Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Volume Ekspor Kayu Manis Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor Terbesar

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME

EKSPOR KAYU MANIS INDONESIA

KE NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR

LAILI MUFIDAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Kayu Manis Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Terbesar adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Laili Mufidah


(4)

ABSTRAK

LAILI MUFIDAH. Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Kayu Manis Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Terbesar. Dibimbing oleh IDQAN FAHMI.

Indonesia merupakan produsen dan negara pengekspor kayu manis terbesar di dunia. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar menunjukkan tren yang positif, akan tetapi volume ekspor ke negara-negara tersebut berfluktuatif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perkembangan ekspor kayu manis Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar.Penelitian ini menggunakan metode data panel, mencakup 9 negara tujuan ekspor pada tahun 2001-2011. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa harga ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan, harga ekspor kayu manis negara pesaing yaitu China, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan, GDP riil negara tujuan, GDP riil negara Indonesia, dan jumlah produksi berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia. Kata kunci: data panel, kayu manis, volume ekspor

ABSTRACT

LAILI MUFIDAH.Factors Affecting the Export Volume of Indonesian Cinnamon to the Largest Export Destination Countries. Supervised by IDQAN FAHMI.

Indonesia is the world largestproducer and exporter of cinnamon. The average growth of export volume of Indonesian cinnamon to the largest export destination countries showed a positive trend but the export volumes to those countries are fluctuative. The purpose of this study is to describe the development of the export of Indonesian cinnamon and to analyze the factors which affect the export volume of Indonesian cinnamon to the largest export destination countries.This study uses panel data which covers nine export destination countries in the period of 2001 to 2011.Regression analysis shows that the export price of Indonesian cinnamon to the destination countries, the export price of competitor countries’ cinnamon such as China, the real exchange rate of rupiah against the destination countries’ currencies, the real GDP of destination countries, real GDP of Indonesia, and the number of production have a significant influence on the export volume of Indonesian cinnamon.


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME

EKSPOR KAYU MANIS INDONESIA

KE NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR

LAILI MUFIDAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai juni 2014 ini ialah perdagangan, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Kayu Manis Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Terbesar.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua tercinta dan terkasih, yaitu Bapak Khairudin dan Ibu Juanah selaku orang tua dari penulis, seluruh keluarga dari penulis yaitu Mas Miftah, Mbak Nisa, Mas Asrul, Rima dan Afif yang telah memberikan dukungan baik moral, motivasi, pengorbanan, dan doa hingga akhir penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi persembahanyang membanggakan untuk kalian. 2. Bapak Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan ilmu, saran, motivasi dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Ibu Dr. Sahara, S.P, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen komisi pendidikan yang telah memberikan ilmu, saran, dan motivasi kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

4. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi yang memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis selama menjalankan studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

5. Rifki Maulanaatas segala doa, motivasi, dan dukungan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Teman-temansatu bimbingan Nanda, Dodo, Yosep, Kautsar, Ica, dan Rizky yang menjadi teman berdiskusi dan saling memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat-sahabat hiphip di perkuliahan Uke, Heni, Arti, Pupu, Tika, Chika, Amel, Dian, Fazri, Alfin, Erlangga, Dwiki, serta teman-teman kostan Ash-Shohwah Ersa, Ica, Ayen, Kiki, Wilda, Mbak Nudhar, Mbak Fiya, dan Wita atas segala doa, motivasi dan dukungannya.

8. Teman-teman Kamar 94, 95, 96 Asrama TPB Arie, Dewi, Agitha, Retno, Aby, Beno, Dila, Wida, dan Putri yang hingga saat ini masih saling memberikan dukungan.

9. Annisa Ramadanti dan Kak Rahmi yang menjadi teman berdiskusi dan membantu memberikan dukungan kepada penulis.

10.Sahabat dan seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 47, Hipotesa 2011, OMDA Pekalongan atas saran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6

Teori Perdagangan Internasional 6

Teori Permintaan Ekspor 8

Harga Ekspor 8

Harga Ekspor Komoditi Negara Pesaing 8

Nilai Tukar Riil 8

Gross Domestic Product (GDP) Riil 9

Jumlah Produksi 9

Penelitian Terdahulu 9

Kerangka Pemikiran 11

METODE PENELITIAN 13

Jenis dan Sumber Data 13

Metode Analisis Data 14

Analisis Data Panel 14

Perumusan Model Penelitian 18

Definisi Operasional Variabel 20

GAMBARAN UMUM KAYU MANIS INDONESIA 20

Perkembangan Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Kayu Manis di

Indonesia 20

Perkembangan Harga Ekspor Kayu Manis Indonesia 23


(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 Kondisi Umum Perkembangan Volume Ekspor Kayu Manis Indonesia 26 Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor

