Suplementasi Lisin Pada Tepung Bungkil Biji Karet Hevea Brasiliensis Difermentasi Cairan Rumen Domba Dalam Pakan Ikan Nila Oreochromis Niloticus
SUPLEMENTASI LISIN PADA TEPUNG BUNGKIL BIJI
KARET Hevea brasiliensis DIFERMENTASI CAIRAN RUMEN
DOMBA DALAM PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus
DIDI HUMAEDI YUSUF
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Suplementasi Lisin pada
Tepung Bungkil Biji Karet Hevea brasiliensis Difermentasi Cairan Rumen Domba
dalam Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Didi Humaedi Yusuf
NRP C151130431
RINGKASAN
DIDI HUMAEDI YUSUF. Suplementasi Lisin pada Tepung Bungkil Biji Karet
Hevea brasiliensis Difermentasi Cairan Rumen Domba dalam Pakan Ikan Nila
Oreochromis niloticus. Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan
DEDI JUSADI.
Tepung bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba (TBBKF)
hanya mampu digunakan hingga 50% menggantikan peranan tepung kedelai
sebagai sumber protein. Peningkatan penggunaan TBBKF pada pakan menurunkan
performa pertumbuhan ikan nila, hal ini disebabkan oleh ketersediaan lisin yang
rendah pada pakan. Salah satu strategi dalam meningkatkan kualitas protein yaitu
suplementasi asam amino esensial yang ketersediaannya rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi suplementasi lisin pada tepung bungkil biji karet
yang difermentasi cairan rumen domba sebagai sumber protein pada pakan ikan
nila. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan memiliki perbedaan dalam
persentase sumbangan protein TBBKF dengan dan tanpa suplementasi lisin yaitu
0% TBBKF; 50% TBBKF; 50% TBBKF dengan suplementasi lisin; 75% TBBKF
dan 75% TBBKF dengan suplementasi lisin. Ikan uji yang digunakan berukuran
6,29±0,12 g dipelihara selama 40 hari dalam akuarium (100×50×50 cm) dan diberi
pakan tiga kali dalam sehari secara at satiation, yaitu pukul 08.00, 12.00 dan 16.00
WIB.
Parameter uji yaitu indeks hepatosomatik (IHS), glikogen (hati dan otot), dan
lemak (hati dan otot), asam amino esensial pada tubuh setelah pemeliharaan,
gambaran darah (jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, hematokrit dan
hemoglobin) dan kandungan HCN (pakan dan tubuh ikan) dianalisis secara
deskriptif. Kolesterol, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein
(HDL), protein plasma, retensi asam amino esensial, retensi protein, retensi lemak,
jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan, laju pertumbuhan harian dan
kelangsungan hidup dianalisis dengan one-way analysis of variance (ANOVA)
menggunakan program SPSS (versi 16.0) pada selang kepercayaan 95% dan uji
lanjut Tukey.
Hasil menujukkan bahwa suplementasi lisin pada 50% dan 75% TBBKF tidak
mempengaruhi kolesterol, LDL, HDL dan protein plasma. Suplementasi lisin dapat
meningkatkan retensi asam amino esensial yaitu lisin, arginin, histidin, valin,
isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin dan treonin. Peningkatan retensi asam amino
juga meningkatkan retensi protein dan deposisi asam amino tubuh ikan setelah
pemeliharaan. Nilai retensi protein pada 50% dan 75% TBBKF tanpa suplementasi
lisin yaitu 30,28% dan 21,10% dan meningkat setelah diberikan lisin pada 50% dan
75% TBBKF yaitu hingga 35,34% dan 27,19%. Peningkatan retensi protein diikuti
dengan peningkatan efisiensi pakan, bobot tubuh akhir dan laju pertumbuhan harian,
tetapi lebih rendah dibandingkan kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa
suplementasi lisin dapat meningkatkan kualitas protein 50% dan 75% TBBKF,
tetapi penggunaan TBBKF dapat digunakan hingga 50% untuk menggantikan
tepung kedelai sebagai sumber protein pada pakan ikan nila.
Kata kunci: Suplementasi lisin, tepung bungkil biji karet, retensi asam amino,
retensi protein, Oreochromis niloticus.
SUMMARY
DIDI HUMAEDI YUSUF. Lysine Supplementation of Rubber Seed Hevea
brasiliensis Meal Fermented Using Sheep Rumen Liquor in Nile Tilapia
Oreochromis niloticus Diets. Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI
and DEDI JUSADI.
Rubber seed meal fermented using sheep rumen liquor (RSMF) can be used up
to 50% to replace soybean meal as protein source in nile tilapia Oreochromis
niloticus diets. The increasing of RSMF could decreased growth performance of
nile tilapia, it was due to lower availability of lysine in the diets. One of strategy to
improve the protein quality is amino acid supplementation wich lower availability
in the diets. This research aimed to evaluate lysine supplementation in RSMF as
protein source in nile tilapia diets. This research used completely randomized
design with five treatments and three replications. The differentiation between
treatments were the precentage protein of RSMF with and without lysine
supplementation in the diets describe as follows: 0% protein of RSMF as control;
50% RSMF; 50% RSMF with lysine supplementation; 75% RSMF and 75% RSMF
with lysine supplementation. The fish with initial body weight 6.29±0.12 g were
reared for 40 days in aquaria (100×50×50 cm) and the fish were fed three times
daily at satiation level, at 08.00 am, 12.00 and 16.00 pm.
Test parameters were hepatosomatic index (HSI), glicogen content (liver and
muscle), lipid content (liver and muscle), essential amino acid in the whole body
after reared, blood parameters (erythrocite, leucocyte, hematocrit and haemoglobin)
and cyanide content (test diets and whole body) were analysed with descriptive.
Cholesterol, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), plasma
protein, essential amino acid retention, protein retention, lipid retention, feed intake,
feed eficiency, daily growth rate and survival rate were analysed with one-way
analysis of variance (ANOVA) using SPSS software (16.0 version) with 95%
confidence interval and tukey test for the post hoc test.
The results showed that lysine supplementation at 50% and 75% RSMF didn’t
affected to cholesterol, LDL, HDL and plasma protein. Lysine supplementation
could increased essential amino acid retention such as lysine, arginine, histidine,
valine, isoleucine, leucine, methionine, phenilalanine and threonine. Increasing
essential amino acid also increased protein retention and essential amino acid
deposition of whole body fish after reared. Protein retention of 50% and 75% RSMF
without lysine supplementation were 30,28% and 21.10% and increased after lysine
supplementation at 50% and 75% RSMF as high as 35.34% and 27,19%. The
increasing protein retention was followed increasing feed eficiency, final body
weight and daily growth rate, but lower than control. This indicated that lysine
supplementation could improved quality of 50% and 75% RMSF, but using RSMF
can be used 50% to replace soybean meal as protein source in nile tilapia diets.
Keywords: Lysine supplementation, rubber seed meal, amino acid retention, protein
retention, Oreochromis niloticus
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
SUPLEMENTASI LISIN PADA TEPUNG BUNGKIL BIJI
KARET Hevea brasiliensis DIFERMENTASI CAIRAN RUMEN
DOMBA DALAM PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus
DIDI HUMAEDI YUSUF
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Nur Bambang Priyo Utomo, MSi.
