Pengaruh Tayangan Edukatif Terhadap Kreativitas Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di SD Harapan III Medan

(1)

PENGARUH TAYANGAN EDUKATIF TERHADAP

KREATIVITAS VERBAL PADA ANAK USIA SEKOLAH

DI SD HARAPAN III MEDAN

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi

Oleh :

PRAMITHA AULIA

051301064

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Februari 2009

Pramitha Aulia : 051301064

Pengaruh Tayangan Edukatif TelevisiTerhadap Kreativitas Verbal Anak Usia Sekolah di SD Harapan III Medan

1xxx + 78 Halaman + 14 Tabel + 1 Gambar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tayangan edukatif televisi terhadap kreativitas verbal pada anak usia sekolah di SD Harapan III Medan. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh tayangan edukatif terhadap kreativitas verbal pada anak usia sekolah di SD Hrapan III Medan. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas 4 SD Harapan III Medan sebanyak 44 orang subjek. Untuk memperoleh data digunakan Tes Kreativitas Verbal dari Munandar. Analisis data menggunakan uji t yaitu Paired-Sample t-test. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tayangan edukatif terhadap kreativitas verbal pada anak usia sekolah di SD Harapan III Medan yang ditunjukkan dengan nilai t (-19,461) > t-tabel (2,021). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan mean yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa tayangan edukatif pada kelompok eksperimen. Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa tayangan edukatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kreativitas verbal pada anak usia sekolah di SD Harapan III Medan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Subhanallahu Wata’ala

yang telah memberikan begitu banyak rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya

dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian

akhir, guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata (S-1) di Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara dengan judul ”Pengaruh Tayangan Edukatif Televisi

Terhadap Kreativitas Verbal pada Anak Usia Sekolah di SD Harapan III Medan”.

Tak lupa shalawat beriring salam saya haturkan kepada Baginda Rasulullah

Muhammad SAW, yang Insya Allah menjadi suri teladan dalam setiap langkah

kehidupan kita semua.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibunda

tercinta, Hj. Ramlina, BA; dan Ayahanda tersayang H.Drs. Syamsul Bahri, MBA

atas segala cinta, kasih sayang, do’a serta dukungannya baik moril maupun

materil yang selalu menyertai langkah penulis walaupun berada jauh di kota yang

terpisah. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan kebahagiaan kepada keduanya,

di dunia maupun di akhirat. Tak lupa pula kepada adik-adikku, Achmad Andhika

Nugraha dan Nurul Astria Putri yang selalu memberikan kekuatan dan menjadi

penghibur di saat-saat penuh tantangan serta orang-orang yang selalu membantu

dalam rangka menyelesaikan skripsi ini, kak Nur, Reni dan Hafidz. Semoga kita

selalu berada dalam lindungan-Nya dan menjadi keluarga yang harmonis dan

saling mendukung satu sama lain. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan


(4)

1. Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A.(K), selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima

kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan atas segala do’a, dukungan,

masukan, kritikan, perhatian, energi,waktu serta motivasi yang telah ibu

berikan; atas referensi buku dan bahan lainnya yang telah dipinjamkan,

bimbingan dan dukungan moril serta kebersediaan ibu untuk mendengarkan

cerita-cerita saya dan pengertian ibu atas semua yang terjadi pada saya.

Terima kasih banyak ya bu.

3. Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, S.Psi, psikolog, selaku dosen penguji skripsi.

Terima kasih atas segala perhatian dan bantuan dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

4. Ibu Etti Rahmawati, M.Si selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih atas

perhatian, waktu yang diluangkan serta bimbingan ibu mengenai metode

penelitian dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Desvi Yanti Mukhtar, M.si dan Ibu Sri Supriantini, M.Si, psikolog.

Terima kasih karena telah memberi perhatian dan masukan-masukan pada saat

seminar.

6. Abang Tarmidi, M.Psi dan Kakak Fasti Rola, M.Psi. Terima kasih telah

memberikan perhatian dan bimbingan serta mau meluangkan waktu untuk

berdiskusi mengenai penulisan skripsi ini.

7. Ibu Raras dan Kak Arliza. Terima kasih atas bantuannya dan kerelaannya


(5)

8. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Psikologi USU atas segala

ilmu dan bantuan yang diberikan selama perkuliahan: Pak Iskandar, Pak

Aswan, Pak Wanto, Kak Ari, Kak Devi, Bang Ali, Bu Ila dan Bu Ida yang

selama ini membantu dalam urusan administrasi. Terima kasih ya.

9. Sahabat sejati ’soulmate’ yang selalu menemaniku dalam suka dan duka; Hario Fajar Wirawan. Terima kasih atas segala dukungan waktu, nasehat,

masukan dan kritikan yang selama ini diberikan. Maafkan jika dalam proses

penulisan skripsi ini dirimu menjadi agak terabaikan. ”Maafin ya..”.

10.Terima kasih yang sangat kepada 9 orang sahabat terbaikku (desti, acid, roro,

kinan, enoq, mirna, vicky, sevi, dan eca) yang selalu bersedia menemaniku,

memberi semangat, memberi masukan. Mitha janji akan menyelesaikan buku

kita (10 Sahabat di Dunia ”Nyata”)..teman-teman.!! Semangat ya...semoga

kalian sukses selalu.

11.Terima kasih kepada senior dan teman yang telah membantu (B’Fahmi, B’zul,

B’Ronal, K’Nesya, K’yola, Eliza, Elfina, Ika, Sofia) dan semua orang yang

selama ini selalu mendukungku.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan.

Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua

pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Medan, Februari 2009

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar... ix

Daftar Lampiran... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Identifikasi Permasalahan ... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas ... 13

1. Pengertian Kreativitas ... 13

2. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ... 15

a. Faktor Internal ... 15

b. Faktor Eksternal ... 15

3. Kreativitas Verbal ... 19

4. Karakteristik Anak dengan Kreativitas Verbal yang baik... 21


(7)

1. Pengertian Televisi ... 22

2.Tayangan Edukatif Televisi ... 23

3. Menonton Tayangan Edukatif pada Anak ... 26

C. Anak Usia Sekolah ... 27

D. Pengaruh Tayangan Edukatif Terhadap Peningkatan Kreativitas Verbal pada Anak Usia Sekolah ... 28

E. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A.Identifikasi Variabel... 31

B. Defenisi Operasional ... 32

1. Kreativitas Verbal... 32

2. Menonton Tayangan Edukatif... 33

C. Rancangan Penelitian ... 36

D. Teknik Kontrol ... 36

E. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 37

1. Populasi dan Sampel ... 37

2. Metode Pengambilan Sampel ... 38

F.Instrumen dan Alat Ukur ... 39

1. Instrumen... 39

2. Alat Ukur... 39

a. Kuesioner Awal... 39

b. Tes kreativitas Verbal ... ... 40

G. Validitas dan Reliabilitas.. ... 47


(8)

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 48

2. Perizinan ... 50

3. Uji Coba Perlakuan ... . 50

4. Pelaksanaan Penelitian ... 53

5. Tahap Pengolahan Data ... 58

I. Metode Analisa Data ... 58

BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA A. Gambaran Subjek Penelitian... 60

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia... 60

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Kelas... 61

B. Hasil Utama Penelitian ... 62

1. Uji Asumsi ... 62

2. Uji Analisa Data... 64

a.Kreativitas Verbal ... 64

b.Rata-rata Empirik dan Rata-rata Hipotetik ... 66

c.Kategori Skor Kreativitas Verbal... 68

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN A. Kesimpulan... 70

B. Diskusi... 71

C. Saran... 72

1.Pihak Subjek(Anak) ... 72

2.Pengembangan Penelitian ... 72


(9)

4.Guru ... 73


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Acara Beberapa Tayangan Edukatif di Sejumlah Stasiun

Televisi ... 25

Tabel 2. Rancangan Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design... 36

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Rancangan Penelitian... 52

Tabel 4. Hasil Analisa Data Uji Coba Rancangan Penelitian ... 53

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 57

Tabel 6. Penyebaran subjek berdasarkan usia... 60

Tabel 7. Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin... 61

Tabel 8. Penyebaran Subjek berdasarkan Kelas... 61

Tabel 9. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Uji Normalitas... 63

Tabel 10. Hasil Uji Paired Sample t-test... 64

Tabel 11. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Skor Kreativitas verbal pada Pretest... 67

Tabel 12. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik SkorKreativitas verbal pada Pretest... 67

Tabel 13.Norma Kategorisasi Skor Kreativitas Verbal... 68


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A... xi

• Data Subjek Uji Coba Penelitian... xii

• Skor Tes Kreativitas Verbal (Pretest)... xiii

• Skor Tes Kreativitas Verbal (Posttest)... xiii

Mean Pretest Uji Coba Penelitian... xiv

Mean Posttest Uji Coba Penelitian... xiv

Paired Sample T-Test Uji Coba Penelitian... xv

Lampiran B... xvi

Data Populasi Penelitian... xvii

• Tabel Angka Random... xx

• Data Subjek Penelitian... xxi

• Skor Tes Kreativitas Verbal (Pretest)... xxi

• Skor Tes Kreativitas Verbal (Posttest)... xxii

Mean Pretest Penelitian... xxiv

Mean Posttest Penelitian... xxiv

Paired Sample T-Test Penelitian... xxv

Lampiran C... xxvi

• Kuesioner data siswa dan informasi tayangan edukatif... xxvii

Lampiran D... xxix


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dunia pendidikan yang semakin berkembang ditandai dengan munculnya

pendidikan-pendidikan formal maupun informal dengan modul pembelajaran

berbasis teknologi modern. Proses pembelajaran tidak hanya diperoleh melalui

sekolah formal, tetapi juga dapat diakses melalui media-media yang sarat dengan

kecanggihan teknologi misalnya, televisi dan internet. Hal ini membuat individu

khususnya siswa dihadapkan kepada tuntutan perkembangan zaman yang sangat

maju. Tuntutan tersebut dapat berupa pemecahan masalah dalam waktu singkat,

kebutuhan informasi yang terbaru setiap saat, beragam solusi yang berbeda untuk

pemecahan suatu masalah, serta kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik.

