Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah Betina Terhadap Produksi Susu

HUBUNGAN UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KAMBING
PERANAKAN ETAWAH BETINA
TERHADAP PRODUKSI SUSU

SKRIPSI
YUDHI KRISMANTO

PROGRAM ALIH JENIS
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
YUDHI KRISMANTO. 2011. Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak
Kambing Peranakan Etawah Betina terhadap Produksi Susu. Skripsi. Program
Alih Jenis, Departemen Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Afton Atabany ,M.Si
Pembimbing Anggota : Ir. Sri Darwati, M.Si
Induk kambing Peranakan Etawah (PE) memiliki produktivitas yang

dipengaruhi oleh factor genetik, pakan, manajemen pemeliharaan dan lingkungan yang
saling berkaitan. Produksi dan reproduksi memiliki peranan penting dalam berjalannya
suatu usaha peternakan. Pengamatan terhadap produksi dapat dilakukan berdasarkan
informasi sifat morfologik pada ternak dan kemampuannya dalam menghasilkan susu.
Pencatatan produksi susu sangat penting dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi
susu yang dihasilkan oleh ternak perah. Ukuran-ukuran tubuh dapat dimanfaatkan
untuk menaksir kemampuan ternak dalam memproduksi susu.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi penampilan ternak kambing
PE dari beberapa lokasi peternakan yang berbeda melalui pengamatan sifat produksi
serta ukuran tubuh yang tepat untuk digunakan dalam menduga produksi susu melalui
model matematika terbaik untuk menunjukkan hubungan tersebut. Penelitian
dilaksanakan di lima lokasi Peternakan yang terletak di empat lokasi di Kabupaten
Tasikmalaya (desa Sukaharja, desa Karsa Menak, desa Malaganti dan desa Sariwangi)
dan desa Bojong Kantong, Kabupaten Banjar, Jawa Barat pada bulan Februari 2011
sampai dengan Maret 2011. Materi yang digunakan adalah induk kambing PE laktasi
ke-2 sebanyak 20 ekor setiap lokasi peternakan. Data dianalisis secara deskriptif dan
menggunakan Analisis Korelasi dan Regresi. Penggunaan factor penduga dalam
persamaan Regresi Linier Ganda hanya pada dua peubah dari beberapa peubah yang
ada berdasarkan koefisien determinasi (R2) tertinggi dan tingkat keakurasian hasil
pendugaan yang terbaik dari seluruh percobaan antar peubah-peubah lain yang

digunakan sebagai factor penduga. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
penghitungan dan pengukuran factor penduga di lapangan. Peubah-peubah yang
diamati pada penelitian ini adalah 1) ukuran-ukuran tubuh, meliputi : lingkar dada,
dalam dada, lebar dada, panjang telinga, tinggi badan, panjang badan, volume kelenjar
susu, volume puting, volume ambing, dalam ambing, lingkar ambing, panjang puting,
lingkar puting, bobot badan, lingkar metatarsus; 2) produksi susudan 3) efisiensi
pakan terhadap produksi susu.
Ukuran tubuh yang dimiliki tidak semua mempunyai tingkat keeratan yang
tinggi terhadap produksi susu.Tingkat keeratan hubungan yang tinggi hanya
ditunjukkan pada volume ambing, lingkar dada, lebar dada, dalam dada dan lingkar
ambing. Performa produksi ternak kambing PE memberikan hasil yang berbeda pada
setiap peternakan yang diamati, akan tetapi memiliki kecenderungan yang sama untuk
ukuran tubuh yang dapat digunakan sebagai factor penduga produksi susu.
Nilai keragaman produksi susu pada kelima peternakan masih tinggi, sehingga
masih dapat dilakukan seleksi terhadap ternak tersebut. Nilai korelasi tertinggi pada
KTMRSM (0,992), KTKM (0,965), KTTKSM (0,905), PBA (0,984) dan UPTDPTM
(0,889) terdapat hubungan antara produksi susu dengan volume ambing. Ukuran-

ukuran tubuh meliputi panjang telinga, tinggi badan, bobot badan dan lingkar
metatarsus dari penelitian di kelima farm tidak memiliki pengaruh terhadap produksi

susu.
Model yang paling sesuai untuk menduga produksi susu pada kelompok
pemeliharaan ternak yang berbeda, yaitu persamaan Regresi Linier. Penggunaan
persamaan tersebut didasarkan pada akurasi hasil dugaan yang paling mendekati
dengan hasil pencatatan yang sebenarnya. Keeratan hubungan antara produksi susu
dengan ukuran-ukuran tubuh tersebut adalah dimensi ambing memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap produksi susu yang dihasilkan induk kambing perah. Nilai
regresi terhadap produksi susu dibanding faktor penduga lainnya dengan persamaan
Linier yaitu Produksi Susu = -34,5 + 0,870 Volume Ambing dengan nilai determinasi
98,3% dan persamaan Linier Ganda yaitu Produksi Susu = -756 + 0,501 Volume
Ambing + 0,216 Volume Puting + 35,2 Lingkar Puting dengan nilai determinasi
99,0%.
Volume ambing, volume puting dan lingkar puting memiliki korelasi yang
positif dan nyata terhadap produksi susu. Ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam
menilai produksi susu seekor ternak kambing yaitu volume ambing, volume puting,
lingkar puting, dalam ambing dan lingkar dada.
Kata kunci : kambing PE, ukuran tubuh, produksi susu, korelasi, regresi.

ABSTRACT
Livestock Body Measure Relationship of Female Etawah Grade Goat

to Milk Production
Krismanto, Y., A. Atabany and S. Darwati
Etawah Grade goats productivity will influenced by genetic factors, environmental and
their interaction. This can be demonstrated from the performance of production and
reproduction. This research aimed to complete the information of Etawah Grade goat
performance from several different locations, through the observation of production
and to determine the proper size for use in milk production. The results showed that
the milk production and body size have a positive relationship. Not all of body sizes
have a high level of proximity to the milk production. Udder volume, chest
circumference, chest length, and chest circumference in the udder have a high of
affinity relationship to milk production. There is high score of correlation analysis was
found in the relationship between milk production with udder volume that showed on
KTMRSM Farm (0.992) , KTKM Farm (0.965), KTTKSM Farm (0.905), PBA Farm
(0.984), and UPTDPTM Farm (0.889).
Keywords: PE goat, body size, milk produced, correlation, regression.

