Evaluasi tepung biji kapuk Ceiba Petandra Gaertn yang difermentasi cairan rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam pakan ikan bawal Collosoma Macropomum

EVALUASI TEPUNG BIJI KAPUK Ceiba petandra Gaertn
YANG DIFERMENTASI CAIRAN RUMEN DOMBA
SEBAGAI PENGGANTI BUNGKIL KEDELAI
DALAM PAKAN IKAN BAWAL Collosoma macropomum

CHANDRA SYAYID BANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Evaluasi
tepung biji kapuk Ceiba petandra Gaertn yang difermentasi cairan rumen domba
sebagai pengganti bungkil kedelai dalam pakan ikan bawal Collosoma
macropomum” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 28 November 2013

Chandra Syayid Bani
NIM C14090068

ABSTRAK
CHANDRA SYAYID BANI. Evaluasi Tepung Biji Kapuk Ceiba petandra Gaertn
yang Difermentasi Cairan Rumen Domba sebagai Pengganti Bungkil Kedelai
dalam Pakan Ikan Bawal Collosoma macropomum. Dibimbing oleh
MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan MIA SETIAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja penggunaan tepung biji kapuk
(TBK) yang telah difermentasi dengan cairan rumen domba sebagai pakan ikan
bawal Collosoma macropomum. Perlakuan yang digunakan terdiri atas TBK 0%,
TBK 10%, TBK 20%, TBK 30%, dan TBK 40%. Kadar protein dan jumlah energi
target pada tiap perlakuan sebesar 33±0,34% dan 3800±240 kkal/kg pakan.

Sebanyak 20 ekor ikan bawal (7,84 ± 0,18 gram) dipelihara selama 40 hari pada
akuarium (200 L) yang telah dilengkapi sistem aerasi dan resirkulasi serta
pengatur suhu (28 – 30°C). Frekuensi pemberian pakan dilakukan tiga kali pada
pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 secara at satiation. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan, retensi
protein, laju pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup pada TBK 30% tidak
berbeda nyata dengan kontrol (P>0,05). Namun, pada TBK 40% terjadi
penurunan laju pertumbuhan harian dan retensi lemak jika dibandingkan dengan
kontrol (P 0,05).
However, the daily growth rate and fat retention in KSM 40% was declining if

compared with controls (P4 (Djarijah 2001)
0,1 (Effendi 2003)

Kualitas air selama pemeliharaan ikan bawal berada dalam kisaran optimal
(Sesuai dengan Djarijah 2001 & Effendi 2003) sehingga hasil penelitian yang
didapat tidak disebabkan oleh kualitas air.

Analisis Proksimat

Analisis proksimat ikan awal dan akhir untuk mengetahui nilai retensi
protein dan retensi lemak dengan menggunakan 3 sampel ikan per ulangan.
Analisis protein dilakukan dengan metode Kjehdahl, lemak tubuh dengan metode
Folch, serat kasar dengan metode pelarutan asam dan basa kuat serta pemanasan,
dan kadar abu dengan metode pemanasan dalam tanur pada suhu 600 oC
(Takeuchi 1988) (Lampiran 4)

Analisis Data
Parameter yang diukur dianalisis dengan menggunakan program SPPS ver
16.0 for Windows. Perbedaan antar perlakuan dapat diketahui melalui hasil
pengujian menggunakan uji F (sidik ragam) dengan selang kepercayaan 99 dan
atau 95%. Apabila uji F memberikan hasil yang berbeda nyata, dapat dilanjutkan
dengan uji Duncan.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Percobaan Pertumbuhan
Setelah pemeliharaan ikan bawal selama 40 hari, nilai substitusi tepung biji

kapuk (TBK) dengan tepung bungkil kedelai (TK) sebesar 10% menunjukkan
nilai biomassa akhir yang tertinggi dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya
yaitu sebesar 758,69 g. Semakin meningkat nilai substitusi TBK yaitu 20% - 40%,
biomassa akhir ikan bawal semakin menurun yaitu 718,26 g, 676,33 g dan 639,67
g (Gambar 1).