Selain itu, diperlukan juga adanya kemampuan dan pemahaman tentang arti dari

komunikasi itu sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut akan membantu siswa

untuk dapat menghadapi tugas-tugas dan kewajiban di lingkungannya dengan

baik. Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu kemampuan untuk berpikir dan

berperilaku kreatif. Munandar (1999) menyatakan bahwa kemampuan untuk

berperilaku dan berpikir kreatif yang terus-menerus diasah dan dikembangkan

akan menghasilkan suatu kreativitas yang sangat bermanfaat dalam kehidupan.

Drevdahl (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa kreativitas

merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu komposisi, produk,

atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal

pembuatnya. Kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu kreativitas verbal dan


(14)

1999) merupakan kapasitas kemampuan pada anak usia sekolah dalam memahami

dan mengunakan arti kata-kata secara efektif, memahami hubungan antar kata,

dan arti kalimat dalam suatu paragraf. Pengertian lainnya yang sependapat

dinyatakan oleh Sinolungan (2001) bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan

berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata serta

mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang

akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan.

Banyak hal yang mempengaruhi terciptanya suatu kreativitas verbal pada

individu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers

(dalam Munandar, 1999) yaitu faktor internal (diri individu) dan faktor eksternal

(lingkungan). Faktor internal diantaranya adalah keterbukaan terhadap

pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu, evaluasi internal,

kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap konsep atau

membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Menurut

Munandar (1999) kreativitas verbal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

eksternal diantaranya yaitu; tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan,

bahan dan media.

Hurlock (1993) juga menyatakan bahwa terdapat enam faktor yang

menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu diantaranya,

jenis kelamin, status sosioekonomi, urutan kelahiran, ukuran keluarga, lingkungan

dan intelegensi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa anak laki-laki biasanya lebih

kreatif daripada anak perempuan karena anak laki-laki lebih berani untuk

mengambil resiko mencoba hal-hal baru dan anak laki-laki lebih banyak diberikan


(15)

perempuan pada umumnya tidak diberikan kesempatan untuk bereksplorasi

sebanyak yang dilakukan oleh anak laki-laki.

Munandar (1995) juga menyatakan bahwa anak dengan intelegensi yang

lebih tinggi akan mampu berbahasa verbal atau memiliki kreativitas khususnya

kreativitas verbal yang baik pula. Kreativitas verbal merupakan faktor yang paling

penting bagi kegiatan-kegiatan sekolah karena kemampuan tersebut digunakan

untuk memahami dan menggunakan hal-hal yang berhubungan dengan bahasa

lisan dan tulisan. Hal ini didukung oleh Guevremont (1999) yang menyatakan

bahwa seorang anak yang memiliki kreativitas verbal yang baik akan lebih mudah

untuk melaksanankan kegiatan di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.

Alasan ini yang menguatkan pentingnya melakukan pengembangan kreativitas

verbal pada seorang anak.

Pentingnya menciptakan dan meningkatkan kreativitas verbal juga

berhubungan dengan perkembangan anak khususnya anak usia sekolah. Rismiati

(1997) menyatakan bahwa anak usia sekolah merupakan anak yang

perkembangan kognitifnya berada dalam tahap operasional konkrit. Anak usia

sekolah berada pada rentang usia 6 sampai 12 tahun. Selain itu, Piaget (dalam

Surbakti 2008) mengungkapkan bahwa pada tahap operasional konkrit, anak

seharusnya telah mampu berpikir secara logis yang ditandai dengan

perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang

logis (Piaget, dalam Surbakti 2008).

Pada dasarnya, setiap individu khususnya anak usia sekolah memiliki

kemampuan atau bakat untuk menampilkan kreativitas secara verbal, tetapi hal ini


(16)

kondusif bagi perkembangan bakat kreatif adalah lingkungan yang memberi

kebebasan psikologis pada anak untuk berkembang, baik kemampuan kognisi

maupun kemampuan psikomotoriknya secara bersama-sama. Lingkungan harus

mampu memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan latihan, pengetahuan,

pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat kreatif itu dapat

dikembangkan (Biondi dalam Munandar, 1985).

Salah satu sarana yang dapat digunakan sebagai media untuk

meningkatkan kreativitas verbal adalah televisi dan keterbukaan terhadap

rangsangan yang disediakan oleh televisi berupa tayangan-tayangan tertentu

(Munandar, 1999). Televisi merupakan media komunikasi yang terus berkembang

dan merupakan salah satu media audio-visual yang yang sangat menarik.

Kemampuan media televisi tidak perlu diragukan lagi dapat menghadirkan aneka

tayangan langsung ke ruang tamu keluarga atau bahkan kamar tidur yang

membuat banyak orang duduk manis setia di depan televisi untuk menyaksikan

tayangan kesayangan mereka, terlepas apakah tayangan yang mereka saksikan

bermanfaat karena mendidik serta menambah wawasan atau sebaliknya malah

memberikan dampak buruk (Surbakti, 2008). Anak merupakan salah satu

konsumen media yang jumlah populasinya besar sekali bahkan yang paling besar.

Media televisi telah mendominasi dunia dan mendorong berjuta-juta anak di

bawah pengaruhnya. (Surbakti, 2008).

Televisi merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain pasif yang sangat

populer di kalangan anak-anak jika dibandingkan dengan mendengarkan radio

terlebih lagi pada saat ini, dengan banyaknya saluran televisi yang dapat dipilih


(17)

2001). Selain itu, televisi merupakan salah satu hiburan yang paling disukai oleh

anak (Hurlock, 1999). Pada usia 9 atau 10 tahun, umumnya anak menonton

televisi lebih dari dua jam sehari. Jumlah tersebut akan semakin meningkat hingga

akhir masa anak-anak (Mussen dkk, 1980). Hubungan antara anak dan televisi

memiliki arti yang sangat luas dan berhubungan dengan fenomena psikologis.

Televisi bagaikan dua sisi mata pisau, disatu sisi memberikan dampak

positif dan sisi lainnya berdampak negatif. Televisi dapat menjadi media yang

bernilai tontonan dan sekaligus tuntunan. Televisi juga dapat menjadi media yang

bernilai dan sebaliknya dapat berdampak negatif bagi yang mengkonsumsinya

(Suparlan, 2004). Hebatnya pengaruh media televisi, tampak dari kemampuannya

mengubah pola hidup keluarga seperti ; makan, belanja, tidur, bangun, istirahat,

berpikir, berperasaan, bahkan pola hiburan pengisi waktu. Media televisi sangat

kuat mempengaruhi sikap dan perilaku anak dan remaja, misalnya bagaimana cara

berpakaian, berperasaan, berpikir, juga menyangkut kognisi, psikomotorik, dan

bidang moral (Doerken dalam Surbakti, 2008).

Sisi positif media televisi salah satunya adalah dapat menjadi sarana

pendidikan yang baik. Berbagai modul pendidikan jarak jauh, dapat disiarkan

melalui televisi sehingga membantu proses pendidikan dan pembelajaran

anak-anak yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kemungkinan besar tidak

memiliki sarana pendidikan yang memadai. Contohnya, ketika media televisi

menyebabkan seorang anak menjadi lebih mengerti tentang bahasa Indonesia

yang baik dan benar, hal itu bermakna bahwa media televisi telah menimbulkan


(18)

Televisi dianggap sebagai salah satu media yang paling efektif dalam

memberikan stimulasi pendidikan. Sadar atau tidak, ide-ide yang

dikomunikasikan oleh televisi akan mempengaruhi sikap dan keinginan anak yang

selanjutnya akan diwujudkan dalam bentuk perilaku (Pikunas, 1976). Penelitian

meta analisis yang dilaksanankan oleh Seharmen,dkk (1997) menunjukkan bahwa

televisi memiliki kontribusi yang penting dan sangat besar dalam meningkatkan

ekspresi tulis dan daya ingat siswa. Piaget (dalam Santrock, 1996) menyatakan

bahwa anak usia sekolah mulai mampu menghubungkan antara arti baru dengan

konsep lama melalui pengalaman-pengalaman baru yang didapat dari sekolah,

film ,radio dan televisi. Porsi terbesar yang berperan dalam meningkatkan

pengalaman dan pengetahuan pada anak adalah dengan berinteraksi pasif dengan

televisi.

Penelitian yang dilakukan oleh Van der Molen & Van der Voort (1997) di

Leiden Belanda tentang dampak positif yang ditimbulkan dari aktivitas menonton

televisi pada anak usia 9 – 11 tahun menemukan bahwa anak lebih dapat

mengingat berita melalui televisi dibandingkan dengan media lainnya. Penelitian

oleh Himmelweit, dkk pada tahun 1958 yang juga didukung oleh Schramm dkk,

pada tahun 1961 (dalam Johnson & medinnus 1974) yang menunjukkan bahwa

televisi berperan dalam meningkatkan informasi pada anak, khususnya

perbendaharaan kata yang diserap oleh anak.

Apollo (2003) menyatakan bahwa program yang ditayangkan televisi

dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori. Pengkategorian tersebut dapat

dibagi berdasarkan tujuan program (sebagai hiburan atau informasi) maupun


(19)

& O’Flynn (2007) bahwa tayangan yang ada di televisi secara umum dapat dibagi

menjadi dua kategori yaitu tayangan edukatif dan tayangan non-edukatif.