HUBUNGAN UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK
KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA
TERHADAP PRODUKSI SUSU


YUDHI KRISMANTO
D14086028

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM ALIH JENIS
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul
Nama
NIM

: Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah
Betina Terhadap Produksi Susu

: Yudhi Krismanto
: D14086028

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

(Ir. Afton Atabany,M.Si.)
NIP: 19640521 199512 1 002

(Ir. Sri Darwati,M,Si.)
NIP : 19631003 198903 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M,Agr.Sc)
NIP : 19591212 198603 1 004


Tanggal Ujian : 13 September 2011

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Desember 1987 dari pasangan
Bapak Dirgantara Nanang E. S. dan Ibu Yuminah. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1993 sampai tahun 1995 di SDN 09
Pagi, Kebon Baru, Jakarta dan dilanjutkan di SDN 07, Bojonggede, Bogor hingga
lulus pada tahun 1999. Pendidikan dilanjutkan di tahun yang sama di SLTPN 12
Bogor dan lulus di tahun 2002. Pendidikan lanjutan berikutnya dilaksanakan di SMUN
2 Bogor pada tahun 2002 hingga lulus pada tahun 2005.
Tahun 2005, Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) sebagai
mahasiswa di Program KeahlianTeknologi dan Manajemen Ternak hingga lulus pada
tahun 2008. Penulis melanjutkan studi di Program Alih Jenis di Departemen Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun
yang sama.

Selama di program keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Institut
Pertanian Bogor, penulis telah melaksanakan serangkaian kegiatan Praktik Kerja
Lapangan selama 1,5 bulan (14 Juli-18 Agustus 2007) di PT Widodo Makmur
Perkasa, Cileungsi, Kabupaten Bogor yang bergerak dibidang penggemukkan sapi
potong dan di PT Manggis selama 3 bulan (10 Febuari-10 Mei 2008) yang bergerak di
bidang produksi bibit ayam petelur. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Peternakan, Penulis mempersembahkan karya ilmiah dalam bentuk skripsi
dengan judul “Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah
Betina terhadap Produksi Susu”.

KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
”Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah Betina
Terhadap Produksi Susu” dengan baik. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) pada Program Alih Jenis, Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ukuran tubuh

ternak kambing Peranakan Etawah terhadap tingkat produksi susu yang dihasilkan.
Penelitian bermanfaat untuk mengetahui ukuran tubuh yang dapat dijadikan sebagai
dasar untuk menentukan ternak yang memiliki produksi susu yang baik.
”Tak ada gading yang tak retak”, adalah pepatah yang pantas untuk
menggambarkan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya
membangun sangat diperlukan demi tercapainya tujuan yang lebih baik.

Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan.

Bogor, Oktober 2011

Penulis

DAFTAR ISI

RINGKASAN ..........................................................................................................


i

ABSTRACT............................................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................

v

DAFTAR ISI............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................

x

PENDAHULUAN ...................................................................................................

1


Latar Belakang ...............................................................................................

1

Tujuan .............................................................................................................

1

Manfaat ...........................................................................................................

2

Hipotesis .........................................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................

3

Kambing Perah di Indonesia ..........................................................................

3

Kambing Etawah ............................................................................................

4

Kambing Kacang ............................................................................................

5

Kambing PE ...................................................................................................

6

Ukuran – ukuran Tubuh Kambing PE ............................................................

6

Kelenjar Ambing ............................................................................................

7

Produksi Susu .................................................................................................

8

Pakan .............................................................................................................. 10
Korelasi dan Regresi ...................................................................................... 10
MATERI DAN METODE ....................................................................................... 12
Lokasi dan Waktu........................................................................................... 12
Materi ............................................................................................................. 12
Ternak ................................................................................................... 12
Pakan ..................................................................................................... 12
Peralatan ................................................................................................ 12
Metode ............................................................................................................ 13

Pengumpulan Data ................................................................................ 13
Peubah yang Diamati ............................................................................ 13
Analisis Data ......................................................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 20
Keadaan Umum Peternakan ........................................................................... 20
Produksi Susu ................................................................................................. 23
Ukuran-ukuran Tubuh Kambing Peranakan Etawah ...................................... 27
Hubungan antara Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda ..... 30
Nilai Keeratan Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran
Tubuh pada Peternakan yang Berbeda ........................................................... 31
Persamaan Regresi antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh
pada Peternakan yang Berbeda....................................................................... 35
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 39
Kesimpulan ..................................................................................................... 39
Saran ............................................................................................................... 39
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... 40
DAFTAR PUSAKA ................................................................................................ 42
LAMPIRAN............................................................................................................. 47

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1 Penampilan Produksi Susu Kambing pada Beberapa Pengamatan ....................

9

2 Penampilan Produksi Susu dan Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE di
Kelima Lokasi Peternakan yang Berbeda ..........................................................

23

3 Komposisi Kandungan Bahan Pakan .................................................................

25

4 Komposisi Kandungan Nutrisi Susu ..................................................................

26

5 Konversi dan Efisiensi Konsumsi Pakan............................................................

26

6 Rerata Ukuran-ukuran Tubuh Permukaan Tubuh Kambing PE Betina .............

28

7 Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Farm yang
Berbeda ...............................................................................................................

31

8 Korelasi Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE ..............

32

9 Persamaan Regresi Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuranukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Farm yang berbeda ...........................

36

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1

Kambing Etawah .............................................................................................

4

2

Kambing Kacang ............................................................................................

5

3

Kambing Peranakan Etawah ...........................................................................

6

4

Pengukuran Lingkar Dada ..............................................................................

13

5

Pengukuran Dalam Dada ................................................................................

14

6

Pengukuran Panjang Telinga ..........................................................................

14

7

Pengukuran Tinggi Badan ..............................................................................

14

8

Pengukuran Panjang Badan ............................................................................

