Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan Non ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

PERBANDINGAN SALURAN PEMASARAN JAMBU KRISTAL
MELALUI ICDF DAN NON ICDF DI DESA CIKARAWANG
KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

BAYU SALEH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Perbandingan
Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan Non
ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Bayu Saleh
H34096010

ABSTRAK

BAYU SALEH. Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC
IP-ICDF TAIWAN dan Non ADC IPB-ICDF TAIWAN Di Desa Cikarawang
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.
ADC IPB-ICDF TAIWAN menjalin kemitraan dengan para petani
khusunya petani di Desa Cikarawang, dalam mengembangkan komoditas jambu
kristal. Kemitraan yang dijalin lebih bersifat pembinaan dan fasilitasi dari pihak
ADC kepada petani agar petani dapat berpartisipasi di supply chain pasar modern
dan bukan semata-mata kemitraan bisnis antara supplier (petani) dengan buyer
(ADC) (Muflikh 2012). Permasalahan yang terjadi adalah seluruh petani jambu

kristal di Desa Cikarawang merupakan petani mitra binaan ADC IPB-ICDF
TAIWAN, akan tetapi dalam memasarkan hasil produksinya tidak semua petani
menjual jambu kristal kepada ADC IPB-ICDF TAIWAN. Petani memilih
menggunakan saluran pemasaran lain diluar ADC IPB-ICDF TAIWAN seperti,
pedagang pengumpul (tengkulak) dan pedagang pengecer tradisional. Hal tersebut
menyebabkan permintaan jambu kristal dari pasar modern ke ADC banyak tidak
terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui tingkat
efisiensi dan perbedaan ke 2 saluran pemasaran tersebut. Penelitian ini
menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan
untuk mengetahui lembaga dan fungsi-fungsi pemasaran, saluran pemasaran serta
struktur dan perilaku pasar sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk
mengetahui efisiensi operasional pemasaran melalui nilai marjin pemasaran,
farmer’s share dan rasio keuntungan atas biaya serta uji t berpasangan (paired ttest).
Berdasarkan hasil penelitian saluran pemasaran ADC IPB-ICDF
TAIWAN memiliki nilai marjin terendah pada pola saluran 2 sebesar Rp5 000 dan
farmer’s share tertinggi 54.74 dan 54.54% pada pola saluran 1 dan 2. Sementara
saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN memiliki nilai rasio terbesar
pola saluran 5 yaitu 5.49 yang berarti setiap 1 rupiah yang dikeluarkan sebagai
biaya pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 5.49 rupiah. Uji t
berpasangan (paired t-test) terhadap biaya, keuntungan serta B/C rasio

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata biaya,
keuntungan serta B/C rasio antara saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN
ICDF dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN.
Kata kunci: ADC IPB-ICDF TAIWAN, efisensi pemasaran, pemasaran jambu
kristal

ABSTRACT

BAYU SALEH. Comparison Guava Crystal’s Marketing Channels by ADC IPBICDF TAIWAN and Non AADC IPB-ICDF TAIWAN in Cikarawang Dramaga
Bogor. Supervised by AMZUL RIFIN
ADC IPB-ICDF TAIWAN makes a partnership with farmers especially
farmers in Cikarang village, in developing commodity of crystal guava. A
partnership who lived is coaching and facilitation from ADC to farmers so that
farmers can participate in the supply chain of modern markets and not merely a
business partnership between suppliers (farmers) with buyers (ADC) (Muflikh
2012). The problem that happens is the whole of crystal guava farmers in
Cikarang are trained farmers of ADC IPB-ICDF TAIWAN, but in marketing their
products, not all farmers sell crystal guava to ADC IPB-ICDF TAIWAN. Farmers
choose to use other marketing channels besides ADC IPB-ICDF TAIWAN, such
as: traders (broker) and traditional retailers. This case causes demand crystal

guava from modern markets are not met. Therefore , research is needed to
determine level of efficiency and difference in 2 channel marketing. This study
used qualitative and quantitative analysis. Qualititative analysis is used to
determine agencies, functions, structure and market behavior. Quantitative
analysis is used to determine the operational efficiency of marketing by the
marketing margin value, farmer's share and ratio of benefit over cost and paired ttest.
Based on the results of marketing channel ADC IPB-ICDF TAIWAN has
the lowest margin value on channel 2 pattern that is Rp5 000 and has highest
farmer's share that are 54.74 and 54.54 % in the pattern of channels 1 and 2.
While marketing channel non ADC IPB-ICDF TAIWAN has largest ratio on 5
channel pattern is that is 5.49 which means for every 1 rupiah was spent as
marketing costs will result benefits 5.49 rupiah. Paired t-test against the costs,
benefits and B/C ratio indicates there is no difference that significant between
average cost, profit and B/C ratio between marketing channel of ADC IPB-ICDF
TAIWAN and non ADC IPB-ICDF TAIWAN.

Keywords: ADC IPB-ICDF TAIWAN, guava crystal’s marketing, marketing
efficiency

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitiann,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERBANDINGAN SALURAN PEMASARAN JAMBU KRISTAL
MELALUI ADC IPB-ICDF TAIWAN DAN NON ADC IPB-ICDF TAIWAN
DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA
KABUPATEN BOGOR

BAYU SALEH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC
IPB-ICDF TAIWAN dan Non ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa
Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
Nama
: Bayu Saleh
NIM
: H34096010

Disetujui oleh

Amzul Rifin, Ph D
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi. MS
Ketua Departemen Agribisnis

Tanggal Lulus :

p

Judul Skripsi : Perbandingan Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC
IPB-JCDF TAIWAN dan Non ADC IPB-JCDF TAIWAN di Desa
Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
Bayu Saleh
Nama
: H34096010
NIM

Disetujui oleh

Arnzul Ritin, Ph D

Pembimbing

Diketahui oleh

unung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

a 9 JAN

2014

PRAKATA
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Januari hingga Maret 2013 ini ialah pemasaran, dengan judul Perbandingan
Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN dan Non
ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten

Bogor.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Amzul Rifin. Ph
D selaku dosen pembimbing, Ir Juniar Atmakusuma, MS selaku penguji utama
dan dosen evaluator, Yanti Nuraeni Muflikh, SP. MAbuss selaku dosen penguji
komite akademik yang telah banyak memberi saran. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Dr Ir Netti Tina Aprilla, MM selaku dosen pembimbing
akademik, Bapak Nur Ali selaku ketua Kelompok Tani Jambu Kristal Desa
Cikarawang yang telah membantu penulis selama penelitian, Bapak Badri dan
seluruh petani jambu kristal di Desa Cikarawang serta seluruh lembaga pemasaran
yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi untuk
penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Orang tua dan
seluruh teman-teman Agribisnis angkatan 7, Alih Jenis angkatan 1 atas
kenbersamaan, doa dan motivasi yang telah diberikan, teman-teman Komunitas
Pengusaha Muslim dan seluruh pengurus Forum Wacana Lembah Intelek (FWLI)
atas kebersamaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Desember 2013

Bayu Saleh


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris Mengenai Jambu Kristal
Studi Empiris Mengenai Peran Lembaga Pemasaran
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Pemasaran
Lembaga dan Saluran Pemasaran
Fungsi-fungsi Pemasaran
Struktur Pasar
Perilaku Pasar

Efisiensi Pemasaran
Marjin Pemasaran
Farmer's Share
Rasio Keuntungan atas Biaya
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penentuan Responden
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Lembaga dan Fungsi-fungsi Pemasaran
Analisis Saluran Pemasaran
Analisis Struktur dan Perilaku Pasar
Analisis Efisiensi Pemasaran
Marjin Pemasaran
Farmer's Share
Rasio Keuntungan dan Biaya
Uji t berpasangan (paired t-test)Mann-Whitney
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Geografi Lokasi Penelitian
Sosial Ekonomi Masyarakat
Usahatani Jambu Kristal di Desa Cikarawang

i
ii
iii
1
3
4
4
4
5
5
5
7
7
8
9
10
12
12
13
14
14
14
17
17
17
17
18
18
18
19
19
19
19
20
20
21
21
22
22

Karakteristik Petani Responden
Karakteristik Petani yang Menggunakan Saluran Pemasaran ADC
Karakteristik Petani yang Menggunakan Saluran Pemasaran non ADC
Karakteristik Lembaga Pemasaran Responden
ANALISIS SISTEM PEMASARAN JAMBU KRISTAL
Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran
Lembaga Pemasaran Saluran ADC IPB-ICDF TAIWAN
ADC IPB-ICDF TAIWAN
Pasar Modern
Lembaga Pemasaran Saluran non ADC IPB-ICDF TAIWAN
Pedagang Pengumpul
Toko Buah
Pedagang Pengecer (Tradisional)
Identifikasi Saluran Pemasaran Jambu Kristal
Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui ADC
Saluran Pemasaran Jambu Kristal Melalui non ADC
Analisis Struktur Pasar
Struktur Pasar di Tingkat Petani
Struktur Pasar pada Saluran Pemasaran ADC
Struktur Pasar pada Saluran Pemasaran non ADC
Analisis Perilaku Pasar
Praktek Pembelian dan Penjualan
Sistem Penentuan Harga dan Transaksi
Sistem Pembayaran
Kerjasama antar Lembaga Pemasaran
Analisis Efisiensi Pemasaran
Analisis Volume Distribusi
Analisis Biaya Pemasaran
Analisis Marjin Pemasaran
Analisis Farmer's Share
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
Perbedaan Saluran Pemasaran ADC dan non ADC
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

23
23
25
25
26
26
27
27
28
29
29
30
31
31
32
34
36
36
37
37
38
38
39
39
40
41
41
41
43
44
44
47
48
48
50
50
52

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis-jenis struktur pasar berdasarkan jumlah perusahaan dan sifat produk
Karakteristik responden lembaga pemasaran saluran pemasaran non ADC
Standar mutu jambu kristal dan harga beli ADC IPB ICEDF TAIWAN
Volume distribusi saluran pemasaran jambu kristal di lokasi penelitian
Biaya pemasaran jambu kristal (rupiah per kilogram) di lokasi penelitian
Marjin pemasaran jambu kristal (rupiah per kilogram) di lokasi penelitian
Farmer’s share pemasaran jambu kristal di lokasi penelitian
Rasio keuntungan dan biaya pemasaran jambu kristal di lokasi penelitian

10
26
28
41
43
44
45
46

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kurva marjin pemasaran
Kerangka pemikiran operasional
Pola saluran pemasaran jambu kristal di Desa Cikarawang
Pola saluran pemasaran jambu kristal melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN
Pola saluran pemasaran jambu kristal melaui non ADC IPB-ICDF TAIWAN

13
16
32
33
34

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

5
6
7
8
9

Produksi Jambu Biji Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2011
Jumlah Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Jambu Biji Menurut
Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
Data petani responden
Perbandingan petani responden berdasarkan saluran pemasaran yang digunakan
dengan kriteria jenis kelamin, usia, pendidikan, mata pencaharian, pengalaman
usahatani, dan jumlah tanaman
Data petani responden yang menggunakan saluran pemasaran ICDF
Data petani responden yang menggunakan saluran pemasaran non ICDF
Hasil uji t berpasangan berdasarkan biaya petani pada saluran pemasaran ADC IPBICDF TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN
Hasil uji t berpasangan berdasarkan keuntungan petani pada saluran pemasaran ADC
IPB-ICDF TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN
Hasil uji t berpasangan berdasarkan rasio keuntungan atas biaya petani pada saluran
pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN

54
55
56

57
58
59
58
59
60

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jambu biji merupakan buah yang sudah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Selain rasanya yang khas, jambu biji memiliki kandungan gizi yang
cukup tinggi. Dalam setiap 100 gr jambu biji masak segar terdapat 87 mg vitamin
C atau 2 kali lipat dari jeruk manis yang hanya 49 mg per 100 gr buah. Selain itu,
jambu biji mengandung vitamin A, B, protein, kalsium, fosfor, karbohidrat, lemak
serta zat besi yang diperlukan oleh tubuh manusia (Parimin 2007). Beberapa hasil
penelitian menyebutkan jambu biji bermanfaat sebagai zat antioxidant, anti
kanker, menangkal jenis penyakit degeneratif dan membantu menjaga kebugaran
tubuh. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika jambu biji merupakan buah
yang digemari masyarakat karena rasa dan manfaatnya.
Jambu biji mempunyai nilai komersial dan memiliki segmen pasar yang
luas mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji
dibutuhkan sebagai bahan baku bagi industri minuman sari buah, puree, serta
makanan olahan dari jambu biji. Industri pengolahan jambu biji tersebut turut
berkontribusi dalam menyediakan lapangan kerja khususnya dalam sektor
agribisnis. Selain di pasar domestik, jambu biji memiliki peluang untuk diekspor
ke pasar internasional namun peluang tersebut belum dimanfaatkan dengan baik
oleh pemerintah (Astriana 2011). Menurut data FAO tahun 2007, total ekspor
untuk komoditi mangga, manggis dan jambu biji di pasar dunia mencapai 1 178
810 ton. Indonesia hanya berkontribusi sebesar 1 760 ton atau 0.15 persen dari
total ekspor dunia. 1 Peluang pasar yang masih terbuka serta didukung oleh potensi
alam yang ada merupakan peluang bagi Indonesia untuk menjadi produsen buah
tropis terbesar di dunia.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah produksi jambu
biji terbesar di Indonesia. Selama periode tahun 2009 hingga tahun 2011 jumlah
produksi jambu biji provinsi Jawa Barat merupakan jumlah produksi tertinggi
dengan jumlah produksi pada tahun 2009-2011 berturut-turut sebesar 70 997 ton,
49 203 ton dan 157 030 ton (Lampiran 1). Jumlah tersebut merupakan
penjumlahan hasil produksi dari 17 kabupaten dan 9 kota produsen jambu biji di
provinsi Jawa Barat. Dari jumlah produksi jambu biji sebesar 157 030 ton tahun
2011 maka setiap daerah produsen jambu biji rata-rata menghasilkan sebanyak 6
039.62 ton, akan tetapi angka tersebut bukan merupakan angka pasti karena
kemampuan produksi setiap daerah berbeda tergantung dari luas panen dan luas
tanam yang dimiliki. Data jumlah produksi jambu biji menurut kabupaten dan
kota di provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 2.
Jambu kristal merupakan varietas baru jambu biji yang saat ini mulai
dikenal dan disukai oleh masyarakat. Jambu kristal merupakan tanaman hasil
introduksi dari Taiwan yang merupakan bantuan transfer teknologi kepada negaranegara berkembang dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai macam produk
pangan terbaik seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Jambu kristal masuk ke
1

Upaya Pengembangan Kawasan Buah Unggulan Tropika
http://hortikultura.deptan.go.id [Diakses pada 30 Januari 2013]

Untuk

Ekspor.

2009.

2

Indonesia pada tahun 2009 dibawa oleh Misi teknik Taiwan. Buah jambu kristal
memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan buah jambu biji lainnya
diantaranya buah jambu kristal hampir tanpa biji (seedless), tekstur daging
buahnya renyah, rasanya manis, mengandung banyak air dan ukuran buahnya
relative besar. Masyarakat menyukai jambu ini karena lebih praktis dimakannya
dan bagian yang bisa dimakan pun lebih banyak. 2
Jambu kristal merupakan produk buah unggulan dari ADC IPB-ICDF
TAIWAN selain komoditas sayuran organik dan sayuran non organik.
Agribussiness Development Center (ADC) merupakan sebuah lembaga sosial
kerjasama antara International Cooperation Development Fund (ICDF) Taiwan
melalui Misi Teknik Taiwan dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) yang didirikan
pada tahun 2007. ADC IPB-ICDF TAIWAN bergerak dibidang pertanian dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah Bogor. Bentuk
kegiatan yang dilakukan antara lain kemitraan dengan petani, pembinaan dan
pelatihan serta pembiayaan. Petani mitra diberikan pinjaman modal berupa sarana
produksi pertanian seperti bibit, benih dan pupuk. Pembayaran pinjaman modal
dilakukan secara bertahap setelah panen dengan potongan sebesar 25 % dari
penjualan hasil panen melalui ADC IPB-ICDF TAIWAN. ADC IPB-ICDF
TAIWAN bermitra dengan petani di Kabupaten Bogor. Sistem kemitraan yang
terjalin yaitu petani berperan sebagai produsen utama dari komoditi yang
dikembangkan dan ADC IPB-ICDF TAIWAN sebagai pihak yang mendampingi
dan memfasilitasi petani untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan dapat
diterima oleh pasar modern. Komoditi yang dihasilkan oleh ADC IPB-ICDF
TAIWAN selain jambu kristal antara lain sayuran organik seperti bayam merah
dan hijau, kangkung, lettuce (selada keriting), cai sim, kailan dan Pak choi.
Sayuran non organik baby buncis, oyong, labu, lobak, asparagus, pare putih,
tomat cerry, terong bulat, terong panjang dan pepaya.
Kabupaten Bogor merupakan daerah pengembangan jambu kristal yang
dilakukan oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN. Pemilihan Kabupaten Bogor
dilakukan berdasarkan ketersediaan lahan, kesesuaian agroklimatologi, dan
ketersediaan sumberdaya manusia dibidang pertanian. Penyebaran tanaman jambu
kristal di Kabupaten Bogor pada saat penelitian dilakukan tersebar di 4 kecamatan
yaitu Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Caringin dan Cigombong dengan
jumlah petani mitra sekitar 114 orang. Dua kecamatan yang memiliki luas areal
dan jumlah populasi tanaman jambu kristal tertinggi adalah Kecamatan
Rancabungur dan Kecamatan Dramaga.
ADC IPB-ICDF TAIWAN melakukan penanaman jambu kristal pertama
kali di Desa Cikarawang. Desa Cikarawang dipilih dengan tujuan untuk
memperkenalkan jambu kristal kepada masyarakat Desa Cikarawang yang
sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dengan harapan masyarakat
bersedia membudidayakan jambu kristal dan bermitra dengan ADC IPB-ICDF
TAIWAN untuk mengembangkan agribisnis hortikultura. Jumlah populasi
tanaman jambu kristal di Desa Cikarawang pada saat dilakukan penelitian adalah
7 700 pohon. Tanaman jambu kristal dibudidayakan dengan intensif dikebunkebun dekat pekarangan rumah dan lahan-lahan pertanian yang semula ditanami
padi dan umbi-umbian, saat ini ditanami jambu kristal.
2

Jambu Biji Kristal Taiwan. 2011. http://firo.student.umm.ac.id/ [Diakses pada 30 Januari 2013]