Tayangan edukatif dapat memberi dampak positif yang lebih besar daripada

tayangan non-edukatif yang pada umumnya hanya bersifat menghibur dan

memberikan dampak negatif pada anak. Sehubungan dengan hal tersebut Surbakti

(2008) menyatakan bahwa untuk dapat memperoleh pengaruh positif dari televisi,

pengguna perlu memilah-milih program serta tayangan yang ditawarkan oleh

masing-masing stasiun televisi. Program dan tayangan yang dapat memberi

dampak positif salah satunya adalah program dan tayangan edukatif yang secara

umum diperuntukkan bagi anak, khususnya anak usia sekolah tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk ditonton oleh orang dewasa.

Tayangan edukatif merupakan tayangan yang memberikan suatu pesan

berupa pendidikan dan pengetahuan, baik secara kognitif maupun secara moral

yang disampaikan melalui suatu media audio-visual dalam hal ini melalui televisi.

Karakteristik dari tayangan edukatif diantaranya; diperuntukkan sesuai dengan

usia penontonnya, memiliki pesan pendidikan di balik tayangannya yang

menghibur serta memberikan ilmu pengetahuan (Howe, 1983). Tayangan edukatif

merupakan tayangan yang memberikan unsur pendidikan dan pengetahuan serta

banyak keuntungan bagi anak yang menontonnya (Fisch, 2003).

Bagian yang sangat signifikan dalam tayangan edukatif adalah pemberian

informasi yang pada umumnya belum diketahui oleh penontonnya khususnya

anak seperti alfabet, perbendaharaan kata, sejarah atau informasi tentang ilmu

pengetahuan lainnya serta informasi mengenai ilmu terapan dalam kehidupan


(20)

anak adalah tayangan yang memiliki unsur edukatif dan tidak hanya menghibur

bagi anak, tetapi juga memberikan manfaat positif seperti, pendidikan,

memberikan motivasi, mengembangkan sikap percaya diri anak, dan penanaman

nilai-nilai positif dalam kehidupan. Nilai-nilai yang sering ditampilkan yaitu

berupa persahabatan, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, kejujuran

dan lain-lain ( Kidia, 2008).

Tayangan edukatif Jalan Sesama yang disiarkan di salah satu stasiun swasta mulai tanggal 18 Februari 2008 merupakan salah satu contoh tayangan

edukatif yang kental dengan unsur budaya dan kekayaan alam Indonesia. Surbakti

(2008) menyatakan bahwa tayangan Jalan Sesama diproduksi dalam rangka mempersiapkan anak prasekolah untuk mengembangkan keterampilan kognitif

dan psikomotorik anak.

Tayangan edukatif lainnya yang ditayangkan di stasiun televisi swasta

selain Jalan Sesama diantaranya; Bocah Petualang, Laptop Si Unyil, Cita-Citaku, Si Bolang Ke Kota, Buku Harian Si Unyil, Surat Sahabat, Cerita Anak, Main Yuk, Dora The Explorer, Masa Kalah Sama Anak-anak, After School, Blues Clues dan Wonder Pets (Kidia, 2008). Banyaknya tayangan-tayangan yang disiarkan oleh stasiun-stasiun televisi serta minimnya sarana hiburan yang mendidik untuk anak

membuat anak usia sekolah menonton tayangan tersebut dalam frekuensi yang

tinggi. Hal ini dikarenakan pada masa kanak awal hingga masa

kanak-kanak akhir frekuensi menonton televisi pada anak semakin meningkat (Mussen

dkk, 1980). Hal ini juga dapat diketahui melalui kuesioner awal dimana terlihat


(21)

lebih dari 90% yang sangat menyukai tayangan edukatif dan menonton tayangan

tersebut hampir setiap hari dalam frekuensi lebih dari 3 jam/hari.

Tayangan-tayangan edukatif disiarkan dibeberapa stasiun televisi yang

sangat dikenal oleh anak sehingga memudahkan anak untuk mengaksesnya

dengan begitu anak dapat memperoleh perbendaharaan kata baru dan rangsangan

untuk mengasah kreativitas verbal mereka. Hal ini juga diperkuat oleh penemuan

Bee (1981) yang menyatakan bahwa terdapat enam cara yang dapat dilakukan

untuk mendukung pertumbuhan perbendaharaan kata pada anak dan salah satunya

adalah melalui aktivitas menonton televisi.

Penelitian Rice dkk (1990) yang dilakukan pada anak-anak di Topeka,

Kansas juga menemukan bahwa tayangan ”sesame street” di televisi memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan perbendaharaan kata pada anak. Melalui

tayangan tersebut, anak akan mendengar dan memperoleh kata-kata baru yang

mungkin saja belum pernah di dengarnya (Rice dkk, 1990). Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Close (dalam Orange & O’Flynn, 2007) diperoleh

bahwa walaupun hanya ditonton dalam waktu yang sebentar atau dengan kata lain

dalam frekuensi yang rendah, tayangan edukatif sesame street dapat memberikan pengaruh positif pada anak sehingga dengan meningkatnya frekuensi menonton

tayangan edukatif pada anak akan memberikan pengaruh positif yang semakin

besar pula khususnya dalam peningkatan keterampilan bahasa dan kreativitas

verbal pada anak. Meningkatnya perbendaharaan kata pada anak akan

berpengaruh pada perkembangan bahasa anak, dimana pada tahap operasional

konkrit, seharusnya anak telah mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan


(22)

yang baik akan mengarah pada kreativitas verbal anak usia sekolah (Papalia,

2003). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka dianggap perlu untuk

mengadakan penelitian tentang pengaruh tayangan edukatif televisi terhadap

kreativitas verbal pada anak usia sekolah di SD Harapan III Medan.

B. Identifikasi Permasalahan

Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Apakah terdapat pengaruh tayangan edukatif televisi terhadap kreativitas verbal

pada anak usia sekolah di SD Harapan III Medan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tayangan edukatif

televisi terhadap kreativitas verbal anak usia sekolah di SD Harapan III Medan.

D. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat yang dapat diambil melalui penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari peneliaian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

wawasan dalam bidang Psikologi, khususnya bidang Psikologi Pendidikan

mengenai ulasan dampak dari tayangan edukatif terhadap kreativitas verbal anak

usia sekolah.


(23)

Dalam hal ini penulis ingin memberikan informasi ilmiah kepada beberapa

pihak diantaranya :

a. Orang tua : Sebagai masukan bagi orang tua dalam memilih dan

menyeleksi tayangan yang akan ditonton oleh anak dan diharapkan

untuk dapat mengontrol aktivitas menonton pada anak.

b. Guru : Sebagai masukan bagi para guru agar dapat merekomendasikan

tayangan yang bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi

perkembangan anak kepada orang tua para anak didik mereka.

c. Sekolah : Sebagai informasi bagi pihak sekolah tentang media

pendidikan informal yang menyenangkan bagi anak usia sekolah.

E. Sistematika Penulisan

Proposal penelitian ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bagian ini berisi mengenai uraian latar belakang masalah,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Pada bagian ini berisi uraian teori yang menjadi acuan dalam

pembahasan masalah. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

kreativitas khususnya kreativitas verbal dan teori perkembangan anak usia

sekolah, khususnya pada tahap operasional konkrit.


(24)

Pada bagian ini berisi uraian yang menjelaskan mengenai pertanyaan

penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional, populasi, sampel

dan metode pengambilan sampel, teknik pengambilan sampel, alat ukur

penelitian, validitas dan realibilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan

metode analisis data.

Bab IV : Analisa data dan interpretasi

Pada bagian ini menguraikan gambaran subjek penelitian, hasil utama

penelitian, hasil analisis dan hasil tambahan penelitian.

Bab V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Pada bagian ini menguraikan kesimpulan penelitian, diskusi dan saran

praktis sesuai hasil dan masalah penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu

komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan

sebelumnya tidak dikenal pembuatnya (Drevdahl dalam Hurlock, 1999).

Komposisi tersebut dapat berupa kegiatan imajinatif pemikiran yang hasilnya

bukan hanya perangkuman tetapi juga mencakup pembentukan pola baru dan


(25)

pencangkokan hubungan lama ke dalam situasi baru. Komposisi tersebut dapat

berupa produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat

prosedural.

Kreativitas juga dapat didefenisikan sebagai proses mental yang unik dan

merupakan suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu

yang baru, berbeda, dan orisinil. Kreativitas juga mencakup jenis pemikiran

spesifik, yang disebut oleh Guilford sebagai ”pemikiran berbeda” atau divergent thinking, pemikiran yang berbeda jika dibandingkan dengan jalan yang telah dirintis sebelumnya serta mencari variasi. Hal ini berlawanan dengan ”pemikiran

selaras” (convergent thinking) yang mengikuti jalur konvensional dimana pemikiran didasarkan pada penggunaan informasi yang tersedia untuk sampai

pada suatu kesimpulan (Guilford dalam Munandar, 2004).

Sukardi (1983) menyatakan bahwa istilah kreativitas dalam kehidupan

sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan

sesuatu yang baru, menemukan metode pemecahan masalah yang tidak dapat

ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai

kemungkinan. Menurut Solso (1991) kreativitas adalah aktivitas kognitif yang

menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Bakat

kreatif pada dasarnya telah dimiliki oleh setiap anak, tetapi perkembangan bakat

kreatif ini sangat bergantung pada lingkungan dimana anak berada. Lingkungan

yang kondusif bagi perkembangan bakat kreatif adalah lingkungan yang

memberikan keamanan dan kebebasan psikologis bagi anak untuk berkembang,

baik kemampuan kognitif, kemampuan afeksi, maupun kemampuan


(26)

kesempatan pada anak untuk memperoleh latihan, pengetahuan, pengalaman, dan

dorongan atau motivasi agar bakat kreatif berkembang dengan maksimal (Biondi

dalam Munandar, 1985).

Berdasarkan uraian di atas kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk

menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru

dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas merupakan proses mental

yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu

yang baru, berbeda, dan orisinil.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers

(dalam Munandar, 1999) adalah :

a. Faktor internal individu

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat

mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

1) Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam

individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima

segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima

apa adanya, tanpa ada usaha pertahanan diri (defense), tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif


(27)

2) Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang

dihasilkan orang lain berdasarkan penilaiannya secara pribadi, bukan karena

kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian, tidak tertutup

kemungkinan bagi individu tersebut untuk menerima masukan dan kritikan

dari orang lain.

3) Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur,

bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang

sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas

individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan

kebebasan psikologis. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain :

1) Tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media.

2) Adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan

masyarakat.

3) Menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa

mendatang.

4) Memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi,

terutama terhadap perbedaan jenis kelamin.

5) Adanya kebebasan setelah mengalami tekanan dan tindakan keras, artinya

setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati.


(28)

7) Adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda.

8) Adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif.

Lingkungan memiliki arti luas dan sempit. Lingkungan dalam arti sempit

yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Ketika anak berada dalam lingkungan

keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat

menentukan pembentukan krativitas anak. Lingkungan sekolah cukup besar

pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan

produk kreativitas, yaitu berasal dari guru. Lembaga pendidikan menjadi salah

sarana utama pendidikan dalam meningkatkan kreativitas, adapun hal-hal yang

ditingkatkan adalah pengetahuan, ingatan dan kemampuan berpikir logis atau

penalaran yang dikenal sebagai kemampuan menemukan satu jawaban yang

paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang

tersedia.

Faktor lingkungan yang terpenting adalah lingkungan yang memberikan

dukungan dan kebebasan bagi individu. Kebudayaan yang memungkinkan

pertumbuhan dan perkembangan kreativitas adalah kebudayaan yang menghargai

kreativitas. Pada kebudayaan yang menghargai kreativitas akan muncul interaksi

antara individu-individu yang berarti dan saling menghormati. Selain itu Hurlock

(1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi

kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

a) Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak

perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan


(29)

laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih

mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih

menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

b) Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif

dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi

yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

c) Urutan kelahiran

Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang

berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan.

Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki

kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir

pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan

ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

d) Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif

daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang

otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih

mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

e) Lingkungan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan


(30)

stimulus yang sangat banyak jenisnya yang dapat menjadi stimulan bagi

terbentuknya kreativitas.

f) Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar

daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan

baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak

penyelesaian bagi konflik tersebut. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi

kreativitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak hanya dari faktor internal

dan eksternal individu saja yang dapat mempengaruhi kreativitas individu tetapi

faktor jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, dan intelegensi juga

dapat menyebabkan munculnya perbedaan kreativitas.

3. Kreativitas Verbal

Kreativitas verbal adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan

ide-idenya dan mengembangkan gagasan atau ide-idenya melalui rangkaian kata-kata.

Kreativitas verbal ditandai dari kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, elaborasi,

dan orisinalitas (Munandar, 1999). Kreativitas verbal adalah kemampuan individu

untuk melakukan encoding secara oral, kemampuan verbalisasi yang melibatkan deskripsi pikiran, dan kemampuan menjelaskan proses pemikiran atau

kemampuan mengaitkan berbagai informasi. Perilaku verbal adalah bentuk

ungkapan berupa kata-kata yang digunakan dalam berbicara, gerak-gerik, kode

sinyal, juga dalam bentuk tulisan yang secara luas mencakup tanda baca, kapasitas

dan pembuatan spasi (Smith Ennis dalam Kumara, 2001).


(31)

a. Penguasaan kosa kata (perbendaharaan kata) yang merupakan indikasi tingkat

kemampuan konseptualisasi yang sudah diraih dan kemampuan efisiensi

mental.

b. Penalaran verbal yang menunjukkan keterampilan yang diajarkan di sekolah,

dan sangat tergantung pada minat siswa, motivasi dan penyesuaian dalam

lingkungan sekolah, komunikasi antar personal sekolah, kegiatan-kegiatan

disekolah serta fasilitas yang ada. Tugas-tugas di sekolah berupa bahasa lisan

maupun tulisan.

Kemampuan verbal yang berupa penguasaan kosa kata (perbendaharaan

kata) merupakan prediktor terbaik untuk menunjang kreativitas verbal dan sangat

berkorelasi dengan intelegensi yang tinggi dan prestasi belajar. Kemampuan

verbal yang tinggi menunjukkan sejauhmana siswa dapat melakukan

dekontekstualisasi terhadap lingkungannya dan mendeskripsikannya (Matazzo,

2001). Kreativitas verbal sebagai suatu proses mental, sebenarnya telah ada pada

diri tiap individu, namun potensi tersebut seringkali kurang atau bahkan tidak

dapat muncul karena kurang atau tidak adanya kesempatan (Csikszentmihalyi,

1996). Hal inilah yang menyebabkan orang memandang kreativitas verbal sebagai

proses yang unik dan istimewa sehingga hasil atau produk kreatif mendapatkan

penghargaan yang lebih dibanding yang lain selain karena sifat kebaruannya.

Kreativitas adalah kapasitas kemampuan pada masa anak sekolah dalam

memahami dan menggunakan arti kata-kata secara efektif, memahami hubungan

antar kata, dan arti kalimat. Kemampuan tersebut merupakan faktor yang paling


(32)

memahami, menggunakan, dan berhubungan dengan bahasa tulisan dan lisan

(Marshall dalam Guevremont, 1999).

Salah satu kreativitas verbal yang dapat ditunjukkan pada anak usia

sekolah adalah kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kemampuan untuk

berkomunikasi sekaligus berpikir sehingga antara penggunaan bahasa untuk

komunikasi dengan pikiran, terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan

(Sartain dalam Keraf, 1979). Manusia berpikir menggunakan simbol-simbol dan

bahasa merupakan suatu proses yang kaya akan simbol. Oleh karena itu proses

pikir manusia terjadi dengan menggunakan bahasa (Hilgard, dalam James dkk,

1984). Pada proses berpikir itu terjadi komunikasi antara kemampuan kognitif,

yang terdiri dari kemampuan intelektual, informasi verbal, dan strategi kognitif,

dengan kemampuan motorik yang kemudian menghasilkan aktivitas penggunaan

bahasa sebagai hasil dari kreativitas verbal yang dimiliki oleh anak. Bahasa

sebagai bentuk dari kreativitas verbal merupakan kerjasama antara kemampuan

kognitif dan kemampuan motorik yang menghasilkan aktivitas penggunaan

bahasa yaitu komunikasi dan berpikir (Gagna dalam Guevremont, 1999).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kreativitas verbal pada anak usia sekolah merupakan perkembangan dari

kemampuan kognitif, afeksi, dan perilaku secara bersama-sama yang

mencerminkan kemampuan yang ditunjukkan anak dalam berbahasa yang baik

dan benar.


(33)

Johnson (dalam Munandar, 1995) menyatakan bahwa anak yang

kreativitas verbalnya baik dan berbakat dalam seni bahasa memiliki beberapa

karakteristik dan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mempunyai ingatan yang luar biasa.

a. Belajar membaca sendiri pada usia dini.

b. Mendeklamasikan hal-hal yang telah dibaca di luar kepala.

c. Mempunyai perbendaharaan kata yang luas.

d. Dapat memecahkan masalah dengan cara yang majemuk.

e. Mempunyai jangka perhatian yang luas.

f. Mempunyai rasa humor seperti orang dewasa.

g. Memberikan pendapatnya apabila diminta ataupun tidak.

h. Bicara terus menerus, terus mengajukan pertanyaan.

i. Memahami buku, film dan diskusi pada tingkat tinggi.

B. Tayangan Edukatif Televisi 1. Pengertian Televisi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Moeliono dkk, 1989) televisi

merupakan pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai

dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan

alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik

dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi

yang dapat didengar, digunakan untuk penyaiaran pertunjukan, berita, dan


(34)

Anwaz (2001) mengartikan televisi sebagai gabungan dari media dengar

dan gambar hidup (gerak) yang dapat bersifat politik, informatif, hiburan,

pendidikan atau gabungan dari ke empat unsur tersebut. Sementara itu menurut

Chen (dalam Apollo, 2003) televisi diartikan sebagai serangkaian gambar yang

memiliki kesan bergerak dan hidup yang diproyeksikan dalam layar yang secara

visual dapat dilihat oleh para penontonnya. Berdasarkan pengertian tersebut di

atas maka televisi dapat diartikan sebagai serangkaian gambar yang secara

audio-visual dapat dilihat dan didengar oleh para penontonnya. Serangkaian gambar

(tayangan) yang ditonton itu sendiri dapat bersifat politik, informatif, hiburan,

pendidikan, maupun gabungan dari keempat unsur tersebut.

2. Tayangan Edukatif Televisi

Tayangan edukatif merupakan tayangan yang memberikan suatu pesan

berupa pendidikan, baik secara kognitif maupun secara moral yang disampaikan

melalui suatu media audio-visual yang salah satunya adalah melalui televisi.

Karakteristik dari tayangan program edukatif yaitu diperuntukkan sesuai dengan

usia penontonnya, memiliki pesan pendidikan di balik tayangannya yang

menghibur, memberikan ilmu pengetahuan (Howe, 1983).

Fisch (2003) menyatakan bahwa tayangan edukatif merupakan tayangan

yang memberikan unsur pendidikan dan memberikan keuntungan bagi anak yang

menontonnya. Bagian yang sangat signifikan dalam tayangan atau program

edukatif adalah pemberian informasi yang biasanya belum diketahui oleh

penontonnya khususnya anak-anak seperti alfabet, perbendaharaan kata, sejarah


(35)

dalam kehidupan sehari-hari (Bahrts, Potts, Condry dalam Fisch, 2003). Tayangan

yang aman bagi anak atau yang memiliki unsur edukatif merupakan tayangan

yang bukan hanya menghibur bagi anak, namun juga memberikan manfaat lebih

seperti, pendidikan, memberikan motivasi, mengembangkan sikap percaya pada

diri anak, dan penanaman nilai-nilai positif dalam kehidupan. Nilai-nilai yang

sering ditampilkan yaitu berupa persahabatan, penghargaan terhadap diri sendiri

dan orang lain, kejujuran dan lain-lain ( Kidia, 2008).