15

9

Pengukuran Volume Kelenjar Susu ................................................................

15

10 Pengukuran Volume Puting ............................................................................

16

11 Pengukuran Volume Ambing .........................................................................

16

12 Pengukuran Dalam Ambing ............................................................................

16

13 Pengukuran Lingkar Ambing ..........................................................................

17

14 Pengukuran Panjang Puting ............................................................................

17

15 Pengukuran Lingkar Puting ............................................................................

17

16 Pengukuran Lingkar Metatarsus .....................................................................

18

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
1

Halaman

Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” .......................................................

48

Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
Kelompok Tani Ternak Pak Aan .........................................................................

49

Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
Kelompok Tani Karsa Menak ..............................................................................

50

Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti...............................................

51

Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
Kelompok Tani Surya Medal ...............................................................................

52

6

Hasil Uji t Panjang Telinga pada Kelima Peternakan Kambing PE ....................

53

7

Hasil Uji t Tinggi Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE ........................

53

8

Hasil Uji t Panjang Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................

53

9

Hasil Uji t Lingkar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE ........................

54

10 Hasil Uji t Volume Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE ...................

54

11 Hasil Uji t Volume Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................

54

12 Hasil Uji t Bobot Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE .........................

55

13 Hasil Uji t Dalam Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE ..........................

55

14 Hasil Uji t Lebar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE ...........................

55

15 Hasil Uji t Dalam Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE .....................

56

16 Hasil Uji t Lingkar Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE ...................

56

17 Hasil Uji t Panjang Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................

56

18 Hasil Uji t Lingkar Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................

57

19 Hasil Uji t Lingkar Metatarsus pada Kelima Peternakan Kambing PE ..............

57

20 Hasil Uji t Produksi Susu pada Kelima Peternakan Kambing PE .......................

57

21 Peta Wilayah Lokasi Penelitian ..........................................................................

58

2
3
4
5

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi susu nasional belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi susu
nasional, sehingga impor susu dan produksi susu tetap dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan terhadap susu. Upaya peningkatan populasi dan efisiensi produksi susu
serta diversifikasi ternak perah dalam memenuhi kebutuhan terhadap susu nasional
tetap dilaksanakan.
Salah satu diversifikasi usaha di bidang peternakan adalah beternak kambing
perah. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing perah yang telah
banyak di wilayah Indonesia. Kambing PE memiliki kelebihan sebagai penghasil
susu adalah modal yang dibutuhkan lebih sedikit, cara pemeliharaannya lebih mudah
dan reproduksi lebih cepat dibandingkan dengan sapi perah.
Kambing perah mempunyai produktivitas yang dipengaruhi oleh faktor
genetik, pakan, manajemen pemeliharaan dan lingkungan yang saling berkaitan.
Perbaikan genetik telah dilakukan melalui seleksi bibit unggul sebagai indukan.
Ternak bibit unggul sebagai induk diharapkan dapat memberikan hasil produksi
maksimal.
Kambing PE sebagai bibit unggul dapat dilakukan berdasarkan ciri-ciri fisik
Pengetahuan mengenai penampilan ternak kambing PE bibit unggul menjadi suatu
hal yang mutlak dalam rangka meningkatkan daya produksi ternak selanjutnya.
Taksiran kemampuan seekor ternak dalam berproduksi susu dapat diketahui melalui
pemanfaatan kriteria ukuran-ukuran tubuh.
Hubungan nyata antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh yang
telah diketahui pada sapi perah diharapkan dapat ditemukan pula pada kambing PE,
sehingga dapat membantu menentukan kriteria kambing PE yang berkemampuan
produksi susu yang baik. Ukuran-ukuran tubuh menjadi penting dilakukan sebagai
kriteria dalam mendapatkan kambing PE yang berkualitas baik.
Tujuan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui ukuran-ukuran tubuh kambing PE
betina sebagai penghasil susu. Ukuran-ukuran tubuh tersebut dapat dijadikan dasar
untuk penentuan kriteria kambing PE bibit unggul melalui pendugaan hubungan

1

antara

ukuran-ukuran

tubuh

dengan

kemampuan

ternak

kambing

dalam

menghasilkan susu.
Manfaat
Penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang hubungan antara
ukuran-ukuran tubuh dengan kemampuan produksi susu sehingga dapat digunakan
sebagai petunjuk praktis dalam penduga sifat produksi ternak. Ukuran-ukuran tubuh
dapat membantu dalam menentukan kriteria untuk memilih kambing PE yang
bersifat unggul akan produksi susu.
Hipotesis
Ukuran-ukuran tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan produksi susu.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Perah di Indonesia
Kambing termasuk ternak ruminansia kecil yang bertanduk dari ordo
Artiodactyla, sub-ordo Ruminantia, family Bovidae, genus capra dan bangsa Caprini
(Gall, 1981). Tujuan pemeliharaan kambing yang dilakukan di Indonesia adalah 90%
untuk menghasilkan daging (Sodiq dan Abidin, 2009). Sebanyak minimal 99%
peternakan ruminansia kecil yang ada di Indonesia dipelihara pada peternakan rakyat
(Sodiq dan Sumaryadi, 2002), yang umumnya dilakukan oleh petani penggarap
dengan jumlah 2 – 10 ekor (Devendra dan Burns, 1994).
Waluyo (2009) menyatakan, bahwa ternak kambing merupakan ruminansia
kecil yang mempunyai arti besar bagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak.
Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak kambing sangat potensial bila
diusahakan secara komersial, hal ini disebabkan ternak kambing memiliki beberapa
kelebihan dan potensi ekonomi antara lain : tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai
dewasa kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang
luas, investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha
cepat berputar. Ternak kambing juga memiliki kelebihan lain yaitu : reproduksinya
efisien dan dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun, memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungan, tahan terhadap panas dan beberapa penyakit serta prospek
pemasaran yang baik.
Permasalahan utama dalam pengembangan ternak ruminansia menurut
Sehabudin dan Agustian (2001) adalah peningkatan produksi dan produktivitas, serta
tingkat pemotongan yang tinggi (Setiadi, 1996). Populasi kambing di Indonesia pada
tahun 2004 sebesar 12.780.961 ekor dan pada tahun 2008 sebesar 15.147.432 ekor
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2008), hal ini menunjukkan adanya peningkatan
populasi sebesar 18,52% selama empat tahun atau 4,63% per tahun. Peningkatan
populasi ini memberi sumbangan yang berarti dalam memenuhi permintaan pasar
terhadap produk hasil ternak kambing saperti daging dan susu.
Pemeliharaan kambing oleh peternak di pedesaan berfungsi sebagai tabungan,
tambahan penghasilan, pengisi waktu luang, merangsang pemanfaatan pekarangan
dan penggunaan kotoran sebagai pupuk kandang (Devendra, 1993), selain juga untuk
menanggulangi kebutuhan akan protein hewani dan

