Ukuran dan Bentuk Kepala Kambing Peranakan Etawah (PE) Betina Dewasa di Tiga Peternakan.

UKURAN DAN BENTUK KEPALA KAMBING PERANAKAN
ETAWAH (PE) BETINA DEWASA DI TIGA PETERNAKAN

GRACE LADY SIHOMBING

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ukuran dan Bentuk
Kepala Kambing Peranakan Etawah (PE) Betina Dewasa di Tiga Peternakan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Grace Lady Sihombing
NIM D14110060

ABSTRAK
GRACE LADY SIHOMBING. Ukuran dan Bentuk Kepala Kambing Peranakan
Etawah (PE) Betina Dewasa di Tiga Peternakan. Dibimbing oleh RINI HERLINA
MULYONO dan AFTON ATABANY
Penelitian bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk kepala berikut
pencirinya pada kambing PE betina dewasa di Peternakan Cordero, Pelaihari dan
Peternakan Doa Anak Yatim (DAY). Ukuran dan bentuk kepala digunakan untuk
membedakan karakteristik morfometrik antara kelompok kambing PE betina dewasa.
Peubah-peubah pengukuran kepala tidak diperhatikan oleh peternak sehingga
kambing beradaptasi dan memiliki penampilan khas. Hasil penelitian ini dapat
menjadi informasi kelengkapan data dasar morfometrik kambing PE di Indonesia,
disamping tujuan konservasi. Variabel meliputi akrokranion-prosthion, basionprosthion, panjang rahang bawah, tinggi kepala, tuber facial kiri-kanan, nasionrhinion, entorbitale kiri-kanan, euryon kiri-kanan, supraorbitale kiri-kanan. Data
sekunder diperoleh dari 90 ternak. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, T2Hotelling, Analisis Komponen Utama dan D2-Mahalanobis. Akrokranion-prosthion
dan basion-prosthion merupakan penciri ukuran kepala kambing PE betina dewasa di

tiga peternakan. Penciri bentuk kepala kambing PE betina dewasa di peternakan
Cordero, Pelaihari dan DAY masing-masing adalah nasion-rhinion; tinggi kepala
dan supraorbitale; euryon. Kerumunan data morfometrik kepala kambing PE betina
dewasa pada tiga peternakan tersebut memisah satu sama lain dengan kerumunan
data Pelaihari memisah lebih jauh. Dendogram ketidakserupaan morfometrik kepala
kambing PE betina dewasa peternakan Cordero dan DAY membentuk
pengelompokan yang berbeda dengan Pelaihari.
Kata kunci: dendogram, kambing Peranakan Etawah, kerumunan, morfometrik
kepala

ABSTRACT
GRACE LADY SIHOMBING. Studies of Head Size and Shape at Etawah Grade
Does in Three Farms. Supervised by RINI HERLINA MULYONO and AFTON
ATABANY.
This study aims to determine the size, shape and characteristics of head on
goats in the Cordero, Pelaihari and Doa Anak Yatim Farms. The size and shape of
the head is used to distinguish between groups morphometric characteristics of
Etawah Grade Does. The variables of head measure is not noticed by the breeder, so
goats adapt and have a distinctive appearance. The results of this study can be used
as basic morphometric data of Etawah Grade does in Indonesia, and for the

conservation. The variables measured were akrokranion-prosthion, basion-prosthion,
the length of the lower jaw, head height, tuber facial left-right, nasion-rhinion,
entorbitale left-right, euryon left-right dan supraorbitale left-right. The study used
90 data. The data analysis using descriptive, T2-Hotelling statistics and Principal
Component Analysis were used to create clusters diagram and dendogram.
Akrokranion-prosthion and basion-prosthion became discriminators of Etawah grade

does head size in all three farms. Discriminatots of Etawah Grade does head shape on
Cordero farm was nasion-rhinion, Pelaihari was head hight and supraorbitale, DAY
Farm was euryon left-right. The data of linear measurement classified separated each
other. Morphometric data of Etawah Grade does head on Cordero and DAY Farm
were different class with Pelaihari.
Key words: cluster, dendogram, Etawah Grade does, head morphometri