Program edukatif Jalan Sesama ditayangkan di salah satu stasiun televisi mulai tanggal 18 Februari 2008 . Program Jalan Sesama dikatakan sebagai suatu tayangan edukatif karena tayangannya yang kental dengan unsur budaya dan

kekayaan alam Indonesia. Surbakti (2008) menyatakan program Jalan Sesama

diproduksi dalam rangka mempersiapkan anak-anak prasekolah untuk

mengembangkan keterampilan mereka dalam hal-hal berikut ini :

a. Proses simbolik, seperti mengenal huruf, angka dan bentuk-bentuk geometris

b. Organisasi kognitif, seperti diskriminasi perseptual , memahami hubungan

antara objek dan peristiwa, memilih, mengklasifikasikan, dan meyusun.

c. Berpikir dan memecahkan masalah

d. Berhubungan dengan dunia fisik dan sosial

Program edukatif lainnya selain Jalan Sesama (Kidia, 2008) adalah Bocah Petualang ditayangkan pukul 12.30 pada hari Senin sampai dengan Jum’at di Trans7, Laptop Si Unyil ditayangkan pukul 13.00 pada hari Sabtu dan Minggu di Trans7, Cita-Citaku pukul 14.00 pada hari Senin sampai dengan Jum’at di Trans7, Si Bolang Ke Kota pukul 12.30 pada hari Sabtu dan Minggu di Trans7, Surat Sahabat pukul 14.30 pada hari Senin sampai dengan Jum’at di Trans TV, Cerita


(36)

Anak pukul 07.30 pada hari Minggu di Trans TV, Main Yuk pukul 08.00 pada hari Minggu di Trans TV, Dora The Explorer pukul 04.30 pada hari Senin sampai dengan Jum’at di Global TV, Masa Kalah Sama Anak-anak pukul 08.30 pada hari Sabtu dan Minggu di TV One, After School pukul 15.30 pada hari Sabtu di RCTI, Blues Clues dan Wonder Pets yang ditayangkan di Global TV. Untuk memperjelas uraian di atas, berikut ini adalah jadwal acara tayangan edukatif yang ditayangkan

di beberapa stasiun televisi di Indonesia :

Tabel 1. Jadwal Acara Beberapa Tayangan Edukatif di Sejumlah Stasiun Televisi

No Stasiun Judul Acara Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

1. RCTI After School 15.30

2. Trans7 Bocah Petualang

12.30 12.30 12.30 12.30 12.30

3. Trans7 Jalan Sesama 13.30 13.30 13.30 13.30 13.30

4. Trans7 Cita-citaku 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00

5. Trans7 Si Bolang 12.30 12.30

6. Trans7 Laptop Si Unyil

13.00 13.00

7. Trans Surat Sahabat 14.30 14.30 14.30 14.30 14.30

8. Trans Cerita Anak 07.30

9. Trans Main Yuk! 08.00

10. GlobalTV Dora The

Explorer

04.30 04.30 04.30 04.30 04.30 04.30

11. GlobalTV Go! DiegoGo! 05.00 05.00 05.00 05.00 05.00 05.00

12. GlobalTV Backyardigans 06.30 06.30 06.30 06.30 06.30 06.30

13. TVOne Masa Kalah

Sama Anak-anak

08.30 08.30

Banyaknya tayangan yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi serta

minimnya sarana hiburan yang mendidik untuk anak pada saat ini membuat anak

usia sekolah dengan frekuensi yang tinggi menonton tayangan-tayangan tersebut


(37)

anak-anak hingga akhir anak-anak frekuensi menonton televisi pada anak semakin

meningkat (Mussen dkk, 1980).

Tayangan-tayangan tersebut memberikan informasi tentang sejarah suatu

tempat, cara pembuatan suatu produk, kehidupan anak-anak dari berbagai suku

bangsa, perbendaharaan kata, pemahaman kata, nilai-nilai dalam kehidupan

sehari-hari yang ditayangkan di beberapa stasiun televisi yang sangat dikenal oleh

anak sehingga memudahkan mereka untuk mengaksesnya dan mendapatkan

rangsangan untuk mengasah kreativitas verbal. Anak dapat lebih memperluas

perbendaharaan kata dan pengetahuan tentang bahasa khususnya bahasa Indonesia

yang baik dan benar dengan menonton tayangan edukatif tersebut. Hal ini juga

diperkuat oleh penemuan Bee (1981) yaitu bahwa dari enam cara yang dapat

dilakukan untuk mendukung pertumbuhan perbendaharaan kata pada anak, salah

satu caranya yaitu dengan melalui aktivitas menonton televisi.

3. Tayangan Edukatif Televisi pada Anak

Televisi merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain pasif yang sangat

populer di kalangan anak-anak, terlebih lagi pada saat ini dengan banyaknya

saluran televisi yang dapat dipilih, membuat anak semakin mudah terpaku di

depan pesawat televisi (Tedjasaputra, 2001). Pada usia 9 atau 11 tahun, rata-rata

anak menonton televisi lebih dari tiga jam sehari. Jumlah tersebut akan semakin

meningkat hingga akhir masa anak-anak (Mussen dkk, 1980). Bahkan pada usia

anak-anak akhir ,waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi bahkan


(38)

Banyaknya waktu yang dihabiskan anak untuk menonton televisi diduga

dapat mempengaruhi perkembangan mereka selanjutnya. Hal ini sebagaimana

yang dikemukakan oleh Huston, Seigle & Bremer ( dalam Santrock, 1999) yang

menuding telah menjauhkan anak dari buku dan pekerjaan sekolah. Namun

demikian, disamping efek negatif tersebut, terdapat juga efek positif dari

menonton televisi. Salah satunya yaitu tayangan edukatif televisi Jalan Sesama

yang dirancang untuk mengajarkan anak berbagai keterampilan kognitif dan sosial

(Santrock, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Close (dalam Orange &

O’Flynn, 2007) dinyatakan bahwa tayangan edukatif sesame street walaupun hanya ditonton dalam waktu yang sebentar atau dengan kata lain dalam frekuensi

yang rendah dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap anak. Terlepas

dari aspek positif maupun negatif dari televisi tersebut, rata-rata anak usia

operasional konkrit menghabiskan waktu untuk menonton televisi yaitu lebih dari

empat jam/hari sehingga televisi dianggap sebagai salah satu media massa yang

paling efektif dalam memberikan stimulasi pendidikan.

C. Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah masa dimana seorang anak berada diantara usia

6-12 tahun yang sedang duduk di bangku sekolah, mengalami pertumbuhan fisik,

psikis dan emosional, serta sosial berkaitan dengan pengendalian lingkungan dan

penyesuaian diri karena adanya interaksi antara faktor kemampuan dasar dengan

hasil belajar (Rismiati, 1997). Menurut piaget dalam Surbakti (2008) anak usia


(39)

operasional konkrit. Pada tahap operasional konkrit anak sudah mampu berpikir

secara logis yang ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang

didasarkan kepada aturan-aturan tertentu yang logis. Mampu berpikir reversible

(dibalik), mengelompokkan objek berdasarkan serial (misalnya : ukuran ) atau

jenis dan memahami relasi antara dua terminologi (misalnya : ”A” lebih baik

daripada ”B”).

Pola menonton anak pada masa operasional konkrit sebagian besar masih

dipengaruhi oleh pola pikir egosentrisme. Tetapi sebagian dari mereka telah

memiliki pemahaman tentang sebuah tayangan. Anak yang cerdas mampu

merangkaikan cerita dari suatu tayangan, meski tidak selalu utuh. Mereka sangat

mudah mengingat adegan-adegan dalam sebuah tayangan yang menarik

perhatiannya. Oleh karena itu pada fase ini mereka akan mudah sekali untuk

mengingat apa-apa yang terdapat dalam tayangan yang mereka tonton (Surbakti

2008). Sehubungan dengan hal itu Piaget (dalam Santrock, 1996) menyatakan

bahwa anak usia sekolah mulai mampu menghubungkan antara arti baru dengan

konsep lama melalui pengalaman-pengalaman baru yang didapt dari sekolah, film,

radio dan televisi. Pada anak, porsi yang terbesar untuk menambah pengalaman

dan pengetahuannya adalah dengan berinteraksi pasif dengan televisi.

D. Pengaruh Tayangan Edukatif Televisi Terhadap Kreativitas Verbal

pada Anak Usia Sekolah

Kreativitas verbal merupakan suatu kemampuan berkomunikasi yang

diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata serta mengarahkan fokus


(40)

jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan. Pada dasarnya setiap

anak memiliki kemampuan untuk menjadi kreatif baik dalam hal verbal maupun

non verbal. Pengembangan dan peningkatan kemampuan tersebut dibutuhkan

untuk terbentuknya kreativitas secara menyeluruh pada diri anak. Kreativitas

verbal dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya jenis kelamin, ukuran keluarga,

urutan dalam keluarga, lingkungan, dll. Salah satu yang paling mempengaruhi

pembentukan dan perkembangan kreativitas khususnya kreativitas verbal pada

anak adalah lingkungan. Lingkungan yang dapat memberikan dan menyediakan

stimulus yang dibutuhkan anak untuk mengembangkan dirinya merupakan

lingkungan yang kondusif untuk perkembangan kreativitas verbalnya. Lingkungan

juga terdiri dari berbagai elemen misalnya teman, orang tua, sekolah dan

lingkungan rumah. Lingkungan rumah merupakan lingkungan yang sangat lekat

dengan anak sehingga diperlukan stimulus untuk mengembangkan kreativitas

anak di rumah.

Salah satu media yang dapat dijadikan stimulus adalah media televisi.

