Perancangan buku tutorial bergambar permainan tradisional Jawa Barat untuk anak usia sekolah dasar

(1)

(2)

ASTRI WULAN SARI

2012

Alamat: Jl. Cijerah Gg. Al-hidayah RT 05 RW 04 no.22 40213 Bandung Hp : 0857 2041 4088

Email: achiezuhasai@gmail.com Tempat & : Bandung

Tanggal Lahir : 31 Maret 1990 Agama : Islam

Pendidikan Formal

1996 - 2002 SD Cijerah 06 Berijazah

2002 – 2005 SMP Negeri 4 Cimahi Berijazah

2005- 2008 SMA Negeri 6 Cimahi Berijazah

2008 – Sekarang Universitas Komputer Indonesia, Fakultas Desain & Seni, Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV)

Pendidikan Non Formal

2010 Kuliah Umum Sertifikasi

“Konvensional vs Digital :Pre-press dengan Adobe InDesign &Cetak Digital-Manual ”

2012 “Road To Entrepreneur” Sertifikasi

Pengalaman Kerja

Juli 2008 s/d sekarang CV.Asri Murni Mandiri

Keahlian

Software : Corel Draw, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe Indesign, adobe Premier, Ms Word, Ms Excel, Ms Power Point.


(3)

(4)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU TUTORIAL BERGAMBAR PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT UNTUK ANAK USIA SEKOLAH DASAR

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2011-2012

Oleh:

Astri Wulan Sari 51908057

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(5)

(6)

i KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan ridho dan izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan mata kuliah Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual (DK 38315). Laporan ini berisi pengkajian mengenai perancangan buku tutorial bergambar yang dibuat oleh penulis yang mengangkat tema permainan tradisional Jawa Barat.

Permainan tradisional Jawa Barat merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan. Globalisasi telah menyisihkan permainan tradisional Jawa Barat dengan permainan-permainan modern yang lebih menarik dan canggih. Oleh karena itu dibutuhkan suatu media yang dapat menyampaikan serta mengenalkan kembali permainan tradisional Jawa Barat agar kebudayaan tersebut dapat terus dipertahankan dan diturunkan kepada generasi-generasi yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan, karena itu kritik dan saran yang dapat membangun dari berbagai pihak, penulis terima dengan senang hati.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2012


(7)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….….…….….i

DAFTAR ISI ………...……….…ii

DAFTAR GAMBAR ……….….…………...…v

BAB I PENDAHULUAN ………..1

I.1. Latar Belakang Masalah ………….………..……….……...……...1

I.2 Identifikasi Masalah ……….…...….………..…3

I.3 Fokus Permasalahan ..………..………...3

I.4 Tujuan Perancangan ………..…..…………...…4

BAB II PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH ………...5

II.1. Definisi Bermain ……..……...……….………..….5

II.2. Permainan Tradisional ………...……...……...6

II.3. Permainan Tradisional Jawa Barat…...…………...……..…...…..7

II.3.1. Pengelompokan Permainan Tradisional Jawa Barat ………..8

II.3.2. Pengaruh Permainan Tradisional Jawa Barat pada Perkembangan Anak ……….…...….……….…..……..9

II.3.3. Manfaat Permainan Tradisional ………..…...…..…………11

II.3.4. Bahan yang Digunakan dalam Permainan Tradisional …....12

II.3.5. 10 Permainan Tradisional Jawa Barat yang Populer ………13

II.4. Analisa Masalah ………..………….…...………19 II.4.1. Penyebab Permainan Tradisional yang Tidak Dimainkan di Perkotaan ………...…..…… 19

II.4.2. Kondisi Anak di Perkotaan …………...……...……...….….20

II.5. Tinjauan Umum Buku ………..………...…..…………...21

II.5.1. Pengertian Buku …………..………….………...…..………21

II.5.2. Pengertian Tutorial ……..……….……...…..………21

II.5.3. Pengertian Buku Bergambar...….……….…...…..………21

II.5.4. Pengertian Buku Tutorial Bergambar...…...………...…22

II.5. Penyelesaian Masalah ……….…….…...…..…………...22


(8)

iii

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL……….24

III.1. Strategi Komunikasi ……..……….………….……….……24

III.1.1 Pendekatan Visual .…….…….…………..……….….…24

III.1.2 Pendekatan Verbal ……..…….…….………...…...24

III.1.3 Materi Pesan……...……..………….………...25

III.1.3.1 Pesan Utama………..………….………...25

III.1.4 Strategi Kreatif…...…..………...….…………...25

III.1.5 Strategi Media…...……..………...….…………...26

III.1.5.1 Pemilihan Media.….………...…..……...…...26

III.1.6 Distribusi Media…………..………...…..………..27

III.2. Konsep Visual ……….…....……….………28

III.2.1 Format Desain …....…..……….…….……28

III.2.2 Tipografi……. …. .…..………..……….……28

III.2.3 Ilustrasi..……..…. .…..………..……….……30

III.2.4 Warna………. …. .…..………..……….……30

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ………..……….……..32

IV.1. Media ……...…....……..…………..………32

IV.1.1 Media Utama……...…...……….………….…32 IV.1.1.1 Proses Perancangan Buku Tutorial

Bergambar………...….……...32 IV.1.1.2 Sampul Depan dan Sampul Belakang….………32

IV.1.1.2 Isi Buku……….………...………33

IV.1.1 Media Pendukung....…...….……….…...…….…35

IV.1.2.1 Poster ………..35

IV.1.2.2 Mini X-Banner..………..….35

IV.1.2.3 Flyer ..………...………..…….36

IV.1.2.4 Hanging Mobile……….……….……….37

IV.1.2.5 Pembatas Buku….…….……….…….37

IV.1.2.6 Baju ………...………….…….38

IV.1.2.7 Tempat Minum.………....….………….….39


(9)

iv

IV.1.2.9 Stiker ……….…….40

IV.1.2.10 Display.……….…….40

DAFTAR PUSTAKA………42


(10)

42 DAFTAR PUSTAKA

Adyogi, Dhanumurti. (2009). Buku Cerita Mengangkat Permainan Tradsional Sunda. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Alif, Zaini. (2009). Permainan Rakyat Jawa Barat Dalam Dimensi Budaya. Bandung : Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan.

Koentjaraningrat, (1985). Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.

M, Husna. (2009). 100+ Permainan Tradisional Indonesia. Yogyakarta : Andi Offset.

Zaini Alif. 2012 (20 Januari). Komunitas Hong. Tersedia di

http://kaulinanbudak.multiply.com/

2012 (11 Februari) Wisata Permainan Tradisional. Tersedia di

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/cat-det.php?id=61&lang=id

2012 (15 Februari) Batik Tasikmalaya. Tersedia di

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=860&lang=id

2012 (15 Februari) Batik Garut. Tersedia di


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi merupakan era dimana suatu wilayah mengalami perubahan. Perubahan dalam hal ini menyangkut sesuatu yang berasal dari luar wilayah yang bersifat lebih luas dan mendunia masuk ke suatu wilayah lain yang lebih kecil dan dapat merubah kebiasaan di wilayah tersebut mengikuti kebiasaan dari luar. Hal ini dapat dengan mudah terjadi apabila tidak adanya proses penyeleksian yang sedikit banyak bisa membantu menyaring dan memilah apa saja yang boleh masuk tanpa menerimanya begitu saja.

