Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Gliocladium virens

µ : rata-rata αi : pengaruh dari factor A dari taraf ke-i βj : pengaruh dari factor A dari taraf ke-j αβij : intraksi dari factor A dari taraf ke-i dengan dari factor B dari taraf ke-j Σijk : efek error dari factor A dari taraf ke-i dengan dari factor B dari taraf Ke-j Bangun, 1991. Jika hasil analisa menunjukkan nilai nyata dilanjutkan dengan uji jarak Berganda Duncan DMRT Bangun, 1991. Jumlah perlakuan = 15 perlakuan Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah polibag per perlakuan = 4 polibag Jumlah tanaman per polibag = 1 tanaman Jumlah seluruh perlakuan = 45 perlakuan Jumlah sampel yang diamati = 4 tanaman per perlakuan Jumlah tanaman seluruhnya = 180 tanaman Jarak antar perlakuan = 50 cm Jarak antar polibag = 40 x 40 cm Pelaksanaan Penelitian

1. Penyediaan Sumber Inokulum

a. Fusarium oxysporum f.sp lycopersici

Sumber inokulasi diambil dari tanaman tomat yang terserang F.o f.sp lycopersici. Akar dan pangkal batang tanaman yang terinfeksi dibersihkan Universitas Sumatera Utara dengan air mengalir, dipotong-potong 0,5 cm, disterilkan dengan Clorox 1 selama 3 menit dan dibilas dengan aquadest 2-3 kali. Selanjutnya potongan akar diberikan di atas kertas steril dan ditanam dalam media PDA. Biakan disimpan dalam inkubattor pada temperature ruang selama 3 hari. Miselium F.o f.sp lycopersici yang tumbuh, diisolasi kembali hingga diperoleh biakan murni.

