Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Mobile Di Kecamatan Pantai Labu Dan Kecamatan Pantai Cermin

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI

MOBILE

DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN

KECAMATAN PANTAI CERMIN

SKRIPSI

OLEH : INDRIANI

080309038

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI

MOBILE

DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN

KECAMATAN PANTAI CERMIN

SKRIPSI

OLEH :

INDRIANI

080309038

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Skripsi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si) NIP: 196304021997031001 NIP: 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

INDRIANI (080309038/PKP), dengan judul skripsi “ANALISIS

KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI

KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN”. Studi kasus penelitian di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEC sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar modal yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian, besar biaya produksi, besar penerimaan, besar pendapatan yang diperoleh untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian dan menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di kedua daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki penggilingan padi mobile yang cukup banyak. Sampel diambil dengan metode aksidental (accidental) dengan jumlah sampel sebanyak 30 unit penggilingan padi mobile. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, tabulasi sederhana, tingkat pendapatan serta melakukan analisis kelayakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp.42.633.333. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp.73.112.267. Penerimaan yang diperoleh untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebanyak 16.800 kg atau setara dengan Rp.134.400.000. Total pendapatan yang diperoleh untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Propinsi (UMP) yaitu rata-rata sebesar Rp.52.887.733. Rata-rata nilai R/C ratio penggilingan padi mobile adalah 1,7. Usaha penggilingan padi

mobile di daerah penelitian layak untuk diusahakan karena nilai R/C > 1.

Kata Kunci: Penggilingan padi mobile, modal, total biaya, pendapatan, kelayakan usaha.


(4)

RIWAYAT HIDUP

INDRIANI, lahir di Kwala Madu pada tanggal 14 Mei 1990. Anak kedua dari 5 bersaudara dari keluarga D. Saragih dan S. Ketaren.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Inpres No. 058106 dan tamat tahun

2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 3 Stabat

dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Stabat dan tamat

tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB.

5. Bulan Juli-Agustus 2011 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Bagan Asahan Pekan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.

6. Bulan Maret 2013 – April 2013 melakukan penelitian skripsi di Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan dengan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ANALISIS

KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI

KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN“ Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEC selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dari mulai menetapkan judul sampai ujian akhir.

2. Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Ketua Program Studi Agribisnis FP USU

3. Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU

4. Para dosen dan staf pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU.

5. Seluruh instansi terkait dalam penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

6. Para pengusaha penggilingan padi mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin yang telah membantu penulis selama pengumpulan data.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang selalu melindungi dan menyertai penulis. Segala hormat dan terima kasih penulis hanturkan kepada ayahanda D. Saragih dan ibunda S. Ketaren serta saudaraku


(6)

dan Daniel Suranta, atas kasih sayang, nasehat, motivasi, tawa serta dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan di Jurusan Agribisnis dan PKP stambuk 2008 terkhusus buat M_WIL (Melfrianti, Winda, Line), Iyeep, Yemima kemb’, Eva dan Nora yang telah banyak membantu serta memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terima Kasih.

Medan, Juni 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... .viii

DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA .. ... . 8

Tinjauan Pustaka ... 8

Landasan Teori ... 12

Kerangka Pemikiran ... 16

Hipotesis Penelitian ... 18

METODE PENELITIAN ... 19

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Penentuan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 21

Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

Definisi ... 22

Batasan Operasional ... 24

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL DAN PENGUSAHA SAMPEL ... 25

Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

a. Kecamatan Pantai Labu Luas dan Letak Geografis ... 25

Keadaan Penduduk ... 26

Sarana dan Prasarana ... 27

b. Kecamatan Pantai Cermin Luas dan Letak Geografis ... 29


(8)

Sarana dan Prasarana ... 31

Karakteristik Pengusaha Sampel ... 32

Karakteristik Sampel ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

Modal Untuk Penggilingan Padi Mobile ... 36

Biaya Produksi Usaha Penggilingan Padi Mobile ... 37

Biaya Penyusutan ... 38

Biaya Reparasi ... 40

Biaya Bahan Penunjang ... 42

Biaya Tenaga Kerja ... 44

Penerimaan Usaha Penggilingan Padi Mobile ... 47

Pendapatan Usaha Penggilingan Padi Mobile ... 49

Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Mobile ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal. 1. Perbedaan Antara Penggilingan Dengan Penumbukan Padi ... 9 2. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Pantai Labu

Tahun 2011 ... 26 3. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Pantai Labu

Tahun 2011 ... 27 4. Sarana dan Prasarana di Kecamatn Pantai Labu ... 28 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Pantai Cermin

Tahun 2011 ... 30 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Pantai

Cermin Tahun 2011 ... 30 7. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Pantai

Cermin Tahun 2011 ... 31 8. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pantai Cermin ... 32 9. Karakteristik Pengusaha Sampel Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin ... 33 10.Jenis Mesin Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan

Kecamatan Pantai Cermin ... 34 11.Kapasitas Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan

Kecamatan Pantai Cermin ... 35 12.Biaya Penyusutan Mesin dan Alat-alat Penggilingan Padi Mobile di

Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin (Rp/unit/musim panen) ... 38 13.Biaya Reparasi Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan

Kecamatan Pantai Cermin (Rp/unit/musim panen) ... 41 14.Biaya Bahan Penunjang Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai

Labu dan Kecamatan Pantai Cermin (Rp/unit/musim panen) ... 43 15.Biaya Tenaga Kerja Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai

Labu dan Kecamatan Pantai Cermin (Rp/unit/musim panen) ... 45 16.Total Biaya Produksi Usaha Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan

Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin (Rp/unit/musim panen) ... 46 17.Penerimaan Usaha Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai

Labu dan Kecamatan Pantai Cermin (Rp/unit/musim panen) ... 48 18.Total Pendapatan Usaha Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai

Labu dan Kecamatan Pantai Cermin (Rp/unit/musim panen) ... 50 19.Nilai R/C Usaha Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal. 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 17


(11)

ABSTRAK

INDRIANI (080309038/PKP), dengan judul skripsi “ANALISIS

KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI

KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN”. Studi kasus penelitian di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEC sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar modal yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian, besar biaya produksi, besar penerimaan, besar pendapatan yang diperoleh untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian dan menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di kedua daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki penggilingan padi mobile yang cukup banyak. Sampel diambil dengan metode aksidental (accidental) dengan jumlah sampel sebanyak 30 unit penggilingan padi mobile. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, tabulasi sederhana, tingkat pendapatan serta melakukan analisis kelayakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp.42.633.333. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp.73.112.267. Penerimaan yang diperoleh untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebanyak 16.800 kg atau setara dengan Rp.134.400.000. Total pendapatan yang diperoleh untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Propinsi (UMP) yaitu rata-rata sebesar Rp.52.887.733. Rata-rata nilai R/C ratio penggilingan padi mobile adalah 1,7. Usaha penggilingan padi

mobile di daerah penelitian layak untuk diusahakan karena nilai R/C > 1.

Kata Kunci: Penggilingan padi mobile, modal, total biaya, pendapatan, kelayakan usaha.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Rahim dan Diah (2008), Indonesia adalah negara agraris yang sebagaian besar penduduknya terdiri dari petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting. Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Selain itu sektor pertanian, salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat.

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan di Indonesia karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004).

Menurut Suprayono dan Setyono (1997), penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan pada tahap pascapanen agar hasil pertanian, khususnya tanaman pangan siap dan aman digunakan oleh konsumen atau diolah lebih lanjut oleh industri. Penanganan pascapanen meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena


(13)

sifatnya harus segera ditangani agar hasil pertanian mempunyai daya simpan dan daya guna yang tinggi.

Biro pusat statistik menyebutkan kehilangan hasil panen dan pascapanen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52%, perontokan 4,78%, pengeringan 2,13% dan penggilingan 2,19%. Angka ini jika dikonversikan terhadap produksi padi nasional yang mencapai 54,34 juta ton setara lebih dari Rp15 triliun. Penekanan kehilangan hasil ini tentunya akan berdampak langsung pada peningkatan produksi akhir.

Salah satu kegiatan pascapanen, khususnya pascapanen padi yaitu penggilingan padi menjadi beras. Beras merupakan salah satu makanan pokok bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perhatian akan beras atau tanaman padi tidak ada henti-hentinya. Perjalanan bangsa Indonesia dalam pengadaan beras pun berliku-liku yang pada akhirnya dapat berswasembada beras pada tahun 1984. Keadaan tersebut tentu perlu dipertahankan hingga saat ini ( Pitoyo,2003).

Penggilingan gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama penanganan pascapanen. Teknologi penggilingan sangat menentukan kwantitas dan kwalitas beras yang dihasilkan. Perbandingan antara beras giling dan kehilangan hasil serta mutu beras hasil penggilingan tergantung pada tingkat kematangan biji saat dipanen (Suprayono dan Setyono, 1997).

Menurut Hardjosentono (2000) penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah atau beras. Sehingga dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan


(14)

pangan nasional. Rice Milling Unit (RMU) adalah yang berperan dalam kegiatan ini.

