidaya jambu kristal di Desa Tangkil maupun Desa Cikarawang.

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial dan Kesempatan Kerja pada Usahatani Pepaya (Studi Kasus di kebun percobaan Dcsa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) oleh Siti Halisah tahun 2006 dapat ditarik suatu pelajaran, dimana hasil analisis kelayakan Finansial pepaya yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang menunjukkan kriteria layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang diperoleh lebih besar dari 1, yaitu Rp1 1 621 597.55,

nilai net B/C lebih besar dari 0 yaitu 1.44, IRR yang lebih besar dari pada tingkat diskonto (11.47 persen), yaitu 40 persen, dan payback period yang masih berada dalam rentang waktu umur proyek, yaitu 3 tahun 2 bulan. Hasil analisis sensitivitas yang dilabelkan terhadap penurunanan hasil produksi sebesar 16.67 persen menunjukkan kondisi tidak layak dan tidak menguntungkan untuk dilaksanakan. Namun demikian harga jual output pepaya Rp 1 250 dan peningkatan obat-obatan sebesar 21.05 persen menunjukkan kondisi yang layak dan memungkinkan untuk dilaksanakan. Analisis sensitivitas yangdilakukan jika lahan yang digunakan adalah hasil sewa, menunjukkan kondisi usahatani pepaya yang dilaksanakan tetap layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Berdasarkan analisis switching value, penurunan hasil produksi dan harga jual output maksimum yang dapat ditoleransi masing-masing adalah 12.75 persen, sedangkan peningkatan dari harga pupuk dan obat-obatan yang maksimal adalah sebesar 59 persen. Berdasarkan ketiga variabel yang telah diuji, maka dapat dikatakan bahwa variabel yang peka terhadap perubahan adalah penurunan produksi dan harga jual output, sementara peningkatan dari harga input pupuk dan obat-obatan relatif kurang peka. Saran untuk pihak perusahaan selaku pengelola dalam usaha budidaya pepaya perlu mengadakan perbaikan pada sistem sumberdaya yang selama ini dipraktekkan. Hal ini penting dilakukan untuk


(23)

mencapai hasil produksi yang optimal sehinggakuantitas dan kualitas output yang dihasilkan dapat maksimal dan dapat memenuhi permintaan masyarakat. Dibandingkan dengan kelayakan usaha jambu kristal, kelayakan usaha pepaya masih dibawah jambu kristal. Sistem manajemen sumberdaya manusia pada usaha jambu kristal Bapak Agus maupun Bapak Badri (binaan ICDF) lebih baik daripada usaha pepaya ini. Namun ada persamaan antara Bapak Agus dengan Usaha pepaya ini yaitu variabel sensitivitas penurunan jumlah produksi yang lebih peka daripada kenaikan harga pupuk kimia.

Widi Nugraha dengan judul skripsinya AnaIisis Kelayakan Pengusahan Stroberi Organilk (Kasus di PT Anugerah Bumi Persada, Kabupaten Cianjur). PT Anugerah Bumi Persada. PT Anugerah Bumi Persada merupakan perusahaan yang telah 14 tahun bergerak di usaha sayuran organik. Jenis sayuran organik yang diproduksi antara lain bayam jepang, brokoli, sawi putih dan wortel. Produksi yang dilakukan oleh PT Anugerah Bumi Persada dipasarkan oleh distributor perusahaan baik supermarket atau restoran dan juga ke pihak konsumen langsung. Perusahaan ini sebelumnya telah melakukan kerjasama dengan PUSPIPTEK (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di bawah Kernentrian Riset dan Teknologi untuk mengembangkan buah stroberi organik dengan varietas baru dengan nama tzyoko yang berasal dari Jepang. Perusahaan ini telah satu tahun melakukan penelitian mengenai stroberi jenis ini dengan membuat demonstration plot (demplot) buah stroberi dengan menggunakan sistem organik di dalam greenhouse. Hasil produksi rata-rata satu kali panen dari greenhouse dengan ukuran (7 x 15) meter persegi tersebut sebanyak 196 kilogram. Hasil stroberi organik ini sudah dicoba dipasarkan ke distributor perusahaan yaitu Sogo Supermarket, Ranch Market, Papaya Swalayan, Kamome Swalayan, Restoran Dapur Palembang, Hotel Mulia dan Ribbon. Respon dari konsumen cukup bagus dengan jumlah permintaan total sebanyak 400 kilogram/bulan dengan harga Rp 100 000/kilogram. Pihak rnanajemen PT Anugerah Bumi Persada menyatakan bahwa kemungkinan risiko terbesar yang dihadapi dalam usaha stroberi ini yaitu fluktuasi harga jual, fluktuasi jumlah permintaan dan fluktuasi jumlah produksi. Perkembangan harga stroberi organik diperkirakan mengalami fluktuasi dengan rata-rata harga sebesar Rp 100 000/kilogram. Jumlah permintaan diperkirakan akan mengalaini fluktuasi juga dengan kisaran permintaan rata-rata 400 kilogram/bulan. Jumlah produksi satu

greenhouse ukuran (7 x I8) meter persegi diperkirakan mengalami fluktuasi dengan jumlah produksi rata-rata 196 kilogram/panen.

Persamaan dengan usaha budidaya jambu kristal adalah saluran pemasarannya yang langsung menuju ke konsumen langsung dan juga ke supermarket-supermarket modern. Namun terdapat perbedaan yaitu tidak adanya

greenhouse pada usaha budidaya jambu kristal. Jika ada maka hasil produksi jambu kristal dapat lebih tinggi. Analisis sensitivitas dan switching value

menunjukkan hasil bahwa variabel yang lebih peka adalah penurunan jumlah produksi karena stroberi dan jambu kristal sama-sama buah primadona masyarakat sehingga apabila kekurangan stok maka usaha menjadi tidak layak lagi.