Era globalisasi membawa pengaruh luar terutama budaya masuk secara bebas ke Indonesia dan dapat mengikis budaya asal dari Indonesia itu sendiri. Salah satu budaya yang terancam keberadaannya adalah permainan tradisional. Masuknya permainan luar ke Indonesia, mempengaruhi eksistensi permainan tradisional Indonesia.

Permainan tradisional merupakan salah satu bentuk produk yang penting diturunkan kepada generasi berikutnya karena permainan tradisional memiliki kearifan budaya lokal dimana didalamnya menerapkan nilai sosial, yang menuntut para pemainnya bersosialisasi satu sama lain. Permainan tradisional juga memiliki nilai lebih yang lain, karena alat main yang dibutuhkan dalam permainan tradisional tersebut biasanya berada di alam dan ramah lingkungan.

Namun akhir-akhir ini perkembangan kebudayaan khususnya permainan tradisional sudah mulai terkikis perlahan-lahan seiring dengan perkembangan zaman. Permainan tradisional bahkan sudah jarang terlihat dimainkan salah satunya di kota Bandung. Hal yang menyebabkan permainan tradisional jarang dimainkan karena hadirnya permainan masa kini yang lebih dikenal dengan mana game digital. Salah satu contoh game digital adalah PlayStasion, NinTendo, Sega, dan lain-lain. Teknologi seakan menjadi hal yang baru dan lebih menarik untuk


(12)

2 dimainkan karena tampilannya yang lebih menarik. Tidak menutup kemungkinan yang akan terjadi adalah permainan tradisional akan sulit ditemukan atau bahkan hilang. Selain itu pola pikir masyarakat yang menganggap permainan tradisional tidak menarik lagi untuk dimainkan menambah alasan semakin terancamnya keberadaan permainan tradisional di kota Bandung.

Lahan yang luas merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan dalam permainan tradisional, karena aktifitas berlari, melompat, berputar, dan berkejar-kejaran dilakukan anak pada saat bermain permainan tradisional. Hal ini tidak didukung karena jarang ditemukannya lahan bermain yang luas dikota Bandung. Ditambah pembangunan yang terus menerus dilakukan sehingga lahan untuk bermain anak pun hilang. Pada akhirnya anak hanya bisa bermain di lahan yang sempit dan mengakibatkan mereka kurang leluasa saat bermain permainan tradisional.

Kota Bandung juga merupakan salah satu tujuan para pendatang untuk bekerja dan menetap, sehingga pengaruh kebudayaan dari daerah lain yang dibawa, sedikit banyak merubah kebiasaan dan permainan di kota Bandung. Perubahan ini mengakibatkan tergesernya permainan tradisional asal Jawa Barat di kota Bandung oleh pendatang yang membawa permainan tradisionalnya sendiri.

Sumber daya manusia yang bisa mengajarkan permainan tradisional kepada generasi muda juga dianggap faktor yang sangat penting dalam mendukung keberlangsungan permainan tradisional di kota Bandung. Namun jarang sekali orang yang mau melestarikan dan mengenalkan permainan tradisional kepada anak. Hal ini membuat situasi keberadaan permainan tradisional terancam dan memprihatinkan. Nilai-nilai sosial pada diri masyarakat semakin lama semakin hilang.


(13)

3 I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain:

 Era globalisasi membuat permainan-permainan baru yang datang dari luar masuk dan mengikis budaya asal dari Indonesia itu sendiri.

 Proses penyaringan budaya dimana pembatasan dan penyeleksian kurang

berfungsi dengan baik seiring dengan masuknya permainan baru.

 Eksistensi permainan tradisional terkikis akibat perilaku masyarakat

khususnya anak-anak yang sudah jarang memainkan permainan tradisional dalam kehidupannya diakibatkan karena pemainan baru yang dapat menyesuaikan dengan keadaan.

 Ketersediaan lahan bermain yang tidak mendukung dan kurang tersedia permainan tradisional bagi anak.

 Ketersediaan sumber daya manusia yang bisa dan mau mengenalkan serta mengajarkan permainan tradisional jarang ditemukan.

I.3 Fokus Permasalahan

Keberadaan permainan tradisional terkikis akibat perilaku masyarakat khususnya anak-anak yang sudah jarang memainkan permainan tradisional dalam kehidupannya diakibatkan lahan bermain berkurang sehingga anak lebih memilih mengalihkan perhatian mereka pada permainan yang praktis dan dapat dimainkan tanpa membutuhkan lahan yang besar. Ditambah ketersediaan sumber daya manusia yang bisa dan mau mengenalkan serta mengajarkan permainan tradisional jarang ditemukan.

I.4 Tujuan Perancangan

Tujuan dari dibuatnya perancangan ini adalah untuk mengajak masyarakat agar memainkan kembali permainan tradisional terutama permainan tradisional khas Jawa Barat. Karena permainan tradisional memiliki banyak nilai lebih baik itu


(14)

4 bagi fisik maupun mental. Anak akan lebih bersosialisasi karena permainan tradisional selalu dilakukan bersama-sama. Kerarifan budaya lokal terbangun pada jiwa anak saat memainkan permainan tradisional karena tempat, alat dan bahan yang selalu disesuaikan dengan alam dari pemainnya sehingga anak dituntut kreatif dalam membuat mainannya tersebut.


(15)

(16)

5 BAB II

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH

II.1 Definisi Bermain

Menurut Brook,J.B. and D.M. Elliot (seperti dikutip Dhanumurti, 2009),bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang tepat adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

Sulit menentukan kapan permainan mulai muncul, karena tidak ada data sejarah maupun tinggalan arkeologi yang dapat digunakan sebagai indikasi adanya permainan. Menurut hasil wawancara dengan Eti Khodijah, S.Pd. selaku staf di Museum Negeri Sribaduga Bandung, apabila kita menggunakan pendekatan konsep terhadap sifat permainan sebagai penghibur diri, maka kita dapat menentukan perkiraan bahwa permainan dikenal bersamaan dengan lahirnya manusia ke dunia. Dugaan ini muncul disebabkan hiburan merupakan suatu kebutuhan manusia untuk menghilangkan kebosanan dari rutinitas kehidupan sehari-hari.

Pemain akan menggunakan otot-ototnya saat bermain, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ditinggali dan menemukan seperti apa diri pemain itu sendiri. Dengan bermain, pemain akan menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhan (need).

Mildred Parten (seperti dikutip Dhanumurti, 2009) dilihat dari perkembangan sosial, bermain dapat dikelompokkan menjadi lima macam:

Solitary games (bermain sendiri)


(17)

6  Parallel games (bermain paralel dengan temannya), bermain dengan materi

yang sama, tetapi masing-masing bekerja sendiri

Associative games (bermain beramai-ramai), anak bermain bersama-sama tanpa ada suatu organisasi

Cooperative games (bermain kooperatif), ada aturan dan pembagian peran, salah satu anak menolak bermian, permainan tidak akan terlaksana.

