Studi bioekologi dan dinamika populasi pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1987) yang tereksploitasi sebagai dasar pengelolaan di sungai Pohara Sulawesi Tenggara

STUDI BIOEKOLOGI DAN DINAMIKA POPULASI POKEA
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897) YANG
TEREKSPLOITASI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DI
SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA

BAHTIAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan
dalam disertasi saya yang berjudul : Studi Bioekologi dan Dinamika Populasi
Pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897) yang Tereksploitasi
Sebagai Dasar Pengelolaan di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara adalah karya
saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
disertasi ini.

Bogor,

September 2012

Bahtiar
NIM : C261090011

ABSTRACT
BAHTIAR.
Bioecology and Population Dynamic as a Basis in the
Management of Pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)
Exploited in Pohara River Southeast Sulawesi. Supervised by : ETTY RIANI,
ISDRADJAD SETYOBUDIANDI, dan ISMUDI MUCHSIN.
Pokea population in Pohara River is decreasing, in terms of/specifically its stock
ability to recover due to increasing exploitation and declining of
habitat/environment quality. The aims of this research are to study the spatial and
temporal density, growth potencials (somatic and reproductive), and the

exploitation level and stock ability to recover as basis/ground in the freshwater
clam (pokea) management. This research was conducted at several segments of
Pohara River, Southeast Sulawesi from March 2011 to February 2012. Sample of
pokea, water and substrate were collected from 6 station using tangge (a
traditional hand-grab). The results show that spatial and temporal density of pokea
is influenced by the compotition of substrat texture. The highest density of the
pokea was found in a loam-dominated substrate while the lowest density was
found in a texture which is dominated by clay. The similar coefficient results
showed that pokea Pohara River comes from a population dominated by the male
clams. Peak season spawning of pokea during research occurred in late July to
September which is believed to be influenced by the availability of food in the
form soil organics. The following partial spawning occurred every consecutive
month with the highest estimated recruitment in November-December. Pokea
were found to have been over exploited which is characterized by the smaller size
capture which is dominated by a group (generation) of declining size by 50% of
mature gonads and decline in the gear productivity. Growth patterns of male and
female are, Lt = 7.84-(7.84-0.025)e-0.71t and Lt=8.94-(8.94-0.025)e-0.91t
respectively, and reproductive potentials of high fecundity (2495-1007384 items),
partial spawning and 50% change of male and female mature gonads respectively
are 2.55 and 2.97 shows the good potential for population growth of pokea but

requires a longer recovery time which are calculated to be 1012 to1125 days.
Key words : Bioecology, population dynamic, management, pokea, Pohara River

RINGKASAN
BAHTIAR. Studi Bioekologi dan Dinamika Populasi Pokea (Batissa violacea
var. celebensis von Martens, 1897) yang Tereksploitasi Sebagai Dasar
Pengelolaan di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara. Pembimbing : ETTY
RIANI, ISDRADJAD SETYOBUDIANDI, dan ISMUDI MUCHSIN.
Sungai Pohara adalah salah satu sungai besar di Jazirah Tenggara Sulawesi
yang menyimpan potensi sumberdaya hayati bivalvia yang masyarakat sekitarnya
mengenalnya dengan nama pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens,
1897) (Kusnoto, 1953). Pokea telah dimanfaatkan secara luas, tidak terbatas
hanya pada daerah sekitar sungai tetapi seluruh masyarakat di daratan Sulawesi
Tenggara. Akhir-akhir ini, keberadaan sumberdaya pokea di sungai ini mengalami
penurunan kemampuan pulih sehubungan dengan eksploitasi pokea dan
penurunan kualitas perairan dari kegiatan penambangan pasir yang sedang
berlangsung di beberapa bagian perairan. Pada sisi lain, belum tersedianya data
untuk pengelolaan pokea sehingga perlu dilakukan penelitian bioekologi dan
dinamika populasi pokea sebagai dasar pengelolaan. Tujuan penelitian adalah
menganalisis kepadatan dan distribusi populasi pokea secara spasial dan temporal,

menganalisis potensi tumbuh somatik dan reproduktif populasi pokea dan
menganalisis hubungan antara tingkat eksploitasi dengan kemampuan pulih.
Penelitian ini dilaksanakan di segmen muara Sungai Pohara Sulawesi
Tenggara dari bulan Maret 2011-Februari 2012. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif. Penentuan stasiun secara segmentasi (atas, tengah
dan bawah) dengan mempertimbangkan kondisi ekologis, daerah pengambilan
pokea, dan daerah bekas penambangan pasir (pengkolonisasian kembali pokea).
Dengan demikian, stasiun ditetapkan sebanyak 6 stasiun yang setiap stasiun
dibagi berdasarkan penampang sungai (tengah dan tepi sungai). Kualitas air,
sedimen dan sampel pokea masing-masing diambil dengan menggunakan botol
sampel, sekop dan tangge. Kualitas air diukur langsung dengan menggunakan
Water Quality Checker dan sebagian kualitas air dan sedimen diukur di
Laboratorium Dasar Unhalu. Hasil tangkapan dan jumlah nelayan yang
beroperasi didata setiap minggu di tempat pendaratan pokea.
Hubungan parameter kualitas perairan (fisik, kimia air dan sedimen) dan
kepadatan pokea yang berperan di setiap habitat pokea digunakan analisis PCA
pada paket program MVSP (Multivariate statistics package). Pengelompokkan
stasiun yang didasarkan pada kualitas air dan tekstur substrat dianalisis dengan
persen kesamaan habitat (percent similarity) menggunakan perangkat lunak
(MVSP). Potensi reproduksi pokea seperti TKG diamati secara histologi, nisbah

kelamin dianalisis dengan pengujian uji Chi- square (X2). Hubungan fekunditas
pokea dengan ukuran cangkang pokea menggunakan analisis regresi. IKG pokea
antar waktu pengamatan dianalisis secara non parametrik Mann-Whitney Test,
hubungan kualitas air dan IKG dianalisis dengan korelasi Pearson. Peluang 50%
matang gonad dihitung dengan bantuan software Sigma plot 6.0 sedangkan
diameter telur dikelompokkan dengan bantuan program FiSAT. Pertumbuhan
populasi (L∞, K dan to) dianalisis dengan mengunakan ELEFAN, kematian total
dihitung dengan menggunakan kurva hasil tangkapan, rekrutmen dihitung dengan