UKURAN DAN BENTUK KEPALA KAMBING PERANAKAN
ETAWAH (PE) BETINA DEWASA DI TIGA PETERNAKAN

GRACE LADY SIHOMBING

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul
“Ukuran dan Bentuk Kepala Kambing Peranakan Etawah (PE) Betina Dewasa di
Tiga Peternakan”. Penelitian dilaksanakan pada April-Juni 2015 dengan
menggunakan data sekunder dari peternakan Cordero di Ciapus, Bogor Jawa Barat,
Pelaihari Kalimantan Selatan, dan peternakan Doa Anak Yatim (DAY) di Desa Tegal

Waru Kecamatan Ciampea, Bogor Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Rini H Mulyono, MSi dan Dr Ir Afton
Atabany, MSi serta Dr Rudi Priyanto, Msi atas bimbingan dan pengarahan yang
diberikan. Terima kasih kepada Ibunda Atur Sinaga, Putri Asdora, Putra Rahaldo,
Queen Anggun, Prince Ananda dan seluruh keluarga untuk dukungan yang
diberikan. Ungkapan terima kasih juga ditujukan kepada Ibu Pipih, kakak Novita,
bang Fuad, Arum, Wildan, dan teman-teman IPTP 48 untuk semangat, bantuan dan
kerja samanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Grace Lady Sihombing
NRP D14110060

viii

DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
PRAKATA

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Pengumpulan, Pengolahan Data, Penyajian Hasil dan
Pembahasan
Pengukuran
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis T2-Hotelling
Analisis Komponen Utama
Diagram Kerumunan Data Kepala Kambing PE Betina

Dendogram Ketidakserupaan Morfometrik Kepala
Kambing PE Betina
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

iii
iii
vi
ix
ix
1
1
1
2
2
2
2
2
2

2
2
3
5
5
8
9
12
13
14
14
18

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5

6
7
8

9

Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman variabel
permukaan linear kepala kambing PE betina penelitian
Hasil analisis T2-hotelling variabel permukaan linear kepala
kambing PE betina
Persamaan ukuran dan bentuk kepala kambing PE betina di
peternakan Cordero
Korelasi antara ukuran dan bentuk kepala kambing PE betina
terhadap setiap variabel variabel permukaan linear kepala di
peternakan Cordero
Persamaan ukuran dan bentuk kepala kambing PE betina di
Pelaihari
Korelasi antara ukuran dan bentuk kepala kambing PE betina
terhadap setiap variabel permukaan linear kepala di Pelaihari
Persamaan ukuran dan bentuk kepala kambing PE betina di

peternakan Doa Anak Yatim
Korelasi antara ukuran dan bentuk kepala kambing PE betina
terhadap setiap variabel permukaan linear kepala di peternakan
Doa Anak Yatim
Rekapitulasi jarak minimum D-Mahalanobis pada kambing PE
betina penelitian

6
8
9

9
10
10
11

11
12

DAFTAR GAMBAR

1
2

3

Variabel permukaan linear kepala yang telah diamati
Kerumunan data pada kambing PE betina di peternakan Cordero,
Pelaihari, dan peternakan Doa Anak Yatim berdasarkan skor
ukuran dan skor bentuk kepala
Dendogram ketidakserupaan morfometrik kepala kambing PE
betina yang diamati