Menurut Widodo (2005) penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi/perberasan di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Penggilingan padi menjadi beras dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Bila diukur dengan alat pengukur kadar air (moisture tester) kekeringan ini mencapai angka 14 – 14,5 %. Pada kadar ini gabah akan mudah digiling/dikupas kulitnya (Hardjosentono, dkk, 2000).

Dalam hakikatnya manusia itu senantiasa tergantung kepada lingkungannya, akan tetapi dalam upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya mereka tidak selalu tergantung pada alam akan tetapi manusia dapat mempengaruhi, merubah, menciptakan corak dan bentuk lingkungan, untuk mengolah lingkungan alam tersebut sehingga tercipta benda-benda kebutuhan manusia. Untuk melakukan hal tersebut diperlukan seperangkat peralatan dan cara penggunaan yang disebut teknologi (Rifai, dkk, 1990).

Ilmu mengenai mekanisasi dan teknologi pertanian di Indonesia telah banyak dipraktekkan atau dilaksanakan untuk mendukung berbagai jenis usaha pembangunan pertanian, terutama di bidang usaha swasembada pangan. Menurut


(15)

Hardjosentono, dkk (2000), peralatan pertanian perlu ditingkatkan ukuran dan efisiensinya, sehingga petani dapat menghasilkan lebih banyak dengan tenaga kerja dan biaya yang lebih rendah.

Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan/kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila suatu usaha dijalankan atau dikembangkan. Pengambilan keputusan investasi untuk mengembangkan suatu usaha lama maupun mendirikan usaha baru membutuhkan dasar studi kelayakan untuk mendapatkan hasil (output) yang maksimal dan mengurangi resiko kegagalan yang mungkin terjadi (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Salah satu upaya yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan manusia adalah dengan melaksanakan usaha penggilingan padi seperti yang dilakukan oleh penduduk di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin. Usaha penggilingan padi yang dijalankan oleh penduduk di dua kecamatan tersebut adalah penggilingan padi mobile (bergerak). Gilingan padi mobile lebih banyak diminati oleh para petani karena proses penggilingan padi yang lebih cepat dibandingkan dengan gilingan padi statis atau sering juga disebut dengan kilang.

Sama halnya dengan pelaksanaan usaha lainnya, dalam pelaksanaan usaha penggilingan padi mobile perlu dilakukan analisis kelayakan. Tujuan dari diadakannya analisis kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjutan penggunaan modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 1994).

Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun.


(16)

Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan padi dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen di wilayah sekitarnya. Pada masa-masa di luar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja usaha jasa penggilingan padi akan mengisi waktu mereka dengan jenis kegiatan lainnya seperti bertani dan berdagang ( Anonimous,2008 ).

Usaha penggilingan padi mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin juga tidak berjalan sepanjang tahun. Penggilingan padi

mobile beroperasi pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya. Di daerah penelitian ada dua kali musim panen dalam setahun. Disaat petani padi melakukan penanaman selingan pada sawahnya, pengusaha penggilingan padi mobile mengisi waktu mereka dengan kegiatan lain.

Karena usaha jasa penggilingan padi mobile tidak terlalu rumit untuk dijalankan, maka risiko yang ada juga relatif kecil dan mudah ditanggulangi. Risiko terbesar adalah sedikitnya pengguna atau rendahnya produktivitas padi per hektar, risiko lainnya adalah kerusakan mesin-mesin penggilingan padi sehingga menyebabkan penurunan kapasitas giling dan mutu hasil gilingan. Selain itu kenaikan biaya operasional juga dapat mempengaruhi kelangsungan usaha jasa penggilingan padi mobile.

Penggilingan padi mobile kini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Para petani di kecamatan pantai Labu dan Kecamatan Pantai cermin lebih memilih penggilingan padi mobile untuk menggiling padinya, hal ini menyebabkan banyaknya penggilingan padi statis di dua daerah tersebut tidak lagi


(17)

beroperasi. Dengan adanya penggilingan padi mobile ini petani tidak perlu lagi bersusah payah mengangkut padinya ke kilang padi, cukup dengan menghubungi nomor pemilik gilingan padi maka gilingan padi mobile akan segera tiba di rumah petani. Keuntungan lainnya dari penggilingan padi mobile ini yaitu ampas (dedak) dari hasil penggilingan padi menjadi milik petani. Petani cukup memberikan 10% dari berasnya kepada penggilingan padi mobile sebagai upah. Namun apabila petani ingin membayar dalam bentuk rupiah maka 10% dari berasnya dikalikan Rp.7000 – Rp.7500. Awalnya di daerah penelitian hanya ada beberapa penggilingan padi mobile, namun karena minat petani yang besar untuk menggiling padinya di penggilingan padi mobile menjadikan jumlah penggilingan padi mobile di daerah penelitian semakin besar. Hal ini menjadi alasan dilakukan penelitian tentang kelayakan usaha penggilingan padi mobile di kedua daerah ini.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar modal yang diperlukan untuk setiap unit gilingan padi mobile

di daerah penelitian?

2. Berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap unit gilingan padi mobile di daerah penelitian?

3. Berapa besar penerimaan yang diperoleh dari setiap unit gilingan padi

mobile di daerah penelitian?

4. Berapa besar pendapatan yang diperoleh dari setiap unit gilingan padi


(18)

5. Apakah usaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian layak untuk diusahakan?

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besar modal yang diperlukan untuk setiap unit gilingan padi mobile di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui besar biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap unit gilingan padi mobile di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui besar penerimaan yang diperoleh dari setiap unit gilingan padi mobile di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui besar pendapatan yang diperoleh dari setiap unit gilingan padi mobile di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui apakah usaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pengusaha penggilingan padi mobile dalam mengembangkan usaha penggilingan padi mobile.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk kelayakan usaha penggilingan padi mobile.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari sepuluh juta tenaga kerja, menangani lebih dari empat puluh juta ton gabah menjadi beras giling per tahun. Penggilingan padi merupakan titik sentral agroindustri padi, karena disinilah diperoleh produk utama berupa beras dan bahan baku untuk pengolahan lanjutan produk pangan dan industri.

Penggilingan dalam pascapanen padi merupakan kegiatan pemisahan beras dari kulit yang membungkusnya. Ada dua cara pemisahan tersebut, yaitu secara tradisional dan modern.

a. Cara tradisional

Pemisahan secara tradisional menggunakan alat sederhana, yaitu lesung dan alu. Gabah yang ditumbuk dengan alu dan lesung ini akan menghasilkan beras dan kulit. Beras yang dihasilkan tersebut dinamakan beras pecah kulit. Penampilan beras pecah kulit tidak putih bersih, melainkan agak kecoklatan. Untuk mendapatkan beras putih bersih, beras pecah kulit harus ditumbuk ulang. b. Cara modern

Pemisahan beras dari kulitnya dapat dilakukan dengan cara modern atau dengan alat penggiling. Alat yang sering digunakan berupa huller. Hasil yang diperoleh pada penggilingan dengan alat penggiling gabah ini sama dengan tradisional, yaitu pada tahap pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada penggilingan tahap kedua, beras akan menjadi putih bersih (Andoko, 2002)


(20)

Untuk mendapatkan beras putih bersih secara tradisional sangat sulit. Untuk memperoleh beras yang putih bersih harus mencapai derajat sosoh 100% dan memerlukan waktu penumbukan lebih lama. Secara tradisional, beras yang telah disosoh dengan cara ditumbuk, ditaruh pada tampah dan diinteri. Bekatul yang terpusat di sentral tampah diambil dengan tangan. Pada mesin penggiling padi, saat penyosohan, beras bergesekan atau dikikis sehingga bekatul keluar lewat saringan dan beras tersosoh terus berjalan keluar karena dorongan dari beras berikutnya (Suprayono dan Setyono, 1997).

Menurut Andoko (2002), gabah yang ditumbuk dengan menggunakan alu dan lesung memerlukan lebih banyak tenaga kerja dan waktu. Butiran beras yang dihasilkan juga kurang baik karena banyak butiran yang pecah sehingga hanya cocok untuk konsumsi sendiri. Sebaliknya dengan mesin penggiling, tenaga dan waktu yang diperlukan lebih sedikit dan hasilnya pun lebih baik. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan antara penggilingan dengan penumbukan padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Antara Penggilingan Dengan Penumbukan Padi

Kriteria Penggilingan Penumbukan Padi

1. Tenaga penggerak

(power)

2. Sistem pengupasan (pecah kulit) 3. Pemisahan sekam

4. Pemisahan bekatul 5. Persentase butir

pecah 6. Mutu beras

Mesin/listrik

Gesekan antara dua ruber roll dengan arah berbeda Hembusan angin dari

blower.

