Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR
TANAMAN BIOFARMAKA INDONESIA

MELI YULIAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR
TANAMAN BIOFARMAKA INDONESIA

MELI YULIAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka
Indonesia
Nama
: Meli Yuliawati
NIM
: H34086055

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh


Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PERLIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktorfaktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar
pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2014

Meli Yuliawati
H34086055


ABSTRAK
MELI YULIAWATI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman
Biofarmaka Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS.
Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian
mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal
ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ke
negara-negara importir selama tujuh tahun terakhir cenderung meningkat. Tujuan
dari skripsi ini adalah mendeskripsikan perkembangan ekspor tanaman
biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak)
Indonesia. Perkembangan ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dari negaranegara pengimpor selama tahun 2006-2012 cenderung mengalami peningkatan.
Secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka
Indonesia adalah harga ekspor tanaman biofarmaka, jarak ekonomi, nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan volume ekspor periode sebelumnya. Faktorfaktor yang berpengaruh terhadap ekspor tanaman biofarmaka Indonesia secara
keseluruhan adalah harga ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya.
Kata kunci : jahe, kunyit, temulawak, volume ekspor

ABSTRACT

MELI YULIAWATI. The Factors that Influence of Indonesian biopharmaca
plants. Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS.
Indonesia as an agricultural country indicate that the agricultural sector has
an important role in supporting the national economy . It can be seen from the the
growing of Indonesian biopharmaca export to importing countries over the past
seven years is tend to increase. The purpose of this paper is to describe the
development of the export of Indonesian biopharmaca plants (ginger, turmeric,
curcuma), to analyze the factors that affect the volume of exports Indonesian
biopharmaca plants (ginger, turmeric, curcuma). The development of Indonesian
exports of biopharmaca plants to importing countries during the years 2006-2012
are likely to increase. Overall the factors that influence the export of Indonesian
biopharmaca plants is the export prices of Indonesian biopharmaca plants,
economic distance, the exchange rate of Rupiah against U.S. dollar, and the export
volume of the previous period. Overall the factors that affecting the export of
Indonesian biopharmaca plants is export prices, economic distance the exchange
rate of Rupiah against U.S. dollar and the export volume of the previous period
Keywords : curcuma, ginger, tumeric, the volume of exports

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktorfaktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia”. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juli 2011.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Muhammad Firdaus,
MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran, serta
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS dan Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah banyak
memberi saran. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak,
mamah, kakak serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.
Penelitian ini bertujuan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume
ekspor tanaman biofarmaka di Indonesia serta mengetahui bagaimana
perkembangan volume ekspor tanaman biofarmaka di Indonesia.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Meli Yuliawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Biofarmaka
Keunggulan Tanaman Biofarmaka
Pengertian Ekspor
Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Komoditas Pertanian
Indonesia
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Penawaran
Perdagangan Internasional
Model Ekspor
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Waktu Penelitian
Metode Penelitian dan Pengolahan Data

Analisis Data dan Perumusan Model
Pengujian Model
Koefisien Determinasi Yang Disesuaikan
Uji F
Uji T
Uji Autokorelasi
Pengujian Terhadap Multikolinearitas
Elastisitas dari Model Regresi Double Log
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI VOLUME EKSPOR TANAMAN BIOFARMAKA
INDONESIA
Ekspor Jahe Indonesia Ke Jepang
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Jepang
Ekspor Jahe Indonesia Ke Singapura
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Singapura
Ekspor Jahe Indonesia Ke Malaysia
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Malaysia

iii
iv

v
1
5
5
6
6
7
7
8
8
10
10
10
13
14
17
17
18
18
18

19
19
20
21
21

22
23
23
24
24
25
26

Ekspor Jahe Indonesia Ke Saudi Arabia
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Saudi Arabia
Ekspor Jahe Indonesia Ke Amerika Serikat
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Amerika Serikat
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Saudi Arabia
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Saudi Arabia

Ekspor Kunyit Indonesia Ke Singapura
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Singapura
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Hongkong
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Hongkong
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Amerika Serikat
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Amerika Serikat
Ekspor Kunyit Indonesia Ke Malaysia
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Malaysia
Ekspor Temulawak Indonesia Ke Netherland
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Netherland
Ekspor Temulawak Indonesia Ke Amerika Serikat
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Amerika Serikat
Ekspor Temulawak Indonesia Ke Jepang
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Jepang
Ekspor Temulawak Indonesia Ke India
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke India
Temulawak Indonesia Ke Vietnam
Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Vietnam
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

27
27
28
29
30
30
31
32
32
33
33
34
35
35
36
37
37
38
39
39
40
40
41
42
46
46
47
77

DAFTAR TABEL
1 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-1 Tahun 2008-2011
2 Sepuluh Negara Produsen Beberapa Produk Hortikultura Terbesar
Di Dunia
3 Volume Ekspor Komoditas Hortikultura Tahun 2008-2011
4 Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2008-2011
5 Perkembangan Volume Ekspor Jahe, Kunyit dan Temulawak Indonesia
Tahun 2008-2011
6 Jenis Data dan Sumber Data

1
2
2
3
4
17

7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka
Indonesia

42

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Pengaruh Pergeseran Kurva Penawaran
Kurva Perdagangan Internasional
Diagram Kerangka Pemikiran Operasional
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang Tahun
2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura
Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia
Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia
Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika
Serikat Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi
Arabia Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura
Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong
Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika
Serikat Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia
Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke
Netherland Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke
Amerika Serikat Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang
Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke India
Tahun 2006-2012
Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke
Vietnam Tahun 2006-2012
Gambar Jahe, Kunyit dan Temulawak

