PELAKSANAAN PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS ILEGAL DI SUNGAI MENYUKE KABUPATEN LANDAK, KALIMANTAN BARAT.

JURNAL
PELAKSANAAN PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
SEBAGAI AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS ILEGAL DI SUNGAI
MENYUKE KABUPATEN LANDAK, KALIMANTAN BARAT

Diajukan Oleh :
AYUB RICARDO
NPM

: 12 05 10960

Program Studi

: IlmuHukum

Program Kekhususan

: Hukum Pertanahan Dan Lingkungan Hidup

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM

2016

PELAKSANAAN PENGENDALIAN KERUSAKA LINGKUNGAN SEBAGAI
AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS ILEGAL DI SUNGAI MENYUKE
KABUPATEN LANDAK, KALIMANTAN BARAT
Ayub Ricardo
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Club.ayub@yahoo.com
Abstrack
Gold mining activities in the Landak are not only legally managed by companies but
there are also traditional sans legal mining activities managed by the locals. Mining
activities, whether legal or not legal, tend to cause degradation or damage to the
environment.

Legal issues are examined first, how is the control of environmental degradation as a
result of legal gold mining in Menyuke River, Landak Regency and secondly, whether
there are any obstacles faced in carrying out control of environmental damage as a result
of legal gold mining in the Menyuke River, Landak Regency. This research is an
empirical legal research with the data collected through interviews with respondents and
interviewees as well as the study of library.

The results showed that the Department of Mining and Energy has conducted
dissemination in Landak regency about the impact of illegal gold mining, detaining of the
perpetrators, and curbing the perpetrators of illegal gold mining. In addition, supervision
and coordination by Environmental Agencies in conducting the Menyuke River, Landak
Regency recovery with reforestation of land against a former illegal gold mining and
Agriculture and seeds provide help plantation to the perpetrators of the illegal gold
mining. However, in practice, the control of environmental damage is not running
optimally, due to a lack of constraints on the amount of human resources owned by the
Environmental Agency of the Menyuke River, Landak Regency, as well as the absence of
a criminal law process conducted by units of the Police Districts and the Civil Service
Police division of, Landak Regency against the perpetrators of the illegal gold mining. As
for the author's advice is: the perpetrators of the illegal gold mining are encour aged to
have permissions or switch professions, and reform need to be made more consistent.
Keywords:

illegal

gold

mining,


environmental

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu kekayaan
alam yang dimilki oleh negara
Indonesia adalah pertambangan,
negara
sebagai
kekuasaan
tertinggi,
telah
memberikan
kewenangan kepada pemerintah
dan/atau pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan penguasaan,
pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam di bidang
pertambangan.


degradation,

control.

Hadirnya pertambangan
memberikan dampak positif bagi
negara, diantaranya meningkatkan
pendapatan negara, menciptakan
lapangan pekerjaan, mempercepat
pembangunan nasional. Disatu
sisi pertambangan juga dapat
menimbulkan
permasalahan
lingkungan hidup, diantaranya
kerusakan bentang alam, erosi,
sedimentasi, hilangnya kesuburan
tanah, dan pencemaan air.
Kabupaten Landak di
Provinsi Kalimantan Barat adalah


1

beberapa permasalahan yang
hendak dikaji antara lain :
a. Bagaimanakah
pelaksanaan
pengendalian
kerusakan
lingkungan sebagai akibat
pertambangan emas ilegal di
Sungai Menyuke Kabupaten
Landak, Kalimantan Barat?
b. Apakah ada kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan
pengendalian
kerusakan
lingkungan sebagai akibat
pertambangan emas ilegal di
Sungai Menyuke Kabupaten