(24)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Jambu Kristal

Jambu kristal adalah jambu introduksi dari Taiwan yang didaulat sebagai jambu tanpa biji. Ukurannya Jumbo dan rasa yang sangat manis membuat harga buah ini ada di urutan teratas untuk kategori jambu biji. Ternyata petani dari wilayah Darmaga Bogor tidak sendiri dalam membudidayakan jambu kristal ini, ada juga para petani dari luar kecamatan yaitu di Desa Tangkil juga luar pulau jawa yang mencoba membudidayakannya, salah satunya adalah Provinsi Bali, tepatnya di Desa tiga. Dilihat dari kualitasnya yang memang lebih unggul dari varian jambu biji jenis lainnya, serta ukurannya yang besar, rasa yang manis, tekstur yg renyah, buah yang nyaris tanpa biji dan perawatan yang mudah membuat tanaman ini akan menjadi salah satu primadona para petani pulau dewata. Berdasarkan fakta unik jambu kristal tersebut diharapkan ketergantungan bangsa kita terhadap buah impor dapat dikurangi, dan jika buah-buahan kita dibudidayakan secara konsisten dan terpadu maka buah yang berkualitas tinggi dapat kita hasilkan dari dalam negeri. Budidaya jambu kristal dan buah lainnya bisa dilakukan dengan cara ovulasi atau penyambungan serta pencangkokan.

Para petani di wilayah Desa Cikarawang dan Desa Tangkil ingin sekali menjadikan desanya sebagai desa penghasil jambu kristal karena hampir setiap warga dan petani di tempat ini menanam jambu kristal. Budidaya jambu kristal ini dikenalkan oleh ICDF (International Cooperation and Development Fund) yang bekerjasama dengan IPB. Jambu biji varietas kristal (Psidium guajavaL.)

Merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak, yang ditemukan pada tahun 1991 di district Kao Shiung. Diperkenalkan di Indonesia oleh Misi teknik Taiwan pada tahun 2001, di lokasi proyek Mojokerto dilakukan percontohan budidaya jambu ini. Jambu biji varietas kristal mempunyai biji yang sangat sedikit (seed less), prosentase berbuah lebih tinggi dibandingkan buah tanpa biji lainnya. Bentuk buahnya bulat agak gepeng, dan pada permukaan buah ada tonjolan yang tidak merata dan daging buah renyah. Pada musim panas mutu buah lebih bagus, akan tetapi mudah terserang penyakit sehingga perawatan lebih mahal, hasil produksinya juga tidak sebaik varietas berbiji. Berikut ini adalah cara membudidayakan jambu kristal yang dikutip dari leaflet jambu biji varietas kristal ICDF :

1. Iklim dan Tanah

 Jambu biji bisa berbuah sepanjang tahun, tumbuh di ketinggian di bawah 1000 mdpl.

 Pada suhu di bawah 15oC pertumbuhan menjadi lambat, daun bisa terluka menjadi merah gelap.

 Curah hujan yang paling cocok adalah 1 000-3 000 milimeter pertahun, pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak merata memerlukan pengairan.


(25)

 pH yang paling cocok berkisar 5.5-6.5, jika di bawah 4.0 pertumbuhannya tidak bagus.

 Tanah yang paling ideal adalah tanah yang lapisan atasnya tebal dan dalam, pembuangan air (run off) lancar dan kaya akan bahan organik. 2. Pembibitan

Perbanyakan dapat dilakukan dengan biji, stek, okulasi, maupun persilangan. Langsung tanam biji umum digunakan untuk pembibitan dan stek, okulasi jarang digunakan. Metode persilangan yang paling umum adalah dengan stek, metode okulasi pucuk, metode tempel (persusuan) dan lain-lain (Andi, 2013).

Teknik Budidaya Jambu Kristal

1. Pemilihan dan Pengolahan Lahan

Jambu biji merupakan buah yang mudah beradaptasi, namun untuk pertimbangan ekonomis, maka disarankan untuk memilih lokasi dengan sinar matahari dan pengairan yang cukup, pengaturan (run off) lancar, tanah rata serta kaya akan bahan organik. Supaya tanaman tidak tergenang air maka dapat dibuat bedengan untuk meninggikan tanaman.

2. Penanaman

 Jarak tanam antar baris sebaiknya agak lebar, kira-kira 3.5 meter – 4 meter, jarak tanam antar pohon 2.7 meter – 3.6 meter.

 Pilih bibit dari varietas murni, akar tumbuh sempurna tidak berpenyakit.  Tanam bibit di daerah yang sering tergenang air, jangan ditanam di musim

hujan.

 Dasar lubang tanam diberi pupuk organik dan dicampur dengan pupuk kimia.

 Bunga yang muncul pada pohon yang masih terlalu muda harus segera dihilangkan, karena jika sampai berbuah akan mempengaruhi pertumbuhan pohon.

 Pertumbuhan dahan atau daun baru saat okulasi pada cabang utama harus segera dihilangkan.

3. Pemangkasan

 Pemangkasan dilakukan agar batang dan daun tumbuh merata, tidak saling bertumpukan, supaya semua daun bisa berasimilasi, usahakan tinggi pohon maksimal 2 meter supaya mempermudah membungkus buah.

