Perlakuan Coating dengan Menggunakan Isolat Methylobacterium spp dan Tepung Curcuma untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Padi Hibrida

16

PERLAKUAN COATING DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT
Methylobacterium spp DAN TEPUNG CURCUMA UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH PADI HIBRIDA

YUYUK AGUNG LASTIANDIKA
A24080049

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

PERLAKUAN COATING DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT Methylobacterium
spp DAN TEPUNG CURCUMA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH
PADI HIBRIDA
Seed Coating treatment with Methylobacterium spp and curcuma flour to Increase Life Span
of Hybrid Rice Seeds
Yuyuk Agung Lastiandika1, Eny Widajati2, Selly Salma3
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB

2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
3
Staf Peneliti Balai Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor
1

Abstract
This research conducted at Centre for Soil Research, East West Corporation in
Purwakarta and Laboratory of Seed Science of Department Agronomy and Horticulture,
Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. This experiment arranged in Nested
plot design with six times period of storage as main a main plot and the subplot is
formulation of seed coating (uncoated seed, TDJ-7, TPB3, TD-TM1 and Curcuma flour). The
result showed that coated and uncoated seed still had high viability after storage 15 weeks
for 3 varieties of hybrid rice seeds (DG-1, SL-8 and INTNANI-2). Methylobacterium spp
strain TD-TPB3 and TD-TM1 showed the best coated for hybrid rice seeds.
Keyword : Curcuma, Methylobacterium spp, storage, viability.

ii

RINGKASAN


YUYUK

AGUNG

LASTIANDIKA.

Perlakuan

Coating

dengan

Menggunakan Isolat Methylobacterium spp dan Tepung Curcuma untuk
Meningkatkan Daya Simpan Benih Padi Hibrida. (Dibimbing oleh ENY
WIDAJATI dan SELLY SALMA)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh coating dengan
menggunakan isolat Methylobacterium spp dan tepung curcuma terhadap
viabilitas benih padi hibrida selama penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di

Laboratorium Biologi Tanah-Balai Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor; PT. East
West, Purwakarta serta Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB.
Penelitian ini menggunakan rancangan Petak tersarang. Petak utama
adalah periode simpan yaitu 0, 3, 6, 9, 12, 15 minggu penyimpanan dan sebagai
anak petak adalah formulasi coating yaitu isolat Methylobacterium spp strain TDJ7, TPB3, TD-TM1 dan tepung curcuma. Penelitian ini menggunakan tiga varietas
padi hibrida yaitu DG-1, SL-8 dan INTANI-2. Tolok ukur yang diamati adalah
kadar air (KA), kecepatan tumbuh (KCT), daya berkecambah (DB), potensi
tumbuh maksimum (PTM), berat kering kecambah normal (BKKN) dan indeks
vigor (IV).
Benih coating dan kontrol dapat mempertahankan viabilitas benih padi
hibrida varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 selama periode penyimpanan 15
minggu berdasarkan tolok ukur daya berkecambah. Nilai rata-rata daya
berkecambah untuk benih varietas DG-1 sebesar 95.2%, SL-8 sebesar 89.6% dan
INTANI-2 sebesar 85.6%.
Perlakuan pelapisan benih dengan isolat Methylobacterium spp dan tepung
curcuma maupun tanpa pelapisan benih (kontrol) menunjukkan hasil yang sama
sampai dengan periode penyimpanan 15 minggu.
Perlakuan pelapisan benih dengan isolat Methylobacterium spp strain TDTPB3 dan TD-TM1 merupakan isolat yang baik untuk digunakan sebagai
perlakuan coating.


iii

PERLAKUAN COATING DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT
Methylobacterium spp DAN TEPUNG CURCUMA UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH PADI HIBRIDA

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

YUYUK AGUNG LASTIANDIKA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

iv

Judul


: PERLAKUAN COATING DENGAN MENGGUNAKAN
Methylobacterium

ISOLAT

CURCUMA

UNTUK

spp

DAN

MENINGKATKAN

TEPUNG
DAYA

SIMPAN BENIH PADI HIBRIDA

Nama

: YUYUK AGUNG LASTIANDIKA

NIM

: A24080049

Menyetujui,
Dosen
pembimbing
Dosen
pembimbing
II II

Dosen pembimbing I

Dra. Selly Salma, MSi
NIP 19630714 199003 2 001


Dr. Ir. Eny Widajati, MS
NIP 19610106 198503 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 14 Juli 1990 di Jember, Jawa Timur. Penulis
merupakan anak keempat dengan empat saudara dari pasangan Erni Setyaningrum
dan Wahyu Subagyo.
Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1996 di SD Al-Furqan
Jember, kemudian di SMPN 2 Jember, dan melanjutkan ke SMAN 2 Jember pada

tahun 2005. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikannya di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengikuti kegiatan organisasi di antaranya organisasi kedaerahan
periode 2008-2009 dan himpunan mahasiswa agronomi dan hortikultura
(HIMAGRON) periode 2009-2010. Penulis juga menjadi panitia dalam berbagai
kegiatan yaitu “ORGANIK 46” dan “SERI-A’ pada tahun 2010. Penulis menjadi
asisten pada mata kuliah Manajemen Air dan Hara pada tahun 2011.

vi

KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan rasya syukur dan terima kasih kepada Allah SWT
atas karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perlakuan Coating dengan Menggunakan Isolat Methylobacterium spp dan
Tepung Curcuma untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Padi Hibrida”.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Biologi Tanah-Balai
Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor; PT. East West, Purwakarta dan Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak dalam
pelaksanaan skripsi, sehingga pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Eny Widajati, MS dan Dra. Selly Salma, MSi selaku pembimbing
yang telah memberikan ide, bimbingan dan nasihat dalam proses
penelitian dan pembuatan skripsi
2. Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi
3. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Departemen Agronomi
dan Hortikultura
4. Ibu, Bapak, Saudara kandung dan keluarga besar tercinta yang telah
memberi semangat, cinta, dan doanya kepada penulis.
5. Bogor international club (BIC) yang telah memberikan dana bantuan
penelitian
6. Mbak Ratri yang telah membimbing dalam proses penelitian di
Laboratorium Biologi Tanah-Balai Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor
7. Tira, Keswari, Dwi, Ferin, Tiara, Rahmi, Belladina, Ryzal, dan temanteman band “BIG-Z” sebagai sahabat sekaligus keluarga di IPB yang
sudah memberikan begitu banyak bantuan dan semangatnya. Abdullah Bin
Arif, SP, MSi. yang telah memberikan saran dan bimbingan kepada
penulis.