Judul Tesis : Suplementasi Lisin pada Tepung Bungkil Biji Karet Hevea
brasiliensis Difermentasi Cairan Rumen Domba dalam Pakan Ikan
Nila Oreochromis niloticus
Nama
: Didi Humaedi Yusuf
NIM
: C151130431
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Muhammad Agus Suprayudi, MSi
Ketua
Dr Dedi Jusadi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Akuakultur
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Widanarni, MSi
Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr
Tanggal Ujian: 22 Januari 2016
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Suplementasi lisin pada tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis
difermentasi cairan rumen domba dalam pakan ikan nila Oreochromis niloticus”
pada Program Studi Ilmu Akuakultur, Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Muhammad
Agus Suprayudi, MSi dan Bapak Dr Dedi Jusadi selaku dosen pembimbing atas
waktu, tuntunan, masukan, kesabaran, nasehat, serta semangat yang telah diberikan
hingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Dr Nur Bambang Priyo Utomo, MSi sebagai dosen penguji luar komisi dan Dr Mia
Setiawati, MSi sebagai komisi program studi yang telah memberikan saran dalam
ujian sidang tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orangtua tercinta, Bapak
Ucup Sulaeman dan Ibu Uyinah yang telah tulus mendoakan, memberi kasih sayang
serta semangat agar tidak mudah menyerah dan fokus dalam menyelesaikan studi.
Selain itu, kepada saudara saya Usep Musta’in, Dede Haedar Yusuf, SP, Ipah
Musripah, adek Yusuf Ilham Jalalul Anwar serta keluarga besar yang telah
memberikan semangat serta doa.
Terimakasih juga kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI)
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEKDIKTI)
atas penyediaan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN)
sehingga penulis dapat menempuh program magister di Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu serta memberikan
masukan dan ide yang membangun yaitu Nur Hikma Mahasu (kaka gadis), Putri
Pratamaningrum Arifin, Andi Tiara Eka (ndi), Fahmi Akbar, Ardyen Saputra,
Radhi Fadillah, Windu Sukendar, Sheny Permatasari, Ega Aditya Prama, Andre
Rachmat Scabra, serta teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Akuakultur
Angkatan 2013 atas kebersamaan dan motivasinya selama menempuh studi. Selain
itu ucapan terimakasih kepada laboran Laboratorium Nutrisi ikan yaitu Mba Retno,
Bapak Wasjan, Kang Yosi, Pak Aam, Pak Henda yang telah membantu dalam
kelancaran penelitian.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan umumnya dan perikanan khususnya.
Bogor, Januari 2016
Didi Humaedi Yusuf
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
2
2
2
2 METODE
Persiapan Biji Karet
Pakan Uji
Pemeliharaan Ikan
Parameter yang Diamati
Analisis Data
2
2
3
4
5
8
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
8
8
11
4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
15
15
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1 Komposisi Proksimat (% bobot kering) tepung bungkil biji karet yang
difermentasi cairan rumen domba
2 Komposisi pakan dan proksimat pakan uji
3 Kandungan asam amino esensial pada pakan uji (% bahan)
4 Kolesterol, LDL, HDL dan protein plasma pada ikan nila
5 Kadar air, lemak dan glikogen pada hati dan otot serta nilai indeks
hepatosomatik (IHS) pada ikan nila
6 Retensi asam amino esensial dan retensi protein pada ikan nila
7 Kandungan asam amino esensial pada tubuh ikan nila setelah
pemeliharaan (% tubuh)
8 Biomassa awal (Bo), biomassa akhir (Bt), jumlah konsumsi pakan (JKP),
efisiensi pakan (EP), laju pertumbuhan harian (LPH), tingkat
kelangsungan hidup (TKH) dan retensi lemak (RL) pada ikan nila
9 Jumlah sel darah merah (SDM), jumlah sel darah putih (SDP), kadar
hematokrit (Ht) dan kadar haemoglobin (Hb) pada ikan nila
10 Kandungan asam sianida (HCN) pada tubuh ikan awal (sebelum
pemeliharaan) dan tubuh ikan akhir (setelah pemeliharaan) (mg/100g)
3
3
4
8
9
9
10
10
11
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Prosedur analisis proksimat
Prosedur analisis asam amino esensial
Prosedur pengamatan gambaran darah
Prosedur analisis asam sianida (HCN)
19
22
23
25
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biji karet Havea brasiliensis merupakan salah satu bahan baku lokal
potensial dari hasil samping agroindustri. Keberadaan biji karet di Indonesia cukup
melimpah. Pada tahun 2013–2014, luas perkebunan biji karet yaitu 3,55–3,60 juta
ha. Produksi biji karet diprediksi hingga 5,6 juta biji ton per tahun, sedangkan
pemanfatan biji karet hanya 25% dan sisanya terbuang sia-sia (Direktorat Jenderal
Perkebunan 2014). Biji karet terdiri dari 40–50% kulit biji dan 50–60% daging biji.
Bungkil biji karet merupakan limbah industri minyak biji karet dengan presentase
55–60% dari daging biji karet. Bungkil biji karet memiliki nutrien cukup baik yaitu
kandungan air 11,0%; protein 33,82%; lemak 15,07%; serat kasar 15,03% dan abu
5,06% (Suprayudi et al. 2014a), sehingga berpotensi sebagai pengganti tepung
kedelai dalam pakan ikan (Suprayudi et al. 2014a; Suprayudi et al. 2015).
Permasalahan utama pada biji karet mengandung zat antinutrisi yaitu asam
sianida (HCN) (Oyewusi et al. 2007), namun Rachmawan & Mansyur (2008)
melaporkan bahwa perlakuan fisik seperti pengukusan, perebusan dan perendaman
dalam air mengalir dapat menurunkan kandungan HCN pada biji karet. Biji karet
mengandung serat kasar tinggi. Tingginya serat kasar dapat dikurangi dengan
metode fermentasi menggunakan cairan rumen domba (Suprayudi et al. 2011).
Cairan rumen domba merupakan salah satu sumber bahan suplemen alternatif yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber enzim hidrolase dalam menghidrolisis tepung
biji karet. Cairan rumen domba kaya akan kandungan enzim selulase, amilase,
protease, fitase, dan lipase (Suprayudi et al. 2011), sehingga fermentasi dengan
cairan rumen domba mampu menurunkan serat kasar, meningkatkan nilai nutrisi
dan kecernaan bahan baku pakan (Fitriliyani 2010; Suprayudi et al. 2011;
Pamungkas et al. 2011; Jusadi et al. 2013; Suprayudi et al. 2014b; Suprayudi et al.
2015). Suprayudi et al. (2015) melaporkan bahwa nilai nutrisi biji karet meningkat
setelah difermentasi dengan cairan rumen domba yaitu kandungan protein 39,57%;
lemak 13,92%; serat kasar 7,64%; kadar abu 6,07% dan BETN 32,79%.
Penggunaan tepung biji karet yang difermentasi cairan rumen domba
sebagai bahan baku pakan ikan dilaporkan oleh Suprayudi et al. (2015) bahwa
pemberian pakan berbahan dasar tepung bungkil biji karet yang difermentasi cairan
rumen domba mampu menggantikan peranan tepung bungkil kedelai hingga 50%
sebagai sumber protein pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus. Penggunaan
tepung bungkil biji karet lebih dari 50% pada pakan menurunkan kinerja
pertumbuhan ikan nila, hal ini disebabkan oleh ketersediaan lisin yang rendah
(asam amino esensial pembatas) pada biji karet (Suprayudi et al. 2015;
Syamsunarno & Sunarno 2014). Lisin merupakan asam amino esensial pembatas
pada bahan baku nabati yang umum digunakan pada pakan ikan dan udang.
Suplementasi lisin dibutuhkan pada pakan berbahan dasar nabati untuk
menyeimbangkan asam amino esensial sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ikan (Nunes et al. 2014).
Pemberian pakan yang mengandung asam amino esensial pembatas tertentu
akan mengakibatkan penurunan retensi protein sehingga pertumbuhan ikan
terhambat (Zhu et al. 2013). Suplementasi asam amino merupakan strategi dalam
pemenuhan keseimbangan asam amino pada pakan dan meningkatkan kualitas
2
protein (Furuya & Furuya 2010; Dalibard et al. 2014). Suplementasi asam amino
esensial dilaporkan pada beberapa penelitian. Robinson et al. (1991) melaporkan
bahwa suplementasi lisin dapat meningkatkan penggunaan tepung biji kapuk
hingga 100% menggantikan tepung kedelai pada pakan ikan chanel catfish. Wu et
al. (1998), melaporkan ikan nila yang diberi pakan berbahan dasar corn gluten meal
39% dengan penambahan lisin, threonin dan tryptophan dapat meningkatkan
kinerja pertumbuhan ikan nila. Suprayudi et al. (2000), melaporkan suplementasi
asam amino arginin pada pakan berbahan baku 75% tepung kedelai menghasilkan
peningkatan kualitas protein tepung kedelai yang ditandai peningkatan
pertumbuhan pada ikan gurame. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
suplementasi lisin yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan tepung
bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba dalam pakan ikan nila
Oreochromis niloticus.