Landak, Kalimantan Barat?
B. Metode
1. Jenis Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian hukum empiris,
yaitu penelitian yang berfokus
pada perilaku masyarakat
hukum (Law In Action) dan
penelitian ini memerlukan data
primer sebagai data utama di
samping data sekunder.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer diperoleh
melalui wawancara dengan
responden dan narasumber
terkait
pelaksanaan

pengendalian
kerusakan
lingkungan sebagai akibat
pertambangan emas ilegal
di
Sungai
Menyuke
Kabupaten
Landak,
Kalimantan Barat.
b. Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh
dengan
mengumpulkan
bahan dari buku-buku
pustaka yang digunakan
sebagai referansi penunjang
penelitian. Data sekunder
tersebut meliputi:
1) Bahan Hukum Primer

yang meliputi peraturan
perundang-undangan
2) Bahan
Hukum
Sekunder, yaitu :

salah satu kabupaten yang
memiliki potensi pertambangan
emas. Kegiatan pertambangan
emas di Kabupaten Landak tidak
hanya dikelola oleh perusahaan,
tetapi
juga
dikelola
oleh
masyarakatyang sekaligus pelaku
pertambangan emas ilegal PETI.
Kegiatan PETI banyak ditemukan
di Daerah Aliran Sungai DAS,
sehingga rentan menimbulkan

pencemaran dan/atau kerusakan
pada DAS.
Kerusakan DAS akibat
kegiatan PETI juga terjadi di
Kecamatan Menyuke, kegiatan
tersebut beroperasi di hulu sungai
Menyuke,
sehingga
mengakibatkan kerusakan lahan
disekirat
lingkungan
DAS
Menyuke, pendangkalan dan
penyempitan badan sungai akibat
endapan lumpur dan pasir.
Dampak lain adalah tercemarnya
air
sungai yang kemudian
membuat masyarakat kesulitan
mendapatkan akses air bersih.

Kondisi lingkungan yang rusak
memicu bencana banjir. Bencana
banjir pada tahun 2014 silam,
merendam tiga desa yang berada
di sepanjanga aliran Sungai
Menyuke, tiga desa tersebut
adalah Desa Songga, Desa
Ansang,
dan
Desa
Darit.
Permasalahan lingkungan akibat
PETI di Kecamatan Menyuke
belum dapat diselesaikan oleh
pemerintah. Melihat kurangnya
kesadaran pelaku PETI terhadap
kelastarian
lingkungan
dan
ditambah lagi dengan lemahnya

penegakan
hukum
membuat
kerusakan lingkungan akibat
PETI semakin sulit dikendalikan.
2. Rumusan Masalah
Sebagaimanan
telah
dipaparkan dalam latar belakang
di atas, penulis menemukan

2

5. Sampel
Berdasarkan
wawancara
dengan
Kepala
Dinas
Pertambangan dan Energi
Kabupaten Landak, Andi Ali,
bahwa semua kecamatan di
Kabupaten Landak dengan
jumlah keseluruhan adalah 13
kecamatan
mengalami
kerusakan lingkungan yang
sama
akibat
kegiatan
pertambangan emas ilegal.1
Penulis mengambil dua pelaku
kegiatan pertambangan emas
ilegal secara random yang
kegiatannya
berada
di
Kecamatan Menyuke. Hal
tersebut
dikarenakan
karakteristik
kerusakan
lingkungan
akibat
pertambangan emas ilegal
antara kecamatan satu dengan
yang lainnya adalah sama.
6. Responden dan Narasumber
a. Responden
dalam
penelitian ini :
1) Ma Ikko, pelaku PETI;
2) Karocak, pelaku PETI.
b. Narasumber
1) Rudolf
Agustinus,
Kepala
Bidang
Pengendalian Dampak
Lingkungan
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten Landak;
2) Benediktus Ronald, S.
Si.,
Staf
Bandan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten Landak;
3) Drs. Andi Ali, M. Si.,
Kepala
Dinas
Pertambangan
dan
Energi
Kabupaten
Landak;
4) Andi, ST., Staf Dinas
Pertambangan
dan

Bahan Hukum Sekunder
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
beberapa
pendapat
hukum yang diperoleh
dari buku, jurnal, hasil
penelitian, surat kabar,
internet, dan sumber lain
yang berkaitan dengan
pelaksanaan
pengendalian kerusakan
lingkungan
sebagai
akibat
pertambangan
emas ilegal di sungai
Menyuke
Kabupaten
Landak,
Kalimantan
Barat dan pendapat
hukum dari Kepala dan
Dinas
Pertambangan
dan Energi Kabupaten
Landak dan Kepala
Bidang
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Landak.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan cara:
a. Studi pustaka, yaitu suatu
cara pengumpulan datadata dengan mempelajari
regulasi yang terkait, bukubuku literature dan sumber
lain yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
b. Wawancara, yaitu cara
pengumpulan data dengan
mengajukan
pertanyaan
kepada narasumber tentang
obyek
yang
diteliti
berdasarkan
pedoman
wawancara yang telah
disusun sebelumnya.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil
dalam penelitian ini adalah
Kabupaten Landak, Provinsi
Kalimantan Barat.