 Jambu biji varietas kristal dapat berbuah dalam 1 tahun tetapi untuk menjaga pertumbuhan, pada tahun pertama pohon tidak boleh berbuah.  Pilih 3-4 cabang yang baik untuk dijadikan batang utama. Pada batang yang

akan dijadikan batang utama, sebelum terbentuk dengan baik, dijaga agar jangan sampai berbuah supaya bentuknya tidak bengkok. Cabang dari batang utama tersebut tingginya 40-50 centimeter, semua cabang harus terpisah.

 Meninggikan percabangan pada lokasi yang mudah tergenang air, jika batang terlalu rendah dan buah tersentuh tanah, mudah terserang penyakit.


(26)

Jika batang utama terbentuk, pangkaslah supaya biisa tumbuh cabang sekunder (sub cabang), pangkas cabang yang terlalu panjang, terlalu padat, terlalu kering, berpenyakit, dekat tanah, agar dasar dari pohon terbentuk bagus, sehingga mudah dalam perawatan.

4. Pemupukan

 Satu setengah bulan sebelum pemangkasan, utamakan pemupukan fosfat, kalsium, magnesium dengan sedikit nitrogen dan kalium. Waktu berbunga dan permulaan buah, permukaan daun diberi boron, setelah buah agak besar beri pupuk susulan nitrogen dan kalium. Tetapi Nitrogen jangan terlalu banyak supaya buah tidak terlalu asam, membusuk dan berubah warna.  Kekurangan air bisa menyebabkan pertumbuhan lambat, buah kecil, mutu

jelek karena jambu biji berakar dangkal.

 Memperhatikan metode pemupukan sering tapi sedikit pada musim kemarau, dan dapat juga digunakan cara pengairan sekaligus pemupukan. 5. Buah dan Pembungkusan

 Buah yang tumbuh di pohon akan tergantung pada kondisi pohon tersebut. Buah yang terlalu banyak, akan tumbuh kecil, kulit mengkilap, dan mutu jelek.

 Prinsipnya setiap cabang hanya ada satu sampai dua buah saja, pada cabang yang kurus atau pendek tidak boleh ada buahnya.

 Buang buah yang kecil, menghadap ke atas, berbentuk tidak bagus, terluka atau terkena penyakit, dan cabang yang teralalu banyak buahnya.

 Pembungkusan dilakukan pada buah kecil yang sudah tidak mudah rontok (kira-kira diameter 2.5-3 centimeter) jika buah teralu kecil maka sesudah dibungkus akan mudah rontok, jika terlalu besar akan mudah terserang hama ulat kecuali dibungkus dengan kantong kertas khusus (spon net) pembungkus buah, lapisi pula dengan plastik yang ujungnya diberi lubang.  Ada dua cara pembungkusan: (1) ikat kantong plastik di cabang dimana

buah berada, cara ini lebih cepat dan lebih mudah, buah tidak mudah jatuh karena angin kencang, (2) Ikat kantong plastik di tangkai daun, cara ini kerjanya agak lambat tetepai lebih mudah untuk pemetikan buah, mulut kantong plastik harus diikat rapat supaya ulat tidak bisa masuk.

 Jika sulit mendapatkan kantong plastik khusus, bisa menggunakan kertas, tetapi ada kelemahannnya yaitu susah menentukan kemasakan buah dan ulat juga lebih mudah masuk.

6. Panen

Panen sebaiknya dilakukan di pagi hari, dan hindari panen sore hari. Hal ini disebabkan karena pada pagi hari dapat melihat dengan jelas warna buah, Apabila matahari terlalu panas, maka dapat mempengaruhi penilaian warna buah. Buah yang dipetik jangan sampai terbentur, terluka, tertindih atau langsung kena sinar matahari (Sumantri, 2010).


(27)

ICDF

ICDF (International Cooperation Development Fund) adalah sebuah badan swasta asing yang bekerjasma dengan university farm IPB. Kelembagaan ini mengordinir petani atau gapoktan di daerah Bogor. Bentuk kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah pembiayaan, pembinaan, dan pelatihan terhadap petani. Petani yang bekerjasama akan diberikan modal berupa sarana-prasarana pertanian dalam bidang hortikultura. Selanjutnya pihak ICDF akan menjadi pasar untuk hasil produksi petani dan pembayaran modal pinjaman awal diganti bertahap sebesar 25% untuk setiap hasil penjualan (Hidayat, 2012).

Profil ICDF

ICDF merupakan singkatan dari International Cooperation Development Fund, sebuah lembaga hasil kerja sama antara Taiwan Technical Mission dengan Institut Pertanian Bogor yang bergerak di bidang pertanian. Lembaga ini berdiri sejak tahun 2007, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah Bogor. Cara yang ditempuh oleh lembaga ini adalah dengan menyediakan pasar yang pasti bagi komoditi yang dihasilkan para petani serta melakukan pembinaan terhadap para petani agar mampu menghasilkan komoditi dengan kualitas yang baik serta junlah yang tinggi. Selama ini petani umumnya tidak memiliki pasar untuk memasarkan komoditinya, sehingga akhirnya petani menjual komoditinya ke tengkulak dengan harga yang murah.

Kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah membeli komoditi dari petani, kemudian menjualnya ke pasar yang lebih baik, misalnya supermarket dengan harga yang tinggi. Sampai saat ini, komoditi yang dipasarkan oleh ICDF masih sebatas komoditi sayur-mayur. Sampai saat ini jumlah petani binaan ICDF berjumlah sebanyak 300 petani, tersebar di seluruh wilayah kabupaten Bogor. ICDF hanya menerima petani yang memiliki lahan di wilayah Bogor untuk memudahkan pengontrolan dalam proses onfarm tanaman, agar kualitas tanaman dapat terjaga dan sesuai permintaan konsumen. Petani memperoleh banyak manfaat dengan bergabung bersama ICDF. Dengan bekerja sama dengan pihak ICDF, petani akan mendapatkan supply bibit dan pupuk serta alat pertanian lainnya pada awal masa tanam yang dapat dibayar secara kredit, pelatihan budidaya tanaman, serta mendapatkan pasar yang pasti bagi komoditi yang dihasilkan dengan harga yang menguntungkan petani. Sedangkan kewajiban yang perlu dilakukan petani adalah menyerahkan 25% dari hasil penjualan kepada ICDF untuk membayar sarana produksi yang telah dibeli. Ketika pinjaman dari pihak ICDF telah lunas, petani dapat meneruskan kontrak untuk tetap menyalurkan komoditinya kepada ICDF atau mulai mencari pasar sendiri.

Proses advokasi yang dilakukan oleh ICDF adalah negosiasi dengan para petani mengenai ketentuan kualitas dan jumlah komoditi yang harus diproduksi setiap kali panen, ketentuan menjadi petani binaan ICDF, serta proses negosiasi dengan pihak pasar agar dapat menerima supply produk sayur-mayur dari pihak ICDF. ICDF membina petani dengan melakukan berbagai kegiatan guna meningkatkan pengetahuan petani tentang budidaya dan pertanian.

Jambu kristal merupakan salah satu komoditi unggulan yang dihasilkan antara ICDF dengan Taiwan. Jambu kristal diprakarsai oleh ICDF dimana saat itu


(28)

ICDF membagikan bibit gratis kepada petani di Desa Cikarawang salah satunya Bapak Badri dengan harapan komoditi ini dapat dibudidayakan secara meluas di seluruh Indonesia dan dapat dijadikan buah khas Indonesia dengan ekspor tertinggi dibanding buah lain atau disebut buah primadona Indonesia (Hidayat, 2012).

Studi Kelayakan Bisnis, Studi Kelayakan Usaha, Studi Kelayakan Investasi

Pengertian studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan hukum serta keuangannya, dimana seluruh aspek tersebut digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu usaha atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan. Studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (sosial), yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu usaha tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis. Usaha dalam bidang pertanian merupakan suatu kegiatan yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan dan manfaat (Ibrahim, 2009). Hal ini terjadi karena keberagaman sumber daya, perbedaan waktu dan tempat, adat dan perilaku masyarakat, kultur masyarakat, pemerintahan, iklim, serta perbedaan produk olahan yang dapat dibuat, membuat suatu usaha yang telah dinyatakan layak di suatu tempat pada waktu tertentu, serta dapat tidak layak di tempat atau waktu yang lain. Aspek-aspek yang dipelajari dalam studi kelayakan bisnis meliputi:

1) Aspek pasar

Aspek pasar merupakan titik tolak kerangka pemikiran dalam studi kelayakan, karena aspek inilah yang menentukan apakah penjajakan aspek-aspek berikutnya perlu dilakukan atau tidak. Adanya analisis ini maka akan diketahui keberadaan pasar potensialnya sendiri sehingga produk akan menjadi leader dalam industri tersebut. Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek pertama yang harus dianalisis dalam berbagai kajian peluang pendirian usaha. Aspek pasar meliputi penentuan target pasar, ukuran pasar, segmen pasar, profil konsumen, keuntungan yang didapat konsumen, pangsa pasar yang dapat diraih, kecenderungan dan potensi pasar, reaksi calon konsumen dan identifikasi pesaing. Aspek pemasaran meliputi teknik untuk menjual dan menarik konsumen, mengidentifikasi konsumen prospektif, saluran tata niaga yang akan ditempuh, lingkup daerah pemasaran, tenaga penjualan, prosedur penjualan, cara promosi, kebijakan harga, dan perbandingan kebijakan pemasaran dengan industri pesaing.

a) Potensi pasar

Herlianto dan Pujiastuti (2009) mendefinisikan potensi pasar (market potensial) untuk sebuah produk sebagai penjualan total yang diharapkan selama periode tertentu. Sedangkan menurut Hadi, Fahmi, dan Syahirudin


(29)

(2010), potensi pasar adalah batas yang didekati oleh permintaan pasar ketika pengeluaran pemasaran industri mendekati tak terhingga untuk lingkungan pemasaran tertentu. Potensi pasar dapat diukur dengan ramalan penjualan yang dikembangkan berdasarkan penjualan yang lalu.

b) Derajat persaingan struktur pasar

Menurut Herlianto dan Pujiastuti (2009), struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan, istilah struktur pasar merujuk pada tipe dasar, sedangkan derajat persaingan struktur pasar dipakai untuk menunjuk sejauh mana perusahaan-perusahaan mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijualnya.

c) Pangsa pasar

Pangsa pasar atau sales potensial adalah proporsi sebagian dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh usaha yang bersangkutan (Husnan dan Suswarsono, 2010). Menurut Hadi, Fahmi, dan Syahirudin (2010), untuk kondisi persaingan dengan jumlah pesaing banyak dan ukuran pesaing yang cukup besar dan jenis produk yang dibuat sama maka kisaran prosentase pangsa pasar yang diraih adalah 0-2.5 persen dan untuk jumlah pesaing tidak ada sampai sebesar 100 persen.