Sistem saringan rendah

baik, putih, bersih

Manusia

Ditumbuk dengan alu, gesekan antar gabah Ditampi dengan tenaga manusia.

diinteri tinggi


(21)

Menurut Hardjosentono (2000) ada beberapa model dan tipe mesin penggiling padi. Besarnya kapasitas penggunaan sangat bervariasi; ada yang kecil, sedang, dan besar. Dalam penggilingan padi terdapat alat-alat yang digunakan dalam penggilingan padi, alat-alat itu adalah sebagai berikut:

a. Pocket elevator. Alat ini untuk mengangkut gabah ke atas dan memasukkannya ke mesin pengupas penyosoh, atau alat lain. Elevator

dilengkapi alat seperti mangkok sehingga dapat menghemat tenaga manusia untuk mengangkut gabah ke atas.

b. Saringan atau ayakan bergetar/bergoyang. Ayakan untuk memisahkan kotoran dan benda asing, seperti kayu dan paku agar tidak ikut masuk ke mesin pengupas sehingga kerusakan mesin pengupas dapat dihindari.

c. Mesin pengupas. Dulu, mesin pengupas gabah menggunakan batu pengupas berbentuk meja bulat, tetapi sekarang jarang digunakan. Sekarang ini banyak digunakan rubber roll. Rubber roll ini terdiri atas dua buah roll karet yang perputarannya berlawanan arah. Jarak kedua roll tersebut dapat diatur sehingga beras tidak mudah retak.

d. Mesin penyosoh. Untuk mendapatkan beras dengan derajat sosoh seperti yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengatur berat beban pada bandul penyosoh beras. Untuk mendapatkan beras yang bermutu baik dengan derajat sosoh 90-100%, biasanya dilakukan penyosohan secara bertahap dengan menggunakan dua buah mesin penyosoh.

e. Mesin pemoles. Mesin pemoles digunakan untuk membersihkan bekatul yang masih menempel pada butir-butir beras sehingga diperoleh butir beras yang


(22)

bersih, putih dan mengkilat. Mesin pemoles ini dilengkapi alat berupa sikat halus.

f. Mesin grader. Beras sosoh yang bersih masuk ke mesin grader untuk memisahkan beras yang patah, beras yang pecah, dan beras yang utuh.

Penggilingan gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling yaitu 14%-14,5% ( Hardjosentono.M, dkk, 2000). Gabah masuk kedalam mesin pemecah kulit sekam /gabah kering giling yang berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah, hasil yang diperoleh berupa beras pecah kulit yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau disebut juga brown rice.

Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas (Anonimous, 2008).

Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas tergantung pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit. Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak. Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga (Anonimous, 2008). Proses dari mesin- mesin tersebut diatas merupakan proses yang umum pada penggilingan padi.


(23)

Landasan Teori

Analisis kelayakan merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Menurut Husnan dan Suwarsono (1994) banyak sebab yang mengakibatkan suatu usaha ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan. Sebab itu bisa berwujud karena salah perencanaan, kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang tepat dipakai, kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja . sebab lain bisa diakibatkan karena faktor lingkungan yang berubah, baik lingkungan ekonomi, sosial, bahkan fisik.

Dalam mengevaluasi suatu usaha diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan usaha penggilingan padi mobile adalah R/C dan B/C (Suratiyah, 2009).

Modal memiliki peranan penting dalam suatu usahatani. Hal ini dikarenakan modal sangat berperan dalam pembiayaan usahatani, terutama dalam pengadaan sarana produksi. Tanpa modal, suatu usahatani tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik (Soekartawi, 1996).

Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu land saving capital dan labour saving capital. Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus memperluas


(24)

areal, contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, dan pestisida. Modal dikatakan

labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk membajak, mesin penggiling padi untuk memproses padi menjadi beras dan sebagainya (Suratiyah, 2009).

Menurut Mubyarto (1989) modal adalah barang atau uang yang bersama – sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru, dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang berupa barang diluar tanah adalah ternak, pupuk, bibit, tanaman yang masih di sawah dan alt-alat pertanian.

Negara – negara industri menggunakan banyak sekali mesin, komputer, perangkat lunak, dan lain-lain. Inilah faktor-faktor produksi yang disebut modal yaitu sebuah faktor produksi yang dihasilkan dan sebuah input yang dapat bersifat tahan lama (Samuelson dan William, 2004).

Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel

(variable cost). Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, Biaya tetap didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya yang terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya penyusutan peralatan dan pajak. Biaya variabel yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi (Suratiyah, 2009). Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya sarana produksi (bibit,pupuk,bahan bakar minyak, tenaga kerja dan obat-obatan). Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka sarana produksi perlu ditambah ataupun dikurangi, biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soekartawi, 1996).


(25)

Dalam usaha penggilingan padi, setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses penggilingan padi baik biaya tetap maupun variabel perlu diperhitungkan. Hal ini agar mengetahui berapa tarif yang akan ditetapkan dalam setiap proses penggilingan padi. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah biaya tetap dan variable atau disebut biaya produksi. Dalam hal ini yang termasuk biaya produksi adalah biaya BBM (solar), tenaga kerja, oli, biaya penyusutan, biaya perawatan, dan peralatan (Wisnu, 2012).

Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan produksi. Kemunculannyaitu sangat berkaitan dengan diperlukannya input. Pada kaitannya biaya (cost) itu adalah sejumlah uang tertentu yang telah diputuskan guna pembelian atau pembayaran input yang telah diperlukan, sehingga tersedianya sejumlah uang atau biaya itu benar-benar telah diperlukan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung (Soekartawi, 1999).

Menurut Samuelson dan William, 2004 berhasil atau tidaknya usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahatani. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam usaha. Dimana penerimaan usaha adalah nilai produk total suatu usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan di gudang Apabila pendapatan


(26)

yang diperoleh lebih besar dari total biaya, atau diperoleh keuntungan maka usaha penggilingan padi mobile dikatakan layak. (Soekartawi, 1995).

Menurut Boediono (1992), ada beberapa konsep penerimaan yaitu :

1. Total Revenue (TR) yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Total Revenue adalah adalah output kali harga jual output. 2. Avarege Revenue (AR) yaitu penerimaan produsen per unit output yang ia

jual.

3. Marginal Revenue (NR) yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh penjualan tambahan 1 unit output.

Dari pendapatan bersih usaha penggilingan padi mobile dapat dibuat suatu analisis kelayakan untuk mengetahui apakah usaha penggilingan padi mobile

tersebut layak atau tidak untuk diusahakan. Bagi seorang pengusaha analisis kelayakan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Rahim dan Diah, 2008)

Menurut Hernanto (1989) salah satu ukuran kelayakan adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan R/C rasio (Revenue cost ratio). Dalam analisis R/C rasio akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usaha bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Suatu usaha dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari 1 dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan dan belum layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio kurang dari 1.


(27)

Kerangka Pemikiran

Dalam memulai suatu usaha tentu diperlukan modal, bila memiliki modal yang mencukupi maka usahapun dapat dilaksanakan. Modal harus diproduksi sebelum dapat digunakan. Misalnya anda ingin menghasilkan padi yang bersih dan putih maka untuk mendapatkannya maka kita harus membuat atau membeli sebuah gilingan padi. Gilingan padi inilah yang merupakan modal untuk dapat menghasilkan beras yang bersih dan putih.

Pengusaha penggilingan padi mobile dapat mencapai hasil yang optimal apabila mampu meminimalisasikan biaya produksi. Biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan usaha penggilingan padi mobile yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya bahan bakar serta oli dan biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan kegiatan penggilingan padi mobile. Pengusaha gilingan padi mobile harus memperhitungkan biaya produksi agar dapat memperoleh informasi berupa keuntungan yang diperoleh.

Dari proses penggilingan akan diperoleh keluaran (output) berupa beras yang dihitung dalam satuan berat, hasil tersebut merupakan penerimaan yang diperoleh oleh pengusaha gilingan padi mobile. Dengan diketahuinya biaya produksi dan penerimaan, maka akan dapat diketahui pendapatan bersih yaitu dengan mengurangkan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisa kelayakan usaha penggilingan padi dengan menggunakan R/C, apabila R/C > 1 maka penggilingan padi mobile


(28)

Keterangan.

: Ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kegiatan Penggilingan

Biaya Produksi 1. Biaya Bahan Penunjang

- Biaya Bahan Bakar - Oli

- Minyak Gemuk - Minyak Gerdang - Minyak Rem 2. Biaya Penyusutan

− Motor

− Mesin

Equipment

3. Biaya Reperasi 4. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggilingan Padi Mobile

Penerimaan

Pendapatan


(29)

Hipotesis Penelitian

1. Pendapatan dari setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian lebih tinggi dari upah minimum propinsi (UMP) sebesar Rp.1.300.000 / bulan.