1

Wawancara dengan Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Landak,
Andi Ali, 20 September 2016

3

Energi
Kabupaten
Landak.
7. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis
secara kualitatif, yaitu suatu
tata cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif
analisis, yaitu menganalisis,
meneliti, dan mempelajari
secara untuh apa yang
dinyatakan dari perilaku nyata
responden. Dalam analisis ini
dipakai metodelogi berfikir
induktif
yaitu
menarik
kesimpulan dengan proses
awal yang khusus (sebagai
hasil
pengamatan)
dan
berakhir
dengan
suatu
kesimpulan
(pengetahuan
baru) berupa pemikiran yang
umum.2
C. Hasil dan pembahasan
1. Monografi Kabupaten Landak
Kabupaten
Landak
adalah salah satu daerah
kabupaten
di
Provinsi
Kalimantan
Barat
yang
merupakan
pecahan
dari
Kebupaten Pontianak. Secara
administratif batas wilayah
Kabupaten Landak adalah
sebagai berikut sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten
Bengkayang dan Kabupaten
Sanggau,
sebelah
Timur
bernatasan dengan Kabupaten
Kabupaten Sanggau, sebelah
Selatan berbatasan dengan
Kabupaten
Sanggau
dan
Kabupaten Kubu Raya, dan
sebelah
Barat
berbatasan
dengan Kabupaten Pontianak.
Kabupaten Landak yang
membawahi 13 sebanyak
kecamatan yang terdiri dari,
Kecamatan Air Besar, Jelimpo,
Kuala Behe, Ngabang, Mandor
Menjalin, Menyuke, Menyuke

Hulu,
Mempawah
Hulu,
Sangah Temila, Sebangki,
Meranti, dan
Sompak.
Sedangkan
luas
wilayah
kabupaten sekitar 6.75 persen
dari luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat atau sebesar
9. 909, 10 Km2. Berdasarkan
proyeksi
penduduk
pertengahan
tahun
2015
jumlah penduduk Kabupaten
Landak sebanyak 357.608 jiwa
yang terdiri dari 186.282 lakilaki
dan
171.326
jiwa
perempuan
dengan
sex
ratio109.3
Jumlah penduduk usia
bekerja bertambah seiring
dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Penduduk usia
bekerja adalah 15 tahun ke
atas, di Kabupaten Landak
pada tahun 2015 berdasarkan
hasil surveiangkatan kerja
nasional sebanyak 248.774
jiwa, dari angka tersebut
terdapat 177.523 jiwa adalah
angkatan kerja yang bekerja
dan mencari kerja, dan 71.221
jiwa bukan angkatan kerja
yang terdiri dari mereka yang
bersekolah, mengurus rumah
tangga dan lainnya. Sedangkan
penduduk
yang
bekerja
sejumlah 167.217 jiwa terdiri
dari 99.601 jiwa laki-laki dan
67.616
jiwa
perempuan.
Penduduk yang bekerja ini
sebagian besar bekerja disektor
pertanian
82.08%
diikuti
sektor jasa 12.89%, sektor
pengolahan 5.03%.4
3

Kabupaten Landak Dalam Angka 2016,
https://landakkab.bps.go.id/website/pdf_
publikasi/Kabupaten-Landak-DalamAngka-2016.pdf, diakses 22 Januari
2017
4
Kabupaten Landak Dalam Angka 2016,
https://landakkab.bps.go.id/website/pdf_

2

Bambang Sugono, 2003, Metodelogi Penelitian
Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 10

