Produktivitas Ikan Lele (Clarias sp.) pada Sistem Pendederan yang Terintegrasi dengan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Oshpronemus goramy Lac.)

PRODUKTIVITAS IKAN LELE (Clarias sp.) PADA SISTEM
PENDEDERAN YANG TERINTEGRASI DENGAN IKAN NILA
(Oreochromis niloticus) DAN IKAN GURAME (Oshpronemus goramy Lac.)

FERDIANTO

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Ikan Lele
(Clarias sp.) pada Sistem Pendederan yang Terintegrasi dengan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Oshpronemus goramy Lac.) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Ferdianto
NIM C14090066

ABSTRAK
FERDIANTO. Produktivitas Ikan Lele (Clarias sp.) pada Sistem Pendederan
yang Terintegrasi dengan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame
(Oshpronemus goramy Lac.). Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan
MIA SETIAWATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produktivitas wadah dan sistem
pada pendederan ikan lele yang terintegrasi dengan ikan nila dan gurame.
Perlakuan pada penelitian ini yaitu pendederan ikan lele yang terintegrasi dengan
pendederan ikan nila dan gurame dan dialiri air yang diresirkulasikan dengan
debit 1,5 lpm. Kontrol berupa pendederan lele melalui pergantian air sebanyak
50% setiap 3 hari sekali. Ikan lele yang berukuran panjang rata-rata 4,43±0,22 cm
ditebar dengan padat penebaran 667 ekor/m2 dipelihara ke dalam bak semen,
sedangkan ikan nila dan gurame yang berukuran panjang rata-rata masing-masing

4,12±0,34 cm dan 1,9±0,12 cm ditebar ke dalam kolam dengan padat penebaran
masing-masing 24 ekor/m2 dan 10 ekor/m2. Pemberian pakan dilakukan pada
pendederan ikan lele sedangkan nila dan gurame mamanfaatkan limbah
pendederan ikan lele tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan
biomassa dan efisiensi pakan ikan lele pada pendederan terintegrasi sama dengan
kontrol, tetapi kelangsungan hidup lebih rendah. Kehadiran ikan nila dan gurame
juga dapat mengurangi amonia total hingga 23,14% dan menghasilkan
keuntungan ekonomis yang lebih tinggi dibanding kontrol.
Kata kunci : ikan lele, ikan nila, pertumbuhan, integrasi, produktivitas.

ABSTRACT
FERDIANTO. Productivity of Catfish (Clarias sp.) at Integrated Rearing System
with Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) and Giant Gourami (Osphronemus
goramy Lac.). Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and MIA SETIAWATI
The research was aimed to evaluate rearing tank productivity and system of
rearing catfish integrated with nile tilapia and giant gourami. Treatment of the
research was catfish rearing integrated with rearing of nile tilapia and giant
gourami and flowed with the recirculation water at discharge of 1,5 lpm. A control
was the catfish rearing with 50% water change every 3 days. Catfish at average
length of 4.43±0.22 cm stocked at density of 667 fish/m2 to cemented rearing tank

while the nile tilapia and giant gourami at average length of 4.12±0.34 cm dan
1.9±0.12 cm respectivelly stocked to the rearing pond at density of 24 fish/m2 dan
10 fish/m2 respectivelly. Feeding was applied to catfish rearing, while the
gouramy and nile used wastes of the catfish rearing. The research result showed
that the growth, biomass and feed efficiency of the catfish in the integrated rearing
same as that of control, while the survival rate was lower. The presence of the
nila tilapia and giant gourami could reduce total ammonia nitoged up to 23.14%
and lead to higher economic benefit than the control.
Keywords: catfish, nile tilapia, growth, integrated, productivity

PRODUKTIVITAS IKAN LELE (Clarias sp.) PADA SISTEM
PENDEDERAN YANG TERINTEGRASI DENGAN IKAN NILA
(Oreochromis niloticus) DAN IKAN GURAME (Oshpronemus goramy Lac.)

FERDIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Produktivitas Ikan Lele (Clarias sp.) pada Sistem Pendederan yang
Terintegrasi dengan Ikan N ila (Oreochromis niloticus) dan Ikan
Gurame (Oshpron emus goramy Lac.)
: Ferdianto
Nama
: C14090066
NIM

Disetujui oleh

Ir Dadang Shafruddin, MSi
Pembimbing I


Tanggal Lulus:

,! Sd

Dr Ir Mia Setiawati, MSi
Pembimbing II

2013

Judul Skripsi : Produktivitas Ikan Lele (Clarias sp.) pada Sistem Pendederan yang
Terintegrasi dengan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan
Gurame (Oshpronemus goramy Lac.)
Nama
: Ferdianto
NIM
: C14090066

Disetujui oleh


Ir Dadang Shafruddin, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Mia Setiawati, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai Juni 2013 ini ialah
sistem integrasi, dengan judul Produktivitas Ikan Lele (Clarias sp.) pada Sistem
Pendederan yang Terintegrasi dengan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan
Gurame (Oshpronemus goramy Lac.). Bertempat di Inset Farm Ciherang,

Dramaga, Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Dadang Shafruddin, M.Si,
dan Ibu Dr Ir Mia Setiawati, M.Si selaku dosen pembimbing. Serta Dr Ir Eddy
Supriyono, M.Sc selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan banyak
masukan, motivasi dan semangat. Serta seluruh dosen dan staf karyawan
Departemen Budidaya Perairan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Achmad Rizki dan Firman Udina yang telah membantu selama penelitian
berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papah Agus
Junaedi, dan mamah Lalan, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Kepada Ratri Marmita, yang selalu memberikan semangat, motivasi
dan dengan setia menemani penulis. Teman-teman terbaikku di BDP 46 (Arip,
Caca, Seto, Reza, Fahrul, Deki, Devi, Fierco, Wahyu, Soya, Nendi, Yeyen dan
semuanya yang tidak bisa disebut satu persatu) yang telah banyak memberikan
kisah-kisah dan pengalaman yang tidak pernah penulis dapat selama hidup ini.
Penulis berharap penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi ini dapat
memberikan banyak manfaat sesuai dengan yang diharapkan.
Bogor, Oktober 2013
Ferdianto

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL…………………………...………………………………......viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….viii
PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
Latar Belakang…………………………………………………………………..1
Tujuan Penelitian……………………………………………………………….. 2
METODE…………………………………………………………………………. 2
Rancangan Penelitian…………………………………………………………... 2
Prosedur Penelitian……………………………………………………………... 3
Parameter dan Prosedur Pengolahan Data………………………………………4
Analisis Data…………………………………………………………………… 7
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………… 7
Hasil……………………………………………………………………………..7
Pembahasan…………………………………………………………………… 13
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….. 17
Kesimpulan……………………………………………………………………. 17
Saran…………………………………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 17
LAMPIRAN……………………………………………………………………... 20
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………26