10
11
16
23
24
26
27
29
30
31
33
34
35
36
38
39
40
41
76

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Total Volume Ekspor Jahe Berdasarkan Lima Negara Terbesar Tahun
2006-2012
Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang
Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura
Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia
Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia
Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat
Total Volume Ekspor Kunyit Berdasarkan Lima Negara Terbesar
Tahun 2006-2012
Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia
Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura
Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong
Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika serikat
Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia
Total Volume Ekspor Temulawak Berdasarkan Lima Negara Terbesar
Tahun 2006-2012
Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland
Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika
Serikat
Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang
Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke India
Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam

48
48
50
51
53
56
57
58
59
61
63
65
66
67
68
70
72
74

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian
mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional
terutama sebagai sumber bahan pangan bagi penduduk Indonesia. Penyumbang
devisa negara di sektor non migas serta merupakan sumber mata pencaharian
sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian mengalami kenaikan setiap
tahunnya. Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha
Triwulan-1 pada tahun 2008 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-1 Tahun 2008-2011
Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real Estet
dan Jasa Keuangan
Jasa-jasa

Triw1-2008 Triw1-2009 Triw1-2010 Triw1-2011
(% )
(% )
(% )
(% )
14,5
15 ,6
16 ,0
16,7
10,9

10

11,2

12

27,9
0,8

27
0,8

25,4
0,8

26,3
1,4

8,5
14 ,0

9,6
13,3

10,0
13,9

12,2
14,8

6 ,3

6 ,4

6 ,2

7,4

7,4

7,5

7 ,2

7,9

9,7

9,8

9,3

9,8

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan
cukup besar dalam pembangunan nasional, karena sektor ini telah memberikan
kontribusi terhadap perekonomian nasional melalui subsektor tanaman pangan
dan hortikultura, peternakan dan perikanan. Komoditas hortikultura merupakan
komoditas yang memiliki prospek untuk dikembangkan karena memiliki nilai
komersial yang tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511 tahun 2006
komoditas yang termasuk tanaman hortikultura dan menjadi binaan Direktorat
Jenderal Hortikultura sangat banyak yaitu 323 jenis komoditas terdiri dari buahbuahan 60 komoditas, sayur-sayuran 80 komoditas, biofarmaka 66 komoditas dan
tanaman hias 117 komoditas.
Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari
sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka dan tanaman hias menjadi salah
satu komoditas subjek perdagangan dunia. Karena tingkat konsumsinya yang
tinggi maka setiap negara berlomba-lomba untuk memproduksi komoditas
tersebut baik untuk memenuhi kebutuhan domestiknya maupun untuk kegiatan

2

ekspor agar mendatangkan devisa bagi negara mereka. Pada Tabel 2 dapat dilihat
sepuluh negara produsen beberapa produk hortikultura terbesar di dunia. Pada
tabel tersebut, Indonesia berhasil menduduki sepuluh besar negara penghasil
hortikultura terbesar di dunia.
Tabel 2 Sepuluh Negara Produsen Beberapa Produk Hortikultura Terbesar di dunia
Rank

Kubis

Jamur dan Pisang
Cendawan
Tanah

Nanas

Jambu Biji, Jahe
Mangga,
Manggis

1
2

Cina
India

India
Brazil

Brazil
Thailand

India
Cina

India
Cina

3

Korea
Selatan
Jepang

Cina
Amerika
Serikat
Belanda

Cina

Filipina

Thailand

Nepal

Polandia

Ekuador

Meksiko

Indonesia

Perancis
Spanyol
Italia
Kanada

Filipina
Indonesia
Meksiko
Tanzania

Costa
Rica
Cina
India
Indonesia
Nigeria

Pakistan
Indonesia
Fiipina
Brazil

Nigeria
Thailand
Bangladesh
Jepang

Nigeria
Bangladesh

Filipina
Kamerun

4
5
6
7
8
9
10

Rusia
Polandia
Indonesia
Amerika
Serikat
Rumania
Ukraina

Inggris
Jepang

Thailand
Kenya
Costa
Mexico
Rica
Sumber: FAO, 2011

Volume ekspor komoditas hortikultura tahun 2008-2011, pada umumnya
mengalami peningkatan dan penurunan. Namun untuk tanaman biofarmaka
hampir tiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan permintaan
volume ekspor dari negara tujuan mengalami peningkatan. Perkembangan volume
ekspor komoditas hortikultura dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Volume Ekspor Komoditas Hortikultura Tahun 2008-2011
Komoditas
Buah-buahan
Sayuran
Tanaman
Hias
Tanaman
Biofarmaka

2008
(%)
40,4
53,6

2009
(%)
62,4
33,9

2010
(%)
45,3
47,4

2011
(%)
34,3
55,0

4,1

0,9

2,2

2,0

1,9

2,8

5,1

8,7

Sumber : Pusdatin dan BPS 2012
Keragaman tanaman biofarmaka yang cukup banyak serta kecocokan
karakteristik lahan dan wilayah yang luas memungkinkan bagi Indonesia untuk
lebih mengembangkan komoditas biofarmaka. Hal ini dilihat dari peningkatan
volume ekspor tanaman biofarmaka yang mengalami peningkatan tiap tahunnya
yaitu pada tahun 2008-2011. Peningkatan ini diakibatkan oleh meningkatnya

3

permintaan jumlah ekspor dari negara tujuan. Kemampuan ekspor suatu negara
dapat dilihat dari kemampuan produksi dalam negeri nya. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2008-2011
Jenis tanaman

2008
(%)

Jahe
Laos/ Lengkuas
Kencur
Kunyit
Lempuyang
Temulawak
Temuireng
Temukunci
Dlingo
Kapulaga