4

2. Potensi Pertambangan Emas di
Kabupaten Landak
Berdasarkan data yang
diperoleh
dari
Dinas
Pertambangan dan Energi
Kabupeten Landak potensi
sumber pertambangan mineral
yang dimiliki oleh Kabupaten
Landak
adalah
sebanyak
18.000.000 Gram. Potensi
emas
tersebut
tersebar
dibeberapa kecamatan, antara
lain
Kecamatan
Mandor,
Jelimpo, Menjalin, Mempawah
Hulu, dan Ngabang.
Pada
tahun
2014
Pemerintah Kabupaten Landak
telah memberikan 94 IUP
kepada perusahaan tambang
Minerba yang meliputi 57 IUP
eksplorasi dan 37 IUP operasi
produksi.
Kepala
Dinas
Pertambangan dan Energi
Kabupaten
Landak
mengatakan
perusahaan
pertambangan emas yang
masih aktif beroperasi di
Kabupaten Landak saat ini ada
tiga (3) perusahan sekala
menengah.
Terlepas dari kegiatan
pertambangan legal, kegiatan
pertambangan juga dilakukan
masyarakat dengan pemodal
secara
ilegal.
Dari
13
kecamatan
di
Kabupaten
Landak, Kecamatan Menyuke
kini
menghadapi
permasalahan
kerusakan
Daerah Aliran Sungai yang
diakibatkan kegiatan PETI.
Meskipun
Kecamatan
Menyuke tidak masuk ke
dalam
peta
potensi
pertambangan
emas
Kabupaten Landak, namun

kegiatan pertambangan emas
banyak
dilakukan
oleh
masyarakat
mengingat
banyaknya
emas
yang
ditemukan disepanjang aliran
Sungai Menyuke.
3. Dampak
Kegiatan
Pertambangan Emas Ilegal
Terhadap
Kerusakan
Lingkungan Sungai
Pertambangan
di
Kabupaten Landak memiliki
dua dampak, yaitu:
a. Dampak
positif
yang
dirasakan
pemerintah
adalah
keuntungan
ekonomi yang didapat dari
pembayaran pajak. Sebagai
contoh, penerimaan PAD
Pemerintah
Kabupaten
Landak pada tahun 2014
sebesar
Rp.
49.947.020.594,00 (empat
puluh sembilan milyar
sembilan ratus empat puluh
tujuh juta dua puluh ribu
lima ratus sembilan puluh
empat
rupiah).
Manfaat pertambangan
juga dirasakan masyarakat
di
sekitar
lingkungan
tambang,
yakni:
Menampung tenaga kerja,
Meningkatnya
ekonomi
masyarakat, Meningkatnya
jumlah
pembangunan
infrastruktur.
b. Dampak negatif kegiatan
pertambangan
Pertambangan
juga
menimbulkan permasalahan
kerusakan Daerah Aliran
Sungai
(DAS)
yang
kemudian mempengaruhi
fungsi sungai. dalam PP
No.38 tahun 2011 tentang
Sungai dijelaskan, sungai
memiliki dua fungsi utama,
yakni:

publikasi/Kabupaten-Landak-DalamAngka-2016.pdf, diakses 22 Januari
2017
5

melakukan pembinaan dan
pengendalian,
serta
melaksanakan
pengawasan
terhadap pelaksanaan IUP.
Terkait dengan upaya
pengendalaian
kerusakan
lingkungan
akibat
pertambangan ilegal, Dinas
Pertambanga
dan
Enargi
Kabupaten Landak
juga
melakukan kerjasama dengan
instansi
BLH,
Satpolpp,
Kepolisian, Dinas Pertanian,
dan Perkebunan Kabupaten
Landak.
b. Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kabupaten Landak
memiliki
Tugas
dan
kewenangan
melakukan
pengawasan pembinaan dan
pelaksanaan analisis dampak
lingkungan, pengendalian, dan
pemulihan lingkungan dan
pelestarian sumber daya alam.
Terkait kerusakan lingkungan
akibat PETI, BLH Kabupaten
Landak
hanya
memiliki
kewenangan
mengawasi
kegiatan,
dan
kemudian
melakukan koordinasi dengan
Dinas
Pertambangan
dan
Energi Kabupaten Landak.
Maraknya
kegiatan
PETI di Kabupaten Landak
tidak terlepas dari lemahnya
pengawasan yang dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten
Landak terhadap kegiatan
PETI, akibatnya kerusakan
lingkungan
tidak
dapat
dihindari.
5. Pelaksanaan
Pengandalian
Kerusakan Lingkungan Sebagai
Akibat Pertambangan Emas Ilegal
Berdasarkan
hasil
penelitian, upaya-upaya yang
sudah dilakukan Pemerintah
Kabupaten
Landak
dalam
mengendalian
kerusakan