(30)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa di kedua daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki penggilingan padi mobile yang cukup banyak. Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin juga dipilih karena sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang kelayakan gilingan padi

mobile di Kecamatan tersebut.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki usaha penggilingan padi mobile. Penentuan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Teknik

non-probability sampling yang digunakan adalah metode sampling aksidental

(accedental sampling) yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja pengusaha penggilingan padi mobile yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri – cirinya), maka pengusaha penggilingan padi mobile tersebut dapat digunakan sebagai pengusaha sampel (responden) (Riduwan, 2010). Adapun yang menjadi alasan penggunaan metode penentuan sampel ini adalah karena dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti atau tidak ada data yang akurat yang menunjukkan


(31)

berapa jumlah pengusaha gilingan padi mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin yang mengusahakan gilingan padi mobile. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 unit sampel gilingan padi mobile. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ≥ 30 sampel sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik ukuran sampel paling minimum 30 (Hasan, 2002).

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan serta wawancara langsung dengan responden dengan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari berbagai instansi yang terkait antara lain Kepala Camat Pantai Labu dan Kepala Camat Pantai Cermin, literatur - literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Identifikasi masalah 1, mengenai besar modal untuk setiap unit gilingan padi mobile dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi dari responden.

Identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan tabulasi sederhana yaitu dengan menghitung total biaya dari setiap unit penggilingan padi mobile dengan rumus :


(32)

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp) (Soekartawi, 1995).

Identifikasi masalah 3 mengenai besar penerimaan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati kondisi di lapangan dan wawancara dengan responden.

Identifikasi masalah 4 mengenai besar pendapatan dianalisis dengan menggunakan metode analisis sederhana dengan menghitung pendapatan dari setiap unit gilingan padi mobile, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Pd = TP – TB

Keterangan:

Pd = Pendapatan

TP = Total Penerimaan (Rp) TB = Total Biaya (Rp) (Soekartawi,1995).

Identifikasi masalah 5 mengenai kelayaan usaha penggilingan padi mobile

dianalisis dengan menggunakan metode analisis sederhana dengan menghitung kelayakan usaha dari setiap unit gilingan padi mobile, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


(33)

R/C =

Dimana:

TR = Penerimaan Beras (10%) TC = FC + VC

TR = Total Revenue TC = Total Cost

Jika: R/C > 1 : maka usaha dikatakan layak R/C < 1 : maka usaha dikatakan tidak layak R/C = 1 ; maka usaha dikatakan impas (Soekartawi,1995).

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Penggilingan padi mobile merupakan suatu kegiatan pascapanen dalam merubah gabah menjadi bulir –bulir padi dengan menggunakan alat penggiling padi yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

2. Biaya produksi adalah biaya - biaya yang dikorbankan dalam usaha penggilingan padi mobile.

3. Bahan Bakar Minyak adalah minyak solar yang diperlukan untuk setiap unit penggilingan padi mobile per musim panen (liter).


(34)

4. Oli (liter), Minyak Gemuk (kaleng), Minyak Gerdang (liter), dan Minyak Rem (botol) adalah bahan penunjang yang diperlukan dalam penggilingan padi mobile per musim panen.

5. Biaya Tenaga Kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja dalam kegiatan penggilingan padi mobile (Rp).

6. Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk setiap mesin dan alat-alat penggilingan padi mobile selama proses penggilingan berlangsung (Rp).

7. Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk merawat mesin dan alat-alat penggilingan padi mobile per musim panen (Rp).

8. Penerimaan adalah sejumlah hasil yang diterima oleh pengusaha penggilingan padi mobile yaitu sebesar 10% dari beras yang telah digiling. 9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan yang diterima oleh

pengusaha penggilingan padi mobile dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.

10.Kelayakan usaha adalah suatu analisis untuk menentukan layak atau tidaknya penggilingan padi mobile untuk diusahakan.

11.R/C merupakan pembagian antara total penerimaan dengan total biaya untuk menentukan kelayakan usaha penggiingan padi mobile.

Batasan Operasional

1. Sampel adalah penggilingan padi mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin.


(35)

2. Pengusaha sampel penelitian adalah penduduk yang melakukan usaha penggilingan padi mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin.

3. Daerah penelitian adalah Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin.


(36)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL DAN PENGUSAHA SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

a. Kecamatan Pantai Labu

Luas dan Letak Geografis

Kecamatan Pantai Labu merupakan salah 1 (satu) dari 22 (duapuluh dua) kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Pantai Labu terletak antara 2o57’ – 3o16’ LU dan 98o37’ – 99o27’ BT yang merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 – 8 meter di atas permukaan laut yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

Kecamatan Pantai Labu memiliki suhu bekisar antara 23oC s/d 34oC beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini sangat dipengaruhi oleh arah angin laut yang membawa hujan dan angin gunung yang membawa panas dan lembab. Curah hujan di wilayah Kecamatan Pantai Labu yang paling menonjol adalah pada bulan Maret, April, September hingga Desember. Sedangkan musim kemarau paling menonjol yaitu pada bulan Januari, Februari, Mei hingga Agustus. Di Kecamatan Pantai Labu terdapat dua pantai yaitu Pantai Labu dan Pantai Putra Deli.

Wilayah Kecamatan Pantai Labu mempunyai luas 81, 85 KM2 (8.185 Ha) yang terdiri dari 19 Desa dan 76 dusun dengan Ibukota di Desa Kelambir. Kecamatan Pantai Labu memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai


(37)

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Beringin

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Percut Sei Tuan.

Keadaan Penduduk

Kecamatan Pantai Labu memiliki jumlah penduduk sebanyak 43.510 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 9.261 yang tersebar di seluruh Kecamatan Pantai Labu.

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2011

No Suku Bangsa Jumlah

1 Melayu 16.379

2 Jawa 15.304

3 Tapanuli/Toba 5.330

4 Mandailing 624

5 Simalungun 455

6 Cina 398

7 Karo 332

8 Minang 182

9 Aceh 164

10 Nias 55

11 Lainnya 4.287

Jumlah 43.510

Sumber : Kantor Camat Pantai Labu 2012

Tabel 2 menunjukkan distribusi penduduk pantai Labu berdasarkan suku bangsa. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa mayoritas suku yang ada di Kecamatan Pantai Labu adalah suku melayu yaitu sebanyak 16.379 jiwa dan selanjutnya adalah suku jawa yaitu sebanyak 15.304 jiwa, suku tapanuli / toba sebanyak 5.330 jiwa, suku mandailing sebanyak 624 jiwa, suku simalungun sebanyak 455 jiwa, suku cina sebanyak 398 jiwa, suku karo sebanyak 332 jiwa, suku minang


(38)

sebanyak 182 jiwa, suku aceh sebanyak 164 jiwa, suku nias sebanyak 55 jiwa dan suku-suku lain sebanyak 4287 jiwa.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2011

Sumber : Kantor Camat Pantai Labu. 2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang dominan di Kecamatan Pantai Labu adalah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 22.024 jiwa atau sekitar 50,7 % dari keseluruhan jumlah penduduk.

Mayoritas penduduk di Kecamatan Pantai Labu bekerja sebagai petani dan nelayan. Penduduk Kecamatan Pantai Labu yang berprofesi sebagai petani mencapai 45% dari seluruh komposisi mata pencaharian penduduk kecamatan Pantai Labu. Mata pencaharian tersebut antara lain nelayan, peternakan, pedagang dan karyawan / pegawai negeri.

Sarana dan Prasarana

Untuk mempercepat kemajuan masyarakat di suatu daerah diperlukan adanya sarana dan prasarana. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung yang ada di suatu daerah maka semakin baik pula perkembangan dan kemajuan daerah tersebut. Sarana dan prasarana di Kecamatan Pantai Labu dapat dilihat pada tabel berikut.

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 21.486 49,3%

2 Perempuan 22.024 50,7%


(39)

Tabel 4. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2011 No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sarana Ibadah Mesjid

Mushola Gereja Vihara

29 38 18 6 2 Sarana Kesehatan

Puskesmas Puskesdes Posyandu

1 10 25 3 Pendidikan

TK SD Negeri SD Swasta SMP Negeri SMP Swasta SMA

12 21 8 4 9 5

Sumber : BPS 2012

Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Pantai Labu sudah cukup memadai karena sarana ibadah, sarana kesehatan dan sarana pendidikan sudah tersedia dalam jumlah yang cukup. Sarana pendidikan sudah cukup memadai dapat dilihat dari adanya sarana pendidikan mulai dari Taman Kanak – Kanak sampai Sekolah Menengah Atas hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu wajib belajar sembilan tahun. Keadaan prasarana di Kecamatan Pantai Labu juga sudah cukup baik yaitu adanya listrik yang menerangi Kecamatan Pantai Labu dan jalan raya yang telah diaspal.


(40)

b. Kecamatan Pantai Cermin

Luas dan Letak Geografis

Kecamatan Pantai Cermin terletak di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 s/d 6 meter diatas permukaan laut yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Luas dari Kecamatan Pantai Cermin adalah 80,296 Km2 atau 8.092,6 Ha yang terdiri dari 12 Desa dan 77 dusun dengan Ibukota Kecamatan di Desa Pantai Cermin Kanan. Kecamatan Pantai Cermin memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Kecamatan Pantai Labu.

Daerah Kecamatan Pantai Cermin beriklim sedang dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh dua arah angin yang terdiri dari angin gunung yang membawa hujan dan angin laut yang membawa udara panas dan lembab. Kecamatan Pantai Cermin juga merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Serdang Bedagai dengan pemandangan dan pantainya yang indah.