menggunakan FiSAT, dan yield per rekrut dihitung dengan menggunakan rumus
Beverton-Holt. Hasil tangkapan persatuan upaya diketahui melalui perpotongan
garis dari regresi linier dan kemampuan pulih pokea dihitung dengan
menggunakan analisis frekuensi ukuran (size-frequency method).
Berdasarkan hasil analisis PCA dari masing-masing kualitas air di setiap
stasiun menunjukkan kepadatan pokea secara spasial sangat dipengaruhi oleh
tekstur substrat. Nilai indeks bagian terbesar menunjukkan bahwa pokea
mempunyai makanan utama detritus yang ditemukan dominan secara spasial dan
temporal dalam lambung pokea. Hasil analisis Man Whitney menunjukkan bahwa
kepadatan tertinggi ditemukan pada tekstur yang didominasi oleh lumpur
(kelompok stasiun C) dan kepadatan terendah (kelompok stasiun A dan B)

terdapat pada tektur yang didominasi oleh pasir sangat kasar dan liat. Kepadatan
secara temporal cenderung lebih tinggi terjadi pada bulan Mei dan terendah di
bulan Februari.
Pokea jantan dan betina dikelompokkan dalam lima tahap perkembangan
gonad yang dimulai dari fase dorman seksual, tahap perkembangan awal,
perkembangan akhir, matang/pemijahan dan pasca pemijahan. Pokea mempunyai
jumlah telur berkisar 2495-1007384 butir dengan diameter telur pada TKG IV
yang bervariasi dan tersebar pada 2 kelompok ukuran yaitu 34.20-156.59 mm dan
21.60-159.16 mm, sedangkan pada TKG V ditemukan 3 kelompok ukuran yang
tersebar pada ukuran masing-masing 22.80 mm, 172,06 mm dan 262.82 mm.
Awal kematangan gonad sampai pematangan puncak terjadi pada bulan Maret-Juli
dan pemijahan terjadi pada akhir Juli-September yang ditandai dengan perubahan
nilai IKG di setiap waktu pengamatan. Namun pengamatan TKG menunjukkan
pokea juga melakukan pemijahan setiap bulan (partial spawner). Berdasarkan
nilai TKG dan IKG baik jantan dan betina dihubungkan dengan nilai kualitas air
secara temporal yaitu bahan organik sedimen menunjukkan pematangan dan
pemijahan pokea dipicu oleh perubahan kualitas air tersebut. Pokea melakukan
pemijahan pada umur muda, yang mulai memijah pada jantan dan betina masingmasing berukuran 2.1 dan 2.5 cm sedangkan peluang 50% matang gonad jantan
dan betina adalah 2.55 dan 2.85 cm.
Pertumbuhan pokea jantan dan betina dapat diketahui dengan rumus

pertumbuhan inverse von Bertalanffy yaitu Lt = 7.84-(7.84-0.025)e-0.71t dan
Lt=8.94-(8.94-0.025)e-0.91t, sedangkan pertumbuhan sesaat dari hubungan lebarberat menunjukkan nilai isometrik pokea berada pada kisaran 2.4-3.5 cm.
Kelompok (generasi) pokea yang ditemukan di setiap daerah adalah 2-3 generasi
yang didominasi oleh stadia awal matang gonad. Mortalitas alami (M) pokea
jantan dan betina masing-masing sebesar 2.10 dan 2.39 pertahun, sedangkan nilai
kematian dari aktivitas pengambilan pokea (F) pada pokea jantan dan betina
adalah 3.10 dan 4.07 pertahun sehingga tingkat pemanfaatan pokea berada pada
tangkap lebih (over eksploitation) yaitu 3.7 (jantan) dan 4.10 (betina). Selain itu
tangkap lebih diketahui dengan menurunnya produktivitas alat tangkap tangge di
atas 184 orang. Pola rekrutmen pokea terjadi setiap bulan dengan puncak
rekrutmen ditemukan pada bulan November-Desember yang berasal dari
pemijahan puncak akhir bulan Juli-Agustus. Nilai optimum upaya penangkapan
dapat diketahui dari analisis regresi. Perpotongan dari upaya terhadap hasil

tangkapan pada saat peningkatan dan penurunan menunjukkan nilai upaya
pemanfaatan berada pada nilai optimum sebanyak 185 nelayan, sehingga dari 30
orang nelayan yang setiap minggu mendaratkan pokea di Sungai Pohara hanya
dapat beroperasi 1-2 hari dalam seminggu. Nilai hasil per rekrut Beverton dan
Holt menunjukkan bahwa pada ukuran pokea yang telah tertangkap di Sungai
Pohara sebesar 1.25 cm yang mempunyai ukuran lebih kecil dari peluang 50%

matang gonad mempunyai nilai eksploitasi maksimum sebesar 0.406 yang
menunjukkan bahwa pemanfaatan pokea telah dilampaui (E = 0.63>0.406).
Demikian halnya dengan pemanfaatan yang bertanggung jawab dari biomassa
sebesar 10% dari biomassa awal, Bv) (Widodo, 1988). Hasil biomassa pada E 0.1
sebesar 0.36, menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan pokea telah terlampaui
(36>10%). Pada kondisi simulasi dengan ukuran tangkap yang aman dan lestari
yaitu 3 dan 4 cm yang berada pada nilai E maks mendekati atau berada di atas E maks
eksploitasi masing-masing 0.604 dengan biomassa 13% dan 0.70 dengan
biomassa11%. Berdasarkan kondisi perikanan tangkap pokea dari hasil analisis
frekuensi ukuran menunjukkan bahwa pokea membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk pulih yaitu 1012-1125 hari.
Ukuran pokea yang diperbolehkan ditangkap dan berada pada kondisi
moderat adalah 2.90 cm. Pada ukuran ini, jumlah pokea yang tertangkap sebesar
47% dan ukuran pertama matang gonad berada pada kisaran 48% - 78%
sedangkan ukuran jaring yang digunakan pada alat tangge adalah sebesar 2 cm
sehingga dapat meloloskan pokea≤ 2.90 cm.
Pengaturan daerah penangkapan
didasarkan pada induk pokea di alam didominasi pada ukuran awal dan 50 %
matang gonad sehingga perlu zona perairan khusus (pemanfaatan terbatas) yang
menyediakan induk di beberapa bagian perairan. Daerah/zona tersebut dapat

dibagi menjadi 3 bagian yaitu : zona atas (stasiun 1 dan 2), zona tengah (stasiun 3
dan 4) dan zona muara (stasiun 5 dan 6) dengan panjang 1 km di setiap bagian
perairan. Pengurangan intensitas tangkapan di bulan puncak kematangan gonad
dan pemijahan pokea (Juli-September) sebanyak 1-2 trip dalam sebulan sehingga
memberikan kesempatan pokea untuk tumbuh. Penerapan bentuk pengelolaan
tersebut menyebabkan pokea dapat lestari dan sekaligus meningkatkan
keberlanjutan dan meningkatkan perekonomian masyarakat nelayan tangkap
pokea melalui ukuran (ukuran besar mempunyai harga jual lebih tinggi) dan
jumlah pokea yang tertangkap.
Kata kunci : ekobiologi, dinamika populasi, pengelolaan, pokea, Sungai Pohara