Media televisi merupakan salah satu media audio visual yang dapat menarik anak

untuk berlama-lama berinteraksi dengannya. Media televisi menyediakan berbagai

jenis informasi yang harus dipilih dan disesuaikan untuk anak sehingga dapat

bermanfaat dan tidak merusak anak. Tayangan- tayangan di televisi secara umum

dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu tayangan edukatif dan non-edukatif.

Tayangan edukatif merupakan tayangan yang menampilkan informasi-informasi

mengenai hal-hal yang bermanfaat dan mendidik. Tayangan edukatif biasanya


(41)

seperti membaca, menulis, berhitung, mengajarkan permainan yang interaktif dan

mendidik serta hal-hal yang bermanfaat bagi perkembangan anak pada umumnya.

Penelitian Close (dalam Orange & O’Flynn, 2007) membuktikan bahwa

tayangan edukatif sesame street, walaupun hanya ditonton sebentar atau dalam frekuensi yang kecil dapat mendatangkan pengaruh positif pada kemampuan

bahasa anak. Maka dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi frekuensi anak

menonton tayangan edukatif akan semakin besar pengaruhnya bagi keterampilan

bahasa dan kreativitas verbal pada anak.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis

penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh tayangan

edukatif televisi terhadap kreativitas verbal pada anak usia sekolah di SD

Harapan III Medan.


(42)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang paling penting di dalam suatu

penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu

penelitian dapat dipertanggung jawabkan (Hadi, 2000). Penelitian ini termasuk

penelitian kuasi eksperimen dimana dilakukan suatu manipulasi terhadap variabel

bebas yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku

individu yang diamati. Manipulasi yang dilakukan dapat berupa situasi atau

tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok dan setelah itu

dilihat pengaruhnya (Latipun, 2004). Atas dasar hal tersebut, maka dalam bab ini

akan dibahas mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional

variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode

pengambilan data, dan metode analisa data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk dapat menguji hipotesa penelitian terlebih dahulu diidentifikasikan

variabel yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian ini,

variabel-variabel yang digunakan terdiri dari :

1. Variabel Bebas : Tayangan Edukatif Televisi

2. Variabel Terikat : Kreativitas Verbal

B. Defenisi Operasional 1. Kreativitas Verbal


(43)

Kreativitas verbal adalah kemampuan dalam mengekspresikan ide-ide dan

mengembangkan gagasan atau ide tersebut melalui rangkaian kata-kata.

Kreativitas verbal ditandai dengan adanya kelancaran berpikir, keluwesan

berpikir, elaborasi, dan orisinalitas. Kreativitas verbal merupakan kemampuan

yang memang telah dimiliki oleh tiap-tiap individu tetapi dalam kapasitas yang

berbeda-beda tergantung pada bagaimana individu tersebut mengembangkan

kreativitas verbalnya.

Kreativitas verbal menekankan pada dua aspek yaitu, pertama aspek

berpikir kreatif (kognitif) dan kedua, aspek sikap atau perilaku (afektif).

Kreativitas verbal dalam rancangan penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah

Dasar (SD) Kelas 4. Kreativitas verbal pada siswa diukur dengan menggunakan

Tes Kreativitas Verbal dari Munandar. Aspek kreativitas verbal yang dirancang

oleh Munandar menggunakan baterai tes yang terdiri dari enam subtes dengan

masing-masing subtes berisi dua aitem.

Dalam penelitian ini, Tes Kreativitas Verbal akan diberikan sebagai alat

ukur penelitian, yang nantinya akan dibandingkan antara skor yang diperoleh

subjek pada saat pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest). Tes Kreativitas Verbal ini akan disajikan oleh seorang tester dibantu oleh peneliti.

Waktu pengerjaan tes ini secara keseluruhan adalah ± 60 menit dan waktu yang

diberikan untuk mengerjakan masing-masing subtes berbeda-beda sesuai prosedur

yang telah ditetapkan. Skor tinggi dalam tes kreativitas verbal dapat didefenisikan

dengan kemampuan kreativitas verbal yang tinggi dan skor yang rendah dapat


(44)

2. Tayangan Edukatif

Menonton tayangan edukatif dapat didefenisikan dengan banyaknya waktu

yang dihabiskan untuk menonton tayangan-tayangan yang disiarkan oleh media

televisi dalam waktu tertentu/hari dalam kehidupan sehari-hari (Santrock, 1999).

Tayangan edukatif merupakan tayangan yang memberikan unsur pendidikan dan

memberikan keuntungan bagi anak yang menontonnya. Bagian yang sangat

signifikan dalam tayangan atau program edukatif adalah pemberian informasi

yang biasanya belum diketahui oleh penontonnya khususnya anak-anak seperti

alfabet, perbendaharaan kata, sejarah atai informasi tentang ilmu pengetahuan

lainnya serta informasi mengenai ilmu terapan dalam kehidupan sehari-hari

(Bahrts, Potts, Condry dalam Fisch, 2003).

Tayangan-tayangan yang memiliki karakteristik tersebut diantaranya

adalah Jalan Sesama, Bocah Petualang, Laptop Si Unyil, Cita-Citaku, Si Bolang Ke Kota, Buku Harian Si Unyil, Surat Sahabat, Cerita Anak, Main Yuk, Dora The Explorer, Masa Kalah Sama Anak-anak, After School, Blues Clues dan Wonder Pets (Kidia, 2008).

Dalam penelitian ini, pemberian tayangan edukatif akan dilaksanakan

dalam setting aula atau suatu ruangan serbaguna yang ada di sekolah tersebut. Penelitian ini menggunakan tayangan edukatif yang ditayangkan di beberapa

stasiun televisi yang telah di rekam sebelumnya ke dalam CD (Compact Disc). Sebelum tayangan diberikan, terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap tayangan

edukatif yang akan ditayangkan. Seleksi dilakukan berdasarkan hasil screening

yang diperoleh melalui kuesioner awal. Tayangan yang diberikan merupakan


(45)

ini dilakukan dengan pertimbangan agar anak tidak bosan pada saat perlakuan

berupa pemberian tayangan edukatif dilaksanakan.

Berdasarkan hasil screening melalui kuesioner awal ditetapkan 8 judul tayangan yang akan diberikan sebagai perlakuan (treatment) dalam penelitian. Berikut ini merupakan 8 judul tayangan edukatif yang digunakan dalam

penelitian:

1. Laptop Si Unyil dariTrans7 (durasi 30 menit)

2. Si Bocah Petualang dariTrans7 (durasi 30 menit)

3. Cerita Anak dariTrans TV (durasi 30 menit)

4. Masa Kalah sama Anak-anak dariTVOne (durasi 30 menit)

5. Jalan Sesama dariTrans7 (durasi 30 menit)

6. Wonder Pets dariGlobal TV (durasi 30 menit)

7. Cita-Citaku dariTrans7 (durasi 30 menit)

8. Dora The Explorer dari Global TV (durasi 30 menit)

Tayangan-tayangan di atas akan diberikan kepada subjek penelitian

sebanyak 30 orang yang telah dipilih secara acak dengan menggunakan tabel

angka random. Subjek penelitian akan ditempatkan di sebuah aula yang terdapat

di sekolah tersebut dimana di sana telah di sediakan peralatan untuk menayangkan

tayangan edukatif. Ruangan sebelumnya ditata senyaman mungkin bagi anak

untuk dapat menonton tayangan edukatif dengan tenang.

Perlakuan (treatment) berupa tayangan edukatif akan diberikan sebanyak 4 kali selama 4 hari. Setiap satu kali perlakuan (treatment) akan ditayangkan 2 judul tayangan edukatif yang masing-masing berdurasi 30 menit, sehingga satu kali


(46)

kebosanan pada anak diberikan waktu untuk istirahat selama 15 menit di antara

penayangan 2 judul tayangan edukatif tersebut. Agar tidak terjadi keributan, jarak

antara anak akan dibuat agak jarang atau agak berjauhan satu sama lain, sehingga

anak tidak mengobrol dengan temannya sewaktu menonton. Anak juga akan

diberikan minuman kotak dan makanan ringan pada saat istirahat agar tidak

kehausan pada saat menonton.

Setelah perlakuan berupa tayangan edukatif diberikan, penelitian akan

dilanjutkan dengan tanya jawab antara peneliti dan subjek tentang tayangan yang

baru saja ditonton. Tanya jawab dilakukan untuk mengetahui kesan subjek tentang

tayangan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkisar seputar kesan

mereka terhadap tayangan edukatif yang baru saja mereka tonton, dan apakah

tayangan edukatif tersebut dianggap bermanfaat untuk menambah pengetahuan

mereka, perbendaharaan kata, pemahaman arti kata dan lain-lain. Hal ini

dilakukan sebagai manipulation check untuk memastikan pengaruh tayangan edukatif terhadap kreativitas verbal pada anak.

C. Rancangan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan penelitian, yaitu ingin mengetahui apakah

terdapat pengaruh tayangan edukatif televisi terhadap kreativitas verbal anak usia

sekolah, maka digunakan penelitian yang bersifat kuasi eksperimen dengan

rancangan One-Group Pretest-Posttest Design. Rancangan penelitian ini menggunakan kelompok eksperimen yang merupakan kelompok yang mendapat


(47)

(pretest) dan pengukuran akhir (posttest). Penelitian ini menggunakan tes yang sama pada saat pretest dan posttest agar hasilnya dapat diperbandingkan (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005). Berikut ini merupakan gambaran dari rancangan

penelitian One-GroupPretest-Posttest Design :

Tabel 2. Rancangan Penelitian One-GroupPretest-Posttest Design

Kelompok Pretest Treatment Posttest

KE O1 X O2

KE = Kelompok Eksperimen

O1 = Pengukuran/pemberian tes kreativitas sebelum treatment X = Pemberian tayangan edukatif

O2 = Pengukuran/pemberian tes kreativitas setelah treatment

D. Teknik Kontrol

Teknik kontrol diperlukan untuk meminimalkan terjadinya varians

kesalahan dalam suatu penelitian. Varians kesalahan merupakan hasil dari

sejumlah faktor yang dapat menurunkan keakuratan pengukuran variabel

tergantung. Varians kesalahan dapat dikurangi dengan melakukan kontrol

terhadap kondisi eksperimen, dan meningkatkan reliabilitas alat ukur (Seniati,

Yulianto & Setiadi, 2005).