Perumusan Masalah
Biji karet merupakan bahan baku pakan alternatif yang potensial. Biji karet
tidak sepenuhnya dapat menggantikan tepung kedelai sebagai sumber protein.
Salah satu penyebab tersebut yaitu ketersediaan lisin yang rendah. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi suplementasi lisin pada pakan berbasis
tepung bungkil biji karet yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan tepung
bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba pada pakan ikan nila.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi suplementasi lisin pada tepung
bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba pada pakan ikan nila.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah meningkatkan pemanfaatan jumlah tepung
bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba pada pakan ikan nila.
2 METODE PENELITIAN
Persiapan Biji Karet
Biji karet yang digunakan berasal dari perkebunan karet rakyat di Padang
Sidempuan, Sumatera Utara. Biji karet dikupas atau dipisahkan dengan
cangkangnya kemudian dilakukan proses penepungan menggunakan discmill
dengan ukuran partikel 80-125 µm. Selanjutnya untuk mengurangi kandungan
lemak, biji karet dipres menggunakan alat pengepres hidrolik dengan suhu 80˚C
kemudian direndam menggunakan n-hexan dengan perbandingan 3:1 dan dikering
anginkan selama 24 jam. Setelah itu, tepung bungkil biji karet dibilas dengan
alkohol 70% dan dikering anginkan selama 24 jam (Suprayudi et al. 2015).
Selanjutnya untuk mengurangi asam sianida (HCN) dilakukan pengukusan pada
suhu 90–105˚C selama 30 menit (Rachmawan & Mansyur 2008). Tepung bungkil
biji karet kemudian difermentasi menggunakan cairan rumen domba dengan dosis
3
200 mL/kg bahan (Suprayudi et al. 2011), setelah itu dilakukan analisis proksimat.
Hasil analisis proksimat tepung bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen
domba pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi proksimat (% bobot kering) tepung bungkil biji karet yang
difermentasi cairan rumen domba
Parameter
Tepung Bungkil Biji Karet Fermentasi (TBBKF)
Protein
40,36
Lemak
6,03
Kadar Abu
5,86
Serat Kasar
8,9
BETN
38,85
GE (kkal/kg)
4458,6
Keterangan : BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; GE = Gross Energy, 1 g protein = 5,6 kkal,
1 g lemak = 9,4 kkal, 1 g karbohidrat/BETN = 4,1 kkal (Watanabe 1988 )
Pakan Uji
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pakan yang disuplementasi
lisin pada level sumbangan protein tepung bungkil biji karet hasil fermentasi cairan
rumen domba (TBBKF) yang berbeda. Perlakuan pakan terdiri dari sumbangan 0%
protein TBBKF sebagai kontrol; 50% protein TBBKF; 50% TBBKF+0,15% lisin;
75% protein TBBKF dan 75% TBBKF+0,30% lisin. Pakan uji dibuat dengan
kandungan protein yang sama yaitu rata-rata 33,40% dan kandungan energi sebesar
4508,8 kkal/kg. Komposisi dan proksimat pakan uji disajikan pada Tabel 2 dan
hasil analisis asam amino esensial pakan uji disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi dan proksimat pakan uji
Sumbangan Protein dari TBBKF
Komposisi pakan (%)
Tepung ikan
Meat Bone Meal
Tepung kedelai
TBBKF
Pollard
Minyak ikan
Minyak jagung
Tepung tapioka
Lisin
Binder
Premix
0%
50%
1,4
12
36
0
44
1
1
2
0
0,2
3,97
2
11
1,3
40
39
1
1
2
0
0,2
3,97
50%+lisin
2
11
1,3
40
39
1
1
2
0,15
0,2
3,97
75%
1,4
8,2
0
60
21
1
1
2
0
0,2
3,97
75%+lisin
1,4
8,2
0
60
21
1
1
2
0,3
0,2
3,97
Proksimat pakan (% bobot kering)
Protein (%)
33,93
31,87
33,28
33,79
34,14
Lemak (%)
7,10
10,14
10,37
10,66
10,81
Kadar Abu (%)
10,89
10,34
9,94
9,59
9,75
Serat Kasar (%)
4,12
8,05
5,01
7,25
4,72
BETN (%)
43,97
39,59
41,42
38,71
40,57
4413,3
4400,8
4577,4
4520,4
4632,0
GE (kkal/kg)
13,00
13,80
13,75
13,37
13,56
C/P rasio
HCN (mg/100g)
0,6
4,1
5,3
5,9
6,6
Keterangan: TBBKF = Tepung Bungkil Biji Karet Fermentasi Cairan Rumen Domba; BETN =
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; GE = Gross Energy, 1 g protein = 5,6 kkal, 1 g lemak
= 9,4 kkal, 1 g karbohidrat/BETN 4,1 kkal (Watanabe 1988)
4
Tabel 3. Kandungan asam amino esensial pada pakan uji (% bahan)
Sumbangan Protein dari TBBKF
Asam amino
Arginin
Histidin
Threonin
Valin
Metionin
Isoleusin
Leusin
Fenilalanin
Lisin
0%
50%
50%+Lisin
75%
75%+Lisin
0,65
0,76
0,81
0,63
0,79
0,75
1,14
0,63
1,33
0,87
0,65
0,75
0,59
0,71
0,69
1,04
0,69
1,24
0,99
0,71
0,82
0,61
0,76
0,78
1,17
0,62
1,30
0,68
0,70
0,74
0,51
0,76
0,71
1,02
0,60
1,08
0,64
0,69
0,73
0,59
0,71
0,64
0,99
0,51
1,12
Pemeliharaan Ikan
Ikan nila O. niloticus yang digunakan memiliki bobot awal 6,29+0,12 g
yang berasal dari Balai Pengembangan Budidaya Ikan Nila dan Mas (BPBINM)
Wanayasa, Jawa Barat. Ikan dipelihara selama 40 hari pada bulan Maret hingga Mei
2015 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan
menggunakan 15 akuarium berukuran 100×50×50 cm dengan volume air sebanyak
175 L/akuarium dan padat tebar sebanyak 15 ekor/akuarium. Pemberian pakan
dilakukan secara at satiation (sekenyangnya) dengan frekuensi sebanyak tiga kali
sehari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB.
Selama pemeliharaan, kualitas air dijaga dalam kisaran yang optimum untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yaitu suhu berkisar 28–31°C,
kandungan oksigen terlarut berkisar 4,9–6,6 mg/L, pH berkisar 6,72–7,44 dan TAN
berkisar 0,48–0,7 mg/L. Kualitas air dijaga dengan cara melakukan penyiponan
setiap hari, serta melakukan pergantian air sebanyak 30% setiap 3 hari sekali. Setiap
akuarium dilengkapi dengan termostat untuk menjaga suhu agar tetap stabil, aerasi
untuk menjaga kelarutan oksigen dan top filter untuk mengurangi kekeruhan akibat
bahan organik di dalam akuarium. Pengukuran suhu air dilakukan setiap hari, yaitu
pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran pH, oksigen terlarut, dan total
ammonia nitrogen (TAN) dilakukan tiga kali selama pemeliharaan yaitu pada awal
pemeliharaan, hari ke 15 dan hari ke 30.