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Parameter kualitas air ........................................................................................ 6
Rekapitulasi data dari parameter kinerja pertumbuhan ..................................... 8
Hasil uji biokimia pada koloni yang tumbuh pada media TSA ....................... 10
Produktivitas wadah pada pemeliharaan ikan lele pada perlakuan kontrol
dan perlakuan sistem integrasi ......................................................................... 11
Analisis usaha pada akhir pemeliharaan .......................................................... 11
Kisaran nilai kualitas air ikan lele selama pemeliharaan ................................. 12
Efektivitas resirkulasi (%) selama pemeliharaan............................................. 12
Kelimpahan plankton pada bak pemeliharaan ikan lele (Clarias sp.)

pada akhir pemeliharaan .................................................................................. 13

DAFTAR GAMBAR
1 Bobot rata-rata ikan lele, nila dan gurame setiap minggu selama 29 hari
pemeliharaan...................................................................................................... 8
2 Panjang rata-rata ikan lele, nila dan gurame setiap minggu selama 29
hari pemeliharan. ............................................................................................... 9
3 Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) selama 29 hari pemeliharaan. ...... 9
4 Jumlah konsumsi pakan ikan lele (Clarias sp.) selama 29 hari
pemeliharaan pada perlakuan kontrol dan perlakuan integrasi. ...................... 10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Skema dan tata letak penelitian ....................................................................... 20

Hasil uji statistik .............................................................................................. 20
Mortalitas ikan lele (Clarias sp.) selama pemeliharaan .................................. 22
Rincian analisis usaha pada akhir pemeliharaan ............................................. 23
Pengukuran suhu selama pemeliharaan ........................................................... 24
Fluktuasi mingguan beberapa parameter kualitas air pada media
pemeliharaan ikan lele (Clarias sp.) selama 29 hari pemeliharaan ................. 25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu dari sepuluh komoditas
unggulan yang dikembangkan Direktorat Perikanan Budidaya tahun 2010 (DJPBKKP 2011). Berdasarkan data Direktorat Perikanan Budidaya pada tahun 2012
produksi ikan lele mencapai 407.700 ton (KKP 2013), untuk tahun 2014 DJPBKKP (2011) menargetkan produksi ikan lele mencapai 900.000 ton. Hal ini
dikarenakan ikan lele merupakan salah satu ikan yang memiliki banyak peminat,
dan dapat dilihat dari banyaknya warung pecel lele yang bermunculan. Pasar
JABODETABEK permintaan setiap harinya 75 ton atau 2.250 ton/bulan
(Mahyuddin 2010).
Berdasarkan kenyataan di atas dan seiring dengan peningkatan kebutuhan
ikan akibat pertambahan penduduk dan tingkat konsumsi, produksi ikan lele
dituntut terus meningkat. Salah satu cara peningkatan tersebut adalah melalui
intensifikasi baik dari segi pembenihan, pendederan maupun pembesaran.
Peningkatan kepadatan dan pemberian pakan buatan pada intensifikasi akan
meningkatkan limbah, terutama dalam bentuk nitrogen (N), yang berpotensi
menghambat pertumbuhan, bahkan menurunkan kelangsungan hidup ikan yang
dipelihara, bila tidak terkendali. Menurut Effendi (2003) kadar amoniak pada
perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/l, jika lebih dari itu akan
bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Menurut Rakocy et al. 1992 dalam
Sumoharjo (2010) ikan biasanya mengeluarkan 80-90% amoniak (N-anorganik)
melalui proses osmoregulasi, sedangkan dari feses dan urin sekitar 10-20% dari
total nitrogen. Penurunan kualitas air pada budidaya intensif juga memacu
perkembangan penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah
penyakit bakterial yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila. Menurut Sartika
(2011) penyakit yang dikenal dengan nama Motile Aeromonas Septicemia (MAS)
ini dapat menurunkan tingkat pertumbuhan dan derajat kelangsungan hidup.
Upaya untuk mengurangi limbah budidaya dapat dilakukan melalui
pergantian air atau dengan membuat suatu sistem air mengalir (flow through).
Zonneveld et al. (1991) mengatakan bahwa pada budidaya dengan sistem air
mengalir, air merupakan sarana transportasi suplai oksigen dan sarana
pengeluaran limbah metabolisme, namun dalam sistem air mengalir yang hanya
sekali pakai (single pass) sangatlah boros air, tidak ramah lingkungan dan
bukanlah sistem akuakultur masa depan. Upaya lain adalah integrasi budidaya
intensif ikan lele yang mengandalkan pakan buatan dengan ikan lain yang mampu
memanfaatkan limbah tersebut baik secara langsung maupun tidak (lewat
plankton dan benthos), sehingga penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh
kehadiran limbah tidak terjadi serta lele hidup dan tumbuh normal. Sistem
integrasi ini memunculkan sistem teknologi budidaya zero water exchange yaitu
tidak adanya pergantian air selama kegiatan budidaya berlangsung. Ini merupakan
pengembangan produktivitas akuakultur yang berbasis trophic level yang dapat
menghasilkan komoditas utama yang diberi pelet dan komoditas yang ber-trophic
level rendah dengan biaya yang rendah sehingga diharapkan dapat mengurangi
biaya pakan yang mencapai 60-70% dari biaya produksi (Surawidjaja 2006).

2
Penelitian integrasi budidaya lele dengan budidaya ikan nila telah dilakukan
salah satunya oleh Yi et al. (2003). Pada pemeliharaan ini didapatkan biomassa
ikan lele 5,1-5,6 kg/m2/siklus dengan kelangsungan hidup sebesar 88,6-97,4% dan
biomassa ikan nila yang memanfatkan limbah lele sebesar 0,1-0,2 kg/m2/siklus
dengan kelangsungan hidup sebesar 65,4-99,3% Pada penelitianYi et al. (2003)
tersebut pemeliharaan lele dan nila dilakukan dalam satu petak kolam, Dengan
demikian produktivitas ikan lele ditentukan oleh kemampuan nila dalam
mentolerir perubahan kualitas air yang diakibatkan kehadiran limbah lele tersebut.
Pada keadaan limbah berlebih didapatkan pertumbuhan nila terhambat dan
kelangsungan hidupnya rendah. Mengingat toleransi lele dan nila terhadap
lingkungan berbeda, maka seyogyanya wadah budidaya kedua jenis ikan tersebut
terpisah, sehingga masing-masing ikan dapat hidup dalam batas toleransi kualitas
air masing-masing dan kolam ikan yang memanfaatkan limbah bisa berperan
sebagai biofilter.
Walaupun ikan nila termasuk komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan
tetapi harga ikan gurame lebih tinggi lagi sehingga penambahan ikan gurame
pada wadah nila berpotensi meningkatkan keuntungan pendederan ikan nila.
tersebut. Benih hila dan gurame dapat memanfaatkan limbah lele secara tidak
langsung dalam bentuk plankton, karena menurut Eliazar (1979) benih nila ukuran
3-5 cm memakan Navicula sp., Diatoma sp., Scenedesmus sp., Rotifera sp.,
Synedra sp.,dan Anabaena sp., sedangkan benih gurame lebih memilih larva
insekta, crustacea, dan zooplankton. Setelah beberapa bulan, mulailah benih
gurame memakan tumbuhan air lunak (Susanto 2009) .

