Pengaruh aplikasi isolat Methylobacterium spp terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman cabai (Capsicum annuum L.)

i

PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN
CABAI (Capsicum annuum L.)

MARIA AZIZAH
A24063489

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

i

RINGKASAN
MARIA AZIZAH. Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap
Pertumbuhan dan Daya Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.).
(Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan SELLY SALMA).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi isolat

Methylobacterium spp terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman cabai
(Capsicum annuum L.). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Unit Kebun Percobaan Cikabayan Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember
2010.
Penelitian dilaksanakan berdasarkan model Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama yaitu frekuensi aplikasi
isolat Methylobacterium spp yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: (1) rendam air dan
tanpa penyemprotan isolat Methylobacterium spp, (2) perendaman benih dengan
isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap dua bulan sekali sampai
berumur 4 bulan, (3) perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan
penyemprotan setiap satu bulan sampai tanaman berumur 4 bulan. Faktor kedua
adalah dosis pemupukan yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: (1) tanpa pemupukan, (2)
pemupukan 7.5 g Urea, 13 g SP-18, dan 6 g KCl per 5 kg media, (3) pemupukan
15 g Urea, 27 g SP-18, dan 12 g KCl per 5 kg media. Isolat yang digunakan
adalah Methylobacterium spp strain TD-J7 yang diisolasi dari daun jagung dan
TD-TPB3 yang diisolasi dari terong bulat.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang pada

pengamatan mingguan. Perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium
spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik pada pertumbuhan tanaman cabai
yang ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman 15.4% pada 2 MST dan
12.5% pada

13 MST, meningkatnya jumlah daun 40.9% pada 7 MST, dan

meningkatnya jumlah cabang 25.4% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol.

ii

Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan
setiap satu bulan secara nyata meningkatkan jumlah bunga pada 14 dan 17 MST,
bobot buah pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST, serta meningkatkan total jumlah
bunga dan total bobot buah cabai. Total bobot buah meningkat dari 63.25 gram
menjadi 134.21 gram pada perlakuan tanpa pemupukan, meningkat dari 164.66
gram menjadi 331.32 gram pada pemupukan setengah dosis dan meningkat dari
102.26 gram menjadi 309.67 gram pada pemupukan satu dosis rekomendasi.
Pemupukan setengah dosis tidak menunjukkan beda nyata dengan satu
dosis rekomendasi pemupukan.


iii

PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN
CABAI (Capsicum annuum L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MARIA AZIZAH
A24063489

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

iv


Judul : PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL
TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)
Nama : MARIA AZIZAH
NRP : A24063489

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Eny Widajati, MS
NIP. 19610106 198503 2 002

Dra. Selly Salma, MSi.
NIP. 19630714 199003 2 001


Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Pengesahan :

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 10
Februari 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Tego
Siyo dan Ibu Robiatul Adadiyah. Penulis lulus dari SDN 05 Purwoharjo pada
tahun 2000, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1
Cluring. Penulis menyelesaikan sekolah menengah umum di SMU Negeri 1
Genteng, Banyuwangi dan lulus pada tahun 2006.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2006. Selanjutnya pada tahun 2007

penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis
menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Ilmu dan Teknologi Benih,
asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi, dan menjadi pengurus
Organisasi Mahasiswa Daerah Lare Blambangan-Banyuwangi.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian yang berjudul
Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap Pertumbuhan dan Daya
Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) dan merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.


Dr. Ir. Eny Widajati, MS dan Dra. Selly Salma, MSi. selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

3.

Dr. Ir. Anas D. Susila MS selaku dosen pembimbing akademik.

4.

Segenap staf Laboratorium Mikrobiologi BB-Biogen dan staf Kebun
Percobaan Cikabayan yang telah membantu selama proses penelitian.

5.


Ayah, Ibu dan Adik di rumah atas doa dan dukungannya.

6.

Ita, Dina, Sabti, Yulitha, Kiki, Vivi, Puput, Lina, Lastri, Sri, dan teman-teman
AGH 43 atas dukungan dan kebersamaannya .
Penulis berharap semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Maret 2011

Penulis

vii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................


ix

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan .....................................................................................................
Hipotesis .................................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Botani Cabai ...........................................................................................
Budidaya Cabai ......................................................................................
Methylobacterium spp ............................................................................
Zat Pengatur Tumbuh .............................................................................

4
4

5
6
9

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Tempat dan Waktu .................................................................................
Alat dan Bahan .......................................................................................
Metode Penelitian ...................................................................................
Pelaksanaan ............................................................................................
Pengamatan ............................................................................................

12
12
12
12
13
16

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Daya Tumbuh .........................................................................................

Tinggi Tanaman .....................................................................................
Jumlah Daun ...........................................................................................
Jumlah Cabang .......................................................................................
Jumlah Bunga .........................................................................................
Bobot Buah .............................................................................................

17
17
18
20
22
23
26

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 31
Kesimpulan ............................................................................................. 31
Saran ....................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32
LAMPIRAN ................................................................................................ 36

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium sppdan Pemupukan terhadap Tinggi
Tanaman Cabai. .......................................................................... 18

2.

Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap
Tinggi Tanaman Cabai. .............................................................. 19

3.

Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium spp dan Aplikasi Pemupukan terhadap
Jumlah Daun Cabai ..................................................................... 20

4.

Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap
Jumlah Daun Cabai. .................................................................... 21

5.

Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap
Jumlah Cabang Cabai ................................................................. 22

6.

Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap
Jumlah Cabang Cabai. ................................................................ 23

7.

Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap
Jumlah Bunga Cabai ................................................................... 24

8.

Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap
Jumlah Bunga Cabai yang terbentuk setiap MST. ..................... 24

9.

Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan
terhadap Total Jumlah Bunga Cabai (11-18 MST) .................... 26

10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap
Bobot Buah Cabai ....................................................................... 27
11. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan
terhadap Bobot Buah Cabai setiap MST .................................... 27
12. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan

terhadap Total Bobot Buah Cabai (15-23 MST) ........................ 29

ix

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Jumlah bunga yang terbentuk setiap minggu
pada 11-18 MST.............................................................................. 25
2. Bobot buah yang dipanen setiap minggu

pada 15-23 MST.............................................................................. 28

x

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai ................... 37

2.