Kayu Manis Indonesia 28

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 37


(11)

DAFTAR TABEL

1 Ekspor kayu manis Indonesia ke-10 negara tujuan ekspor terbesar (ton)

tahun 2001-2011 2

2 Luas areal dan produksi tanaman kayu manis Indonesia

tahun 2006-2011 3

3 Volume produksi dan ekspor kayu manis Indonesia (ton)

tahun 2001-2011 4

4 Jenis dan sumber data 14

5 Kerangka identifikasi autokorelasi 18

6 Perkembangan produksi, luas areal, dan produktivitas kayu manis di

Indonesia tahun 2001-2011 22

7 Perkembangan volume ekspor kayu manis Indonesia ke pasar dunia

tahun 2001-2011 27

8 Hasil estimasi data panel model volume ekspor kayu manis Indonesia

dengan metode fixed effect 29

DAFTAR GAMBAR

1 Nilai ekspor kayu manis Indonesia tahun 2002-2012 2

2 Kurva perdagangan Internasional 7

3 Bagan kerangka pemikiran 12

4 Total produksi kayu manis berdasarkan sentra produksi kayu manis di

Indonesia (ton) tahun 2000-2011 21

5 Kontribusi produksi kayu manis berdasarkan pulau terhadap total

produksi kayu manis Indonesia tahun 2001-2011 21

6 Perkembangan harga ekspor kayu manis Indonesia 23

7 Perkembangan harga ekspor kayu manis China 24

8 Negara produsen kayu manis dan jumlah produksinya (ton) tahun

2001-2011 26

9 Total volume ekspor kayu manis Indonesia ke 9 negara tujuan ekspor

terbesar tahun 2001-2011 (000 Kg) 27

10 Rata-rata pertumbuhan volume ekspor kayu manis Indonesia ke 9

negara tujuan ekspor terbesar tahun 2001-2011 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pertumbuhan volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan

ekspor terbesar 37

2 Hasil Estimasi Model PLS (Pooled Least Square) Data Panel 39 3 Hasil estimasi model FEM (Fixed Effect Method) data panel 40

4 Hasil uji chow 40

5 Hasil uji normalitas 41


(12)

7 Variabel-variabel dalam model volume ekspor kayu manis Indonesia ke


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi besar dan sumber daya alam yang melimpah untuk produk pertanian. Sektor pertanian menjadi prioritas petama bagi negara-negara berkembang, karena sektor pertanian di Indonesia merupakan andalan dari perekonomian dan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, serta kontribusinya dalam menghasilkan devisa. Perkebunan merupakan subsektor pertanian yang mempunyai kedudukan penting didalam pengembangan sektor pertanian baik tingkat nasional maupun regional. Peluang pengembangan tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, hal ini berkaitan dengan semakin kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha perkebunan rakyat, tumbuhnya berbagai industri yang membutuhkan bahan baku, dan semakin luasnya pangsa pasar produk perkebunan (Anggriawan dan Indrawati 2013).

Komoditi perkebunan sebagai komoditi ekspor yang cukup potensial, selama ini masih perlu dikembangkan baik budidaya maupun terobosan dalam peningkatan ekspornya (Ramdhani 1999). Salah satu komoditi ekspor perkebunan yang cukup potensial dan memberi harapan bagi penerimaan devisa negara adalah komoditi kayu manis. Kayu manis memang bukan komoditas ekspor utama Indonesia, namun tanaman ini merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat yang menjadi komoditas andalan Indonesia.

Kayu manis (Cinnamon burmanii) merupakan tanaman asli Indonesia, yang dalam perdagangan lebih dikenal sebagai cassiavera. Sentra produksi utamanya adalah provinsi Jambi (Kab. Kerinci) dan Sumatera Barat (Kab. Tanah Datar, Kab. Agam) (Balittri 2010). Kayu manis Indonesia cukup disukai di luar negeri karena memiliki aroma yang khas. Produk utama dari tanaman kayu manis adalah kulit kering kayu manis yang digunakan sebagai rempah-rempah untuk penyedap makanan. Disamping itu, dari kulit kayu manis juga dapat dihasilkan beberapa produk lain seperti bubuk kayu manis, minyak atsiri kayu manis dan oleoresin kayu manis yang banyak digunakan dalam industri makanan minuman, farmasi dan kosmetika (Fitriyeni 2011).