b. Gliocladium virens

Isolat G. virens yang digunakan diperoleh dari Balai Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi BKPTBB. Isolat G. virens kemudian disegarkan kembali pada media PDA. Perbanyakan Gliocladium virens Perbanyakan G. virens dilakukan dengan menggunakan media jagung. Jagung ditimbang sebanyak 25, 37,5, 50, dan 62,5gr dan dicuci bersih, selanjutnya diautoclave selama 30 menit pada suhu 121°C. Jagung yang telah di autoclave kemudian didiamkan selama 1 hari. Kemudian diinokulasikan biakan murni pada media jagung 2-3 cork borer. Diaduk hingga rata kemudian disusun di dalam inkubator. Diinkubasikan pada suhu kamar. Setelah 10–15 hari jamur siap untuk diaplikasikan. Syahnen, 2006. Universitas Sumatera Utara Persiapan Benih Benih tomat yang digunakan adalah benih yang didapat dari toko pertanian dengan berbagai varietas yaitu varietas Citra, Varietas Sakura dan Varietas Warani. Persiapan Tempat Penyemaian Tempat penyemaian benih tomat berupa kotak kayu dengan ukuran lebar 50-60 cm, lebar 30-40 cm dan tinggi 25-30 cm tetapi disesuaikan dengan lokasi dan kebutuhan bibit. Kotak semai tersebut diisi dengan medium semai yang berupa campuran tanah, dan pupuk kandang setinggi 12cm dengan perbandingan 1: 1, kemudian dipadatkan sedikit demi sedikit. Penyemaian Benih yang sudah dipersiapkan dapat langsung disemai pada tempat penyemaian yang telah disediakan. Biji yang telah tersebar itu kemudian ditutup dengan Pupuk Kandang Ayam, lalu disiram. Untuk menghindarkan kerusakan akibat kekeringan atau hujan, petakan ditutup dengan jerami kering atau atap. Seminggu kemudian pada semaian sudah mulai tampak daun pertama, lalu dipindahkan kedalam bumbun yang dibuat dari daun pisangpolibag yang berdiameter 5 cm dan tinggi 5 cm. Besar kecilnya bumbun dapat diatur sesuai dengan rencana penanaman. Dalam pelaksanaan membumbun, semai hendaknya diusahakan jangan sampai akar pancarnya melengkung atau sengaja dilengkungkan Universitas Sumatera Utara Persiapan Media Tanam Tanah top soil dan Pupuk Kandang Ayam yang akan digunakan 3:1 diayak terlebih dahulu. Media campuran tersebut disterilkan dengan menggunakan uap panas untuk membunuh mikroorganisme pada media tanam. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan drum pengkukus pada suhu 120 C dan tekanan 1,2 atm selama ± 1 jam. Media yang telah dipanaskan dikeluarkan dari kukusan, lalu dikering-anginkan di atas plastik di ruangan tertutup sampai dingin. Kemudian media tanam tersebut diberi pupuk, kemudian diaduk rata. Hal ini bertujuan agar unsur hara yang diberikan merata pada masing-masing polibag. Inokulasi Fusarium oxysporum Biakan dari F. oxysporum diberi aquades steril sebanyak 10 ml, kemudian miselium dari media PDA dikikis dengan menggunakan jarum oase sehingga bagian permukaan atas dari media terlepas. Lalu dishaker selama 15 menit dengan kecepatan 100-150 rpm agar media tercampur dengan larutan air. Setelah itu, suspensi disaring dengan kertas saring. Suspensi diambil 1 ml dan diteteskan di atas Haemocytometer dengan menggunakan pipet tetes. Dibiarkan ruangan Haemocytometer dipenuhi oleh suspensi jamur. Setelah merata dihitung jumlah konidia pada setiap kotak contoh yang berisi 16 kotak kecil, lalu dihitung kerapatan jamur. Kemudian suspensi tersebut diencerkan sehingga diperoleh konidia yang diinginkan yaitu 10 6 konidialiter air. Suspensi tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dicampurkan dengan 1 liter air, sehingga diperoleh konsentrasi yang siap diaplikasikan yaitu 10 ml suspensi Universitas Sumatera Utara F. oxysporumliter air. Inokulasi F. oxysporum dilakukan dengan cara dituang merata ke sekeliling pangkal batang. Penanaman Bibit tomat yang telah disemai ditanam ke dalam polibag dengan menggunakan tugal kecil. Bibit ditanam 1 bibitpolibag, dilakukan pada sore hari. Parameter Pengamatan 1. Persentase Serangan Fusarium oxysporum fs.p lycopersici Sacc Pengamatan terhadap persentase serangan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 hari sampai tanaman berumur 63 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan satu kali seminggu, yaitu dengan menghitung jumlah tanaman yang layu pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a PS = x 100 N Dimana, PS = persentase serangan a = Jumlah tanaman yang terserangperlakuan N = Jumlah tanamanperlakuan Moekasan et al., 2000. Produksi Tomat grplot Produksi dicatat berat pada saat panen dengan kriteria panen pada umur tanaman 60 – 65 hari setelah pindah tanam. Pemanenan dilakukan sebanyak 8 kali dengan selang 7 hari sekali. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada tanaman tomat Lycopersicum esculentum Smith di lapangan adalah sebagai berikut : 1. Persentase Serangan a. Pengaruh Gliocladium virens terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada tanaman tomat Lycopersicum esculentum Smith di lapangan Data pengamatan persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersicum pada setiap pengamatan mulai 7 - 56 hsa dapat dilihat pada lampiran 2 - 9. Pengaruh G.virens terhadap persentase serangan pada pengamatan 7 hsa- 56 hsa dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Persentase Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada tanaman tomat Lycopersicum esculentum Smith di lapangan Pada Pengamatan 7 hsa - 56 hsa. Perlakuan Hari Setelah Aplikasi hsa 7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa G0 2,12 2,12 3,57 6,46 9,36 10,81a 13,63a 13,63a G1 2,12 2,12 2,12 3,57 5,02 9,36a 12,94a 12,94a G2 2,12 2,12 3,57 5,02 6,46 6,46b 12,02a 12,02a G3 2,12 2,12 2,12 2,12 3,57 3,57c 6,46b 6,46b G4 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 3,57c 5,02b 6,46b Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Duncan Pemberian Gliocladium virens berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc terhadap perlakuan Universitas Sumatera Utara kontrol tanpa pemberian Gliocladium virens. Penghambatan pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc oleh Gliocladium virens relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Pada pengamatan 42 hsa, G0 tanpa Gliocladium virens G1 dosis 25 gram, G2 dosis 37,5 gram dan G3 dosis 50 gram mulai terserang oleh Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc. Hal ini mungkin disebabkan oleh dosis G1 dosis 25 gram dan G2 dosis 37,5 gram belum mampu untuk mengendalikan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc lebih sedikit dibanding G4 dosis 62,5 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi 13,63 pada perlakuan kontrol GO tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1 12,94, G2 12,02 dan berbeda nyata terhadap perlakuan G3 6,46 dan G4 6,64 sebagai persentase serangan terendah. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis G. virens yang diberikan untuk menekan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc maka semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc. Ini karena semakin banyak populasi konidia Gliocladium virens dalam media jagung. akibatnya daya parasitasi G.virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc semakin efektif. Sehingga dapat diprediksi bahwa dengan semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc maka produktifitas tanaman tomat akan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jamur antagonis G.virens mampu mengeluarkan antibiotik yang dapat menghambat Fusarium yang sebelumnya mulai menyerang dengan melilitkan hifa dan menembus miselium patogen sehingga terjadi degradasi pada dinding sel jamur Fusarium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarsih 2007 bahwa G. virens dapat mengeluarkan Universitas Sumatera Utara antibiotik gliotoksin, glioviridin, dan viridin yang bersifat fungistatik. Gliotoksin dapat menghambat cendawan dan bakteri, sedangkan viridin dapat menghambat cendawan. Dari hasil analisis sidik ragam, jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc terhadap perlakuan Gliocladium virens menunjukkan perbedaan yang nyata dalam menghambat serangan jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc. Hal ini karena Gliocladium virens merupakan jamur antagonis yang mampu memparasit miselium jamur patogen. Reaksi antagonistik dari Gliocladium virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc adalah hiperparasit, antibiosis dan kompetisi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mehrotra 1980 bahwa Gliocladium spp yang bersifat mikoparasit akan menekan populasi jamur patogen yang sebelumnya mendominasi. Interaksi diawali dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan senyawa furanon oleh Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen. Untuk melihat hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc dapat dilihat pada grafik Gambar 5. Universitas Sumatera Utara 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa Hari Setelah Aplikasi G0 G1 G2 G3 G4 Gambar 5. Grafik hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada pengamatan7 hsa - 56 hsa. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan persentase serangan yang nyata antara faktor Gliocladium virens. Pada perlakuan persentase serangan tertinggi adalah 13,63 yaitu pada perlakuan G0 kontrol sedangkan persentase serangan terendah adalah 6,46 yaitu pada perlakuan G4 dan G5. Hal ini dikarenakan semakin banyak populasi konidia Gliocladium virens dalam media jagung, akibatnya daya parasitasi G. virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc semakin efektif. b. Pengaruh Varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada tanaman tomat Lycopersicum esculentum Smith di lapangan Data pengamatan persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc tanaman Tomat di lapangan dimulai pengamatan 7- 56 hsa dapat dilihat pada lampiran 2 - 9. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 7- 35 hsa dan berpengaruh nyata pada pengamatan 42- 56 hsa, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada tanaman tomat Lycopersicum esculentum Smith di lapangan Pada Pengamtan 7 - 56 hsa Perlakuan Hari Setelah Aplikasi hsa 7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa V1 2,12 2,12 2,12 4,73 5,60 6,46b 9,07b 9,07b V2 2,12 2,12 2,12 2,99 2,99 3,86c 7,60b 7,60b V3 2,12 2,12 3,86 3,86 7,33 9,94a 13,37a 14,23a Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Duncan Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pengaruh varietas terhadap persentase serangan menunjukkan bahwa V3 Varietas Warani berpengaruh nyata dibandingkan V1 Varietas Citra dan V2 Varietas Sakura pada pengamatan 42- 56 hsa. Varietas Sakura dan varietas Citra terlihat lebih efektif dibandingkan dengan varietas Warani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi 14,23 pada varietas Warani V3 berbeda nyata terhadap perlakuan V2 yaitu 7,23 sebagai persentase serangan terendah. Hal ini di karenakan Varietas Warani rentan terhadap penyakit layu fusarium. Untuk melihat hubungan antara penggunaan Varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc dapat dilihat pada grafik Gambar 6. Universitas Sumatera Utara 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa Hari Setelah Aplikasi P e rs e n ta s e S e ra n g a n V1 V2 V3 Gambar 6. Grafik hubungan antara penggunaan Varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada pengamatan7 hsa - 56 hsa. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan persentase serangan yang nyata antara faktor varietas. Pada perlakuan persentase serangan tertinggi adalah 14,23 yaitu pada perlakuan Varietas Warani diikuti varietas citra 9,07 sedangkan persentase serangan terendah adalah 7,60 yaitu pada varietas sakura. c. Pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap Persentase Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada tanaman tomat Lycopersicum esculentum Smith di lapangan Data pengamatan Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Persentase Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada tanaman tomat Lycopersicum esculentum Smith di lapangan. Mulai dari pengamatan 7 hsa - 56 has dapat dilihat pada lampiran 2 – 9. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Persentase Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc pada tanaman tomat Lycopersicum esculentum Smith di lapangan memberikan hasil Universitas Sumatera Utara uang tidak nyata pada setiap minggu pengamatan, hal ini dapat dilihat pada lampiran 2 – 9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan G. virens pada 7- 56 hsa tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc. Dari analisa sidik ragam, interaksi kedua faktor tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan. Hal ini disebabkan karena Gliocladium virens menekan fusarium dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan senyawa furanon oleh Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur pathogen. Sedangkan Varietas bertahan dari Fusarium karena memiliki gen ketahanan tanaman. Sehingga dapat dikatakan Gliocladium dan Varietas menekan perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc dengan cara masing-masing dan tidak saling berinteraksi. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa walaupun perlakuan-perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata, tetapi terlihat persentase serangan cukup kecil. Hal ini dikarenakan suhu rata-rata pada daerah penelitian yaitu 18 ºC. Suhu tidgan ak sesuai untuk perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sacc yaitu 21-33 ºC dengan suhu optimum nya sebesar 28 ºC. Hal ini tidak sesuai Universitas Sumatera Utara dengan pernyataan Clayton 1923 yang menyatakan penyakit berkembang pada suhu tanah 21- 33 ºC suhu optimumnya adalah 28 ºC.