Dalam penelitian ini dilakukan pengontrolan terhadap variabel lain di luar

variabel yang diteliti yaitu proactive history atau variabel yang telah melekat pada diri subjek seperti, jenis kelamin, intelegensi, dan status sosioekonomi secara

tidak langsung. Teknik kontrol yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa


(48)

cara memberikan pretest atau pengukuran awal sebelum perlakuan (treatment)

diberikan dan posttest atau pengukuran setelah sejumlah perlakuan (treatment)

diberikan kepada subjek penelitian. Setelah itu data yang diperoleh melalui pretest

dan posttest dapat dibandingkan sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih meyakinkan dimana variabel bebas memang benar mempengaruhi variabel terikat

(Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005).

E. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua

individu untuk kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian yang

hendak diukur (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia

sekolah yaitu kelas 4 Sekolah Dasar (SD). SD Harapan III memiliki tiga ruang

kelas 4 SD yaitu kelas 4A, 4B, dan 4C. Masing-masing kelas berisi murid

sejumlah ± 40 orang sehingga populasinya berjumlah 125 orang. Mengingat

keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, peneliti hanya

memilih sebagian dari keseluruhan populasi untuk dijadikan subjek penelitian

yang dinamakan sampel (Azwar, 2001).

Sampel merupakan sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang

jumlahnya kurang dari jumah populasi. Sampel sedikitnya harus memiliki satu

sifat yang sama dengan populasi (Hadi, 2000). Adapun sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang sedang duduk di kelas 4 SD


(49)

2. Metode Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu. Sampel dipilih dan diambil

dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran

populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi

(Poerwanti,1994).

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

random sampling, pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara mengambil subjek yang merupakan siswa kelas 4 SD Harapan III Medan secara acak dengan

menggunakan tabel angka random agar pengambilan sampel menjadi setara dan

seluruh anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel

dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah

45 orang yang pada pelaksanaannya menjadi 44 orang karena ketidakhadiran

salah satu sampel. Sampel yang digunakan sebanyak 44 orang dikarenakan

penelitian eksperimen tidak memerlukan terlalu banyak sampel (Seniati, Yulianto

& Setiadi, 2005). Ukuran sampel yang layak digunakan dalam suatu penelitian

berkisar antara 30 sampai dengan 500. Untuk penelitian eksperimen yang

sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen ataupun dengan kelompok

kontrol maka jumlah anggota sampel masing-masing 10 sampai dengan 20

(Roscoe dalam Sugiyono, 2005).

F. Instrumen dan Alat Ukur 1. Instrumen


(50)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tayangan edukatif

yang direkam dalam suatu CD (Compact Disc) yang akan ditonton dengan menggunakan overhead projector yang akan memantulkan gambar yang terdapat di laptop ke layar atau screen layar berwarna putih yang dapat digulung. Layar atau screen tersebut diposisikan sedemikian rupa dengan menggunakan penyanggan layar (tripod) sehingga dapat menangkap gambar yang dipantulkan

overhead projector . Instrumen yang juga digunakan dalam penelitian ini berupa laptop yang akan digunakan untuk memutar CD (Compact Disc) tayangan edukatif.

2. Alat Ukur a. Kuesioner Awal

Kuesioner ini merupakan alat screening yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data individu agar diperoleh tayangan edukatif

diperlukan sebagai perlakuan (treatment) dalam penelitian. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban-jawaban singkat yang terdiri

dari data siswa seperti nama, usia, jenis kelamin dan lain-lain. Kuesioner

digunakan untuk mendapatkan informasi tentang waktu menonton, tayangan yang

disukai, tayangan edukatif yang pernah ditonton dan lama serta frekuensi

menonton tayangan edukatif. Hasil yang diperoleh dari screening melalui kuesioner awal ini adalah berupa data siswa seperti; usia, kelas, jenis kelamin dan

tayangan edukatif yang paling sering ditonton oleh anak.


(51)

Tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara.

Pertama, untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka

dengan orang-orang biasa. Kedua, tes kreativitas dalam penelitian dapat

digunakan untuk menilai dampak dari suatu hal atau dampak dari proses pelatihan

kreativitas (Munandar, 1995). Tes kreativitas verbal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Tes Kreativitas Verbal dari Munandar. Hal ini dikarenakan

terdapatnya unsur yang sama antara pengaruh yang dihasilkan oleh tayangan

edukatif dengan hal yang diukur dalam tes kreativitas verbal yaitu perbendaharaan

kata, pemahaman kata, pengetahuan umum dan sebagainya. Hal ini didukung oleh

pernyataan oleh Bahrts, Potts, Condry dalam Fisch (2003) dimana bagian yang

sangat signifikan dalam tayangan atau program edukatif adalah pemberian

informasi berupa perbendaharaan kata, pemahaman kata, ilmu pengetahuan

informasi mengenai ilmu terapan dalam kehidupan sehari-hari.

Tes Kreativitas Verbal ini merupakan tes kreativitas yang disusun oleh

Munandar berdasarkan konstruk Model Struktur Intelek Guilford. Tes kreativitas

ini menggunakan baterai tes yang terdiri atas enam subtes dengan masing-masing

subtes berisi dua aitem (Munandar, 2004). Berikut ini akan dipaparkan penjelasan

tentang baterai tes kreativitas verbal yang meliputi :

Tes I : Word Beginning (permulaan kata), mengungkap kelancaran kata.

Tes II : Anagram (menyusun kata), mengungkap word fluency (kelancaran kata). Tes III : Three word sentences (membentuk kalimat tiga kata), mengungkap

kelancaran dalam ungkapan (ekspressional fluency).

Tes IV : Thing categories (sifat –sifat yang sama), mengungkap ideational fluency (kelancaran dalam memberikan gagasan).


(52)

Tes V : Unusual uses (penggunaan tidak biasa), mengungkap flexibility dan

originality.

Tes VI : Consequenses (apa akibatnya), mengungkap ideational fluency dan

elaboration (elaborasi dan kelancaran).

Setiap subtes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif yang

dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran dan orisinalitas

dalam berpikir tetapi lebih kepada dimensi verbal. (Munandar, 2004).

a. Prosedur Penyelenggaraan

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan

alat tes kreativitas verbal (TKV) dari Munandar (1999). Berikut ini akan

dipaparkan penjelasan mengenai tes kreativitas Verbal (Munandar, 1999), yang

meliputi :

1. Permulaan kata (Word Beginning), mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang

dimulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur

kelancaran kata, yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi

persyaratan struktural tertentu. Contoh : Sa

2. Menyusun kata anagram, mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menyusun sebanyak mungkin kata

dengan menggunakan huruf-huruf dari suatu kata yang diberikan sebagai

rangsangan (dalam kepustakaan tes ini juga disebut anagram). Tes ini

mengukur kelancaran kata, tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam


(53)

3. Membentuk kalimat tiga kata (Three Word Sentences)

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menyusun kalimat yang terdiri dari

tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsangan, akan

tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda,

menurut kehendak subjek. Contoh: A-l-g

4. Sifat-sifat yang sama (Thing Categories), mengungkap elaborasi

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menemukan sebanyak mungkin

objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan

ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan, yaitu kemampuan untuk

mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang

terbatas. Contoh : Merah dan cair

5. Penggunaan tidak biasa (Unusual Uses), mengungkapkan fleksibilitas dan orisinalitas.

Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan

yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan

ukuran dari kelenturan dalam berpikir, karena dalam tes ini subjek harus dapat

melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan

hal tertentu saja. Selain mengukur kelenturan dalam berpikir, tes ini juga

mengukur orisinalitas dalam berpikir, orisinalitas ditentukan secara statistis,

dengan melihat kelangkaan jawaban yang diberikan.

6. Apa akibatnya (Consequences), mengungkap kelancaran kata dan elaborasi. Pada subtes ini, subjek diminta untuk memikirkan segala sesuatu yang

mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan sebagai


(54)

Indonesia akan tetapi dalam hal ini subjek harus mengumpamakan, andaikan

hal itu terjadi di sini, pengaruh apa saja yang akan ditimbulkannya. Tes ini

merupakan ukuran kelancaran dalam memberi gagasan digabung dengan

elaborasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan

suatu gagasan, merincinya dengan mempertimbangkan berbagai macam

implikasi. Contoh : Apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti burung.

Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes dibuat cukup longgar agar

tersedia kesempatan bagi subjek untuk dapat menyatakan ide-ide mereka

(Munandar, dalam Rismiati & Mukandari, 2004). Jumlah waktu untuk

mengerjakan tes kreativitas Verbal ini adalah ±60 menit.

b. Prosedur Penilaian

1. Penilaian subtes permulaan kata (word beginning).

Setiap kata mendapat skor 1, jika memenuhi persyaratan yaitu kata

tersebut dimulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus

betul ejaannya, sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan, tapi tidak

perlu sempurna. Dasar pertimbangannya adalah subtes ini tidak merupakan tes

bahasa akan tetapi merupakan tes kreativitas, misalnya: ditulis “sayur”. Ini

betul dan mendapat skor 1, oleh karena itu penggunaan susunan huruf “sa”

yang diberikan adalah benar akan tetapi jika ditulis “sampo” yang seharusnya

“shampo”, jawaban ini tidak benar, karena disini penggunaan huruf “sa” yang

diberikan tidak tepat. Nama orang tidak dibenarkan tetapi nama negara, kota,

gunung dapat dibenarkan.