Ekspor kayu manis Indonesia hingga saat ini masih didominasi dalam bentuk gulungan kulit kayu manis, sementara ekspor kayu manis dalam bentuk produk olahan masih relatif kecil. Hal ini dikarenakan masih rendahnya penanganan pasca panen terhadap kayu manis.

Nilai ekspor kayu manis Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mengalami fluktuasi. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor mutu, karena tingkat mutu menentukan harga dan penerimaan oleh konsumen di luar negeri (Fitriyeni 2011). Perkembangan nilai ekspor kayu manis Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.


(14)

Sumber: UNComtrade 2014 (diolah)

Gambar 1 Nilai ekspor kayu manis Indonesia tahun 2002-2012

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa meskipun perkembangan ekspor kayu manis Indonesia berfluktuatif selama periode 2002-2012, namun jika dilihat tren nya cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pasar dunia terhadap kayu manis Indonesia terus mengalami peningkatan. Bahkan permintaan terhadap kayu manis berpotensi akan terus mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya berbagai industri pengolahan yang menggunakan kayu manis sebagai bahan bakunya.

Tabel 1 Ekspor kayu manis Indonesia ke-10 negara tujuan ekspor terbesar (ton) tahun 2001-2011

No. Negara Volume

1 Amerika Serikat 190138

2 Belanda 38110

3 Brazil 27256

4 Thailand 14450

5 Jerman 14325

6 India 17452

7 Malaysia 12835

8 Singapura 13016

9 Republik Dominika 11958

10 Kanada 9459

Sumber: UNComtrade 2014 (diolah)

Tabel 1 menunjukkan bahwa Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama ekspor kayu manis Indonesia dengan mengimpor sebanyak 190 138 ton selama periode 2001-2012. Volume ekspor tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tujuan ekspor kayu manis Indonesia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa volume ekspor kayu manis Indonesia masih didominasi oleh Amerika Serikat, sementara importir terbesar kayu manis Indonesia pada posisi kedua adalah negara Belanda yang mengimpor sebanyak 38 110 ton. Negara importir terbesar kayu manis Indonesia yang menempati posisi

0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

US$


(15)

ketiga setelah Belanda yaitu Brazil dengan volume ekspor sebanyak 27 256 ton.Berikutnya disusul oleh Thailand, Jerman, India, Malaysia, Singapura, Republik Dominika, dan Kanada.

Sebagai negara produsen dan eksportir utama kayu manis, perkembangan luas areal lahan dan produksi kayu manis Indonesia hanya sedikit mengalami peningkatan. Kecilnya peningkatan luas areal dan produksi kayu manis tersebut disebabkan karena penanaman kayu manis yang masih dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas areal yang relatif kecil. Selain itu, tanaman kayu manis masih dianggap sebagai usaha sampingan yang belum memberikan pendapatan yang besar bagi petani sehingga sulit diharapkan petani akan melakukan perluasan lahan dan peningkatan produksi (Fitriyeni 2011). Perkembangan luas areal dan produksi tanaman kayu manis Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas areal dan produksi tanaman kayu manis Indonesia tahun 2006-2011

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (ton)

2006 124573 100471

2007 104651 101880

2008 101961 102039

2009 103023 102680

2010 99321 88104

2011 102125 90276

Sumber: Departemen Pertanian2014

Tabel 2 menunjukkan bahwa luas areal tanaman kayu manis Indonesia dalam enam tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, peningkatan hanya terjadi pada tahun 2009 dan 2011. Sementara produksi kayu manis Indonesia selama enam tahun terakhir hanya sedikit mengalami peningkatan. Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa penurunan produksi kayu manis hanya terjadi pada tahun 2010 dengan nilai produksi sebesar 88 104 ton.