vii

8. Segenap keluarga besar “INDIGENOUS 45” atas kebersamaannya selama
ini.

Bogor, Juli 2012

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

iv

KATA PENGANTAR ............................................................................


vi

DAFTAR ISI ...........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xii

PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................
Hipotesis......................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Padi Hibrida ................................................................................
Penyimpanan Benih ....................................................................
Pelapisan Benih ...........................................................................
Methylobacterium spp .................................................................
Tepung Curcuma .........................................................................

4
4
5
6
7
8

BAHAN DAN METODE .......................................................................
Tempat dan Waktu ......................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Rancangan Percobaan .................................................................
Pelaksanaan Penelitian ................................................................
Pengamatan .................................................................................

10
10
10
10
11
13

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Hasil. ...........................................................................................
Percobaan 1 .................................................................................
Percobaan 2 .................................................................................
Percobaan 3 .................................................................................
Pembahasan .................................................................................

16
16
16
19
22
26

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
Kesimpulan .................................................................................
Saran ............................................................................................

30
30
30

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

31

LAMPIRAN ............................................................................................

33

ix

DAFTAR TABEL

Nomor
1.

Halaman
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan,
pelapisan benih dan interaksinya terhadap tolok ukur KA, DB,
PTM, BKKN, IV dan KCT benih padi hibrida varietas DG1....................................................................................................

16

2. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih
terhadap KA.................................................................................

17

3. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih
terhadap DB.................................................................................

17

4. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih
terhadap BKKN...........................................................................

18

5. Pengaruh periode simpan terhadap IV.........................................

18

6. Pengaruh periode simpan terhadap KCT.......................................

19

7. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan,
pelapisan benih, dan interaksinya terhadap tolok ukur kadar air,
DB, PTM, BKKN, IV dan KCT benih padi hibrida varietas SL8...................................................................................................

19

8. Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih
terhadap KA.................................................................................

20

9. Pengaruh periode simpan terhadap DB.......................................

20

10. Pengaruh periode simpan terhadap KCT.....................................

21

11. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih
terhadap BKKN...........................................................................

21

12. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih
terhadap IV..................................................................................

22

13. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan,
pelapisan benih, dan interaksinya terhadap KA, DB, PTM,
BKKN, IV dan KCT pada padi hibrida varietas INTANI-2..........

22

14. Pengaruh perlakuan pelapisan benih terhadap KA......................

23

15. Pengaruh

perlakuan

periode

simpan

terhadap

x

KCT...............................................................................................

23

16. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih
terhadap PTM..............................................................................

24

17. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih
terhadap BKKN...........................................................................

24

18. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih
terhadap IV................................................................................

24

xi

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Padi hibrida..................................................................................

4

2. Struktur benih padi bagian dalam ...............................................

5

3. Struktur benih padi ......................................................................

5

4. Koloni Methylobacterium spp di stomata tanaman bunga
matahari .......................................................................................

7

5. Isolat Methylobacterium di media padat .....................................

12

6. Isolat Methylobacterium spp di media cair .................................

12

7. Kemasan benih ............................................................................

13

8. Kecambah normal dan abnormal ................................................

15

9. Daya berkecambah varietas DG-1, SL,8 dan INTANI-2 ............

25

10. Benih kontrol dan coating............................................................

25

11. Hama gudang Sitophilus spp dan Rhizoperta dominica..............

26

12. Kerusakan yang ditimbulkan.......................................................

26

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Komposisi media amonium mineral salt (AMS)..........................

34

2. Komposisi trace element.............................................................

34

3. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas DG1.....................................................................................................

35

4. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida
varietas DG-1...............................................................................

35

5. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida
varietas DG-1...............................................................................

35

6. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi
hibrida varietas DG-1..................................................................

36

7. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi
hibrida varietas DG-1...................................................................

36

8. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas
DG-1..............................................................................................

36

9. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas SL8.....................................................................................................

37

10. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida
varietas SL-8................................................................................

37

11. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida
varietas SL-8...............................................................................

37

12. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi

xiii

hibrida varietas SL-8...................................................................

38

13. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi
hibrida varietas SL-8 ....................................................................

38

14. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas
SL-8...............................................................................................

38

15. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur kadar air benih padi hibrida varietas
INTANI-2......................................................................................

39

16. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh benih padi hibrida
varietas INTANI-2........................................................................

39

17. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur daya berkecambah benih padi hibrida
varietas INTANI-2........................................................................

39

18. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum benih padi
hibrida varietas Intani 2................................................................

40

19. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal benih padi
hibrida varietas INTANI-2............................................................

40

20. Sidik ragam pengaruh periode simpan dan pelapisan benih
terhadap tolok ukur indeks vigor benih padi hibrida varietas
INTANI-2......................................................................................