1) Bagi kehidupan manusia
pemanfaatan
sungai
untuk
memenuhi
kebutuhan
rumah
tangga,
sanitasi
lingkungan, pertanian,
industri,
pariwisata,
olahraga,
pertahanan,
perikanan, pembangkit
tenaga
listrik,
dan
transportasi;
2) Fungsinya bagi alam
yakni
sebagai
pendukung
utama
kehidupan flora dan
fauna.
Terlepas dari fungsi sungai,
kondisi
sungai-sungai
di
Kabupaten Landak mengalami
kerusakan akibata kegiatan PETI
seperti erosi dan sedimentasi pada
badan
sungai
sehingga
menimbulkan banjir. Kegiatan
PETI juga menyebabkan kualitas
air sungai menurun karena
tercemar.
4. Kelembagaan Pemerintah Yang
Terkait
Dalam
Upaya
Pengendalian
Kerusakan
Lingkungan
Sebagai
Akibat
Pertambangan Emas Ilegal
Berkaitan
dengan
kerusakan lingkungan akibat
pertambangan ilegal di Kabupaten
Landak, ada beberapa lembaga
pemerintahan Kebupaten Landak
yang mempunyai wewenang
untuk menangani permasalahan
tersebut, yakni:
a. Dinas
Pertambangan
dan
Energi Kabupaten Landak
memiliki
Tugas
dan
kewenangan
menyelenggarakan
inventarisasi sumber daya
alam pertambangan mineral
dan batubara, menerbitan Izin
Usaha Pertambangan (IUP),
baik itu IUP eksporasi dan UIP
operasi produksi. Selain itu,

6

saja. Sedangkan kerusakan
tidak hanya ada di Kecamatan
Mandor saja, melain di semua
kecamatan
di
Kabupaten
Landak.
Selain
melakukan
reboisasi, pemerintah juga
memberikan bantuan bibit
pertanian dan perkebunan
kepada pelaku PETI dan
masyarakat
disekitar
lingkungan PETI agar peleku
PETI dapat beralih pada sektor
pertanian dan perkebunan.
Upaya-upaya
yang
dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Landak dalam
pengendalian
kerusakan
lingkungan
akibat
PETI
sebenarnya
sudah
benar.
Namun, kenyatan di lapangan
menunjukkan ada kegiatan
PETI masih saja beroperasi
secara
aktif
meskipun
jumlahnya sedikit.
6. Hambatan-Hambatan
Yang
Dihadapi Dalam Pelaksanaan
Pengendalian
Kerusakan
Lingkungan
Sebagai
Akibat
Pertambangan Emas Ilegal
Pengendalian kerusakan
lingkungan akibat pertambangan
legal
relatif
lebih
mudah
dilakukan.
Berbeda
dengan
kegiatan
PETI,
disamping
melanggar
hukum,
kegiatan
tersebut sulit dikontrol mengingat
keberadaannya yang tidak jelas.
Ada beberapa-beberapa kendala
yang dihadapi pemerintah dalam
pengendalian
kerusakan
lingkungan akibat PETI, yaitu
antara lain:
a. Keterbatasan
SDM
yang
dimiliki
BLH
Kabupaten
Landak
sangat
terbatas,
sehingga pengawasan kegiatan
PETI dilapangan menjadi
sangat
sulit
dilakukan,
akibatnya, kerusakan akibat