Penurunan luas areal dan produksi tanaman kayu manis ini juga terjadi di beberapa daerah penghasil kayu manis, salah satunya di Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Sumatera Utara, luas lahan tanaman kayu manis tahun 2010 hanya tinggal 5 594.7 hektare dengan produksi 3 559.43 ton dari luas 5 937.18 hektare dan produksi 3 686.16 ton pada tahun 2009. Menurut Kepala Bidang Usaha Tani Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Lies Handayani, penurunan luas lahan tersebut disebabkan karena harga jual yang rendah sehingga membuat petani semakin enggan mengembangkannya. Selain itu, pengembangan komoditas unggulan Indonesia ini memang kurang mendapat perhatian masyarakat meski sebenarnya komoditas tersebut banyak permintaan (Medan Bisnis 2011).

Selain itu menurut Ketua Dewan Rempah Indonesia (DRI), negara-negara penghasil kayu manis yang juga merupakan negara pesaing Indonesia seperti Sri Lanka, Tiongkok, Vietnam, India, juga terus melakukan peningkatan dalam kualitas dan ekspor kayu manis. Bahkan Hongkong bisa mengekspor produk olahan kayu manis dengan harga tinggi. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan ekspor kayu manis Indonesia, perlu dilakukan terobosan dan upaya serius terhadap komoditi tersebut (Kemenperin 1992).


(16)

Berdasarkan permasalahan diatas, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan ekspor kayu manis Indonesia. Penelitian ini dirasakan penting dan perlu dilakukan mengingat Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir terbesar kayu manis. Selain itu, melihat semakin berkembangnya industri pengolahan dan produk olahan kayu manis di pasar internasional, mendorong permintaan kayu manis yang semakin meningkat. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk mempertahankan posisinya sebagai negara eksportir terbesar kayu manis, dan terus meningkatkan ekspor kayu manis dalam memenuhi permintaan kayu manis dunia yang terus meningkat.

Perumusan Masalah

Kayu manis merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup potensial. Besarnya volume ekspor kayu manis Indonesia sampai saat ini masih mengalami fluktuasi, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Volume produksi dan ekspor kayu manis Indonesia (ton) tahun 2001-2011

Tahun Volume Produksi Volume Ekspor

2001 40635 29479

2002 45373 34166

2003 64830 29361

2004 99465 40979

2005 100775 37192

2006 100471 40483

2007 101880 50696

2008 102039 42555

2009 102680 38361

2010 88104 46050

2011 90276 45695

Sumber: Direktorat Pertanian dan UNComtrade 2014 (diolah)

Tabel 3 menunjukkan kondisi yang tidak sejalan antara volume produksi dengan volume ekspor kayu manis Indonesia. Masih terdapat peningkatan atau penurunan volume produksi dalam negeri disatu sisi, dan penurunan atau peningkatan volume ekspor disisi yang lain begitu pula sebaliknya. Antara volume produksi dan volume ekspor kayu manis, keduanya memang cenderung menunjukkan tern yang semakin meningkat. Namun, volume produksi kayu manis jauh lebih besar dibandingkan dengan volume ekspornya. Selain itu, jika lebih diperhatikan, selama periode 2001 hingga 2011 komoditi kayu manis hampir selalu memiliki volume produksi yang meningkat. Penurunan volume produksi hanya terjadi pada tahun 2006 dan 2010. Hal ini tidak sejalan dengan volume ekspornya, meskipun sama-sama menunjukkan tren yang meningkat, namun volume ekspor komoditi tersebut masih terlihat lebih berfluktuasi.


(17)

Kondisi volume ekspor kayu manis yang berfluktuatif dapat ditunjukkan melalui volume ekspor kayu manis Indonesia ke 9 negara tujuannya selama tahun 2001 hingga 2011. Kesembilan negara tujuan utama ekspor kayu manis Indonesia tersebut yaitu Amerika Serikat, Belanda, Brazil, Thailand, Jerman, India, Malaysia,Singapura, dan Kanada. Meskipun rata-rata pertumbuhan volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar menunjukkan tren yang positif, akan tetapi volume ekspor ke negara-negara tersebut tidak stabil, karena nilainya yang berfluktuatif tiap tahunnya (Lampiran 1).