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

STUDI BIOEKOLOGI DAN DINAMIKA POPULASI POKEA
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897) YANG
TEREKSPLOITASI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN
DI SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA

BAHTIAR

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Sumber Daya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Ujian Tertutup : Senin, 16 Juli 2012

Penguji Luar Komisi :
1. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. (Staf Pengajar FPIK IPB)
2. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. (Staf Pengajar FPIK IPB)
Ujian Terbuka : Rabu, 08 Agustus 2012
Penguji Luar Komisi
1. Dr. Zulkifli Rangkuti, S.E., M.M., M.Si. (Staf Pengajar ABFI Perbanas)
2. Prof. Dr. Ir. Djamar T.F. Lumban Batu, M.Agr. (Guru Besar FPIK IPB)

Judul Disertasi : Studi Bioekologi dan Dinamika Populasi Pokea (Batissa
violacea var. celebensis von Martens, 1897) yang
Tereksploitasi Sebagai Dasar Pengelolaan di Sungai Pohara
Sulawesi Tenggara
Nama
: Bahtiar
NIM
: C261090011

Disetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Etty Riani, M.S.
Ketua

Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc.
Anggota

Prof. Dr. Ir. Ismudi Muchsin
Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

Tanggal Ujian : 08 Agustus 2012

Tanggal Lulus :

Kupersembahkan Disertasi ini buat :
Ibunda Rufau dan Ayahanda Badaruddin (Almarhum) dan
Saudaraku yang kucintai, isteri dan kedua anakku tersayang
Ayuliswanti, Muh. Ichwan Bahtiar, Azzahra Nura’in Bahtiar.

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang menjadikan
manusia sebaik-baik bentuk dan ciptaan sehingga menjadi pemimpin (khalifah) di
muka bumi ini untuk mengelola alam ini menjadi lebih baik. Salawat dan salam
kami haturkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan manusia
untuk tetap berada di atas kebenaran (sirath) dan tidak tersesat selamanya. Atas
petunjuk dan bimbinganNYA sehingga penelitian ini dapat terselesaikan menjadi
sebuah disertasi. Penelitian ini berjudul “ Studi Bioekologi dan Dinamika
Populasi Pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897) yang
tereksploitasi Sebagai Dasar Pengelolaan di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara”.
Dalam penyelesaian disertasi ini, berbagai pihak telah membantu dari awal
penelitian hingga penulisan. Olehnya itu, perkenankanlah pada kesempatan ini
penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang berlimpah kepada :
1. Dr. Ir. Etty Riani, M.S selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Isdradjat
Setyobudiandi, M.Sc. dan Prof. Dr. Ir. Ismudi Muchsin yang mencurahkan
segala tenaga dan perhatiannya untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan disertasi ini.
2. Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga selaku ketua program studi sumberdaya perairan
yang selalu memberikan nasehat dan perhatiannya serta kemudahan selama
menempuh perkuliahan.
3. Terkhusus Bapak Rahmat Kurnia yang telah membantu dalam beberapa
analisis statistik.
4. Rekan-rekan mahasiswa SDP Angkatan 2009 (Safruddin La Abukena, Yoyok
S, Gunawan P.Yoga, Muh. Zahid, Lismining, Frederika F. Pello) atas
dukungan, semangat dan kebersamaannya.
5. Rekan-rekan wacana Sultra yang sama-sama terus berjuang untuk menggapai
cita-cita.
6. Mahasiswa MSP Unhalu (Nurlin, Nurmail, Kamuliati, Suparman, Muh. Akib
dan Kabiruddin) dan teman-teman yang mengambil data di lapangan (Anton,
Zul, dan Iwan) yang telah banyak membantu selama penelitian
7. Teman seperjuangan (Laode Afa, Muhaimin, Muh. Ramli, Robin dan Laode
Alwi) yang banyak memberikan dorongan dan bantuannya.
8. Terkhusus kedua orang tua yang selalu mengimpikan agar anaknya dapat
menempuh pendidikan tinggi sehingga dapat berbakti pada agama, dan tanah
airnya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi
perbaikan tulisan ini.
Bogor,

Bahtiar

September 2012

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wanci Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara pada
tanggal 14 Januari 1977 sebagai anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan
Badaruddin dan Rufau. Pendidikan sarjana ditempuh di Manajemen Sumberdaya
Perairan Universitas Haluoleo sebagai angkatan pertama pada tahun 1994 dan
lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan Magister (S2) di Insititut
Pertanian Bogor pada program studi AIR dengan minat pengelolaan sumber daya
perairan di tahun 2003, dan menyelesaikan studi pada tahun 2005. Kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan Doktor pada tahun 2009 di IPB pada program studi
sumber daya perairan (SDP). Selama melanjutkan pendidikan di IPB (S2 dan S3),
penulis mendapatkan beasiswa yang bersumber dari BPPS.
Penulis bekerja sebagai staf edukatif di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari sejak tahun 2001. Bidang penelitian yang
menjadi tanggung jawab peneliti ialah Studi Bioekologi dan Dinamika Populasi
Pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897) yang tereksploitasi
Sebagai Dasar Pengelolaan di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara.
Selama mengikuti program S3, penulis telah menerbitkan 2 artikel ilmiah
yang merupakan salah satu syarat dalam ujian akhir. Kedua artikel tersebut yaitu :
1. Kepadatan dan Distribusi Pokea (Batissa violacea var. celebensis von
Martens, 1897) pada Substrat Berbeda di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara
yang diterbitkan pada jurnal Aqua hayati volume 8 nomor 2 April 2012.
2. Pengaruh Penambangan Pasir terhadap Kepadatan dan Distribusi Pokea
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897) di Sungai Pohara
Sulawesi Tenggara yang diterbitkan pada jurnal Agriplus volume 22 nomor 01
Januari 2012.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………

iii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...

iv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….

vi

PENDAHULUAN ……………………………………………………...

1

Latar Belakang ………………………………………………….............
Perumusan Masalah ……………………………………………………..
Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………….
Kebaruan Penelitian ……………………………………………………..