Sebelum dan sesudah pemeliharaan dilakukan penimbangan bobot
biomassa ikan, kemudian diambil tujuh ekor ikan untuk uji proksimat, asam amino
esensial dan kandungan asam sianida pada tubuh ikan uji. Pada akhir pemeliharaan
diambil lima ekor ikan untuk pengambilan darah ikan untuk pengamatan gambaran
darah (jumlah sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin dan hematokrit) dan
pengambilan plasma untuk analisis kimia darah (total kolesterol, HDL, LDL dan
protein plasma). Setelah darah diambil, ikan nila dibedah dan diambil organ hati
untuk pengamatan indeks hepatosomatik (IHS), kadar air, lemak dan glikogen hati.
Selain itu, diambil otot ikan untuk pengamatan kadar air, lemak serta glikogen otot
ikan nila.
5
Parameter yang Diamati
Jumlah Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan (JKP) ditentukan dengan menimbang pakan yang
diberikan selama masa pemeliharaan.
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) dihitung dengan rumus seperti berikut:
TKH(%) =
∑ total ikan akhir (ekor)
∑ total ikan awal (ekor)
x 100
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian ikan dihitung berdasarkan rumus yang
dikemukakan oleh Huisman (1987) yaitu:
�
�� = √
��
��
−
×
Keterangan :
LPH = Laju pertumbuhan harian (%)
t
= Periode pengamatan (hari)
Wt
= Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo
= Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g)
Efisiensi pakan
Efisiensi pakan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Takeuchi
1988) :
[
+
−
]
x 100
EP
=
F
Keterangan:
EP
= Efisiensi pakan (%)
Wt
= Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Wd
= Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
F
= Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (g)
Retensi protein
Retensi protein dihitung melalui analisis proksimat protein tubuh ikan uji
pada awal dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi protein adalah sebagai
berikut (Takeuchi 1988):
F−I
RP
=
x 100
P
Keterangan:
RP
= Retensi protein (%)
F
= Jumlah protein ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I
= Jumlah protein ikan pada awal pemeliharaan (g)
P
= Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
6
Retensi lemak
Retensi lemak dihitung melalui analisis proksimat lemak tubuh ikan uji pada
awal dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi lemak adalah sebagai berikut
(Takeuchi 1988):
F−I
x 100
RL
=
L
Keterangan:
RL
= Retensi lemak (%)
F
= Jumlah lemak ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I
= Jumlah lemak ikan pada awal pemeliharaan (g)
L
= Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)
Retensi asam amino esensial
Retensi asam amino esensial dihitung melalui analisis asam amino esensial
tubuh ikan uji pada awal dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi asam
amino esensial adalah sebagai berikut (Takeuchi 1988):
RAAE =
F−I
x 100
Keterangan:
RAAE = Retensi asam amino esensial (%)
F
= Jumlah asam amino esensial ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I
= Jumlah asam amino esensial ikan pada awal pemeliharaan (g)
A
= Jumlah asam amino esensial yang dikonsumsi ikan (g)
Analisis kadar air, lemak, glikogen pada hati dan otot serta nilai hepatosomatik
index (IHS)
Keadaan organ hati sesudah diberi pakan perlakuan diukur melalui analisis
kadar air, kadar lemak hati, glikogen hati dan indeks hepatosomatik (IHS). Rumus
yang digunakan untuk menghitung IHS adalah sebagai berikut:
IHS
=
x 100
Pengamatan Biokimia Darah
Pengamatan biokimia darah dilakukan untuk melihat efek dari suplementasi
lisin pada tepung bungkil biji karet fermentasi rumen domba terhadap kolesterol,
high density lipoporotein (HDL), low density lipoporotein (LDL), dan protein
plasma ikan nila.
Kolesterol
Pengukuran total kolestrol dilakukan menggunakan metode CHOD-PAP.
Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan kolesterol adalah sebagai
berikut:
x
K
=
7
Keterangan:
K
= Kandungan kolesterol (mg/dL)
Au
= Absorbansi sampel
Cs
= Konsentrasi standar kolesterol
As
= Absorbansi standar kolesterol
High density lipoprotein (HDL)
Pengukuran high density lipoprotein (HDL) menggunakan metode CHODPAP. Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan HDL adalah sebagai
berikut:
x
HDL
=
Keterangan:
HDL = Kandungan kolesterol-HDL (mg/dL)
Au
= Absorbansi sampel
Cs
= Konsentrasi standar HDL
As
= Absorbansi standar HDL
Low density lipoprotein (LDL)
Pengukuran low density lipoprotein (LDL) menggunakan metode CHODPAP. Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan LDL adalah sebagai
berikut:
LDL (mg/dL) = Kolesterol total–Kolesterol HDL–
Analisis Kimia
Analisis kimia meliputi analisis proksimat dan analisis asam amino esensial
pada pakan uji, tubuh ikan awal (sebelum pemeliharaan) dan tubuh ikan akhir
(setelah pemeliharaan).
Analisis proksimat
Analisis proksimat meliputi kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu dan
BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Analisis kadar air dilakukan dengan metode
Gravimetric, protein dengan metode Kjeldhal, lemak dengan metode Soxhlet, kadar
abu dengan metode Gravimetric dan serat kasar dengan metode Vansus. Analisis
proksimat ini sesuai dengan prosedur AOAC (1995) (Lampiran 1).
Analisis asam amino esensial
Asam amino esensial yang dianalisis yaitu arginin, histidin, threonin, valin,
metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin dan lisin. Analisis asam amino esensial pada
pakan dan tubuh ikan dilakukan dengan metode AA-HPLC (AOAC 1995)
(Lampiran 2).
Pengamatan Gambaran Darah
Pengamatan gambaran darah dilakukan untuk mengetahui respon ikan
terhadap paparan asam sianida (HCN). Pengamatan gambaran darah meliputi
jumlah sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP), kadar hemoglobin (Hb) dan
kadar hematokrit. (Lampiran 3).
8
Analisis Asam Sianida (HCN)
Pada awal penelitian dilakukan analisis asam sianida (HCN) pada pakan dan
ikan uji. Selain itu, untuk mengetahui akumulasi HCN maka dilakukan analisis
HCN pada tubuh ikan setelah masa pemeliharaan. Analisis asam sianida dilakukan
dengan metode titrasi (Lampiran 4).
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan dan tiga ulangan. Parameter asam amino tubuh akhir, indeks
hepatosomatik (IHS), lemak hati, glikogen hati, lemak otot, glikogen otot, asam
amino tubuh ikan akhir, sel darah merah, sel darah putih, kadar hematokrit,
hemoglobin, HCN pakan, dan tubuh dianalisis secara deskriptif. Parameter
kolesterol, HDL, LDL, protein plasma, retensi asam amino, retensi protein, retensi
lemak, jumlah konsumsi pakan, bobot tubuh akhir, efisiensi pakan, laju
pertumbuhan harian, tingkat kelangsungan hidup dianalisis menggunakan program
SPSS ver 16.0. Perbedaan antar perlakuan diketahui melalui analisis Anova One
Way (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Tukey.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian suplementasi lisin pada TBBKF yang diberikan pada ikan
nila selama 40 hari terhadap kolesterol, low density lipoprotein (LDL), high density
lipoprotein (HDL) dan protein plasma disajikan pada Tabel 4. Suplementasi lisin
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan kolesterol, LDL, HDL dan
protein plasma.
