Kajian agronomis tanaman buah dan sayuran pada struktur agroforestri pekarangan di Wilayah Bogor, Puncak dan Cianjur (Studi Kasus di DAS Ciliwung dan DAS Cianjur)

KAJIAN AGRONOMIS TANAMAN BUAH DAN SAYURAN
PADA STRUKTUR AGROFORESTRI PEKARANGAN
DI WILAYAH BOGOR, PUNCAK DAN CIANJUR
(STUDI KASUS DI DAS CILIWUNG DAN DAS CIANJUR)

Oleh
SISMIHARDJO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

1

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
tesis yang berjudul:
” Kajian Agronomis Tanaman Buah dan Sayuran pada Struktur
Agroforestri Pekarangan di Wilayah Bogor, Puncak dan
Cianjur (Studi Kasus di DAS Ciliwung dan DAS Cianjur)“.

Merupakan hasil penelitian karya sendiri atas bimbingan dan arahan komisi
pembimbing. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program sejenis di perguruan tinggi lain.

Bogor, Desember 2008

Sismihardjo
NRP: A351040181

2

ABSTRACT
SISMIHARDJO. The Agronomic Analysis of Fruits Plant and Vegetables
Crops on Agroforestry Structure of Pekarangan in Bogor, Puncak and
Cianjur Region (Case Study in Ciliwung Watershed and Cianjur
Watershed). Under Supervised by M.A. CHOZIN and HADI SUSILO ARIFIN.
Utilization of pekarangan for varies cultivations of plants, such as fruits tree and
vegetables crop plantation is a form of agroforestry practice. As a place of
traditional farming system, pekarangan has high potent of food stock resources.
This opportunity should be researched deeply. The objectives of research are to

analyze the intensification level of fruits tree and vegetables crop cultivation, to
analyze cropping pattern and rotation system of vegetables crops, to calculate
productivity of fruits tree and vegetables crop yields, and to measure the coverage
of vegetation canopy to the pekarangan area. These researches were conducted in
Ciliwung and Cianjur watersheds. Survey method was conducted in these
researches, i.e. field observation, measuring some objects in pekarangan such as
trees canopy and production, and interview to the householders. The measurement
and observation was done when the householders have been conducting trees and
crops cultivation process in the pekarangan. On the other hands, when they have
not been conducting this process, the data was collected by interview to the
householders. Pakarangan samples in the upper stream, the middle stream and the
down stream of both Ciliwung and Cianjur watersheds was selected by previous
researches. Thirty pekarangan was selected as pekarangan sample in each zone;
therefore, there are 180 pekarangan samples, totally. Cropping pattern, vegetables
crop rotation system, and production of each fruit tree and vegetable crop data
was analyzed descriptively. Intensification level, productivity and percentage of
canopy coverage was analyzed by T test and Duncan Test. Research results show
the upper of pekarangan location the more intensive of fruits tree and vegetables
crop cultivation, such as fertilizing (organic and an-organic fertilizer), weeding,
soil tillage, pest and disease management. Regarding species diversity, the upper

of pekarangan location the less number of fruits tree species. On the other hands,
the upper of pekarangan location the more number of vegetables species. In the
down stream of watersheds, generally the householders only planted one species;
however in the upper stream of watershed they planted more than one species with
the rotation system. Pakarangan land in the upper and the middle streams is
suitable for vegetables crop cultivation, but the down stream pekarangan is
suitable for fruits tree. Based on the percentage of canopy coverage to the
pekarangan area and the calorie was produced by pekarangan is thought that the
down stream pekarangan more productive than the upper stream one.
Keyword: Agroforestry, householders, pekarangan, tree and crop productivity,
watershed.

RINGKASAN
SISMIHARDJO. Kajian Agronomis Tanaman Buah dan Sayuran pada
Struktur Agroforestri Pekarangan di Wilayah Bogor, Puncak dan Cianjur
(Studi Kasus di DAS Ciliwung dan DAS Cianjur). Dibimbing oleh M.A.
CHOZIN dan HADI SUSILO ARIFIN.
Luas lahan pertanian makin berkurang, dilain pihak kebutuhan pangan
makin meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk. Lahan pekarangan
merupakan salah satu alternatif dalam sumbangsih ketahanan pangan di

masyarakat. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan budidaya berbagai jenis
tanaman, termasuk budidaya tanaman buah dan sayuran merupakan bentuk
praktek agroforestri. Keragaman tersebut dipengaruhi oleh kondisi agroklimat di
daerah aliran sungai (DAS). Pekarangan mempunyai potensi sebagai lumbung
pangan cukup besar, dengan lahan pekarangan yang cukup luas. Di kabupaten
Bogor sebesar 38.404 ha dan di Kabupaten Cianjur sebesar 41.273 ha. Penelitian
yang terkait tanaman tak terkecuali tanaman buah dan sayuran, pada umumnya
dilakukan di lahan yang khusus untuk budidaya tanaman tersebut. Mengingat
potensi dan luas lahan pekarangan cukup besar yang selama ini terabaikan, maka
perlu dilakukan penelitian di lahan pekarangan.
Tujuan penelitian ini yaitu (1). menganalisis tingkat intensifikasi budidaya
tanaman buah dan sayuran, pola tanam dan rotasi tanaman sayuran di hulu DAS
Ciliwung dan di DAS Cianjur. (2). Menganalisis produksi setiap jenis tanaman
buah dan sayuran penyusun agroforestri, produktivitasnya per satuan luas dan
waktu di hulu DAS Ciliwung dan di DAS Cianjur. (3) menganalisis prosentase
penutupan lahan pekarangan oleh tajuk tanaman buah dan sayuran pekarangan di
hulu DAS Ciliwung dan di DAS Cianjur.
Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu dengan pengamatan,
pengukuran secara langsung dan wawancara. Pengamatan dan pengukuran secara
langsung dilakukan, saat pengamatan pemilik pekarangan contoh sedang

melakukan proses budidaya tanaman buah dan sayuran. Wawancara dilakukan
bila pemilik pekarangan contoh tidak sedang melakukan proses budidaya saat
peneliti melakukan pengamatan. Pembagian zona untuk lokasi penelitian di
daerah aliran sungai (DAS), baik di hulu DAS Ciliwung maupun di DAS Cianjur
ditetapkan berdasarkan perbedaan ketinggian dari permukaan laut. Mengenai
letak dan posisi setiap lokasi penelitian diukur dengan alat GPS (Global
Positioning System). Lokasi pekarangan contoh penelitian sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Di hulu DAS Ciliwung zona
atas di Desa Tugu Utara, zona tengah di Desa Cilember dan zona bawah di
Kelurahan Katulampa. Di DAS Cianjur zona atas di Desa Galudra, zona tengah di
Desa Mangunkerta dan zona bawah di Desa Selajambe. Setiap zona DAS atau
lokasi penelitian menggunakan 30 pekarangan contoh yang telah ditentukan
secara acak (random). Penelitian dilaksanakan Maret 2007 sampai dengan
Februari 2008. Pengamatan di lapang meliputi tingkat intensifikasi budidaya
tanaman buah dan sayuran meliputi, pengolahan tanah dan guludan, penggunaan
pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida, praktek penyiangan gulma. Untuk
setiap kegiatan budidaya, responden / petani yang melakukan tindakan budidaya
tersebut mendapat skor 1 (satu), sedangkan yang tidak melakukan mendapatkan