Keadaan Penduduk

Kecamatan Pantai Cermin memiliki jumlah penduduk sebanyak 42.005 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 10.759 yang tersebar di seluruh Kecamatan Pantai Cermin.


(41)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2011

Sumber : Kantor Camat Pantai Cermin 2012

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang dominan di Kecamatan Pantai Cermin adalah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 20.860 jiwa atau sekitar 50,3 % dari keseluruhan jumlah penduduk.

Mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan Pantai Cermin adalah petani. Mata pencaharian lain para penduduk di Pantai Cermin yaitu sebagai buruh, wiraswasta, nelayan dan pegawai negeri sipil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2011 Mata Pencaharian

No Nama Desa PNS ABRI/ POLRI

Karya wan

Wiras

wasta Jasa Tani Nelayan Buruh Lainnya

1 Uj.Rambung 42 8 115 147 84 1733 45 153 57

2 Celawan 54 2 190 298 79 2507 87 817 85

3 Kota Pari 48 6 57 637 65 1829 127 65 480

4 PC Kanan 42 15 77 1021 491 278 429 151 214

5 PC Kiri 53 23 103 477 164 893 387 250 187

6 Besar II

Terjun 15 12 97 275 63 2427 25 275 134

7 Sementara 18 14 30 87 79 2931 45 36 260

8 Ara Payung 28 18 51 50 20 2779 185 250 145

9 Kuala Lama 38 21 30 1452 35 850 2836 255 143

10 Pematang

Kasih 25 34 47 53 81 2871 175 80 218

11 Lubuk

Saban 27 20 24 288 370 425 840 910 180

12 NagaKisar 22 24 357 112 27 2573 92 782 267

Jlh 42005 412 197 1178 4897 1558 22096 5273 4024 2370

Sumber : Kantor Camat Pantai Cermin 2012

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 20.860 49,7%

2 Perempuan 21.145 50,3%


(42)

Tabel 6 menunjukkan bahwa penduduk di Kecamatan Pantai Cermin mayoritas bekerja sebagai petani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani sebesar 22.096 jiwa, mata pencaharian lainnya yaitu nelayan sebesar 5.273 jiwa dan wiraswasta sebesar 4.897 jiwa.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2011

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 5 4.469 10,6

2 6 – 12 5.910 14,1

3 13 – 16 6.198 14,8

4 17 – 59 21.474 51,1

5 >60 3.954 9,4

Total 42.005 100

Sumber : Kantor Camat Pantai Cermin, 2012

Tabel 7 menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Pantai Cermin umur produktif (13-59 tahun) berjumlah 27.672 jiwa atau sekitar 66% dari keseluruhan jumlah penduduk.

Sarana dan Prasarana

Sama halnya dengan Kecamatan Pantai Labu, sarana dan prasarana yang baik di Kecamatan Pantai Cermin akan mempengarui perkembangan dan kemajuan dari daerah dan masyarakat Pantai Cermin. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung yang ada akan mempercepat laju perkembangan masyarakat di Kecamatan Pantai Labu. Sarana dan prasarana di Kecamatan Pantai Cermin dapat dilihat pada tabel berikut:


(43)

Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2011 No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sarana Ibadah Mesjid

Mushola Gereja Vihara

37 43 16 10 2 Sarana Kesehatan

Puskesmas Puskesdes

1 6 3 Pendidikan

TK SD Negeri SD Swasta SMP Negeri SMP Swasta SMA

8 24

2 2 5 3

Sumber : Kantor Camat Pantai Cermin, 2012

Tabel 8 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Pantai Cermin sudah memadai. Sarana pendidikan sudah memadai dimulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Atas. Begitu juga dengan sarana ibadah dan kesehatan yang sudah memenuhi kebutuhan para masyarakat di Kecamatan Pantai Cermin.

Karakteristik Pengusaha Sampel

Yang termasuk karakteristik pengusaha sampel dalam penelitian ini meliputi : umur, lama berusaha dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik pengusaha sampel dapat dilihat pada tabel berikut :


(44)

Tabel 9. Karakteristik Pengusaha Sampel Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin

No Uraian Rata - Rata Range

1. Umur 41 30 - 62

2. Lama Berusaha (bulan) 19 7 - 36

3. Tingkat Pendidikan (tahun) 11 6 - 12

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa rata – rata umur sampel adalah 41 tahun dengan rentang 30 – 62 tahun, hal ini menunjukkan bahwa rata –rata pengusaha sampel penggilingan padi mobile masih berada pada usia yang produktif sehingga masih memiliki tingkat tenaga kerja yang baik untuk jangka waktu yang cukup lama. Rata-rata lama berusaha pengusaha sampel adalah 19 bulan atau 1,7 tahun dengan rentang 7 – 36 bulan. Rata –rata tingkat pendidikan pengusaha sampel adalah sampai pada tahun ke 11 atau tingkat Sekolah Menengah Atas.

Karakteristik Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah penggilingan padi

mobile yang ada di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin. Adapun karakteristik sampel yang dimaksud meliputi jenis mesin dan kapasitas mesin.

Jenis Mesin

Sama halnya dengan penggilingan padi statis, penggilingan padi mobile

juga memiliki mesin. Jenis mesin yang biasa digunakan pada penggilingan padi

mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin antara lain Dongfeng, Ziano, Yantian dan Sianghai. Jenis mesian Sianghai dan Dongfeng


(45)

memiliki keunggulan yang lebih dibanding mesin penggilingan mobile Yantian dan Ziano. Sianghai dan Dongfeng lebih cepat dalam proses penggilingan dan beras yang dihasilkan juga lebih baik dengan jumlah beras patah yang sedikit sedangkan Yantian dan Ziano memiliki kecepatan giling yang lebih lambat bila dibandingkan dengan Dongfeng dan Sianghai begitu juga beras yang dihasilkan tidak sebagus beras yang dihasilkan mesin Dongfeng dan Sianghai.

Jenis Mesin Penggilingan padi mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Jenis Mesin Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin

No Jenis Mesin Jumlah (unit) Persentase (%)

1 Dongfeng 22 73,4%

2 Ziano 1 3,3%

3 Yantian 1 3,3%

4 Sianghai 6 20%

Total 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Tabel 10 menunjukkan bahwa jenis mesin yang dominan di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai cermin adalah Dongfeng yaitu sebanyak 22 unit atau sekitar 73,4 % dari keseluruhan jumlah gilingan padi.

Kapasitas Mesin

Kapasitas mesin merupakan daya tampung atau muatan dari suatu mesin. Semakin besar kapasitas suatu mesin penggilingan padi mobile maka semakin banyak pula padi yang dapat digiling. Kapasitas mesin penggilingan padi mobile

di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin dapat dilihat pada tabel berikut :


(46)

Tabel 11. Kapasitas Mesin Penggilingan Padi Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Tabel 11 menunjukkan bahwa kapasitas mesin penggilingan padi mobile

di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin mayoritas sebesar 400-500 kg/jam yakni sebanyak 10 unit atau sekitar 33,3%.

No Kapasitas Mesin (kg/jam) Jumlah (unit) Persentase (%)

1 100-200 3 10%

2 200-300 8 26,7%

3 300-400 9 30%

4 400-500 10 33,3%


(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Modal untuk Penggilingan Padi Mobile

Menjalankan usaha penggilingan padi mobile memiliki harapan yang cukup cerah di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin, usaha jasa penggilingan padi mobile juga tidak terlalu rumit untuk dijalankan. Banyak penduduk di kedua kecamatan tersebut yang tergiur untuk menjalankan usaha penggilingan padi mobile.

Penggilingan padi mobile banyak diminati oleh para petani di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin karena mereka dapat dengan mudah menggilingkan padi dari hasil usaha tani mereka. Di penggilingan padi statis petani harus membawa hasil padi mereka ke kilang (tempat penggilingan padi statis) untuk di giling sementara di penggilingan padi mobile hal tersebut tidak perlu dilakukan karena penggilingan padi mobile yang akan datang ke rumah – rumah petani. Petani padi cukup menghubungi nomor telepon pengusaha penggilingan padi mobile dan dengan segera penggilingan padi mobile akan sampai di rumah petani padi. Selain itu penggilingan padi mobile juga selalu melewati rumah-rumah penduduk di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin. Karena kemudahan yang di miliki oleh penggilingan padi mobile

tersebut banyak petani yang beralih dari penggilingan padi statis ke penggilingan padi mobile. Petani jadi lebih memiliki banyak waktu luang untuk melakukan kegiatannya yang lain karena tidak perlu mengantar dan menunggu padi mereka digiling di penggilingan padi statis. Keunggulan lain dari penggilingan padi


(48)

Sama halnya dengan menjalankan usaha- usaha lain, menjalankan usaha penggilingan padi mobile juga diperlukan modal. Modal tersebut digunakan untuk membeli penggilingan padi mobile dimana tempat penjualan penggilingan padi

mobile berada di Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai. Modal yang pengusaha penggilingan padi mobile gunakan adalah modal sendiri tanpa ada pinjaman dari bank ataupun bukan bank dengan status kepemilikan penggilingan padi mobile adalah milik sendiri. Di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin, penggilingan padi mobile sudah berjalan hampir empat tahun dan tentunya modal yang dikeluarkan untuk membeli gilingan padi mobile

ini berbeda tiap tahunnya.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada pengusaha sampel penggilingan padi mobile (Lampiran 3) diperoleh informasi bahwa mereka membutuhkan modal sebesar Rp.35.000.000 – Rp.55.000.000 untuk membeli 1 (satu) unit penggilingan padi mobile. Bila dirata – ratakan modal yang diperlukan oleh pengusaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian adalah sebesar Rp.42.633.333 untuk setiap unit penggilingan padi mobile.