Buah yang dipanen pada 20 MST ................................................... 38

3.

Komposisi media Amonium Mineral Salt (AMS) per 1 Liter ......... 39

4.

Komposisi Trace Element per 100 ml ............................................. 39

5.

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan
Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai pada 13 MST .......... 39

6.

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan
Pemupukan terhadap Jumlah Daun pada 7 MST ............................ 39

7.

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan
Pemupukan terhadap Jumlah Cabang pada 10 MST....................... 40

8.

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan
Pemupukan terhadap Jumlah Bunga pada 15 MST ........................ 40

9.

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan
Pemupukan terhadap Total Jumlah Bunga ...................................... 40

10. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan
Pemupukan terhadap Bobot Buah pada 19 MST. ........................... 41
11. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan

Pemupukan terhadap Total Bobot Buah. ........................................ 41

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang memiliki potensi sebagai jenis sayuran buah untuk dikembangkan karena
cukup penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional
maupun komoditas ekspor. Kandungan buah cabai meliputi vitamin A, vitamin C,
air, protein, lemak, karbohidrat, serat mineral dan minyak esensial (Ashari, 2006).
Produk hortikultura merupakan produk yang rentan terhadap kerusakan dan
dipasarkan dalam kondisi yang segar. Oleh karena itu dibutuhkan produk dalam
jumlah besar setiap tahun.
Produksi nasional cabai pada tahun 2009 sebesar 1 378 727 ton dengan
produktivitas 5.89 ton per ha (BPS, 2011). Permintaan cabai akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Selain untuk konsumsi
rumah tangga, cabai juga digunakan sebagai bahan dasar industri makanan. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan usaha perbaikan pada
budidaya cabai. Cara yang dilakukan antara lain penggunaan benih bermutu, cara
budidaya tanaman yang baik dan penanganan pasca panen yang baik sehingga
produk yang diterima konsumen memiliki mutu yang baik. Salah satu cara yang
dapat dilakukan dalam mengoptimalkan produksi tanaman cabai adalah dengan
melakukan aplikasi bakteri yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.
Bakteri Pink Pigmented Facultative Methylotroph (PPFM) merupakan
bakteri methylotrof dari kelompok Methylobacterium yang banyak ditemukan di
alam. Bakteri filosofer PPFM berinteraksi dengan tanaman dan memanfaatkan
substrat senyawa karbon tunggal (C1) seperti metanol dan metilamida.
Methylobacterium sp dapat ditemukan pada permukaan daun berbagai jenis
tanaman, lumut dan paku-pakuan. Menurut Ismail (2002) bakteri PPFM dapat
ditemukan pada permukaan daun tanaman nangka, rambutan, belimbing dan
sawo. Bakteri PPFM juga ditemukan pada tanaman sayuran lalapan seperti
pohpohan, selada, kemangi,dan kecambah kacang hijau (Riupassa, 2003). Salma
et al. (2005) menambahkan bahwa bakteri ini dapat ditemukan pada daun kantong
semar, anggrek hitam, durian lai dan ulap doyo.

2

Lidstrom
Methylobacterium

dan
sp.

Christoserdova
dapat

menstimulasi

(2002)

menyatakan

pertumbuhan

bahwa

tanaman

dan

perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, menstimulasi terbentuknya
IAA, protein quinon dan vitamin B12. Widajati et al. (2008) menambahkan bahwa
isolat tipe TD-TPB3 juga mampu memproduksi giberelin sebesar 129.83 ppm.
Menurut penelitian Afifah (2009) penggunaan Methylobacterium spp tipe
TD-J10 dapat berpengaruh terhadap invigorasi benih cabai rawit dengan
meningkatkan KCT sebesar 9.24% KN/etmal dan meningkatkan bobot kering
kecambah normal (BKKN) pada benih sebesar 64% dengan viabilitas awal
rendah.

Aplikasi Methylobacterium spp tipe TD-J2 dapat meningkatkan DB

benih sebesar 38% dan Indeks vigor benih sebesar 1.5 kali pada benih dengan
viablitas rendah dan 1.1 kali ada benih dengan viabilitas sedang. Selain itu Goni
(2010) menyatakan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3
dengan cara rendam+semprot pada tanaman cabai dapat meningkatkan jumlah
daun, bobot kering bibit dan persentase bibit berbunga sebesar 2.4 helai, 0.142 g,
dan 10.9 % pada benih dengan viabilitas awal 62%. Sedangkan pada benih dengan
viabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun 4.3 helai,
dan persentase bibit berbunga 30.5%. Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan
aplikasi isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7 dan TD-TPB3
dengan perendaman dan penyemprotan dapat meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman cabai.
Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai diketahui karena adanya
koordinasi dari auksin, sitokinin dan giberelin yang seimbang pada sistem
pertumbuhan tanaman. Auksin berperan dalam mendorong pemanjangan sel,
pembelahan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukan akar.
Sitokinin berperan dalam morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas,
pembentukan umbi pada kentang, pemecahan dormansi, dan pembukaan stomata
(Wattimena et al., 1992). Giberelin berperan dalam mengontrol proses-proses
perkembangan tanaman yang meliputi perkecambahan, pemanjangan sel, dan
perkembangan bunga dan benih (Lakitan, 1996).
Holland dan Pollaco (1992) menyatakan bahwa beberapa jenis
Methylobacterium berhubungan dengan metabolisme nitrogen pada tanaman

3

dengan menggunakan urease bakteri. Selain itu Sy et al. (2001) menyatakan
bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen
dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan.
Fiksasi nitrogen (pengikatan nitrogen atmosfer menjadi ammonium) tersebut
dapat terjadi karena adanya aktivitas enzim nitrogenase yang dihasilkan oleh
bakteri.
Berdasarkan penelitian tersebut isolat Methylobacterium spp diduga akan
berdampak

pada

pertumbuhan

dan

daya

hasil

tanaman.