Permainan juga dapat dikelompokkan dalam:

 Permainan fisik

 Lagu anak anak

 Teka-teki, berpikir logis/matematis

 Bermain dengan benda-benda

 Bermain peran

Hughes (seperti dikutip Dhanumurti, 2009) bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Harus ada 5 (lima) unsur dalam sebuah kegiatan bermain. Kelima unsur tersebut adalah:

 Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karena melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan uang

 Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak ada yang meenyuruh atau memaksa

 Menyenangkan dan dinikmati

 Ada unsur khayalan dalam kegiatannya

 Dilakukan secara aktif dan sadar

II.2 Permainan Tradisional

Permainan berasal dari kata main yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, main berarti melakukan perbuatan untuk bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu atau tidak). Sedangkan arti dari kata permainan itu sendiri adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain atau dapat diartikan pula sebagai barang atau


(18)

7 sesuatu yang dipermainkan. Kata tradisional memiliki arti sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Jadi permainan tradisional adalah sesuatu yang di permainkan atau yang dimainkan berpegang teguh pada norma dan kebiasaan yang ada secara turun-temurun.

Menurut Sukirman (2005), permainan tradisional merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak dikemudian hari.

Permainan tradisonal mendapat pengaruh yang kuat dari budaya setempat, oleh karena itu permainan tradisonal mengalami perubahan baik berupa pergantian, penambahan maupun pengurangan sesuai dengan kondisi daerah setempat. Dengan demikian, permainan tradisional meskipun nama permainannya berbeda antar daerah, namun memiliki persamaan atau kemiripan dalam cara memainkannya.

Menurut Yunus (1981), permainan tradisional umumnya bersifat rekreatif, karena banyak memerlukan kreasi anak. Permainan ini biasanya merekonstruksi berbagai kegiatan sosial dalam masyarakat. Seperti : pasar yang menirukan kegiatan jual beli, jaranan yang menirukan orang yang sedang melakukan 6 perjalanan dengan naik kuda, permainan menthok-menthok yang melambangkan kemalasan.

II.3 Permainan Tradisional Jawa Barat

Menurut M. Zaini Alif (2009), Berdasarkan sifat permainan, maka permainan tradisional atau permainan rakyat (folk games) dapat dbagi menjadi dua golongan besar, yaitu permainan untuk bermain (play) yang bersifat rekreasi, mengisi waktu senggang dan permainan untuk bertanding yaitu yang terikat oleh sebuah aturan, berorientasi pada menang dan kalah (game). Dan aturannya tidak tertulis, disepakati oleh semua anak, dan biasanya bermain kelompok. (h.28)

Di daerah Jawa Barat ada jenis kaulinan (permainan) dan cocooan (mainan), permainan ada yang bersifat rekreasi dan ada yang bersifat bertanding begitu pula


(19)

8 dengan mainan, jenisnya dibagi dua pula yang bersifat rekreasi dan bersifat bertanding. Rekreasi biasanya bersifat sekedar bersenang-senang dan mengisi waktu luang sedangkan bertanding sifatnya game dimana ada yang menang dan ada yang kalah.

II.3.1 Pengelompokan Permainan Tradisional Jawa Barat

Mainan dan permainan tradisional terdiri dari 2 garis besar pengelompokan. Permainan yang bersifat rekreasi (play) dan yang bersifat menang kalah (game). Berikut pengelompokan jenis permainan tradisional.

- Rekreasi : Oray-Orayan, Tetenyekan-Tutuyukan, Patipung-Tipung

Balung, Anjang-Anjangan, Tetemute, Hahayaman,

Paciwit-Ciwit Putri, Pakaleng-Kaleng Agung,

Peupeusingan, Ambil-Ambilan, Huhuian, Tok Tar, Galah Burulu, Pal-Palan, dan Paciwit-Ciwit Lutung.

- Menang kalah : Congklak, Hong-Hongan, Ngadu Muncang, Boy-Boyan,

Encrak, Dodomaan, Lolodehan, Kolontong, Kobak,

Hahayaman Jukut, Engkle, Galah Asin, Ucing

Kalangkang, Gatrik, Ucing Tiang, Perepet Jengkol,

Tuk-tuk brug tuk-tuk brag, Jajamuran, Cingkup,

Keukeuyeupan, Bubuyungan, Simseu, Bebentengan, Patingtung, Gobag, Lais, Ngadu Ungkuy, Ujunga, Balenan, Dampu, Nanangkaan, dan Kali-Kali Jahe.

Pengelompokan jenis mainan yang digunakan dalam permainan tradisional.

 Rekreasi : Bebeletokan, Suling, Ketepel, Anjang-Anjangan, Sasapian,

Angsretan, Bedil Sorolok, Celempung, Karinding,

Jajangkungan, Sesengekan, Kolom Batok, Kokomprakan, Empet-Empetan, Bangbara, Ngapung, Ker-Keran, Sumpit, Bedil Jepret, Rorodaan, Gogolekan, Keprak, Ewod, Kekerisan, Simeut Cudang, Sisimeutan, Posong, Pamikatan,


(20)

9 Nok-Nok, Dog-Dog, Hatong, Toleot, Pancur Rendang, Kakalungan, Golek Kembang, Kolecer, dan Sanari.

- Menang Kalah : Hing-Hongan, Encrak, Panggal Gasing, Hahayaman Jukut,

dan Dodombaan.

II.3.2 Pengaruh Permainan Tradisional Jawa Barat pada Perkembangan Anak

Pada usia yang lebih dini, ketika kesesuaian jenis kelamin masih sangat kurang penting, bermain mungkin menimbulkan pengaruh terbesar dengan membantu mereka mempelajari keterampilan sosial, sesuatu yang sangat mereka hargai pada usia itu. Terlepas dari penekanannya sekarang pada nilai sosilisasi dari bermain, terdapat bukti bahwa bermain menimbulkan pengaruh lainnya bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak yang terlalu penting untuk diabaikan begitu saja.

Menurut Dhanumurti (2009), bermain dapat mempengaruhi perkembangan pemainnya terutama dalam perkembangan anak, yang masih harus dikembangkan.

 Perkembangan fisik, berupa melatih otot dan melatih seluruh bagian

tubuhnya. Bemain juga merupakan sarana untuk menyalurkan tenaga yang berlebihan agar tidak terpendam yang akan menyebabkan anak tegang, gelisah, dan mudah tersinggung.

 Dengan bermain, anak dituntut untuk berkomunikasi satu dengan yang lain dalam hal ini membuat anak dapat mengerti dan sebaliknya anak harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan oleh orang lain.

 Anak dapat menyalurkan kebutuhan dan keinginan dengan bermain. Anak yan tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan dalam bermain.

 Bermain dapat dijadikan sebagai sarana penyaluran bagi energi emosional yang terpendam akibat pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka.

 Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari beberapa hal, melalui

buku, televisi, atau menjelajah lingkungan, yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau di sekolah.


(21)

10  Merangsang kreativitas dengan merancang sesuatu yang baru dan berbeda.

Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.

 Perkembangan wawasan diri. Mengetahui tingkat kemampuannya

dibandingkan dengan teman lain. Hal ini memungkinkan anak

mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.

 Dengan bermain bersama anak lain, anak akan belajar membentuk hubungan

sosial dan menghadapi serta memecahkan masalah yang timbul.

 Perkembangan ciri kepribadian yang akan timbul pada diri anak seperti belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.

Bermain juga dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan pemainnya terutama dalam kecerdasan majemuk anak, hal tersebut adalah:

 Mengembangkan kecerdasan intelektual anak.

Jenis permainan yang termasuk permainan ini adalah dimana permainan ini akan menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan. Salah satu contoh permainannya adalah Gagarudaan dan oray-orayan.

 Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak.

Emosi yang ditimbulkan adalah rasa toleransi dan empati terhadap orang lain. Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Beberapa contoh permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok antara lain Perepet jengkol, Ucing peungpeun, dan Gatrik.

 Mengembangkan kecerdasan logika anak

Anak dituntut untuk menyelesaikan permainan dengan urutan yang sesuai dan menentukan langkah yang harus dilaluinya. Beberapa contoh permainannya anatara lain Congklak, Lompat tali / Sapintrong, dan Sondah.


(22)

11

 Mengembangkan kecerdasan kinestesis anak

Pada permainan tradisional, anak selalu dituntut untuk bergerak, seperti melompat, berlari, berputar, menari, dan gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah Lompat tali, Sorodot gaplok, dan Ucing kup.

 Mengembangkan kecerdasan natural anak

Karena bahan dan alat yang digunakan berasal dari alam, anak akan menyatu dengan alam sehingga muncul sikap dimana anak akan hidup secara natural dan saling melengkapi dengan alam sekitarnya. Beberapa contoh permainannya adalah Anjang-anjangan, Mobil-mobilan, dan Engrang.

 Mengembangkan kecerdasan spasial (berkenaan dengan ruang atau tempat) anak.

Permainan ini akan dituntut untuk bisa mengenal konsep dan berganti peran dimana permainan ini dapat mengembangkan kecerdasan anak yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Beberapa contoh permainannya adalah Anjang-anjangan, dan permainan Si miskin si kaya.

 Mengembangkan kecerdasan musikal.

Permainan tradisional sangat akrab dengan bunyi-bunyian dan nyanyi-nyanyian. Beberapa contoh permainannya adalah Ucang-ucang angge, Oray-orayan, dan Perepet jengkol.

II.3.3 Manfaat Permainan Tradisional

Pengaruh dan manfaat permainan tradisional penting untuk perkembangan jiwa anak. Anak akan menjadi lebih kreatif karena bahan dan alat yang akan anak mainkan biasanya dibuat langsung oleh anak selaku pemain. Anak menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal ini mendorong anak untuk berfikir dan bertindak lebih kreatif dan dapat menciptakan alat sesuai dengan daya fikirnya.


(23)

12 Banyak sekali nilai lebih yang terkandung dalam permainan tradisional, Menurut Eti Khodijah, banyak nilai lebih yang terkandung dalam permainan tradisional, diantaranya:

 Murah, karena bahan yang digunakan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar dan berasal dari alam

 Mengasah kerja sama antara permain

 Mengasah ketajaman anak dalam berfikir dan menyusun strategi

 Dinamis, karena hampir semua permainan tradisional menuntut pemainnya untuk bergerak

 Membangun kreatifitas

 Mengontrol emosi

 Menerapkan sikap kepemimpinan, perduli terhadap orang lain, bertanggung

jawab, mengakui kelemahan diri sendiri, menerima kelebihan orang lain, dan sportifitas.

Permainan tradisional dapat pula digunakan sebagai media terapi terhadap anak. Terapi tersebut berupa teriakan, tertawaan, dan gerakan yang dilakukan saat anak bermain. Dengan melakukan hal tersebut, anak akan melepaskan emosinya.

Menurut Bernadette Tynan, alasan mengapa permainan baru lebih diminati oleh masyarakat khususnya anak-anak adalah:

 Instan

 Mudah

 Menawarkan keindahan dari segi warna, bentuk, ukuran dan tampilan

 Praktis

 Langsung bisa dimainkan

 Tidak membutuhkan area bermain yang luas

 Mengikuti zaman


(24)

13 II.3.4 Bahan yang Digunakan dalam Permainan Tradisional

Pada permainan tradisional bahan material yang digunakan biasanya menggunakan bahan yang ada disekitarnya dan selalu mengikuti bahan-bahan dimana mereka berada. Bahan material permainan tradisional untuk masyarakat yang berada di pegunungan berbeda dengan bahan material untuk masyarakat yang ada di pesisir demikian pula dengan cara menggunakannya. Sebagai contoh nyata, jika anak-anak yang berada di pegunungan menggunakan biji-bijian, maka di pesisir menggunakan kerang atau kewuk.

Karena memanfaatkan benda yang ada di alam, pemain yang akan melakukan permainan tradisional harus memiliki kreatifitas yang tinggi. Dari kebiasaan ini, pemain seakan diajari tidak banyak tuntutan, dapat memanfaatkan apa yang ada, serta mampu mengukur kemampuan sendiri.

II.3.5 10 Permainan Tradisional Jawa Barat yang Populer

Ada 10 permainan yang yang dipilih dari beberapa jenis permainan berdasarkan pengelompokan yang berbeda. Permainannya antara lain:

1. Engrang

Permainan tradisional egrang ataupun jajangkungan dimainkan dengan sepasang tongkat atau galah, yang terbuat dari kayu atau bambu setinggi 2 hingga 3 meter. Sementara untuk tumpuan atau pijakan kaki dibuat dengan ketinggan 30-60 cm dari ujung bawah tongkat. Beberapa orang pemain dapat serentak memainkannya bersama-sama.

Gambar II.1 Egrang

Sumber: http://www.radar-bogor.co.id/uploads/berita/dir18092011/img18092011795021.jpg (Diakses pada tanggal 15 Desember 2011)


(25)

14 Disejumlah daerah, umumnya permainan dilakukan sebagai adu ketahanan keseimbangan tubuh. Namun didaerah lainnya, permainan egrang ataupun jajangkungan dilakukan sebagai adu ketahanan fisik, strategi, dan konsentrasi karena harus memainkan egrang atau jajangkungan berupaya menjatuhkan lawannya. Dua kelompok pemain saling berpasangan satu lawan satu. Setelah saling berhadapan, pemain, satu dengan yang lainnya saling menendang ujung egrang yang menyentuh tanah. Selain itu, dibeberapa daerah pesisir (pantura) permainan egrang lebih banyak dipadukan dengan permainan lain. Semisal permainan sepakbola, pukul kendi dan lainnya.