mengurangi langkah

3

pengimporan susu (Ayuningsih, 1994). Apabila ternak ini dikembangkan secara luas
akan dapat meningkatkan gizi masyarakat di pedesaan melalui konsumsi susu
kambing (Chaniago dan Hastono, 2001).
Djajanegara et al. (1993) menyebutkan, karena tingginya kegiatan
pengimporan susu dan masih rendahnya produksi susu sapi di dalam negeri, serta
kurangnya toleransi saluran pencernaan sebagian masyarakat terhadap susu sapi,
maka peningkatan produksi susu kambing menjadi penting dilakukan. Perwujudan
itu semua tidak terlepas dari halangan yang ada, seperti belum populernya kambing
perah, ketidaksukaan akan bau dan rasa susu, kurangnya pengetahuan teknis
pemeliharaan kambing perah dan bila ternak ini dikomersilkan menjadi kurang
efisien dibandingkan dengan ternak sapi perah, karena dengan ukuran tubuhnya yang
kecil akan menyerap biaya untuk tenaga kerja yang lebih besar dan kebutuhan hidup
pokok yang harus dipenuhi pun menjadi lebih banyak (Stemmer et al., 1998).
Kambing Etawah
Kambing Etawah berasal dari India yaitu di wilayah Jamnapari. Kambing
Etawah masuk ke Indonesia sejak tahun 1908 dibawa oleh Pemerintah Hindia
Belanda dengan tujuan grading-up terhadap kambing lokal Indonesia. Kambing ini
termasuk kambing jenis besar, tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan
susu. Kambing Etawah memiliki postur tubuh besar, telinga panjang menggantung,
bentuk muka cembung serta bulu yang panjang di bagian paha belakang (Sodiq dan
Abidin, 2009). Rata-rata produksi susu yang dihasilkan kambing Etawah 3,8
kg/ekor/hari atau 235 kg/masa laktasi selama 261 hari dengan kandungan lemak susu
4,2 % (Diem dan Lentner, 1994).

(a) Jantan

(b) Betina
Gambar 1. Kambing Etawah

4

Performa kambing Etawah memiliki panjang telinga 25-41 cm (Widagdo,
2010). Tinggi kambing jantan 90-127 cm, sedangkan betina 70-92 cm. Berat badan
pejantan dapat mencapai 68-120 kg, sedangkan betina 60-80 kg. Lingkar testis
kambing jantan dapat mencapai 23 cm (Widagdo, 2010). Kambing jantan berjenggot
dengan rahang bawah menonjol. Pola warna bulu dominan putih bervariasi dengan
hitam, merah, coklat kekuningan atau kombinasi keduanya (Subandriyo et al., 1995).
Kambing Kacang
Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dan Malaysia
(Davendra dan Burns, 1994). Performa kambing Kacang menurut Widagdo (2010)
adalah badan kecil dengan tinggi gumba pada jantan 60-65 cm dan betina 50-56 cm,
bobot badan dapat mencapai 25 kg untuk jantan dan 20 kg untuk betina, telinga
tegak, berbulu lurus dan pendek, baik betina maupun jantan memiliki tanduk yang
pendek.
Kambing Kacang merupakan bangsa kambing yang tahan derita, lincah,
mampu beradaptasi dengan baik, serta tersebar luas di wilayah kambing itu berada
(Devendra dan Burns, 1994). Di Indonesia, kambing Kacang merupakan bangsa
kambing yang tersebar di seluruh pelosok pedesaan dan merupakan kambing yang
pertama kali dipelihara oleh orang pribumi (Sudono dan Abdulgani, 2002).

(a) Jantan

(b) Betina

Gambar 2. Kambing Kacang
Kegunaan utama kambing Kacang adalah sebagai penghasil daging
(Devendra dan Burns, 1994) dan kulit (Gall, 1981). Meskipun ambingnya
berkembang dengan baik akan tetapi produksi susunya relatif sedikit, yaitu hanya 0,1
– 0,4 ℓ/ekor/hari (Sodiq dan Abidin, 2009). Kambing Kacang merupakan ternak
potong yang bermutu tinggi, subur dan cocok untuk daerah pedesaan yang masih

5

jarang penduduknya dangan pola peternakan ekstensif (Sudono dan Abdulgani,
2002).
Kambing Peranakan Etawah (PE)
Kambing PE merupakan hasil kawin tatar (grading-up) antara kambing
Kacang dengan kambing Etawah, sehingga mempunyai sifat di antara tetuanya
(Atabany, 2001). Menurut Devendra dan Burns (1994) persilangan kambing PE telah
dilakukan sejak kurang lebih 80 tahun lalu dengan tujuan memperbaiki mutu
kambing lokal dan sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan
lingkungan Indonesia. Produksi susu yang dihasilkan kambing PE adalah 0,452-2,2
kg/ekor/hari dengan masa laktasi cukup beragam yaitu antara 92-256 hari dengan
rataan 156 hari (Sodiq dan Abidin, 2009), peneliti lain Sutama dan Budiarsana
(1997) mengatakan, bahwa masa laktasi kambing PE antara 210-300 hari.