Aplikasi

Methylobacterium spp diharapkan dapat mengurangi jumlah pupuk anorganik
yang diberikan pada tanaman karena Methylobacterium spp dapat menghasilkan
zat pengatur tumbuh dan enzim nitrogenase.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi isolat bakteri
Methylobacterium spp terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman cabai
(Capsicum annuum L.).
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1.

Frekuensi aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

2.

Aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat mengurangi penggunaan pupuk
anorganik.

3. Terdapat interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan aplikasi
pemupukan.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Cabai
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk dalam famili
Solanaceae genus Capsicum dan spesies Capsicum annuum L. Cabai merupakan
tanaman asli dari benua Amerika. Cabai adalah tanaman herba yang sebagian
besar menjadi berkayu pada pangkal dan batangnya. Buah cabai adalah buah tidak
pecah, menggantung atau tegak, merupakan buah buni (beri) yang berbiji banyak
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Kandungan gizi 100 gram buah cabai merah meliputi 90% air,
32 kal energi, 0.5 gram protein, 0.3 gram lemak, 7.8 gram karbohidrat, 1.6 gram
serat, 0.5 gram abu, 29.0 mg kalsium, 45 mg fosfor, 0.5 mg besi, 470 IU
vitamin A, 0.05 mg tiamin, riboflavin 0.06 mg, niasin 0.9 mg, 18.0 mg
asam askorbat (Ashari, 2006). Selain itu cabai mengandung Capsicin (C18H27NO3)
dan Capsantin (C40H58O3). Buah cabai merah mengandung vitamin A dan vitamin
C yang lebih banyak dibandingkan cabai hijau (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Walaupun banyak varietas pada tanaman cabai namun umumnya
mempunyai ciri yang hampir sama. Tanaman cabai umumnya mempunyai tinggi
tanaman 50-90 cm. Tangkai daunnya horizontal dengan panjang 1.5-4.5 cm.
panjang daun sekitar 4-10 cm dan lebar 1.5-4 cm. Akar berupa akar tunggang
yang terdiri atas akar utama dan akar lateral. Akar lateral merupakan akar serabut
dan dekat di permukaan tanah menyebar horizontal 30-50 cm dan dapat
menembus tanah 30-60 cm (Setiadi, 2008).
Posisi bunga menggantung dengan mahkota berwarna putih. Mahkota
bunga terdiri dari 5-6 helai dengan panjang 1-1.5 cm dan lebar 0.5 cm. Panjang
tangkai bunga 1-2 cm. Tangkai putik berwarna putih dengan panjang berkisar
0.5 cm. Kepala putik berwarna kuning kehijauan sedangkan tangkai sari putih dan
yang dekat kepala sari ada bercak kecoklatan. Panjang tangkai sari sekitar 0.5 cm.
Kepala sari berwarna
(Setiadi, 2008).

ungu dengan warna serbuk sari kuning kecoklatan

5

Budidaya Cabai
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun
dataran rendah. Syarat tumbuh tanaman cabai meliputi suhu 16-230C dengan suhu
optimum 15-200C. Struktur tanah yang cocok adalah yang remah dan kaya bahan
organik dengn pH berkisar antara 5.5-6.5 (Ashari, 2006).
Budidaya cabai diawali dengan pengolahan lahan. Persemaian dilakukan
selama kurang lebih empat minggu selama dilakukan pengolahan lahan. Benih
ditanam dalam kantong plastik kecil-kecil atau dapat pula digunakan tray. Setiap
lubang tray ditanam satu butir benih untuk memudahkan pemindahan ke lapang.
Media tanam yang digunakan dalam persemaian adalah campuran tanah, pasir dan
pupuk kandang (Setiadi, 2008).
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah bibit dipindahkan meliputi
penyulaman, pemangkasan tunas air, pemupukan, penyiraman, serta pengendalian
hama dan penyakit. Penyulaman yaitu mengganti bibit yang rusak atau mati
karena berbagai sebab di lapangan. Jumlah bibit persediaan untuk cadangan
berkisar antara 5-10% dari jumlah total kebutuhan. Pemangkasan tunas air yaitu
kegiatan membuang tunas-tunas baru yang tumbuh pada batang utama. Kegiatan
ini dilakukan saat tanaman berumur 45-50 hari setelah tanam. Selain itu juga
dilakukan pengajiran. Ajir merupakan alat bantu yang terbuat dari belahan bambu
yang berfungsi membantu tegaknya tanaman cabai merah. Ajir dibuat dengan
ukuran panjang 125-150 cm, lebar 4 cm dan tebal 2 cm. Pemupukan biasanya
dilakukan dua sampai tiga kali. Umumnya pupuk yang digunakan 100-150 kg
Urea/ha, 75-100 kg SP-36/ha dan 200 kg KCl /ha. Penyiraman sangat penting
terutama setelah bibit ditanam di lapang yang dilakukan secara intensif hingga
tanaman berumur 40-50 hari (Setiadi, 2008).
Pada umumnya pengendalian hama yang dilakukan belum sesuai dengan
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dalam konsep ini bila serangan
belum mengekibatkan kerugian secara ekonomi maka tidak dilakukan
pengendalian secara kimia. Hama yang menyerang tanaman cabai antara lain lalat
buah, ulat grayak (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis gossypii), thrips, tungau
dan ulat tanah. Penyakit yang menyerang cabai antara lain Antraknosa
(Colletotrichum

sp),

bercak

daun

(Cercospora

capsici),

layu

bakteri

6

(Pseudomonas sp), busuk daun (Phytopthora capsici), layu fusarium (Fusarium
sp), dan penyakit mosaik daun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Methylobacterium spp
Bakteri dari genus Methylobacterium sudah banyak diteliti sebagai salah
satu contoh bakteri fakultatif methylotrof. Bakteri ini diklasifikasikan sebagai αproteo bacteria dan dapat tumbuh

pada senyawa C1 seperti methanol dan

metilalamin sebaik pada senyawa C2, C3, dan C4 (Lidstrom dan Christoserdova,
2002).
Methylobacterium banyak terdapat di alam. Ismail (2002) menyatakan
bahwa Methylobacterium spp dapat ditemukan pada permukaan daun tanaman
nangka, rambutan, belimbing, sawo. Selain itu dapat ditemukan pada tanaman
sayuran lalapan seperti pohpohan, selada, kemangi, dan kecambah kacang hijau
(Riupassa, 2003). Isolasi dari beberapa daun clover merah dan gandum
menunjukkan kelimpahan populasi PPFM menurun dari musim semi ke musim
panas, namun meningkat lagi saat akhir musim panen (Omer, 2004).
Methylobacterium spp juga dapat ditemukan pada daun kantong semar
(Nephentes), anggrek hitam (Coelogyne pandurata), durian lai (Durio kutejensis)
dan ulap doyo