2) Aspek teknis

Evaluasi aspek teknis ditujukan untuk mengetahui apakah suatu bisnis ditinjau dari segi pembangunan usaha dan dari segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan, begitu pula dengan aspek teknologi yang akan dipakai (Umar, 2003). Aspek teknis-teknologis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri tersebut dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2010). Sutojo dan siswanto (2000) menambahkan bahwa evaluasi aspek teknis teknologi meliputi penentuan kapasitas produksi ekonomis usaha, jenis teknologi yang paling cocok, serta penggunaan mesin dan peralatan. 3) Aspek manajemen dan hukum

Evaluasi aspek manajemen dan hukum mempelajari bentuk organisasi usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal ini meliputi jumlah dan persyaratan tenaga manajemen, anggaran balas jasa karyawan yang diperlukan dan beberapa macam tugas operasi yang memerlukan keahlian khusus. Aspek hukum mempelajari bentuk usaha yang akan dipergunakan. Jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akte, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya, juga definisi dari identitas pelaksana bisnis. Jenis bisnis, waktu dan tempat serta cara pelaksanaan. Selain itu juga berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana usaha akan dibangun yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk :

a) Izin lokasi : sertifikat (akte tanah), bukti pembayaran PBB yang terakhir, rekomendasi dari RT/RW/Kecamatan.

b) Izin usaha : akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan hukum lainnya, NPWP (nomor pokok wajib pajak), surat tanda daftar perusahaan, surat izin tempat usaha dari Pemda setempat, surat


(30)

tanda rekanan dari Pemda setempat, SIUP setempat, surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan.

4) Aspek finansial

Menurut Husnan dan Suwarsono (2010), ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam aspek keuangan, yaitu: aktiva tetap, modal kerja, dan sumber dana untuk modal kerja dan investasi aktiva tetap. Aktiva tetap dibagi ke dalam dua bagian yaitu berwujud dan aktiva tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesin serta aktiva lainnya, sedangkan aktiva tidak berwujud terdiri dari biaya pendahuluan dan biaya sebelum operasi.

Suatu bisnis dikatakan layak apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memberikan keuntungan finansial. Tujuan dari menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan usaha bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah usaha akan dapat terus berkembang.

Beberapa kriteria yang digunakan dalam menilai kelayakan suatu usaha antara lain:

a) Net present value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya. Nilai bersih atau yang biasa dikenal dengan net present value adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Menghitung nilai sekarang perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Tingkat bunga tersebut dapat diperoleh dengan mempergunakan tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang berlaku di pasar modal atau dengan menggunakan tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang harus dibayar pemilik usaha. b) Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal

investasi yang digunakan. IRR dinyatakan dalam persen pertahun. IRR adalah tingkat suku bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskontokan seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi usaha akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi usaha. IRR menggambarkan prosentase laba nyata yang dihasilkan usaha. IRR adalah nilai discount rate sosial yang membuat NPV usaha sama dengan nol. c) Net benefit cost ratio (net B/C) merupakan angka perbandingan arus benefit

(manfaat dan keuntungan) bersih dan positif (laba) terhadap benefit bersih negatif (rugi).

d) Payback periode (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan arus kas. Pay back periode (PBP) menunjukkan berapa lama modal ini dipandang dari arus kas masuk (cash inflow).

e) Analisis sensitivitas, analisis ini dilakukan untuk mengukur kemampuan usaha dalam menghadapi perubahan nilai biaya manfaat atau perubahan suatu unsur harga baik input maupun output dan pengaruhnya terhadap pendapatan usaha.


(31)

5) Aspek budaya dan lingkungan

Evaluasi lingkungan harus dilakukan karena pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitarnya. Menurut Umar (2003), studi aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antara lain mengenai peraturan perundang-undangan AMDAL dan kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengolahan dampak lingkungan. 6) Aspek sosial ekonomi

Analisis yang dilakukan diharapkan dapat meneliti secara cermat implikasi yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Suatu usulan usaha diharapkan mempertimbangkan pendistribusian pendapatan sehingga usaha-usaha yang memberi manfaat terhadap golongan masyarakat berpendapatan rendah akan lebih disenangi. Menurut Umar (2003), pertimbangan-pertimbangan sosial perlu dipertimbangkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu usaha yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial tersebut. Analisis usaha akan selalu mempertimbangkan secara teliti pengaruh yang akan merugikan suatu usaha pada golongan-golongan tertentu dalam daerah-daerah tertentu.

Aspek sosial ekonomi dan budaya mengkaji tentang dampak kebudayaan usaha terhadap kehidupan masyarakat setempat baik dari sisi sosial ekonomi dan budaya. Sisi sosial apakah dengan adanya usaha tersebut wilayah setempat menjadi semakin ramai, lalu lintas semakin lancar, adanaya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lain sebagainya. Sementara itu dari aspek budaya apakah dengan adanya usaha tersebut terjadi pergeseran perilaku masyarakat dari adat kebiasaan.

Melihat dari pengertian dan penjabaran studi kelayakan bisnis di atas, dapat dibandingkan dengan studi kelayakan investasi yaitu dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau penanaman modal yang dilakukan sekarang dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang. Sedangkan studi kelayakan usaha mengacu pada definisi usaha menurut kamus besar bahasa Indonesia bahwa usaha merupakan kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud atau pekerjaan jadi studi kelayakan usaha merupakan studi kelayakan yang mencakup bisnis dan investasi. Jadi beda analisis kelayakan bisnis dan investasi adalah jika investasi modal ditanam sekarang namun hasil baru bisa dirasakan untuk waktu yang agak lama nanti sedangkan bisnis modal ditanam sekarang dan bisa langsung dirasakan hasilnya, serta keduanya disebut usaha.