41,2
10,3
10,9
26,3
1,3
4,9
1,3
0,6
0,1
3,1

2009
(%)
38,9
9,1
10,5
25,6
1,4
8,9
1,8
0,5
0,1
3,2

2010
(%)
36,9
11,9
9,2
26,5
1,8
5,6
2,1
0,7
0,2
5,1

2011
(%)
38,9
10,7
8,2
27,5
1,6
5,3
1,9
0,8
0,2
4,9

Sumber : Pusdatin, dan BPS 2012
Jahe, kunyit dan temulawak merupakan tanaman biofarmaka yang
memiliki prospek untuk dikembangkan. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu
masak, pemberi aroma, dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang
gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat,
minyak wangi, industri jamu tradisional, dan dapat diolah menjadi asinan jahe,
acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup.
Jahe merupakan tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia. Tanaman jahe
paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung
humus serta membutuhkan curah hujan yang relatif tinggi yaitu antara 2500-4000
milimeter per tahun (mm/ tahun). Jahe dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis
dan subtropis dengan ketinggian 0-2000 m dpl. Oleh karena itu komoditas jahe
hampir dapat tumbuh dengan baik di setiap daerah di Indonesia.
Kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat
menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan
menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit adalah sebagai bahan
obat tradisional, bahab baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak,
peternakan dan lain-lain. Rimpang tanaman kunyit juga bermanfaat sebagai anti
inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan
menurunkan kadar lemak, darah dan kolesterol serta sebagai pembersih darah.
Kunyit dapat tumbuh baik di pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh
atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka.
Petumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000
milimeter per tahun (mm/ tahun). Kunyit tumbuh baik di dataran rendah ( mulai <
240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Tanaman kunyit paling banyak
ditemukan di daerah Jawa Tengah.
Temulawak memiliki manfaat yang hampir sama dengan jahe dan kunyit,
rimpang tanaman temulawak digunakan sebagai jamu godog. Tanaman
temulawak dapat tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung

4

dari teriknya sinar matahari. Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 51000 m dpl dengan ketinggian tempat optimum 750 m dpl.
Ekspor jahe Indonesia dilakukan ke beberapa negara tujuan diantaranya
yaitu United Arab Emirat, Argentina, Australia, Bangladesh, Belgium, Canada,
Germany, Egypt, United kingdom, Japan, Malaysia, Netherlands, New Zealand,
Philippines, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Singapore, East Timor, Ukraine,
United States. Ekspor kunyit Indonesia dilakukan ke beberapa negara tujuan
diantaranya yaitu Korea, Malaysia, East Timor. Ekspor temulawak Indonesia
dilakukan ke beberapa negara tujuan diantaranya yaitu Japan, Hongkong, Korea,
Taiwan, Thailand, Singapore, Philippines, Malaysia, Vietnam, India, Pakistan,
Bangladesh, Iran, Saudi Arabia, Jordan, Syria Arab, United Arab Emirat, Bahrain,
Australia, United States, Canada, Argentina, Netherlands, Germany, Italy. Badan
Pusat Statistik (BPS) 2010.
Jumlah ekspor jahe, kunyit dan temulawak Indonesia mengalami
peningkatan dan penurunan setiap tahunnya, tetapi untuk tanaman kunyit
mengalami peningkatan tiap tahunnya, oleh karena itu perlu adanya peningkatan
produksi temulawak, jahe dan kunyit untuk meningkatkan jumlah volume ekspor
temulawak, jahe dan kunyit Indonesia. Tabel 5 perkembangan volume ekspor
komoditas jahe, kunyit dan temulawak Indonesia pada periode 2008-2011.
Tabel 5 Perkembangan Volume Ekspor Jahe, Kunyit dan Temulawak Indonesia
Tahun 2008-2011
Komoditas

2008
(%)

Jahe
Kunyit
Temulawak

39,1
0,3
60,6

2009
(%)
76,4
0,2
23,4

2010
(%)

2011
(%)

91,3
0,6
8,1

72,6
1,0
26,4

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2012
Tanaman jahe, kunyit dan temulawak merupakan tanaman obat yang
memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kesehatan serta memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan potensi pasar yang besar. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 2, bahwa volume ekspor tanaman jahe, kunyit dan temulawak mengalami
peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Peningkatan dan penurunan ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu permintaan volume ekspor dari
negara tujuan yang fluktuatif hal ini disebabkan oleh pemintaan dari negara
importir belum semuanya dapat terpenuhi mengingat poduksi jahe, kunyit dan
temulawak masih terserap oleh kebutuhan dalam negeri, kualitas yang dihasilkan
dianggap belum memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh negara
tujuan, adanya produsen jahe, kunyit dan temulawak yang lebih besar. Namun
dengan adanya beberapa faktor diatas, tidak membuat tanaman jahe, kunyit dan
temulawak ini sulit untuk di dapat karena tanaman tersebut dapat tumbuh dengan
baik hampir diseluruh wilayah Indonesia.