40

16

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi merupakan komoditi utama yang ditanam di Indonesia guna
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Setiap tahun laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia selalu meningkat, menurut data badan pusat statistik (BPS)
pada tahun 2010 laju pertumbuhannya meningkat 1.49 % per tahun dengan total
237,6 juta jiwa. Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 241 jiwa
jika diasumsikan laju pertumbuhan penduduk sama dengan yang terjadi pada
tahun 2010 (BPS, 2010). Peningkatan ini harus diimbangi dengan produksi padi
nasional untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan konsumsi beras masyarakat.
Kementerian pertanian dalam hal ini menteri pertanian menargetkan peningkatan
produksi beras nasional (P2BN) sebesar 70.6 juta ton pada tahun 2011 (Kementan
2011). Upaya untuk mewujudkan target tersebut salah satunya dengan penanaman
varietas unggul hibrida (VUH) dan pengadaan benih bersertifikat yang memiliki
mutu baik.
Penggunaan VUH sudah meluas di areal pertanaman pangan di Indonesia.
Petani di daerah Cilacap rata-rata hasil penanaman VUH Hipa 8 dicapai berkisar
10,12 ton/ ha GKP, sedangkan hasil varietas Logawa yang populer ditanam petani
berkisar 8,00 ton/ ha GKP (BB PADI, 2011). Proses budidaya padi hibrida yang
sesuai akan menghasilkan produksi yang maksimal.
Benih yang dipakai untuk kegiatan produksi harus memiliki mutu benih
yang baik. Kemunduran benih merupakan salah satu masalah serius dalam suplai
benih untuk kegiatan penanaman pada musim tanam berikutnya. Suhu ruang
simpan dan kadar air merupakan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup
benih (Justice dan Bass, 2002). Penyimpanan yang baik dapat memperpanjang
masa hidup benih serta dapat mempertahankan viabilitas benih. Oleh karena itu
diperlukan teknologi penyimpanan untuk mendapatkan benih yang bermutu, salah
satunya dengan menggunakan metode coating.
Pelapisan benih (seed coating) merupakan salah satu metode seed
enhancement, yakni metode untuk memperbaiki mutu benih menjadi lebih baik

2

dengan menambahkan suatu zat terhadap benih seperti insektisida, fungisida, hara
mikro, dan komponen lainnya yang dapat membantu mengoptimumkan
perkecambahan benih di semua kondisi lingkungan (Copeland dan McDonald,
2001). Menurut Ilyas (2003) penggunaan seed coating dalam industri benih sangat
efektif karena dapat memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya simpan,
mengurangi tertular penyakit dari benih disekitarnya dan dapat digunakan sebagai
pembawa zat aditif, misalnya: antioksidan, antimikroba, repellent, mikroba
antagonis, dan zat pengatur tumbuh. Coating dilakukan untuk melindungi kualitas
fisik benih serta melindungi benih dari pengaruh lingkungan saat proses
penyimpanan.
Bakteri Methylobacterium spp atau sering disebut pink pigmented
facultative methylotroph (PPFM) merupakan mikrobiota normal pada filosfer
hampir semua jenis tanaman, di dalam tanah, benih dan bagian tanaman lainnya.
Bakteri ini menghasilkan pigmen karotenoid sehingga koloninya tampak berwarna
merah muda (pink).
Keberadaan bakteri Methylobacterium dapat meningkatkan viabilitas
benih. Viabilitas tersebut ditingkatkan oleh produksi sitokinin dalam jumlah
rendah yang dihasilkan oleh bakteri Methylobacterium (Holland, 1997). Hasil
penelitian Widajati et al. (2008) menunjukkan bahwa benih buncis dengan
perlakuan coating isolat Methylobacterium TD-J7 mampu mempertahankan
viabilitas sebesar 95.3 % pada minggu ke-12 berdasarkan tolok ukur daya
berkecambah, sedangkan benih tanpa coating sudah menurun viabilitasnya
sebesar 87.3 % pada minggu ke-8. Menurut Lidstrom dan Chistoserdova (2012)
Methylobacterium spp dapat menginduksi produksi hormon sitokinin (trans
zeatin) untuk menstimulasi perkecambahan benih. Widajati et al. (2008)
melaporkan kandungan hormon pada Methylobacterium spp isolat TD-J7
menghasilkan hormon IAA, GA dan trans zeatin masing-masing sebesar 9.13,
98.75, 74.37 ppm; untuk isolat TPB3: 9.56, 129.83, 33.14 ppm; sedangkan isolat
TD-TM1: 7.20, 86.18, 52.08 ppm.
Pada penelitian ini diharapkan coating dengan menggunakan isolat
Methylobacterium spp dan tepung curcuma dapat mengatasi permasalahan
kemunduran benih di penyimpanan pada padi hibrida.

3

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh coating dengan
menggunakan isolat Methylobacterium spp dan tepung curcuma terhadap
viabilitas benih padi hibrida selama penyimpanan.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh periode simpan terhadap viabilitas benih selama
penyimpanan
2. Perlakuan coating benih dapat meningkatkan daya simpan benih
3. Terdapat interaksi periode simpan dan perlakuan coating terhadap viabilitas
benih selama penyimpanan.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Hibrida
Padi hibrida merupakan persilangan dari dua tetua padi yang berbeda
secara genetik. Hasil persilangan tersebut akan menghasilkan benih generasi
pertama (F1). Satoto et al. (2010) mengatakan secara individu susunan genetik
tanaman hibrida bersifat heterozigot pada semua atau sebagian lokus, tetapi secara
fenotip satu populasi hibrida akan nampak seragam sehingga pertanaman hibrida
bersifat heterozigot homogen. Karena tanaman hibrida secara genetik bersifat
heterozigot maka jika hasil panen dari pertanaman F1 hibrida ditanam kembali
pada generasi berikutnya, turunannya akan beragam akibat terjadinya heterosis.

Gambar 1. Padi hibrida
Sumber: http://www.deptan.go.id/daerah_new/banten/dispertanak_pandeglang/
gallery.htm
Untuk memproduksi benih padi hibrida, diperlukan Galur Mandul Jantan
(Galur A atau CMS line), Galur Pelestari (Galur B atau Maintainer Line), dan
Tetua Jantan (Restorer). Galur Mandul Jantan adalah varietas padi tanpa serbuk
sari yang berfungsi sebagai tetua betina dan menerima serbuk sari dari tetua jantan
untuk menghasilkan benih hibrida, Galur Pelestari adalah varietas atau galur yang
berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan galur mandul
jantan, sedangkan Tetua jantan/ Restorer merupakan varietas padi dengan fungsi
reproduksi normal yang dianggap sebagai tetua jantan untuk menyediakan serbuk
sari bagi tetua betina. Benih padi hibrida dapat dihasilkan atau diproduksi dengan
cara menyilangkan antara Galur Mandul Jantan dengan Restorer yang terpilih di
lapang (BB PADI, 2006).
Produksi yang dihasilkan oleh padi hibrida mampu meningkatkan potensi
hasil 15-20% (Deptan, 2007). Tetapi setiap daerah akan menghasilkan