(a) Jantan

(b) Betina

Gambar 3. Kambing Peranakan Etawah
Ukuran-Ukuran Tubuh Kambing PE
Jenis kambing PE bentuk fisiknya lebih mirip dengan kambing Etawah, jika
bentuk fisiknya lebih mendekati kambing Kacang dan ukurannya lebih kecil maka
disebutkambing Bligon atau lebih dikenal dengan nama Jawarandu. Performa
kambing PE diantaranya yaitu bobot badan kambing PE jantan 35-40 kg dan betina
30-35 kg (Ludgate, 1989). Tinggi badan kambing PE jantan adalah antara 65-70 cm
sedangkan betina 55-60 cm (Hardjosubroto, 1994). Panjang telinga kambing PE
adalah 18-19 cm (Markel dan Subandriyo, 1997). Warna kambing PE mempunyai
kombinasi coklat sampai hitam atau abu-abu (Sudono dan Abdulgani, 2002).

6

Produksi susu kambing PE adalah 1,5-3,7 liter/ekor/hari dengan masa laktasi selama
7-10 bulan (Blakely dan Bade, 1998).
Lembah Gogoniti Farm (2008), performa kambing PE yaitu badan besar,
tinggi gumba pada jantan 90-110 cm, sedangkan betina 70-90 cm. Bobot badan
hidup jantan adalah antara 65-90 kg, untuk betina 45-70 kg. Panjang badan pada
ternak jantan yaitu antara 85-105 cm, sedangkan untuk betina 65-85 cm. mempunyai
kepala yang tegak dengan garis profil tubuh melengkung, dengan tanduk mengarah
ke belakang dan ujung sedikit melingkar serta telinga lebar menggantung panjang
terkulai, lembek serta melipat ke dalam pada ujungnya. Panjang telinga pada jantan
adalah antara 25-41 cm, sedangkan untuk betina 8-14 cm. Bentuk muka adalah
cembung dan dagu berjanggut serta terdapat gelambir di bawah leher. Warna bulu
pada umumnya dominan putih dengan belang hitam, coklat, coklat totol putih atau
hitam totol putih. Produksi susu induk adalah antara 0,5-3 liter/ekor/hari.
Produksi susu dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi
ambing, bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan terhadap ternak
(perkandangan, pakan, kesehatan), iklim setempat, daya adaptasi, aktivitas
pemerahan, ukuran besar ambing nyata meningkatkan produksi susu (Phalepi, 2004).
Parameter mutu genetik meliputi reproduksi ternak dan produksi ternak serta
karakteristik fisik ternak meliputi bobot badan, panjang badan, lingkar dada, tinggi
badan (Departemen Pertanian, 2004).
Kelenjar Ambing
Sekresi susu merupakan fungsi faali kelenjar ambing (mammary gland) dan
yang dimaksud dengan susu adalah cairan fisiologis yang mengandung zat-zat
makanan yang berkualitas tinggi dan dikeluarkan oleh ternak betina (Frandson,
1993). Kelenjar ambing ternak betina mulai berkembang pada waktu kehidupan
feotal. Puting-puting susunya terlihat pada waktu dilahirkan. Bila hewan betina
tumbuh, ambingnya membesar sebanding dengan besarnya tubuh (Padmadewi,
1993).
Di dalam tubuh sapi, air susu dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing.
Ambing sapi terbagi dua yaitu ambing kiri dan ambing kanan, selanjutnya masingmasing

ambing

terbagi

dua

yaitu

kuartir

depan

dan

kuartir

belakang

(Widyastuti,2000). Tiap-tiap kuartir mempunyai satu puting susu. Kelenjar susu

7

tersusun dari gelembung-gelembung susu sehingga berbentuk seperti setandan buah
anggur. Dinding gelembung merupakan sel-sel yang menghasilkan air susu. Bahan
pembentuk air susu berasal dari darah (Frandson, 1993). Air susu mengalir melalui
saluran – saluran halus dari gelembung susu ke ruang kisterna dan ruang puting susu.
Dalam keadaan normal, lubang puting susu akan tertutup. Lubang puting menjadi
terbuka akibat rangsangan syaraf atau tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna
dapat mengalir keluar (Hensel, 1981).
Sudono (2002) mengatakan, bahwa gerakan menyusui dari pedet, usapan atau
basuhan air hangat pada ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan
syaraf. Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam darah.
Hormon oksitosin menyebabkan otot-otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang
puting membuka sehingga susu mengalir keluar. Hormon oksitosin hanya bekerja
selama 6-8 menit, oleh karena itu pemerahan pada seekor sapi harus dilakukan
dengan cepat dan selesai dalam waktu 7 menit (Sagi et al, 1980).
Bentuk dan ukuran ambing kambing seperti bentuk telur, dengan puting susu
berbentuk silinder atau corong. Kambing dengan ambing yang terjumbai memiliki
kecenderungan untuk menghasilkan susu yang tinggi (Sudono, 2002). Volume
ambing memiliki hubungan yang erat dengan jumlah susu yang dihasilkan Maylinda
dan Basori (2004).
Produksi Susu
Beberapa hewan yang menunjukkan kemampuan memproduksi susu
digolongkan sebagai ternak perah. Atabany (2002) mendefinisikan ternak perah
sebagai ternak yang mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan
dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu, meskipun
anaknya sudah disapih atau lepas susu. Jenis ternak perah yang ada, antara lain sapi
perah, kambing perah dan kerbau perah.
Pembentukan susu disebutkan oleh Toelihere (1985) berasal dari konstituenkonstituen darah dan beberapa diantaranya yang terdapat di dalam susu memiliki
bentuk yang serupa dengan yang terdapat di dalam darah. Pengaliran susu dapt
terjadi secara tiba-tiba sekitar 1-2 menit sesudah permulaan penyusunan. Penampilan
produksi susu kambing dari beberapa pengamatan, tertera pada Tabel 1.