3

12
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populasi kambing selama tahun 2012 sampai 2014 mengalami peningkatan
sekitar 6% (Badan Pusat Statistik 2014). Peningkatan populasi tersebut menunjukkan
bahwa kambing berperanan tinggi untuk penyediaan bahan pangan sumber protein
hewani masyarakat Indonesia. Kambing Peranakan Etawah (PE) telah beradaptasi
baik sebagai kambing dwiguna (penghasil daging dan susu) di Indonesia dan
menyebar seperti di Jawa dan Kalimantan. Eksistensi kambing PE sebagai kambing
dwiguna sangat tergantung pada seleksi peternak ke arah sifat mana kambing
tersebut dipelihara.
Kambing PE merupakan hasil grading-up antara kambing Kacang dan
kambing Etawah (Atabany 2001; BSN 2008; Kostaman dan Sutama 2006). Kambing
ini memiliki keunggulan sifat perah dari kambing Etawah dan sifat pertumbuhan dari
kambing Kacang di daerah tropis basah. Kepala merupakan salah satu organ yang
fungsinya penting untuk aktivitas fisiologis sehingga memiliki sifat masak dini
(Hafez 1955). Tumbuh kembang pada ternak menurut Hammond (1932) pada
umumnya dimulai dari bagian kepala (cranium) menuju ke arah pinggang (loin),
kemudian pembentukan otot dan lemak. Peubah-peubah pengukuran kepala tidak
diperhatikan oleh peternak. Kambing yang telah beradaptasi memiliki penampilan
khas karena pengaruh lingkungan tempat tinggal sehingga menghasilkan ukuran
(size) dan bentuk (shape) kepala yang khas.
Ukuran dan bentuk kepala digunakan untuk membedakan karakteristik
morfometrik antara kelompok kambing PE betina dewasa di peternakan Cordero,
BPTU KDI-HPT Pelaihari atau Pelaihari dan peternakan Doa Anak Yatim (DAY)
karena bersifat mewaris. Interaksi ternak terhadap lingkungannya menurut Campbell
(1999) dipengaruhi ukuran dan bentuk. Ukuran merupakan salah satu sifat kuantitaif
dan menurut Warwick et al. (1995) sifat kuantitatif penting dalam bidang peternakan
dan sangat dipengaruhi lingkungan.
Ukuran-ukuran kepala dipelajari dalam ilmu yang disebut kraniometri. Studi
mengenai kraniometri telah dilakukan sebelumnya pada ternak Domba Ekor Tipis
(DET), domba Batur, domba Wonosobo, domba Garut Tangkas dan domba Garut
Pedaging (Khasanah 2013; Pratiwi 2013). Asoen (2008) juga melakukan penelitian
kraniometri pada ternak kerbau rawa, kerbau sungai, dan persilangannya. Olopade
dan Onwuka (2008) telah mempelajari kraniometri pada ternak kambing Red Sokoto
(Maradi) di Nigeria. Hayashi et al. (1980) memperlajari mengenai sapi lokal dan
banteng di Indonesia dengan menggunakan analisis komponen utama.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk kepala berikut
pencirinya pada kambing PE betina dewasa di tiga peternakan yaitu Peternakan
Cordero,Pelaihari dan Peternakan DAY. Hasil penelitian dapat menjadi informasi
untuk kelengkapan data dasar morfometrik kambing PE di Indonesia, disamping
tujuan konservasi.

2

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian menguji perbandingan ukuran dan bentuk kepala kambing PE betina
dewasa beserta penciri ukuran dan bentuk di peternakan Cordero, Pelaihari, dan
peternakan DAY. Variabel yang diukur meliputi akrokranion-prosthion (X1), basionprosthion (X2), panjang rahang bawah (X3), tinggi kepala (X4), tuber facial kirikanan (X5), nasion-rhinion (X6), entorbitale kiri-kanan (X7), euryon kiri-kanan (X8),
supraorbitale kiri-kanan (X9). Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu
upaya untuk tujuan konservasi.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Data yang diolah menggunakan data sekunder. Pengumpulan dan pengolahan
data dan penterjemahan hasil disajikan dalam bentuk tulisan. Hal tersebut dilakukan
pada April-Juni 2015.
Bahan
Data kambing PE betina dewasa pada penelitian terdiri atas data kambing PE di
peternakan Cordero, Pelaihari dan peternakan Doa Anak Yatim. Kambing PE yang
digunakan berasal dari Kaligesing, Jawa Tengah. Data kambing PE betina berasal
dari hasil pengukuran pada kambing yang telah dewasa tubuh (berumur 1-2 tahun)
atau minimal sepasang gigi seri telah berganti dengan gigi seri tetap (I0 telah diganti
dengan I1), masing-masing peternakan sebanyak 30 buah.
Alat
Alat yang digunakan ketika pengambilan data adalah pita ukur dan jangka
sorong.
Prosedur
Pengumpulan, Pengolahan Data, Penyajian Hasil dan Pembahasan
Data sekunder diperoleh dari Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas
Peternakan IPB. Data diklasifikasikan berdasarkan kelompok ternak. Hasil
pengolahan data disajikan dalam bentuk tulisan.
Pengukuran
Data sekunder bagian-bagian permukaan linear kepala pada kambing PE betina
diperoleh berdasarkan metode Hayashi et al. (1980) yang telah dimodifikasi. Gambar
1 menyajikan metode pengukuran yang telah dilakukan pada bagian-bagian
permukaan linear kepala pada kambing PE betina yang terdiri atas akrokranionprosthion (X1), basion-prosthion (X2), panjang rahang bawah (X3), tinggi kepala
(X4), tuber facial kiri-kanan (X5), nasion-rhinion (X6), entorbitale kiri-kanan (X7),
euryon kiri-kanan (X8), supraorbitale kiri-kanan (X9).
Akrokranion-prosthion (X1) atau panjang muka merupakan hasil pengukuran
dari ujung tulang tengkorak sampai batas titik tepi bawah rahang atas. Basion-