1

skor 0 (nol). Skor yang telah diperoleh dari hasil pengamatan dikalikan dengan
10 %, merupakan besarnya prosentase tingkat intensifikasi budidaya di zona
tersebut. Pola tanam dan rotasi tanaman sayuran meliputi, jenis tanaman, waktu
tanam 1, 2, 3, waktu panen 1, 2, 3, jenis tanaman berikutnya. Luas lahan
pekarangan (m2) merupakan luas lahan dikurangi luas bangunan. Produksi
berdasarkan berat / bobot dari bagian tanaman yang dipanen. Bobot produk per
satuan luas, bila tanaman tersebut dibudidayakan dengan jarak tanam yang
seragam. Tanaman dengan jarak tanam tidak seragam, bobot produk yang
dihasilkan per jumlah tanaman yang ada. Tanaman dengan satu kali panen,
dengan menimbang bobot saat panen. Tetapi untuk tanaman yang beberapa kali
panen, dengan menimbang saat panen awal, demikian juga panen berikutnya
sampai tanaman tersebut tidak menghasilkan. Bagian yang dipanen tersebut
berbeda-beda yaitu daun, umbi akar, bunga dan buahnya, maka bobotnya (Kg)
dikonversikan dalam satuan kalori. Luas tajuk tanaman tahunan merupakan
perkalian jari-jari tajuk (r2) dengan phi (π). Luas tajuk tanaman semusim dengan
jarak tanam seragam, luas lahan tersebut merupakan luas tajuk tanaman. Data
hasil penelitian pola tanam, rotasi tanaman sayuran dan produktivitas setiap jenis
tanaman buah dan sayuran dengan analisis deskriptif, sedangkan tingkat
intensifikasi budidaya tanaman, produktivitas tanaman per satuan luas dan waktu
serta persentase penutupan lahan pekarangan oleh tanaman buah dan sayuran

dengan analisis Uji F, dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan taraf kepercayaan
0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin ke atas posisi letak pekarangan
makin intensif budidaya tanaman buah dan sayuran. Jumlah jenis tanaman buah
yang tidak dapat berproduksi makin banyak dengan makin ke atas posisi letak
pekarangan, meski dengan tingkat budidaya yang lebih intensif. Penggunaan jenis
tanaman lain makin besar pada pola tanaman sayuran dengan makin tingginya
posisi letak pekarangan. Makin rendah posisi letak pekarangan makin jarang
dilakukan rotasi dengan jenis sayuran tanaman lain. Tanaman buah lebih poduktif
atau lebih sesuai dibudidayakan di zona bawah dibandingkan di zona tengah dan
atas, sedangkan tanaman sayuran lebih produktif atau lebih sesuai dibudidayakan
di zona tengah dan atas dibandingkan di zona bawah. Lahan pekarangan dengan
luas yang sama berdasarkan perhitungan kalori yang dihasilkan di zona bawah
lebih produktif dibandingkan dengan zona tengah dan atas. Zona bawah memiliki
total luas tajuk tanaman buah dan sayuran paling besar dibandingkan luas tajuk di
zona tengah dan atas.

2

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

3

KAJIAN AGRONOMIS TANAMAN BUAH DAN SAYURAN
PADA STRUKTUR AGROFORESTRI PEKARANGAN
DI WILAYAH BOGOR, PUNCAK DAN CIANJUR
(STUDI KASUS DI DAS CILIWUNG DAN DAS CIANJUR)

SISMIHARDJO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul Tesis

:

Kajian Agronomis Tanaman Buah dan Sayuran pada
Struktur Agroforestri Pekarangan di Wilayah Bogor,
Puncak dan Cianjur (Studi Kasus di DAS Ciliwung dan
DAS Cianjur)

Nama


:

Sismihardjo

NRP

:

A351040181

Program Studi

:

Agronomi

Disetujui,
Komisi Pembimbing


Prof. Dr. Ir. M.A. Chozin, M.Agr.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS.
Anggota

Diketahui,
Ketua Program Studi Agronomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian : 18 Desember 2008

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, karunia dan penyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan Tesis ini yang berjudul “Kajian agronomis tanaman buah
dan sayuran pada struktur agroforestri pekarangan di Wilayah Bogor, Puncak dan
Cianjur (Studi Kasus di DAS Ciliwung dan DAS Cianjur)”.

Penelitian ini

merupakan bagian dari payung penelitian yang berjudul “Harmonisasi
Pembangunan Pertanian Berbasis Daerah Aliran Sungai pada Lanskap Desa Kota
Kawasan Bogor, Puncak dan Cianjur”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dengan tulus dan
penuh rasa hormat kepada Prof. Dr. Ir. M.A. Chozin, M.Agr., sebagai Ketua
Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS., sebagai Anggota
Komisi Pembimbing dan Dr. Edi Santoso, MSi, SP., sebagai Penguji Luar
Komisi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada pimpinan Program
Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura Sekolah Pascasarjana
beserta staf pengajar, karyawan dan teman-teman yang telah membantu dalam
rangka penyelesaian studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan atas bantuan dalam
pembiayaan penelitian proyek Hibah Penelitian Tim Pascasarjana – HPTP
angkatan IV tahun 2006 – 2008 yang berjudul “Harmonisasi Pembangunan
Pertanian Berbasis Daerah Aliran Sungai pada Lanskap Desa Kota Kawasan
Bogor, Puncak dan Cianjur”. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, melalui
Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor – LPPM IPB,
Kiranya Tesis ini tidak hanya semata-mata menjadi laporan tertulis dari hasil
penelitian bagi penulis saja, tetapi lebih mengemban pada tugas perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya bidang pertanian. Demikian juga dapat bermanfaat
bagi peneliti lainnya dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu segala saran
dan komentar positif akan penulis terima dengan baik.