1
3
4
5

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...
Gambaran Umum/Hidromorfologi Sungai Pohara ……………………..
Klasifikasi Pokea ………………………………………………………..
Sebaran Geografik Pokea ……………………………………………….
Faktor-Faktor Bioekologi ……………………………………………….
Pertumbuhan Somatik …………………………………………………..
Pertumbuhan Reproduktif ………………………………………………
Ketersediaan Makanan dan Kebiasaan Makan ………………………….
Dinamika Populasi ………………………………………………………
Stok Bivalvia Alami ……………….……………………………………
Stok Bivalvia Tereksploitasi …………………………………………….
Konservasi dan Pengelolaan …………………………………………….

7
7
7
8
8
12
12
14
15
18
19
20

METODE PENELITIAN ……………………………………………....
Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………..
Metode dan Desain Penelitian …………………………………………..
Variabel Pengukuran ……………………………………………………
Bahan dan Metode Pengukuran …………………………………………
Analisis Data ……………………………………………………………

23
23
23
26
26
34

HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….
Kualitas Air ……………………………………………………………..
Komposisi Tekstur Substrat Perairan……………………………………
Kebiasaan Makanan……………………………………………………...
Indeks Bagian Terbesar………………………………………………….
Kepadatan Pokea ………………………………………………………..
Hubungan Kualitas Lingkungan dan Kepadatan Pokea ………………..
Pengelompokkan Populasi Pokea ……………………………………….
Reproduksi ………………………………………………………………
Nisbah Kelamin………………………………………………………….
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)……………………………………..
Fekunditas………………………………………………………………..
Diameter Telur…………………………………………………………..

43
43
46
48
48
51
53
56
56
56
58
64
65

i

Indeks Kematangan Gonad (IKG)………………………………………
Ukuran Pokea Pertama Kali Matang Gonad…………………………….
Dinamika Populasi Pokea……………………………………………….
Kelompok Umur…………………………………………………………
Pertumbuhan…………………………………………………………….
Hubungan Lebar Cangkang dan Berat…………………………………..
Pertumbuhan Populasi…………………………………………………...
Mortalitas ………………………………………………………………..
Rekrutmen (Penambahan Baru)…………………………………………
Tingkat Eksploitasi………………………………………………………
Laju Eksploitasi…………………………………………………………
Tingkat Produksi dan Upaya Penangkapan Pokea………………………
Analisis Stok berdasarkan Hasil per Penambahan Baru Relatif (Y/R’)
dan Biomasa per Penambahan Baru relatif (B/R’)………………………
Kemampuan Pulih Kembali Pokea………………………………………
Status Perikanan Pokea di Perairan Sungai Pohara……………………..
Konsep Pengelolaan Perikanan Pokea di Perairan Sungai Pohara………
Penentuan Ukuran Pokea yang Boleh Ditangkap………………………..
Penentuan Ukuran Mata Jaring Keranjang Tangge yang Boleh
Digunakan……………………………………………………………….
Pengaturan Daerah dan Musim Penangkapan…………………………...

96
96

KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….
Kesimpulan………………………………………………………………
Saran……………………………………………………………………..

99
99
99

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………

101

LAMPIRAN …………………………………………………………….

111

ii

66
70
72
72
73
74
77
80
81
82
82
83
86
89
91
93
94

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Parameter lingkungan yang diukur dalam penelitian ………

27

2.

Persentase tekstur substrat berdasarkan stasiun pengamatan
di Sungai Pohara…………………………………………….

47

Karakter morfometrik cangkang pokea jantan dan betina
selama penelitian……………………………………………

57

Nisbah kelamin jantan dan betina berdasarkan waktu
pengamatan……………………………………………….....

58

5

Tingkat perkembangan gonad pokea jantan………………...

59

6

Tingkat perkembangan gonad pokea betina………………...

60

7

Hasil analisis Man Whitney IKG jantan di setiap bulan…...

68

8

Hasil analisis Man Whitney IKG betina di setiap bulan…...

69

9

Sebaran frekuensi lebar pokea jantan dan betina dari bulan
Maret 2011-Februari 2012 di Sungai Pohara ………….....

73

Hubungan lebar cangkang berat pokea berdasarkan waktu
penelitian (1 = berat basah; 2 = berat kering)………………

75

Nilai koefisien regresi (b) dari hubungan panjang cangkang
dengan berat tubuh beberapa jenis bivalvia…………………

75

Parameter pertumbuhan pokea jantan dan betina di Sungai
Pohara……………………………………………………….

77

Ukuran rata-rata pokea yang tertangkap selama penelitian di
Sungai Pohara……………………………………………….

78

Lebar cangkang dan umur pokea yang tertangkap selama
penelitian di Sungai Pohara…………………………………

80

15

Variabel’ yang dibutuhkan dalam perhitungan Y/R’……….

86

16

Produksi tahunan pokea berdasarkan analisis frekuensi
ukuran ………………………………………………………

91

Jumlah kepala keluarga yang mendiami DAS Pohara……..

92

3
4

10
11
12
13
14

17

iii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Kerangka pendekatan pemecahan masalah penelitian ………

2.

Peta lokasi/penempatan stasiun penelitian di Sungai Pohara

25

3.

Alat tangkap pokea (tangge) yang digunakan masyarakat.
Keterangan : (A = besi pelingkar, B = bambu, C = tali dan D
= mata tangge) dalam berbagai ukuran …………………….

29

4.

Dimensi cangkang pokea …………………………………...

30

5.

Alur pikir pengelolaan pokea di Sungai Pohara …………...

42

6.

Pengelompokkan stasiun berdasarkan kualitas perairan dan
tekstur substrat ………………………………………………

43

Nilai kualitas air masing-masing dari bulan Maret 2011
sampai Februari 2012 di Sungai Pohara.……………………

44

Komposisi jenis makanan pokea berdasarkan waktu
pengamatan di setiap kelompok stasiun.…………………….

49

9.

Kepadatan pokea selama penelitian di Sungai Pohara. …….

51

10.

Faktor lingkungan perairan dan substrat perairan yang
dianalisis secara multivariat...………………………………..

54

Gonad pokea jantan dan betina pada tingkat kematangan
gonad (TKG) IV……………………………………………...

57

12.

Histologi gonad pokea jantan………………………………...

61

13.

Histologi gonad pokea betina………………………………...

62

14.

Tingkat kematangan gonad pokea jantan dan betina selama
penelitian……………………………………………………..