(55)

Keseluruhan kata yang dibentuk harus betul ejaannya, karena kata tersebut

harus dibentuk dari huruf-huruf yang telah ditentukan. Tidak dibenarkan untuk

menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari aitem

tes. Tidak dibenarkan menggunakan suatu huruf dalam kata item tes sampai

dua kali, kecuali kalau dalam kata aitem tes huruf tersebut memang muncul

dua kali seperti huruf “a” dalam kata kreativitas. Singkatan tidak dibenarkan,

seperti PLN, kecuali sudah menjadi bahasa sehari-hari misalnya TV. Bahasa

asing/daerah tidak di benarkan, kecuali diterima sebagai bahasa Indonesia.

3. Membentuk kalimat tiga kata (three word sentences)

Urutan huruf-huruf yang diberikan dalam pembuatan kalimat boleh

diubah. Jadi tidak selalu harus berurut seperti yang diberikan. Tiga kalimat

boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat sebelumnya tetapi

tidak mendapatkan skor. Dapat menggunakan kata nama orang. Susunan kata

kalimat harus betul dan logis. Kesalahan dalam ejaan kata tidak

mempengaruhi skor, kecuali menyangkut huruf pertama dari kata, karena

huruf itu berfungsi sebagai stimulus tes dan merupakan persyaratan tes.

4. Sifat-sifat yang sama (thing categories)

Di bawah ini dirumuskan apa yang diartikan dengan sifat yang disebut

pada masing-masing aitem, yaitu:

a. Bulat dan keras, maksud pernyataan ini adalah bulat gepeng (bundar),

misalnya: uang logam, atau bulat sepenuhnya, misalnya: bola. Yang dapat

diambil sebagai patokan adalah bahwa kesan keseluruhan adalah

kebulatannya. Yang dimaksud dengan keras adalah tahan tekanan atau


(56)

b. Putih dan dapat dimakan. Maksudnya kata yang luas, meliputi

makan/minuman, misalnya; susu, bahan yang matang, telah dimasak

maupun yang perlu dimasak, misalnya: beras dan tepung.

c. Panas dan berguna maksudnya semua benda yang kegunaannya adalah

akibat dari “kepanasannnya”/kehangatannya. Jika kepanasan dari benda

adalah akibat dari berfungsinya tapi tidak merupakan sumber kegunannya,

maka jawaban seperti itu tidak dapat diskor. Benda atau zat yang

mempunyai efek panas walaupun suhu benda/zat tersebut tidak harus

tinggi, dibenarkan, misalnya: minyak serai, obat gosok, param balsam.

5. Macam-macam kegunaannya

Untuk apa benda itu dipergunakan atau dibuat dan tidak perlu dibahas.

Jadi semua jawaban yang menunjukkan pada penggunaan yang lazim atau

bisa, tidak mendapat skor. Demikian pula jawaban-jawaban yang

menunjukkan pada kegunaan yang kurang lebih sama, karena tes ini

mengukur “fleksibilitas” dalam pemikiran. Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan dan tidak perlu dipakai keseluruhannya misalnya; surat

kabar boleh dikoyak-koyak untuk dijadikan bahan prakarya. Untuk

menemukan skor originalitas dipakai suatu tabel yang telah dibuat oleh Munandar berdasarkan hasil penelitian terhadap 267 responden.

6. Apa akibatnya

Subtes ini menghasilkan suatu skor yang merupakan gabungan dari

kelancaran dalam memberikan gagasan/elaborasi. Seperti jawaban yang

menunjuk pada akibat yang masuk akal dari kejadian hipotesis yang dilakukan


(57)

dan memperkaya jawaban atau yang merupakan akibat tambahan juga

mendapat skor. Misalnya: apakah yang terjadi jika kita bisa mendengar isi hati

orang lain? Dengan jawaban sebagai berikut: maka orang dapat mengetahui

rahasia orang lain, dan dapat mengetahui pikiran-pikiran jahatnya, sehingga

menimbulkan permusuhan atau saling tidak mempercayai lagi.

Skor tinggi yang diperoleh pada total masing-masing subtes menunjukkan

kreativitas verbal tinggi dan sebaliknya skor rendah yang diperoleh pada total dari

masing-masing subtes menunjukkan kreativitas verbal yang rendah.

G. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Uji validitas tes kreativitas verbal dari Munandar ini telah banyak

dilaporkan dengan berbagai kriteria. Uji validitas Tes Kreativitas Verbal (TKV)

juga telah banyak dilaporkan oleh Munandar, dari hasil beberapa penelitian yang

dilakukannya (Prakoso, 1995). Uji validitas berdasarkan metode global adalah

0,43 dan 0.37 untuk SD dan SMP. Berdasarkan penilaian kelas validitas tes

kreativitas adalah sebesar 0,38 dan 0,36 untuk SD dan SMP (Prakoso, 1995).

2. Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat

ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang

berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien

reliabilitas merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes dalam


(58)

menggunakan pendekatan konsistensi internal, yaitu suatu bentuk tes yang hanya

memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal kepada sekelompok individu sebagai

subjek (Azwar, 2000). Tes Kreativitas Verbal (TKV) menunjukkan reliabilitas

berkisar 0,94 – 0,99. reliabilitas tes ulang antara 0,65 sampai dengan 0,75 untuk

SD dan 0,68 sampai dengan 0,78 untuk SMP. Reliabilitas belah dua untuk SD dan

SMP sebesar 0,95. Setelah mempertimbangkan hal-hal di atas, maka dalam

penelitian ini penulis tidak lagi menguji validitas dan reliabilitas Tes Kreativitas

Verbal (TKV) dari Munandar. Hal ini karena dari hasil penjelasan dan penelitian

yang dijelaskan tersebut cukup meyakinkan.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian dilakukan utnuk mempersiapkan hal-hal yang

dibutuhkan dalam penelitian. Tahap persiapan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan Kuesioner Awal

Pada tahap ini dilakukan pembuatan kuesioner awal yang dimaksudkan

sebagai alat untuk melakukan screening. Kuesioner awal terdiri dari beberapa buah pertanyaan. Pertanyaan yang dituangkan ke dalam kuesioner merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang menggali tentang data diri atau biodata siswa seperti

nama, jenis kelamin, usia, dan kelas. Selain itu, terdapat juga pertanyaan yang

menyangkut tentang kegiatan menonton anak seperti tayangan yang ditonton,


(59)

tayangan edukatif apa yang disukai. Melalui kuesioner ini akan diperoleh

data-data subjek penelitian dan tayangan edukatif yang akan dijadikan perlakuan

(treatment) dalam penelitian. b. Pemilihan Tayangan Edukatif

Terdapat beberapa tayangan edukatif yang dapat dipilih untuk diberikan

sebagai perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen diantaranya : Jalan Sesama, Bocah Petualang, Laptop Si Unyil, Cita-Citaku, Si Bolang Ke Kota, Buku Harian Si Unyil, Surat Sahabat, Cerita Anak, Main Yuk, Dora The Explorer, Masa Kalah Sama Anan-anak, After School, Blues Clues dan Wonder Pets (Kidia, 2008).

Pemilihan tayangan edukatif dari beberapa judul di atas dilakukan dengan

cara memilih tayangan edukatif yang paling banyak dan paling sering ditonton

oleh subjek penelitian yaitu siswa SD. Data tentang tayangan yang paling sering

ditonton diperoleh melalui kuesioner awal sebagai screening yang diberikan kepada siswa-siswa SD tersebut.

Berdasarkan hasil screening melalui kuesioner awal ditetapkan 8 judul tayangan yang akan diberikan sebagai perlakuan (treatment) dalam penelitian. Berikut ini merupakan 8 judul tayangan edukatif yang digunakan dalam

penelitian:

1. Laptop Si Unyil dariTrans7 (durasi 30 menit)

2. Si Bocah Petualang dariTrans7 (durasi 30 menit)

3. Cerita Anak dariTrans TV (durasi 30 menit)


(1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pre post

N 44 44

Mean 32.70 58.43

Normal Parameters(a,b)

Std. Deviation 5.704 9.416

Absolute .092 .074

Positive .092 .074

Most Extreme Differences

Negative -.073 -.073

Kolmogorov-Smirnov Z .610 .491


(2)

LAMPIRAN C

:

KUESIONER DATA SISWA DAN INFORMASI TAYANGAN


(3)

KUESIONER DATA SISWA DAN INFORMASI TAYANGAN EDUKATIF

Nama :

Kelas : IV A / B / C

Usia : 8 / 9 / 10 / 11 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

1. Berapa jam kamu menonton TV dalam sehari pada hari sekolah?

a. 1 jam c. 3 jam

b. 2 jam d. Lebih dari 3 jam

2. Berapa jam kamu menonton TV dalam sehari pada hari libur ?

a. 1 jam c. 3 jam

b. 2 jam d. Lebih dari 3 jam

3. Tayangan apa yang biasanya kamu tonton di rumah ?

a. Petualangan Anak

. Si Bocah Petualang di Trans7


(4)

. Go! Diego Go! Di Global TV x Seminggu

. Wonder Pets di Global TV

b. Pengetahuan Umum

. Laptop Si Unyil di trans7 . Cita-citaku di Trans7

. Main yuk di Trans TV x Seminggu . Jalan Sesama di Trans7

c. Berita Anak

. Cerita Anak di trans TV x Seminggu

d. Kuis

. Masa kalah Sama Anak-Anak di TV One x Seminggu

4. Apa saja yang kamu lakukan setiap pulang sekolah?

a. ... jam... c. ... jam...

b. ... jam... d. ... jam...

5. Apakah kamu mengikuti ekstrakurikuler/ kegiatan di luar sekolah ? Ya Tidak

Jika ya, Sebutkan...

Hari... Jam...

6. Sebutkan 3 tayangan anak-anak favorit kamu ?

a. ... b. ... c. ...

7. Apakah kamu berlangganan TV kabel di rumah ?

Ya Tidak Jika ya, beri tanda

Indovision Lainnya


(5)

LAMPIRAN D

:


(6)