Bogor, Desember 2008
Penulis

1

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya 24 April 1967 dari bapak Soeharto TNI
Purnawirawan dan ibu Lydia Sunaringsih. Penulis merupakan anak ke dua dari
enam bersaudara dan telah menikah dengan istri tercinta Endang Widowati.
Penulis belajar di kota pahlawan, mulai Sekolah Dasar sampai tingkat
perguruan tinggi. Tahun 1986 lulus SMA Negeri 3 Surabaya, tahun yang sama
melanjutkan studi di Fakultas Pertanian – Program Studi Agronomi UPN
”Veteran” Surabaya lulus tahun 1991.
Penulis sejak Februari 1993 sampai dengan Maret 2003 bekerja di PT.
Megafora Indah (Salim Grup). Tahun 2004 berkesempatan melanjutkan studi di
SPs IPB Program Studi Agronomi, dengan biaya sendiri.

Bogor, Desember 2008

Sismihardjo
NRP: A351040181

2

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

x

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

Latar Belakang ..................................................................................

1

Tujuan Penelitian ...............................................................................

4

Hipotesis.............................................................................................

4

Manfaat Penelitian .............................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

5

Daerah Aliran Sungai (DAS) .............................................................

5

Agroforestri ....................................................................................... .

6

Pekarangan .........................................................................................

8

Kajian Agronomi Tanaman Buah dan Sayuran .................................

9

METODOLOGI ........................................................................................

11

Tempat dan Waktu .............................................................................

11

Metode Penelitian ..............................................................................

13

Pengamatan di Lapang .......................................................................

13

Analisis Data ......................................................................................

16

HASIL .......................................................................................................

17

Tingkat Intensitas Budidaya Tanaman Buah dan Sayuran ................

17

Pola Tanam dan Rotasi Tanaman Sayuran.........................................

19

Produktivitas Tanaman Buah dan Sayuran ........................................

21

Penutupan Lahan Pekarangan oleh Tajuk Tanaman Buah dan
Sayuran..............................................................................................

25

PEMBAHASAN .......................................................................................

26

Tingkat Intensitas Budidaya Tanaman Buah dan Sayuran ...............

26

Pola Tanam dan Rotasi Tanaman Sayuran........................................

27

Produktivitas dan Penutupan Pekarangan oleh Tanaman
Buah dan Sayuran .............................................................................

28

3
SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

32

Simpulan ...........................................................................................

32

Saran..................................................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

33

4

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Letak Geografis, Luas dan Topografi Lokasi Penelitian di
Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur ................................................

12

2. Ketinggian dan Iklim Lokasi Penelitian di Hulu DAS Ciliwung
dan DAS Cianjur ..................................................................................

13

3. Jenis Tanaman Buah dan Sayuran Pekarangan di Hulu DAS
Ciliwung dan DAS Cianjur ..................................................................

17

4. Jenis Tanaman Buah Pekarangan Dapat Berproduksi dan Tidak
Dapat Berproduksi di Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur.............

18

5. Rata-rata Prosentase Tingkat Intensifikasi Teknik Budidaya
Tanaman dan Sayuran Pekarangan di Hulu DAS Ciliwung dan
DAS Cianjur .........................................................................................

18

6. Rata-rata Frekuensi (f) Petani untuk Berbagai Pola Tanam
Sayuran (1, 2 dan 3 jenis) di Hulu DAS Ciliwung...............................

19

7. Rata-rata Frekuensi (f) Petani untuk Berbagai Pola Tanam
Sayuran (1, 2 dan 3 jenis) di DAS Cianjur...........................................

20

8. Rata-rata Produksi per Musim Tanaman Buah dan Sayuran
Pekarangan di Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur ........................

21

9. Rata-rata Produktivitas per Musim Tanaman Buah dan Sayuran
Pekarangan di Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur, Dinas
Pertanian Kabupaten Bogor dan Dinas Pertanian Kabupaten
Cianjur ..................................................................................................

22

10. Rata-rata Produktivitas per Musim Tanaman Buah dan Sayuran
Dirjen Perbenihan dan Sarana Produksi – Dirjen Hortikultura............

23

11. Rata-rata Luas Pekarangan di Hulu DAS Ciliwung dan DAS
Cianjur ..................................................................................................

24

12. Rata-rata Produktivitas Tanaman Buah dan Sayuran per Tahun
per Pekarangan dan per Hektar di Hulu DAS Ciliwung dan
DAS Cianjur .........................................................................................

24

13. Rata-rata Prosentase Penutupan Tajuk Tanaman Buah dan Sayuran
Pekarangan di Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur ........................

25

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................

3

2. Peta Lokasi Penelitian di Hulu DAS Ciliwung .....................................

11

3. Peta Lokasi Penelitian di DAS Cianjur .................................................

12

2
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Prosentase Tingkat Intensifikasi Budidaya Tanaman Buah
di Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur .............................................

40

2. Prosentase Tingkat Intensifikasi Budidaya Tanaman Sayuran
di Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur .............................................

41

3. Rata-rata Produktivitas Tanaman Buah dan Sayuran per Tahun
per Pekarangan di Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur ...................

42

4. Rata-rata Produktivitas Tanaman Buah dan Sayuran per Tahun
per Hektar di Hulu DAS Ciliwung dan DAS Cianjur ...........................

43

5. Kandungan Zat Gizi Bahan Makan per 100 Gram Segar ......................

44

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Luas lahan pertanian dari waktu ke waktu makin sempit dengan adanya
peralihan fungsi dan tata guna lahan pertanian menjadi lahan pemukiman,
pedagangan, perindustrian dan perkantoran.

Sedangkan kebutuhan pangan

masyarakat makin meningkat dengan makin bertambahnya jumlah penduduk.
Pangan merupakan kebutuhan yang vital, guna mencukupi kebutuhan pangan
masyarakat yang kurang atau tidak memiliki lahan untuk pertanian, terjadi
pergeseran dalam kegiatan pertanian masyarakat. Di dataran rendah, sedang dan
tinggi oleh masyarakat setempat dengan memanfaatkan daerah bantaran sungai,
lahan-lahan milik pemerintah dan swasta yang belum di kelola untuk kegiatan
pertanian. Pemanfaatan lahan perlu adanya pemikiran alternatif lahan selain lahan
tersebut di atas yang belum optimal yaitu lahan pekarangan.
Lahan pekarangan merupakan lahan yang mempunyai potensi cukup besar
sebagai lumbung pangan. Pemanfaatan lahan pekarangan bukan semata-mata
untuk fungsi konservasi terhadap lingkungan maupun ekonomis, tetapi dapat
membantu masyarakat setempat untuk mencukupi dan mempertahankan hidup
dalam hal ketahanan pangan. Penanaman berbagai jenis tanaman tahunan dan
semusim, termasuk tanaman buah dan sayuran di lahan pekarangan dapat
membantu kecukupan pangan. Sesuai dengan (Harjadi 1989; Dirjen Pertanian
Tanaman Pangan 1980; Arifin 1998 dan Poerwanto 2003), bahwa tanaman buah
dan sayuran banyak dibudidayakan di lahan pekarangan dalam usaha mengatasi
kebutuhan pangan.
Luas lahan pekarangan di seluruh wilayah Indonesia mencapai jutaan hektar.
Di wilayah Kabupaten Bogor luas lahan pekarangan sebesar 38.404 Ha (Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2006) dan di wilayah Kabupaten
Cianjur sebesar 41.273 ha (Dinas Pertanian dan Kehutan Kabupaten Cianjur,
2006). Lahan pekarangan tersebut tersebar di berbagai daerah dengan ketinggian
yang berbeda. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal pemilihan jenis tanaman
yang dibudidayakan harus sesuai dengan lingkungan setempat, baik tanaman buah
maupun tanaman sayuran, maka diperlukan penelitian.