(Curculigo latofolia) dengan kelimpahan

yang tinggi

(Salma et al., 2005).
Holland dan Pollaco (1992) menyatakan bahwa beberapa jenis
Methylobacterium

berhubungan dengan metabolisme nitrogen pada tanaman

dengan menggunakan urease bakteri. Selain itu Sy et al. (2001) menyatakan
bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen
dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan.
Koenig et al. (2002) menyatakan bahwa banyak strain bakteri Methylobacterium
sp. dapat menghasilkan sitokinin trans-zeatin yang disekresikan pada media kultur
yang dapat menstimulasi perkecambahan benih kedelai.
Hasil penelitian Ryu et al. (2006) menunjukkan bahwa dengan perlakuan
Methylobacterium pada tanaman cabai yang telah diekstrak terlihat adanya
akumulasi hormon indole acetic acid (IAA) sebesar 61.65 pmol/g bobot basah
pada bakteri tipe CBMB20 dan 68.27 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe

7

CBMB110, sitokinin yaitu trans zeatin (t-ZR) sebesar 0.022 pmol/g bobot basah
pada bakteri tipe CBMB20 dan 0.013 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe
CBMB110 dan dihidrozeatin ribosid (DHZR) sebesar 0.562 pmol/g bobot basah
pada bakteri tipe CBMB20 dan pada bakteri tipe CBMB110 sebesar 0.658 pmol/g
bobot basah. Sedangkan pada tanaman tomat hanya ditemukan konsentrasi
sitokinin t-ZR sebesar 0.013 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan
0.012 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB110 dan DHZR sebesar 0.475
pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan 0.431 pmol/g bobot basah
pada bakteri tipe CBMB110 tanpa adanya IAA. Widajati et al. (2008) menyatakan
bahwa Methylobacterium spp strain TD-J7 dapat menghasilkan hormon auksin
9.13 ppm, trans-zeatin 74.37 ppm dan gibrelin 98.75 ppm dan pada isolat strain
TD-TPB3 menghasilkan IAA 96.56 ppm, trans zeatin 33.14 ppm dan giberelin
129.83 ppm.
Menurut Fitriarini (2008) isolat bakteri Methylobacterium spp dapat
digunakan untuk invigorasi benih padi dengan viabilitas awal 70% dengan
meningkatkan kecepatan tumbuh pada perlakuan menggunakan isolat TD-G3
sebesar 9.98 %. Pada benih dengan viabilitas awal 82% dengan isolat TD-J7,
TD-G3, TD-J10, TD-TPB3, dan TD-L2 dapat meningkatkan kecepatan tumbuh
masing masing sebesar 11.14%, 11.31%, 11.75%, 12.45%, dan 13.13%. Menurut
Amin (2008) isolat Methylobacterium spp dapat mematahkan dormansi benih padi
varietas Ciherang pada pada after ripening 5 minggu dengan nilai DB > 85% dan
mempersingkat persistensi dormansi.

Safariyah (2009) menyatakan bahwa

aplikasi Methylobacterium spp dapat mematahkan dormansi benih padi pada
minggu ke-2 after ripening.
Aplikasi

Methylobacterium

spp

pada

tahap

persemaian

dapat

meningkatkan daya tumbuh bibit dan keserempakan tumbuh secara nyata, juga
dapat meningkatkan jumlah gabah bernas per malai dan bobot gabah bernas per
rumpun (Safariyah, 2009). Selain itu isolat TD-TPB3 dapat meningkatkan
viabilitas dan vigor benih padi pada parameter KCT sebesar 13.55% KN/etmal
menjadi 18.66% KN/etmal dan Indeks Vigor 22.67% menjadi 70.67% pada benih
dengan viabilitas awal sedang (Kurniati, 2009).

8

Inokulasi isolat bakteri Methylobacterium yang dikombinasikan dengan
Bradyrhizobium japonicum strain SB120 mempunyai dampak yang signifikan
pada parameter pertumbuhan, penyerapan nutrisi dan daya hasil kedelai dengan
peningkatan panjang dan lebar tajuk sebesar 12.60 cm dan 30.33 cm

dan

peningkatan panjang dan lebar akar sebesar 18.41 cm dan 30.33 cm
(Radha et al., 2009). Meenakashi dan Savalgi (2009) menyatakan bahwa terdapat
peningkatan jumlah bintil akar pada 45 dan 60 hari pada perlakuan dengan
aplikasi pada benih dan penyemprotan dibandingkan dengan perlakuan inokulasi
benih menggunakan Bradyrhizobium japonicum saja. Total bobot kering kedelai
meningkat 41.67% pada perlakuan inokulasi Methylobacterium sp. dan B.
japonicum dengan penyemprotan pada 20, 30 dan 45 hari dibandingkan dengan
kontrol.
Penelitian

Radha

et

al.