Tabel 4. Kolesterol, LDL, HDL dan protein plasma pada ikan nila
Parameter Uji
0%
104,47±4,51b
Sumbangan Protein dari TBBKF
50%
50%+lisin
75%
75%+lisin
137,91±8,14ab 118,67±5,84b 169,76±8,35a 162,89±24,52a
Kolesterol
(mg/dL)
LDL (mg/dL)
14,65±6,10a
28,94,±6,77a
17,92±5,32a
32,78±8,61a 20,95±15,51a
b
b
ab
HDL (mg/dL)
67,95±6,10
70,70±6,30
77,89±4,74
89,66±4,52a
90,49±8,22a
Protein Plasma
(%)
1,82±0,05a
2,09,±0,48a
1,93±0,30a
2,24±0,48a
2,22±0,19a
Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang
berbeda nyata (p
KARET Hevea brasiliensis DIFERMENTASI CAIRAN RUMEN
DOMBA DALAM PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus
DIDI HUMAEDI YUSUF
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Suplementasi Lisin pada
Tepung Bungkil Biji Karet Hevea brasiliensis Difermentasi Cairan Rumen Domba
dalam Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Didi Humaedi Yusuf
NRP C151130431
RINGKASAN
DIDI HUMAEDI YUSUF. Suplementasi Lisin pada Tepung Bungkil Biji Karet
Hevea brasiliensis Difermentasi Cairan Rumen Domba dalam Pakan Ikan Nila
Oreochromis niloticus. Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan
DEDI JUSADI.
Tepung bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba (TBBKF)
hanya mampu digunakan hingga 50% menggantikan peranan tepung kedelai
sebagai sumber protein. Peningkatan penggunaan TBBKF pada pakan menurunkan
performa pertumbuhan ikan nila, hal ini disebabkan oleh ketersediaan lisin yang
rendah pada pakan. Salah satu strategi dalam meningkatkan kualitas protein yaitu
suplementasi asam amino esensial yang ketersediaannya rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi suplementasi lisin pada tepung bungkil biji karet
yang difermentasi cairan rumen domba sebagai sumber protein pada pakan ikan
nila. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan memiliki perbedaan dalam
persentase sumbangan protein TBBKF dengan dan tanpa suplementasi lisin yaitu
0% TBBKF; 50% TBBKF; 50% TBBKF dengan suplementasi lisin; 75% TBBKF
dan 75% TBBKF dengan suplementasi lisin. Ikan uji yang digunakan berukuran
6,29±0,12 g dipelihara selama 40 hari dalam akuarium (100×50×50 cm) dan diberi
pakan tiga kali dalam sehari secara at satiation, yaitu pukul 08.00, 12.00 dan 16.00
WIB.
Parameter uji yaitu indeks hepatosomatik (IHS), glikogen (hati dan otot), dan
lemak (hati dan otot), asam amino esensial pada tubuh setelah pemeliharaan,
gambaran darah (jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, hematokrit dan
hemoglobin) dan kandungan HCN (pakan dan tubuh ikan) dianalisis secara
deskriptif. Kolesterol, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein
(HDL), protein plasma, retensi asam amino esensial, retensi protein, retensi lemak,
jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan, laju pertumbuhan harian dan
kelangsungan hidup dianalisis dengan one-way analysis of variance (ANOVA)
menggunakan program SPSS (versi 16.0) pada selang kepercayaan 95% dan uji
lanjut Tukey.
Hasil menujukkan bahwa suplementasi lisin pada 50% dan 75% TBBKF tidak
mempengaruhi kolesterol, LDL, HDL dan protein plasma. Suplementasi lisin dapat
meningkatkan retensi asam amino esensial yaitu lisin, arginin, histidin, valin,
isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin dan treonin. Peningkatan retensi asam amino
juga meningkatkan retensi protein dan deposisi asam amino tubuh ikan setelah
pemeliharaan. Nilai retensi protein pada 50% dan 75% TBBKF tanpa suplementasi
lisin yaitu 30,28% dan 21,10% dan meningkat setelah diberikan lisin pada 50% dan
75% TBBKF yaitu hingga 35,34% dan 27,19%. Peningkatan retensi protein diikuti
dengan peningkatan efisiensi pakan, bobot tubuh akhir dan laju pertumbuhan harian,
tetapi lebih rendah dibandingkan kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa
suplementasi lisin dapat meningkatkan kualitas protein 50% dan 75% TBBKF,
tetapi penggunaan TBBKF dapat digunakan hingga 50% untuk menggantikan
tepung kedelai sebagai sumber protein pada pakan ikan nila.
Kata kunci: Suplementasi lisin, tepung bungkil biji karet, retensi asam amino,
retensi protein, Oreochromis niloticus.
SUMMARY
DIDI HUMAEDI YUSUF. Lysine Supplementation of Rubber Seed Hevea
brasiliensis Meal Fermented Using Sheep Rumen Liquor in Nile Tilapia
Oreochromis niloticus Diets. Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI
and DEDI JUSADI.
Rubber seed meal fermented using sheep rumen liquor (RSMF) can be used up
to 50% to replace soybean meal as protein source in nile tilapia Oreochromis
niloticus diets. The increasing of RSMF could decreased growth performance of
nile tilapia, it was due to lower availability of lysine in the diets. One of strategy to
improve the protein quality is amino acid supplementation wich lower availability
in the diets. This research aimed to evaluate lysine supplementation in RSMF as
protein source in nile tilapia diets. This research used completely randomized
design with five treatments and three replications. The differentiation between
treatments were the precentage protein of RSMF with and without lysine
supplementation in the diets describe as follows: 0% protein of RSMF as control;
50% RSMF; 50% RSMF with lysine supplementation; 75% RSMF and 75% RSMF
with lysine supplementation. The fish with initial body weight 6.29±0.12 g were
reared for 40 days in aquaria (100×50×50 cm) and the fish were fed three times
daily at satiation level, at 08.00 am, 12.00 and 16.00 pm.
Test parameters were hepatosomatic index (HSI), glicogen content (liver and
muscle), lipid content (liver and muscle), essential amino acid in the whole body
after reared, blood parameters (erythrocite, leucocyte, hematocrit and haemoglobin)
and cyanide content (test diets and whole body) were analysed with descriptive.
Cholesterol, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), plasma
protein, essential amino acid retention, protein retention, lipid retention, feed intake,
feed eficiency, daily growth rate and survival rate were analysed with one-way
analysis of variance (ANOVA) using SPSS software (16.0 version) with 95%
confidence interval and tukey test for the post hoc test.
The results showed that lysine supplementation at 50% and 75% RSMF didn’t
affected to cholesterol, LDL, HDL and plasma protein. Lysine supplementation
could increased essential amino acid retention such as lysine, arginine, histidine,
valine, isoleucine, leucine, methionine, phenilalanine and threonine. Increasing
essential amino acid also increased protein retention and essential amino acid
deposition of whole body fish after reared. Protein retention of 50% and 75% RSMF
without lysine supplementation were 30,28% and 21.10% and increased after lysine
supplementation at 50% and 75% RSMF as high as 35.34% and 27,19%. The
increasing protein retention was followed increasing feed eficiency, final body
weight and daily growth rate, but lower than control. This indicated that lysine
supplementation could improved quality of 50% and 75% RMSF, but using RSMF
can be used 50% to replace soybean meal as protein source in nile tilapia diets.
Keywords: Lysine supplementation, rubber seed meal, amino acid retention, protein
retention, Oreochromis niloticus
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
SUPLEMENTASI LISIN PADA TEPUNG BUNGKIL BIJI
KARET Hevea brasiliensis DIFERMENTASI CAIRAN RUMEN
DOMBA DALAM PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus
DIDI HUMAEDI YUSUF
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Nur Bambang Priyo Utomo, MSi.
Judul Tesis : Suplementasi Lisin pada Tepung Bungkil Biji Karet Hevea
brasiliensis Difermentasi Cairan Rumen Domba dalam Pakan Ikan
Nila Oreochromis niloticus
Nama
: Didi Humaedi Yusuf
NIM
: C151130431
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Muhammad Agus Suprayudi, MSi
Ketua
Dr Dedi Jusadi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Akuakultur
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Widanarni, MSi
Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr
Tanggal Ujian: 22 Januari 2016
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Suplementasi lisin pada tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis
difermentasi cairan rumen domba dalam pakan ikan nila Oreochromis niloticus”
pada Program Studi Ilmu Akuakultur, Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Muhammad
Agus Suprayudi, MSi dan Bapak Dr Dedi Jusadi selaku dosen pembimbing atas
waktu, tuntunan, masukan, kesabaran, nasehat, serta semangat yang telah diberikan
hingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Dr Nur Bambang Priyo Utomo, MSi sebagai dosen penguji luar komisi dan Dr Mia
Setiawati, MSi sebagai komisi program studi yang telah memberikan saran dalam
ujian sidang tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orangtua tercinta, Bapak
Ucup Sulaeman dan Ibu Uyinah yang telah tulus mendoakan, memberi kasih sayang
serta semangat agar tidak mudah menyerah dan fokus dalam menyelesaikan studi.