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi produktivitas wadah dan sistem
pendederan ikan lele yang terintegrasi dengan pendederan ikan nila dan gurame,
melalui parameter pertumbuhan, kelangsungan hidup dan effisiensi pakan.

METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua sistem budidaya yaitu pendederan ikan lele
terintegrasi dengan pendederan ikan lain dan tidak terintegrasi sebagai kontrol.
Pendederan terintegrasi adalah pendederan lele di dalam bak yang diintegrasikan
dengan pendederan nila dan gurame di kolam menjadi sistem resirkulasi. Pada
sistem ini bak mendapat pengairan dari kolam, setelah digunakan untuk
pemeliharaan lele, air berisi limbah lele dikembalikan ke dalam kolam sehingga
kolam nila dan gurame ini bisa berperan sebagai biofilter. Perlakuan kontrol
merupakan pendederan lele di dalam bak tembok mendapat pergantian air
sebanyak 50% setiap 3 hari sekali. Setiap perlakuan mendapat 3 kali ulangan.
Produktivitas bak lele dievaluasi melalui parameter pertumbuhan, kelangsungan
hidup dan efisiensi pakan ikan lele serta kualitas air di bak, sedangkan sistem
integrasi dievaluasi melalui parameter efektivitas biofilter, kualitas air dan

3
pertumbuhan nila dan gurame yang memanfaatkan limbah lele. Skema rancangan
penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan pada penelitian ini berupa bak beton berukuran
3x1x0,4 m sebanyak 6 buah dan kolam tanah berukuran 70 m2. Tahap persiapan
wadah dimulai dengan menyikat dinding bak dan memberi desinfektan klorin
dosis 20 mg/l, dilanjutkan dengan pengeringan. Pengisian air kembali
menggunakan air dari kolam tanah tempat pemeliharaan nila dan gurame.
Persiapan kolam tanah tempat pemeliharaan ikan nila dan gurame meliputi
pemberian desinfektan klorin dosis 20 mg/l, pengeringan, pemupukan kolam
tanah menggunakan pupuk urea 7 g/m2 dan pupuk TSP 5 g/m2 dan pengisian air
dari saluran irigasi, setelah itu dilakukan kegiatan pengaturan sistem resirkulasi.
Pada perlakuan integrasi pendederan ikan lele, air dari dalam kolam tanah
dialirkan ke dalam wadah pemeliharaan ikan lele dengan menggunakan pompa air
dengan debit air sebesar 1,5 lpm yang dialirkan langsung melalui pipa yang
diletakan di sisi ujung kolam sebagai (inlet), setelah itu air dari bak pendederan
dikembalikan ke kolam lewat pipa pengeluaran (outlet) (Lampiran 1).
Penebaran
Benih lele yang digunakan pada penelitian ini adalah benih berumur ±40
hari dengan panjang 4,43±0,22 cm dan bobot rata-rata 0,94±0,14 g/ekor, ikan nila
memiliki panjang rata-rata 4,12±0,34 cm dan bobot rata-rata 1,21±0,34 g/ekor
dan ikan gurame dengan panjang rata-rata 1,9±0,12 cm dan bobot rata-rata
0,22±0,05 g/ekor. Padat penebaran ikan lele, nila dan gurame masing-masing
adalah 667 ekor/m2, 24 ekor/m2 dan 10 ekor/m2. Penebaran dilakukan pada sore
hari melalui aklimatisasi suhu selama ±15 menit.
Pemberian Pakan
Selama pemeliharaan, pakan yang diberikan berupa pakan komersil pelet
apung berkadar protein 35,47%. Frekuensi pemberian pakan dilakukan empat kali
sehari, yaitu pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00 WIB, dengan pemberian pakan
sekenyangnya atau ad satiation.
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air pada penelitian ini terbagi menjadi dua sistem.
Perlakuan kontrol menggunakan pergantian air 50% setiap 3 hari sekali dan pada
perlakuan integrasi menggunakan pengaliran air yang kontinyu melalui sistem
resirkulasi dengan debit air 1,5 lpm. Seminggu sekali dilakukan pengurasan untuk
membuang bahan organik yang tidak terbuang, hingga tidak ada kotoran yang
mengendap di dasar, kemudian digantikan dengan air baru dari kolam nila dan
gurame. Analisis kualitas air juga dilakukan di laboratorium lingkungan
akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pengendalian Penyakit
Ikan lele yang terserang penyakit biasanya disebabkan oleh bakteri
Aeromonas hydrophila. Benih ikan lele yang terserang penyakit dapat

4
ditanggulangi dengan treatment air dengan perendaman ikan pada larutan Kalium
Permanganat (PK) sebanyak 1,5-3 ppm selama 30-60 menit, selain itu juga
melalui pemberian pakan campuran dengan obat menggunakan, cyprofish
sebanyak 3 g/kg pakan. Langkah yang dapat dilakukan untuk pencegahan
penyakit adalah menjaga kebersihan alat–alat yang digunakan, serta penggunaan
alat yang berbeda untuk benih sehat dengan benih yang yang telah terserang
penyakit.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian yaitu pengamatan pada ikan
yang dilakukan setiap seminggu sekali yang diukur panjang dan bobot ikan
sebanyak 30 ekor. Selain itu dilakukan pengamatan bakteri pada ikan yang
terserang penyakit, serta perhitungan ikan yang mati setiap hari, dan pengamatan
kelimpahan plankton pada bak pemeliharaan ikan lele pada akhir pemeliharaan,
dan dilakukan pengamatan cuaca jika terjadi hujan turun selama pemeliharaan.
Parameter dan Prosedur Pengolahan Data
Pertumbuhan Bobot Harian
Pertumbuhan bobot harian menunjukan pertambahan bobot perhari ikan
selama waktu pemeliharaan. Bobot rata-rata ikan awal ditimbang sebelum
perlakuan dan diukur bobot rata-rata ikan saat sampling dan panen dengan
pengambilan ikan sebanyak 30 ekor. Pertumbuhan bobot harian dapat dihitung
menggunakan rumus Hepher (1978).
̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
Keterangan :
̅̅̅̅
= Bobot rata – rata ikan akhir (g/ekor)
̅̅̅̅̅
= Bobot rata – rata ikan awal (g/ekor)
t
= Waktu (hari)
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju Pertumbuhan Harian menunjukkan persentase pertumbuhan bobot
harian ikan selama masa pemeliharaan. Bobot rata-rata awal ditimbang sebelum
perlakuan dan diukur pula bobot rata-rata saat sampling dan panen. Laju
pertumbuhan harian ikan yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Huisman (1987):