8

Menurut Sudono (1999), produksi susu induk, selain dipengaruhi oleh fektor
genetik, kemungkinan juga oleh pengaruh tatalaksana, makanan dan iklim. Devendra
dan Burns (1994) menyatakan, tahun musim beranak, jumlah laktasi dan umur
pertama kali beranak secara nyata mempengaruhi produksi susu.
Tabel 1. Penampilan Produksi Susu Kambing pada Beberapa Pengamatan
Bangsa

Produksi
Susu Harian

Produksi
Susu
Total

Lama
Laktasi

Lama
Kering
Kandang

Sumber

(kg/ekor/hari)

(kg/laktasi)

PE

-

-

162.30

40,00-60,00

PE

0,99

166,53

170,07

104,61

Saanen

1,29

355,99

267,42

63,18

PE

0,90-1,50

-

188,00

45,00-60,00

Ardia (2000)

PE

-

-

192,00

-

Diwyanto dan
Inounu (2001)

-

-

-

210-300

60,00

Blakely dan
Bade (1998)

PE

0,76-1,026

257,49

251,8

-

Subhagiana
(1998)

------------(hari)---------Widyandari
(2002)
Atabany (2001)

Subhagiana (1998) menyebutkan produksi susu total kambing PE selama
laktasi dari penelitiannya terjadi pada tingkat produksi rendah 136,05 kg, sedang
198,07 kg, dan tinggi 253,37 kg. Tingkat produksi susu tinggi yang terjadi,
kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan ambing yang lebih besar selama
kebuntingan dan kelebihannya dalam mengorbankan bobot tubuh selama laktasi
untuk menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi.
Produksi susu kambing PE mencapai puncaknya hari ke-11 setelah beranak,
sedangkan pada Saanen dicapai hari ke-35 setelah beranak (Atabany et al., 2001).
Sementara itu, pada kambing Kacang dari pengamatan Silitonga dan Kuswandi
(1994) di kandang penelitian Cilebut, melaporkan bahwa produksi susu
maksimumnya dicapai pada minggu ke-3-4 setelah beranak dan minggu berikutnya
akan menurun kembali. Widyandari (2002) melaporkan, puncak produksi susu
kambing PE dari pengamatannya terjadi antara minggu ke- 2-5 masa laktasi dan akan
menurun sampai laktasi berakhir.
9

Pakan
Kambing merupakan hewan ruminansia dengan saluran pencernaan yang
sama dengan domba dalam hal ukuran, anatomi dan fungsinya. Kambing merupakan
jenis ruminansia yang lebih efisien daripada domba atau sapi. Kambing dapat
mengkonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak untuk ukuran tubuhnya (5-7%
dari berat badan), bila dibandingkan dengan konsumsi bahan kering sapi yang hanya
sebesar 2-3% dari berat badannya. Kambing juga lebih efisien dalam mencerna
pakan yang mengandung serat kasar dibandingkan dengan domba atau sapi. Seekor
kambing memerlukan 1-1,5 kg daun-daunan atau jerami setiap hari yang berkualitas
baik, ditambah 0,25 kg ransum konsentrat berkadar protein 16% untuk setiap liter
susu yang dihasilkan (Blakely dan Bade, 1998).
Sudono dan Abdulgani (2002), menyatakan bahwa ransum yang dimakan
oleh kambing tergantung dari ukuran tubuh, bangsa kambing, umur, serta jenis
kelaminnya. Campuran hijauan makanan yang terdiri atas berbagai macam dedaunan
dan rerumputan, lebih baik daripada hijauan pakan ternak yang hanya terdiri atas satu
jenis hijauan saja. Hal ini bertujuan agar kekurangan zat makanan dari bahan pakan
ternak yang satu dapat dipenuhi oleh bahan pakan yang lainnya. Hijauan pakan
ternak untuk kambing dewasa tanpa diberi konsentrat berkisar antara 5-8 kg per ekor
per hari.
Korelasi dan Regresi
Menurut Sudjana (1996), analisis korelasi adalah studi yang membahas
tentang derajat hubungan antara peubah-peubah, sedangkan ukuran yang digunakan
untuk mengetahui derajat hubungan tersebut, disebut koefisien korelasi. Steel dan
Torrie (1995) menyebutkan korelasi sebagai suatu ukuran derajat bervariasinya dua
peubah secara bersama-sama atau ukuran keeratan hubungan antara kedua peubah
tersebut yang penggunaannya (X dan Y) tidak lagi dimaksudkan berimplikasi adanya
peubah bebas dan tidak bebas.
Menurut Steel dan Torrie (1995), korelasi yang ada antara dua ciri (X dan Y)
sangat mungkin bukan akibat saling pengaruh-mempengaruhi secara langsung, akan
tetapi satu atau lebih faktor lain yang mempengaruhi kedua ciri tersebut. Korelasi
linier yang sempurna (bernilai +1 atau -1) dari hubungan fungsional antara kedua
10

peubah kemungkinan terjadi karena kekurang hati-hatian dalam melakukan analisis
dan kesalahan pembulatan (Steel dan Torrie, 1995).
Cara lain untuk melihat hubungan X dan Y, dijelaskan oleh Steel dan Torrie
(1995) adalah melalui sebuah garis lurus yang disebut garis regresi. Garis lurus ini
berhubungan dalam titik-titik dalam diagram korelasi, sehingga pendugaan Y dari X
ditentukan dengan menggunakan garis regresi ini. Sudjana (1996) menjelaskan
tentang analisis regresi sebagai studi yang menyangkut hubungan fungsional antara
peubah-peubah yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika.
Koefisien determinasi merupakan proporsi jumlah kuadrat total yang dapat
dijelaskan oleh peubah bebas (Steel dan Torrie, 1995). Menurut Aunuddin (1989),
semakin dekat koefisien determinasi pada nilai 1, maka semakin dekat pula titik
pengamatan ke garis regresinya dan bila koefisien determinasinya sama dengan
100%, maka semua titik pengamatan akan tepat berada di garis regresi.