3

Perumusan Masalah
ADC IPB-ICDF TAIWAN menjalin kemitraan dengan para petani
khusunya petani di Desa Cikarawang dalam mengembangkan komoditas jambu
kristal. Kemitraan yang dijalin lebih bersifat pembinaan dan fasilitasi dari pihak
ADC kepada petani agar petani dapat berpartisipasi di supply chain pasar modern
dan bukan semata-mata kemitraan bisnis antara supplier (petani) dengan buyer
(ADC) (Muflikh 2012).
Seluruh petani jambu kristal di Desa Cikarawang merupakan petani mitra
binaan ADC IPB-ICDF TAIWAN, akan tetapi dalam memasarkan hasil
produksinya tidak semua petani menjual jambu kristal kepada ADC IPB-ICDF
TAIWAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani merasa ADC
IPB-ICDF TAIWAN tidak konsisten dalam melakukan grading terhadap jambu
kristal petani. Hal ini sangat dirasakan petani terutama pada saat musim panen
ketika hasil panen melimpah, jambu kristal yang diluar musim panen termasuk ke
dalam grade A dan B akan tetapi pada saat musim panen hanya masuk ke dalam
grade B dan C. Alasan lain petani tidak mengirim jambu kristal ke ADC IPBICDF TAIWAN adalah standarisasi atau kriteria jambu kristal yang ditetapkan
terlalu tinggi terutama untuk grade A. Akibatnya jambu kristal petani yang
termasuk grade A sedikit dan sering terjadi jambu kristal petani tidak diterima
oleh ADC IPB-ICDF TAIWAN karena tidak memenuhi standar grade. Hal
tersebut yang menyebabkan petani menggunakan saluran pemasaran lain diluar
ADC IPB-ICDF TAIWAN seperti, pedagang pengumpul (tengkulak) dan
pedagang pengecer tradisional.
Berbeda dengan hasil wawancara dengan petani, menurut hasil wawancara
dengan pihak ADC IPB-ICDF TAIWAN melalui penanggung jawab jambu kristal
mengatakan loyalitas petani mitra jambu kristal termasuk petani di Desa
Cikarawang terhadap ADC masih kurang. Petani tidak seluruhnya mengirim
jambu kristal ke ADC disebabkan karena petani menjual hasil panennya melalui
pedagang pengumpul dengan sistem borongan (tanpa grade). Petani tergiur
dengan kemudahan dari sistem borongan tersebut yaitu, petani tidak perlu
melakukan sortasi sehingga jambu kristal yang telah dipanen dan dipisahkan dari
plastik pembungkus dapat langsung dijual. Pedagang pengumpul mendatangi
langsung petani sehingga tidak perlu melakukan pengangkutan untuk menjual
hasil panennya. Selain itu, sedikitnya jumlah jambu kristal petani yang termasuk
ke dalam grade A disebabkan karena petani banyak tidak mengikuti SOP
(Standard Operational Procedure) budidaya yang ditetapkan oleh ADC IPBICDF TAIWAN dengan alasan keterbatasan modal yang dimiliki.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk melihat
perbedaan antara saluran pemasaran ADC IPB-ICDF TAIWAN dan saluran
pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN. Permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah :
1 Bagaimanakah sistem pemasaran jambu kristal melalui ADC IPB-ICDF
TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN di Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga?
2 Bagaimana efisiensi pemasaran jambu kristal yang terjadi di Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga?

4

3 Apakah terdapat perbedaan antara saluran pemasaran ADC IPB-ICDF
TAIWAN dan non ADC IPB-ICDF TAIWAN dalam hal biaya,
keuntungan serta rasio keuntungan dan biaya?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1 Mengidentifikasi dan menganalisis sistem pemasaran jambu kristal di
Desa Cikarawang melalui saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran,
struktur pemasaran, perilaku pasar, dan keragaan pasar.
2 Menganalisis efisiensi pemasaran jambu kristal melalui marjin
pemasaran, farmer’s share dan nilai rasio keuntungan atas biaya
pemasaran disetiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran
jambu kristal di Desa Cikarawang.
3 Menganalisis perbedaan antara saluran pemasaran ADC IPB-ICDF
TAIWAN dan saluran pemasaran non ADC IPB-ICDF TAIWAN dalam
hal biaya, keuntungan dan rasio keuntungan atas biaya.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya :
1 Petani dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat sebagai bahan
informasi untuk melaksanakan kerjasama yang saling menguntungkan
dalam pemasaran jambu kristal.
2 Pemerintah daerah khususnya Pemerintah Daerah Kecamatan Dramaga
sebagai bahan masukan dalam penetapan kebijakan dalam perbaikan
sistem pemasaran jambu kristal.
3 Pembaca hasil penelitian ini, sebagai tambahan referensi bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan komoditas jambu kristal sekaligus
memberikan gambaran usaha jambu kristal di lokasi penelitian.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi kegiatan pemasaran jambu kristal
yang ditinjau dari saluran pemasaran, lembaga dan fungsi pemasaran, analisis
struktur dan perilaku pasar, analisis efisiensi pemasaran meliputi marjin
pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya pemasaran. Analisis
kegiatan pemasaran dilakukan mulai dari petani jambu kristal di Desa Cikarawang
hingga retail modern dan pedagang pengecer diwilayah Jakarta dan Bogor.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris Mengenai Jambu Kristal
Penelitian mengenai jambu kristal telah dilakukan oleh Narundana (2011)
dengan judul Studi Kelayakan Bisnis Tanaman Buah Jambu Kristal Pada
Kelompok Tani Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut tanaman jambu kristal layak untuk
diusahakan. Pada aspek teknis usaha ini layak karena seluruh peralatan yang
digunakan dan dibutuhkan oleh petani sudah lengkap dan tersedia. Sedangkan
pada aspek pemasaran juga layak karena usaha ini memiliki prospek yang besar
dengan konsumen tingkat menengah ke atas. Sementara berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan pada empat kriteria penilaian investasi usaha
dapat disimpulkan bahwa usaha jambu kristal layak dijalankan pada jenis tanah
cukup air. Hal ini dikarenakan, jenis tanah cukup air memiliki nilai NPV positif
yaitu sebesar Rp 13.883.500, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yaitu
sebesar 29 persen, PI lebih besar dari 1 yaitu 1,76 dan Payback Periode dibawah
dari umur analisa proyek yaitu selama 4 tahun. Sedangkan usaha jambu kristal ini
pada tanah basah dan kering tidak layak untuk dijalankan karena tidak memenuhi
empat kriteria penilaian investasi usaha. Pada analisis sensitivitas didapat hasil
menunjukkan bahwa usaha tetap layak untuk dijalankan meskipun terjadi
penurunan pada nilai kriteria investasi kelayakan.
Studi Empiris Mengenai Peran Lembaga Pemasaran
Nalurita (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Efisiensi
Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa
Barat. Hasil penelitian menunjukkan peran Pusat Koperasi Belimbing diperlukan
dan berhasil dalam meningkatkatkan bargaining position dan pendapatan petani.
Hal ini terbukti dengan volume penjualan belimbing pada saluran pemasaran
melalui Puskop (saluran 4 dan 5) mencapai 72 % dari total volume penjualan
Belimbing Dewa. Selain itu saluran pemasaran melalui Puskop memiliki nilai
nilai farmer’s share tertinggi yaitu 56,52 %, artinya produsen menerima harga
sebesar 56,52 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Berdasarkan analisis
rasio keuntungan terhadap biaya, nilai π/C tertinggi terdapat pada saluran
pemasaran empat yaitu sebesar 7,51, artinya jika lembaga pemasaran pada saluran
pemasaran ke empat mengeluarkan biaya sebesar Rp.1/Kg maka keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp.7,51/Kg. Manfaat lain adanya Puskop, selain sebagai tempat
untuk memasarkan hasil, Puskop merupakan tempat untuk menyalurkan inspirasi,
aspirasi dan petani bisa mendapatkan bantuan permodalan dari pemerintah yang
bekerjasama dengan bank.
Penelitian Damayanti (2009) yang berjudul Kajian Keberhasilan
Pelaksanaan Kemitraan Dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani
Semangka Di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah Dengan CV Bimandiri. Dari
hasil penelitian CV Bimandiri sebagai salah satu perusahaan agribisnis yang ingin
mengembangkan salah satu varietas baru dari semangka yaitu varietas WD.1005