Pengertian Usaha

Pengertian usaha menurut Karlina dan Gray(2003) adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit atau manfaat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan perubahan suatu sistem atau struktur. Kegiatan


(32)

yang dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan berarti bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam satu usaha maupun hasil-hasil usaha tersebut dapat dipisahkan dari sumber-sumber yang dipergunakan dan hasil-hasil dari kegiatan yang lain. Kegiatan yang dapat direncanakan berarti: baik biaya maupun hasil – hasil pokok dari usaha dapat dihitung atau diperkirakan dan kegiatan kegiatan dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumber – sumber yang terbatas dapat diperoleh benefit yang sebesar mungkin.

Sumber-sumber yang dipergunakan dalam pelaksanaan usaha tersebut dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan - bahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sumber-sumber tersebut, sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di masa yang akan datang. Suatu usaha dapat dinyatakan berakhir bila sudah pasti atau diduga tidak memberikan benefit lagi. Kegiatan usaha tersebut adalah dapat berupa pembangunan pabrik atau gedung, perkebunan, usaha irigasi, pembangunan jalan, dan sebagainya.

Karlina dan Gray (2003) mendefinisikan usaha sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Secara khusus, Ibrahim (2009) menjelaskan mengenai usaha pertanian, yang didefinisikan sebagai suatu kegiatan investasi di bidang pertanian yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Ibrahim mengungkapkan bahwa usaha berbeda dengan kegiatan investasi. Biasanya usaha pertanian dianggap sebagai kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Akan tetapi pada beberapa usaha, biaya-biaya produksi atau pemeliharaan yang telah dikeluarkan diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat secara cepat, dalam jangka waktu satu tahun. Dalam suatu usaha pertanian, batasan antara pengeluaran investasi dan pengeluaran produksi dalam suatu usaha pertanian tidak semuanya jelas.

Perbedaan diantara keduanya adalah hanya pada waktu yang digunakan dalam proses pertumbuhan atau proses produksi dan perolehan manfaat dari kegiatan usaha yang dilakukan. Umumnya, usaha merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda dari kegiatan investasi atau pada kegiatan investasi yang sama tetapi berbeda usaha, dan berbeda dari kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu program usaha yang sedang dilaksanakan.

Pengertian dan Tujuan Analisis Kelayakan Usaha

Menurut Umar (2003), studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha dibangun untuk jangka waktu tertentu. Analisis kelayakan usaha juga didefinisikan sebagai penelitian tentang dapat-tidaknya suatu usaha dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono 2010).


(33)

Analisis kelayakan usaha merupakan suatu analisis yang dapat menunjukkan apakah suatu bisnis atau usaha pembangunan yang direncanakan atau sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau layak untuk dipertahankan pelaksanaannya. Tujuan dari analisis usaha menurut Ibrahim (2009) adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Hal ini dilakukan karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas, sehingga perlu dilakukan pemilihan di antara berbagai macam usaha. Kesalahan dalam pemilihan usaha dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber langka. Sebagian besar kegiatan pembangunan pertanian, persiapan pelaksanaan usaha secara cermat merupakan cara yang terbaik yang dapat dilakukan untuk menjamin terpakainya dana-dana kapital secara ekonomis, efisien, dan untuk memungkinkan pelaksanaan usaha secara tepat menurut waktu atau jadwal.

Selain itu, menurut Karlina dan Gray (2003), tujuan analisis usaha adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu usaha, menghindari pemborosan sumber-sumber daya yang terbatas, yaitu dengan menghindari pelaksanaan usaha yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada, sehingga dapat dipilih alternatif usaha yang paling menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi. Mengetahui tingkat keuntungan suatu calon usaha, perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur usaha.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2010), suatu usaha dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi yang terdiri dari:

1) Manfaat ekonomis usaha terhadap usaha itu sendiri (disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti apakah usaha itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko usaha tersebut.

2) Manfaat usaha bagi negara tempat usaha itu dilaksanakan (disebut manfaat ekonomi), yang menunjukkan manfaat usaha tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.

3) Manfaat sosial usaha bagi masyarakat di sekitar usaha.

Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

Merencanakan dan menganalisis usaha, diperlukan pertimbangan mengenai berbagai aspek yang mungkin terlibat dan secara bersama-sama menentukan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Proses analisis setiap aspek saling terkait antara satu aspek dengan aspek lainnya, sehingga analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi dan berhubungan. Hal ini penting dilakukan, agar kelak baik manfaat maupun biaya yang dikeluarkan tidak over valued atau under valued. Kesalahan dalam menaksir manfaat maupun biaya dapat mengakibatkan tujuan suatu bisnis/usaha tidak tercapai, bahkan mungkin menghasilkan kerugian, tidak saja bagi pelaksana bisnis, akan tetapi juga bagi masyarakat luas.

Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam analisis kelayakan bisnis atau usaha tergantung dari jenis bisnis/usaha yang akan dilaksanakan atau sedang berlangsung. Ibrahim (2009) menyatakan ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam usaha-usaha pertanian, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum (aspek institusional-organisasi-manajerial), aspek


(34)

sosial, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Dalam penelitian mengenai analisis kelayakan usaha budidaya jambu kristal ini, yang akan dibahas adalah lima aspek pertama, yaitu meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, dan aspek finansial.

1) Aspek Pasar

Aspek komersial suatu usaha adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh usaha dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan usaha (Ibrahim 2009). Menurut Kadariah (2009), aspek komersial berhubungan dengan penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan usaha, baik saat membangun usaha maupun saat usaha sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh usaha tersebut.

Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan dari pasar yang diinginkan dari pasar sasaran mereka, yang membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya, yang diklasifikasikan ke dalam empat kelompok luas yang sering disebut 4P, yaitu terdiri dari: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Bauran 4P ini menggambarkan pandangan penjual mengenai alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli.

2) Aspek Teknis

Analisis teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaan), dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu usaha pertanian yang diusulkan, keadaan tanah di daerah usaha dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas bibit tanaman dan benih ternak yang cocok dengan areal usaha, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi dan pemupukan areal, dan alat-alat kontrol yang diperlukan.

Menurut Umar (2003), terdapat tiga hal pokok yang dihadapi suatu usaha terkait dengan aspek teknis atau kegiatan operasional, yaitu:

a) Penentuan Lokasi Usaha atau Posisi Perusahaan

Penentuan posisi perusahaan dalam masyarakat bertujuan agar keberadaan perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat dijalankan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang tepat mengenai posisi perusahaan yang dapat ditentukan dengan mempertimbangkan pemilihan strategi berproduksi, penentuan produk yang akan dihasilkan (ditawarkan), dan kualitas produk.

b) Desain Usaha

Desain mencakup perancangan fasilitas operasi yang akan digunakan, meliputi perencanaan letak pabrik, proses operasi, teknologi yang digunakan, rencana kapasitas mesin yang digunakan, perencanaan bangunan, tata letak (layout) bangunan, dan lingkungan kerja.

c) Operasional Usaha

Operasional usaha terjadi pada saat proses produksi sudah berjalan, diantaranya mencakup hal-hal rencana produksi, rencana persediaan bahan


(1)

137

Rata-rata penerimaan bersih


(2)

138

Lampiran 20 Proyeksi Cash Flow Switching Value Usaha Budidaya Jambu Kristal Binaan ICDF di Desa Cikarawang

URAIAN Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. INFLOW 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

a. PRODUKSI JAMBU KRISTAL 53400000 71200000 158100000 203100000 203100000 203100000 203100000 203100000 203100000 b. BIBIT JAMBU KRISTAL 3500000 12500000 200000000 135000000 169050000 191550000 320000000 320000000 c. NILAI SISA

TOTAL PENERIMAAN 0 53400000 74700000 170600000 403100000 338100000 372150000 394650000 523100000 523100000 2. OUTFLOW

A. BIAYA INVESTASI

a. Parang 300000 300000 300000 300000

b. Cangkul 180000 180000

c. Linggis 50000 50000

d. Tali tambang 500000 500000

e. Pasak 125000 125000 125000 125000 125000

f. Gunting 250000 250000

g. Drum 800000 800000 800000 800000

h. Koret 60000 60000 60000 60000

i. Handsflyer 1350000 1350000 1350000

j. Kontainer 320000

k. Selang 600000 600000 600000 600000

m. Bangunan Kantor 60000000

n. Tanah milik 37000000 147360000 503100000

TOTAL BIAYA INVESTASI 101535000 0 125000 149120000 504575000 980000 1885000 0 1475000 1760000 B. BIAYA OPERASIONAL-VARIABEL

1. UPAH TENAGA KERJA

a. PENGOLAHAN TANAH 19200000 19200000 19200000 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 b. PEMBUATAN LUBANG TANAM 4480000 4480000 4480000 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 c. PENANAMAN 2640000 2640000 2640000 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 d. PEMELIHARAAN 13200000 13200000 13200000 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 e. 'PEMUPUKAN 8800000 8800000 8800000 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 f. PENGANGKUTAN 8448000 8448000 8448000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 g. PEMANENAN 8448000 8448000 8448000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 2. PESTISIDA

a. OBAT INSEKTISIDA DECYD 46000 30666.66667 92000 153333.3333 184000 184000 184000 184000 184000 184000 b. OBAT FUNGISIDA DITEND 41000 27333.33333 82000 136666.6667 164000 164000 164000 164000 164000 164000 c. OBAT NUTRISIDA GANDACYL 65000 43333.33333 130000 216666.6667 260000 260000 260000 260000 260000 260000 3.PUPUK DAN PELENGKAP


(3)

139

f. FOAM 256000 1600000 4800000 8000000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000

TOTAL BIAYA

OPERASIONAL-VARIABEL 67320200 78894083.33 98774250 293679416.7 306769500 306769500 306769500 306769500 306769500 306769500 C. BIAYA OPERASIONAL-TETAP

a. BIAYA PAJAK PBB 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 b. BIAYA PENYUSUTAN ALAT INVESTASI 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 TOTAL BIAYA OPERASIONAL-TETAP 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 TOTAL BIAYA OPERASIONAL 69534866.67 81108750 100988916.7 295894083.3 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 TOTAL OUTFLOW 171069866.7 81108750 101113916.7 445014083.3 813559166.7 309964166.7 310869166.7 308984166.7 310459166.7 310744166.7 NET BENEFIT -171069866.7 -27708750 -26413916.7 -274414083 -410459167 28135833.33 61280833.33 85665833.33 212640833.3 212355833.3 DISCOUNT FACTOR 7,5% 0.930232558 0.865332612 0.80496057 0.74880053 0.696558632 0.647961518 0.602754901 0.560702233 0.521583473 0.485193928

PV/TAHUN -159134759.7

-23977285.02 -21262161.4 -205481411 -285908876 18230937.29 36937322.62 48033024.08 110909944.3 103033761 PV BENEFIT/TAHUN 0 46208761.49 60130554.54 127745370.4 280782784.7 219075789.4 224315236.4 221281136.4 272840314.7 253804943.9 PV COST/TAHUN 159134759.7 70186046.51 81392715.95 333226781.4 566691660.5 200844852.1 187377913.7 173248112.3 161930370.4 150771182.9

NPV (Rp313,870,973.11)

IRR #NUM!