Biaya Produksi Usaha Penggilingan Padi Mobile

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pengusaha dalam menjalankan usaha penggilingan padi mobile. Biaya yang digunakan dalam usaha penggilingan padi mobile antara lain biaya bahan penunjang, biaya penyusutan mesin dan alat-alat, biaya reparasi mesin dan alat-alat dan biaya tenaga kerja. Total biaya adalah penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap. Dimana yang menjadi biaya variabel adalah biaya bahan penunjang dan biaya tenaga kerja


(49)

sedangkan biaya tetap meliputi biaya penyusutan mesin dan alat-alat, dan biaya reperasi mesin dan alat-alat.

a. Biaya Penyusutan

Alat-alat yang ada pada mesin penggilingan padi mobile hampir sama dengan alat-alat yang ada pada penggilingan padi statis. Alat – alat yang digunakan dalam penggilingan padi mobile antara lain:

- Alat pengupas atau disebut rubber roll berfungsi sebagai pengupas kulit gabah menjadi beras pecah kulit.

- Alat penyaring berfungsi untuk menyaring kotoran –kotoran yang ada sehingga memudahkan proses pengupasan kulit padi dan mesin tidak mengalami kerusakan.

- Timbangan merupakan alat yang digunakan untuk menimbang padi yang telah digiling. Timbangan yang digunakan dalam pengilingan padi mobile

adalah timbangan duduk.

Mesin dan alat-alat yang digunakan dalam usaha penggilingan padi mobile

mengalami penyusutan dari waktu ke waktu. Menurut Suratiyah (2009), untuk menghitung nilai penyusutan dapat digunakan rumus :

Biaya Pembelian – Nilai Residu Umur Ekonomis

Biaya penyusutan mesin dan alat-alat dalam penggilingan padi mobile

dapat dilihat pada tabel berikut : Penyusutan =


(50)

Tabel 12. Biaya Penyusutan Penggilingan Padi Mobile (Rp/Unit) di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin / Musim Panen

No Sampel Total Biaya Penyusutan

1 3.425.000

2 3.425.000

3 3.525.000

4 3.425.000

5 2.675.000

6 2.885.000

7 3.405.000

8 3.705.000

9 3.405.000

10 3.505.000

11 3.325.000

12 3.325.000

13 3.425.000

14 3.405.000

15 3.435.000

16 3.585.000

17 3.525.000

18 3.625.000

19 3.405.000

20 3.515.000

21 3.415.000

22 3.715.000

23 3.635.000

24 3.735.000

25 4.435.000

26 4.735.000

27 3.035.000

28 3.315.000

29 3.065.000

30 3.415.000

Total 104.450.000

Rataan 3.481.666,7

Sumber : Data diolah dari lampiran 6c

Tabel 12 menunjukkan bahwa total biaya penyusutan adalah sebesar Rp.104.450.000 dengan rataan Rp.3.481.666,7. Lampiran 6cmenunjukkan bahwa biaya penyusutan motor sebesar Rp.81.125.000 dengan rataan Rp.2.704.166,67,


(51)

penyusutan mesin sebesar Rp.13.970.000 dengan rataan Rp.465.666,67, penyusutan alat pengupas sebesar Rp.4.200.000 dengan rataan Rp.130.666,67, penyusutan alat penyaring sebesar Rp.1.875.000 dengan nilai rataan sebesar Rp.62.500, dan penyusutan timbangan sebesar Rp.3.280.000 dengan rataan Rp.109.333,33. Lampiran 6c juga menujukkan bahwa biaya penyusutan terbesar dikeluarkan untuk motor dan terendah untuk alat penyaring .

b. Biaya Reparasi

Biaya reparasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk merawat mesin dan alat-alat. Biaya reparasi pada usaha penggilingan padi mobile merupakan biaya yang dikeluarkan dalam perawatan penggilingan padi mobile. Biaya reparasi usaha penggilingan padi mobile meliputi biaya reparasi mesin, biaya reparasi ban, biaya reparasi alat pengupas dan biaya reparasi alat penyaring. Perawatan yang dilakukan antara lain pelaksanaan check up, ganti ban bocor, kerusakan blower

pada alat pengupas. Perawatan penggilingan padi dilakukan oleh pengusaha sampel sendiri, apabila terjadi kerusakan besar dan mereka tidak bisa memperbaikinya sendiri barulah mereka menggunakan jasa mekanik.

Pada lampiran 7 dapat dilihat bahwa total biaya untuk reparasi mesin sebesar Rp.5.050.000 dengan rataan Rp.168.333,33, reparasi ban sebesar Rp.3.295.000 dengan rataan Rp.109.833,33, reparasi alat pengupas sebesar Rp.4.795.000 dengan rataan Rp.159.833,33, dan reparasi alat penyaring sebesar Rp.3.980.000 dengan rataan Rp.132.666,67. Lampiran 7 juga menunjukkan bahwa biaya reparasi terbesar dikeluarkan untuk reparasi mesin dan biaya reparasi terkecil dikeluarkan untuk reparasi ban. Untuk melihat besarnya biaya


(52)

reparasi pada usaha penggilingan padi mobile dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13. Biaya Reparasi Pada Usaha Penggilingan Padi Mobile (Rp/Unit) di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin / Musim Panen

No Sampel Total Biaya Reparasi

1 450.000

2 450.000

3 450.000

4 450.000

5 500.000

6 500.000

7 350.000

8 350.000

9 450.000

10 450.000

11 750.000

12 750.000

13 520.000

14 650.000

15 650.000

16 650.000

17 650.000

18 620.000

19 580.000

20 550.000

21 550.000

22 650.000

23 525.000

24 700.000

25 650.000

26 650.000

27 750.000

28 650.000

29 650.000

30 575.000

Total 17.120.000

Rataan 570.666.67


(53)

Tabel 13 menunjukkan bahwa total biaya reparasi pada usaha penggilingan padi mobile adalah sebesar Rp.17.120.000 dengan rataan Rp.570.666,67/unit.

c. Biaya Bahan Penunjang

Tidak seperti usahatani lain, usaha penggilingan padi mobile tidak memiliki biaya untuk bahan baku, biaya dalam usaha penggilingan padi mobile

hanya untuk biaya bahan penunjang karena bahan baku yaitu gabah tidak dibeli oleh pengusaha penggilingan padi mobile. Bahan penunjang yang digunakan dalam usaha penggilingan padi mobile ini adalah bahan bakar (solar), oli, minyak gemuk, minyak gerdang dan minyak rem. Penggunaan bahan penunjang bertujuan unutk menunjang kegiatan penggilingan padi sehingga usaha penggilingan padi

mobile dapat berjalan lancar.

Pada lampiran 8 dapat dilihat bahwa total biaya untuk bahan bakar minyak adalah sebesar Rp.171.300.000 dengan rataan Rp.5.710.000. Biaya untuk oli sebesar Rp.7.501.000 dengan rataan Rp.250.033,33. Biaya untuk minyak gemuk sebesar Rp.1.863.000 dengan rataan Rp.62.100. Biaya untuk minyak gerdang sebesar Rp.560.000 dengan rataan Rp. 18.666,67 dan biaya untuk minyak rem sebesar Rp.574.000 dengan rataan Rp.19.133,3. Lampiran 8 juga menunjukkan bahwa biaya bahan penunjang terbesar dikeluarkan untuk membeli bahan bakar minyak dan biaya bahan penunjang terkecil dikeluarkan untuk membeli minyak gerdang.

Besarnya total biaya bahan penunjang usaha penggilingan padi mobile


(54)

Tabel 14. Biaya Bahan Penunjang Usaha Penggilingan Padi Mobile (Rp/Unit) di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin / Musim Panen.

No Sampel Total Biaya Bahan Penunjang

1 5.725.000

2 5.725.000

3 5.725.000

4 5.760.000

5 5.734.000

6 5.734.000

7 8.113.000

8 8.113.000

9 5.820.000

10 5.820.000

11 5.742.000

12 5.742.000

13 5.713.000

14 5.711.000

15 5.731.000

16 5.731.000

17 7.626.000

18 5.826.000

19 5.706.000

20 5.820.000

21 5.820.000

22 5.701.000

23 5.716.000

24 5.790.000

25 5.681.000

26 5.681.000

27 8.433.000

28 5.749.000

29 5.749.000

30 5.861.000

Total 181.798.000

Rataan 6.059.933

Sumber : Data diolah dari lampiran 8

Tabel 14 menunjukkan bahwa total biaya bahan penunjang pada usaha penggilingan padi mobile adalah sebesar Rp. 181.798.000 dengan nilai rataan sebesar Rp. 6.059.933/unit.