6

atau lebih dikenal dengan nama semangka gandul atau Baby Black. Karena itu CV
Bimandiri memutuskan untuk menjalin kemitraan dengan petani semangka di
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah yang merupakan salah satu sentra produksi
semangka yang ada di Indonesia.
Dengan adanya program kemitraan antara CV Bimandiri dan kelompok
tani Mekar Buah ini memberikan manfaat kemitraan bagi petani antara lain, petani
mendapatkan bimbingan teknis oleh tim penyuluh dari CV Bimandiri tentang
teknologi budidaya semangka yang baik sehingga petani beranjak menjadi petani
yang maju dan berwawasan sehingga bisa menghasilkan produk yang baik dan
berkualitas yang akan bersaing di pasaran. Adanya kontrak harga yang telah
disepakati bersama sehingga petani tidak khawatir akan fluktuasi harga, petani
mempunyai jaminan pasar yang pasti. Sementara manfaat yang diperoleh CV
Bimandiri dalam kemitraan ini adalah perusahaan mendapatkan produk sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan secara kontinyu sehingga kebutuhan akan produk
untuk pasar terpenuhi dan CV Bimandiri juga mendapat nilai lebih dari pelanggan
karena dapat menyediakan produk yang berkualitas dan kontinyu sehingga
permintaan dari pelanggan pun terus meningkat.
Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan
atas biaya total petani mitra lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas
biaya total petani non mitra. Hal ini disebabkan karena harga jual semangka petani
mitra lebih besar dibandingkan harga jual semangka petani non mitra. Selain itu
harga jual semangka petani mitra ini adalah tetap tidak terkena fluktuasi harga.
Hal ini yang menyebabkan pendapatan atas biaya total petani mitra lebih besar
dari pendapatan atas biaya total petani non mitra. Demikian pula dengan nilai R/C
atas biaya total petani mitra yang relatif lebih besar dibandingkan dengan petani
non mitra. Hasil uji Mann-Whitney U menyimpulkan bahwa nilai probabilitas
(asymp.Sig) adalah 0.007 itu berarti bahwa rata-rata pendapatan petani mitra
berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan petani non mitra. Dan nilai probabilitas
(asymp.Sig) rasio penerimaan dengan biaya adala 0.008 itu berarti bahwa rata-rata
rasio penerimaan dengan biaya petani mitra berbeda nyata dengan rata-rata rasio
penerimaan dengan biaya petani non mitra.
Utomo (2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kemitraan
Terhadap Pendapatan Petani Wortel di Agro Farm Desa Ciherang Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan program kemitraan termasuk
tipe sinergis dan saling menguntungkan. Sinergi yang menguntungkan
diantaranya dalam bentuk petani menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja,
sedangkan perusahaan menyediakan saprotan, bimbingan teknis, dan penjaminan
pasar. Petani mendapatkan manfaat-manfaat dari jalinan kemitraan. Manfaat
tersebut ada pula yang sejalan dengan alasan petani untuk bergabung dengan
kemitraan. Manfaat yang sudah pasti diperoleh oleh petani selaku mitra antara lain
dapat membantu dalam pengadaan benih. Sementara manfaat yang diperoleh Agro
Farm dari kemitraan yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam
pemenuhan permintaan wortel. Agro Farm tidak harus mengelola usahatani
sendiri untuk memproduksi wortel, sehingga dapat menghemat dalam penggunaan
sumberdaya lahan, modal, dan sumberdaya manusia.
Berdasarkan perbandingan pendapatan usahatani hasil pendapatan rata-rata
petani wortel mitra lebih besar dibandingkan pendapatan rata-rata petani wortel
non mitra untuk setiap musim tanam. Pendapatan petani wortel mitra rata-rata