5

produktivitas yang berbeda-beda. Belum tentu satu varietas padi hibrida akan
cocok ditanam di berbagai daerah karena setiap daerah mempunyai karakteristik
lahan dan lingkungan yang berbeda-beda.
Morfologi benih padi terdiri atas biji yang terbungkus oleh sekam. Biji
merupakan kariopsis yang terdiri atas embrio dan endosperma yang diselimuti
lapisan aleuron, kemudian tegmen dan lapisan terluar disebut pericarp (Gambar 2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pericarp
Tegmen
Lapisan Aleuron
Scutellum
Epiblast
Plumula
Radikula
Endosperma

Gambar 2. Struktur benih padi bagian dalam
Sumber: Yoshida, 1981
Pada jenis padi indica, sekam dibentuk oleh palea, lemma mandul, dan
rakhila. Lemma selalu lebih besar dari palea dan menutupi hampir 2/3 permukaan
beras sedangkan sisi palea tepat bertemu pada bagian sisi lemma (Gambar 3)
(Yoshida,1981).

Gambar 3. Struktur benih padi
Sumber: Yoshida, 1981

Penyimpanan Benih
Penyimpan benih dilakukan untuk mengusahakan agar benih dapat
dipertahankan mutu fisiologisnya yang sudah mencapai maksimum pada saat

6

masak fisiologis dalam periode selama mungkin (Mugnisjah, 2007). Penyimpanan
benih yang baik akan mempengaruhi viabilitasnya, sehingga didapat ketersediaan
benih bervigor tinggi sebelum ditanam walaupun benih telah disimpan lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama di tempat
penyimpanan antara lain faktor internal dan eksternal benih. Faktor internal benih
meliputi kadar air, sifat genetik dan viabilitas awal benih. Sedangkan faktor
eksternal atau lingkungan antara lain suhu ruang simpan, kelembaban, oksigen,
mikroorganisme dan manusia (Justice dan Bass, 2002). Mugnisjah (2007)
menambahkan, faktor-faktor yang mempengaruhi daya simpan benih adalah sifat
genetis benih, kondisi benih sebelum disimpan, dan lingkungan simpan benih.
Faktor genetik yang mempengaruhi daya simpan benih adalah struktur dan
komposisi kimia benih. Faktor kondisi benih prasimpan yang mempengaruhi daya
simpan benih adalah kadar air benih, kematangan benih, kebersihan benih, dan
kerusakan fisik benih. Faktor lingkungan yang mempengaruhi daya simpan benih
adalah faktor abiotis (suhu dan kelembaban nisbi) dan faktor biotis seperti
serangga, cendawan, dan mikroorganisme lainnya.
Benih yang akan disimpan harus bertitik tolak dari viabilitas awal yang
semaksimum mungkin untuk dapat mencapai waktu simpan yang lama. Karena
selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal
tersebut, dan laju kemundurannya tidak dapat dihentikan. Pemilihan benih serta
cara penyimpanan yang baik merupakan cara untuk mengurangi kemunduran
benih, sehingga laju kemunduran viabilitas benih dapat diatasi sekecil mungkin
(Sutopo, 2002).

Pelapisan Benih
Pelapisan benih (seed coating) merupakan salah satu metode seed
enhancement, yakni metode untuk memperbaiki mutu benih menjadi lebih baik
dengan menambahkan suatu zat terhadap benih seperti insektisida, fungisida, hara
mikro, dan komponen lainnya yang dapat membantu mengoptimumkan
perkecambahan benih di semua kondisi lingkungan (Copeland dan McDonald,
2001). Menurut Ilyas (2003) penggunaan seed coating dalam industri benih sangat
efektif karena dapat memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya simpan,

7

mengurangi tertular penyakit dari benih disekitarnya, dan dapat digunakan sebagai
pembawa zat aditif, misalnya: antioksidan, antimikroba, repellent, mikroba
antagonis dan zat pengatur tumbuh. Coating dilakukan untuk melindungi kualitas
fisik benih serta melindungi benih dari pengaruh lingkungan saat proses
penyimpanan.
Bahan pelapis yang akan digunakan untuk melapisi benih harus memenuhi
persyaratan antara lain sebagai berikut: (1) dapat mempertahankan kadar air benih
selama penyimpanan, (2) dapat menghambat laju respirasi seminimal mungkin,
(3) tidak bersifat toxic terhadap benih, (4) bersifat mudah pecah dan larut apabila
terkena air sehingga tidak menghambat proses imbibisi untuk perkecambahan, (5)
bersifat porous sehingga benih masih dapat memperoleh oksigen untuk proses
respirasi dan (6) tidak mudah mencair. Jenis bahan yang biasa digunakan dalam
pelapisan benih antara lain adalah diatomae, charcoal, clay, vermiculite,
methylethyl cellulose, gum Arabic, polyvinyl alcohol, dan gula (Kuswanto, 2003).

Methylobacterium spp
Bakteri dari genus Methylobacterium disebut juga pink pigmented
facultative methylotroph (PPFM) dikarenakan pigmentasi khas berwarna merah
muda (Lidstrom dan Chistoserdova, 2002). Bakteri ini secara umum berada pada
filosfer di semua jenis tanaman. Bakteri ini juga ditemukan di dalam tanah, benih
dan bagian tanaman lainnya (Ryu, 2006).
Bakteri ini dapat berkembang pada gugus karbon tunggal seperti metanol
yang dimanfaatkan sebagai sumber energi (Green dalam Jourand et al. (2004)).
Methylobaceterium spp berkembang biak pada permukaan daun di dekat stomata
(Gambar 4) dengan memanfaatkan metanol yang dilepas oleh stomata.

Gambar 4. Koloni Methylobacterium spp di stomata tanaman bunga matahari
Sumber: Kutschera, U. 2007

8

Klasifikasi bakteri Methylobacterium spp adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Bacteria

Divisi

: Proteobacteria

Sub Divisi

: Alpha Proteobacteria

Ordo

: Rhizobiales

Family

: Methylobacteriaceae

Spesies

: Methylobacterium sp.