(2009)

menunjukkan

bahwa

aplikasi

Methylobacterium sp. dan Bradyrhizobium japonicum strain SB120 pada benih
secara signifikan dapat meningkatkan parameter pertumbuhan tanaman kedelai
meliputi bobot tanaman, jumlah daun dan berat kering akar dengan penanaman
dalam pot pada kondisi rumah kaca. Total bobot kering kedelai meningkat 41.67%
pada perlakuan inokulasi Methylobacterium sp. dan B. japonicum dengan
penyemprotan pada 20, 30 dan 45 hari dibandingkan dengan kontrol
(Meenakashi dan Savalgi, 2009).
Menurut Yim et al. (2009) inokulasi Methylobacterium suomiense
CBMB120-gfp29 dengan cara penyemprotan saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70,
90, 120 dan 140 hari dapat meningkatkan tinggi tanaman 0.96% sampai 24.76%
dan bobot kering biomassa cabai 2.98% sampai 40.82%. Hasil penelitian
Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7,
TD-TPB3 dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3 dapat meningkatkan vigor benih dan
bibit cabai besar. Aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan
cara rendam+semprot setiap dua minggu dapat meningkatkan jumlah daun, bobot
kering bibit dan persentase bibit berbunga sebesar 2.4 helai, 0.142 gram, dan
10.9% pada benih dengan viabilitas awal 62%. Sedangkan pada benih dengan
viabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun 4.3 helai
dan persentase bibit berbunga 30.5%.

9

Menurut Yim et al. (2010) perlakuan benih dengan Methylobacterium
oryzae strains CBMB20 dan CBMB110 menunjukkan peningkatan panjang akar
dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan dengan Methylobacterium oryzae strains
CBMB20 dan CBMB110 secara signifikan menunjukkan peningkatan akumulasi
sitokinin t-ZR dan DHZR pada ekstrak tanaman cabai dan tomat. Percobaan di
rumah kaca menunjukkan peningkatan biomassa cabai dan kolonisasi bakteri
filosfer.
Chauhan et al. (2010) menyatakan bahwa efek pemacu pertumbuhan dari
Methylobacterium oryzae CBMB20 signifikan pada perlakuan pemupukan yang
lebih rendah dan pertumbuhan tanaman tidak berbeda nyata pada perlakuan
pemupukan antara 100% dan 300% pada tanaman yang diberi perlakuan
Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan 1% methanol. Dengan
aplikasi Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan methanol maka
aplikasi pemupukan dapat dikurangi tanpa adanya pengurangan yang nyata pada
akumulasi biomassa dan daya hasil tanaman.
Hasil penelitian Deka Boruah et al. (2010) pada kondisi rumah kaca
inokulasi Methylobacterium sp

dengan aktivitas 1-aminocyclopropane-1-

carboxylate Deaminase (ACCD)+IAA atau tanpa IAA meningkatkan ketegaran
bibit cabai dan tomat yang terlihat dari rata-rata panjang nodul dan bobot spesifik
daun, namun pengaruh ini setara dengan aplikasi IAA dengan konsentrasi yang
rendah.
Zat Pengatur Tumbuh
Indole Acetic Acid (IAA) merupakan salah satu bentuk dari auksin yang
berperan dalam mendorong pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi
jaringan xilem dan floem, pembentukan akar, pembungaan pada Bromeliaceae,
pembentukan buah partenokarpi, pada tanaman diocious, dominasi apical, respon
tropisme,

serta

menghambat

pengguguran

daun,

bunga

dan

buah

(Wattimena et al., 1992). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa
pemberian auksin dapat memacu pemanjangan potongan akar atau akar utuh pada
banyak spesies dengan konsentrasi yang sangat rendah (10-7-10-13 tergantung

10

jenis dan umur akar) dan pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pemanjangan
akar.
Pemberian auksin dapat memacu pembentukan dan pemanjangan akar
pada stek tanaman Makadamia. Menurut Sianturi (1996) pemberian auksin dengan
jenis dan konsentrasi yang berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap
keberhasilan stek Makadamia. Perlakuan Rhizopon AA 1% menunjukkan kualitas
akar yang terbaik dengan jumlah stek berakar 25%, jumlah akar 17.4 buah dan
rata rata panjang akar 11.4 cm.
Sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel, morfogenesis,
pertunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi pada kentang, pemecahan
dormansi, pembukaan stomata, pembungaan dan pembentukan buah partenokarpi,
serta dapat menghambat senescens dan absisi (Wattimena et al., 1992).
Sitokinin dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan pertunasan
tanaman nanas. Perlakuan sitokinin sangat berpengaruh terhadap tinggi dan
jumlah daun nenas saat pembibitan. Tinggi tanaman nanas tertinggi adalah pada
perlakuan kontrol sebesar 15.29 cm dan terendah pada perlakuan TDZ 0.05 ppm
yaitu 10.78 cm. jumlah daun terbanyak pada perlakuan TDZ 0.1 ppm sebesar
19.37 helai dan terendah pada perlakuan BAP 2 ppm sebesar 12.07 helai
(Sari, 2008).
Giberelin berperan dalam mengontrol proses-proses perkembangan
tanaman yang meliputi perkecambahan, pemanjangan sel, dan perkembangan
bunga dan benih. Dalam perkecambahan, giberelin memacu sintesis dan sekresi
jumlah enzim hidrolitik yang berperan dalam proses penguraian protein, pati,
lemak, dinding sel, dan asam asam nukleat dalam endosperm (Lakitan, 1996).
Menurut penelitian Sari (2005) pemberian giberelin dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. Perlakuan giberelin dengan
konsentrasi 2 ppm nyata mempercepat umur berbunga dan mendorong
keserempakan berbunga yang ditandai dari jumlah hari yang lebih sedikit untuk
populasi tanaman mencapai berbunga 75%. Aplikasi giberelin 2 ppm juga
meningkatkan hasil gabah ubinan maupun hasil gabah/ ha sebesar 16.4%. Waktu
aplikasi di awal pertumbuhan (saat perendaman benih, menganak dan inisiasi
malai) nyata meningkatkan indeks luas daun sedangkan aplikasi di akhir masa

11

pertumbuhan (inisiasi malai dan heading) nyata meningkatkan panjang malai dan
jumlah gabah per malai.
Menurut Haryantini dan Santoso dalam Sari (2010) pemberian 100 ppm
GA3 dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai. Selain itu, menurut
Sari (2010) aplikasi GA3 100 ppm dan 200 ppm belum dapat mengurangi
kerontokan buah cabai dalam pot. Hal ini terjadi karena pemberian GA3 dapat
menghambat pertumbuhan generatif tanaman dan pada aplikasi 100 ppm GA3
menunjukkan persentase kerontokan buah sebesar 37.22%.