5

Perumusan Masalah
Perkembangan ekspor jahe, kunyit dan temulawak di Indonesia secara
umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 volume ekspor jahe sebesar
39,1%, kunyit sebasar 0,3%, temulawak sebesar 60,6% dan pada tahun 2011
volume ekspor jahe sebesar 72,6%, kunyit sebesar 1% dan temulawak sebesar
26,4%. Peningkatan volume ekspor dari tahun 2007-2011 ini disebabkan
banyaknya permintaan dari negara pengimpor dan perkembangan produksi
tanaman biofarmaka di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada
tahun 2008 produksi jahe sebesar 41,2%, kunyit sebesar 26,3%, temulawak
sebesar 4,9% dan pada tahun 2011 produksi jahe sebesar 38,9%, kunyit sebesar
27,5%, temulawak sebesar 5,3l%. Perkembangan volume ekspor dan
perkembangan produksi tanaman biofarmaka di Indonesia khusunya jahe, kunyit
dan temulawak dapat dilihat pada Tabel 4 danTabel 5.
Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia khususnya jahe, kunyit dan
temulawak pada umumnya sudah mencukupi kebutuhan dalam negeri. Sehingga
Indonesia melakukan ekspor tanaman biofarmaka khususnya jahe, kunyit dan
temulawak ke beberapa negara tujuan ekspor, untuk ekspor jahe yaitu Jepang,
Malaysia, Singapura, Saudi Arabia, Amerika Serikat, negara tujuan ekspor kunyit
yaitu Saudi Arabia, Singapura, Hongkong, Amerika Serikat, Malaysia dan negara
tujuan ekspor temulawak yaitu Netherland, Amerika Serikat, Jepang, India, dan
Vietnam. Beberapa volume ekspor jahe, kunyit dan temulawak Indonesia ke
negara tujuan ekspor mengalami penurunan, padahal produksi jahe, kunyit dan
temulawak tiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menimbulkan
pertanyaan mengapa volume ekspor jahe, kunyit dan temulawak ke beberapa
negara tujuan ekspormengalami penurunan. Permasalahan ini menarik untuk
dianalisis faktor-faktor saja yang memengaruhi volume ekspor agar kita dapat
meramalkan perdagangan hortikultura di masa yang akan datang. Ada beberapa
faktor yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor, seperti harga komoditas,
nilai tukar Rupiah dan faktor lainnya. Selain faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor, untuk meramalkan ekspor jahe, kunyit dan temulawak pada periode yang
akan datang perlu juga diketahui perkembangan volume jahe, kunyit seperti apa.
Dari uraian tersebut, maka ada hal yang perlu mendapat perhatian yaitu sebagai
berikut:
1.
Bagaimana perkembangan ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit,
temulawak) Indonesia selama tujuh tahun yaitu tahun 2006-2012 ?
2.
Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor tanaman
biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1.
Mendeskripsikan perkembangan ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit,
temulawak) Indonesia
2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor tanaman
biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia

6

Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat berguna
bagi pemerintah dan instansi terkait sebagai bahan pertimbangan dalam ekspor
produk hortikultura di masa yang akan datang. Bagi pelaku pasar seperti
pedagang, eksportir, importir, sebagai bahan pertimbangan keputusan dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai
wahana untuk belajar menulis secara sistematis.

Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukan ini, faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor tanaman biofarmaka Indonesia hanya dilakukan pada 3 komoditas tanaman
biofarmaka yaitu jahe, kunyit dan temulawak. Alasan komoditas tersebut yang
diteliti karena komoditas tersebut merupakan komoditas yang volume ekspornya 3
besar dan secara kontinyu di ekspor ke negara tujuan ekspor. Negara-negara
pengimpor komoditas tersebut dibatasi 5 negara yang mendominasi volume ekpor
di Indonesia pada tahun 2006-2012.
Penelitian ini hanya sebatas menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
volume ekspor dan perkembangan ekspornya, dan tidak meramalkan volume
ekspor periode ke depan agar penelitian yang akan dilakukan lebih fokus.
Jumlah penduduk tidak dimasukkan kedalam model penduga karena data
perkembangan jumlah penduduk dicatat 10 tahun sekali dan tidak tersedia data
bulanan. Data produksi juga tidak dimasukkan kedalam model penduga karena
data bulanan tidak tersedia.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Biofarmaka
Jahe merupakan tanaman obat yang telah banyak dibudidayakan oleh petani
Indonesia. Sentra tanaman jahe ini tersebar di Jawa Barat (Bogor dan Sukabumi),
Jawa Tengah (Karanganyar, Wonogiri dan Kabupaten Semarang), Jawa Timur,
Sumatera Utara (Simalungun, dan Dairi), Bengkulu (Rejang Lebong) dan
Lampung (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian
2002).
Ketinggian tempat untuk tanaman jahe emprit 200-800 m dpl, jahe gajah
400-800 m dpl, jahe merah 200-600 m dpl. Curah hujan 1500-3000 milimeter per
tahun (mm/tahun), 7-8 basah/ tahun, tipe iklim yang optimum A dan B (SchmidtFerguson), atau tipe C jika tersedia pengairan (Litbang, Deptan, 2008).
Kunyit merupakan tanaman obat yang berupa semak dan bersifat tahunan
yang tersebar diseluruh daerah tropis. Tanaman kunyi dapat tumbuh dengan baik
pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga
tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000
milimeter per tahun (mm/tahun). Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000
mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik.
Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik
adalah pada penanaman awal musim hujan. Kunyit tumbuh baik di dataran rendah
(mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Jenis Curcuma
domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum
curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit
lainnya ( Andi Amirullah, 2008).
Temulawak dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dari tanah ringan
agak berpasir hingga tanah berat bertekstur liat. Curah hujan 1500-4000 milimeter
per tahun (mm/ tahun) atau daerah dengan tipe A, B, C menurut SchmidtFerguson. Tanaman cepat mengalami fase pertumbuhan mengering bagian daun
dan batang semu, karena musim hujan yang relatif pendek dibanding di daerah
tipe iklim A dan B. Toleransi suhu untuk pertumbuhan antara 190 C sampai 350 C
(Direktorat Aneka Tanaman, 2000).
Keunggulan Tanaman Biofarmaka
Komoditas tanaman jahe memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Nilai
ekonomis jahe terletak pada rimpangya yang dapat dikonsumsi sebagai bahan
makanan dan minuman seperti sirup, minuman penghangat, manisan, acar, bumbu
dapur, penambah rasa, bahan baku obat tradisional (jamu). Ukuran rimpang jahe
dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu jahe berukuran besar dan jahe
berukuran kecil. Warna jahe dapat dibedakan atas jahe merah dan jahe putih.
Ukuran dan warna rimpang jahe dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis yaitu jahe
besar, jahe kecil dan jahe merah. Rimpang jahe besar dan jahe kecil umumnya
berwarna putih dan putih kekuningan. Ketiga jenis jahe tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda-beda (Litbang, Deptan, 2008).