̅̅̅̅
̅̅̅̅̅

Keterangan :
LPH = Laju pertumbuhan harian (%/hari)
̅̅̅̅̅
= Bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g/ekor)
̅̅̅̅
= Bobot rata-rata ikan pada akhir percobaan (g/ekor)
t
= Lama pemeliharaan (hari)

5
Pertumbuhan Panjang
Pertumbuhan panjang menunjukan pertambahan panjang ikan selama waktu
pemeliharaan. panjang rata-rata ikan awal diukur sebelum perlakuan dan diukur
panjang rata-rata ikan saat sampling dan panen dengan pengambilan ikan
sebanyak 30 ekor. Pertumbuhan panjang dapat dihitung menggunakan rumus
Effendie (1997), yaitu
Keterangan
Lt
= Rata-rata panjang ikan pada hari ke-t (cm)
Lo
= Rata-rata panjang ikan pada hari ke-o (cm)
Koefisien Keragaman (KK)
Koefisien keragaman (KK) digunakan untuk membandingkan tingkat
keragaman dua populasi atau lebih. Koefisien keragaman diperoleh dengan cara
membagi nilai standar deviasi dengan rataan populasi, dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut (Steel dan Torrie 1980).

Keterangan : KK
SD
x

= Koefisien Keragaman
= Standar deviasi
= Rerata populasi

̅

Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup pada
akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar. Kelangsungan
hidup ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (1997), yaitu

Keterangan :
KH
= Kelangsungan Hidup (%)
Nt
= Jumlah ikan akhir (saat pemanenan) (ekor)
N0
= Jumlah ikan awal (saat penebaran) (ekor)
Biomassa Panen
Biomassa panen merupakan jumlah total bobot ikan saat panen akhir.
Biomassa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Effendi 2004).
̅̅̅̅

Keterangan :
̅̅̅̅
= Bobot rata-rata ikan saat panen (g/ekor)
Nt
= Populasi ikan saat panen (ekor)
Efisiensi Pemberian Pakan

Efisiensi pemberian pakan menunjukan seberapa banyak pakan yang
dimanfaatkan ikan dari total pakan yang diberikan, dihitung menggunakan rumus.

6
(

)

Keterangan :
EPP : Efisiensi Pemberian Pakan (%)
bt : Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
bo : Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
bm : Biomassa ikan yang mati pada waktu pemeliharaan (g)
Pa : Jumlah pakan yang diberikan (g)
Analisis Usaha
Analisis usaha bertujuan mengetahui potensi keuntungan yang didapat
dalam suatu usaha. Analisis usaha dihitung menggunakan rumus sebagai berikut
(Kasmir 2009).
Isolasi Bakteri Patogen
Isolasi bakteri patogen dilakukan apabila terdapat ikan lele yang terserang
penyakit dengan ciri-ciri ada luka pada kulit (borok) di sekitar tubuhnya. Sebelum
identifikasi bakteri disiapkan cawan petri dan media TSA (Trypticase Soy Agar).
Media TSA dibuat dari 4 gram TSA yang dicampurkan dengan 100 ml akuades
steril dan selanjutnya dipanaskan hingga media tersebut larut, kemudian
dimasukkan ke dalam cawan petri atau tabung dan disterilkan di autoklaf pada
suhu 120 0C selama 15 menit, lalu didinginkan hingga media mengeras.
Isolasi yang dilakukan pada ikan yang mati yaitu dengan menempelkan
kawat ose pada luka borok ikan lele, lalu digores pada media TSA. Selanjutnya
diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang, kemudian diamati koloni bakteri yang
tumbuh pada media TSA keesokan harinya, dan tahap selanjutnya dilakukan
identifikasi bakteri dengan uji biokimia.
Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 7 hari sekali selama 29 hari
pemeliharaan. Pengukuran kualitas air meliputi parameter fisik dan kimia air
seperti, suhu, DO, pH, TAN, amoniak, dan kekeruhan (Tabel 1).
Tabel 1 Parameter kualitas air
Parameter
Suhu
DO
pH
TAN
Amoniak
Kekeruhan

Satuan
o

C
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

Peralatan
Termometer
DO meter
pH meter
Spektrometer
Spektrometer
Turbidimeter

Metode
pengukuran
In Situ
In Situ
Eks Situ
Eks Situ
Eks Situ
Eks Situ

Waktu
pengukuran
Setiap hari
1 minggu sekali
1 minggu sekali
1 minggu sekali
1 minggu sekali
1 minggu sekali

Efisiensi Resirkulasi
Pengukuran efisiensi resirkulasi dilakukan untuk melihat kemampuan sistem
yang digunakan dalam menjaga kualitas air agar tetap dalam kondisi optimal.
Nilai efisiensi resirkulasi ditentukan dengan mengukur nilai TAN air yang akan

7
masuk kedalam sistem filter dan nilai TAN air yang telah keluar dari sistem filter.
Efisiensi kinerja resirkulasi dihitung dengan menggunakan rumus :
Efisiensi resirkulasi = ((Cout – Cin)/ Cout)) x 100%
Keterangan:
Cout = Nilai TAN pada air yang masuk ke sistem filter
Cin
= Nilai TAN pada air yang keluar dari sistem filter
Perhitungan nilai efisiensi resirkulasi dilakukan setiap satu minggu sekali
dengan mengukur nilai TAN pada inlet dan outlet dalam sistem resirkulasi yang
digunakan.
Kelimpahan Plankton
Nilai kelimpahan plankton diamati pada akhir pemeliharaan, untuk melihat
plankton yang terdapat pada media pemeliharaan dari perlakuan integrasi dan
perlakuan kontrol. Kelimpahan plankton diambil dengan menggunakan plankton
net, kemudian dilihat dibawah mikroskop menggunkan alat Sedgwick-Rafter Cell.
Nilai kelimpahan plankton dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Odum 1971).