7

sebesar Rp 1.523.750 sedangkan pendapatan petani wortel non mitra sebesar Rp
1.093.125 per musim tanam. Nilai R/C Ratio atas biaya tunai petani mitra sebesar
2,83 sedangkan petani non mitra sebesar 2,26. R/C Ratio atas biaya total petani
mitra sebesar 2,26 sedangkan petani non mitra sebesar 1,78. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan secara proporsional bahwa kemitraan dengan Agro
Farm lebih menguntungkan petani. Penggunaan input melalui kemitraan juga
lebih efisien dilihat dari nilai R/C Ratio.
Muflikh (2012) melakukan penelitian dengan judul Supply Chain
Management Jambu Kristal Pada Agribusiness Development Center-University
Farm (ADC-UF) IPB. Hasil penelitian menyatakan bahwa sistem kemitraan yang
dijalin antara ADC dengan petani adalah sistem kemitraan yang tidak berorientasi
pada keuntungan ekonomi bagi ADC-UF IPB namun lebih bersifat pembinaan
dan fasilitasi dari pihak ADC agar petani dapat berpartisipasi langsung di supply
chain pasar modern dan bukan semata-mata kemitraan bisnis antara supplier
(petani jambu kristal) dengan buyer (ADC). Semua aktivitas yang dilakukan
berfokus pada keuntungan petani. Karena sejatinya ADC-UF IPB buan
merupakan entitas bisnis. Kemitraan antara ADC dengan petani dikuatkan dengan
sebuah kontrak kerja sama yang berisi hak dan kewajiban antara petani dengan
ADC-UF IPB namun tidak terdapat punishment (sanksi) yang diberlakukan bagi
kedua belah pihak jika salah-satu atau keduanya melanggar baik hak maupun
kewajibannya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa peran
lembaga pemasaran dalam meningkatkan bargaining position petani sangat
diperlukan. Hal ini terjadi karena umumnya petani memiliki keterbatasan sumber
daya baik untuk memaksimalkan kegiatan produksi maupun untuk memasarkan
hasil produksinya.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Pemasaran
Menurut para ahli ekonomi pengertian pasar adalah tempat dimana terjadi
interaksi antara penawaran dan permintaan produk berupa barang atau jasa, terjadi
transaksi dan kesepakatan nilai, jumlah, spesifikasi produk, cara pengiriman,
penerimaan dan pembayaran serta tempat terjadinya pemindahan kepemilikan
barang atau jasa. Dahl dan Hammond (1977) menyatakan pasar dalam pengertian
ekonomi adalah ruang atau dimensi dimana kekuatan penawaran dan permintaan
bekerja untuk menentukan dan merubah harga.
Pemasaran secara umum didefinisikan sebagai proses aliran barang yang
terjadi dalam pasar, dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Menurut
Kotler (2008) pemasaran merupakan suatu proses sosial yang didalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain. Sedangkan Kohl dan Downey (1972) dalam
Asmarantaka (2009) mendefinisikan pemasaran sebagai keragaan dari semua

8

aktivitas bisnis dalam aliran dari produk-produk dan jasa-jasa mulai dari tingkat
produksi pertanian sampai tingkat konsumen akhir. Dahl dan Hammond (1977)
menekankan pengertian pemasaran merupakan suatu rangkaian fungsi dari
lembaga pemasaran yang dibutuhkan untuk menggerakkan input ataupun produk
dari titik produksi ke konsumen akhir. Dengan demikian, pemasaran adalah suatu
kegiatan yang produktif karena memberikan nilai tambah dan menghasilkan
berbagai kegunaan waktu, tempat, milik dan bentuk.
Lembaga dan Saluran Pemasaran
Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisikan lembaga pemasaran sebagai
badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran,
memperlancar arus atau gerak barang dari produsen sampai tingkat konsumen
melalui berbagai aktifitas yang dikenal sabagai perantara. Lembaga pemasaran
dapat dalam bentuk perorangan, perserikatan atau perseroan. Adanya perbedaan
tempat dan jarak antara produsen yang menghasilkan barang atau jasa dengan
konsumen, maka badan perantara diperlukan untuk menyalurkan barang dan jasa
tersebut dari titik produksi sampai ke titik konsumsi. Tugas lembaga pemasaran
adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan
konsumen semaksimal mungkin. Adapun balas jasa dari konsumen berupa marjin
pemasaran.
Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah saluran pemasaran yang
digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen dari titik
produsen. Penggolongan saluran pemasaran menurut Limbong dan Sitorus (1987)
dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu :
1 Penggolongan berdasarkan fungsi yang dilakukan :
a Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pertukaran, seperti
pedagang pengecer, grosir dan lembaga-lembaga perantara lainnya.
b Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan fisik pemasaran,
seperti lembaga pengolahan, lembaga pengangkutan dan lembaga
pergudangan.
c Lembaga pemasaran yang menyediakan fasilitas pemasaran, seperti
Bank Unit Desa (BUD), Kredit Desa, Koperasi Unit Desa (KUD).
d Lembaga yang menyediakan informasi pasar, lembaga yang
melakukan pengujian kualitas (mutu barang) dan lain-lain.
2 Penggolongan berdasarkan penguasaan terhadap barang :
a Lembaga pemasaran yang menguasai dan memiliki barang yang
dipasarkan, seperti pedagang pengecer, grosir, pedagang
pengumpuldan lain-lain.
b Lembaga pemasaran yang menguasai tetapi tidak memiliki barang
yang dipasarkan, seperti agen, broker, lembaga pelelangan dan lainlain.
c Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai
barang yang dipasarkan, seperti lembaga pengangkutan,
pengolahan,perkreditan dan lain-lain.
3 Penggolongan berdasarkan kedudukan dalam struktur pasar :
a Lembaga pemasaran yang bersaing sempurna, seperti pedagang
pengecer rokok, pedagang pengecer beras dan lain-lain.

9

b Lembaga pemasaran monopolistik, seperti pedagang asinan,
pedagang benih, pedagang bibit, pedagang ubin dan lain-lain.
c Lembaga pemasaran oligopolis, seperti perusahaan semen, importir
cengkeh dan lain-lain.
d Lembaga pemasaran monopolis, seperti perusahaan kereta api,
perusahaan pos dan giro dan lain-lain.
4 Penggolongan bedasarkan bentuk usahanya :
a Berbadan hukum, seperti Perseroaan Terbatas, Firma, Koperasi dan
lain-lain.
b Tidak berbadan hukum, seperti perusahaan perorangan, pedagang
pengecer, tengkulak dan lain-lain.
Dalam menyalurkan produk yang dihasilkan, produsen harus
mempertimbangkan berbagai faktor yang akan mempengaruhi keberhasilannya.
Berikut merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh produsen
dalam memilih saluran pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987) :
1 Pertimbangan pasar meliputi : siapa konsumen produknya (rumah
tangga, industri, atau keduanya), berapa besar pembeli potensial,
bagaimana konsentrasi pasar secara geografis, berapa jumlah pesanan
dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli.
2 Pertimbangan barang meliputi : berapa besar nilai per unit barang
tersebut, besar dan beratnya barang, apakah barang tersebut mudah
rusak atau tidak, bagaimana sifat teknis barang tersebut, apakah barang
berupa barang standar atau pesanan, dan bagaimana luas produk
perusahaan bersangkutan.
3 Pertimbangan dari segi perusahaan meliputi : sumber permodalan,
kemampuan dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran dan
pelayanan yang diberikan oleh penjual.
4 Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang
dapat diberikan lembaga pemasaran, kegunaan perantara, sikap
perantara terhadap kebijaksanaan produsen, volume penjualan dan
pertimbangan biaya.
Fungsi-fungsi Pemasaran
Fungsi-fungsi pemasaran adalah berbagai penangan atau tindakan dalam
proses pendistribusian barang dari titik produksi sampai konsumen akhir. Fungsifungsi pemasaran tersebut dikelompokkan menjadi tiga fungsi (Asmarantaka,
2009), yaitu :
1 Fungsi pertukaran merupakan kegiatan pemindahan hak milik barang
dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan
pembelian dan penjualan.
2 Fungsi fisik merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan
barang dan jasa sehingga dapat meningkatkan nilai guna bentuk, tempat
dan waktu. Fungsi fisik meliputi kegiatan pengolahan, pengemasan,
pengangkutan dan penyimpanan.
3 Fungsi fasilitas adalah semua kegiatan yang bertujuan memudahkan
aktivitas pertukaran antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas
meliputi kegiatan pembiayaan, penanggungan risiko, standarisasi dan
informasi pemasaran.