PV POSITIF 381893519.8

PV NEGATIF -695764492.9

NET B/C 0.548883313

GROSS B/C 0.899321825

Rata-rata penerimaan bersih -26620830.83


(4)

140

Lampiran 20 Proyeksi Cash Flow Switching Value Usaha Budidaya Jambu Kristal Binaan ICDF di Desa Cikarawang

URAIAN Tahun ke-

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1. INFLOW 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

a. PRODUKSI JAMBU KRISTAL 203100000 203100000 203100000 203100000 203100000 15810000 71200000 53400000 53400000 53400000 b. BIBIT JAMBU KRISTAL 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000 3000000 3000000 3000000 3000000 3000000

c. NILAI SISA 586666.6667

TOTAL PENERIMAAN 523100000 523100000 523100000 523100000 523100000 18810000 74200000 56400000 56400000 56986666.67 2. OUTFLOW

A. BIAYA INVESTASI

a. Parang 300000 300000 300000

b. Cangkul 180000 180000

c. Linggis 50000 50000

d. Tali tambang 500000 500000

e. Pasak 125000 125000 125000 125000 125000

f. Gunting 250000 250000

g. Drum 800000 800000 800000

h. Koret 60000 60000 60000

i. Handsflyer 1350000 1350000

j. Kontainer 320000

k. Selang 600000 600000 600000

m. Bangunan Kantor n. Tanah milik

TOTAL BIAYA INVESTASI 1425000 0 3235000 0 125000 2740000 1475000 0 1885000 0

B. BIAYA OPERASIONAL-VARIABEL 1. UPAH TENAGA KERJA

a. PENGOLAHAN TANAH 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 153600000 b. PEMBUATAN LUBANG TANAM 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 35840000 c. PENANAMAN 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 5280000 d. PEMELIHARAAN 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 2640000 e. 'PEMUPUKAN 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 1760000 f. PENGANGKUTAN 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 g. PEMANENAN 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 16896000 2. PESTISIDA

a. OBAT INSEKTISIDA DECYD 184000 184000 184000 184000 184000 184000 184000 184000 184000 184000 b. OBAT FUNGISIDA DITEND 164000 164000 164000 164000 164000 164000 164000 164000 164000 164000 c. OBAT NUTRISIDA GANDACYL 260000 260000 260000 260000 260000 260000 260000 260000 260000 260000 3.PUPUK DAN PELENGKAP


(5)

141

f. FOAM 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 TOTAL BIAYA OPERASIONAL-VARIABEL 306769500 306769500 306769500 306769500 306769500 306769500 306769500 306769500 306769500 306769500 C. BIAYA OPERASIONAL-TETAP

a. BIAYA PAJAK PBB 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 b. BIAYA PENYUSUTAN ALAT INVESTASI 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 1214666.667 TOTAL BIAYA OPERASIONAL-TETAP 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 2214666.667 TOTAL BIAYA OPERASIONAL 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 308984166.7 TOTAL OUTFLOW 310409166.7 308984166.7 312219166.7 308984166.7 309109166.7 311724166.7 310459166.7 308984166.7 310869166.7 308984166.7 NET BENEFIT 212690833.3 214115833.3 210880833.3 214115833.3 213990833.3 -292914167 -236259167 -252584167 -254469167 -251997500 DISCOUNT FACTOR 7,5% 0.451343189 0.419854129 0.390561981 0.363313471 0.337966019 0.314386995 0.292453018 0.272049319 0.253069134 0.235413148 PV/TAHUN 95996559.01 89897416.8 82362035.99 77791166.51 72321630.07 -92088404.5 -69094706.4 -68715350.6 -64398291.7 -59323524.8 PV BENEFIT/TAHUN 236097622.2 219625695.1 204302972.2 190049276.4 176790024.6 5913619.367 21700013.95 15343581.6 14273099.17 13415410.6 PV COST/TAHUN 140101063.2 129728278.3 121940936.2 112258109.9 104468394.5 98002023.88 90794720.31 84058932.19 78671390.85 72738935.38 NPV

IRR PV POSITIF PV NEGATIF NET B/C GROSS B/C

Rata-rata penerimaan bersih


(6)

142

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gresik, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 14

September tahun 1993. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan

Bapak Yanto Wahab dan Ibu Soetjiati. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gresik

pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan

diterima di Depertemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan dalam

kepanitiaan maupun organisasi. Organisasi yang pernah diikuti antara lain

Forum

For Scientist IPB

(FORCES) pada tahun 2010-2011, Agriaswara IPB pada tahun

2010-2012 lalu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen

IPB (BEM FEM) pada tahun 2012-2013, Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat

Agribisnis IPB (HIPMA IPB) pada tahun 2013-2014. Kepanitiaan yang pernah

diikuti diantaranya yaitu sebagai Ketua Pelaksana Jatim

Fest

2012, Ketua

Pelaksana Malam Puncak FEM Ambassador 2012, dan sebagai Koordinator Acara

IPB Festival 2013.

Penulis selama perkuliahan pernah memperoleh prestasi, diantaranya

yaitu:

Participant of International Conference in Taiwan 2012, Participant of

International Conference in Thailand 2013,

dan Mahasiswa Berprestasi

Departemen Agribisnis FEM IPB 2013. Selain itu, penulis juga mendapatkan

Beasiswa dari PT Kelola Mina Laut di tahun 2010 dan Beasiswa Karya Salemba

Empat tahun 2011-2014.