lingkungan akibat kegiatan PETI
sebagai berikut:
a. Upaya
pencegahanyang
dilakukan dengan sosialisasi
tentang
dampak
buruk
kegiatan
PETI
bagi
lingkungan. Selain itu juga
dilakukan pendataan tentang
lokasi PETI, jumlah pelaku
PETI,
skala
PETI
dan
sebagainya tujuannya agar
persebaran dan dampak PETI
dapat diketahui.
Meskipun
sudah
melakukan sosialisasi dan
pendataan terhadap pelaku
PETI, hal tersebut tidak
menghentikan kegiatan PETI,
karena tidak adanya kesadaran
pelaku PETI.
b. Upaya
penanggulangan
dilakukan
dengan
cara
penertiban pelaku PETI. Ini
dimaksudkan
untuk
menghentikan
sumber
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan.
Penertiban dilakukan oleh
Satpolpp, dan Kepolisian
Kabupaten Landak. Dalam
penertiban, aparat menyita
peralatan
kegiatan
PETI.
Meski
penertiban
sudah
dilakukan fakta di lapangan
menunjukkan kegiatan PETI
masih saja beroperasi karena
tidak adanya sanksi pidana.
c. Upaya pemulihan dilakukan
dengan cara mereboisasi lahan
bekas
PETI.
Kegiatan
tersebuat merupakan inisiatif
masyarakat, karena antusias
masyarakat yang begitu tinggi
maka BLH Kabupaten Landak
mendukung gerakan tersebut.
Reboisasi lahan bekas
PETI yang dilakukan BLH
belum memberikan manfaat
kongkrit.
Karena
hanya
dilakukan pada satu kecamatan

7

Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya dapat disimpulkan
sebagi berikut:
1. Pengendalian
kerusakan
lingkungan akibat PETI di Sungai
Menyuke Kabupaten Landak
belum
berjalan
maksimal.
Pengendalian
dengan
cara
sosialisasi,
pendataan,
dan
penertiban pelaku PETI sudah
dilakukan
oleh
Dinas
Pertambangan dan Energi, hanya
saja pendataan tidak dilakukan
secara rutin, dan penertiban juga
hanya sesekali. Selain itu,
pengawasan dan koordinasi sudah
dilakukan oleh BLH Kabupaten
Landak
dalam
melakukan
pemulihan
dengan
reboisasi
terhadap lahan bekas PETI,
sedangkan
bantuan
bibit
pertanian dan perkebunan kepada
pelaku PETI untuk beralih profesi
tidak berjalan karena tidak
menguntungkan
dibandingkan
dengan hasil pertambangan.
2. Belum
maksimalnya
pengendalian
kerusakan
lingkungan sebagai akibat PETI
disebabkan oleh adanya kendala:
a. Kurangnya jumlah SDM yang
dimiliki BLH Kabupaten
Landak, dalam pengawasan
terhadap kegiatan PETI,
akibatnya, kerusakan akibat
PETI
semakin
tidak
terkendali.
b. Tidak adanya proses hukum
pidana oleh aparat kepada
pelaku PETI karena sebagian
besar
adalah
warga
masyarakat
yang
menggantungkan hidup dari
kegiatan PETI. Hal tersebut
menjadi
dilema
bagi
Pemerintah
Kabupaten
Landak dalam melakukan
penertiban. Karena takut akan
terjadi gejolak sosial.

PETI
semakin
tidak
dikendalikan.
Sedangkan
pendampingan
pelaksanaan
reboisasi mengalami kesulitan,
sehingga program tersebut
berjalan dengan lamban.
b. Penegakan hukum yang lemah
Tidak adanya sanksi
hukum terhadap pelaku PETI
membuat
kerusakan
lingkungan akibat kegiatan
PETI
semakin
sulit
dihentikan. Ini dikarenakan
pelaku PETI adalah warga
masyarakat
yang
menggantungkan hidup dari
kegiatan tersebut. Hal tersebut
menjadi
dilema
bagi
Pemerintah
Kabupaten
Landak dalam melakukan
penertiban kepada pelaku
PETI karena takut akan
terjadi reaksi dari pelaku
PETI
jika
dilakukan
penertiban.
Pemerintah Kabupaten
Landak sebenarnya memiliki
kewenangan yang lebih dalam
menangani
permasalahan
kerusakan lingkungan akibat
PETI.
Namun,
pada
kenyataannya
Pemerintah
Kabupaten Landak belum
mampu
mengatasi
permasalahan tersebut, selama
ini
pemerintah
hanya
mengandalkan
sosialisasi.
Pada
kenyataannya,
pendekatan semacam ini bukan
menjadi solusi jitu. Pemerintah
Kabupaten Landak di harapkan
bersikap tegas terhadap pelaku
PETI,
dengan
pemberian
sanksi pidana kepada pelaku
PETI
dengan
tujuan
memberikan
efek
jera,
sehingga tidak ada lagi
kerusakan lingkungan akibat
PETI.
D. Kesimpilan