Keterangan :

N
Vd
Vt
Vs
n
Fp

= Jumlah plankton (sel/liter)
= Volume air yang disaring (liter)
= Volume air tersaring (ml)
= Volume air pada Sedgwick-Rafter Cell (ml)
= Jumlah plankton terhitung
= Faktor pengenceran
Analisis Data

Hasil perhitungan data dianalisis menggunakan program Microsoft excel
2010 untuk penyajian grafik dan gambar. SPSS 17.0 digunakan untuk analisis uji
T pada selang kepercayaan 95%. Program tersebut digunakan untuk menentukan
ada tidaknya pengaruh terhadap pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan
harian, pertumbuhan panjang, koefisien keragaman, kelangsungan hidup,
biomassa, dan efisiensi pemberian pakan. Parameter kualitas air, analisis usaha,
identifikasi patogen, kelimpahan plankton, dan efisiensi resirkulasi dibahas secara
deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan uji statistik parameter pertumbuhan bobot harian, laju
pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang, biomassa, efisiensi pemberian pakan
tidak menunukan hasil yang berbeda nyata pada perlakuan lele kontrol dan lele
integrasi (P>0,05) (Tabel 2). Namun pada parameter koefisien kergaman dan
kelangsungan hidup menunjukan hasil yang berbeda nyata pada perlakuan lele
kontrol dan lele integrasi (P0,05).

Pertumbuhan Bobot

Bobot rata-rata (g/ekor)

Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele kontrol dan lele integrasi mengalami
peningkatan. Pertumbuhan bobot rata-rata paling cepat terjadi pada perlakuan lele
integrasi yaitu meningkat 6,25 kali lipat dari bobot awal, sedangkan pada
perlakuan lele kontrol meningkat 5,83 kali lipat dari bobot awal. Pertumbuhan
bobot rata-rata juga terjadi pada ikan nila dan ikan gurame yaitu meningkat
berturut-turut 3,42 dan 2,5 kali lipat dari bobot rata-rata awal (Gambar 1).
7
6
5
4
3
2
1
0

Lele kontrol
Lele integrasi
Nila
Gurame
1

8
15
22
29
Waktu pemeliharaan (Hari ke-)

Gambar 1 Bobot rata-rata ikan lele, nila dan gurame setiap minggu selama 29 hari
pemeliharaan.

9
Pertumbuhan Panjang

Panjang (cm)

Panjang rata-rata ikan lele selama pemeliharaan 29 hari terus meningkat
pada masing-masing perlakuan. Pertumbuhan Panjang paling cepat terjadi pada
perlakuan lele integrasi 1,9 kali lipat dari panjang rata-rata awal, sedangkan
pertumbuhan panjang rata-rata pada perlakuan lele kontrol yaitu meningkat 1,89
kali lipat dari panjang rata-rata awal (Gambar 2).
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

lele kontrol
lele integrasi
nila
gurame

1

8
15
22
Waktu Pemeliharaan (hari ke-)

29

Gambar 2 Panjang rata-rata ikan lele, nila dan gurame setiap minggu selama 29
hari pemeliharan.
Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup (%)

Kematian ikan lele terjadi selama penelitian. Kematian diawali pada hari ke5 dan terus meningkat tajam setelah terjadi hujan lebat pada hari ke 7 sampai hari
ke 18 (Lampiran 3). Untuk mengatasinya maka dilakukan pengendalian penyakit
dan perbaikan sudah terlihat pada hari ke-18. Dapat dilihat dari grafik
kelangsungan hidup pada hari ke-18 sudah mulai stagnan.
120

=Turun hujan

100

Kontrol 1

80

Kontrol 2

60

Kontrol 3

40

Integrasi 1

20

Integrasi 2
Integrasi 3

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829
Waktu pemeliharaan (Hari ke-)

Gambar 3 Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp.) selama 29 hari
pemeliharaan.

10
Identifikasi Bakteri Patogen
Berdasarkan hasil identifikasi koloni bakteri yang berasal dari luka borok,
koloni yang tumbuh pada media TSA adalah bakteri A. hydrophila. Berikut hasil
uji biokimia bakteri.
Tabel 3 Hasil uji biokimia pada koloni yang tumbuh pada media TSA
Jenis Uji Identifikasi
Pewarnaan gram
Bentuk koloni
Oksidatif fermentative
Katalase
Oksidase
Motilitas
Jenis bakteri

Luka Borok
Negatif
Basil
Fermentatif
Positif
Positif
Positif
Aeromonas hydrophila

Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan dari hari pertama sampai hari terakhir pada
perlakuan lele kontrol cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan lele integrasi.
Nilai rata-rata jumlah konsumsi pakan pada perlakuan kontrol dan perlakuan
integrasi berturut-turut adalah 3.930,89±1.088,64 g dan 3.299,44±1.475,70 g.

Jumlah Pakan (g)

5000
4000
3000
Lele kontrol

2000

Lele integrasi

1000
0
1

8
15
22
29
Waktu pemeliharaan (hari ke-)

Gambar 4 Jumlah konsumsi pakan ikan lele (Clarias sp.) selama 29 hari
pemeliharaan pada perlakuan kontrol dan perlakuan integrasi.
Berikut kapasitas produksi wadah pemeliharaan ikan lele pada perlakuan
sistem integrasi dan sistem yang non integrasi (kontrol), dapat dilihat bahwa pada
perlakuan kontrol memiliki nilai net dan gross yield lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan integrasi, namun tidak menjukan hasil yang berbeda nyata
(P>0,05). Produktivitas wadah disajikan pada Tabel 4.

11
Tabel 4 Produktivitas wadah pada pemeliharaan ikan lele pada perlakuan kontrol
dan perlakuan sistem integrasi
Parameter
2

Kolam (m )
Tebar
Densitas (ekor/m2)
Total tebar
Bobot rata-rata (g/ekor)
Biomassa (kg)
Panen
SR (%)
Bobot rata-rata (g/ekor)
Biomassa (kg)
Pertumbuhan
Bobot rata-rata
pertumbuhan (g/ekor)
Biomassa pertumbuhan
(kg)
Net yield (kg/m2/siklus)
Gross yield
(kg/m2/siklus)

Kontrol
Lele
3

Lele
3

Integrasi
Nila
70

Gurame
70

667
2000
0,92±0,1
1,84±0,2

667
2000
0,97±0,2
1,93±0,4

24
1680
1,21±0,3
2,03

10
700
0,22±0,05
0,154

49±12,62a
5,48±2,32
5,14±1,73a

35,62±2,5b
5,86±3,18
4,12±2,28a

79,94
4,15±1,41
5,6

96,43
0,55±0,15
0,371

4,56±2,23

4,89±3,01

2,94

0,33

3,31±1,64

2,27±1,96

3,57

0,217

1,10±0,55a

0,76±0,65a

0,051

0,0031

1,71±0,58a

1,40±0,76a

0,08

0,0053

Ket: huruf superscript yang sama dibelakang standar deviasi menunjukan hasil yang tidak
berbeda nyata (P>0,05).