8

Kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat
menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan
menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan
obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak,
peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat
sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor,
dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah
(Andi Amirullah, 2008).
Rimpang tanaman temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak
atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral. Diantara zat-zat tersebut, yang
paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Pati
merupakan komponen terbesar dari rimpang temulawak berwarna putih
kekuningan yang berasal kandungan kurkuminoid dan memiliki kadar pati
tertinggi dibandingkan tanaman lain. Pati temulawak cukup mudah dicerna,
sehingga cocok untuk makanan bayi atau untuk dikonsumsi orang yang baru
sembuh dari sakit (Direktorat Aneka Tanaman, 2000).
Kurkuminoid
pada
temulawak
terdiri
dari
kurkumin
dan
desmetoksikurrkumin. Berbeda dengan kurkumin pada rimpang kunyit
(Curcumadomestica vahl), disamping mengandung dua komponen diatas, juga
mengandung bisdesmetoksikurkumin. Namun kurkuminoid rimpang temulawak
lebih efektif untuk sekresi empedu dibandingkan dengan rimpang kunyit. Hal ini
disebabkan aktivitas kerja bisdesmetoksikurkumin untuk sekresi empedu
berlawanan dengan aktivitas kerja kurkumin dan desmetoksikurrkumin
(Direktorat Aneka Tanaman, 2000).
Faktor-faktor Yang Memengaruhi Volume Ekspor Komoditas Pertanian
Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam
masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan
mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing. Tujuan ekspor antara lain
adalah meningkatkan laba produsen dan devisa Negara, membuka pasar baru
dalam negeri, dan memberikan dorongan untuk bersaing secara internasional
(Badan Pusat Statistik, 2003).
Novansi (2006), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia, pada penelitian tersebut
menunjukkan tidak semua peubah bebas (variabel independent) yang digunakan
dalam model yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Faktor yang
mempengaruhi volume ekspor pisang Indonesia ke Singapura adalah volume
ekspor ke negara lain dan volume ekspor periode sebelumnya dan harga domestik.
Volume ekspor manggis ke Hongkong dipengaruhi oleh faktor volume ekspor ke
negara lain dan volume ekspor sebelumnya, sedangkan untuk volume ekspor
mangga ke Saudi Arabia dipengaruhi oleh harga domestik dan volume ekspor ke
negara lain sedangkan faktor yang mempengaruhi volume ekspor rambutan ke
Uni Emirat Arab adalah volume ekspor ke negara lain.
Amalia (2007), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor rumput laut Indonesia. Variabel penjelas yang digunakan yaitu harga riil
ekspor, produksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan volume

9

ekspor tahun sebelumnya. Hasil uji statistik-t dari empat peubah dalam model
maka diperoleh bahwa total ekspor rumput laut Indonesia yang berpengaruh nyata
adalah variabel produksi, harga riil ekspor rumput laut Indonesia dan nilai tukar
rupuah terhadap dollar Amerika Serikat, sedangkan volume ekspor tahun
sebelumnya tidak berpengaruh nyata.
Endy (2008) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor terpentin Indonesia. Variabel yang digunakan pada
penelitian ini yaitu harga ekspor terpentin, harga domestik, penjualan domestik,
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, produksi terpentin, luas hutan
pinus, volume ekspor tahun sebelumnya dan kebijkan larangan ekspor kayu bulat
yang dikeluarkan pada tahun 1985. Variabel – variabel tersebut memiliki
hubungan yang positif dengan volume ekspor terpentin Indonesia sedangkan
untuk variabel berupa harga ekspor terpentin, harga domestik terpentin dan luas
hutan pinus memiliki hubungan yang negatif dengan volume ekspor terpentin
Indonesia.
Tri (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor buah-buahan Indonesia ke China. Metode deskripstif tabulasi digunakan
untuk melihat perkembangan dan peluang ekspor dan karakteristik negara-negera
tujuan ekspor buah-buahan Indonesia, sedangkan metode kuantitatif
menggunakan analisis regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor buah-buahan Indonesia ke
China. Hasil analisis menunjukkan bahwa peluang potensi ekspor ke China untuk
buah manggis dan mangga serta rambutan sangat besar di masa ynag akan datang.
Penurunan ekspor terjadi pada buah jeruk dan papaya. Secara keseluruhan
variabel yang berpengaruh terhadap ekspor buah-buahan Indonesia ke China
selama dua belas tahun terakhir adalah harga domestik, harga ekspor dan nilai
tukar rupiah.
Hasil penelitian yang dilakukan Novansi (2006), Amalia (2007), Endy
(2008) dan Tri (2009) tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
suatu komoditi pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya
harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
dan volume ekspor tahun sebelumnya. Persamaan penelitian terdahulu dengan
penelitian ini adalah variabelnya yaitu mengenai harga, nilai tukar sedangkan
Perbedaannya adalah komoditasnya yaitu mengenai tanaman jahe, kunyit dan
temulawak Indonesia.

10

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Penawaran
Menurut Lipsey (1995) Jumlah komoditi yang akan dijual oleh perusahaan
disebut kuantitas yang ditawarkan untuk komoditi itu. Jumlah komoditi yang
perusahaan bersedia memproduksi dan menawarkan untuk di jual dipengaruhi
oleh beberapa variabel penting berikut yaitu harga komoditi itu sendiri, hargaharga masukannya, tujuan perusahaan dan tahap perkembangan teknologi.
Perubahan variabel selain harga yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan
akan menyebabkan pergeseran kurva penawaran (Gambar 1).