8

Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

E. DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Bambang Sugono, 2003, Metodelogi
Penelitian Hukum,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2011 tentang Sungai

Hadin Muhjad. M., 2015, Hukum
Lingkungan,
Cetakan
Pertama,
Penerbit Genta
Publishing,
Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun
2010
tetang
Wilayah
Pertambangan

Marhaeni Ria Siombo, 2012, Hukum
Lingkungan dan Pelaksanaan
Pembangunan
Berkelanjutan
di Indonesia , Cetakan Pertama,
Gramedia, Jakarta.
Muhamad Erwin, 2008, Hukum
Lingkungan
Dalam
Sistem
Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama, Refika Aditama,
Bandung.

Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2010 tetang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha
Pertambangan
Mineral Dan Batubara
Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2014 tetang Perlindungan Dan
Pengelolaan Ekosistem Gambut
Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 201 tahun 2004
tentang Kriteria
Baku
Dan
Pedoman Penentuan Kerusakan
Mangrove

Salim
H.S,
2012,
Hukum
Pertambangan
Mineral
dan
Batubara , Cetakan Pertama,
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta
Timur.

Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 200 tahun 2004
tentang Kriteria
Baku
Kerusakan Dan Pedoman Penentuan
Status Padang Lamun.

Suhardana,
Contract
Drafting
Kerangka
Dasardan
Teknik
Penyusunan Kontrak,
2013, Penerbit Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, Cetakan ke lima,
Yogyakarta.

Website :
Abrasi dan Erosi, PengertianPerbedaan-Jenis dan Macamnya,
http:// ilmugeografi .com/ilmubumi/tanah/abrasi-danerosi,29November 2016.

Syamsul Arifin, 2012, Hukum
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
di
Indonesia , Cetakan Pertama,
Sofmedia, Jakarta

APBD
Pemerintah
Kabupaten
Landak
Tahun
2015,
http://www.jdih.landak
kab.co.id/download/al197.pdf,
25 November 2016.

Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Dasar Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Mineral Dan Batubara

9

Arti

http://antarakalbar.com/berita/32
8629/menyuke-landakditerjang-banjir-dan-tanahlongsor-4-rumah-rusak,diakses 1
April 2016.

Kata Emas-Kamus Bahasa
Indonesia (KBBI) Online,
http://kbbi.web.id/emas, diakses
21 September 2016

Harian Kompas Rabu, Marak,
Pertambangan
Emas
di
Kabupaten Landak,
http://www.tekmira.esdm.go.id/
currentissues/?p=2799, diakses
11 Maret 2016

Kicauan
Kopi,
2013,
RPP
Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem
Karst,
http://
kicaukopi.
blogspot.com/2013/04/rppperlindungan-danpengelolaan.
html, tanggal 5 November 2016.
Landak Dalam Angka
2015,
http://www.landakkab.go.id/
detil-download-102.html,29
November 2016.
Marina Ika Sari, Dampak Positif dan
Negatif Industri Pertambangan
di
Indonesia,
http://www.kompasiana.com/
marinaikasari/dampak-positifdan-negatif-industripertambangandiindonesia_5528d386f17e6178
0e 8b457a, diakses 27 April
2016.

Pengertian dan Jenis Sedimentasi,
http://www.softilmu.com/2014/0
7/sedimentasi.
html,30
November 2016.
Statistik Daerah Kabupaten Landak
2016,
https://landakkab.bps.go.id/inde
x.php/ publikasi/ view/id/152 ,
29 November 2016
Zaenal Abidin, Menyuke Landak
Diterjang Banjirdan Tanah
Longsor, 4 Rumah Rusak,

10