3

prosthion (X2) atau panjang kepala dari batas pangkal tulang baji sampai titik tepi
bawah rahang atas. Panjang rahang bawah (X3) dari ujung titik tepi bawah rahang
atas sampai pangkal rahang bawah. Tinggi kepala (X4) dari ujung tulang tengkorak
sampai rahang bawah. Tuber facial kiri-kanan (X5) atau panjang lebar dari ujung
tulang pipi kiri sampai pipi kanan. Nasion-rhinion (X6) atau panjang hidung dari
pangkal hidung sampai tulang hidung bagian bawah. Entorbitale kiri-kanan (X7) atau
jarak antara lekuk mata bagian dalam dari pangkal entorbitale (lekuk mata) kiri
sampai pangkal entorbitale kanan. Euryon kiri-kanan (X8) atau lebar kepala dari
pelipis sebelah kiri sampai sebelah kanan. Supraorbitale kiri-kanan (X9) dari
penonjolan tulang supraorbitale kiri dan kanan.

Gambar 1 Variabel permukaan linear kepala yang telah diamati
Analisis Data
Statistik deskriptif
Data yang diperoleh dianalisis deskriptif yang meliputi rataan, simpangan baku
dan koefisien keragaman (Walpole 1992).
Statistik T2-Hotelling
Data setelah dianalisis deskriptif, diolah dengan statistik T2-Hotelling
(Gaspersz 1992), sebagai berikut:
T2 =

(

-

Selanjutnya besaran:
F=
T2
Akan berdistribusi dengan derajat bebas
V1 = p
V2 = n1 + n2 – p 1
Keterangan:
T2 = hasil uji statistik T2-Hotelling
F = nilai hitung untuk T2-Hotelling
n1 = ukuran sampel kambing PE betina dari kelompok 1
n2 = ukuran sampel kambing PE betina dari kelompok 2

4

P

= banyaknya variabel yang digunakan
= invers dari matriks kovarian (SG)
X1 = vektor nilai rataan variabel acak dari kelompok 1
X2 = vektor nilai rataan variabel acak dari kelompok 2

Hipotesis dalam pengujian tersebut adalah:
H0 : U1 = U2: berarti bahwa vektor nilai rataan dari kelompok pertama sama
dengan kelompok kedua
H0 : U1
U2 : berarti bahwa vektor nilai rataan dari kelompok pertama berbeda
dengan kelompok kedua
Analisis Komponen Utama
Analisis Komponen Utama (AKU) diturunkan dari matriks kovarian digunakan
untuk memperoleh persamaan ukuran dan bentuk kambing PE betina pada masing
masing peternakan. Penciri ukuran dan bentuk ditentukan berdasarkan persamaan
tersebut. Rumus AKU menurut Gaspersz (1992) sebagai berikut:

Keterangan:

= Komponen utama ke – p (p = 1,2,3,...10)
= Variabel ke-p (p = 1,2,3,...,10)
= Vektor ciri atau vektor Eigen ke – p untuk p = 1,2,.., 10 dengan komponen utama
ke – p

Menurut Fremlin (2000) ukuran umumnya merujuk pada pengertian seperti
panjang, luas dan volume. Model rumus persamaan ukuran berdasarkan Gaspersz
(1992) yang dimodifikasi sebagai berikut:

Keterangan:
= Skor ukuran ( skor komponen utama pertama)
= Akrokranion-prosthion
= Basion-prosthion
= Panjang rahang bawah
= Tinggi kepala
= Tuber facial kiri-kanan
= Nasion-rhinion
= Entorbitale kiri-kanan
= Euryon kiri-kanan
= Supraorbitale kiri-kanan
= Vektor ciri atau vektor Eigen ke-p untuk p = 1, 2, ... , 9