10

Struktur Pasar
Struktur pasar sangat diperlukan dalam melakukan analis sistem
pemasaran karena melalui analisis struktur pasar, secara otomatis akan
menjelaskan bagaimana perilaku partisipan yang terlibat dan akan menunjukkan
keragaan yang terjadi akibat dari struktur pasar dan perilaku pasar yang ada dalam
pemasaran tersebut. Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan struktur pasar
merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh
perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi
perusahaan menurut berbagai ukuran seperti size atau concentration, deskripsi dan
diferensiasi produk, syarat-syarat untuk masuk keluar pasar dan sebagainya.
Keputusan-keputusan penting perusahaan sangat dipengaruhi oleh struktur pasar
yang dihadapi contohnya seperti penentuan harga dan teknik penjualan produk.
Menurut Dahl dan Hammond (1977) terdapat empat faktor yang
menentukan karakteristik dari suatu struktur pasar, yaitu (1) jumlah dan ukuran
perusahaan, (2) kondisi atau keadaan produk, (3) kondisi masuk dan keluar pasar,
dan (4) tingkat pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh pelaku pasar, seperti
biaya, harga dan kondisi pasar antara pelaku pasar. Karakteristik struktur pasar
berdasarkan sudut penjual dan pembeli dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar tidak bersaing sempurna (Kotler,
2002). Pasar bersaing sempurna mempunyai ciri-ciri antara lain : (1) terdapat
banyak penjual dan pembeli, (2) memperdagangkan komoditi yang bersifat
homogen dalam jumlah yang tidak banyak, (3) setiap penjual dan pembeli tidak
dapat mempengaruhi harga dipasar (price taker), bukan sebagai pihak yang
menetapkan harga (price maker), (4) penjual dan pembeli bebas masuk keluar
pasar.
Tabel 1 Jenis-jenis Struktur Pasar Berdasarkan Jumlah Perusahaan dan Sifat
Produk
Karakteristik
Struktur Pasar
Jumlah
Sifat Produk
Sudut Penjual
Sudut Pembeli
Penjual
Pembeli
Banyak
Banyak
Homogen
Persaingan Murni Persaingan Murni
Banyak
Banyak
Diferensiasi
Persaingan
Persaingan
Monopolistik
Monopolistik
Sedikit
Banyak
Homogen
Oligopoli Murni
Oligopsoni Murni
Sedikit
Banyak
Diferensiasi
Oligopoli
Oligopsoni
Diferensiasi
Diferensiasi
Satu
Banyak
Unik
Monopoli
Monopsoni
Sumber: Dahl dan Hammond (1977)

Pasar tidak bersaing sempurna dicirikan dengan penjual tunggal dan
sebuah produk yang sangat terdeferensiasi. Perusahaan yang berada dipasar tidak
bersaing sempurna disebut juga perusahaan monopoli. Perusahaan monopoli tidak
menghadapi persaingan dan bertindak sebagai price maker. Hambatan untuk
masuk dan keluar pasar sengaja diciptakan untuk merintangi pendatang baru
masuk ke dalam pasar. Pasar tidak bersaing sempurna dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu sisi penjual dan sisi pembeli. Pasar dari sisi penjual terdiri dari pasar
persaingan monopolistik, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar duopoli.

11

Sedangkan pasar dari sisi pembeli terdiri dari pasar persaingan monopolistik,
pasar monopsoni, dan pasar oligopsoni.
Limbong dan Sitorus (1987) mengklasifikasikan pasar ke dalam empat
struktur pasar berdasarkan sifat dan bentuknya, yaitu :
1 Struktur Pasar Bersaing Sempurna
Dalam struktur pasar bersaing sempurna terdapat banyak penjual dan
pembeli. Produk yang dipasarkan bersifat homogen. Penjual dan
pembeli bebas masuk dan keluar pasar. Dengan struktur biaya tertentu,
perusahaan tidak dapat menetapkan harga sendiri untuk
memaksimumkan keuntungan. Sehingga perusahaan hanya sebagai
penerima harga (price taker) dan hanya menghadapi satu tingkat harga.
2 Struktur Pasar Bersaing Monopolistik
Struktur pasar bersaing monopolistik terdiri dari banyak pembeli dan
penjual yang melakukan transaksi pada berbagai tingkat harga. Produk
yang diperdagangkan perusahaan bersifat tidak homogen melainkan
terdapat perbedaan yang khas dan dapat dibedakan secara jelas dalam
kemasan, pengepakan, harga atau jasa pelayanannya. Untuk
meningkatkan keuntungan dapat dicapai dengan cara menekan biaya
produksi atau dengan cara meningkatkan teknologi yang ada.
3 Struktur Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli memiliki karakteristik utama berupa adanya perusahaan
yang menghasilkan produk homogen atau tidak homogen. Perusahaan
pada struktur pasar oligopoli tidak bebas untuk menentukan harga
produk yang dihasilkan untuk mencapai keuntungan maksimum, karena
perusahaan tergantung kepada struktur biaya dan permintaan produk
yang ditawarkan serta kepada tindakan perusahaan pesaing. Tindakan
penurunan harga produk oleh suatu perusahaan pada pasar oligopoli
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau ”market share”
tertentu, tidak selalu dapat dilakukan, dimana keputusan perusahaan
harus didasarkan kepada perusahaan pemimpin (leaders). Perusahaan
leaders ini lebih leluasa untuk menentukan harga yang akan
memberikan keuntungan maksimal.
4 Struktur Pasar Monopoli
Struktur pasar monopoli memiliki cirri-ciri antara lain : (1) komoditi
yang dipasarkan tidak homogen, (2) jumlah penjual satu dan pembeli
banyak, (3) masuk keluar pasar tidak bebas, (4) informasi pasar yang
dimiliki penjual lebih lengkap dibandingkan pembeli, (5) pejual atau
perusahaan dapat mempengaruhi (menentukan) harga dipasar.
Perusahaan monopoli dapat berbentuk monopoli oleh pihak pemerintah,
pihak swasta yang diatur oleh undang-undang, dan monopoli swasta
murni. Salah satu tindakan perusahaan monopoli untuk memperoleh
keuntungan maksimum adalah melalui diskriminasi harga. Diskriminasi
harga adalah menjual produk yang sama pada tingkat harga yang
berbeda dan pada pasar yang berbeda. Diskriminasi harga akan berhasil
jika tidak ada aliran barang dari pasar dengan harga produk yang rendah
ke pasar dengan harga produk yang tinggi.