S2
P

S1
S3

P2

B

P1

A

P3

C
D

Q2

Q1

Q3

Q= f (P)

Gambar 1 Pengaruh Pergeseran Kurva Penawaran
Sumber : Lipsey,1995
Kurva permintaan dan kurva penawaran mula-mula D dan S1, yang
berpotongan dan menghasilkan ekuilibrium pada A, dengan harga P1 dan
kuantitas Q1. Meningkatnya permintaan menggeser kurva penawaran menjadi S3
menghasilkan ekuilibrium baru menjadi C. Harga turun menjadi P3 dan kuantitas
naik menjadi Q3. Penurunan permintaan menggeser kurva penawaran menjadi S2
dan menghasilkan ekuilibrium baru menjadi B. Harga naik menjadi P2 dan
kuantitas turun menjadi Q2.
Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional menurut teori Heckscher-Ohlin bahwa
negera-negara mengekspor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar

11

faktor produksi mereka yang berlimpah, dan mengimpor produk-produk yang
memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka yang langka (Donald A Ball
et al, 2001).
Proses terjadinya perdagangan internasional ditinjau dari keseimbangan
parsial dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva Dx dan kurva Sx dalam panel A dan C
masing-masing melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk komoditi
X di negara 1 dan negara 2. Sumbu vertikal pada ketiga panel tersebut mengukur
harga-harga relativ untuk komoditi X (Px/Py atau jumlah komoditi Y yang harus
dikorbankan oleh suatu Negara dalam rangka memproduksi satu unit tambahan
komoditi X), sedangkan sumbu horisontalnya mengukur kuantitas komoditi X.
Px/Py
Panel A
Pasar di Negara 1
Untuk Komoditi X

Px/Py Panel B
Hubungan Perdagangan
Internasional dalam
Komoditi X

Px/Py Panel C
Pasar di Negara 2
Untuk Komoditi X

Sx

P3

A*

P3

Sx

S

A’

Ekspor
P2

B*
B

E*

B’

E’

E
Impor

P1

D
A*

Dx

A
Dx
x
0

x
0

x
0

Gambar 2 Kurva Perdagangan Internasional
Sumber : Salvatore, 1997

Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relativ P1, kuantitas
komoditi X yang ditawarkan (QSx) akan sama dengan kuantitas yang diminta
(QDx) oleh konsumen di negara 1, dan demikian pula halnya dengan negara 1
(jadi negara ini tidak akan mengekspor komoditi X sama sekali). Hal tersebut
memunculkan titik A* pada kurva S pada panel B(yang merupakan kurva
penawaran ekspor negara 1). Panel A juga memperlihatkan bahwa berdasarkan
harga relatif P2, maka akan terjadi kelebihan penawaran (QSx) apabila
dibandingkan dengan tingkat permintaan untuk komoditi X (QDx), dan kelebihan

12

itu sebesar BE. Kuantitas BE itu merupakan kuantitas komoditi X yang akan di
ekspor oleh negara 1 pada harga relative P2. BE sama dengan B*E* dalam panel B,
dan disitulah terletak titik E* yang berpoyongan dengan kurva penawaran ekspor
komoditi X dari negara 1 atau S.
Panel C memperlihatkan bahwa berdasrkan harga relatif P3, maka
penawaran dan permintaan untuk komoditi X akan sama besarnya atau QDx = QSx
(titik A’), sehingga negara 2 tidak akan mengadakan impor komoditi X sama
sekali. Hal tersebut dilambangkan oleh titik A’ yang terletak pada kurva
permintaan impor komoditi X negara 2 (D) yang berada di panel B. Panel C juga
menunjukkan bahwa berdasarkan harga relatif P2 akan terjadi kelebihan
permintaan (QDx lebih besar dari QSx) sebesar B’E’. kelebihan itu sama artinya
dengan kuantitas komoditi X yang akan di impor oleh negara 2 berdasarkan harga
relatif P2. Jumlah itu sama dengan B*E* pada panel B, yang menjadi kedudukan
titik E*, titik ini melambangkan jumlah atau tingkat permintaan impor komoditi X
dari penduduk di negara 2.
Harga relatif P2, kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2
(yakni B’E’ dalam panel C) sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang
ditawarkan oleh negara 1 (yaitu BE dalam panel A). hal tersebut diperlihatkan
dalam perpotongan antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X
diperdagangkan diantara kedua negara (panel B). Dengan demikian, P2 merupakan
harga relatif ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional
berlangsung. Dari penel B juga dapat melihat bahwa apabila Px/Py lebih besar
dari P2 maka kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan akan melebihi tingkat
permintaan impor sehingga lambat laun harga komoditi X (Px/Py) akan mengalami
penurunan sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2. Tapi apabila Px/Py lebih
kecil dari P2, maka kuantitas impor komoditi X yang diminta akan melebihi
kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan sehingga Px/Py pun akan meningkat
dan pada akhirnya akan sama dengan P2.
Kegiatan ekspor suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak
terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar adalah harga mata uang
suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual
(Lipsey, 1995). Nilai mata uang ini mempengaruhi kebijakan perdagangan antara
masing – masing negara pengekspor atau pengimpor. Peningkatan atau penurunan
nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume
ekspor komoditi yang diperdagangkan. Bertambah mahalnya suatu komoditas
ekspor di pasar internasional sangat ditentukan oleh nilai mata uang suatu negara.
Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang di produksi di dalam
negeri dan dijual di luar negeri (Mankiw, 2003). Faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor dari sisi permintaan adalah :
1.
Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri
Selera konsumen dapat mempengaruhi ekspor. Jika produk yang
dihasilkan sesuai dengan harapan konsumen di luar negeri, maka akan
membuat produk dalam negeri akan diminati di pasar luar negeri.
2.
Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri
Pendapatan konsumen berkorelasi positif dengan konsumsi. Semakin
tinggi pendapatan konsumen, maka konsumsinya terhadap barang dan jasa
akan meningkat pula. Produsen akan menjual produk sebanyak-banyaknya
jika pendapatan konsumen di dlam dan lua negeri tinggi.