Karakter dari bakteri ini antara lain bersifat aerob, merupakan Gram
negatif dan berbentuk batang. Bersifat aerob artinya membutuhkan oksigen dalam
perkembangannya. Perbedaan antara bakteri Gram negatif dengan bakteri Gram
positif menurut Pelzar dan Chan (1986) adalah terletak pada kandungan lipid dan
ketebalan dinding sel. Bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang lebih
tinggi dan dinding sel yang lebih lebih tipis dibandingkan bakteri Gram positif.
Bakteri ini berukuran 1-8 µm dan setiap selnya mengandung poli β-hidroksibutirat
Patt et al. (1976).
Keberadaan bakteri Methylobacterium dapat meningkatkan viabilitas
benih dan menstimulasi perkecambahan benih serta pertumbuhan tanaman dengan
cara memproduksi fitohormon. Fitohormon tersebut diantaranya adalah auksin
(IAA), giberelin (GA3) dan sitokinnin (trans zeatin). Kandungan fitohormon
tersebut beragam tergantung dari strain PPFM itu sendiri, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Widajati et al. (2008) mengemukakan bahwa Methylobacterium
spp strain TD-TPB3 memiliki kandungan giberelin yang paling tinggi sekitar
129.83 ppm yang berguna untuk menstimulasi tanaman menghasilkan bunga
sebelum waktunya (vernalisasi), sedangkan strain TD-J7 memiliki kandungan
trans zeatin yang paling tinggi sekitar 74.37 ppm yang berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan daun lebih cepat.

Tepung Curcuma
Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu jenis temu-temuan atau
lebih dikenal dengan jahe-jahean. Berikut ini adalah klasifikasi dari kunyit:
Kelas

: Monocotyledonae

Divisi

: Spermatophyta

9

Sub Divisi

: Angiberales

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Spesies

: Curcuma longa

Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang berfungsi sebagai antioksidan
sehingga dapat menangkal radikal bebas yang dapat merusak benih dan
menurunkan viabilitas benih. Menurut Justice dan Bass (2002) proses oksidasi
yang terjadi selama benih disimpan dapat memutuskan ikatan rangkap asam
lemak tak jenuh sehingga menghasilkan radikal-radikal bebas yang dapat bereaksi
dengan lipida lainnya sehingga menyebabkan rusaknya struktur membran sel.
Senyawa kurkumin yang terkandung dalam kunyit ada dua jenis yaitu
desmethoxycurcumin dan bis-desmethoxycurcumin (Akram et al., 2010). Dalam
pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal
radikal bebas dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang
bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat
(Winarsi, 2007).
Coating

benih

dengan

menggunakan

tepung

curcuma

dapat

mempertahankan viabilittas benih. Asih (2012) melaporkan perlakuan coating
tepung curcuma 100 ppm mampu mempertahankan viabilitas benih hingga 13
MSS (Minggu Setelah Simpan) dengan nilai DB 85.3%.

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah-Balai
Penelitian Tanah, Cimanggu Bogor; PT. East West, Purwakarta serta
Laboratorium

Ilmu

dan

Teknologi

Benih,

Departemen

Agronomi

dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB pada bulan Januari sampai dengan Juli 2012.

Bahan dan Alat
Benih yang digunakan dalam pelitian ini adalah benih padi hibrida tiga
varietas yaitu DG-1, SL-8 dan INTANI-2. Benih varietas DG-1 tanggal panennya
adalah 16 September 2011, SL-8: 26-27 September 2011 dan INTANI-2: 11
Februari 2012. Bahan yang digunakan untuk pelapis benih yaitu isolat
Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3, TD-TM1 yang merupakan koleksi
Laboratorium Biologi Tanah-Balai Penelitian Tanah dan tepung curcuma. Media
perbanyakan bakteri serta media perkecambahan.
Alat-alat yang akan digunakan meliputi Laminar air flow, autoclaf,
inkubator bakteri, rotary shaker, jarum ose, mikropipet, sealer, rotary coating,
cawan porselin, timbangan, germinator, alat pengepres kertas, labu takar, gelas
ukur dan moisture tester.

Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak
Tersarang. Petak utama adalah periode simpan yaitu 0, 3, 6, 9, 12, 15 minggu
dengan anak petak formulasi coating sebagai berikut :
C0 = Kontrol (tanpa coating)
C1 = Polimer + TD-J7
C2 = Polimer + TD-TPB3
C3 = Polimer + TD-TM1
C4 = Polimer + Tepung Curcuma

11

Penelitian menggunakan tiga ulangan, sehingga didapatkan 90 satuan
percobaan. Penelitian dengan menggunakan rancangan yang sama akan dilakukan
pada tiga varietas padi hibrida. Berikut ini merupakan model rancangan dalam
percobaan ini :
Yijk = μ + τi + (ατ)ij + βk + (τβ)ik + εijk
Yijk

= respon pengamatan faktor 1 perlakuan ke-i, faktor 2 perlakuan
ke- j, ulangan ke-k

μ

= nilai rataan umum

τi

= petak utama (periode simpan) perlakuan ke-i

(ατ)ij = ulangan tersarang dalam penyimpanan
βk

= komposisi coating isolat Methylobacterium spp perlakuan ke-j

(τβ)ik = Interaksi penyimpanan dengan komposisi coating isolat
Methylobacterium spp
εijk

= pengaruh galat percobaan (experimental error)

Data hasil percobaan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dan uji
lanjut Duncan Multiple Rang Test (DMRT) pada taraf nyata 5 %.

Pelaksanaan penelitian
Perbanyakan Isolat Methylobacterium spp
Media kultur yang digunakan untuk perbanyakan bakteri adalah media
amonium mineral salt (AMS) (Tabel Lampiran 1) dengan pH=7. Media kultur
yang telah dibuat kemudian disterilisasi selama 15 menit pada suhu 121oC dengan
tekanan 1 atm. Media padat digunakan untuk menumbuhkan dan memperbanyak
isolat bakteri dengan cara penggoresan (Gambar 5). Setiap cawan petri digores
sebanyak satu ose dan setelah itu diinkubasi selama tujuh hari pada suhu ruang.