2
Penelitian di lahan pekarangan kurang atau tidak mendapatkan dari penelitipeneliti dari lembaga-lembaga pemerintah khususnya departemen pertanian
maupun lembaga swasta dan juga perguruan tinggi. Penelitian tanaman selama ini
sering kali dilakukan di lahan khusus dimana tanaman tersebut biasa
dibudidayakan, tak terkecuali tanaman buah dan sayuran.

Ishizuka (1996)

menyatakan bahwa agroforestri pada sistem pekarangan perlu dilakukan studi
dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk optimasi penggunaan dan
penangkapan energi matahari dalam usaha pencapaian kecukupan ketahanan
pangan masyarakat di daerah aliran sungai (DAS) Cianjur dan DAS Ciliwung.
Hulu DAS Ciliwung berada di wilayah Bogor dan Puncak, sedangkan DAS
Cianjur berada di wilayah Cianjur. DAS dibagi 3 zona yaitu atas, tengah dan
bawah, setiap zona memiliki kondisi agroklimat berbeda.

Hasil penelitian

Sakaida (2000) di Bogor dan Cianjur menunjukkan bahwa terjadi perbedaan
temperatur pada tiap lokasi yang berbeda ketinggiannya yaitu terjadi penurunan
temperatur sebesar 0,59oC setiap ketinggian naik 100 meter pada saat musim
kemarau dan sebesar 0,47oC pada saat musim penghujan. Temperatur adalah
salah satu faktor terpenting yang dapat berpengaruh terhadap vegetasi alami dan
kegiatan pertanian di daerah tersebut.
Jenis tanaman yang dibudidayakan masyarakat merupakan jenis-jenis
tanaman yang sesuai dengan kondisi agroklimat setempat. Selain jenis tanaman
yang sesuai dengan agroklimat, juga jenis yang mempunyai nilai tambah secara
ekonomi. Pada ketiga zona dengan ketinggian yang berbeda mempunyai pola
tanam sebagai penyusun agroforestri di lahan pekarangan akan berbeda.
Demikian juga tingkat intensifikasi budidaya tanaman, produktivitas tanaman dan
penutupan lahan pekarangan oleh tajuk tanaman.

Untuk lebih lengkapnya

pemikiran penulis mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

3

Sumber
daya
lahan

Pertamba
han
populasi
penduduk

Perubahan
fungsi lahan
1.Penurunan
luas lahan
pertanian
2.Peningkatan
luas lahan
non pertanian

Kebutuhan
pangan
meningkat

Pemanfaatan
lahan
pekarangan

Kajian
agronomis
tanaman buah
dan sayuran
pada struktur
agroforestri
pekarangan di
Wilayah
Bogor,
Puncak dan
Cianjur

Revitalisasi
ketahanan
pangan

Tingkat
intensitas
budidaya,
pola tanam,
rotasi
tanaman
sayuran
pekarangan
di zona DAS

-

Produksi /
jenis
tanaman/luas
dan waktu di
zona DAS

Produksi buah & sayuran /
musim panen / jenis tanaman
per pekarangan dan per hektar
pada sistem agroforestri
pekarangan

Penutupan
lahan oleh
tanaman di
zona DAS
Data fisik di
zona DAS

Pengolah tanah/tidak
Pupuk organik/tidak
Pupuk anorganik/tidak
Pestisida/tidak
Penyiangan gulma/tidak
Waktu tanam 1, 2, 3 dst.
Waktu panen 1, 2, 3 dst.
Jenis tanaman sayur
berikutnya

Luas tajuk tanaman buah dan
sayuran
-

Luas lahan pekarangan
Curah hujan
Temperatur udara
Kelembaban udara

Tingkat
intensifikasi
budidaya,
pola tanam,
rotasi
tanaman,
produktivitas /
tahun,
produktivitas /
jenis tanaman
/ pekarangan
dan / hektar,
persentase
penutupan
lahan
pekarangan
oleh tanaman
buah dan
sayuran di
DAS
Ciliwung dan
di DAS
Cianjur

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian
3

4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis tingkat intensifikasi budidaya, pola tanam dan rotasi tanaman
buah dan sayuran pekarangan di hulu DAS Ciliwung dan di DAS Cianjur.
2. Menganalisis produksi setiap jenis tanaman buah dan sayuran penyusun
agroforestri, produktivitasnya per satuan luas dan waktu di hulu DAS
Ciliwung dan di DAS Cianjur.
3. Menganalisis prosentase penutupan lahan pekarangan oleh tajuk tanaman buah
dan sayuran pekarangan di DAS Ciliwung dan di DAS Cianjur.

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga tingkat intensifikasi budidaya, pola tanam dan rotasi di zona atas DAS
Cianjur lebih intensif dari pada di zona atas hulu DAS Ciliwung.
2. Diduga produksi setiap jenis tanaman buah di zona bawah DAS Cianjur lebih
besar dari zona bawah di hulu DAS Ciliwung. Tanaman sayuran di zona atas
DAS Cianjur mampu berproduksi lebih besar dari pada di zona hulu DAS
Ciliwung. Produksi tanaman buah dan sayuran per pekarangan dan per hektar
di zona bawah DAS Cianjur lebih besar dari pada di zona bawah hulu DAS
Ciliwung .
3. Diduga di zona bawah DAS Cianjur memiliki prosentase penutupan lahan
pekarangan oleh tanaman buah dan sayuran lebih besar dari pada di zona
bawah hulu DAS Ciliwung.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
dalam memanfaatkan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman buah dan
sayuran secara optimal di tiap zona DAS, baik di hulu DAS Ciliwung maupun di
DAS Cianjur.