63

Hubungan antara fekunditas dengan lebar cangkang dan
bobot total pokea…………………………………………….

65

Sebaran ukuran diameter telur pokea berdasarkan tingkat
kematangan gonad……………………………………………

66

Analisis Bhattacharya pada sebaran ukuran diameter telur
pokea pada TKG III dan IV………………………………….

66

Nilai rata-rata IKG pokea jantan dan betina berdasarkan
waktu penelitian……………………………………………...

67

Ukuran rata-rata diameter telur matang gonad berdasarkan
waktu penelitian……………………………….....................

68

Hubungan bahan organik sedimen (BOT) dan IKG ………...

70

7.
8.

11.

15.
16.
17.
18.
19.
20

iv

6

21

Ukuran pertama kali matang gonad pokea jantan dan betina..

71

22

Pola pertumbuhan sesaat pokea jantan dan betina dari
hubungan lebar cangkang-berat……………………………...

76

Kurva pertumbuhan von Bertalanffy berdasarkan data
frekuensi panjang pokea……………………………………...

79

Mortalitas pokea jantan dan betina berdasarkan kurva hasil
tangkapan yang dikonversi…………………………………...

80

Penambahan baru pokea di Sungai Pohara dari bulan Maret
2011-Februari 2012…………………………………………..

81

Hasil dan upaya penangkapan yang didaratkan di Pasar
Pohara………………………………………………………..

84

Hubungan antara hasil tangkapan (Y) dan upaya (f)
penangkapan yang didaratkan di Pasar Pohara………………

85

Hubungan antara laju eksploitasi dengan hasil per
penambahan baru relatif (Y/R’) dan biomasa per
penambahan baru relatif (B/R’) dalam kondisi simulasi; …...

87

Hubungan antara laju eksploitasi dengan hasil per
penambahan baru relatif (Y/R’) dan biomasa per
penambahan baru relatif (B/R’) dalam kondisi saat ini……..

88

Komposisi induk pokea selama penelitian (Maret 2011Februari 2012)………………………………………………..

90

Hubungan antara ukuran pokea dengan jumlah pokea yang
tertangkap, dengan jumlah pokea jantan dan betina yang
matang gonad………………………………………………...

95

Jumlah populasi pokea (N) pada selang kelas lebar
cangkang (cm)……………………………………………….

97

23
24
25
26
27
28

29

30
31

32

v

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1

Halaman
Kualitas air dan tekstur substrat selama penelitian di Sungai
Pohara ……………………………………………………….

112

2

Curah hujan rata-rata harian (mm) dari tahun 2007-2011….

112

3

Eceng gondok yang berasal dari Rawa Aopa yang terbawa
saat hujan…………………………………………………….

113

Indeks bagian terbesar (IBT) berdasarkan kelompok stasiun
pengamatan …………………………………………………

114

5

Komposisi jenis dan kelimpahan plankton di Sungai Pohara..

116

6

Kepadatan pokea disetiap kelompok stasiun selama
penelitian …………………………………………………….

122

Hasil analisis komponen utama (PCA) kualitas air dan
substrat perairan Sungai Pohara …………………………….

123

Pengelompokkan populasi pokea jantan (a) dan betina (b)
berdasarkan persent coefficient kemiripan karakter
morfometrik masing-masing stasiun pengamatan …………..

124

Hasil analisis Man Whitney terhadap karakter morfometrik
pokea jantan dan betina di setiap bulan……………………...

124

Hasil analisi Man Whitney-U test IKG berdasarkan waktu
pengamatan…………

125

Analisis korelasi Pearson dari hubungan IKG terhadap
beberapa parameter kualitas air …………………………….

126

Hubungan lebar cangkang-berat pokea jantan dan betina
selama penelitian……………………………………………..

126

Pertumbuhan pokea jantan dan betina berdasarkan
persamaan inverse von Bertalanffy…………………………..

129

14

Hasil perhitungan nilai Z pada pokea jantan dan betina …….

130

15

Sebaran frekuensi lebar cangkang pokea jantan……………..

133

16

Sebaran frekuensi lebar cangkang pokea betina……………..

133

17

Produksi pokea, upaya dan CPUE bulanan selama
penelitian……………………………………………………

134

Hasil analisis hasil per rekrut Beverton dan Holt pada
kondisi Lc alami (1.25 cm) dari pokea jantan dan betina ….

135

Hasil analisis kemampuan pulih biomassa pokea di Sungai
Pohara ………………………………………………………

136

4

7
8

9
10
11
12
13

18
19

vi

20

Sebaran frekuensi lebar cangkang pokea berdasarkan stasiun
pengamatan ………………………………………………….

vii

140

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai Pohara adalah salah satu sungai besar dan muara dari hampir seluruh
sungai yang terdapat di Jazirah Tenggara Sulawesi. Sungai ini melewati 3
kabupaten, dengan hulu di Kabupaten Kolaka dan Konawe Selatan, dan
bermuaranya di Kabupaten Konawe. Masyarakat di sepanjang daerah aliran
sungai (DAS) memanfaatkan sungai ini untuk kebutuhan sehari-hari dalam
berbagai peruntukan, diantaranya adalah untuk kegiatan pertanian, perkebunan,
peternakan, sumber air minum, cuci, kakus (MCK), perikanan, dan penambangan
pasir (Bahtiar, 2005).
Pada sisi lain, sungai ini menyimpan potensi sumberdaya hayati bivalvia
yang masyarakat Sulawesi Tenggara mengenalnya dengan nama pokea (Batissa
violacea var. celebensis von Martens, 1897) (Kusnoto, 1953).

Pokea telah

dimanfaatkan secara luas, tidak terbatas hanya pada daerah sekitar sungai tetapi
seluruh masyarakat di daratan Sulawesi Tenggara. Hal ini dikarenakan citarasa
yang enak dengan kandungan persentase karbohidrat, protein, lemak dan abu
berturut-turut berkisar 0.93-1.50%, 5.56-6.98%, 7.97-9.30%, dan 1.22-2.00%
serta sisanya adalah air (data belum dipublikasi, 2008). Organisme ini telah
memberikan kehidupan pada sebagian masyarakat sebagai pengambil pokea,
sehingga menjadi mata pencaharian dan sumber pendapatan bagi penduduk.
Akhir-akhir ini, permintaan akan daging pokea terus meningkat, menyebabkan
masyarakat melakukan pengambilan pokea secara intensif.

Berdasarkan data

yang dikumpulkan di lapangan, pada tahun 2005 jumlah pengambil pokea
sebanyak 167 orang yang tersebar di sepanjang sungai.