Kondisi volume ekspor kayu manis Indonesia yang tidak stabil dan cenderung berfluktuatif setiap tahunnya, menunjukkan bahwa belum maksimalnya upaya pengembangan komoditas kayu manis di Indonesia. Selain itu, mengingat Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk mempertahankan posisinya sebagai negara produsen terbesar kayu manis dan meningkatkan ekspor kayu manis di pasar Internasional. Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus menganalisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kondisi umum perkembangan volume ekspor kayu manis Indonesia?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat, Belanda, Brazil, Thailand, Jerman, India, Malaysia, Singapura dan Kanada?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan kondisi umum perkembangan volume ekspor kayu manis Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat, Belanda, Brazil, Thailand, Jerman, India, Malaysia, Singapura dan Kanada.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan dalam merumuskan

kebijakan untuk meningkatkan ekspor kayu manis Indonesia.

2. Dapat memberikan informasi tambahan yang berguna untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas kayu manis bagi para pelaku usaha yang terkait. 3. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu

maupun teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan bagi penulis. 4. Sebagai bahan referensi dan informasi untuk penelitian lebih lanjut.


(18)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu fokus menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor terbesar. Penelitian ini hanya dibatasi pada ekspor kayu manis Indonesia ke 9 negara tujuan ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat, Belanda, Brazil, Thailand, Jerman, India, Malaysia, Singapura dan Kanada.Negara Republik Dominika yang juga termasuk dalam 10 negara tujuan ekspor terbesar kayu manis Indonesia tidak diikutsertakan ke dalam model karena data yang menjadi variabel yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia tidak tersedia secara lengkap. Periode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2001 sampai 2011. Penggunaan 9 negara tujuan ekspor sebagai data cross section dan tahun 2001 sampai 2011 sebagai data time series tersebut dikarenakan keterbatasan data. Kode Harmonized System(HS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah HS dengan level 4 digit yaitu 0906 dengan komoditas kayu manis(Cinnamon).

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh antara individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran suatu negara (Oktaviani dan Novianti 2009).

Menurut Apridar (2009), banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, lima faktor diantaranya yaitu: (1) untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri; (2) keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara; (3) adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi; (4) adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut; (5) adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh secara langsung dari perdagangan internasional menurut Salvatore (1997)adalah sebagai berikut: (1) suatu negara mampu memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi didalam negeri. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hasil produksi yang dipengaruhi oleh kondisi geografis, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain; (2) negara memperoleh keuntungan dari spesialisasi; (3) memperluas pasar dan menambah keuntungan; (4) memungkinkan terjadinya transfer teknologi. Manfaat secara tidak langsung yang diperoleh dari adanya perdagangan internasional antara lain: (1) perluasan pasar dibidang promosi; (2) meningkatkan kemampuan suatu negara untuk memperbaiki kualitas dan mutu produksi; (3) menciptakan iklim persaingan yang


(19)

sehat dan sarana pemasukan modal asing; (4) adanya peluang untuk meningkatkan teknologi.

Secara teoritis, suatu negara (misalnya Indonesia) akan mengekspor suatu komoditi (misal kayu manis) ke negara lain (misal Amerika Serikat) apabila harga domestik di Indonesia (sebelum terjadinya perdagangan internasional) relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan harga domestik Amerika Serikat. Struktur harga yang terjadi di Indonesia lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di Indonesia terjadi excess suply

(memiliki kelebihan produksi). Dengan demikian, Indonesia mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, di Amerika Serikat terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang terjadi di Amerika Serikat lebih tinggi. Dalam hal ini, Amerika Serikat berkeinginan untuk membeli komoditi di negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara Indonesia dengan Amerika Serikat, maka akan terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut sehingga harga yang diterima kedua negara menjadi sama. Kurva pada Gambar 2 dibawah ini akan lebih memperlihatkan proses terjadinya perdagangan internasional.

P P P

DA SA ES DB SB

A

PB X

P*

PA M

ED B

Q Q Q

0 QA 0 Q* 0 QB

Negara A Perdagangan Internasional Negara B

(Eksportir) (Importir)

Sumber: Salvatore 1997

Gambar 2 Kurva perdagangan Internasional

Gambar 2 menggambarkan bahwa sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga di negara A (eksportir) sebesar PA, sementara di negara B

(importir) sebesar PB. Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga

internasional lebih tinggi dari pada PA sedangkan permintaan di pasar

internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari PB. Pada saat

harga internasional (P*) sama dengan PA, maka negara B (importir) akan terjadi excess demand (ED) sebesar B. Jika harga internasional sama dengan PB maka di

negara A (eksportir) akan terjadi excess supply (ES) sebesar A. Dari A dan B akan terbentuk kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara A (eksportir) akan mengekspor komoditas sebesar X sedangkan negara B (importir) akan mengimpor komoditas sebesar M, dimana di pasar internasional sebesar X sama dengan M yaitu Q*.