12

Gambar 5. Isolat Methylobacterium spp di media padat
Inokulasi isolat bakteri pada media AMS cair (Gambar 6) dilakukan
dengan menambahkan bakteri dari media padat sebanyak satu ose. Isolat bakteri
dikembangbiakkan pada rotary shaker selama tujuh hari dengan kecepatan 112
rpm.

Gambar 6. Isolat Methylobacterium spp di media cair

Pelapisan Benih
Benih dilapisi dengan polimer yang berasal dari PT. East West,
Purwakarta

Indonesia.

Perbandingan

antara

polimer

dengan

isolat

Methylobacterium spp adalah 10:19. Tepung curcuma yang digunakan sebanyak
10 g untuk 220 g benih. Coating dilakukan dengan alat rotary coating, kemudian
dikeringkan dengan menggunakan air dryer selama dua jam dan setelah itu
dikeringkan dengan matahari sampai dengan kadar air sekitar 7-8%. Benih
disimpan ketika kadar air awal varietas DG-1 sebesar 8.4%, SL-8 sebesar 8.3%
dan INTANI-2 sebesar 7.6%.

13

Penyimpanan Benih
Benih dikemas dengan menggunakan plastik polyethylen ukuran 10x15
dan kemudian di-seal (Gambar 7). Kemasan dimasukkan ke dalam kotak dan
disimpan dalam kondisi suhu kamar antara 27-31oC dengan kelembaban udara
sekitar 57-60%.

Gambar 7. Kemasan benih
Pengujian Viabilitas
Benih diuji viabilitasnya setiap tiga minggu dengan menggunakan metode
uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Setiap perlakuan terdiri dari
tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 50 butir benih. Benih kemudian
dikecambahkan di dalam alat pengecambah benih (APB IPB 73-2A/ B).

Pengamatan
Dalam penelitian ini ada beberapa peubah yang akan diamati. Diantaranya
yaitu Kadar Air (KA), Daya Berkecambah pada hari ke-5 dan hari ke-7 (DB),
Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), Potensi Tumbuh Maksimum (PTM),
Kecepatan Tumbuh (KCT), Indeks Vigor (IV). Penjelasan lebih lanjut adalah
sebagai berikut:
1. Kadar Air (KA)
Kadar air benih diukur setiap periode simpan. Jumlah benih yang
digunakan adalah 1 gram untuk setiap ulangan yang sebelumnya telah
dihaluskan dengan menggunakan blender. Benih yang telah halus kemudian
dioven pada suhu 1050C selama 17 ± 1 jam. Kadar air dihitung dengan rumus:

14

Dimana:
M1 : berat cawan (gram)
M2 : berat cawan + tutup dan benih sebelum dioven (gram)
M3 : berat benih + tutup dan benih setelah dioven (gram)

2. Daya Berkecambah (DB)
Daya Berkecambah merupakan tolok ukur yang mengindikasikan
viabilitas potensial (Vp). Penghitungan DB menggunakan metode uji kertas
digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) berdasarkan persentase kecambah
normal (KN) pada pengamatan I (hari ke-5) dan pengamatan II (hari ke-7).
Rumus yang digunakan:

Keterangan:
P1 : Pengamatan pertama pada hari ke-5 setelah tanam
P2 : Pengamatan kedua pada hari ke-7 setelah tanam

3. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)
Berat kering kecambah Normal (BKKN) merupakan tolok ukur yang
mengindikasikan viabilitas potensial (Vp). Pengukuran BKKN dilakukan pada
kecambah berumur 7 HST. Struktur kecambah dipisahkan dari cadangan makanan
benih, kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan dioven pada suhu 60oC
selama 72 jam. Selanjutnya, kecambah dimasukkan dalam desikator ± 45 menit,
kecambah kering kemudian ditimbang dengan timbangan dua desimal.
4. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum (PTM) merupakan tolok ukur yang
mengindikasikan viabilitas total (VT). Penghitungan PTM didasarkan pada benih
yang tumbuh (berkecambah) sampai hari ke-7 setelah tanam. Rumus untuk
menghitung PTM adalah:

15

Dimana :
ΣKN = jumlah kecambah normal sampai akhir pegamatan
ΣKAb = jumlah kecambah abnormal sampai akhir pegamatan
5.

Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh (KCT) merupakan tolok ukur yang mengindikasikan

vigor kekuatan tumbuh. Perhitungan kecepatan tumbuh didasarkan pada
akumulasi kecepatan tumbuh harian dalam unit tolok ukur presentase per hari
dengan rumus:

dimana: 1 et mal = 24 jam
6. Indeks Vigor (IV)
Perhitungan didasari persentase kecambah normal (KN) pada hitungan
pertama pada uji daya berkecambah yaitu 5 HST untuk benih padi, dengan rumus:

1. Kecambah
normal
2. Kecambah
abnormal

1
2

Gambar 8. Kecambah normal dan abnormal

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Percobaan 1. Pengaruh Pelapisan Benih terhadap Daya Simpan Benih Padi
Hibrida Varietas DG-1
Rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 3-8) pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur
KA, DB, BKKN, IV dan KCT. Faktor tunggal pelapisan benih berpengaruh sangat
nyata terhadap tolok ukur KA dan BKKN serta berpengaruh nyata terhadap DB.
Interaksi antara periode simpan dan pelapisan benih tidak berpengaruh nyata
terhadap semua tolok ukur.
Tabel 1.

Tolok Ukur
KA
DB
PTM
BKKN
IV
KCT
Keterangan:

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan,
pelapisan benih, dan interaksinya terhadap KA, DB, PTM,
BKKN, IV dan KCT pada benih padi hibrida varietas DG-1.