2. Produksi grplot

Dokumen yang terkait

Kristalisasi Likopen Dari Buah Tomat (Lycopersicon esculentum) Menggunakan Antisolvent

11 93 70

Potensi Cendawan Endofit Dalam Mengendalikan Fusarium Oxysporum F.SP. Cubense Dan Nematoda Radopholus Similis COBB. Pada Tanaman Pisang Barangan (Musa Paradisiaca) Di Rumah Kaca

0 42 58

Teknik PHT Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysforum f. sp capsici Schlecht) Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum armuum L.) di Dataran Rendah.

0 27 138

Uji Antagonis Trichoderma spp. Terhadap Penyakit Layu (Fusarium oxysforum f.sp.capsici) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L) Di Lapangan

3 52 84

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Perkembangan Penyakit Layu Fusarium ( Fusarium oxysporum f.sp cúbense ) Pada Beberapa Varietas Tanaman Pisang ( Musa paradisiaca L. )

2 30 74

Uji Efektifitas Beberapa Fungisida Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysforum (schlecht.) f.sp lycopersici (sacc.) Synd.ei Hans Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill)

4 63 70

Uji Potensi Hasil Beberapa Varietas Tanaman Tomat (Lycopersicum esailentum Mill.) Terhadap Pemberian GA3

0 39 86

Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan Pemberian Hormon GA3

10 62 92

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat.

11 73 73

Sinergi Antara Nematoda Radopholus similis Dengan Jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense Terhadap Laju Serangan Layu Fusarium Pada Beberapa Kultivar Pisang (Musa sp ) Di Lapangan

3 31 95