Gambar 1 Biomassa awal dan akhir ikan bawal dengan perlakuan TBK 0%, 10%,
20%, 30%, 40% selama 40 pemeliharaan.
Penggunaan tepung biji kapuk (TBK) dalam mensubtitusi tepung bungkil
kedelai (TK) dalam pakan ikan bawal memperlihatkan adanya pertumbuhan ikan
uji. Data hasil parameter kinerja pertumbuhan secara keseluruhan tersedia pada
Tabel 5.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung biji kapuk yang
telah difermentasi dengan cairan rumen domba dalam pakan (0, 10, 20, 30,
40%/kg) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter
jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan, retensi protein dan kelangsungan hidup
(P>0,05). Namun terdapat perbedaan yang nyata pada parameter laju
pertumbuhan harian ikan bawal yang diberi pakan dengan perlakuan TBK 40%
dan retensi lemak pada perlakuan TBK 10% dan 40% (P0,05).
Retensi protein juga dipengaruhi oleh rasio energi DE-protein dalam

pakan (Syamsunarno et al. 2011). Keseimbangan energi dan protein dalam pakan
sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan ikan, karena pengaruh energi
yang berbeda dalam pakan mengakibatkan adanya perbedaan retensi protein.
Menurut Webster and Lim (2002) menyebutkan bahwa ikan bawal memiliki laju
pertumbuhan yang baik pada kadar protein dan konsentrasi energi optimum yakni
24-50% dan 2700-4660 kcal/kg dengan rasio protein dan energi sebesar 9-10
kkal/gram protein.
Lemak berperan sebagai sumber energi dan asam lemak esensial yang
dibutuhkan ikan untuk tumbuh dan berkembang dengan normal (NRC 1993).
Gambaran jumlah lemak pakan yang mampu diserap menjadi lemak tubuh disebut
dengan retensi lemak. Nilai retensi lemak, pada perlakuan TBK 10% dan TBK
40% berada di posisi terendah (40,14% dan 45,56%) sedangkan pada kontrol di
posisi tertinggi (90,08%). Secara statistika antara perlakuan TBK 10% sampai
dengan TBK 40% mengindikasikan retensi lemak sama (P>0,05). Nilai retensi
lemak ini menunjukkan bahwa lemak pada pakan perlakuan kontrol banyak
disimpan dalam tubuh ikan, sedangkan penggunaan TBK dalam pakan dapat
menurunkan retensi lemak (Tabel 5).
Pemeliharaan selama 40 hari memperlihatkan bahwa ikan bawal mampu
memanfaatkan pakan uji untuk tumbuh. Pertumbuhan ikan uji secara kuantitatif
terlihat dari adanya peningkatan bobot tubuh dan nilai laju pertumbuhan harian

yaitu kelima pakan uji mencapai nilai 3,53% hingga 4,03% (Tabel 5).
Pertumbuhan ikan tersebut terjadi karena adanya pemanfaatan pakan yang
dikonsumsi oleh ikan uji. Pemanfaatan pakan ini terlihat dari adanya kemampuan
ikan untuk memanfaatkan nutrien pakan menjadi nutrien dalam tubuh dan
mengkonversi nutrien tersebut menjadi energi.
Hasil pengujian pertumbuhan pada setiap perlakuan dibandingkan kontrol
menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata terhadap kontrol dapat dilihat pada
Gambar 1. Tetapi ada perbedaan nyata terhadap pertumbuhan ikan pada perlakuan

8
TBK 10% dan TBK 40%. Penurunan pertumbuhan ikan bawal pada perlakuan
TBK 40% dibandingkan perlakuan TBK 10% diduga adanya gossypol (FG) dan
asam siklopropenat (ALS) pada TBK. Hal ini serupa dengan penelitian Hasan
(2012) yang menyatakan gossypol dapat membentuk senyawa komplek dengan
protein sehingga menghambat kerja enzim proteolitik. Selain itu asam
siklopropenat pada konsentrasi yang berlebih dapat menyebabkan nekrosis pada
organ dan penurunan pada pertumbuhan (Muskita 2012). Sedangkan penggunaan
TBK pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30% dalam pakan tidak memberikan
penurunan kinerja pertumbuhan. Muskita (2012) menyatakan bahwa substitusi
tepung bungkil kedelai dengan TBK dapat diberikan sampai batas 5% pada udang

putih. Penelitian Robinson (1991) biji kapas sebagai sumber protein nabati pada
ikan channel catfish menunjukkan bahwa (cotton sead meal, CSM) 30% dalam
pakan berkadar protein 40% tidak terjadi penurunan pertumbuhan. Selain itu
penggunaan CSM dalam pakan 300g/kg pada juvenil Heterobranchus longifilis
tidak memberikan efek negatif pada pertumbuhan dan efisiensi pakan (Toko et al.
2008).
Berdasarkan Tabel 5, nilai efisiensi pakan tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan pakan dengan kandungan TBK 10% yaitu 76,29%. Sedangkan nilai
efisiensi pakan terendah ditunjukkan oleh perlakuan pakan dengan kandungan
TBK 40% dengan nilai 61,63%. Secara umum pakan yang mengandung tepung
biji kapuk hasil fermentasi tidak berbeda nyata secara statistika dibandingkan
kontrol. Namun ada perbedaan yang nyata (P