12

Perilaku Pasar
Menurut Dahl dan Hammmond (1977) perilaku pasar menunjukkan pola
tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur
pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan serta
menentukan keputusan-keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur
pasar tersebut. Perilaku pasar dapat dilihat dari praktek pembelian dan penjualan
yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran, sistem penentuan harga,
kemampuan pasar menyerap komoditas yang dijual, stabilitas pasar, sistem
pembayaran dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Struktur pasar dan perilaku
pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan
harga, biaya dan marjin pemasaran serta jumlah komoditi yang diperdagangkan.
Sudiyono (2002) menyatakan perilaku pasar dalam efisiensi pemasaran
adalah bagaimana pihak-pihak yang terlibat di pasar, yaitu produsen, konsumen
dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan
pembelian yang terjadi. Dalam menganalisis perilaku pasar ini, maka terdapat tiga
pihak peserta pasar yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Produsen
menghendaki harga yang tinggi, pasar output secara lokal menghendaki pilihan
beberapa pembeli (tidak terjadi struktur monopsonis ataupun oligopsonistik),
tersedia waktu dan informasi pasar yang cukup serta adanya kekuatan tawar
menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan yang
maksimal, yaitu selisih marjin pemasaran dengan biaya untuk melaksanakan
fungsi-fungsi pemasaran relatif besar. Sedangkan konsumen menghendaki
tersedianya produk pertanian sesuai kebutuhan konsumen dengan harga wajar.
Efisiensi Pemasaran
Pemasaran dikatakan efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak
yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen
memperoleh kepuasan dengan aktivitas pemasaran tersebut. Ukuran efisiensi
adalah kepuasan dari konsumen, produsen, maupun lembaga-lembaga yang
terlibat di dalam mengalirkan barang dan jasa mulai dari petani sampai konsumen
akhir; ukuran untuk menentukan tingkat kepuasan tersebut adalah sulit dan sangat
relatif (Kohls dan Uhl, 2002). Sedangkan Mubyarto (1989) mengungkapkan
bahwa sistem pemasaran dikatakan efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu
mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan
biaya semurah-murahnya, dan mampu mengadakan pembagian yang adil bagi
seluruh harga yang dibayarkan oleh konsumen terakhir dalam kegiatan produksi.
Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui dua indikator yaitu efisiensi
operasional (teknologi) dan efisiensi ekonomi (harga). Dahl dan Hammond (1997)
menjelaskan bahwa efisiensi operasional menunjukkan biaya minimum yang
dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar pemasaran, yaitu pengumpulan,
transportasi, penyimpanan dan pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik, serta
fasilitas. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi operasional adalah dengan
penerapan teknologi baru termasuk subtitusi modal kerja (Kohl dan Uhls, 1990).
Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi operasional pada
proses pemasaran suatu produk yaitu analisis marjin pemasaran, farmer’s share,
serta rasio keuntungan dan biaya.
Efisiensi harga menekankan kepada kemampuan dari sistem pemasaran
yang sesuai dengan keinginan konsumen. Sasaran dari efisiensi harga adalah

13

efisiensi alokasi sumberdaya dan maksimum output (ekonomi). Efisiensi harga
dapat dianalisis melalui ada atau tidaknya keterpaduan pasar (integrasi) antara
pasar acuan dengan pasar pengikutnya, misal antara pasar di tingkat petani dengan
pasar di tingkat konsumen akhir (Asmarantaka, 2009).
Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran
sebagai akibat adanya aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem
pemasaran tersebut (Tamek dan Robison, 1990 dalam Asmarantaka, 2009).
Sementara Limbong dan Sitorus (1987) mengemukakan marjin pemasaran atau
marjin tataniaga sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran mulai
dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen.
Marjin pemasaran sering digunakan dalam melakukan analisis efisiensi
pemasaran, untuk melihat apakah pemasaran suatu komoditi efisien atau tidak.
Analisis marjin pemasaran umumnya dilakukan pada komoditi yang sama, jumlah
yang sama dan pada struktur pasar bersaing sempurna.
Besarnya nilai marjin pemasaran merupakan hasil perkalian dari
perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran (selisih harga eceran
dengan harga petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan. Pada Gambar 1.
Besarnya nilai marjin pemasaran ditunjukkan oleh bagian yang diarsir yaitu (PrPf) x Qrf. Sedangkan besarnya marjin pemasaran per satuan atau per unit
komoditi merupakan selisih antara harga di tingkat pengecer dengan harga di
tingkat produsen (Pr-Pf).

Sr

Sf
Pr
Marjin
Pemasaran
(Pr – Pf)

Dr

Pf

Df

0

Qrf

Jumlah

14

Keterangan :
Pr
Pf
Sf
Sr
Df
Dr
(Pr – Pf)
(Pr – Pf) x Q(r,f)
Q(r,f)

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Harga di tingkat pengecer
Harga di tingkat petani
Kurva penawaran petani
Kurva penawaran di tingkat pengecer
Kurva permintaan di tingkat petani
Kurva permintaan di tingkat pengecer
Marjin Pemasaran
Nilai Marjin Pemasaran
Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

Gambar 1 Kurv