Analisis Usaha
Analisis usaha pada penelitian ini diamati pada saat akhir pemeliharaan atau
panen. Nilai keuntungan didapatkan dengan cara mencari selisih antara total biaya
produksi dengan pendapatan. Berdasarkan hasil yang dapat bahwa pada perlakuan
lele kontrol mendapatkan hasil negatif atau rugi sebesar Rp -68.304,83 namun
pada perlakuan lele integrasi mendapatkan keuntungan sebesar Rp 477.832,04.
Analisis usaha terperinci disajikan pada (Lampiran 4). Nilai analisis usaha
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Analisis usaha pada akhir pemeliharaan

Lele kontrol

Biaya
operasional
(Rp)
803.304,83

Biaya
lainnya
(Rp)
0

Lele integrasi

1.210.678,16

57.840

Perlakuan

Total Biaya
(Rp)
803.304,83
1.199.768.16

Pendapatan Keuntungan
(Rp)
(Rp)
735.000

-68.304,83

1.677.600.2 477.832.04

12
Kualitas Air
Kualitas air selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran optimal untuk
pertumbuhan ikan lele. Berikut merupakan nilai kualitas air pada masing-masing
perlakuan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Kisaran nilai kualitas air ikan lele selama pemeliharaan
Parameter
Kualitas air
Suhu (0C)
DO (mg/l)
pH
TAN (mg/l)
Amoniak
(mg/l)
Kekeruhan
(Ntu)

Perlakuan
Lele kontrol
25-33
0,6-8,9
7,25-7,75
0,95-3,05

Lele integrasi
25,5–33
1-7,7
7,28-7,75
0,25-3,27

Inlet
26–34
3-9,4
7,75–8
0,12-2,32

Outlet
26-34
3-7,6
7,46-7,75
0,38-2,32

Pustaka*
25-301
> 1,02
6,5-8,53
1,37-2,24

0,023-0,106

0,007-0,106

0,005-0,106

0,012-0,106

< 0,055

47-256

30–66

47–100

37-69

*Kisaran yang baik menurut pustaka
(BSN 2000)1, (BBAT 2005)2, (BSN 2000)3, (WHO 1992 dalam Effendi 2003)4, (Peteri
et al. 1992 dalam Effendi 2003)5.

Efektivitas Resirkulasi
Nilai rata-rata efektivitas resirkulasi selama pemeliharaan sebesar 23,14%,
hasil dan nilai efektivitas resirkulasi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Efektivitas resirkulasi (%) selama pemeliharaan
Pengukuran
ke1
2
3
4
5
Rerata

Nilai TAN Inlet
(mg/l)
2.32
0.54
1.22
0.30
0.12
0.90

Nilai TAN outlet
(mg/l)
2.32
0.38
2.17
0.43
0.73
1.21

Nilai efektivitas
resirkulasi (%)
0
-42.11
43.91
30.59
83.33
23.14

Kelimpahan Plankton
Kelimpahan plankton diukur menggunakan alat Sedgwick-Rafter Cell dan
buku identifikasi plankton air tawar (Needham dan Needham 1962) dengan
demikian didapatkan kelimpahan suatu perairan. Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan kelimpahan plankton pada akhir pemeliharaan. Pada perlakuan lele
kontrol terdapat kelimpahan plankton yang cukup tinggi dibandingkan dengan lele
integrasi. Fitoplankton yang mendominasi pada perlakuan kontrol yaitu Ulotrix sp.
dengan jumlah 6.735.000 sel/liter. Kelimpahan plankton disajikan pada tabel 8.

13
Tabel 8 Kelimpahan plankton pada bak pemeliharaan ikan lele (Clarias sp.) pada
akhir pemeliharaan
Kelas

Chlorophyceae
(Green algae)

Cyanophyceae
(Blue green algae)
Bacillariophyceae
Euglenophyceae

Genus
Ulotrix sp.
Scenodesmus sp.
Richterella sp.
Pediastrum sp.
Selenastrum sp.
Chlorella sp.
Colastrum sp.
Actinastrum sp.
Spirogyra sp.
Asterococcus sp.
Tetraedron sp.
Spirulina sp.
Oscilatoria sp.
Navicula sp.
Phacus sp.
Westela sp.
Total

Lele kontrol
(sel/liter)
6.735.000
448.000
512.000
375.000
107.000
189.000
1.554.000
600.000
29.000
0
32.000
163.000
1.700.000
31.000
0
988.800
13.463.800

Lele integrasi
(sel/liter)
8.900
68.300
0
38.300
0
6.000
0
1.900
0
1.800
1.600
1.000
0
0
1.700
41.200
170.700

Pembahasan
Pertumbuhan ikan pada penelitian ini dilihat dari pertumbuhan panjang dan
pertumbuhan bobot harian. Berdasarkan dua parameter tersebut ikan lele, nila dan
gurame selama pemeliharaan mengalami pertumbuhan (Gambar 1). Menurut
Haris (2012) mendederkan ikan lele berukuran 1,415±0,104 g dengan lama
pemeliharaan 21 hari menghasilkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
lele berturut-turut 50,57%-77,63% dan 10,07%-11,17%. Sedangkan menurut BSN
(2000) pendederan benih lele dengan ukuran benih awal 3-5 cm (1-1,5 g) dengan
lama pemeliharaan 14 hari akan menghasilkan ikan lele berukuran 5-8 cm (2-5 g)
dengan laju pertumbuhan sekitar 8% dan kelangsungan hidup sebesar 80%. Pada
penelitian ini pertumbuhan ikan lele lebih kecil dibandingkan dengan penelitian
Haris (2012). Menurut Kordi (2009) pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal, diantaranya, sifat keturunan, seks, dan umur,
sedangkan faktor eksternal, yaitu lingkungan perairan, pakan dan penyakit.
Dewasa ini kualitas benih ikan lele di pasaran beragam, sehingga pemerintah
melakukan perbaikan-perbaikan yang menghasilkan adanya strain lele dengan
nama-nama tertentu, seperti lele sangkuriang, dan paiton. Diduga sumber benih
yang berbeda bisa menyebabkan terjadinya perbedaan pertumbuhan ikan ini
dibanding penelitian-penelitian sebelumnya. Walaupun demikian, selama
pemeliharaan, ikan lele dalam peneltian ini juga telah mengalami serangan
penyakit, yang telah teridentifikasi sebagai Aeromonas hydrophila. Serangan
penyakit ini menyebabkan penurunan nafsu makan, dan sebagai bentuk usaha ikan
dalam menyesuaikan diri terhadap gangguan yang ada, ikan akan menggunakan