11

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan Maret
2011. Penelitian dilakukan di lima lokasi peternakan rakyat yang memelihara
kambing PE di wilayah Jawa Barat yaitu, UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE
Malaganti, Peternakan Bapak Aan, Kelompok Ternak Marga Rahayu “Sri Murni”
(Langensari, Banjar), Kelompok Tani Karsa Menak (Gobras, Tasikmalaya) dan
Kelompok Ternak Surya Medal (Sariwangi, Tasikmalaya).
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah kambing perah PE
sebanyak 100 ekor betina, terdiri atas 20 ekor pada UPTD Perbibitan Ternak
Kambing PE Malaganti, 20 ekor pada Peternakan Bapak Aan, 20 ekor pada
Kelompok Ternak Marga Rahayu “Sri Murni”, 20 ekor pada Kelompok Tani Karsa
Menak dan 20 ekor pada Kelompok Ternak Surya Medal. Ternak yang digunakan
adalah kambing betina dewasa pada laktasi ke- 2.
Pakan
Pemberian pakan dan persentase penggunaan pakan yang dilakukan pada
kelima peternakan adalah sama. Konsentrat yang digunakan sebanyak 20% berupa
ampas tahu dan penggunaan hijauan 80% terdiri dari 48% dedaunan dan 32% berupa
rumput gajah.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah tongkat ukur, tali ukur dan timbangan skala
100 kg, yang digunakan untuk pengukuran bagian tubuh pada ternak yang menjadi
parameter dalam penelitian ini. Produksi susu dan volume kelenjar susu diukur
dengan menggunakan ember, gelas ukur 1000 ml dan milk can. Dokumentasi selama
kegiatan penelitian menggunakan kamera.

12

Metode
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder.
Data primer didapat secara langsung di lapangan, dari wawancara langsung dengan
pemilik ternak maupun dengan melakukan pengamatan di lapangan. Data sekunder
didapat dari data yang ada di peternakan.
Pengumpulan data di kelima peternakan dilakukan dengan bantuan teknisi
dan anak kandang yang terdapat di masing-masing lokasi peternakan. Pengumpulan
data dilakukan sebanyak empat kali untuk setiap ekor. Pengumpulan data dilakukan
pada pukul 07.00-08.00 WIB setelah pemerahan. Selang waktu antara pengumpulan
data pertama dengan pengumpulan data berikutnya adalah satu minggu. Ternak tidak
diberi perlakuan khusus sebelum maupun sesudah pengambilan data.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati meliputi lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang
telinga, tinggi badan, panjang badan, volume ambing, volume puting, volume
ambing, dalam ambing, lingkar ambing, panjang puting, lingkar puting, bobot badan,
lingkar metatarsus dan produksi susu induk betina.
(1)

Lingkar Dada

(LiD) dalam cm, diukur dengan melingkarkan pita ukur

sepanjang rongga dada atau dari tulang dada di belakang tulang bahu dan
tulang belikat menggunakan tali ukur.

Gambar 4. Pengukuran Lingkar Dada
(2)

Dalam Dada (DD) dalam cm, diukur dengan mengukur tegak lurus dari tulang
punggung tegak lurus dengan tulang dada menggunakan tongkat ukur.

13

Gambar 5. Pengukuran Dalam Dada
(3)

Lebar Dada (LeD) dalam cm, diukur dengan mengukur jarak antara penonjolan
bahu (tubersitas humeri) sebelah kiri sampai penonjolan bahu sebelah kanan
menggunakan caliper.

(4)

Panjang Telinga (PT) dalam cm, diukur dengan pita ukur. Pengukuran
dilakukan dari pangkal telinga hingga ke ujung telinga.

Gambar 6. Pengukuran Panjang Telinga
(5)

Tinggi Badan (TB) dalam cm, diukur dengan tongkat ukur. Pengukuran tinggi
badan dilakukan dari dasar tanah sampai tinggi pundak pada ruas punggung
awal sebagai patokan tinggi badan kambing PE.

Gambar 7. Pengukuran Tinggi Badan

14

(6)

Panjang Badan (PB) dalam cm, diukur dengan tongkat ukur yang dilakukan
membentuk garis miring dari penonjolan bahu (tubersitas humeri) sampai
tulang duduk (tuber ischii).

Gambar 8. Pengukuran Panjang Badan
(7)

Volume Kelenjar Susu (VKS) dalam ml, diukur meliputi keseluruhan volume
kelenjar penghasil susu yang terdiri atas ambing dan puting. Pengukuran
dilakukan dari pangkal kelenjar susu sampai ujung puting dengan cara
mencelupkan kelenjar susu ke dalam wadah berisi air, kemudian air yang
tumpah tersebut ditampung dan dianggap sebagai volume kelenjar susu.

Gambar 9. Pengukuran Volume Kelenjar Susu
(8)

Volume Puting (VPtg) dalam ml, diukur dengan cara seperti melakukan
pengukuran volume kelenjar susu akan tetapi batas kelenjar susu yang
dicelupkan ke dalam wadah berisi air hanya sampai pada pangkal puting.
Volume air yang tumpah kemudian ditampung dan dianggap sebagi volume
puting.

15

Gambar 10. Pengukuran Volume Puting
(9)

Volume Ambing (VAm) dalam ml, diukur dari pangkal kelenjar susu sampai
batas pangkal puting. Pengukuran dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
volume kelenjar susu dengan volume puting. Hasil pengurangan tersebut
dianggap sebagai volume ambing.

Gambar 11. Pengukuran Volume Ambing
(10) Dalam Ambing (DAm) dalam ml, diukur dengan mengukur panjang dari
pangkal ambing sampai ke pangkal puting menggunakan pita ukur.

Gambar 12. Pengukuran Dalam Ambing

16

(11) Lingkar Ambing (LiAm) dalam ml, diukur dengan mengukur lingkar pangkal
ambing menggunakan bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita
ukur.

Gambar 13. Pengukuran Lingkar Ambing
(12) Panjang Puting (PPtg) dalam ml, diukur dari pangkal puting sampai ke ujung
puting dengan menggunakan pita ukur.

Gambar 14. Pengukuran Panjang Puting
(13) Lingkar Puting (LiPtg) dalam cm, diukur dengan mengukur lingkar puting
menggunakan bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita ukur.

Gambar 15. Pengukuran Lingkar Puting

17

(14) Bobot Badan (BB) dalam kg, diukur dengan melakukan penimbangan ternak
secara langsung pada saat pengamatan.
(15) Lingkar Metatarsus (LiMtrs) dalam cm, diukur dengan cara pengukuran
melingkari tepat di bagian atas tulang metatarsale dengan menggunakan
bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita ukur.