Selain itu, kepada saudara saya Usep Musta’in, Dede Haedar Yusuf, SP, Ipah
Musripah, adek Yusuf Ilham Jalalul Anwar serta keluarga besar yang telah
memberikan semangat serta doa.
Terimakasih juga kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI)
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEKDIKTI)
atas penyediaan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN)
sehingga penulis dapat menempuh program magister di Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu serta memberikan
masukan dan ide yang membangun yaitu Nur Hikma Mahasu (kaka gadis), Putri
Pratamaningrum Arifin, Andi Tiara Eka (ndi), Fahmi Akbar, Ardyen Saputra,
Radhi Fadillah, Windu Sukendar, Sheny Permatasari, Ega Aditya Prama, Andre
Rachmat Scabra, serta teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Akuakultur
Angkatan 2013 atas kebersamaan dan motivasinya selama menempuh studi. Selain
itu ucapan terimakasih kepada laboran Laboratorium Nutrisi ikan yaitu Mba Retno,
Bapak Wasjan, Kang Yosi, Pak Aam, Pak Henda yang telah membantu dalam
kelancaran penelitian.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan umumnya dan perikanan khususnya.
Bogor, Januari 2016
Didi Humaedi Yusuf
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
2
2
2
2 METODE
Persiapan Biji Karet
Pakan Uji
Pemeliharaan Ikan
Parameter yang Diamati
Analisis Data
2
2
3
4
5
8
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
8
8
11
4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
15
15
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1 Komposisi Proksimat (% bobot kering) tepung bungkil biji karet yang
difermentasi cairan rumen domba
2 Komposisi pakan dan proksimat pakan uji
3 Kandungan asam amino esensial pada pakan uji (% bahan)
4 Kolesterol, LDL, HDL dan protein plasma pada ikan nila
5 Kadar air, lemak dan glikogen pada hati dan otot serta nilai indeks
hepatosomatik (IHS) pada ikan nila
6 Retensi asam amino esensial dan retensi protein pada ikan nila
7 Kandungan asam amino esensial pada tubuh ikan nila setelah
pemeliharaan (% tubuh)
8 Biomassa awal (Bo), biomassa akhir (Bt), jumlah konsumsi pakan (JKP),
efisiensi pakan (EP), laju pertumbuhan harian (LPH), tingkat
kelangsungan hidup (TKH) dan retensi lemak (RL) pada ikan nila
9 Jumlah sel darah merah (SDM), jumlah sel darah putih (SDP), kadar
hematokrit (Ht) dan kadar haemoglobin (Hb) pada ikan nila
10 Kandungan asam sianida (HCN) pada tubuh ikan awal (sebelum
pemeliharaan) dan tubuh ikan akhir (setelah pemeliharaan) (mg/100g)
3
3
4
8
9
9
10
10
11
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Prosedur analisis proksimat
Prosedur analisis asam amino esensial
Prosedur pengamatan gambaran darah
Prosedur analisis asam sianida (HCN)
19
22
23
25
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biji karet Havea brasiliensis merupakan salah satu bahan baku lokal
potensial dari hasil samping agroindustri. Keberadaan biji karet di Indonesia cukup
melimpah. Pada tahun 2013–2014, luas perkebunan biji karet yaitu 3,55–3,60 juta
ha. Produksi biji karet diprediksi hingga 5,6 juta biji ton per tahun, sedangkan
pemanfatan biji karet hanya 25% dan sisanya terbuang sia-sia (Direktorat Jenderal
Perkebunan 2014). Biji karet terdiri dari 40–50% kulit biji dan 50–60% daging biji.
Bungkil biji karet merupakan limbah industri minyak biji karet dengan presentase
55–60% dari daging biji karet. Bungkil biji karet memiliki nutrien cukup baik yaitu
kandungan air 11,0%; protein 33,82%; lemak 15,07%; serat kasar 15,03% dan abu
5,06% (Suprayudi et al. 2014a), sehingga berpotensi sebagai pengganti tepung
kedelai dalam pakan ikan (Suprayudi et al. 2014a; Suprayudi et al. 2015).
Permasalahan utama pada biji karet mengandung zat antinutrisi yaitu asam
sianida (HCN) (Oyewusi et al. 2007), namun Rachmawan & Mansyur (2008)
melaporkan bahwa perlakuan fisik seperti pengukusan, perebusan dan perendaman
dalam air mengalir dapat menurunkan kandungan HCN pada biji karet. Biji karet
mengandung serat kasar tinggi. Tingginya serat kasar dapat dikurangi dengan
metode fermentasi menggunakan cairan rumen domba (Suprayudi et al. 2011).
Cairan rumen domba merupakan salah satu sumber bahan suplemen alternatif yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber enzim hidrolase dalam menghidrolisis tepung
biji karet. Cairan rumen domba kaya akan kandungan enzim selulase, amilase,
protease, fitase, dan lipase (Suprayudi et al. 2011), sehingga fermentasi dengan
cairan rumen domba mampu menurunkan serat kasar, meningkatkan nilai nutrisi
dan kecernaan bahan baku pakan (Fitriliyani 2010; Suprayudi et al. 2011;
Pamungkas et al. 2011; Jusadi et al. 2013; Suprayudi et al. 2014b; Suprayudi et al.
2015). Suprayudi et al. (2015) melaporkan bahwa nilai nutrisi biji karet meningkat
setelah difermentasi dengan cairan rumen domba yaitu kandungan protein 39,57%;
lemak 13,92%; serat kasar 7,64%; kadar abu 6,07% dan BETN 32,79%.
Penggunaan tepung biji karet yang difermentasi cairan rumen domba
sebagai bahan baku pakan ikan dilaporkan oleh Suprayudi et al. (2015) bahwa
pemberian pakan berbahan dasar tepung bungkil biji karet yang difermentasi cairan
rumen domba mampu menggantikan peranan tepung bungkil kedelai hingga 50%
sebagai sumber protein pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus. Penggunaan
tepung bungkil biji karet lebih dari 50% pada pakan menurunkan kinerja
pertumbuhan ikan nila, hal ini disebabkan oleh ketersediaan lisin yang rendah
(asam amino esensial pembatas) pada biji karet (Suprayudi et al. 2015;
Syamsunarno & Sunarno 2014). Lisin merupakan asam amino esensial pembatas
pada bahan baku nabati yang umum digunakan pada pakan ikan dan udang.
Suplementasi lisin dibutuhkan pada pakan berbahan dasar nabati untuk
menyeimbangkan asam amino esensial sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ikan (Nunes et al. 2014).
Pemberian pakan yang mengandung asam amino esensial pembatas tertentu
akan mengakibatkan penurunan retensi protein sehingga pertumbuhan ikan
terhambat (Zhu et al. 2013). Suplementasi asam amino merupakan strategi dalam
pemenuhan keseimbangan asam amino pada pakan dan meningkatkan kualitas
2
protein (Furuya & Furuya 2010; Dalibard et al. 2014). Suplementasi asam amino
esensial dilaporkan pada beberapa penelitian. Robinson et al. (1991) melaporkan
bahwa suplementasi lisin dapat meningkatkan penggunaan tepung biji kapuk
hingga 100% menggantikan tepung kedelai pada pakan ikan chanel catfish. Wu et
al. (1998), melaporkan ikan nila yang diberi pakan berbahan dasar corn gluten meal
39% dengan penambahan lisin, threonin dan tryptophan dapat meningkatkan
kinerja pertumbuhan ikan nila. Suprayudi et al. (2000), melaporkan suplementasi
asam amino arginin pada pakan berbahan baku 75% tepung kedelai menghasilkan
peningkatan kualitas protein tepung kedelai yang ditandai peningkatan
pertumbuhan pada ikan gurame. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
suplementasi lisin yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan tepung
bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba dalam pakan ikan nila
Oreochromis niloticus.