14
seluruh cadangan energinya, namun jika gangguan itu terus menerus berlangsung,
energi cadangan pada ikan akan habis dan ikan akan menjadi lemah, sehingga
berakibat ikan menjadi sakit atau mati (Irianto 2005). Hal ini tidak saja
menyebabkan pertumbuhan ikan pada penelitian ini terhambat, bahkan berlanjut
pada kematian.
Nilai koefisien keragaman pada ikan lele kontrol lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan integrasi. Menurut Lovell (1989) jika ukuran beragam,
kesempatan mendapatkan makanan akan berbeda, yaitu benih yang berukuran
besar mendapatkan kesempatan mengusai makanan dari pada ikan kecil karena
ditunjang ukuran tubuhnya. Secara fisiologis ikan lele merupakan ikan yang
agresif, sehingga akan terbentuk sifat dominasi dalam wadah pemeliharaan. Ikan
yang lebih agresif akan lebih banyak mendapatkan makanan sehingga
pertumbuhan lebih cepat dibanding dengan yang lainnya dan perbedaan ukuran
pada ikan lele sangat memungkinkan untuk terjadinya kanibalisme. Diduga pada
penelitian ini keragaman panjang ikan lele integrasi lebih rendah karena ikan lele
yang berukuran kecil habis dimakan oleh ikan lele yang berukuran yang besar.
Tingkat kelangsungan hidup merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam usaha perikanan baik dari pembenihan, pendederan maupun
pembesaran, tingkat kelangsungan hidup bisa dijadikan salah satu keberhasilan
dalam suatu usaha, namun dalam penelitian ini tingkat kelangsungan hidup ikan
lele sangat rendah, seperti dapat dilihat pada Gambar 3. Jika dilihat dari kematian
ikan lele, terjadi kematian massal pada hari ke-7 sampai hari ke-17 terutama pada
pagi hari, jika dilihat dari pengamatan cuaca terjadi turun hujan pada hari ke-7
sampai hari ke-11, dan jika dilihat dari data suhu yang didapatkan bahwa pada
turun hujan suhu bak pemeliharaan ikan lele berkisar antara 25-27 oC pada pagi
hari (Lampiran 5). Menurut (Zonneveld et al. 1991) sifat ikan merupakan
poikilotermis. Sifat ini mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme setelah air
mengalami penurunan suhu. Kegiatan sistem kekebalan ikan juga bergantung pada
suhu. Hasil identifikasi bakteri yang dilakukan dengan pengambilan ikan yang
sakit yang di isolasi dari luka borok dengan menggunakan media TSA
memperlihatkan adanya koloni bakteri yang tumbuh dan setelah diidentifikasi
koloni tersebut merupakan bakteri A. hydrophila (Tabel 3). Menurut Irianto
(2005) A. hydrophila merupakan bakteri yang bersifat oportunis, yaitu jarang
menyerang pada ikan yang sehat tetapi dapat menginfeksi pada saat sistem
pertahanan tubuh ikan sedang menurun akibat stres. Penelitian ini tingkat
mortalitas ikan lele pada perlakuan integrasi lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan kontrol (Lampiran 3). Hal ini diduga pada perlakuan integrasi air yang
digunakan secara terus menerus (resirkulasi) dan menggunakan sumber air yang
sama sehingga pada saat satu bak terkena penyakit maka akan tersebar ke bak
yang lainnya, dan didukung dengan keadaan ikan pada metabolisme yang rendah
akibat suhu ditambah dengan sifat ikan lele yang kanibal sehingga ikan lele lebih
mudah terluka pada saat berkelahi dengan demikian penyakit lebih mudah masuk
ke dalam tubuh ikan.
Ikan nila dan ikan gurame yang dipelihara sebagai biofilter menunjukan
hasil kelangsungan hidup yang cukup tinggi, seperti dapat dilihat pada Tabel 2,
namun tingkat kelangsungan hidup pada ikan nila dan ikan gurame seharusnya
bisa lebih tinggi. Selama pemeliharaan tidak tampak ikan nila atau ikan gurame
yang mati, namun jumlah berkurang, hal ini diduga adanya predator atau hewan

15
lain disekitar wadah pemeliharaan. Pencegahan untuk menghindari predator
burung dan kekelawar telah dilakukan dengan memasang benang yang terbentang
disekitar kolam pemeliharaan, namun predator darat, seperti kadal, kodok dan
hewan lainnya tidak dapat diatasi, karena penelitian ini dilakukan di lapang.
Informasi penting dari penelitian ini adalah walaupun ikan lele mengalami
serangan penyakit yang hebat, tetapi penyakit ini tidak menular pada ikan nila dan
gurame, baik dilihat dari gejala maupun kerusakan fisik.
Para pembudidaya biasanya dihadapkan pada permasalahan rendahnya
efisiensi pakan, karena jumlah total pakan yang diberikan diduga menghasilkan
lebih banyak limbah dari pada yang diretensi menjadi daging. Penelitian ini
jumlah pakan pada perlakuan kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
integrasi (Gambar 4), demikian juga pada biomassa ikan lele kontrol lebih besar
dibandingkan dengan lele integrasi (Tabel 2), dengan demikian produktivitas
wadah net dan gross yield pada ikan lele perlakuan kontrol lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan integrasi, namun tidak menunjukan hasil yang
berbeda nyata terhadap kedua perlakuan. Ikan membutuhkan energi untuk
pertumbuhannya, semakin banyak energi yang diperlukan, maka semakin banyak
jumlah pakan yang diperlukan untuk dikonsumsi. Menurut Watanabe (1988) nilai
efisiensi pakan menunjukan jumlah pakan yang menghasilkan energi dan dapat
dimanfaatkan oleh ikan untuk kebutuhan kelangsungan hidup atau maintenance
dan sisanya untuk pertumbuhan. Mengingat pada penelitian ini adanya serangan
bakteri sehingga ikan memerlukan banyak energi untuk bertahan hidup, oleh
karena itu nilai efisiensi pemberian pakan sangat rendah pada penelitian ini.
Limbah pendederan ikan lele pada perlakuan integrasi dialirkan ke dalam
wadah pendederan ikan nila dan gurame sebagai komoditas tambahan. Hasil yang
didapatkan cukup menjanjikan, pada perlakuan integrasi menghasilkan
pertumbuhan bobot harian pada ikan nila dan gurame berturut-turut 0,10 g/hari
dan 0,01 g/hari. Jika hasil biomassa yang diperoleh pada pendederan ikan lele
digabungkan dengan hasil biomassa yang didapat pada pendederan ikan nila dan
gurame, maka secara otomatis akan meningkatkan nilai efisiensi pemberian pakan
sebesar 38,99%.
Peningkatan efisiensi pemberian pakan pada perlakuan integrasi secara tidak
langsung akan meningkatkan ekonomi dari sistem yang terintegrasi, hasil
perhitungan dari analisis usaha pada perlakuan integrasi mendapatkan keuntungan
dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang mendapatkan kerugian. Hasil yang
diperoleh, pada sistem pendederan yang terintegrasi mampu menyelamatkan
kerugian pada pendederan ikan lele walaupun harus ada wadah terpisah untuk
pendederan ikan nila dan ikan gurame sebagai biofilter, sehingga ikan nila dan
gurame dapat hidup pada kualitas air yang dapat ditolerir dan sistem ini mampu
memberikan efek positif terhadap efek negatif yang ditimbulkan oleh serangan
penyakit pada pendederan ikan lele.
Secara keseluruhan parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini
masih berada pada kisaran yang optimum untuk menunjang pemeliharaan ikan
lele, namun perbedaan antara perlakuan lele kontrol dan lele integrasi jika dilihat
dari beberapa parameter, perlakuan lele integrasi menunjukan nilai kualitas air
yang lebih baik dibandingkan dengan lele kontrol (Tabel 6). Budidaya intensif erat
kaitannya dengan kandungan oksigen terlarut, karena oksigen terlarut merupakan
salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya di dalam air tidak