Gambar 16. Pengukuran Lingkar Metatarsus
(16) Produksi Susu (PS) dalam ml, dilakukan dengan mengukur langsung produksi
susu yang dihasilkan pada saat pengamatan dan juga data pencatatan yang
dilakukan oleh peternak pada saat pengamatan belum dilakukan.
Analisis Data
Nilai keeratan ukuran-ukuran tubuh akan dianalisis dengan menggunakan
persamaan matematika. Analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Ganda dan
Regresi Linier terhadap data ukuran tubuh yang diperoleh. Analisis dilakukan setelah
dilakukan analisis korelasi antara ukuran-ukuran tubuh dengan produksi susu untuk
mengetahui derajat hubungan antara keduanya. Model korelasi yang digunakan
sebagai berikut :
∑ (x1 – x1) (x2 – x2)
rx1x2 =

√ ∑ (x1 – x1)2 ∑ (x2 – x2)2

Keterangan :

r
x1
x2
x1
x2

= koefisien korelasi
= peubah bebas ke- 1
= peubah bebas ke- 2
= rataan peubah ke- 1
= rataan peubah ke- 2

18

Persamaan matematika regresi antara produksi susu dengan ukuran-ukuran
tubuh seperti berikut :
1. Regresi Linier
Model : y = β0 + βx
Keterangan :
y
x
β0
βx

= Produksi susu
= Peubah bebas
= Intersep
= Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh (x)
(Steel dan Torrie, 1995)

2. Regresi Linear Ganda
Model : y = β0 + β1x1 + β2x2 + … + βnxn
Keterangan :
y
x
β0
β1
β2
βn

= Produksi susu
= Peubah bebas
= Intersep
= Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh 1 (x1)
= Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh 2 (x2)
= Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh n (xn)
(Steel dan Torrie, 1995)
Pengolahan data tersebut (analisis korelasi dan regresi) dibantu dengan

perangkat lunak statistika Minitab Release 13.20.
3. Analisis Pakan terhadap Kualitas Susu
Efisiensi Pakan terhadap Susu :
Keterangan :
E
P
F

= Efisiensi pakan
= Nutrisi yang terkandung pada Produk (dalam hal ini susu)
= Nutrisi yang terkandung pada Pakan

Konversi Pakan menjadi Susu :
Keterangan :
K
E

= Konversi
= Nilai efisiensi pakan

19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Peternakan
Penelitian dilakukan di dua kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Barat
dengan mengambil lokasi pada lima daerah yang berbeda ketinggiannya dari
permukaan laut. Pada Kabupaten Tasikmalaya terdapat empat peternakan rakyat
yaitu peternakan Malaganti, peternakan yang dipimpin oleh bapak Aan, kelompok
ternak “Surya Medal” yang dipimpin oleh bapak Zam-Zam, dan Kelompok Tani
Karsa Menak. Satu peternakan di kota Banjar yaitu kelompok tani yang
menamakannya dengan koperasi “Sri Murni”, koperasi ini dipimpin oleh bapak
Yaya.
Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” (KTMRSM)
Penelitian dilakukan pada peternakan rakyat yang tersebar di Dusun
Bojongsari yang bergabung menjadi sebuah koperasi Marga Rahayu “Sri Murni”.
Koperasi dipimpin oleh bapak Yaya. Koperasi terletak di Blok Pasirranji, Dusun
Bojong sari, Desa Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Kota Banjar. Letak
peternakan pada koordinat 12,1” BT dan 108o36’21,9” LS dengan ketinggian 29 m
dpl. Kisaran suhu antara 27,90oC-26,13oC dan kelembaban relatif 87,63%.
Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” dibentuk untuk menyatukan
persepsi para anggota dalam peran aktif membangun pertanian. Tujuannya dan
sasaran (Kelompok Tani Marga Rahayu”Sri Murni”, 2011) adalah:
1. Membangun kerjasama antar anggota kelompok;
2. Mempermudah pembinaan para anggota kelompok;
3. Tempat penerapan teknologi pertanian/peternakan;
4. Wadah

musyawarah

para

anggota

kelompok

dalam

menyelesaikan

permasalahan;
5. Sarana usaha tani yang lebih terkoordinir.
Sasaran yang ingin dicapai dari pembentukan kelompok adalah :
1. Peningkatan pendapatan anggota kelompok;
2. Menambahkan/menciptakan lapangan kerja.
Koperasi Sri Murni ini dibentuk pada tanggal 27 Mei 1997, dikukuhkan pada
tanggal 27 Maret 2006 yang dipimpin oleh Bapak Karjo dengan anggota sebanyak 31
orang. Koperasi bergerak pada usaha pokok agribisnis kambing PE, sapi potong serta

20

ayam kampung. Koperasi bergerak di usaha lain yaitu jasa traktor, pembesaran ikan
gurame dan sarana produksi pertanian.
Koperasi Sri Murni memiliki aset berupa hewan ternak sebanyak 362 ekor,
yang terdiri atas kambing PE sebanyak 195 ekor, sapi potong sebanyak 17 ekor dan
ayam kampung sebanyak 150 ekor. Setiap anggota kelompok memiliki kambing
sebanyak 6 ekor.
Kelompok Tani Karsa Menak (KTKM)
Kelompok Tani Karsa Menak dipimpin oleh Bapak Irwan Yuhana Putra
(Kang Yepe) terletak di Kampung Cisumur, Desa Karsa Menak, Kecamatan Kawalu,
Tasikmalaya. Letak peternakan pada koordinat 07o21’54,5” BT dan 108o13’14,0” LS
dengan ketinggian 367 m dpl. Kisaran suhu antara 25,98oC-23,81oC dan kelembaban
relatif 84,13%. Kelompok Tani memiliki 46 ekor ternak kambing PE yang terdiri
atas 30 ekor induk betina laktasi, 2 ekor pejantan dan 14 ekor anak kambing.
Kelompok Tani Ternak Kambing PE “Surya Medal” (KTTKSM)
Peternakan Bapak Zam-zam (Surya Medal) terlet