(55)

d. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha penggilingan padi mobile ini berasal dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan adalah pemilik penggilingan padi mobile itu sendiri. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak 2 (dua) sampai 3 (tiga) orang untuk masing – masing unit penggilingan padi mobile.

Upah yang diterima oleh tenaga kerja berbeda tiap harinya tergantung dari besar penerimaan yang diperoleh. Jika penerimaan (beras) yang diterima besar maka upah untuk tenaga kerja juga besar. Sistem pembayaran upah tenaga kerja usaha penggilingan padi mobile adalah sistem bagi dua yaitu 50% untuk pengusaha penggilingan padi mobile dan 50% untuk tenaga kerja. Selanjutnya 50% upah tenaga kerja tersebut dibagi rata untuk semua tenaga kerja luar keluarga.

Pada Tabel 15 berikut ini menunjukkan bahwa total biaya tenaga kerja usaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian adalah sebesar Rp.1.890.000.000 dengan rataan sebesar Rp.63.000.000/unit. Dari lampiran 9 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan tenaga kerja pada usaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian berjumlah 54 orang. Dimana apabila upah untuk masing –masing unit penggilingan padi mobile yang diperoleh dibagikan sesuai dengan jumlah tenaga kerja masing masing maka rata-rata upah yang diterima adalah sebesar Rp.20.156.250/orang.

Biaya tenaga kerja usaha penggilingan padi mobile dapat dilihat pada Tabel berikut :


(56)

Tabel 15. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggilingan Padi Mobile (Rp) di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin/ Musim Panen

No Sampel Biaya Tenaga Kerja/unit Biaya Tenaga Kerja/orang

1 56.250.000 56.250.000

2 56.250.000 28.125.000

3 56.250.000 28.125.000

4 112.500.000 56.250.000

5 56.250.000 28.125.000

6 56.250.000 28.125.000

7 33.750.000 16.875.000

8 56.250.000 56.250.000

9 56.250.000 56.250.000

10 56.250.000 28.125.000

11 33.750.000 33.750.000

12 33.750.000 16.875.000

13 90.000.000 45.000.000

14 56.250.000 28.125.000

15 56.250.000 56.250.000

16 56.250.000 28.125.000

17 112.500.000 56.250.000

18 67.500.000 33.750.000

19 67.500.000 33.750.000

20 56.250.000 28.125.000

21 56.250.000 28.125.000

22 78.750.000 39.375.000

23 95.625.000 47.812.500

24 78.750.000 39.375.000

25 33.750.000 16.875.000

26 33.750.000 16.875.000

27 33.750.000 16.875.000

28 112.500.000 56.250.000

29 112.500.000 56.250.000

30 28.125.000 28.125.000

Total 1.890.000.000 1.088.437.500

Rataan 63.000.000 20.156.250

Sumber : Data diolah dari lampiran 9

Total biaya produksi usaha penggilingan padi mobile adalah penjumlahan dari biaya tetap (penyusutan dan reparasi) dengan biaya variabel (bahan


(57)

penunjang dan tenaga kerja). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 16. Total Biaya Produksi Usaha Penggilingan Padi Mobile (Rp/Unit) di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin/ Musim Panen

No Sampel

Biaya Tetap Biaya Variabel

Total Biaya Total Biaya Penyusutan Total Biaya Reparasi Total Biaya Bahan Penunjang Biaya Tenaga Kerja

1 3.425.000 450.000 5.725.000 56.250.000 65.850.000 2 3.425.000 450.000 5.725.000 56.250.000 65.850.000 3 3.525.000 450.000 5.725.000 56.250.000 65.950.000 4 3.425.000 450.000 5.760.000 112.500.000 122.135.000 5 2.675.000 500.000 5.734.000 56.250.000 65.159.000 6 2.885.000 500.000 5.734.000 56.250.000 65.369.000 7 3.405.000 350.000 8.113.000 33.750.000 45.618.000 8 3.705.000 350.000 8.113.000 56.250.000 68.418.000 9 3.405.000 450.000 5.820.000 56.250.000 65.925.000 10 3.505.000 450.000 5.820.000 56.250.000 66.025.000 11 3.325.000 750.000 5.742.000 33.750.000 43.567.000 12 3.325.000 750.000 5.742.000 33.750.000 43.567.000 13 3.425.000 520.000 5.713.000 90.000.000 99.658.000 14 3.405.000 650.000 5.711.000 56.250.000 66.016.000 15 3.435.000 650.000 5.731.000 56.250.000 66.066.000 16 3.585.000 650.000 5.731.000 56.250.000 66.216.000 17 3.525.000 650.000 7.626.000 112.500.000 124.301.000 18 3.625.000 620.000 5.826.000 67.500.000 77.571.000 19 3.405.000 580.000 5.706.000 67.500.000 77.191.000 20 3.515.000 550.000 5.820.000 56.250.000 66.135.000 21 3.415.000 550.000 5.820.000 56.250.000 66.035.000 22 3.715.000 650.000 5.701.000 78.750.000 88.816.000 23 3.635.000 525.000 5.716.000 95.625.000 105.501.000 24 3.735.000 700.000 5.790.000 78.750.000 88.975.000 25 4.435.000 650.000 5.681.000 33.750.000 44.516.000 26 4.735.000 650.000 5.681.000 33.750.000 44.816.000 27 3.035.000 750.000 8.433.000 33.750.000 45.968.000 28 3.315.000 650.000 5.749.000 112.500.000 122.214.000 29 3.065.000 650.000 5.749.000 112.500.000 121.964.000 30 3.415.000 575.000 5.861.000 28.125.000 37.976.000 Total 104.450.000 17.120.000 181.798.000 1.890.000.000 2.193.368.000 Rataan 3.481.666,7 570.666.67 6.059.933 63.000.000 73.112.267


(58)

Tabel 16 menunjukkan bahwa total biaya produksi yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan padi mobile adalah sebesar Rp.2.193.368.000 dengan nilai rataan Rp.73.112.267/unit dimana total biaya penyusutan sebesar Rp.104.450.000 dengan nilai rataan Rp.3.481.666,7/unit, total biaya reperasi sebesar Rp.17.120.000 dengan nilai rataan sebesar Rp.570.666,66 / unit , total biaya bahan penunjang usaha penggilingan padi mobile sebesar Rp.181.798.000 dengan nilai rataan Rp.6.059.933,33/unit, dan total biaya tenaga kerja sebesar Rp.1.890.000.000 dengan nilai rataan sebesar Rp.63.000.000 / unit. Dari Tabel 16 dapat disimpulkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk setiap unit gilingan padi

mobile di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp.73.112.267/ unit.

Penerimaan Usaha Penggilingan Padi Mobile

Penerimaan dalam usahatani merupakan hasil kali seluruh jumlah hasil produksi dengan harga jual hasil produksi tersebut. Dalam usaha penggilingan padi mobile penerimaan yang di terima pengusaha bukan hasil penjualan barang produksi karena usaha penggilingan padi mobile merupakan usaha jasa. Akan tetapi, dalam usaha penggilingan padi mobile yang menjadi penerimaan usaha adalah berupa beras hasil penggilingan. Dimana jumlah beras yang diterima oleh pengusaha penggilingan padi adalah sebesar 10 % dari gabah yang sudah digiling menjadi beras. Dalam satu harinya pengusaha penggilingan padi dapat membawa pulang beras minimal 300 kg pada musim panen, bila dikonversikan ke rupiah maka jumlah beras dikalikan Rp.7.500. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(1)

21 900 5.400.000 15 315.000 3 60.000 1 15.000 2 30.000 5.820.000

22 900 5.400.000 10 210.000 3 60.000 1 15.000 1 16.000 5.701.000

23 900 5.400.000 10 210.000 3 60.000 1 16.000 2 30.000 5.716.000

24 900 5.400.000 15 300.000 3 60.000 1 15.000 1 15.000 5.790.000

25 900 5.400.000 8 176.000 3 66.000 1 14.000 1 25.000 5.681.000

26 900 5.400.000 8 176.000 3 66.000 1 14.000 1 25.000 5.681.000

27 1350 8.100.000 10 220.000 3 66.000 1 25.000 1 22.000 8.433.000

28 900 5.400.000 10 230.000 3 66.000 1 28.000 1 25.000 5.749.000

29 900 5.400.000 10 230.000 3 66.000 1 28.000 1 25.000 5.749.000

30 900 5.400.000 15 345.000 3 66.000 1 25.000 1 25.000 5.861.000

Total 28.550 171.300.000 350 7.501.000 90 1.863.000 32 560.000 34 574.000 181.798.000 Rataan 952 5.710.000 12 250.033,33 3 62.100 1,067 18.666,67 1,13 19.133,33 6.059.933