Perumusan Masalah
Biji karet merupakan bahan baku pakan alternatif yang potensial. Biji karet
tidak sepenuhnya dapat menggantikan tepung kedelai sebagai sumber protein.
Salah satu penyebab tersebut yaitu ketersediaan lisin yang rendah. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi suplementasi lisin pada pakan berbasis
tepung bungkil biji karet yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan tepung
bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba pada pakan ikan nila.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi suplementasi lisin pada tepung
bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba pada pakan ikan nila.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah meningkatkan pemanfaatan jumlah tepung
bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen domba pada pakan ikan nila.
2 METODE PENELITIAN
Persiapan Biji Karet
Biji karet yang digunakan berasal dari perkebunan karet rakyat di Padang
Sidempuan, Sumatera Utara. Biji karet dikupas atau dipisahkan dengan
cangkangnya kemudian dilakukan proses penepungan menggunakan discmill
dengan ukuran partikel 80-125 µm. Selanjutnya untuk mengurangi kandungan
lemak, biji karet dipres menggunakan alat pengepres hidrolik dengan suhu 80˚C
kemudian direndam menggunakan n-hexan dengan perbandingan 3:1 dan dikering
anginkan selama 24 jam. Setelah itu, tepung bungkil biji karet dibilas dengan
alkohol 70% dan dikering anginkan selama 24 jam (Suprayudi et al. 2015).
Selanjutnya untuk mengurangi asam sianida (HCN) dilakukan pengukusan pada
suhu 90–105˚C selama 30 menit (Rachmawan & Mansyur 2008). Tepung bungkil
biji karet kemudian difermentasi menggunakan cairan rumen domba dengan dosis
3
200 mL/kg bahan (Suprayudi et al. 2011), setelah itu dilakukan analisis proksimat.
Hasil analisis proksimat tepung bungkil biji karet yang difermentasi cairan rumen
domba pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi proksimat (% bobot kering) tepung bungkil biji karet yang
difermentasi cairan rumen domba
Parameter
Tepung Bungkil Biji Karet Fermentasi (TBBKF)
Protein
40,36
Lemak
6,03
Kadar Abu
5,86
Serat Kasar
8,9
BETN
38,85
GE (kkal/kg)
4458,6
Keterangan : BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; GE = Gross Energy, 1 g protein = 5,6 kkal,
1 g lemak = 9,4 kkal, 1 g karbohidrat/BETN = 4,1 kkal (Watanabe 1988 )
Pakan Uji
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pakan yang disuplementasi
lisin pada level sumbangan protein tepung bungkil biji karet hasil fermentasi cairan
rumen domba (TBBKF) yang berbeda. Perlakuan pakan terdiri dari sumbangan 0%
protein TBBKF sebagai kontrol; 50% protein TBBKF; 50% TBBKF+0,15% lisin;
75% protein TBBKF dan 75% TBBKF+0,30% lisin. Pakan uji dibuat dengan
kandungan protein yang sama yaitu rata-rata 33,40% dan kandungan energi sebesar
4508,8 kkal/kg. Komposisi dan proksimat pakan uji disajikan pada Tabel 2 dan
hasil analisis asam amino esensial pakan uji disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi dan proksimat pakan uji
Sumbangan Protein dari TBBKF
Komposisi pakan (%)
Tepung ikan
Meat Bone Meal
Tepung kedelai
TBBKF
Pollard
Minyak ikan
Minyak jagung
Tepung tapioka
Lisin
Binder
Premix
0%
50%
1,4
12
36
0
44
1
1
2
0
0,2
3,97
2
11
1,3
40
39
1
1
2
0
0,2
3,97
50%+lisin
2
11
1,3
40
39
1
1
2
0,15
0,2
3,97
75%
1,4
8,2
0
60
21
1
1
2
0
0,2
3,97
75%+lisin
1,4
8,2
0
60
21
1
1
2
0,3
0,2
3,97
Proksimat pakan (% bobot kering)
Protein (%)
33,93
31,87
33,28
33,79
34,14
Lemak (%)
7,10
10,14
10,37
10,66
10,81
Kadar Abu (%)
10,89
10,34
9,94
9,59
9,75
Serat Kasar (%)
4,12
8,05
5,01
7,25
4,72
BETN (%)
43,97
39,59
41,42
38,71
40,57
4413,3
4400,8
4577,4
4520,4
4632,0
GE (kkal/kg)
13,00
13,80
13,75
13,37
13,56
C/P rasio
HCN (mg/100g)
0,6
4,1
5,3
5,9
6,6
Keterangan: TBBKF = Tepung Bungkil Biji Karet Fermentasi Cairan Rumen Domba; BETN =
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; GE = Gross Energy, 1 g protein = 5,6 kkal, 1 g lemak
= 9,4 kkal, 1 g karbohidrat/BETN 4,1 kkal (Watanabe 1988)
4
Tabel 3. Kandungan asam amino esensial pada pakan uji (% bahan)
Sumbangan Protein dari TBBKF
Asam amino
Arginin
Histidin
Threonin
Valin
Metionin
Isoleusin
Leusin
Fenilalanin
Lisin
0%
50%
50%+Lisin
75%
75%+Lisin
0,65
0,76
0,81
0,63
0,79
0,75
1,14
0,63
1,33
0,87
0,65
0,75
0,59
0,71
0,69
1,04
0,69
1,24
0,99
0,71
0,82
0,61
0,76
0,78
1,17
0,62
1,30
0,68
0,70
0,74
0,51
0,76
0,71
1,02
0,60
1,08
0,64
0,69
0,73
0,59
0,71
0,64
0,99
0,51
1,12
Pemeliharaan Ikan
Ikan nila O. niloticus yang digunakan memiliki bobot awal 6,29+0,12 g
yang berasal dari Balai Pengembangan Budidaya Ikan Nila dan Mas (BPBINM)
Wanayasa, Jawa Barat. Ikan dipelihara selama 40 hari pada bulan Maret hingga Mei
2015 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan
menggunakan 15 akuarium berukuran 100×50×50 cm dengan volume air sebanyak
175 L/akuarium dan padat tebar sebanyak 15 ekor/akuarium. Pemberian pakan
dilakukan secara at satiation (sekenyangnya) dengan frekuensi sebanyak tiga kali
sehari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB.
Selama pemeliharaan, kualitas air dijaga dalam kisaran yang optimum untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yaitu suhu berkisar 28–31°C,
kandungan oksigen terlarut berkisar 4,9–6,6 mg/L, pH berkisar 6,72–7,44 dan TAN
berkisar 0,48–0,7 mg/L. Kualitas air dijaga dengan cara melakukan penyiponan
setiap hari, serta melakukan pergantian air sebanyak 30% setiap 3 hari sekali. Setiap
akuarium dilengkapi dengan termostat untuk menjaga suhu agar tetap stabil, aerasi
untuk menjaga kelarutan oksigen dan top filter untuk mengurangi kekeruhan akibat
bahan organik di dalam akuarium. Pengukuran suhu air dilakukan setiap hari, yaitu
pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran pH, oksigen terlarut, dan total
ammonia nitrogen (TAN) dilakukan tiga kali selama pemeliharaan yaitu pada awal
pemeliharaan, hari ke 15 dan hari ke 30.