Selain itu informasi ini dapat juga digunakan sebagai bahan

referensi bagi para peneliti yang tertarik melakukan penelitian lanjutan tentang
agroforestri pekarangan dengan kajian agronomi lainnya di hulu DAS Ciliwung
dan di DAS Cianjur.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai (DAS)
Watershed (drainage area) atau river basin adalah bagian dari muka bumi
yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan apabila hujan jatuh.
Secara umum “Watershed” termasuk dalam suatu lanskap, dan suatu
batas/boundary lanskap dapat/tidak berhubungan dengan batas watershed (Arifin
dan Aziz, 2005). Selanjutnya menurut Arsyad (2000), pengertian lain mengenai
DAS adalah merupakan wilayah yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai
yang oleh batas-batas topografi mengalir air yang jatuh di atasnya ke dalam
sungai yang sama melalui titik yang sama pada sungai tersebut. Oleh karena itu
DAS akan mencakup:

1). Suatu wilayah tata air yang menampung dan

menyimpan air hujan yang jatuh di atasnya untuk kemudian dialirkan melalui
saluran utama ke laut. 2). Satu satuan ekosistem dengan unsur utamanya berupa
sumber daya alam flora, fauna, lahan dan air serta manusia dengan segala
aktivitasnya.
Kegiatan pengelolaan daerah aliran sungai sudah dilaksanakan di berbagai
belahan bumi lebih dari satu abad, namun terdapat kelemahan yang mendasar
dalam hal penerapan kriteria dan indikator fungsi hidrologi DAS.

Adanya

harapan yang berlebihan dan kurang realistis tentang dampak pengelolaan DAS,
telah memunculkan kebijakan yang memerlukan investasi besar seperti reboisasi,
namun hasilnya masih kurang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Hingga
tingkat hujan tertentu fungsi hidrologi DAS adalah berhubungan dengan
kemampuan dalam hal 1). transmisi air, 2). penyangga pada puncak kejadian
hujan, 3). pelepasan air secara perlahan, 4). memelihara kualitas air, 5).
mengurangi perpindahan massa tanah misalnya melalui longsor, 6). mengurangi
erosi dan 7). mempertahankan iklim mikro (Noordwijk et al., 2004). Menejemen
DAS adalah spesifik dalam merencanakan tipe penggunaan tanah, faktor-faktor
paling pokok dari daerah aliran sungai adalah bentuk perhatian terhadap kontrol
erosi dan menejemen sumber air. Menejemen DAS pada umumnya berdasarkan
pada kombinasi pertanian, kontrol erosi dan perlindungan hutan (Thorne, 1992).

6
DAS sebagai suatu sistem dari pengembangannya bertujuan untuk
memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS
menurut Sinukaban (2003) akan menciptakan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi.
2. Mampu menjamin kelestarian DAS yaitu erosi yang rendah dan sebagai
penyimpan air cukup tinggi merata sepanjang tahun.
3. Mampu menjaga adanya pemerataan pendapatan petani.
4. Mampu mempertahankan kelenturan DAS terhadap goncangan yang terjadi.
Pulau-pulau biasanya mempunyai daerah-daerah aliran sungai (DAS) yang
mengalir dari hulu sampai hilir. DAS Ciliwung membentang dari daerah puncak
(Bogor selatan) sampai laut Jawa (Jakarta Utara). Penelitian agroforestri tanaman
buah dan sayuran di lahan pekarangan berada pada bagian hulu DAS Ciliwung
yang membentang di wilayah administratif Kabupaten Bogor dan Kodya Bogor.
DAS Cianjur bagian hulu, tengah dan hilir, membentang di wilayah administratif
Kabupaten Cianjur.
DAS merupakan daerah paling cocok untuk mempelajari manajemen sumber
daya alam dari sebuah desa sampai pada di suatu kawasan. Untuk daerah-daerah
perdesaan, agroforestri adalah sistem praktek-praktek bertani yang terpenting
untuk tercapainya penggunaan lahan secara berkelanjutan (Arifin, 2003).

Agroforestri
Agroforestri adalah nama bagi sistem-sistem dan teknologi penggunaan
pohon dan tanaman pangan dan atau pakan ternak berumur pendek diusahakan
pada petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang dan waktu (Foresta et
al., 2000). Agroforestri menurut Budiadi (2005) adalah teknik pertanaman yang
memadukan tanaman kayu yang berumur panjang dengan tanaman pertanian
(palawija), peternakan atau perikanan di dalam atau di luar kawasan hutan.
Lassoie and Buck (1999) berpendapat bahwa agroforestri adalah sistem
pengelolaan lahan intensif yang mengoptimalkan peranan lingkungan, sosial dan
ekonomi dari interaksi secara biologi yang terbentuk ketika pohon dan atau semak
dikembangkan secara sengaja dan bersamaan dengan pertanian atau peternakan.
Dilihat dari sifatnya , agroforestri merupakan salah satu model pertanaman ganda

7
(Chozin, 2006).

Sistem agroforestri menurut Sardjono et al (2003) dapat

didasarkan pada komposisi biologis serta pengaturannya, tingkat pengelolaan
teknis atau ciri-ciri sosial ekonominya. Ditinjau dari komposisi biologi, contoh
sistem agroforestri adalah agrosilvikultur, agrosilvopastural dan agrosilvofishery.
Agroforestri mempunyai potensi besar dalam pemeliharaan lingkungan baik
di daerah tropik maupun daerah sub tropik. Fungsi-fungsi utama dari agroforestri
yang nyata antara lain, sebagai kontrol terhadap penurunan kesuburan tanah,
penambahan aneka hayati dalam skala sistem pertanian dan lanskap, peningkatan
keamanan pangan dan sumber pangan lokal (Young, 1997). Ishizuka et al (1996)
berpendapat bahwa agroforestri adalah penting untuk konservasi atau rehabilitasi
tanah terutama untuk ekologi setempat. Agroforestri selalu memberikan jaminan
konservasi tanah tanpa memperhatikan lapisan penutup tanah atau petak-petak
teras dengan sistem yang baik. Masalah terbesar tidak hanya pada konservasi
yang lebih memperhatikan jumlah spesies yang banyak dan keragaman tanaman.
Namun juga pengurangan resiko-resiko yang harus dihadapi petani yaitu masalah
ekonomi atau pendapatan petani, bukan hanya resiko ekologi saja.
Penggunaan istilah dalam agroforestri lebih menjurus pada operasional
pengelolaan lahan khas dari agroforestri yang murni didasarkan pada kepentingan
atau kebutuhan dan juga pengalaman dari petani lokal atau unit manajemen yang
lain, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen agroforestri (Sardjono et
al., 2003).

Akibat meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan dan tekanan

ekonomi, serta usaha pelestarian lingkungan, sistem agroforestri berkembang
dengan pesat (Chozin, 2006). Agroforestri di Indonesia dapat dicirikan seperti
kebun terdiri dari tegakan pohon setelah semua vegetasi asli dihilangkan
kemudian diganti dengan spesies tanaman baru yang cocok dengan kondisi
setempat (Ishizuka et al, 1996). Praktek agroforestri merupakan penggunaan
lahan yang mengkombinasikan produksi pohon dan tanaman pertanian,
sebenarnya bukan merupakan hal yang baru bagi petani di Indonesia (Poernomo,
2002).