Periode
Simpan
**
**
tn
**
**
**

Perlakuan
Pelapisan
Benih (C)
**
*
tn
**
tn
tn

Interaksi
(PxC)
tn
tn
tn
tn
tn
tn

KK (%)
13.4%
4.8%
2.6%
10.0%
10.9%
9.4%

** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%
tn = tidak berpengaruh nyata

Kadar air isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada Tabel 2 nyata lebih rendah
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai kadar air coating dengan isolat TDJ7 dan TPB3 sebesar 9.44% dan 9.18% lebih rendah dibandingkan dengan kontrol
yang nilainya sebesar 10.47%. Tepung curcuma dan isolat TD-TM1 menunjukkan
nilai KA tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol. Kadar air nyata mengalami
penurunan pada periode simpan 9 dan 12 minggu, kemudian nyata mengalami
peningkatan pada minggu ke-15.

17

Tabel 2.

Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TPB3
TD-TM1
Curcuma
Rata-rata

Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih
terhadap KA
Periode Simpan (minggu)

0
3
6
9
12
15
…….…….………………%....................................
11.5
11.3
8.7
9.7
10.3
11.3
9.8
11.6
9.7
8.7
9.7
10.0
8.8
10.2
9.7
7.3
8.0
11.0
10.7
12.5
11.3
9.0
9.6
11.0
10.6
11.6
10.7
9.7
9.0
11.7
10.3 ab

10.9 a

10.0 ab

8.8 c

9.3bc

Ratarata
10.5 a
9.4 b
9.2 b
10.7 a
10.5 a

11.0 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK = 13.4%

Daya berkecambah pada curcuma nyata lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan lainnya tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap isolat TD-TM1,
TD-J7 dan kontrol. Nilai daya berkecambah nyata mengalami peningkatan dari
periode penyimpanan 0 minggu hingga 15 minggu (Tabel 3).
Tabel 3.

Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TPB3
TD-TM1
Curcuma
Rata-rata

Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih
terhadap DB

0

Periode Simpan (minggu)
3
6
9
12

15

…….…….………………%....................................
84.7
94.7
94.7
96.0
98.0
95.3
89.3
96.0
90.0
95.3
95.3
97.3
90.7
98.0
97.3
96.0
98.0
95.3
95.3
92.0
90.7
96.0
94.7
93.3
81.3
90.0
89.3
98.7
90.7
94.7
88.3 c 94.1 ab 92.4 b
96.4 a 95.3 ab 95.2 ab

Ratarata
93.9 ab
93.9 ab
95.9 a
93.7 ab
90.8 b

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK = 4.8%

Berat kering kecambah normal pada kontrol nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan coating. Coating tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai BKKN dan menunjukkan nilai yang sama pada semua perlakuan.
Nilai BKKN nyata mengalami peningkatan dari periode simpan 0 minggu hingga
15 minggu (Tabel 4).

18

Tabel 4.

Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TPB3
TD-TM1
Curcuma
Rata-rata

Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih
terhadap BKKN

Periode Simpan (minggu)
0
3
6
9
12
15
…….…….………………g.....................................
0.37
0.42
0.37
0.41
0.34
0.39
0.31
0.34
0.35
0.36
0.30
0.39
0.31
0.35
0.36
0.40
0.28
0.36
0.31
0.35
0.37
0.37
0.30
0.35
0.34
0.34
0.32
0.35
0.30
0.37
0.33 b
0.36 a
0.35 a
0.38 a
0.30 c
0.37 a

Ratarata
0.38 a
0.34 b
0.34 b
0.34 b
0.34 b

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK = 10.0%

Tabel 5 menunjukkan nilai indeks vigor nyata mengalami peningkatan
dari periode simpan 0 minggu sampai dengan 15 minggu. nilai indeks vigor
tertinggi terjadi pada minggu ke-9 dengan nilai 94.5%.
Tabel 5.
Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TPB3
TD-TM1
Curcuma
Rata-rata

0

Pengaruh periode simpan terhadap IV
Periode Simpan (minggu)
3
6
9
12

15

…….…….………………%....................................
64.0
83.3
84.7
93.3
89.3
91.3
75.3
76.0
70.7
94.0
93.3
96.0
75.3
83.3
88.0
94.0
93.3
92.7
91.3
68.0
84.0
94.7
86.0
91.3
62.0
80.0
83.3
96.7
83.3
93.3
73.6 d 78.1 cd 82.1 bc 94.5 a 89.1 ab 92.9 a

Ratarata
84.3
84.2
87.8
85.9
83.1

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK = 10.9%

Kecepatan tumbuh pada awal periode simpan 0 dan 3 minggu nyata lebih
rendah dibandingkan dengan periode simpan minggu selanjutnya. Kecepatan
tumbuh nyata mengalami peningkatan pada minggu ke-9 dengan nilai 23.7%KN/
etmal, kemudian nyata mengalami penurunan pada minggu ke-12 dengan nilai
21.0%KN/ etmal dan nyata mengalami peningkatan kembali pada minggu ke-15
dengan nilai 23.3%KN/ etmal (Tabel 6).

19

Tabel 6.
Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TPB3
TD-TM1
Curcuma
Rata-rata

Pengaruh periode simpan terhadap KCT

Periode Simpan (minggu)
0
3
6
9
12
15
…….…….…………%KN/ etmal..................................
20.0
19.7
22.7
24.3
22.2
24.0
18.4
19.0
21.5
24.3
21.7
24.0
15.3
19.6
22.4
23.8
21.0
22.7
18.6
17.0
21.6
22.8
20.8
23.3
17.6
19.4
21.5
23.7
19.4
22.5
18.0 d
19.0 d 21.9 bc 23.7 a
21.0 c 23.3 ab

Ratarata
22.1
21.5
20.8
20.7
20.7

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK = 9.4%

Percobaan 2: Pengaruh Pelapisan Benih terhadap Daya Simpan benih Padi
Hibrida Varietas SL-8
Rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 9-14) pada Tabel 7
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang berpengaruh sangat nyata antara
periode simpan dengan pelapisan benih pada tolok ukur IV dan berpengaruh nyata
pada BKKN. Faktor tunggal pelapisan benih berpengaruh sangat nyata pada tolok
ukur KA. Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok
ukur KA, BKKN, IV dan KCT serta berpengaruh nyata pada DB.
Tabel 7.