12

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
(BB-Biogen) Cimanggu Bogor dan Rumah Kaca Unit Kebun Percobaan
Cikabayan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
sampai Desember 2010.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai merah
varietas Prabu, isolat bakteri Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB-3,
dan media kultur cair Amonium Mineral Salt (AMS). Bahan lain yang digunakan
antara lain akuades, metanol, alkohol 95%, alkohol 70%, isolatip, tisu, kertas
label, media persemaian benih, polybag, tray, pestisida, fungisida, pupuk
kandang, pupuk Urea, SP-18 dan KCl.
Peralatan yang digunakan meliputi cawan petri, pinset, ose, bunsen, hand
sprayer, labu erlenmeyer, tabung reaksi, rak tabung, autoklaf, pHmeter, gunting,
timbangan analitik, laminar air flow, alat tulis, ember, dan cangkul.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan berdasarkan model Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama yaitu frekuensi aplikasi
isolat bakteri Methylobacterium spp yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: benih
direndam air, dan tidak disemprot isolat Methylobacterium spp (m0), perendaman
benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap dua bulan
sekali sampai umur empat bulan (m1), perendaman benih dengan isolat
Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap satu bulan sampai tanaman
berumur empat bulan (m2). Faktor kedua adalah dosis pemupukan yang terdiri
dari 3 taraf, yaitu: tanpa pemupukan (p0), pemupukan setengah dosis rekomendasi
(p1), dan pemupukan satu dosis rekomendasi pemupukan cabai (p2).

13

Masing-masing percobaan terdiri dari 3 ulangan dengan 9 kombinasi perlakuan
sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Dalam setiap satuan percobaan diamati 5
tanaman contoh.
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah
Yijk = µ + αi + Fj + Pk + (FP)jk + εijk
dimana :
Yijk

: Nilai pengamatan pada satuan percobaan dari ulangan ke-i pada faktor
frekuensi aplikasi ke-j dan dosis pemupukan ke k

µ

: nilai rata-rata umum

αi

: ulangan

Fj

:

Pk

: Pengaruh

(FP)jk

: Interaksi

ke-i, dimana i= 1, 2, dan 3

Pengaruh frekuensi aplikasi isolat bakteri pada taraf ke-j = 1, 2, dan 3
dosis pemupukan pada taraf ke-k = 1, 2, dan 3
antara frekuensi aplikasi isolat bakteri pada taraf ke-j = 1, 2, dan

3 dengan dosis pemupukan taraf ke-k = 1, 2, dan 3
εijk

:

Pengaruh galat percobaan

Data yang diperoleh diuji dengan uji F, apabila menunjukkan pengaruh
nyata maka dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan uji wilayah
berganda duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Perbanyakan isolat bakteri
Perbanyakan bakteri Methylobacterium spp dilakukan di laboratorium
Mikrobiologi BB-Biogen. Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian ini
adalah TD-J7 yang diisolasi dari daun jagung dan TD-TPB-3 yang diisolasi dari
daun terong bulat. Kegiatan perbanyakan isolat Methylobacterium spp diawali
dengan pembuatan media kultur yaitu media Amonium Mineral Salt (AMS)
dengan komposisi seperti yang tercantum dalam Lampiran 2. Untuk perendaman
benih dibuat media sejumlah 50 ml. Selanjutnya ditambahkan 50 µl Triptofan,
diukur tingkat keasaman (pH) = 7 menggunakan pHmeter. Media yang sudah siap
dituang dalam 2 erlenmeyer 100 ml masing masing sebanyak 25 ml, selanjutnya
disterilisasi dalam autoclave pada tekanan 1 atm dan suhu 121oC selama 2 jam.

14

Inokulasi bakteri dilakukan setelah media dingin yang sebelumnya telah
ditambahkan dengan 0.5 ml methanol. Sebanyak 1 ose bakteri diinokulasikan
pada media secara aseptik pada laminar air flow. Selanjutnya kultur diinkubasi
menggunakan shaker selama tujuh hari. Setelah tujuh hari, media cair siap
digunakan untuk perendaman benih cabai. Jumlah kultur bakteri yang dibuat
untuk penyemprotan cabai di rumah kaca disesuaikan dengan kebutuhan.
Perendaman dan Penyemaian Benih
Benih disiapkan pada wadah yang steril. Benih direndam dengan isolat
Methylobacterium spp selama 24 jam dan pada perlakuan m0 benih direndam
dengan

air.

Sebelum

dikecambahkan,

benih

yang

sudah

direndam

dikeringanginkan selama satu jam. Pengecambahan benih dilakukan di tray
dengan media campuran tanah, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan
1:1:1. Persemaian diupayakan dalam tempat yang teduh dan selalu dalam kondisi
lembab dengan melakukan penyiraman setiap hari. Penyemaian dilakukan selama
42 hari (6 minggu).
Penanaman
Bibit yang sudah siap tanam dilakukan pemindahan dari persemaian ke
polybag yang lebih besar (diameter 30 cm). Bibit diambil dari tray dengan cara
menekan bagian bawah tray hingga tanah muncul secara hati-hati. Selanjutnya
bibit ditanam pada polybag. Setiap satu polybag ditanam satu bibit. Penyulaman
dilakukan pada satu minggu setelah tanam (1MST) dengan bahan tanam yang
berumur sama.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemangkasan tunas
air, pemupukan, pengajiran, pengandalian hama dan penyakit. Pengajiran
dilakukan pada 5 MST. Pemupukan dilakukan empat kali yaitu pada tanaman
berumur 2, 8, 14 dan 18 MST. Dosis pemupukan yang disarankan Deptan adalah
300 kg Urea/ha, 250 kg SP-36/ha dan 250 kg KCl/ha. Pemupukan pada dosis