Menurut Budiadi (2005), pola tanam agroforestri pada dasarnya

dipraktekkan dengan satu tujuan yaitu efisiensi penggunaan lahan.
Praktek agroforestri yang dilakukan masyarakat tidak hanya pertanaman
ganda antara tanaman kehutanan sebagai tanaman pokok dengan tanaman

8
pertanian sebagai tanaman semusim dalam upaya efisiensi penggunaan lahan.
Tetapi lebih dari pada itu masyarakat juga dapat memanfaatkan lahan pekarangan
dengan berbagai jenis tanaman tahunan dan semusim, selain lahan pertaniannya.

Pekarangan
Pekarangan berasal dari kata ”pepek teng karangan”, pepek berarti lengkap
sedangkan karangan berarti hasil pemikiran, yang menunjukkan bahwa struktur
pekarangan merupakan sebuah konsekuensi pengelolaan lengkap terhadap lahan
yang minimal untuk memenuhi kebutuhan (Abdoellah, 1991).
Sebidang lahan yang di dalamnya terdapat bangunan rumah disebut sebagai
pekarangan (Abdoellah et al., 1978). Pekarangan adalah lahan yang merupakan
area ruang terbuka dimana keberadaannya mengelilingi bangunan rumah (Octavia
et al., 2000).

Pemanfaatan lahan yang terletak di sekitar tapak rumah yang

disebut pekarangan (Arifin et al., 1997).
Pekarangan biasanya ditandai dengan beberapa karakter, yaitu: 1) letaknya
di sekitar rumah atau tempat tinggal; 2) beraneka bentuk; 3) biasa digunakan
sebagai tempat produksi pertanian bagi pemiliknya; 4) memiliki batas-batas yang
jelas (Soemarwoto, 1991). Pembatas pekarangan selain pagar juga biasa dengan
tanaman pembatas. Pada umumnya pagar pembatas tidak selalu mengelilingi
seluruh pekarangan, melainkan hanya di muka atau di bagian lain saja, sehingga
pekarangan masih sering tampak terbuka (Satiadiredja, 1992).
Pekarangan merupakan ruang terbuka di sekitar tempat tinggal terdapat
sejumlah spesies tanaman, biasanya terdapat ternak hewan dan kolam ikan sebagai
struktur dan fungsi vegetasi tergantung besarnya area pekarangan dan sebagai
pendapatan tambahan ataupun ketahanan pangan khususnya di perdesaan (Arifin,
1998). Salah satu ciri utama dari pekarangan adalah keragaman tanaman atau
spesies di dalamnya (Kobuta, Hadikusumah, Abdullah and Sugiwa, 2003).
Ditanami dengan berbagai macam spesies tanaman tergantung dari kebutuhan
pemiliknya (Christanty, 1981).

Di pekarangan dapat memperlihatkan sistem

praktek agroforestri, yang di dalamnya terlibat aktivitas manusia, tanaman, hewan
dan kehidupan secara alami dengan siklus berkelanjutan (Octavia et al., 2000).

9
Peranan lahan pekarangan semakin bertambah dalam mencukupi kebutuhan
pangan dan gizi (Kristyono, 1983). Hasil dari lahan pekarangan seperti tanaman
sayuran dapat berkontribusi pada nutrisi keluarga dan bahkan menambah
pendapatan (Soriano and Villareal, 1986). Sejalan dengan perkembangan pola
hidup penduduk perdesaan yang dipengaruhi oleh kehidupan perkotaan, maka
struktur lanskap pekarangan berkaitan dengan perubahan pemikiran yang
disebabkan oleh faktor urbanisasi, bio klimat dan sosial budaya. Tanaman buah,
tanaman sayuran, tanaman bumbu, tanaman penghasil karbohidrat, tanaman obat,
tanaman industri merupakan tanaman utama yang terdapat di pekaranganpekarangan rumah di perdesaan.

Pekarangan merupakan sistem pertanian

subsisten oleh karena itu hampir seluruh kebutuhan keluarga petani dari produksi
pekarangan (Putra et al, 2000).

Keragaman pola dan struktur agroforestri

pekarangan khas perdesaan di DAS Cianjur, sangat menarik untuk dilihat sebagai
salah satu alternatif dalam menangani krisis pangan (Nurjanah et al., 2001),
demikian juga DAS Ciliwung.

Kajian Agronomi Tanaman Buah dan Sayuran
Jenis buah sangat beragam dapat dihasilkan dari sistem pekarangan dan
agroforestri (Poewanto, 2003). Tanaman pangan, tanaman bumbu, tanaman obat
dan tanaman sayuran biasanya merupakan tanaman yang diusahakan secara
subsisten di lahan pekarangan. Demikian juga tanaman buah yang umumnya juga
diusahakan di lahan pekarangan (Karyono, 1985).

Jenis-jenis tanaman di

pekarangan selain tanaman hias, wangi-wangian, bumbu-bumbuan dan rempahrempah, juga terdapat pohon buah-buahan dan sayuran (Harjadi, 1989). Berbagai
jenis tanaman yang ditanam di lahan pekarangan yaitu tanaman kayu, tanaman
sayuran, tanaman buah dan tanaman obat (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman
Pangan, 1980). Tanaman sayuran dapat diproduksi di lahan pekarangan (Soriano
and Villareal, 1986).
Faktor-faktor dominan yang dapat mempengaruhi produksi tanaman yaitu:
1). temperatur, 2). cahaya matahari, 3). karbondioksida dan oksigen, 4).
pengolahan tanah, 5). pemupukan, 6). pola tanam dan rotasi tanaman, 7).
pengendalian hama dan penyakit, 8). pengairan (Thorne, 1992). Jenis tanah dan

10
jenis atau varietas tanaman juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada
rendah atau tingginya produksi tanaman (Wolf, 1996).

Varietas atau jenis

tanaman yang cocok dengan lingkungan setempat atau lokasi ketinggian tempat
menurut Jones (1992) dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan. Penggunaan
teknik budidaya untuk meningkatkan produksi dikenal sangat populer dengan
istilah panca usaha yaitu: 1) penggunaan benih atau bibit unggul; 2) jarak tanam
yang teratur; 3) pengairan yang baik; 4) penggunaan pupuk yang tepat; 5)
pengendalian hama dan penyakit yang baik atau proteksi tanaman (Harjadi, 2005).
Produksi tanaman selain dipengaruhi oleh jenis tanaman yang cocok dengan
lingkungan setempat, tingkat intensitas budidaya juga dapat meningkatkan hasil
tanaman.