2. Kelom batok

Permainan kelom batok (tempurung kelapa) tidak jauh bedanya dengan permainan atau mainan egrang atau jajangkungan. Cara memainkannya adalah mengatur keseimbangan serta ketahanan tubuh.

Kelom atau pijakan dibuat dari tempurung kelapa yang dibelah dua. Umumnya tempurung kelapa yang digunakan adalah tempurung dengan diameter besar dan sudah tua. Tempurung kelapa yang sudah mengering dibagi dua dan bagian tengahnya diberi lubang untuk dipasang tali yang terbuat dari serat pohon pisang atau tali ijuk muda.

Gambar II.2 Kelom batok Sumber: Dokumentasi pribadi

3. Rorodaan

Rorodaan adalah mainan yang menyerupai bentuk roda, yang banyak dimainkan dengan cara didorong ketika sedang berjalan-jalan sendiri atau


(26)

15 bersama temannya. Rorodaan dibuat dari bahan bambu atau kayu pada rodanya. Pada bambu dibuat pegangan sebagai tempat tangan.

Gambar II.3 Rorodaan

Sumber: http://us.images.detik.com/content/2009/11/01/501/ban3.jpg ( diakses pada tanggal 15 Desember 2011)

4. Perepet Jengkol

Permainan ini dilakukan oleh tiga sampai empat orang, dengan cara mengaitkan kaki kanan ke belakang dengan kaki temannya, begitupun ketiga teman yang lainnya. Apabila salah seorang jatuh menyebabkan seluruh anak

berjatuhan pula. Permainan ini membutuhkan kekompakan saat

memainkannya. Pemain berloncatan sambil memutar diiringi nyanyian :

Perepet jengkol jajahean Kadempet kohkol jejeretean

Gambar II.4 Perepet jengkol Sumber: Dokumentasi pribadi

5. Sorodot Gaplok

Sorodot gaplok merupakan permainan yang memakai batu pipih berdiameter sekitar 20 cm. Jumlah pemain bisa sampai 10 orang terbagi dua kelompok. Setelah diundi melalui lempar batu terdekat dengan garis batas, tim yang menang kemudian menaruh batu di punggung kaki. Sementara tim satunya mendirikan batu berjejer di salah satu garis. Dari jarak sekitar lima meter tim


(27)

16 penyerang berusaha merobohkan batu tim lawan hingga semua batu tim lawan roboh. Tapi jika tak berhasil, gantian tim lawan yang akan merobohkan batu tim penyerang.

Gambar II.5 Sorodot gaplok

Sumber: http://multiply.com/mu/dezig/image/23/photos/121/1200x120/5/DSC-0469.JPG?et=W2%2B1gORVMqB89cx%2BJpZKMg&nmid=15501312

( diakses pada tanggal 15 Desember 2011)

6. Sondah

Sondah adalah permainan yang dibentuk dari dua kelompok dan setiap pemain memiliki setopong pecahan genting kemudian dilemparkan ke kotak yang dipola di tanah. Pemain melompat-lompat dari kotak ke kotak berikutnya. Kotak berisi pecahan genting tidak boleh diinjak. Pemain dinyatakan kalah jika menginjak garis otak atau bagian luar kotak.

Gambar II.6 Sondah Sumber: Dokumentasi pribadi

7. Gatrik

Gatrik adalah permainan yang menggunakan alat dua potongan bambu, yang satu menyerupai tongkat berukuran sekitar 30 cm, dan lainnya berukuran lebih kecil. Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh di antara dua batu,


(28)

17 lalu dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin. Pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai pukulannya meleset dari bambu kecil tersebut. Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir.

Gambar II.7 Gatrik

Sumber: http://www.mainyuk.byethost14.com/web/Gatrik%202.jpg (diakses pada tanggal 15 Desember 2011)

8. Gasing

Gasing adalah permainan dengan media gasing sendiri, yang terbuat dari kayu atau bambu, bahkan ada juga yang terbuat dari plastik. Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan, dan bagian kaki atau paksi. Cara memainkannya diputar dengan seutas tali hingga berputar-putar di tanah.

Gambar II.8 Gasing Sumber:

http://www.pikiran-rakyat.com/ffarm/www/imagecache/625x350/ffarm/www/2011/09/17/1709gasing1.jpg (diakses pada tanggal 15 Desember 2011)

9. Bedil Jepret

Permainan yang terbuat dari bambu ini dapat dimainkan perorangan atau kelompok. Cara mainnya adalah apabila dilakukan secara perorangan yaitu dengan cara menembak sasaran dengan tepat, seangkan apabila dilakukan


(29)

18 secara berkelompok. Cara bermainnya adalah dua kelompok saling berhadapan dan saling menembak, tapi cara bermain berkelompok jarang dilakukan.

Gambar II.9 Bedil jepret

Sumber: http://www.vhrmedia.com/2008/ngadimin/dir_upload/images/bediljepretsatu.jpg (diakses pada tanggal 15 Desember 2011)

10. Sumpit

Permainan yang terbuat dari bambu ini dapat dimainkan oleh perorangan. Bahan yang terbuat dari bambu yang telah diatur sedemikan rupa agar anak panah berada di dalamnya. Pemain meniup anak bambu yang sudah berisi anak panah ke sasaran yang telah ditentukan. Pemain dianggap menang apabila anak panak yang ada di dalam bambu terlontar dan tepat mengenai sasarannya.

Gambar II.10 Sumpit

Sumber: http://danikancil.files.wordpress.com/2011/09/191.jpg. (Diakses pada tanggal 15 Desember 2011)


(30)

19 II.4 Analisa Masalah

II.4.1 Penyebab Permainan Tradisional tidak Dimainkan di Perkotaan

Seiring dengan perkembangan zaman yang lebih maju dan modern. Saat ini banyak masyarakat yang perlahan meninggalkan kebudayaan lokal atau tradisional dan lebih memilih budaya baru. Hal ini terjadi karena adanya proses akulturasi dan asimilasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akulturasi diartikan sebagai proses masuknya kebudayaan baru yang secara lambat laun dapat diterima dan diolah dengan kebudayaan sendiri, tanpa menghilangkan kebudayaan yang ada. Sedangkan asimiliasi adalah proses masuknya kebudayaan baru yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan itu masing-masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran.

Menurut Eti Khodijah, selaku staf di Museum Negeri Sribaduga Bandung, alasan jarangnya permainan tradisional dimainkan oleh masyarakat adalah:

 Menyempitnya lahan untuk bermain

 Kurangnya bahan alam yang tersedia disekitar masyarakat

 Maraknya pembangunan pabrik dan rumah tinggal

 Mudahnya permainan dari “luar” masuk dengan alasan era globalisasi

Gambar II.11 Sempitnya lahan di perkotaan Sumber : Dokumentasi Pribadi


(31)

20 II.4.2 Kondisi Anak di Perkotaan

Kondisi anak-anak diperkotaan yang akrab dengan semua hal yang berhubungan dengan teknologi, membuat anak lebih menginginkan hal yang praktis dan gampang dicari. Permainan baru pun menjadi alternatif anak untuk menghabiskan waktu luang. Berjamurnya tempat yang menyediakan dan menyewakan permainan tersebut semakin mempermudah anak menjauhi permainan tradisional. Ditambah kurangnya lahan bermain anak menjadi alasan tambahan anak lebih memilih permainan baru. Sifat permainan yang cenderung instan dan menarik untuk dimainkan. Tampilannya dilayar, didukung dengan visual, warna, dan suara yang menarik.