15

penuh (15 g Urea, 27 g SP-18, dan 12 g KCl per 5 kg media) dan pada setengah
dosis adalah (7.5 g Urea, 13 g SP-18, dan 6 g KCl per 5 kg media). Pemupukan
diberikan secara bertahap. Pemupukan pertama pada 2 MST penuh diaplikasikan
2 g Urea, 2 g SP-18 dan 1 g KCl pada dosis penuh dan setengah dosis sebanyak
1 g Urea, 2 g SP-18 dan 1 g KCl. Pemupukan kedua (8MST), ketiga (14 MST)
dan keempat (18MST) diaplikasikan sebanyak 4.3 g Urea, 8.3 g SP-18 dan 3.6 g
KCl (dosis penuh) dan 2.2 g Urea, 3.6 g SP-18 dan 1.6 g KCl (setengah dosis).
Penyemprotan kultur Methylobacterium spp pada tanaman dilakukan
menggunakan hand sprayer. Aplikasi Methylobacterium spp dilakukan pada saat
tanaman berumur 1, 2, 3, dan 4 bulan untuk tanaman dengan perlakuan
penyemprotan setiap satu bulan dan saat tanaman berumur dua dan empat bulan
untuk perlakuan penyemprotan setiap dua bulan. Jumlah kultur bakteri yang
digunakan untuk merendam adalah 50 ml untuk 400 butir benih. Jumlah kultur
yang disemprotkan; 22 ml untuk 70 bibit pada 4 MST. Pada 8 MST diperlukan
100 ml untuk 70 tanaman, pada 12 MST diperlukan 220 ml untuk 36 tanaman,
dan 480 ml untuk 70 tanaman pada 16 MST.
Pengendalian hama kutu daun (Aphis gossypii) dan thrips menggunakan
pestisida bahan dengan aktif Abamextrin dengan konsentrasi 1ml/L atau 2 ml/L
air

tergantung

tingkat

serangan.

Pengendalian

penyakit

embun

jelaga

(Capnodium sp) menggunakan fungisida dengan bahan aktif Klorotalonil 75%
dengan konsentrasi 1 gram/L air atau 2 gram/L air tergantung tingkat serangan.
Frekuensi penyemprotan 1-2 kali seminggu sesuai kondisi serangan.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan saat buah sudah masak (90% berwarna merah).
Panen dilakukan pada pagi hari. Pada panen terakhir semua buah dipanen dan
ditimbang bobotnya.

16

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi :
a) Daya Tumbuh
Daya tumbuh dihitung berdasarkan jumlah benih yang tumbuh pada
pengamatan dengan menggunakan rumus :
Daya Tumbuh = Σ benih yang tumbuh

x 100%

Σ benih yang ditanam
b) Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari pangkal batang sampai
ujung tajuk. Pengamatan dilakukan sampai 13 MST.
c) Jumlah daun
Seluruh daun dihitung. Kriteria daun yang dihitung adalah daun yang
telah membuka sempurna dan diamati sampai tanaman berumur 13 MST.
d) Jumlah cabang
Dilakukan penghitungan jumlah cabang sampai mencapai fase
generatif. Jumlah cabang dihitung sampai tanaman berumur 12 MST.
e) Jumlah bunga
Diamati waktu tanaman mulai berbunga dan dihitung jumlah bunga
yang terbentuk tiap minggu. Bunga yang dihitung adalah bunga yang mekar
dan yang masih kuncup yang sudah muncul kelopak berwarna putih. Jumlah
bunga diamati sampai tanaman berumur 18 MST.
f) Bobot buah
Bobot buah dihitung saat buah dipanen setiap MST. Pada panen
terakhir semua buah baik yang masih muda (berwarna hijau) maupun yang
telah matang (berwarna merah) dipanen dan dihitung bobotnya.

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya Tumbuh
Benih cabai diuji viabilitasnya menggunakan Uji diatas Kertas (UAK)
pada cawan petri sebelum ditanam. Dari pengujian didapatkan Daya Berkecambah
(DB) benih sebesar 77% dan KCT 1.716% KN/etmal pada kondisi tanpa
perendaman Methylobacterium spp. Daya tumbuh tanaman yang disemai sebesar
74.35% untuk benih yang direndam air dan 75.35% pada benih yang direndam
bakteri Methylobacterium spp.
Daya tumbuh bibit cabai yang diaplikasikan Methylobacterium spp strain
TD-J7 dan TD-TPB3 dengan cara perendaman tersebut tergolong rendah jika
dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Goni (2010)
menunjukkan

bahwa

perlakuan

perendaman

benih

dengan

isolat

Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3 dan kombinasi TD-J7 dan TDTPB3 dapat meningkatkan vigor benih cabai sebesar 1.9%, 3.4% dan 2.1% pada
benih dengan tingkat viabilitas awal 62%. Selain itu perlakuan tersebut dapat
meningkatkan indeks vigor benih sebesar 4.5%, 4.3% dan 5% pada benih dengan
viabilitas awal 90%.
Rendahnya daya berkecambah benih yang ditanam menunjukkan mutu
benih yang kurang baik karena benih sudah mengalami kemunduran.
Justice (2002) menyatakan bahwa vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat
dibedakan,

terutama

pada

lot-lot

yang

mengalami

kemunduran

cepat.

Kemunduran benih adalah jatuhnya mutu benih yang perubahan secara
menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih.
Kemunduran benih dapat dilihat dari indikasi biokimia dan fisiologis. Indikasi
fisiologis yang terjadi antara lain menurunnya aktivitas enzim, menurunnya
respirasi, kebocoran metabolit meningkat, kandungan asam lemak bebas
meningkat. Sutopo (2002) menyatakan bahwa kemunduran benih berjalan seiring
dengan pertambahan umur benih dalam penyimpanan.

18

Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman saat mulai dipindahkan ke polybag rata-rata 2.4 cm.
Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp pada tinggi tanaman mulai terlihat saat
tanaman mulai berumur 2 MST. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa aplikasi
Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada 1 MST, nyata pada 2 MST
dan sangat nyata pada 3 sampai 13 MST. Sedangkan aplikasi pemupukan dan
interaksi antara aplikasi Methylabacterium spp dengan pemupukan tidak
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman cabai.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan
Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai.
Umur

Methylobacterium (M)

Pupuk (P)

MxP

kk (%)

1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12 MST
13 MST

3.41tn
4.25*
8.85**
15.15**
18.25**
19.47**
19.02**
16.16**
17.45**
25.42**
19.1**
15.75**
14.96**

0.41tn
0.05tn
0.64tn
0.86tn
1.2tn
1.77tn
2.57tn
0.22tn
0.16tn
0.21tn
0.46tn
0.66tn
0.96tn

0.92tn
0.32tn
0.96tn
0.95tn
0.93tn
1.05tn
1.02tn
0.26tn
0.28tn
0.79tn
0.69tn
1.16tn
1.55tn

24.00
38.33
37.53
35.52
32.48
30.56
29.19
28.79
25.91
21.60
19.38
20.65
20.47

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * = berpengaruh nyata pada taraf 5%,
tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium
spp dan pemupukan.