Bentuk menurut Kendall (1984) didefinisikan sebagai seluruh informasi
geometris yang akan tidak berubah ketika parameter lokasi, skala, dan rotasinya
diubah. Bentuk adalah satu titik temu antara ruang dan massa. Rumus persamaan
bentuk berdasarkan Gaspersz (1992) yang dimodifikasi sebagai berikut:

5

Keterangan:
= Skor bentuk (skor komponen utama kedua)
= Akrokranion-prosthion
= Basion-prosthion
= Panjang rahang bawah
= Tinggi kepala
= Tuber facial kiri-kanan
= Nasion-rhinion
= Entorbitale kiri-kanan
= Euryon kiri-kanan
= Supraorbitale kiri-kanan
= Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, ... , 10

Pembuatan Diagram Kerumunan
Diagram kerumunan dibuat berdasarkan skor ukuran (sumbu X) dan skor
bentuk (sumbu Y). Setiap noktah pada diagram mencerminkan data setiap individu.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lingkungan tempat kambing
PE betina dipelihara memberikan perbedaan ukuran kepala. Ukuran kepala bukan
merupakan produk seleksi langsung peternak, tetapi lebih merupakan produk seleksi
alam. Hal tersebut diperlihatkan dengan ukuran-ukuran kepala yang berbeda yang
disesuaikan dengan lingkungan tempat kambing PE betina dipelihara (Tabel 1).
Analisis statistik deskriptif memperlihatkan bahwa bahwa Peternakan Cordero
memiliki ukuran kepala yang lebih besar dibanding dengan dua peternakan lain pada
akrokranion-prosthion (X1), basion-prosthion (X2), tinggi kepala (X4), euryon kirikanan (X8) dan supraorbitale kiri-kanan (X9). Pertumbuhan kepala menurut Cray
(2009) dipengaruhi oleh fungsi otot, genetik, faktor hormon, nutrisi, temperatur dan
ketinggian tempat. Berdasarkan data BMKG (2012), suhu di Peternakan Cordero
berkisar 26 oC, paling rendah daripada dua peternakan lain. Menurut BMKG (2012),
rataan suhu di peternakan DAY dan Pelaihari, masing-masing sebesar 27 dan 31 oC.
Cray (2009) menyatakan bahwa lebar kepala pada manusia ditemukan lebih besar
pada suhu yang rendah. Ukuran euryon kiri-kanan (X8) kambing PE betina
ditemukan terbesar dan terseleksi paling ketat (Tabel 1). Menurut Hafez dan Dyer
(1969) dan Saparto (2004) ukuran tulang bersifat mewaris. Ukuran-ukuran linear
permukaan kepala kambing PE betina merupakan produk dari adaptasi ternak
terhadap lingkungan.
Ukuran kepala kambing PE betina Cordero, ditemukan paling lebar, dalam dan
panjang yang diperlihatkan dengan ukuran tertinggi pada akrokranion-prosthion
(X1), basion-prosthion (X2) dan tinggi kepala (X4). Supraorbitale kiri-kanan (X9)
berukuran terbesar yang diikuti dengan ukuran euryon kiri-kanan (X8). Ukuran
basion-prosthion (X2) terbesar tetapi belum terseleksi ketat. Tujuan produksi susu
secara komersial di peternakan Cordero mengarahkan seleksi ketat peternak ke sifat
produksi susu yang secara tidak langsung mempengarui ukuran-ukuran permukaan
linear kepala kambing PE betina. Sebaliknya lima variabel tersebut pada kambing PE
betina Pelaihari berukuran terkecil, yang merupakan produk adaptasi kambing PE

6

betina terhadap suhu lingkungan yang lebih tinggi karena perbedaan garis lintang.
Peternakan dengan memiliki suhu 31 oC ini membuat kambing PE betina mengalami
cekaman panas dan beradaptasi terhadap lingkungan tersebut yang diperlihatkan
dengan bagian-bagian ukuran kepala tersebut terkecil. Hal tersebut merupakan
produk dari seleksi alam.
Tabel 1 Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman variabel permukaan linear
kepala kambing PE betina penelitian
Variabel
Cordero Farm
Pelaihari
DAY Farm
(n = 30)
(n = 30)
(n = 30)
-----------------------------(mm)-----------------------Akrokranion-prosthion (X1)

244.33±11.35
(4.65%)

236.83±15.45
(6.52%)