Gambar II.12 Permainan masa kini Sumber: Dokumentasi Pribadi

Menurut hasil wawancara kepada 20 anak usia sekolah dasar mengenai permainan, bahwa hampir seluruh anak sering bermain, dan hanya sebagian kecil anak yang jarang bermain. Namun kebanyakan dari mereka jarang sekali memainkan permainan tradisional saat mereka bermain. Didukung dengan hasil riset yang dilakukan oleh Dhanumurti Adyogi pada tahun 2009 kepada 30 ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar, yang hasilnya menunjukan bahwa hal yang menyebabkan anak jarang memainkan permainan tradisional saat anak bermain adalah kurangnya pengetahuan anak akan permainan tradisional Jawa Barat.

Tim survey dari Museum Negeri Sribaduga Bandung pernah melakukan penelitian ke beberapa sekolah dasar di daerah Jawa Barat untuk mendokumentasikan


(32)

21 eksistensi permainan tradisional di daerah Jawa Barat. Hasil dari penelitian tersebut terdapat beberapa kesimpulan, yaitu:

 Anak-anak kurang mengenal jenis-jenis permainan tradisional Jawa Barat

 Jarangnya sumber daya manusia yang mau mengajarkan permainan

tradisional kepada anak-anak

 Guru-guru kurang menguasai bebrapa permainan tradisional, sehingga tidak

mengajarkan kepada anak didiknya

II.5 Tinjauan Umum Buku

II.5.1 Pengertian Buku

Buku adalah salah satu media informasi yang memiliki peran yang sangat penting. Meski sekarang jaman sudah berkembang kian pesatnya di mana tekhnologi sekarang sudah mendominasi, akan tetapi buku sebagai sumber pengetahuan belum bisa tergantikan. Selain media yang mudah untuk dijangkau dan memiliki sifat mobilitas yang tinggi, buku dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong.

II.5.2 Pengertian Toturial

Menurut kamus besar bahasa Indonesia tutorial adalah pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau sekelompok kecil mahasiswa. Tutorial adalah salah satu metode untuk mentransfer pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bagian dari proses belajar. Lebih interaktif dan spesifik dari sebuah buku. Tutorial berusaha untuk mengajar dengan contoh dan memberikan informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu.

II.5.3 Pengertian Buku Bergambar

Menurut Guntur (2006), buku bergambar merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan dengan bentuk teks disertai dengan gambar ilustrasi yang mendukung yang dikemas menjadi sebuah buku. Komik, cergam atau kartun


(33)

22 merupakan buku yang cukup popular dimasyarakat khususnya pada kalangan remaja dan anak-anak, komik atau denganistilah yang dikenal juga cerita bergambar (cergam) terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita.

II.4.3 Pengertian Buku Tutorial Bergambar

Buku tutorial bergambar merupakan suatu bentuk penyampaian pesan dengan

bentuk teks yang berupaya untuk mengajarkan sesuai dengn contoh dan

memberikan informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu disertai dengan gambar ilustrasi yang mendukung yang dikemas menjadi sebuah buku.

II.5 Penyelesaian Masalah

Proses pembelajaran tidak hanya didapatkan pada kegiatan formal, tapi pada kegiatan non-formal pun anak bisa mendapatkan pelajaran salah satunya pada proses bermain. Bermain merupakan salah satu kegiatan non-formal yang menyenangkan sekaligus media pembelajaran yang bisa diterapkan kepada anak disela-sela kegiatan formal yang dilakukan setiap hari, yaitu kegiatan belajar di sekolah. Terutama pada permainan tradisional, agar anak bisa mengenal permainan tradisional, diperlukan media dirancang untuk mengenalkan kembali permainan tradisional khas Jawa Barat yang dapat meningkatkan kembali eksistensinya di masyarakat Jawa Barat khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dibalik permainan tradisional bisa diserap dan dipahami secara tidak langsung oleh pemain terutama anak-anak.

II.6 Segmentasi

Segmentasi yang ingin dicapai guna memecahkan masalah dalam mengenalkan permainan tradisional adalah anak-anak.

 Demografis.

Target primer : Anak-Anak

Target Sekunder : Orang Tua

Usia : Usia Sekunder : Anak usia sekolah dasar 6-12 thn


(34)

23

 Geografis

Dalam segi geografis target sasaran perancangan meliputi kawasan kota Bandung dan sekitarnya.

 Psikografis

Anak-anak yang memiliki kecenderungan berimajinasi dan kreatif. Memanfaatkan waktu yang ada dengan kegiatan yang positif dan menyenangkan.

Pelaku permainan adalah anak-anak yang seharusnya menjadi penerus dalam melestarikan budaya bangsanya. Tapi dalam kenyataannnya, permainan tradisional sudah jarang dimainkan anak-anak karena berbagai alasan. Hal ini dikhawatirkan akan terus terjadi apabila tidak adanya tindak lanjut mengenai pelestarian budaya, khususnya permainan tradisional Jawa Barat. Permainan tradisional merupakan salah satu aspek penting karena selain dapat menghibur anak-anak, permainan tradsional juga mengandung nilai-nilai yang baik untuk kehidupan.


(35)

24 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi yang dilakukan dalam perancangan media informasi ini adalah mengenalkan dan mengajak anak untuk memainkan permainan tradisional. Seiring dengan banyaknya permainan baru yang muncul dan datang yang akan mengancam keberlangsungan permainan tradisional Jawa Barat khususnya di daerah kota Bandung. Selain itu, pemainan tradisional ternyata lebih memilki makna kearifan budaya. Kearifan budaya lokal melalui permainan tradisional seakan hal penting dan harus disampaikan pada anak, sehingga anak lebih bijaksana dalam bertindak, bertanggung jawab dalam melakukan hal.

III.1.1 Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang akan ditampilkan dalam media adalah sekumpulan anak-anak yang sedang memainkan permainan tradisional dengan riang gembira. Pembuatan buku tutorial bergambar menjadi pilihan yang tepat agar penyampaian infomasi yang ingin disampaikan, dapat diterima anak secara maksimal. Keunggulan buku tutorial bergambar yang dibuat yaitu dari tampilan visual, lebih menjelaskan hal-hal penting yang ingin disampaikan yang kurang jelas apabila hanya disampaikan dengan kata-kata. Ditambah menggunakan objek anak usia sekolah dasar agar terlihat lebih menunjuk ke sasaran yang ingin dicapai.