16
mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segala aktifitas biota akan terhambat.
Pada penelitian ini perlakuan kontrol memiliki kadar oksigen terlarut lebih rendah
dari perlakuan integrasi (Lampiran 6). Melalui pengamatan yang dilakukan setiap
jam 6 pagi, perlakuan kontrol memiliki nilai oksigen terlarut terendah sebesar 0,6
mg/l dan pada perlakuan lele integrasi nilai oksigen terlarut terendah sebesar 1
mg/l, namun pada pengukuran yang dilakukan pada siang hari oksigen terlarut
pada perlakuan kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan integrasi yaitu 8,9 mg/l
dan 7,7 mg/l. Menurut Boyd (1989) dalam kolam dan tambak fitoplankton
merupakan penghasil oksigen yang baik namun juga konsumer oksigen yang besar
pada malam hari. Jika dilihat dari kepadatan plankton pada perlakuan kontrol
memiliki kepadatan yang tinggi yaitu sebesar 13.463.800 sel/liter dibandingkan
dengan integrasi sebesar 170.700 sel/liter. Menurut Kordi dan Tancung (2007)
rendahnya kadar oksigen dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan
lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Namun nilai
oksigen terlarut yang kecil tersebut masih bisa ditolerir oleh ikan lele. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Zonneveld et al. (1991) bahwa ikan lele memiliki alat
pernapasan tambahan berupa arborescent organ yang memungkinkan benih ikan
lele untuk mengambil oksigen secara langsung dari udara.
Kadar amoniak pada setiap perlakuan selama massa pemeliharaan sangat
berfluaktif selama pemeliharaan pada perlakuan lele kontrol nilai amoniak lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lele integrasi (Lampiran 6). Ini karena pada
bak lele integrasi dilakukan pergantian air terus menerus sehingga amoniak, dan
sisa kotoran yang ada di dasar bak akan mengalir ke wadah filter yaitu kolam ikan
nila dan gurame. Menurut Haris (2012) pengaliran air dengan sistem resirkulasi
dapat membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Saptoprabowo (2000) dengan aliran air dalam sistem resirkulasi dapat
membantu mengangkut kotoran-kotoran fisik seperti feses dan sisa pakan. Pada
penelitian ini kandungan nilai TAN pada inlet (air masuk ke wadah pemeliharaan)
memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai TAN pada outlet, hal
ini dapat dilihat bahwa pada sistem resirkulasi mampu menurunkan kadar TAN
sebesar 23,14% (Tabel 7). Ini menunjukan bahwa kolam ikan nila dan ikan
gurame memberikan hasil yang positif terhadap sistem terintegrasi.
Menurut Kordi dan Tancung (2007) kekeruhan yang baik adalah kekeruhan
yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton, bila kekeruhan disebabkan
oleh plankton, maka kekeruhan mencerminkan jumah individu plankton yaitu
jasad renik yang melayang dan selalu mengikuti gerakan air. Keberadaan plankton
dalam ekosistem perairan tidak dapat diabaikan. Menurut Korkakin (1997) dalam
Kordi dan Tancung (2007) bahwa fitoplankton dapat mengurangi metabolit
nitrogen atau fospat melalui proses fotosintesis. Metabolit yang diserap tentu
berupa NO3 atau PO4. Senyawa NO3 diketahui sebagai hasil oksidasi amoniak
atau nitrit sehingga apabila nitrit diserap maka toksitas NH3 dan NO2 akan
berkurang dalam kondisi aerobik. Penelitian ini plankton yang tumbuh lebih
banyak pada perlakuan lele kontrol dibandingkan dengan lele integrasi yaitu
berturut-turut 13.463.800 sel/liter dan 170.700 sel/liter. Hal ini dikarenakan pada
perlakuan integrasi, fitoplankton yang ada dimanfaatkan oleh ikan nila dan ikan
gurame menurut Rizki dalam publikasi (2013) makanan utama ikan nila adalah
Scenedesmus sp. (68,40%), makanan pelengkap adalah detritus (21,40%), dan
sisanya merupakan makanan tambahan. Pada perlakuan integrasi fitoplankton

17
yang mendominasi adalah Scenedesmus sp. 68.300 sel/liter. Spesies yang
mendominasi pada perlakuan lele kontrol adalah fitoplankton Ulothrix sp. sebesar
6.735.000 sel/liter, yang merupakan jenis dari chlorophyceae (green algae).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kelangsungan hidup ikan lele pada sistem pendederan yang diintegrasikan
dengan ikan nila dan gurame, lebih rendah dari perlakuan tanpa integrasi (kontrol).
Walaupun demikian pertumbuhan, biomassa dan produktivitas wadah ikan lele
yang sama, serta adanya tambahan komoditas ikan nila dan gurame yang diikuti
dengan efisiensi pakan kumulatif dan keuntungan ekonomis yang lebih tinggi,
menyebabkan secara umum pendederan integrasi menghasilkan produktivitas
budidaya yang lebih tinggi dibanding perlakuan tanpa integrasi (kontrol).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan menggunakan benih yang
berkualitas, agar tidak terjadi kematian yang tinggi pada pendederan ikan lele,
sehingga sistem integrasi ini dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-6484.4: Produksi Benih Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas Benih Sebar. Jakarta
(ID): BSN.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan (ID). 2013. Data Statistik Perikanan
Budidaya
[internet].
[diunduh
Juni
2013].
Tersedia
pada:
http://www.kkp.go.id.
BBAT [Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi]. 2005. Budidaya Ikan Lele
Sangkuriang. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Boyd CE. 1989. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourts Printing.
Alabama (US): Auburn University Agricultural Experiment Station. 359 p.
DJPB-KKP 2011. Target Sasaran Produksi Menurut Komoditas Uta