(20)

Teori Permintaan Ekspor

Permintaan ekspor merupakan banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Hukum permintaan menyebutkan bahwa ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta akan meningkat atau naik (Nicholson 1995).Menurut Sukirnodalam Apridar (2009) ada beberapa faktor yang memengaruhi jumlah permintaan ekspor, yaitu: (1) harga barang itu sendiri; (2) harga barang lain yang terkait; (3) tingkat pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat; (4) selera atau kebiasaan; (5) distribusi pendapatan; (6) perkiraan harga dimasa yang akan datang; (7) jumlah penduduk.

Harga Ekspor

Harga suatu komoditi yang diperdagangkan akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan. Menurut Lipsey (1997), kuantitas permintaan suatu komoditi mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat harga yang ditawarkan. Semakin tinggi harga suatu komoditi, maka permintaan terhadap komoditi tersebutakan semakin berkurang, sebaliknya apabila harga suatu komoditi semakin turun, maka permintaan terhadap komoditi tersebut akan semakin bertambah dengan asumsi ceteris paribus.

Harga Ekspor Komoditi Negara Pesaing

Menurut Fauzi et.al (2013) tujuan memasukkan harga ekspor komoditi negara pesaing ke dalam model estimasi yaitu digunakan untuk melihat pengaruh harga negara pesaing terhadap permintaan ekspor suatu komoditi. Harga ekspor komoditi negara pesaing mempunyai hubungan positif terhadap kuantitas permintaan ekspor komoditi tersebut dari negara lain. Semakin tinggi harga ekspor komoditi dari negara pesaing maka permintaan ekspor suatu negara yang menghasilkan komoditi sama juga akan semakin meningkat.

Dalam penelitian ini, harga ekspor negara pesaing yang dimasukan ke dalam model estimasi adalah harga ekspor kayu manis China. Hal ini dikarenakan berdasarkan jumlah produksinya, China merupakan negara produsen kayu manis terbesar kedua setelah Indonesia(FAO 2014), sehinggaChina merupakan negara pesaing utama Indonesia dalam menghasilkan komoditi kayu manis.

Nilai Tukar Riil

Nilai tukar mata uang (kurs) mempunyai peranan penting dalam hubungan perdagangan internasional, karena perdagangan yang dilakukan antara dua negara pasti menggunakan dua mata uang yang berbeda. Nilai tukar (kurs) dibedakan menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah suatu nilai di mana seseorang dapat memperdagangkan mata uang


(21)

suatu negara dengan mata uang negara lainnya, sedangkan kurs riil (real exchange rate) adalah nilai di mana seseorang dapat memperdagangkan barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain.

Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil rendah, maka sebaliknya harga barang-barang domestik relatif murah, sedangkan harga barang-barang luar negeri mahal (Mankiw 2007).

Gross Domestic Product (GDP) Riil

Gross Domestic Product (GDP) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor impor (Lipsey et al. 1997). GDP dapat mengukur kemampuan suatu negara untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Jika pendapatan suatu negara cukup tinggi, maka negara tersebut memiliki kemampuan tinggi untuk melakukan pembelian sehingga merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran suatu komoditi. Para ekonom menggunakan GDP riil sebagai ukuran kemakmuran yang lebih baik. Hal ini dikarenakan GDP riil menilai barang dan jasa pada harga konstan.Ukuran kemakmuran yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa perekonomian dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga (Mankiw 2007). Data GDP riil yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan harga konstan tahun 2000.

Jumlah Produksi

Menurut Wirawan dan Indrajaya (2012) kenaikan volume ekspor suatu komoditi tidaklah lepas dari peningkatan jumlah produksi komoditi itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh keduanya juga menunjukkan bahwa jumlah produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan volume ekspor. Pada saat jumlah produksi suatu komoditi meningkat maka volume ekspor komoditi tersebut juga akan meningkat.