Posisi ketinggian lahan pekarang yang berbeda, masyarakat juga

memiliki tingkat sosial, ekonomi dan pendidikan berbeda dalam penerapan tingkat
intensitas budidaya pada tanaman. Menurut Sadjad (1976), kajian agronomi yang
perlu diketahui meliputi: data iklim, pengairan, pengolahan tanah, penyiangan
gulma, pola tanam, pengunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit serta
tingkat produksi tanaman.
Faktor terpenting yang dapat mempengaruhi tanaman dalam usaha atau
kegiatan pertanian di daerah tersebut, selain teknik budidaya tanaman adalah suhu
udara. Lokasi dengan ketinggian yang berbeda mempunyai suhu udara yang
berbeda. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah jenis tanaman yang sesuai
dengan kondisi suhu setempat. Jenis-jenis tanaman yang ada membentuk pola
tanam, baik tanaman buah maupun sayuran sebagai penyusun agroforestri di lahan
pekarangan. Demikian juga tanaman sayuran setelah panen akan ditanami dengan
tanaman sayuran berikutnya di lahan yang sama, sehingga daerah yang sesuai
dengan banyak jenis tanaman sayuran sering terjadi rotasi. Jenis dan tingkat
populasi tanaman buah dan sayuran dapat mempengaruhi besarnya luas tajuk
tanaman tersebut menutupi lahan pekarangan.

11
.METODOLOGI

Tempat dan Waktu
Penelitian di wilayah Bogor dan Puncak dilaksanakan di hulu daerah aliran
sungai (DAS) Ciliwung terdiri dari tiga zona yaitu zona atas di Desa Tugu Utara,
zona tengah di Desa Cilember dan zona bawah di Kelurahan Katulampa (Gambar
2). Penelitian di wilayah Cianjur dilaksanakan di DAS Cianjur terdiri dari tiga
zona yaitu zona atas di Desa Galudra, zona tengah di Desa Mangunkerta dan zona
bawah di Desa Selajambe (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan bulan Maret 2007
sampai dengan Februari 2008.
N

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di hulu DAS Ciliwung (Sumber Arifin,
2004).

12

Gambar 3.

Peta Lokasi Penelitian di DAS Cianjur (Arifin, Sakamoto and
Takeuchi, 2001).

Tabel 1. Letak Geografis, Luas dan Topografi Lokasi Penelitian di Hulu DAS
Ciliwung dan DAS Cianjur
Desa
Tugu Utara
Cilember
Katulampa
Galudra
Mangunkerta
Selajambe

Letak Geografis
06o39’42” - 06o42’ 71” LS
106o50’11”- 106o63’21” BT
06o35’12” - 06o46’17” LS
106o50’99”- 106o58’07” BT
06o33’21” - 06o41’25” LS
106o47’19”- 106o55’31” BT
06o24’23” - 06o47’15” LS
106o59’7”- 107o3’16” BT
06o47’44” - 04o48’14” LS
107o3’11” - 107o5’8” BT
06o48’7” - 06o49’18” LS
107o12’17”- 107o14’32” BT

Keterangan:
LS
: Lintang Selantan
BT
: Bujur Timur

Luas

Topografi

418.6 Ha

Kemiringan 4 -46%

358.2 Ha

Kemiringan 7-42%

287.8 Ha

Kemiringan 2-3%

486.3 Ha

Kemiringan 5-50%

168.7 Ha

Kemiringan 3-50%

362.8 Ha

Kemiringan 2 %

13
Tabel 2. Ketinggian dan Iklim Lokasi Penelitian di Hulu DAS Ciliwung dan DAS
Cianjur
Desa

Ketinggian
(m dpl)
Tugu Utara
950 - 1600
Cilember
650 - 850
Katulampa
250 - 260
Galudra
1000 - 2500
Mangunkerta 700 - 1000
Selajambe
200 - 300

Suhu (o C)
Max Min
27.6 16.4
27.6 16.4
31.6 22.3
29.2 16.7
29.2 16.7
32.3 23.6

Kelembaban (%)
Rata-rata
83.7
83.7
81.8
84.2
84.2
80.9

CH (mm/th)
Rata-rata
3296.2
3296.2
3876.9
3310.8
3310.8
2948.9

Keterangan:
CH
: Curah Hujan
m dpl : meter di atas permukaan laut

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu pengamatan, pengukuran
langsung dan wawancara.

Pengamatan dan pengukuran secara langsung

dilakukan bila petani / pemilik yang lahan pekarangan contoh sedang melakukan
proses budidaya saat pengamatan dilakukan. Wawancara dilakukan bila petani /
responden tidak sedang melakukan proses atau telah melakukan proses budidaya
tanaman. Pembagian zona untuk lokasi pengamatan penelitian di daerah alirah
sungai (DAS), baik di hulu DAS Ciliwung maupun di DAS Cianjur berdasarkan
perbedaan ketinggian dari permukaan laut. Mengenai letak dan posisi setiap
lokasi tersebut diukur dengan alat GPS (Global Positioning System). Lokasi
tempat penelitian, sebagai keberlanjutan dari peneliti pekarangan sebelumnya
yang telah ditentukan secara acak (random). Di hulu DAS Ciliwung zona atas di
Desa Tugu Utara dan zona tengah di Desa Cilember (Palupi, 2006) dan zona
bawah di Kelurahan Katulampa (Syartinillia, 2001). Di DAS Cianjur zona atas di
Desa Galudra, tengah di Desa Mangunkerta dan bawah di Desa Selajambe
(Arifin, 1998). Jumlah pekarangan contoh (sample) juga sesuai dengan jumlah
pekarangan contoh yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, di tiap zona
DAS yang sama yaitu sebanyak 30 pekarangan di tiap desa lokasi penelitan.

Pengamatan di Lapang
Pengumpulan data di lapangan, dengan pengamatan, pengukuran langsung
maupun wawancara adalah sebagai berikut:

14
1. Pengamatan intensifikasi budidaya tanaman buah dan sayuran meliputi:
a. Pengolahan tanah dan guludan (1 atau 2 kali).
b. Pemakaian pupuk organik (1atau 2 kali ).
c. Pemakaian pupuk an organik (1 atau 2 kali).
d. Penggunaan petisida (1 atau 2 kali).
e. Penyiangan gulma (1 atau 2 kali).
Untuk setiap kegiatan budidaya, responden / petani yang melakukan
tindakan budidaya tersebut mendapat skor 1 (satu), sedangkan yang tidak
melakukan mendapatkan skor 0 (nol).