Sebelum dan sesudah pemeliharaan dilakukan penimbangan bobot
biomassa ikan, kemudian diambil tujuh ekor ikan untuk uji proksimat, asam amino
esensial dan kandungan asam sianida pada tubuh ikan uji. Pada akhir pemeliharaan
diambil lima ekor ikan untuk pengambilan darah ikan untuk pengamatan gambaran
darah (jumlah sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin dan hematokrit) dan
pengambilan plasma untuk analisis kimia darah (total kolesterol, HDL, LDL dan
protein plasma). Setelah darah diambil, ikan nila dibedah dan diambil organ hati
untuk pengamatan indeks hepatosomatik (IHS), kadar air, lemak dan glikogen hati.
Selain itu, diambil otot ikan untuk pengamatan kadar air, lemak serta glikogen otot
ikan nila.
5
Parameter yang Diamati
Jumlah Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan (JKP) ditentukan dengan menimbang pakan yang
diberikan selama masa pemeliharaan.
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) dihitung dengan rumus seperti berikut:
TKH(%) =
∑ total ikan akhir (ekor)
∑ total ikan awal (ekor)
x 100
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian ikan dihitung berdasarkan rumus yang
dikemukakan oleh Huisman (1987) yaitu:
�
�� = √
��
��
−
×
Keterangan :
LPH = Laju pertumbuhan harian (%)
t
= Periode pengamatan (hari)
Wt
= Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo
= Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g)
Efisiensi pakan
Efisiensi pakan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Takeuchi
1988) :
[
+
−
]
x 100
EP
=
F
Keterangan:
EP
= Efisiensi pakan (%)
Wt
= Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Wd
= Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
F
= Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (g)
Retensi protein
Retensi protein dihitung melalui analisis proksimat protein tubuh ikan uji
pada awal dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi protein adalah sebagai
berikut (Takeuchi 1988):
F−I
RP
=
x 100
P
Keterangan:
RP
= Retensi protein (%)
F
= Jumlah protein ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I
= Jumlah protein ikan pada awal pemeliharaan (g)
P
= Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
6
Retensi lemak
Retensi lemak dihitung melalui analisis proksimat lemak tubuh ikan uji pada
awal dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi lemak adalah sebagai berikut
(Takeuchi 1988):
F−I
x 100
RL
=
L
Keterangan:
RL
= Retensi lemak (%)
F
= Jumlah lemak ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I
= Jumlah lemak ikan pada awal pemeliharaan (g)
L
= Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)
Retensi asam amino esensial
Retensi asam amino esensial dihitung melalui analisis asam amino esensial
tubuh ikan uji pada awal dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi asam
amino esensial adalah sebagai berikut (Takeuchi 1988):
RAAE =
F−I
x 100
Keterangan:
RAAE = Retensi asam amino esensial (%)
F
= Jumlah asam amino esensial ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I
= Jumlah asam amino esensial ikan pada awal pemeliharaan (g)
A
= Jumlah asam amino esensial yang dikonsumsi ikan (g)
Analisis kadar air, lemak, glikogen pada hati dan otot serta nilai hepatosomatik
index (IHS)
Keadaan organ hati sesudah diberi pakan perlakuan diukur melalui analisis
kadar air, kadar lemak hati, glikogen hati dan indeks hepatosomatik (IHS). Rumus
yang digunakan untuk menghitung IHS adalah sebagai berikut:
IHS
=
x 100
Pengamatan Biokimia Darah
Pengamatan biokimia darah dilakukan untuk melihat efek dari suplementasi
lisin pada tepung bungkil biji karet fermentasi rumen domba terhadap kolesterol,
high density lipoporotein (HDL), low density lipoporotein (LDL), dan protein
plasma ikan nila.
Kolesterol
Pengukuran total kolestrol dilakukan menggunakan metode CHOD-PAP.
Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan kolesterol adalah sebagai
berikut:
x
K
=
7
Keterangan:
K
= Kandungan kolesterol (mg/dL)
Au
= Absorbansi sampel
Cs
= Konsentrasi standar kolesterol
As
= Absorbansi standar kolesterol
High density lipoprotein (HDL)
Pengukuran high density lipoprotein (HDL) menggunakan metode CHODPAP. Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan HDL adalah sebagai
berikut:
x
HDL
=
Keterangan:
HDL = Kandungan kolesterol-HDL (mg/dL)
Au
= Absorbansi sampel
Cs
= Konsentrasi standar HDL
As
= Absorbansi standar HDL
Low density lipoprotein (LDL)
Pengukuran low density lipoprotein (LDL) menggunakan metode CHODPAP. Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan LDL adalah sebagai
berikut:
LDL (mg/dL) = Kolesterol total–Kolesterol HDL–
Analisis Kimia
Analisis kimia meliputi analisis proksimat dan analisis asam amino esensial
pada pakan uji, tubuh ikan awal (sebelum pemeliharaan) dan tubuh ikan akhir
(setelah pemeliharaan).
Analisis proksimat
Analisis proksimat meliputi kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu dan
BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Analisis kadar air dilakukan dengan metode
Gravimetric, protein dengan metode Kjeldhal, lemak dengan metode Soxhlet, kadar
abu dengan metode Gravimetric dan serat kasar dengan metode Vansus. Analisis
proksimat ini sesuai dengan prosedur AOAC (1995) (Lampiran 1).
Analisis asam amino esensial
Asam amino esensial yang dianalisis yaitu arginin, histidin, threonin, valin,
metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin dan lisin. Analisis asam amino esensial pada
pakan dan tubuh ikan dilakukan dengan metode AA-HPLC (AOAC 1995)
(Lampiran 2).
Pengamatan Gambaran Darah
Pengamatan gambaran darah dilakukan untuk mengetahui respon ikan
terhadap paparan asam sianida (HCN). Pengamatan gambaran darah meliputi
jumlah sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP), kadar hemoglobin (Hb) dan
kadar hematokrit. (Lampiran 3).
8
Analisis Asam Sianida (HCN)
Pada awal penelitian dilakukan analisis asam sianida (HCN) pada pakan dan
ikan uji. Selain itu, untuk mengetahui akumulasi HCN maka dilakukan analisis
HCN pada tubuh ikan setelah masa pemeliharaan. Analisis asam sianida dilakukan
dengan metode titrasi (Lampiran 4).
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan dan tiga ulangan. Parameter asam amino tubuh akhir, indeks
hepatosomatik (IHS), lemak hati, glikogen hati, lemak otot, glikogen otot, asam
amino tubuh ikan akhir, sel darah merah, sel darah putih, kadar hematokrit,
hemoglobin, HCN pakan, dan tubuh dianalisis secara deskriptif. Parameter
kolesterol, HDL, LDL, protein plasma, retensi asam amino, retensi protein, retensi
lemak, jumlah konsumsi pakan, bobot tubuh akhir, efisiensi pakan, laju
pertumbuhan harian, tingkat kelangsungan hidup dianalisis menggunakan program
SPSS ver 16.0. Perbedaan antar perlakuan diketahui melalui analisis Anova One
Way (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Tukey.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian suplementasi lisin pada TBBKF yang diberikan pada ikan
nila selama 40 hari terhadap kolesterol, low density lipoprotein (LDL), high density
lipoprotein (HDL) dan protein plasma disajikan pada Tabel 4. Suplementasi lisin
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan kolesterol, LDL, HDL dan
protein plasma.
Tabel 4. Kolesterol, LDL, HDL dan protein plasma pada ikan nila
Parameter Uji
0%
104,47±4,51b
Sumbangan Protein dari TBBKF
50%
50%+lisin
75%
75%+lisin
137,91±8,14ab 118,67±5,84b 169,76±8,35a 162,89±24,52a
Kolesterol
(mg/dL)
LDL (mg/dL)
14,65±6,10a
28,94,±6,77a
17,92±5,32a
32,78±8,61a 20,95±15,51a
b
b
ab
HDL (mg/dL)
67,95±6,10
70,70±6,30
77,89±4,74
89,66±4,52a
90,49±8,22a
Protein Plasma
(%)
1,82±0,05a
2,09,±0,48a
1,93±0,30a
2,24±0,48a
2,22±0,19a
Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang
berbeda nyata (p