Tolok Ukur
KA
DB
PTM
BKKN
IV
KCT
Keterangan:

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan,
pelapisan benih, dan interaksinya terhadap tolok ukur KA,
DB, PTM, BKKN, IV dan KCT pada benih padi hibrida
varietas SL-8.

Periode
Simpan
**
*
tn
**
**
**

Perlakuan
Pelapisan
Interaksi
Benih (C)
(PxC)
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
tn
**
tn
tn

** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%
tn = tidak berpengaruh nyata

KK (%)
13.8%
5.3%
5.0%
9.7%
8.5%
9.7%

20

Kadar air benih isolat TD-TM1 nyata lebih rendah dibandingkan dengan
perlakuan lain. Sampai dengan periode simpan 15 minggu KA nyata dapat
dipertahankan dengan nilai rata-rata sebesar 11.0%. Kadar air nyata mengalami
peningkatan dari periode simpan 9 sampai 15 minggu (Tabel 8).

Tabel 8.

Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TPB3
TD-TM1
Curcuma
Rata-rata

Pengaruh periode simpan dan perlakuan pelapisan benih
terhadap KA

Periode Simpan (minggu)
0
3
6
9
12
15
…….…….………………%....................................
10.9
10.4
10.7
10.0
9.0
11.7
11.0
9.9
11.0
7.7
9.6
11.0
11.0
10.6
11.7
10.0
11.0
11.7
8.0
7.9
9.7
7.7
8.6
10.0
10.3
11.0
11.3
10.0
9.7
10.7
10.2 ab 10.0 abc 10.9 a
9.1 c
9.6 bc
11.0 a

Ratarata
10.4 a
10.0 a
11.0 a
8.6 b
10.5 a

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK =13.8%

Daya berkecambah nyata mengalami penurunan dari periode simpan 0
minggu hingga 15 minggu. Nilai daya berkecambah terendah terjadi pada saat
periode simpan 6 minggu dengan nilai sebesar 87.3% (Tabel 9).
Tabel 9.
Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TPB3
TD-TM1
Curcuma
Rata-rata

Pengaruh periode simpan terhadap DB

Periode Simpan (minggu)
0
3
6
9
12
15
…….…….………………%....................................
96.7
89.3
82.0
94.0
92.7
90.0
94.7
92.0
85.3
90.7
93.3
85.3
89.3
88.0
91.3
88.0
89.3
89.3
95.3
92.7
89.3
97.3
97.3
90.0
92.7
86.7
90.7
91.3
88.7
93.3
93.7 a 89.7 bc 87.3 c 92.3 ab 92.3 ab 89.6 bc

Ratarata
90.8
90.2
89.2
93.7
90.6

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK = 5.3%

Kecepatan tumbuh nyata masih dapat dipertahankan sampai dengan
periode simpan 15 minggu dengan nilai 21.2%KN/ etmal (Tabel 10).

21

Tabel 10. Pengaruh periode simpan terhadap KCT
Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TPB3
TD-TM1
Curcuma
Rata-rata

Periode Simpan (minggu)
0
3
6
9
12
15
…….…………………%KN/ etmal..................................
21.8
19.2
19.0
22.1
20.4
20.9
20.8
20.8
15.4
22.5
20.1
21.0
21.1
17.8
20.1
21.4
19.6
20.6
21.4
18.9
21.6
23.7
21.7
22.0
21.7
16.4
22.0
22.4
20.2
21.7
21.4 ab 18.5 d 19.6 cd 22.4 a 20.4 bc 21.2 ab

Ratarata
20.6
20.0
20.1
21.5
20.7

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK =9.7%

Nilai BKKN pada perlakuan TD-TM1 nyata lebih rendah dari perlakuan
lain pada periode penyimpanan 0 minggu. Semua perlakuan menunjukkan nilai
yang sama pada minggu ke-15. Perlakuan tanpa coating (kontrol) dan TD-TPB3
terjadi penurunan yang nyata pada periode penyimpanan 15 minggu, sedangkan
perlakuan coating isolat TD-J7, TD-TM1 dan curcuma nyata tidak mengalami
penurunan (Tabel 11).

Tabel 11. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih
terhadap BKKN
Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TD-TPB3
TD-TM1
Curcuma

Periode Simpan (minggu)
0
3
6
9
12
15
…….…….………………g..........................................
0.46 a
0.38 b-e
0.33 e
0.41 a-d
0.43 a-c
0.38 b-e
0.40 a-e 0.37 b-e
0.34 de
0.37 c-e
0.34 de
0.37 c-e
0.45 ab
0.35 de
0.30 a-e
0.39 a-e
0.35 de
0.34 de
0.35 de
0.38 b-e
0.42 a-c
0.44 a-c
0.38 b-e
0.39 a-e
0.41 a-d 0.37 c-e
0.36 c-e
0.40 a-e
0.35 d-e 0.38 b-e

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% dengan
KK = 9.7%

Niali indeks vigor pada semua perlakuan nyata tidak mengalami
penurunan sampai dengan minggu ke-15. Indeks vigor tetap bisa dipertahankan
sebesar 86.5 % pada awal penyimpanan dan pada akhir penyimpanan sebesar 85.7
% (Tabel 12).

22

Tabel 12. Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih
terhadap IV
Periode Simpan (minggu)
0
3
6
9
12
15
…….…….………………%..........................................
91.3 ab
76.0 c-g
67.3 g
90.0 ab
84.0 a-e
88.7 a-c
84.7 a-d 85.3 a-c
68.7 fg
88.0 a-c
90.0 ab
80.7 b-f
81.3 a-f
67.3 g
84.7 a-d
86.7 a-c 72.0 d-g 87.3 a-c
86.7 a-c 79.3 b-g
88.0 a-c
94.7 a
87.3 a-c
84.0 a-e
88.7 a-c 71.3 e-g
90.0 ab
88.0 a-c
86.7 a-c
88.0 a-c

Perlakuan
Benih
Kontrol
TD-J7
TD-TPB3
TD-TM1
Curcuma

Angka yang diikuti oleh huruf yan