240.00±16.61
(6.92%)

Basion-prosthion (X2)

264.00±17.73
(6.72%)

217.83±14.48
(6.65%)

257.00±16.43
(6.39%)

Panjang rahang bawah (X3)

147.76±5.56
(3.76%)

150.34±4.89
(3.25%)

149.83±5.09
(3.40%)

Tinggi kepala (X4)

146.46±6.43
(4.39%)

138.78±7.96
(5.74%)

139.70±10.43
(7.47%)

Tuber facial kiri-kanan (X5)

41.503±5.421
(13.06%)

53.43±6.79
(12.72%)

37.874±5.276
(13.93%)

Nasion-rhinion (X6)

118.52±10.50
(8.86%)

126.37±7.65
(6.06%)

124.55±10.41
(8.36%)

Entorbitale kiri-kanan (X7)

48.50±6.05
(12.48%)

53.78±6.23
(11.58%)

48.17±6.76
(14.03%)

Euryon kiri-kanan (X8)

94.18±6.92
(7.34%)

74.52±6.22
(8.35%)

90.22±14.00
(15.52%)

Supraorbitale kiri-kanan (X9)

80.90±7.14
(8.83%)

57.89±7.60
(13.13%)

71.44±8.70
(12.18%)

Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman

Panjang rahang bawah (X3) kambing PE betina Pelaihari berukuran terbesar.
Rahang bawah berfungsi untuk mengunyah hijauan makanan secara maksimal, telah
dilakukan pada kambing PE betina Pelaihari. Kualitas hijauan makanan di
peternakan tersebut diduga terendah karena curah hujan yang tersedikit dan terletak
di tepian pantai. Menurut BMKG (2006), curah hujan di Pelaihari 2 376 mm/tahun,
sedangkan di Peternakan Cordero dan DAY sebesar 3 500-4 500 mm/tahun. Kondisi
tanah di tepian pantai mengandung kadar garam tinggi yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman hijauan pakan. Penyerapan unsur penting bagi tanaman
menjadi tidak optimal sehingga kandungan nutrisi pakan hijauan menjadi rendah.
Penelitian pada tanaman jagung yang diberi perlakuan cekaman salin tersebut,
mengalami penurunan pertumbuhan luas daun, berat kering tajuk, berat kering akar,
laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan nisbi (Suwignyo et al. 2010). Kualitas
hijauan pakan yang rendah diperlihatkan dengan kandungan serat kasar yang tinggi
(Murni et al. 2008; Djajanegara 1999).

