Studi Karakteristik Pertumbuhan Anak Usia Sekolah di Provinsi Jawa Barat

STUDI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ANAK USIA
SEKOLAH DI PROVINSI JAWA BARAT

SITI HAJAR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ABSTRACT
SITI HAJAR. Growth Characteristics Study of School Age Children in West Java
Province. Under the guidance of Hidayat Syarief and Ikeu Ekayanti.
The problem of malnutrition in school age children is characterized by a
condition of body weight and height which are below standard. This condition will
have adverse effects in adulthood that is characterized by a stunted and low
ability levels. The purpose of this research was to study analysis growth
characteristic of school age children in West Java Province (limited to Garut,
Bandung, and Cirebon district). A cross sectional study designed was
implemented and a set of data of Riskesdas 2007 was used in the study. Data
was analyzed using Microsoft Exel 2007 for windows and Statistical Program for

Social Science (SPSS) 16.0. Data include the characteristics of the sample’s
families (families size, parental education, parental employment, and household
income); the characteristics of school age children (age, sex, weight, height,
energy consumption, and protein consumption); the families of physical
environment and infectious diseases. Weight for age (W/A), height for age (H/A)
and body mass index for age (BMI/A) index were used to measure school age
children nutritional status. Based on indicator of W/A, the result of this analysis
were the factors that influence nutritional status in the Garut district the amount of
income by 3.4%. As for H/A no factors affected. Based on BMI/A indicators,
factor that were influential were the protein consumtion. The results of the
analysis in Bandung district, based on indicators W/A and BMI/A were indicated
that the number of families amounted to 1.5% and 1.1%. Based on indicators of
H/A no factors effected. In the Cirebon district, based on W/A indicator, factors
that were influential were the amount of income, protein consumption, and the
head of the family’s education by 12.4%, and based on H/A and BMI/A that were
influential were the amount of income by 3.2% and 2.8%.

Keywords: School age children, weight for age, height for age, body mass index
for age.


RINGKASAN
SITI HAJAR. Studi Karakteristik Pertumbuhan Anak Usia Sekolah di Provinsi
Jawa Barat. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan IKEU EKAYANTI.
Pembangunan nasional bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia secara berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping
penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan pangan dan
gizi dapat merusak kualitas sumber daya manusia (SDM). Depkes (2000)
menyatakan bahwa kualitas SDM ditentukan oleh keberhasilan tumbuh kembang
pada masa anak-anak. Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa,
kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini.
Menurut Kodyat (1995) kekurangan gizi pada anak usia sekolah mempunyai
dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan pada bentuk fisik yang
lebih kecil dan tingkat kemampuan yang rendah.
Masalah gizi yang paling sering ditemukan pada anak usia sekolah,
tercermin dari keadaan berat badan dan tinggi badan yang berada di bawah nilai
standar. Keadaan ini lebih sering terjadi di negara-negara berkembang (Jellief
1971). Penilaian status gizi anak sekolah dilakukan dengan pengukuran
antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan anak sekolah
mempunyai korelasi dengan keadaan sosial ekonomi penduduk, dan dapat

memberikan gambaran umum mengenai keadaan dan gizi masyarakat (Abunain
et al. 1994). Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi anak usia sekolah
laki-laki dan perempuan kurus berturut-turut adalah 13,3% dan 10,9%,
sedangkan prevalensi anak usia sekolah laki-laki dan perempuan gemuk
berturut-turut adalah 9,5% dan 6,4% (Depkes 2008). Berdasarkan data yang
sudah dipaparkan diatas, maka terlihat adanya masalah pertumbuhan pada
kelompok anak usia sekolah yang dilihat dari hasil pengukuran antropometri.
Masalah yang terjadi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sehingga untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dan berpengaruh terhadap status gizi anak usia sekolah dilakukan
penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross
sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu,
dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Pemilihan
daerah dilakukan secara purposive, yaitu diambil tiga kabupaten di Provinsi Jawa
Barat yang memiliki topologi daerah yang berbeda. Contoh yaitu semua anak
berusia 6-12 tahun yang mempunyai kelengkapan data untuk diteliti. Jumlah
contoh dalam penelitian ini sebanyak 1323 orang. Jumlah responden dari setiap
kabupaten adalah: Kabupaten Garut 380 orang, Kabupaten Bandung 533 orang
dan Kabupaten Cirebon 410 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi anak usia sekolah
berdasarkan indikator BB/U di ketiga kabupaten sebagian besar berada pada
kondisi normal, untuk Kabupaten Garut 57,1%, Kabupaten Bandung 52,9% dan
Kabupaten Cirebon 48,5%. Berdasarkan Indikator TB/U, status gizi anak usia
sekolah sebagian besar tergolong normal di Kabupaten Garut (53,4%),
Kabupaten Bandung (73,4%) dan Kabupaten Cirebon (72,0%). Sedangkan untuk
status gizi pendek di Kabupaten Garut memiliki persentasi yang besar
dibandingkan dengan dua kabupaten lain yaitu sebesar 43,9%. Berdasarkan
indikator IMT/U, status gizi anak di ketiga kabupaten sebagian besar berada

ii

pada status gizi normal yaitu di Kabupaten Garut 73,7%, Kabupaten Bandung
83,5% dan Kabupaten Cirebon 77,1%.
Hasil analisis konsumsi energi contoh di ketiga kabupaten menunjukkan
bahwa sebagian besar tingkat konsumsi mengalami defisit tingkat berat dengan
nilai persentase masing-masing sebesar 35,7 (Kabupaten Garut), 41,4
(Kabupaten Bandung) dan 38,5 (Kabupaten Cirebon), sedangkan tingkat
konsumsi protein/kapita contoh di ketiga kabupaten sebagian besar tergolong ke
dalam tingkat kecukupan yang lebih. Penilaian terhadap kesehatan lingkungan

keluarga di ketiga kabupaten, hasilnya menunjukkan bahwa kesehatan
lingkungan keluarga contoh termasuk kedalam kondisi yang baik. Penilaian
terhadap penyakit infeksi yaitu menunjukkan bahwa contoh yang terkena infeksi
di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung secara berturut-turut sebesar
19,2% dan 9,4% lebih sedikit dibandingkan dengan Kabupaten Cirebon yaitu
sebesar 30,5%.
Analisis ragam berdasarkan indikator BB/U di ketiga kabupaten
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan (p>0,1). Hasil analisis ragam
terhadap indikator TB/U menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dua kabupaten
(p