Pengambilan pokea

dilakukan dengan frekuensi pengambilan lebih kurang 2 kali seminggu. Jumlah
pokea dalam sekali pengambilan rata-rata 25-50 kg/orang. Kondisi ini dapat
menyebabkan penurunan kelas ukuran tangkap dan hilangnya kelompok ukuran
tua dan dewasa (Bahtiar, 2005).
Sumber pendapatan (mata pencaharian) lain dari penduduk di sepanjang
Sungai Pohara adalah penambangan pasir. Penambangan pasir secara manual

2

sudah dilakukan sejak tahun 1960-an sampai sekarang dengan rata-rata
penambangan

3

m3/hari/perahu.

Jumlah

masyarakat

yang

melakukan

penambangan pasir sampai saat ini adalah 10 orang/perahu yang dilakukan pada
bagian atas ke arah hulu (up ward) sehingga bagian hilir yang merupakan habitat
dan distribusi pokea mengalami penurunan kualitas perairan. Hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya kandungan TSS di perairan (data belum dipublikasi, 2008).
Penambangan pasir dengan menggunakan mesin pengisap pasir mulai beroperasi
tahun 2004 oleh 24 unit usaha yang melibatkan 152 tenaga kerja. Penambangan
pasir dengan menggunakan mesin ini mengalami peningkatan pada tahun 2005
sebanyak 28 unit usaha yang melibatkan 186 tenaga kerja (BPS Kabupaten
Konawe, 2006). Puncak penambangan pasir terjadi pada tahun 2007-2008 dengan
beroperasinya 40 mesin pompa yang menghisap pasir dengan rata-rata
penambangan 10 m3/hari/mesin.

Hal ini terlihat jelas dengan bertambahnya

kedalaman dan terjadinya erosi di tepi sungai. Selain itu terjadinya peningkatan
sedimen di beberapa bagian perairan mengakibatkan pokea sudah tidak ditemukan
lagi pada daerah penambangan pasir dan bagian sungai yang mengalami
sedimentasi (data belum dipublikasi, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan penambang pasir
(2008) terlihat bahwa telah terjadi peningkatan pengambilan pasir dari sebelum
tahun 1990-an hanya dihasilkan pasir sebesar 120 m3/minggu dari 10 perahu yang
beroperasi, sedangkan tahun 2008 meningkat sebesar 1200 m3/minggu. Sejak
tahun 2009, aktivitas penambangan pasir dengan menggunakan mesin

telah

dilarang oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Konawe untuk beroperasi di
Sungai Pohara. Namun sampai saat ini, dampak yang ditimbulkan akibat
beroperasinya mesin penghisap pasir berupa rusaknya tekstur substrat habitat
pokea masih ditemukan di beberapa bagian perairan.

Kondisi ini dapat

memperlambat laju pengkolonisasian kembali pokea di habitat tersebut.
Permasalahan tersebut di atas merupakan penyebab penurunan kuantitas dan
kualitas pokea karena daya regenerasi yang rendah yang tidak seimbang dengan
laju penangkapan dan rusaknya habitat pokea di beberapa bagian perairan. Hal ini
terlihat jelas sebelum tahun 1990-an, pokea dapat dihasilkan lebih kurang 25-30

3

kg/jam (Wawancara, 2005). Pada tahun 2005, pokea hanya dihasilkan 10-15
kg/jam (Bahtiar, 2005).
Selain hal itu, informasi yang berhubungan dengan kondisi bioekologi dan
dinamika populasi pokea masih sangat terbatas.

Penelitian-penelitian masih

dilakukan secara spasial dan temporal dan terbatas hanya menyangkut ekologi dan
biologi pokea yaitu kepadatan, penyebaran dan makanan alami dan TKG.
Penelitian tentang Batissa sp yang pernah dilakukan adalah morfologi dan sebaran
geografis Batissa sp (Kusnoto, 1953), ekologi Batissa violacea kai (Ledua, 1996),
kepadatan, penyebaran dan perilaku makan lokan (Djabang, 2000), ekologi
populasi pokea (Bahtiar, 2005), dan ekologi kerang lokan dan TKG (Putri, 2005);
sedangkan penelitian studi bioekologi dan dinamika populasi sebagai dasar
pengelolaan pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897) di Sungai
Pohara belum pernah dilakukan.

Sehubungan dengan hal di atas, mengingat

pentingnya organisme ini karena statusnya sebagai sumber pangan dan mata
pencaharian masyarakat, yang laju penurunannya sejalan dengan tingginya
intensitas penangkapan, kerusakan lingkungan dan habitat perairan serta
kurangnya informasi dasar yang mengungkap tentang aspek bioekologi dan
dinamika populasi pokea sebagai dasar pengelolaan, maka menjadi penting untuk
dilakukan penelitian.
Perumusan Masalah
Keberadaan sumberdaya pokea di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara saat ini
mengalami

degradasi/penurunan

kemampuan

pulih

sehubungan

dengan

eksploitasi pokea dan penurunan kualitas perairan dari kegiatan penambangan
pasir yang sedang berlangsung dan telah berakhir di beberapa bagian perairan.
Penurunan daya pulih terkait dengan laju pertumbuhan dan rekrutmen yang
cenderung menurun di bawah kematian total populasi pokea yang ditunjukkan
dengan pertumbuhan populasi yang didominasi stadia muda. Sumber penyebab
dari penurunan kelompok stadia tersebut yaitu :
1. Aktivitas penggalian pasir yang sedang berlangsung dan telah berakhir serta
pengambilan pokea telah merusak dan merubah struktur habitat sedimen dasar