7

Rahang yang kuat digunakan untuk proses pengunyahan hijauan berserat kasar
tinggi pada kambing PE betina. Proses pengunyahan sempurna ditemukan pada
ternak berahang kuat. Menurut Stynder et al. (2007) dan Dwipayanti et al. (2009)
pada manusia, penggunaan otot pengunyahan dan penggunaan gigi dilakukan secara
optimal bila mengalami perubahan dalam kebiasaan mengkonsumsi makanan seperti
tekstur makanan yang lebih kasar. Tanaman bakau (mangrove) tumbuh di daerah
pesisir pantai, dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga bersifat salin dan
tanahnya jenuh air. Pada umunya secara anatomi tanaman memperlihatkan kutikula
yang tebal, lapisan lilin, dan stomata dari beberapa jenis mangrove sebagai akibat
suhu yang tinggi (Onrizal 2005).
Nasion-rhinion (X6) kambing PE betina di Pelaihari berukuran terbesar karena
mengalami cekaman panas sehingga panas dalam tubuh harus dikeluarkan melalui
aktivitas penguapan melalui keringat dari permukaan kulit. Purwanto et al. (2005)
menyatakan bahwa peningkatan suhu tubuh diiringi dengan peningkatan aktivitas
penguapan melalui keringat dari permukaan kulit dan peningkatan frekuensi
pernafasan. Luasan permukaan hidung berkorelasi positif dengan ukuran nasionrhinion (X6), tuber facial kiri-kanan (X5) dan entorbitale kiri-kanan (X7, yang pada
kambing PE betina Pelaihari berukuran tertinggi sebagai produk seleksi alam. Ternak
beradaptasi dengan suhu lingkungan tinggi. Suhu lingkungan terendah di peternakan
Cordero mempertahankan nasion-rhinion (X6) terkecil sebagai akibat dari penciutan
pembuluh darah yang berada di hidung dikarenakan ketersediaan oksigen yang lebih
sedikit dibandingkan dengan Pelaihari. Hidung merupakan salah satu organ
pelindung tubuh terhadap lingkungan dengan kadar oksigen rendah atau tidak
menguntungkan (Mangunkusomo 2001). Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan
melakukan spasme, yaitu menciutkan pembuluh darah. Peternakan Cordero terletak
di Kecamatan Ciapus pada ketinggian 750 mdpl yang memiliki kadar oksigen udara
lebih rendah dibanding dengan Pelaihari yaitu pada ketinggian 25 mdpl.
Tuber facial kiri-kanan (X5) dan entorbitale kiri-kanan (X7) berukuran terkecil
pada kambing PE betina di peternakan DAY, mengindikasikan bahwa kambing
tersebut dapat bertahan sebagai produk seleksi alam pada suhu yang lebih rendah
dari Pelaihari. Panas tubuh dipertahankan dalam tubuh dengan mengurangi
penguapan keringat yang membawa panas tubuh dari permukaan kulit di sekitar
hidung melalui ukuran terkecil pada ketiga variabel tersebut. Mekanisme ini
merupakan upaya ternak mempertahankan suhu tubuh dalam zona nyaman. Menurut
Smith dan Mangkoewidjojo (1988) zona suhu nyaman kambing adalah 18-30 oC.
Pada penelitian ini suhu lingkungan peternakan Cordero, Pelaihari dan DAY dan,
berturut-turut 26, 31 dan 27oC (BMKG 2014).
Ukuran basion-prosthion (X2) dan euryon kiri-kanan (X8) serta tinggi kepala
(X4) mengindikasikan volume kepala, yang berkorelasi positif dengan suhu
lingkungan. Ketiga variabel tersebut ditemukan berukuran sedang di peternakan
DAY dengan basion-prosthion (X2) terseleksi ketat, berkuran besar di peternakan
Cordero dengan euryon kiri-kanan (X8) atau lebar kepala serta tinggi kepala (X4)
terseleksi ketat, dan berukuran kecil di Pelaihari. Menurut Saparto (2004) perbedaan
ukuran kepala pada kerbau di lingkungan peternakan yang berbeda merupakan
indikasi kejadian evolusi yang dipengaruhi oleh gen-gen tertentu dalam jangka waktu
panjang.
Pada penelitian ini perbedaan ukuran kepala merupakan produk seleksi alam
secara langsung dan seleksi manusia secara tidak langsung. Arah kebijakan

8

pemuliaan yang berbeda pada ketiga peternakan tersebut, mempengaruhi ukuran
kepala. Kambing PE betina di peternakan Cordero dan DAY lebih diarahkan ke tipe
perah, sedangkan di Pelaihari lebih ke arah pedaging. Menurut Atabany (2001) dan
Kostaman dan Sutama (2006) kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna yang
diarahkan ke sifat perah dan pedaging. Produksi susu kambing PE di peternakan
Cordero dan DAY diduga lebih besar dibandingkan dengan yang ditemukan di
Pelaihari. Produksi susu kambing PE di Pelaihari diduga hanya mencukupi
kebutuhan anaknya, karena lebih diarahkan ke tipe pedaging. Produksi susu di
peternakan Cordero diduga lebih tinggi dibandingkan dengan peternakan DAY
karena merupakan perusahaan komersial dengan seleksi lebih ketat pada produksi
susu. Harga air susu yang jauh lebih besar dibandingkan dengan peternakan kambing
perah komersial Cordero, kurang memotivasi peternak DAY untuk menyeleksi ke
arah produksi susu lebih ketat, yang diperlihatkan dengan ukuran-ukuran variabel
permukaan linear kepala yang tidak terseleksi ketat kecuali pada basion-prosthion
(X2).
Analisis T2-Hotelling
Menurut Gaspersz (1992) analisis T2-Hotelling bertujuan untuk mendapatkan
perbedaan vektor nilai rata-rata diantara dua populasi. Pengujian statistik ini secara
bersamaan pada sembilan variabel ukuran permukaan linear kepala. Analisis T2Hotelling (Tabel 2) mengindikasikan bahwa ukuran permukaan linear kepala
kambing PE betina sangat berbeda (P