Berdasarkan hasil uji DMRT pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa aplikasi
Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman cabai. Pada
perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan
setiap satu bulan terjadi peningkatan tinggi tanaman cabai sebesar 15.44% pada 2
MST dan 12.46% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian
Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain
TD-J7+TD-TPB3 dengan cara merendam benih dan penyemprotan pada bibit

19

setiap 2 minggu dapat meningkatkan tinggi bibit cabai paling baik yaitu sebesar
5.1 cm daripada perlakuan perendaman benih. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
aplikasi Methylobacterium spp tidak cukup hanya denga perendaman benih saja
namun perlu dilakukan penyemprotan secara rutin pada tanaman. Hasil penelitian
Deka

Boruah

(2009)

menunjukkan

aplikasi

Methylobacterium

dapat

meningkatkan panjang akar cabai sebesar 18-45% dan panjang tajuk 14-90%.
Peningkatan ini dipengatruhi oleh adanya enzim 1-aminocyclopropane-1carboxylate Deaminase (ACCD) yang dihasilkan oleh Methylobacterium sp.
Data Tabel 2 pada 11 MST menunjukkan adanya penurunan tinggi
tanaman terjadi serangan hama kutu daun dan serangan penyakit embun jelaga
cendawan (Capnodium sp) yang dikendalikan menggunakan pestisida dengan
bahan aktif aktif Abamextrin dan pengendalian penyakit menggunakan fungisida
dengan bahan aktif Klorotalonil 75%.
Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Tinggi Tanaman
Cabai.
Umur

1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12 MST
13 MST

Perlakuan
rendam+semprot rendam+semprot
kontrol
2 bulan
1 bulan
--------------------- cm ---------------------------2.52a
1.91a
2.48a
3.56 ab
2.38 b
4.11 a
5.57a
2.72b
5.95a
8.84a
3.25b
8.74a
12.74a
4.62b
12.37a
15.93a
5.98b
15.38a
28.51a
12.73b
27.53a
32.82a
15.71b
32.23a
32.82a
15.71b
32.23a
35.76a
17.86b
38.22a
31.97a
19.06b
33.59a
33.62a
20.90b
36.46a
36.35a
23.74b
40.88a

Persentase
Peningkatan*
15.44 %
6.82 %
6.88 %
5.07 %
8.45 %
12.46 %

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung
dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 2 dapat dikatakan bahwa aplikasi
isolat Methylobacterium spp dengan frekuensi yang lebih sering lebih baik
daripada tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hasil penelitian Yim et al. (2009)

20

menunjukkan bahwa aplikasi

Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29

dapat meningkatkan tinggi tanaman

cabai dari 0.96% sampai 24.76%.

peningkatan ini didapatkan dari aplikasi M. suomiense saat tanaman berumur
1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari. Selain itu, Yim et al. (2010) menyatakan
bahwa perlakuan benih dengan Methylobacterium oryzae strains CBMB20 dan
CBMB110 menunjukkan peningkatan panjang akar dibandingkan dengan kontrol.
Jumlah Daun
Jumlah daun saat tanaman dipindahkan dari persemaian rata-rata 3-4 helai.
Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan aplikasi Methylobacterium
spp tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun cabai pada 1 dan 3 MST.
Aplikasi pemupukan menunjukkan pengaruh nyata pada 12 MST. Sedangkan
interaksi antara aplikasi Methylabacterium spp dengan pemupukan tidak
menunjukkan pengaruh nyata pada semua umur tanaman.
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan
Pemupukan terhadap Jumlah Daun Cabai
Umur Methylobacterium (M)
1 MST
2.88tn
2 MST
7.68**
3 MST
3.07tn
4 MST
4.45*
5 MST
8.37**
6 MST
8.06**
7 MST
7.12**
8 MST
7.12**
9 MST
8.76**
10 MST
11.3**
11 MST
10.78**
12 MST
13.12**

Pupuk (P)
0.37tn
0.08tn
0.16tn
0.03tn
0.44tn
0.09tn
0.06tn
0.06tn
1.19tn
1.49tn
2.81tn
4.08*

MxP
0.93tn
0.32tn
0.27tn
0.13tn
0.24tn
0.22tn
0.24tn
0.24tn
0.41tn
0.53tn
0.71tn
0.86tn

kk (%)
25.05
17.42
19.25
18.81
16.60
21.08
41.87
49.12
52.53
49.74
43.91
39.11

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, *= berpengaruh nyata pada taraf 5%
tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium
spp dan pemupukan.

Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap satu
bulan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun cabai. Perlakuan perendaman
dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan terjadi peningkatan

21

jumlah daun sebesar 40.88% pada 7 MST dibandingkan dengan kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3
dengan frekuensi yang lebih sering dapat meningkatkan pembentukan daun.
Menurut penelitian Goni (2010) aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TDTPB3 dengan cara perendaman benih dan penyemprotan pada 2 dan 4 MST dapat
meningkatkan jumlah daun sebesar 2.4 helai pada benih dengan viabilitas awal
62% dan 4.3 helai pada benih dengan viabilitas awal 90%.
Hasil penelitian Deka Boruah et al. (2010) menunjukkan bahwa inokulasi
Methylobacterium sp. dapat meningkatkan jumlah nodul, ukuran daun dan berat
daun. Peningkatan ini terjadi karena Methylobacterium sp dapat menghasilkan
enzim 1-aminocyclopropane-1-carboxylate Deaminase (ACCD). Enzim dapat
berfungsi mengurangi