4

perairan dan menyebabkan penurunan kualitas perairan sehingga kepadatan
stok berubah menurun tajam.
2. Kegiatan eksploitasi pokea yang meningkat dan mengambil ukuran dewasa
matang gonad melampaui daya pulih pembentukan biomassa sumberdaya
pokea.
Rekrutmen akan tercapai bila jumlah induk pokea yang telah mencapai
matang gonad tersedia dalam jumlah yang cukup. Dengan kata lain bahwa, rekrut
dalam stok (R) tercapai apabila pertumbuhan dan rekrutmen (G+R) lebih besar
dari hasil tangkapan dan kematian alami (F+M) atau kematian total (Z).
Oleh karena itu, pendekatan terhadap permasalahan tersebut dapat dilihat
dari beberapa sisi antara lain : 1) lingkungan yang mendukung keberadaan
populasi pokea yang telah mengalami degradasi, interaksi faktor fisik, kimia dan
biologi (ekobiologi) merupakan satu kesatuan komponen ekologis yang dapat
mempengaruhi struktur stok pokea. 2) strategi pengelolaan yang efektif dalam
menunjang keberlanjutan stok pokea di alam. Untuk lebih jelasnya kerangka
pemecahan masalah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Menganalisis kepadatan populasi pokea secara spasial dan temporal
2. Menganalisis potensi tumbuh somatik dan reproduktif populasi pokea
3. Menganalisis tingkat eksploitasi dan kemampuan pulih kembali sebagai dasar
pengelolaan stok pokea
4. Merumuskan bentuk pengelolaan sumberdaya pokea di Sungai Pohara
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang pokea yang belum diketahui sehingga dapat
berkontribusi dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
2. Menemukan konsep pengelolaan stok pokea melalui pengaturan ukuran pokea
yang boleh ditangkap, ukuran mata jaring keranjang tangge, daerah
pemanfaatan terbatas dan musim tangkapan sehingga dapat menjamin
keberlangsungan populasi pokea di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara.

5

Kebaruan Penelitian
Pokea merupakan sumber keanekaragaman hayati dan dimanfaatkan secara
intensif oleh masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pohara. Bivalvia ini
terus mengalami penurunan dan dikhawatirkan akan mengalami kepunahan.
Namun, studi yang dilakukan pada jenis Batissa sp terbatas pada beberapa aspek
ekobiologi (kepadatan, TKG, IKG, dan kebiasaan makanan) yang dilakukan oleh
Ledua et al, (1996), Jabang (2000) Bahtiar (2005), dan Putri (2005) sedangkan
yang berkaitan dengan bioekologi dan dinamika populasi secara terintegrasi dalam
upaya pengelolaan pokea belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.
Penelitian ini dititik beratkan pada bioekologi pokea meliputi : kepadatan secara
spatial dan temporal, habitat dan musim pemijahan, peluang 50% matang gonad,
dan potensi rekrut, sedangkan dinamika populasi pokea meliputi pertumbuhan,
kematian, rekrutmen, tingkat eksploitasi, hasil/rekrut dan CPUE. Informasi yang
berhubungan dengan hal tersebut di atas dijadikan dasar dalam pengelolaan
sumberdaya populasi pokea melalui pengaturan ukuran pokea yang boleh
ditangkap, ukuran mata jaring keranjang tangge, daerah pemanfaatan terbatas dan
musim tangkapan di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara.

6

7

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum/Hidromorfologi Sungai Pohara
Sungai Pohara merupakan tipe sungai permanen yang terdiri dari 23 cabang
sungai yang berasal dari 2 kabupaten yaitu Kabupaten Konawe dan Konawe
Selatan dan bermuara di Kabupaten Konawe (Sungai Pohara).

Sungai ini

mempunyai lebar berkisar 40-90 meter dengan tepi yang ditemukan dalam kondisi
landai sampai curam (dominan). Dominansi tepi yang curam diakibatkan oleh
tingginya aktivitas penambangan disekitarnya sehingga material pasir pada bagian
tepi akan bergeser ke badan sungai.

Kondisi ini juga akan mengakibatkan

dalamnya perairan yang dapat berkisar 9-12 meter. Pada daerah yang tidak
dilakukan penambangan pasir ditemukan kedalaman perairan berkisar 1-5 meter
dengan sedimen dasar perairan umumnya pasir-kerikil (Bahtiar, 2005).
Pokea ditemukan pada segmen muara (Sungai Pohara) dan tidak ditemukan
pada segmen lain pada sungai ini, dengan kedalaman 1-9 meter pada bagian tepi
maupun tengah sungai dengan sedimen pasir dan kerikil. Pada daerah bekas
penambangan pasir dengan tekstur substrat liat ditemukan dalam jumlah sedikit
dan daerah masih berlangsungnya penambangan pasir dengan tekstur substrat liat
tebal, bivalvia tidak ditemukan lagi (Bahtiar, 2007).
Klasifikasi Pokea
Sistematika kerang air tawar Batissa violacea var. celebensis von Martens,
1897 (Kusnoto, 1953) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas

: Pelecypoda

Ordo

: Eulamellibranchia

Famili : Corbicullidae
Genus : Batissa
Spesies : Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897
Nama lokal : Pokea (Sultra), Lokan (Sumbar)

8

Sebaran Geografik Pokea
Pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897) merupakan
bivalvia yang hidup di beberapa sungai di Sulawesi Tenggara yang mempunyai
kekhasan dibandingkan dengan Batissa dari daerah lain. Kekhasan pokea ini
dapat terlihat dari kondisi morfologi dan ekologis perairan yang ditempatinya.
Pokea mempunyai bentuk cangkang yang cenderung lebih lancip. Umumnya
pokea hanya ditemukan hidup di daerah dengan salinitas rendah 0 o/ oo (Bahtiar,
2005), sedangkan lokan Sumatra mempunyai cangkang yang bulat dan lebih
cembung dan dapat hidup pada daerah dengan salinitas yang lebih tinggi 0.2-5 o/ oo
(Putri, 2005). Pokea hanya ditemukan pada segmen muara di 3 (tiga) sungai besar
pada 3 kabupaten berbeda yaitu Sungai Lasolo di Kabupaten Konawe Utara,
Sungai Rarowatu (Taman Nasional Rawa Aopa) di Kabupaten Konawe Selatan
dan Sungai Pohara di Kabupaten Konawe (Bahtiar, 2007).
Bivalvia yang sejenis dengan B. violacea juga tersebar pada bagian barat
pasifik (Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Australia barat daya) dan berbagai
daerah lainnya di Pasifik (Dudgeon dan Morton, 1989). Menurut Sastrapradja
(1977) bahwa B. violacea, Lamarck tersebar di Asia Tenggara dan Australia
Utara. Secara geografik, di Indonesia tersebar di Sumatra, Jawa (Sastrapradja
1977), Papua Barat (Djajasasmita, 1977) dan Sulawesi (Kusnoto, 1953).
Faktor-Faktor Bioekologi
Kualitas Fisik Perairan
Karakteristik sedimen dapat mempengaruhi distribusi, kelimpahan dan
keberhasilan reproduksi bivalvia. Komposisi dan kestabilan substrat (terutama
lumpur dan pasir) di daerah deposisi merupakan faktor penentu distribusi dan
kelangsungan hidup bivalvia tipe penggali (Quintero, 2007).
Perubahan tekstur sedimen yang disebabkan oleh banjir di sungai berakibat
pada penurunan rekrutmen kerang Margaritifera margaritifera pada stadia juvenil
(Hastie et al. 2001). Perubahan ini dapat mempengaruhi secara langsung melalui
penempelan (settle) bivalvia pada substrat yang sesuai setelah stadia penempelan
juvenil bivalvia pada ikan inang (Weber, 2005) dan hilangnya daerah