Setiap skor data yang diperoleh di

lapangan, kemudian dikalikan dengan 10 %. Penjumlahan persentase dari
tindakan budidaya dari a s/d e merupakan prosentase tingkat intensifikasi
budidaya tanaman buah dan sayuran.
2. Pengamatan pola tanam dan rotasi tanaman sayuran meliputi:
a. Jenis tanaman buah dan sayuran.
b. Waktu tanam 1, 2, 3 (tanaman sayuran).
c. Panen 1, 2, 3 (tanaman sayuran).
d. Tanaman berikutnya, jenis tanaman sayuran yang sama atau jenis lain.
3. Pengamatan produksi tanaman buah dan sayuran per tahun meliputi jumlah
total:
a. Produksi satu kali panen dan produksi (lebih dari satu kali panen) panen 1,
2, 3, 4, 5 dan 6 (tanaman semusim) dalam satu tahun.
b. Produksi / tahun (tanaman tahunan).
4. Pengamatan produksi per jenis tanaman yaitu:
Produksi yang dihasilkan tiap jenis tanaman buah dan sayuran per musim
panen.
5. Pengamatan produksi tanaman buah dan sayuran per tahun per pekarangan,
produksi tanaman buah dan sayuran selama setahun per luas pekarangan.
6. Pengamatan produksi tanaman buah selama setahun per hektar, produksi
tanaman buah dan sayuran selama setahun per m2 dikalikan 10.000.
Pengamatan produksi dilakukan secara langsung (saat responden panen
dan sebelum panen) dengan menimbang bobot produk yang dihasilkan saat
panen (satu kali panen baik tanaman tahunan maupun semusim). Demikian

15
juga pada panen berikutnya (tanaman semusim yang lebih dari satu kali
panen) sampai tanaman tidak menghasilkan.

Untuk produk yang sudah

dipanen (saat pengamatan ) juga dilakukan penimbangan dengan menanyakan
responden jenis, ukuran, jumlah wadah (misalnya: karung, ember, keranjang,
genggaman telapak tangan, plastik) yang dipakai untuk wadah produk saat
panen baik untuk dikosumsi maupun dijual. Pengamatan bobot produk yang
dihasilkan per satuan luas, bila tanaman tersebut dibudidayakan dengan jarak
tanam yang seragam. Untuk tanaman dengan jarak tanam yang tidak seragam,
bobot produk yang dihasilkan per jumlah tanaman yang ada. Bobot hasil
produk (dipanen bunga, buah, umbi akar dan daun) dinyatakan dalam satuan
kilogram dikonversikan dalam satuan kalori (Tabel Lampiran 5).
7. Prosentase penutupan lahan pekarangan.
Pengamatan total luas tajuk tanaman yang ditanam dengan jarak tidak
seragam, dilakukan dengan menjumlahkan setiap luas tajuk baik tanaman
buah maupun sayuran. Tanaman yang memiliki tinggi lebih dari 1 meter
diukur berdasarkan proyeksi bayangan di atas permukaan tanah dan tanaman
yang memiliki tinggi kurang atau sama dengan 1 meter tajuk tanaman dapat
diukur secara langsung. Luas tajuk tanaman (m2) merupakan hasil perkalian
kuadrat jari-jari tajuk tanaman (r2) dengan phi (π). Tanaman sayuran yang
ditanam dengan jarak seragam, luas lahan yang digunakan merupakan luas
tajuk tanaman (m2). Prosentase luas penutupan tajuk merupakan total luas
tajuk tanaman dibagi luas lahan pekarangan, kemudian dikalikan 100%.
8. Data fisik DAS meliputi:
a. Luas lahan pekarangan (m2).
b. Curah hujan (mm / tahun), temperatur (o C) dan kelembaban udara ( %).
Luas lahan pekarangan diukur secara langsung dengan menggunakan
meteran di setiap pekarangan contoh. Luas lahan pekarangan (m2) merupakan
luas lahan dikurangi luas bangunan. Data curah hujan, suhu dan kelembaban
udara diperoleh dari Stasiun Klimatologi Citeko di ketinggian 920 m dpl,
tahun 2004 - 2006 yang mewakili kondisi iklim di Desa Tugu Utara dan Desa
Cilember.

Data yang mewakili kondisi iklim di Kelurahan Katulampa

diperoleh Stasiun Klimatologi Bogor di ketinggian 290 m dpl, tahun 2004 –

16
2006. Kondisi iklim di Desa Galudra dan Mangunkerta diperoleh dari Stasiun
Klimatologi Kebun Percobaan Pasir Sarongge di ketinggian 1026 m dpl, tahun
1997 – 1999.

Data yang diperoleh pada tahun yang sama dari Stasiun

Klimatologi Balai Penelitian Benih Tani Makmur Cihea di ketinggian 254 m
dpl mewakili kondisi iklim Desa Selajambe.
9. Data penunjang lain berupa data sekunder adalah sebagai betikut:
a. Data topografi, batas desa dan luas administratif lokasi penelitian,
diperoleh dari kantor desa setempat.
b. Data produktivitas setiap jenis tanaman buah dan sayuran diperoleh dari
Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dan Cianjur.
c. Data kisaran hasil setiap jenis tanaman buah dan sayuran diperoleh dari
Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi - Direktorat Jenderal
Hortikultura, Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapang dilakukan dengan
analisis sebagai berikut:
1. Tingkat intensifikasi budidaya, produktivitas tanaman per tahun per
pekarangan dan per hektar serta penutupan lahan pekarangan oleh tajuk
tanaman dengan Uji F
Yij = π + τi + Σij
Yij = Prosentase tingkat intensifikasi budidaya, produktivitas tanaman
per tahun per pekarangan dan per hektar serta prosentase
penutupan lahan pekarangan oleh tajuk tanaman dari ketinggian
ke i
π = Nilai tengah umum
τi = Pengaruh dari faktor ketinggian ke i, dimana ketinggian (Atas,
Tengah, Bawah)
Σij = Galat
dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan taraf kepercayaan 0,05.
2. Pola tanam dan rotasi tanaman, produksi setiap jenis tanaman buah dan
sayuran pekarangan dengan analisis deskriptif.

17

HASIL
Tingkat Intensitas Budidaya Tanaman Buah dan Sayuran
Budidaya tanaman buah dan sayuran di lahan pekarangan mulai dari zona
bawah, tengah sampai atas dilakukan oleh pemilik pekarangan dengan beragam
jenis. Makin ke atas letak lokasi lahan pekarangan jenis tanaman sayuran makin
beragam, tetapi tanaman buah makin sedikit jenisnya. Seperti terlihat pada Tabel
3, hasil penelitian di hulu DAS Ciliwung menunjukkan bahwa di zona atas
terdapat sebanyak 13 jenis, zona tengah sebanyak 11 jenis dan zona bawah
sebanyak 8 jenis tanaman buah, sedangkan di DAS Cianjur zona atas, tengah dan
bawah masing-masing sebanyak 11, 9 dan 8 jenis tanaman buah.
Tabel 3.

Zona
DAS

Jenis Tanaman Buah dan Sayuran Pekarangan di Hulu DAS Ciliwung
dan DAS Cianjur
Hulu DAS Ciliwung

DAS Cianjur

Buah

Sayuran

Buah

Sayuran

Atas

8

6

8

7

Tengah

11

4

9

5

Bawah

13

4

11

4

Posisi lokasi letak l