III.1.2 Pendekatan Verbal

Buku bergambar akan diberi judul dengan menggunakan Bahasa Indonesia, namun isinya menggunakan paduan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Beberapa kata bahasa Sunda akan digunakan, untuk sedikit menggambarkan watak asli dari orang Sunda itu sendiri. Penyusunan kata yang dipakai dalam buku tersebut adalah kata yang mudah dipahami, dan jelas. Tidak membuat anak menjadi bingung dengan istilah yang anak tidak kenal. Tulisan dipakai hanya utuk


(36)

25 menjelaskan gambar yang ada. Gaya bahasa yang dipakai gaya bahasa denotatif dan kalimat-kalimat yang dapat dengan mudah dimengerti dan pendek-pendek karena target pembaca yang merupakan anak-anak.

III.1.3 Materi Pesan

 Mengenalkan permainan tradisional kepada anak dengan cara menyajikan pembuatan permainannya.

 Langkah-langkah dalam memainkan permainan tradisional.

 Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam melakukan permainan.

 Manfaat apa saja yang dapat diperoleh setelah memainkan permainan.

III.1.3.1 Pesan Utama

Dari Perancangan buku tutorial bergambar permainan tradisional Jawa Barat untuk anak usia sekolah dasar, pesan utama yang akan disampaikan memberikan penjelasan tentang beberapa permainan tradisional Jawa Barat bagaimana cara membuat permainan tradisional dan aturan main permainan tradisional Jawa Barat tersebut, sehingga anak-anak menjadi paham dan mengerti apa saja aturan main, cara memainkan, dan bagaimana permainan tradisional dibuat.

III.1.4 Strategi Kreatif

Pada perancangan buku tutorial bergambar sebagai media utamanya, penulis menampilkan karakter anak yang ceria sedang bermain. Disertakan pula bagaimana cara melakukan permainan melalui langkah-langkah yang harus diikuti sehingga menimbulkan ketertarikan anak saat membaca. Menggunakan bahasa komunikasi informatif yang mendukung ilustrasi tersebut, agar saling mendukung satu sama lain antara ilustrasi anak-anak yang sedang bermain dengan penjelasan yang ringan dan tidak berbelit sehingga memudahkan anak memahami ilustrasinya.


(37)

26 III.1.5 Strategi Media

Media yang di gunakan untuk menyampaikan pesan kepada target audience yang

merupakan anak-anak usia sekolah dasar adalah pengemasan buku dengan tampilan penuh warna dan disampul dengan desain yang menarik perhatian anak-anak.

III.1.5.1 Pemilihan Media

Pemilihan media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dalam perancangan media informasi agar tidak terlalu meluas dengan pertimbangan yang di sesuaikan dalam penyampaiaan pesan kepada target audience.

1. Media Utama

 Buku Tutorial Bergambar

Media buku tutorial bergambar ini dirancang sebagai media yang bisa menjelaskan fakta, keadaan, karakter yang mendukung isi teks atau artikel. Dalam ilustrasi ini, objek anak akan menjadi elemen utamannya. Buku merupakan media yang dapat mudah menginformasikan pesan oleh orang yang dituju. Buku juga memiliki kelebihan, yaitu media yang sangat informatif karena bisa memuat berbagai informasi orang bisa lebih lama untuk melihat dan membaca.

2. Media Pendukung

Media pendukung bersifat menunjang atau melengkapi media utama dalam perancangan media informasi ini adapun media berupa poster, minni x-banner, flyer, stiker, hanging mobile, serta gimmick berupa pin, pembatas buku, jadwal pelajaran. Terdapat pula merchandise yaitu baju dan tempat minum.


(38)

27 III.1.6 Ditribusi Media

Penyebaran media pendukung dikategorikan pada beberapa bagian:

- Secara geografis

Wilayah penyebaran toko buku, maupun lingkungan pendidikan, seperti sekolah dasar.

- Lokasi penyebaran media

Lokasi penyebaran media diarahkan ke toko-toko buku dan lingkungan pendidikan. Pemilihan media pendukung karena adanya kedekatan media dengan khalayak sasaran seperti anak-anak sekolah dasar.

Bagan penyebaran media utama dan media pendukung serta waktu penyebaran media promosi buku.

Media Promosi Buku Wilayah Penyebaran Lokasi

Media Utama: Buku

1. Toko buku

2. Lingkungan

Pendidikan (Sekolah Dasar) Media pendukung:

1. Poster

2. Minni x-banner 3. Flyer

4. Hanging Mobile

5. Pembatas Buku

6. Baju

7. Tempat Minum

8. Gatungan Kunci

9. Display

Lokasi

Penyebaran di daerah Kota Bandung


(39)

28 III.2 Konsep Visual

III.2.1 Format Desain

Format yang digunakan dalam pembuatan media utama buku tutorial bergambar menggunakan ukuran A5 landscape (21cm x 14,8 cm). Hal ini dimaksudkan agar anak tidak repot saat membawa buku ini saat mempraktekan permainan tradisional yang ada di dalam buku.

Gambar III. 1 Media utama berukuran A5 III.2.2 Tipografi

Tipografi merupakan salah satu unsur penting dalam pembuatan sebuah buku. Tipografi bisa menentukan efek emosi, dan kesan-kesan yang ingin ditimbulkan untuk lebih mempertegas dan lebih mendukung ilustrasi buku. Beberapa tipografi yang digunakan dalam pembuatan buku ini, antara lain:


(40)

29

 MTF Chunkie

Gambar III. 2 Aplikasi huruf MTF Chunkie pada judul buku

 MTL Cool Kid

Gambar III. 3 Aplikasi huruf MTL Cool Kid pada isi buku

Font MTF Chunkie digunakan dalam penulisan judul. Menggunakan huruf yang fleksibel dimaksudkan karena buku yang dibuat untuk anak. Sedangkan font MTL Col Kid digunakan untuk menjelaskan lebih menerangkan gambar didalam buku.


(41)

30 III.2.4 Ilustrasi

Gaya ilustrasi yang digunakan adalah gaya ilustasi anak-anak yang dibuat menggunakan ilustrasi digital. Menggunakan karakter anak-anak agar isi buku lebih mewakilkan anak-anak sehingga anak-anak merasa berperan dalam buku tersebut dan efektif dengan anak-anak. Penulis terinspirasi dari salah satu tokoh ilustrasi yaitu The Power Puff Girl.

Gambar III. 4 Referensi Visual

Sumber: http://images1.fanpop.com/images/image_uploads/The-Powerpuff-Girls-powerpuff-girls-874638_445_285.jpg

(Diakses pada tanggal 4 juli 2012)

Gambar III. 5 Aplikasi karakter III.2.5 Warna

Warna yang digunakan dalam perancangan buku ini menggunakan warna-warna yang cerah, dan memberikan efek gradasi dan brushing agar lebih menonjolkan kesan ruang.