13

Sedangkan untuk faktor- faktor yang mempengaruhi kegiatan ekspor jika
dilihat dari sisi penawaran :
1.
Harga barang didalam dan luar negeri
Tentunya jika harga jual suatu barang lebih mahal jika dijual ke luar
negeri, maka produsen akan berusaha untuk menjual produknya sebanyak
mungkin ke pasar luar negeri. Sebaliknya jika harga jual suatu produk
lebih mahal di pasar domestik, maka produsen tidak perlu menjual
produknya ke luar negeri.
2.
Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan
untuk membeli mata uang asing
Semakin terdepresiasinya nilai mata uang dalam negeri terhadap nilai mata
uang internasional yang digunakan dalam perdagangan, maka akan
membuat kegiatan ekspor akan ditingkatkan. Ha tersebut disebabkan
keuntungan yang berlipat yang di dapat dari perbedaan kurs yang terjadi.
3.
Biaya angkut barang antar negara
Untuk dapat melakukan perdagangan antar negara, biaya angkut
merupakan faktor yang berpengaruh. Semakin mahalnya biaya angkut
maka akan berdampak terhadap harga jual produk yang semakin tinggi
pula. Jika harga produk yang dijual lebih mahal dari harga produk sejenis,
maka dipastikan penjualannya akan menurun di pasar luar negeri.
4.
Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional
Kebijakan- kebijakan pemerintah seperti larangan ekspor, pemberian tarif
ekspor dan lainnya dapat menghambat kegiatan pemerintah juga dapat
meningkatkan kegiatan ekspor seperti pemberian subsidi ekspor,
penurunan pajak untuk kegiatan ekspor dan lain-lain.
Model Ekspor
Ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi domestik dengan
konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan ditambah dengan
stok tahun sebelumnya (Otik, 2009). Secara sistematis perhitungan ekspor suatu
negara dapat ditulis sebagai berikut :
Xt= Qt – Ct + STt - 1
Dimana :
Xt
= Volume ekspor
Qt
= Volume produksi tahun ke - t
Ct
= Volume konsumsi domestik tahun ke - t
STt – 1 = Volume stok akhir tahun sebelumnya (tahun ke t -1)
Komoditi ekspor akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan
masyarakat dalam negeri (konsumsi domestik) atau luar negeri (ekspor),
sedangkan yang tersisa akan menjadi persediaan yang akan dijual pada tahun
berikutnya. Sebagai sebuah fungsi permintaan maka ekspor suatu negara
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan negara tujuan
ekspor terhadap komoditi yang dihasilkan, yaitu harga domestik tujuan ekspor
(HDt), harga impor negara tujuan (HIIt), pendapatan perkapita penduduk negara
tujuan ekspor (YPIt), dan selera penduduk negara tujuan ekspor (SIt). Selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor permintaan yang berasal dari negara tujuan ekspor,

14

maka faktor harga domestik juga mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara,
disamping itu juga ada dua faktor di pasar internasional yang berpengaruh
terhadap suatu komoditi yaitu harga pasar internasional dan nilai tukar efektif
(Tri, 2009). Berdasarkan uraian diatas secara keseluruhan fungsi ekspor suatu
komoditi menjadi :
Xt = f (HDt, HDt-1, HIIt, YPIt, SIt, HXt, NTt, Xt-1, Dt)
Dimana :
Xt
= Volume ekspor tahun ke - t
HDt
= Harga domestik tahun ke - t
HDt-1 = Harga domestik negara tujuan ekspor tahun ke - t
HIIt
= Harga impor negara tujuan ekspor tahun ke - t
YPIt
= Pendapatan perkapita negara tujuan ekspor tahun ke - t
SIt
= Selera negara tujuan ekspor tahun ke - t
HXt
= Harga ekspor tahun ke - t
NTt
= Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika tahun ke - t
Xt-1
= Volume ekspor tahun lalu (tahun ke t -1)
Dt
= Variabel Dummy
Volume ekspor di atas berlaku untuk komoditi pertanian secara umum.
Berdasarkan teori tersebut di atas maka pada saat fungsi tersebut digunakan pada
komoditi tanaman jahe pada penelitian ini ada beberapa peubah yang dikeluarkan
dari fungsi ekspor karena di duga berpengaruh sangat kecil dan ada peubah yang
sulit di duga karena ketidaktersediaan data yang diperlukan. Dari teori tersebut
maka dirumuskan fungsi ekspor tanaman biofarmaka adalah sebagai berikut :
Vt = f (HEt, NTRt, JEt, VEt-1,)
Dimana :
Vt
= Volume ekspor
HEt
= Harga ekspor
NTRt = Niai tukar rupiah
JEt
= Jarak Ekonomi
VEt-1
= Volume ekspor periode sebelumnya
Kerangka Pemikiran Operasional
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor tanaman biofarmaka
khusunya jahe, kunyit dan temulawak. Pada penelitian yang akan dilakukan
komoditi yang akan diamati adalah 3 komoditi tanaman biofarmaka yang volume
ekspornya paling besar. Tanaman biofarmaka yang volume ekspornya paling
besar adalah jahe, kunyit dan temulawak. Volume ekspor komoditi-komoditi
tersebut secara umum mengalami peningkatan. Peningkatan volume ekspor
menunjukkan peningkatan penawaran tanaman biofarmaka khususnya jahe, kunyit
dan temulawak di Indonesia.
Negara pengimpor tanaman biofarmaka khususnya jahe, temulawak, dan
kunyit Indonesia yaitu untuk tanaman jahe United Arab Emirat, Argentina,
Australia, Bangladesh, Belgium, Canada, Germany, Egypt, United kingdom,
Japan, Malaysia, Netherlands, New Zealand, Philippines, Pakistan, Qatar, Saudi
Arabia, Singapore, East Timor, Ukraine, United States. Tanaman temulawak yaitu
Japan, Hongkong, Korea, Taiwan, Thailand, Singapore, Philippines, Malaysia,