(2)

Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggilingan Padi Mobile di

Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai Cermin / Musim Panen

No

Sampel TKLK TKDK

Biaya Tenaga Kerja (Rp/Unit)

Biaya Tenaga Kerja (Rp/Orang)

1 1 - 56.250.000 56.250.000

2 2 - 56.250.000 28.125.000

3 2 - 56.250.000 28.125.000

4 2 - 112.500.000 56.250.000

5 2 - 56.250.000 28.125.000

6 2 - 56.250.000 28.125.000

7 2 - 33.750.000 16.875.000

8 1 - 56.250.000 56.250.000

9 1 - 56.250.000 56.250.000

10 2 - 56.250.000 28.125.000

11 1 - 33.750.000 33.750.000

12 2 - 33.750.000 16.875.000

13 2 - 90.000.000 45.000.000

14 2 - 56.250.000 28.125.000

15 1 - 56.250.000 56.250.000

16 2 - 56.250.000 28.125.000

17 2 - 112.500.000 56.250.000

18 2 - 67.500.000 33.750.000

19 2 - 67.500.000 33.750.000

20 2 - 56.250.000 28.125.000

21 2 - 56.250.000 28.125.000

22 2 - 78.750.000 39.375.000

23 2 - 95.625.000 47.812.500

24 2 - 78.750.000 39.375.000

25 2 - 33.750.000 16.875.000

26 2 - 33.750.000 16.875.000

27 2 - 33.750.000 16.875.000

28 2 - 112.500.000 56.250.000

29 2 - 112.500.000 56.250.000

30 1 - 28.125.000 28.125.000

Total 54 - 1.890.000.000 1.088.437.500


(3)

Lampiran 10. Total Biaya Produksi Usaha Penggilingan Padi Mobile /Musim

Panen

No Sampel

Biaya Penyusutan

(Rp )

Biaya Reperasi

(Rp

Biaya Bahan Penunjang

(Rp)

Biaya Tenaga

Kerja (Rp /unit)

Total

1 3.425.000 450.000 5.725.000 56.250.000 65.850.000 2 3.425.000 450.000 5.725.000 56.250.000 65.850.000 3 3.525.000 450.000 5.725.000 56.250.000 65.950.000 4 3.425.000 450.000 5.760.000 112.500.000 122.135.000 5 2.675.000 500.000 5.734.000 56.250.000 65.159.000 6 2.885.000 500.000 5.734.000 56.250.000 65.369.000 7 3.405.000 350.000 8.113.000 33.750.000 45.618.000 8 3.705.000 350.000 8.113.000 56.250.000 68.418.000 9 3.405.000 450.000 5.820.000 56.250.000 65.925.000 10 3.505.000 450.000 5.820.000 56.250.000 66.025.000 11 3.325.000 750.000 5.742.000 33.750.000 43.567.000 12 3.325.000 750.000 5.742.000 33.750.000 43.567.000 13 3.425.000 520.000 5.713.000 90.000.000 99.658.000 14 3.405.000 650.000 5.711.000 56.250.000 66.016.000 15 3.435.000 650.000 5.731.000 56.250.000 66.066.000 16 3.585.000 650.000 5.731.000 56.250.000 66.216.000 17 3.525.000 650.000 7.626.000 112.500.000 124.301.000 18 3.625.000 620.000 5.826.000 67.500.000 77.571.000 19 3.405.000 580.000 5.706.000 67.500.000 77.191.000 20 3.515.000 550.000 5.820.000 56.250.000 66.135.000 21 3.415.000 550.000 5.820.000 56.250.000 66.035.000 22 3.715.000 650.000 5.701.000 78.750.000 88.816.000 23 3.635.000 525.000 5.716.000 95.625.000 105.501.000 24 3.735.000 700.000 5.790.000 78.750.000 88.975.000 25 4.435.000 650.000 5.681.000 33.750.000 44.516.000 26 4.735.000 650.000 5.681.000 33.750.000 44.816.000 27 3.035.000 750.000 8.433.000 33.750.000 45.968.000 28 3.315.000 650.000 5.749.000 112.500.000 122.214.000 29 3.065.000 650.000 5.749.000 112.500.000 121.964.000 30 3.415.000 575.000 5.861.000 28.125.000 37.976.000

Jumlah 104.450.000 17.120.000 181.798.000 1.890.000.000 2.193.368.000 Rataan 3.481.666,7 570.666,67 6.059.933 63.000.000 73.112.267


(4)

Lampiran 11. Penerimaan, Pendapatan dan R/C Usaha Penggilingan Padi

Mobile di Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Pantai

Cermin / Musim Panen No

Sampel

Penerimaan Beras (Kg)

Penerimaan (Rp)

Total Biaya (Rp)

Pendapatan Bersih (Rp)

R/C

1 15.000 112.500.000 65.850.000 46.650.000 1,7 2 15.000 112.500.000 65.850.000 46.650.000 1,7 3 15.000 112.500.000 65.950.000 46.550.000 1,7 4 30.000 225.000.000 122.135.000 102.865.000 1,8 5 15.000 112.500.000 65.159.000 47.341.000 1,7 6 15.000 112.500.000 65.369.000 47.131.000 1,7 7 9.000 67.500.000 45.618.000 21.882.000 1,5 8 15.000 112.500.000 68.418.000 44.082.000 1,6 9 15.000 112.500.000 65.925.000 46.575.000 1,7 10 15.000 112.500.000 66.025.000 46.475.000 1,7 11 9.000 67.500.000 43.567.000 23.933.000 1,5 12 9.000 67.500.000 43.567.000 23.933.000 1,5 13 24.000 180.000.000 99.658.000 80.342.000 1,8 14 15.000 112.500.000 66.016.000 46.484.000 1,7 15 15.000 112.500.000 66.066.000 46.434.000 1,7 16 15.000 112.500.000 66.216.000 46.284.000 1,7 17 30.000 225.000.000 124.301.000 100.699.000 1,8 18 18.000 135.000.000 77.571.000 57.429.000 1,7 19 18.000 135.000.000 77.191.000 57.809.000 1,7 20 15.000 112.500.000 66.135.000 46.365.000 1,7 21 15.000 112.500.000 66.035.000 46.465.000 1,7 22 21.000 157.500.000 88.816.000 68.684.000 1,8 23 25.500 191.250.000 105.501.000 85.749.000 1,8 24 21.000 157.500.000 88.975.000 68.525.000 1,8 25 9.000 67.500.000 44.516.000 22.984.000 1,5 26 9.000 67.500.000 44.816.000 22.684.000 1,5 27 9.000 67.500.000 45.968.000 21.532.000 1,5 28 30.000 225.000.000 122.214.000 102.786.000 1,8 29 30.000 225.000.000 121.964.000 103.036.000 1,8 30 7.500 56.250.000 37.976.000 18.274.000 1,5

Total 504.000 3.780.000.000 2.193.368.000 1.586.632.000 50,3 Rataan 16.800 134.400.000 73.112.267 52.887.733 1,7


(5)

Lampiran 12. Matriks Hasil Penelitian No.

Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Data Analisis Data

Hasil Penelitian

1. Berapa besar modal yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian.

Untuk mengetahui besar modal yang dikeluarkan untuk

setiap unit penggilingan padi

mobile di daerah penelitian.

Data Primer Deskriptif Besar modal yang diperlukan untuk setiap unit penggilingan padi mobile rata-rata sebesar Rp.42.633.333/

2. Berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian

Untuk mengetahui besar biaya yang dikeluarkan untuk setiap unit gilingan padi mobile di daerah penelitian

Data Primer Analisis tabulasi sederhana dengan menghitung total biaya

Besar biaya yang dikeluarkan untuk setiap unit gilingan padi

mobile di daerah penelitian


(6)

3. Berapa besar penerimaan

yang diperoleh dari setiap unit penggilingan padi mobile di daerah

penelitian.

Untuk mengetahui besar

penerimaan yang diperoleh dari setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian.

Data Primer Deskriptif. Penerimaan beras yang diterima penggilingan padi

mobile perunit rata-rata

sebanyak 16.800 kg /musim tanam atau setara dengan Rp.134.400.000.

4. Berapa besar pendapatan

yang diperoleh dari setiap unit penggilingan padi mobile di daerah

penelitian.

Untuk mengetahui besar

pendapatan yang diperoleh dari setiap unit

penggilingan padi mobile di daerah penelitian.

Pendapatan dari setiap unit penggilingan

padi mobile di daerah penelitian lebih tinggi dari upah minimum propinsi (UMP).

Data Primer Analisis Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh

dari setiap unit

penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp.52.887.733

5. Apakah usaha penggilingan padi mobile di daerah

Untuk mengetahui apakah usaha penggilingan padi mobile

Usaha penggilingan padi mobile di

Data Primer Analisis Kelayakan (R/C)

Nilai R/C ratio usaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian sebesar