(42)

31 Gambar III. 6 Studi warna


(43)

32 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Media

Dalam penyampaian informasi diperlukan media sebagai sarana, media-media dipakai berdasarkan pada fungsi yang sesuai agar informasi yang disampaikan bisa tepat sasaran. Dalam penyampaian pesan kepada anak-anak media yang digunakan adalah:

IV.1.1 Media Utama

IV.1.1.1 Proses Perancangan Buku Bergambar

Buku dengan ukuran 15 cm x 21 cm dengan bentuk landscape. Proses pembuatan buku informasi ini dimulai dari pengembangan konsep isi, tentang apa saja informasi yang ingin disampaikan kedalam bentuk storyboard. Setelah storyboard disusun kemudian dikembangkan lewat pencarian data-data yang mendukung isi buku. Proses selanjutnya adalah dengan membuat sketsa visual dan ilustrasi dari isi buku, lewat teknik manual menggunakan pensil. Setelah proses penggambaran manual lalu direalisasikan ke 32 halaman dalam bentuk digital. Proses ini meliputi perancangan layout, karakter, properti dan lokasi serta pewarnaan ilustrasi dengan menggunakan Coreldraw 15 dan Adobe Photoshop CS3.

IV.1.1.2 Sampul Depan dan Sampul Belakang

Pada bagian sampul depan, ditempatkan judul buku sebagai pengidentifikasian buku. Sampul dibuat dengan ilustrasi nuansa sore hari dimana waktu yang biasa digunakan oleh anak untuk bermain. Untuk sampul belakang dibuat serupa dengan sampul depannya. Menonjolkan ekspresi anak yang senang telah bermain.


(44)

33 Gambar IV.1 Sampul depan dan sampul belakang

IV.1.1.3 Isi Buku

Isi dari buku dibuat lebih jelas sesuai dengan menggunakan ilustrasi yang informatif agar informasi yang ingin disampaikan agar dapat dimengerti oleh anak-anak. Setiap gambar disertakan dengan penjelasan singkat, untuk menjelaskan gambar tersebut.

Material kertas : Art Paper 230 gr

Ukuran : 15,8 cm x 21 cm

Teknis Cetak : Cetak offset separasi

Dihalaman 2 dan 3 terdapat prakata yang menggambarkan secara singkat isi dalam buku dan tampilan daftar isi yang menunjukan letak halaman yang dituju.

Gambar IV.2 Halaman 4 dan 5

Untuk mempermudah anak dalam menemukan permainan yang ingin dipilih, sebelum tampilan dibuat satu halaman yang menampilkan permainan yang akan dibahas sebesar ukuran buku disertai dengan sedikit penjelasannya.


(45)

34 Gambar IV.3 Halaman 8

Terdapat tips alternatif pembuatan alat permainan apabila anak tidak memiliki alat permainan yang tertera di buku.

Gambar IV.4 Halaman 27

Adanya skill level, yang bisa menunjukan kemampuan dan sikap apa saja yang diperoleh apabila anak tersebut memainkan permainan tersebut.


(46)

35 IV.1.2 Media Pendukung

IV.1.2.1 Poster

Poster ini menginformasikan telah terbitnya buku “Yuk… Kita Main!” untuk anak dengan menonjolkan elemen anak dan buku tersebut sebagai objek utamanya.

Gambar IV.6 Poster Ukuran teknis media

Ukuran : 29 cm x 42 cm

Material : Art Paper 180 gram Teknis Produksi : Cetak offset separasi

IV.1.2.2 Mini X-banner

Penggunaan Mini X-banner sebagai media pendukung promosi dalam kegiatan media informasi. Fungsi Mini X-banner untuk mempromosikan pesan yang di informasikan.

Deskripsi titik penempatan media Mini X-banner :


(47)

36 Gambar IV.7 Mini X-banner

Ukuran teknis media

Format : Persegi panjang ( 40 cm x 25 cm)

Ukuran : 25 cm x 40 cm

Material : Art paper 260gr laminasi Doff

Teknik Produksi : Cetak offset separasi

IV.1.2.3 Flyer

Penggunaan Flyer sebagai media pendukung promosi dalam kegiatan media informasi. Fungsi flyer untuk mempromosikan pesan yang di informasikan dengan cara dibagikan dan disebarkan .

Deskripsi titik penempatan media flyer : Flyer akan ditempatkan di sekolah-sekolah dasar, di pusat keramaian dan toko buku.


(48)

37 Ukuran teknis media

Format : A6

Ukuran : 10,5 cm x 14,8 cm

Material : Art paper 180gr

Teknik Produksi : Cetak offset separasi

IV.1.2.4 Hanging Mobile

Hanging mobile dipilih untuk memberikan informasi yang lebih jelas kepada target audiens tentang media utama. Dibuat dari bahan Artpaper 230 gr double side.

Gambar IV.9 Hanging Mobile

Ukuran teknis media

Format : Lonjong

Ukuran : 20,5 cm x 11,5 cm Material : Art paper 260 gr Teknik Produksi : Cetak offset separasi

IV.1.2.5 Pembatas Buku

Teknis pembuatannya yaitu di cetak offset separasi di kertas Art paper 230 gr dan diberi tali di bagian atas sebagai penanda.


(49)

38 Gambar IV.10 Pembatas Buku

Ukuran teknis media

Format : Persegi Panjang

Ukuran : 12 cm x 5,5 cm

Material : Art paper 260 gr

Teknik Produksi : Cetak offset separasi double side.

IV.1.2.6 Baju

Baju ini di buat karena media pendukung ini, selain dapat menjadi media promosi, dapat juga digunakan anak dan membuat anak selalu mengingat buku tersebut.

Gambar IV.11 Baju Ukuran teknis media

Format : Landscape

Ukuran : 28 cm x 14 cm (Baju kuning) 28cm x 16,5 cm (Baju putih) Material : Baju berbahan kaos


(50)

39 IV.1.2.7 Tempat Minum

Tempat minum dibuat untuk menemani anak saat bermain. Apabila mereka bermain dan merasa haus, mereka bisa membawa minum menggunakan tempat minum ini.

Gambar IV.12 Tempat Minum Ukuran teknis media

Ukuran : Tinggi : 18,5 cm Diameter 9 cm Material : Plastik

Teknik Produksi : Cetak offset separasi

IV.1.2.8 Gantungan Kunci

Media pendukung ini sebagai media pengingat, yang dapat dijangkau oleh audience. Media ini bisa dibawa anak kemana saja dengan cara digantungkan di tas sekolah anak.


(51)

40 Ukuran teknis media

Ukuran : Diameter 5,8 cm Material : Plastik

Teknik Produksi : Cetak offset separasi

IV.1.2.9 Stiker

Stiker dapat dijadikan sebagai media pengingat, dan media ini bisa ditempel dimana pun.

Gambar IV.14 Stiker Ukuran teknis media

Format : Kotak dan lonjong Ukuran : 8,5 cm x 5,5 cm Material : Stiker Chrome Teknik Produksi : Cetak offset separasi

IV.1.2.9 Display

Display menggunakan bahan dasar multiplek dengan buatan tangan (handmade). Bentuk yang telah selesai tersebut dilapisi oleh sticker chromo. Ukuran detail dari display adalah 60cm x 34cm x17cm.


(52)

41 Gambar IV.15 Display

Ukuran teknis media

Ukuran : 60cm x 34cm x 17cm. Material : Multiplek


(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)