9

perlindungan saat banjir melalui penguburan diri pada substrat (Hastie et al.,
2001).
B. violacea kai ditemukan pada substrat lumpur halus dengan kepadatan
yang rendah sampai pada kerikil besar bercampur dengan pasir. Kepadatan
tertinggi dari organisme ini ditemukan pada substrat campuran pasir halus, kerikil
kecil dan lumpur hitam kebiru-biruan yang melengket (Ledua et al., 1996). B.
violacea Lamarck ditemukan lebih tinggi di dasar yang berlumpur daripada dasar
berlumpur bercampur serasah (Djajasasmita, 1977).
Partikel sedimen mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari yang kasar
sampai halus. Ukuran partikel sedimen berperanan penting bagi kelimpahan dan
distribusi bivalvia (Jones dan Ricciardi, 2005). B. violacea, Lamarck umumnya
terdapat pada permukaan atau membenamkan diri di dalam substrat (Sastrapradja,
1977; Djajasasmita, 1977). Pokea ditemukan dari substrat lumpur bercampur
pasir dan kerikil kasar (Bahtiar, 2005).
B. violacea, Lamarck berada pada daerah dengan kondisi arus yang lemah
dan tidak jauh dari muara (Sastrapradja, 1977) yang mempunyai kecepatan arus
berkisar 5.55-12.80 cm/detik (Jabang, 2000). Pokea ditemukan pada daerah yang
berarus lebih cepat dengan kisaran 0,05– 0,97 m/detik (Bahtiar, 2005).
Nilai total padatan terlarut yang tinggi menyebabkan penurunan biomassa
bivalvia. Hal ini berhubungan dengan kemampuan bivalvia dalam mengambil
makanan yang terlarut. Peningkatan kekeruhan dapat mengencerkan kualitas
seston melalui peningkatan fraksi material anorganik terlarut (liat).

Ketika

kualitas seston di perairan rendah, diikuti dengan laju respirasi bivalvia rendah
sehingga akan mempengaruhi laju pertumbuhannya.

Tingginya TSS dapat

mempengaruhi efisiensi kebiasaan makan kerang. Jika konsentrasi lumpur tinggi
di perairan maka kerang memerlukan energi yang tinggi untuk memisahkan
makanan dengan partikel-partikel yang tidak diinginkan (Jones dan Ricciardi,
2005). B. violacea Lamarck hidup pada kecerahan 25-100 cm (Jabang, 2000).
Peningkatan kekeruhan akan menyebabkan penurunan rekrutmen juvenil
Lampsilis australis dan meningkatnya kematian bivalvia di perairan (O’Brien dan
Box, 1999)

10

Suhu perairan memainkan peranan penting bagi bivalvia air tawar. Periode
reproduksi bivalvia sangat ditentukan oleh suhu perairan. Seperti halnya famili
Corbicula, Corbicula fluminea dapat melakukan reproduksi sekali, dan bahkan
dua kali setahun pada daerah yang sama, yang dipicu oleh peningkatan suhu
perairan (Sousa et al. 2008). Salah satu jenis bivalvia yang mengerami larvanya
seperti Lampsilis australis melepaskan larva glochidianya ketika suhu perairan
22±2 oC (Blalock-Herod, 2002). Puncak reproduksi dari 3 spesies Quadrula
menunjukkan bahwa waktu reproduksi Quadrulla. fragosa, Q. cylindrical, dan Q.
pustulosa secara dominan diatur oleh suhu perairan. Ketiga spesies Quadrula
tersebut bereproduksi selama musim panas dengan puncak pembebasan gamet
selama bulan Juni, Juli dan Agustus (Galbraith dan Vaughn, 2009). Batissa
violacea kai ditemukan pada suhu 26-29 oC dan ditemukan melimpah pada suhu
27-28oC (Ledua et al., 1996).

Demikian halnya dengan B. violacea Lamarck

yang ditemukan di Sumatera berkisar 26-28oC (Jabang, 2000).
Kedalaman perairan dapat mempengaruhi kepadatan dan distribusi bivalvia
air tawar. Beberapa jenis bivalvia air tawar mempunyai kecenderungan yang
berbeda-beda terhadap kedalaman perairan. Pada genus Dreissena, jenis
Dreissena polymorpha lebih menyenangi perairan yang dangkal, yang
ditunjukkan dengan kepadatan yang sangat tinggi, sedangkan Dreissena bugensis
ditemukan dominan pada daerah yang lebih dalam.

Kedalaman perairan

berpengaruh tidak langsung terhadap keberadaan bivalvia melalui toleransinya
untuk terekspos secara langsung pada kondisi kering/panas. Selain itu, daerah
dangkal berkorelasi dengan arus yang lebih kuat sehingga bentuk morfologi
cangkang yang lebih bundar (Dreissena bugensis) tidak kuat berikatan dengan
substrat (Ricciardi dan Whoriskey, 2004). B. violacea kai yang ditemukan di Fiji,
Sungai Ba umumnya berada pada kedalaman yang rendah yaitu 0.2-1.4 (Ledua et
al., 1996). Namun dapat pula ditemukan hidup pada kedalaman 5 meter atau
lebih yang ditemukan di daerah Sumatera (Sastrapradja, 1977), sedangkan pokea
ditemukan pada kedalaman 0.87-6 m (Bahtiar, 2005).

11

Kualitas Kimia Perairan
Sedimen yang kaya dengan bahan organik sering berkorelasi positif dengan
densitas yang tinggi dari beberapa jenis bivalvia. Bahan organik tersebut
dimanfaatkan bivalvia sebagai makanan. Bivalvia dewasa unionidae dan
corbiculidae mengambil makanan berupa partikel organik terlarut dengan inhalant
siphon yang diarahkan ke insang dan partikel organik bentik dengan
menggunakan kaki (Vaughn et al., 2008).

Namun B. violacea Lamarck

ditemukan pada kondisi organik tanah pada kisaran yang rendah 1,96-8.09%
(Jabang, 2000).
Nilai pH akan berpengaruh pada proses pemijahan kerang.

Pemijahan

kerang akan dipercepat pada suasana basa dan pemijahan kerang akan menjadi
lambat pada suasana asam (Setyobudiandi, 2000). Nil