15

Vietnam, India, Pakistan, Bangladesh, Iran, Saudi Arabia, Jordan, Syria Arab,
United Arab Emirat, Bahrain, Australia, United States, Canada, Argentina,
Netherlands, Germany, Italy dan tanaman kunyit yaitu Korea, Malaysia, East
Timor.
Volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dihadapkan pada
permasalahan fluktuasi volume ekspor, fluktuasi dapat mengakibatkan risiko
terhadap kelanjutan pengembangan ekspor tanaman biofarmaka ke masing-masing
negara tujuan ekspor tersebut. Oleh karena itu kebutuhan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ke
masing-masing negara tujuan ekspornya tersebut penting.
Harga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi volume
ekspor komoditi suatu negara ke pasar luar negeri. Tingkat harga tanaman
biofarmaka di dalam negeri (domestik) merupakan penentu dari tinggi rendahnya
volume ekspor Indonesia ke luar negeri. Jika harga tersebut tinggi maka dapat
berpengaruh terhadap penurunan volume ekspor dan jika harga rendah berarti
meningkatnya jumlah ekspor yang berdampak pada perolehan devisa negara yang
meningkat juga.
Pengaruh faktor-faktor dari volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia
yaitu:
a. harga ekspor dimasukkan dalam model penawaran volume ekspor karena
peubah atau variabel harga merupakan faktor penting dalam fungsi
penawaran. Harga merupakan peubah yang sering kali dijadikan
pertimbangan oleh konsumen dalam membeli suatu barang.
b. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara pengimpor dimasukkan dalam
model bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh peubah ini terhadap
penawaran ekspor apabila mata uang Rupiah terapresiasi atau terdepresiasi.
Diduga apabila mata uang terapresiasi maka harga komoditas ekspor akan
menjadi lebih mahal, dengan ini akan dilihat apakah secara signifikan akan
berpengaruh terhadap penawaran jahe, kunyit dan temulawak.
c. Jarak ekonomi dimasukkan dalam model karena apabila jarak antara 2 negara
lebih dekat dibanding ke negara lain maka biaya yang dikeluarkan untuk
mengekspor suatu komoditi juga akan lebih kecil, sehingga komoditas ekspor
ke negara yang lebih dekat harganya lebih murah daripada harga ekspor ke
negara yang berjarak lebih jauh, sehingga diduga berpengaruh terhadap
penawaran komoditas tersebut.
d. Volume ekspor periode sebelumnya dimasukkan ke dalam model karena
bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh peubah ini terhadap
penawaran ekspor apabila volume ekspor periode sebelumnya mengalami
peningkatan. Diduga apabila volume periode sebelumnya mengalami
peningkatan maka volume ekspor akan meningkat. Dengan ini akan dilihat
apakah secara signifikan akan berpengaruh terhadap penawaran tanaman
biofarmaka khususnya jahe, kunyit dan temulawak Indonesia.
Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.

16

Ekspor Tanaman Biofarmaka
Indonesia

Produksi Tanaman
Biofarmaka Indonesia

Faktor-faktor yang
Memengaruhi Volume Ekspor
Tanaman Biofarmaka Indonesia

Ekspor Tanaman
Biofarmaka Indonesia

Perkembangan Volume Ekspor
Tanaman Biofarmaka
Indonesia

Harga Ekspor
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika
Jarak Ekonomi
Volume Ekspor Periode Sebelumnya

Regresi Double Log

Plot Data

Rekomendasi Kebijakan untuk Pemerintah

Gambar 3 Diagram Kerangka Pemikiran Operasional

17

METODE PENELITIAN
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman
biofarmaka Indonesia ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2011. Data dan
informasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dirjen Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI IPB, Bank Indonesia,
internet dan bahan bacaan yang sesuai dengan topik penelitian.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
volume ekspor per negara tujuan ekspor per bulan komoditas tanaman biofarmaka
yaitu jahe, kunyit dan temulawak. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini selain data ekspor tanaman biofarmaka yaitu data harga ekspor tanaman
biofarmaka, data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, data jarak ekonomi,
data volume ekspor periode sebelumnya. Data yang digunakan adalah data
bulanan selama tujuh tahun terakhir yaiutu tahun 2006-2012 dan disesuaikan
dengan ketersediaan data. Data mengenai volume ekpor dan harga ekspor tanaman
biofarmaka diperoleh dari Badan Pusat Statistik, data volume ekspor berupa data
bulanan per negara tujuan ekspor selama tujuh tahun terakhir yaitu diambil lima
negara dominan dan kontinyu negara tujuan ekspor dari Indonesia. Data nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan
jarak ekonomi diperoleh dari mengkalikan antara jarak antar negara tujuan ekspor
yang di kalikan dengan harga minyak dunia. Data harga minyak dunia diperoleh
dari akses internet. Untuk lebih jelasnya jenis dan sumber data dapat dilihat pada
Tabel 6
Tabel 6 Jenis dan Sumber Data
No Jenis Data
1
Volume Ekspor Tanaman Biofarmaka
2
Harga Tanaman Biofarmaka
3
Jarak Antar Negara
4
Harga Minyak Dunia
5
Nilai Tukar Rupiah terhadap USD

Sumber Data
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik
www.googlemap.com
www.indexmundi.com
Bank Indonesia

Dalam penelitian ini setiap komoditi ekspor (tiga komoditi ekpor) akan
dianalisis satu persatu berdasarkan tujuan negara ekspor. Sehingga apabila setiap
komoditi diambil lima negara tujuan ekspor akan terdapat 15 persamaan regresi
dalam penelitian ini.
Metode Penelitian dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang
menggambarkan kondisi aktual yang telah diketahui melalui pengumpulan data
dan kemudian menganalisis masalah yang ada berdasarkan gambaran kondisi
aktual yang telah dilakukan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dan p