Penelitian Terdahulu

Putri (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penawaran dan Permintaan Ekspor Kayu Manis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dan Belanda”. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penawaran kayu manis di Sumatera Barat; (2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor kayu manis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dan Belanda; (3) mengetahui trend penawaran kayu manis Sumatera Barat; serta (4) mengetahui trend permintaan ekspor kayu manis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dan Belanda. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menggunakan data sekunder runtut waktu periode


(22)

1986-2007 dan dianalisis dengen menggunakan analisis regresi berganda metode kuadrat kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penawaran kayu manis di Sumatera Barat dipengaruhi secara positif oleh luas areal panen, produktivitas, dan harga kayu manis ditingkat produsen; (2) permintaan ekspor kayu manis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dipengaruhi secara positif oleh harga kayu manis Cina, populasi Amerika Serikat dan dummy pembebasan kuota ekspor dan dipengaruhi secara negatif oleh harga kayu manis harga kayu manis Sumatera Barat dan harga kayu manis internasional, sedangkan permintaan ekspor kayu manis Sumatera Barat ke Belanda dipengaruhi secara positif oleh populasi Belanda, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dan dummy pembebasan kuota ekspor, dan dipengaruhi secara negatif oleh harga kayu manis Sumatera Barat; (3) trend penawaran kayu manis Sumatera Barat cenderung meningkat; (4) trend permintaan ekspor kayu manis Sumatera Barat ke Amerika Serikat cenderung meningkat, sedangkan trend permintaan ekspor kayu manis Sumatera Barat ke Belanda cenderung menurun.

Ayuningsih dan Setiawina (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kurs Dollar Amerika Serikat, Jumlah Produksi dan Luas Lahan terhadap Volume Ekspor Kayu Manis Indonesia Periode 1992-2011 serta Daya Saingnya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara serempak maupun parsial antara kurs Dollar Amerika Serikat, jumlah produksi dan luas lahan terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia serta bertujuan untuk mengetahui bagaimana daya saing komoditi kayu manis Indonesia dan China dengan menggunakan analisis RCA. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis linear berganda, asumsi klasik, analisis secara simultan dan parsial serta analisis indeks RCA. Hasil analisis data menunjukkan secara serempak kurs Dollar Amerika Serikat, jumlah produksi, dan luas lahan berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia periode 1992-2011. Hasil analisis data secara parsial variabel Kurs Dollar Amerika Serikat dan jumlah produksi berpengaruh signifikan positif terhadap volume ekspor kayu mans Indonesia periode 1992-2011, sedangkan variabel luas lahan tidak berpengaruh terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia periode 1992-2011. Daya saing dari volume ekspor kayu manis Indonesia dan China dilihat secara individual dapat dikatakan memiliki daya saing yang ckupu tinggi karena indeks RCA>1, namun daya saing Indonesia masih lemah ketika dibandingkan dengan China.

Rahmawati(2012) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor panili di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor panili di Indonesia dan mengkaji tingkat kepekaan (elastisitas) ekspor panili di Indonesia. Data yang digunakan mencakup periode 1991-2010. Data dianalisis dengan regresi eksponen.Variabel yang dimasukkan ke dalam model estimasi dalam penelitian ini antara lain yaitu produksi panili di Indonesia, harga domestik panili di Indonesia, harga ekspor panili di Indonesia, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah, volume ekspor panili di Indonesia tahun sebelumnya, dan permintaan panili dalam negeri. Namun dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua variabel –variabel yang dimasukkan ke dalam model estimasi berpengaruh nyata terhadap volume ekspor panili di Indonesia, melainkan hanya tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor panili di Indonesia. Ketiga variabel yang berpengaruh tersebut yaitu variabel produksi panili di


(23)

Indonesia, harga ekspor panili di Indonesia, dan permintaan panili dalam negeri. Berdasarkan nilai koefisien regresi, variabel produksi panili di Indonesia mempunyai nilai koefisien regresi yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa produksi panili di Indonesia mempunyai pengaruh paling besar terhadap volume ekspor panili di Indonesia. Volume ekspor panili di Indonesia bersifat elastis terhadap produksi panili di Indonesia dan permintaan panili dalam negeri, bersifat inelastis terhadap harga ekspor panili di Indonesia.

Widianingsih (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. Adapun data-data yang digunakan terdiri dari harga ekspor biji kakao Indonesia, populasi penduduk Malaysia, Singapura dan Cina, nilai tukar mata uang negara pengimpor terhadap US$, dan pendapatan per kapita Malaysia, Singapura dan Cina. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk dengan periode tahun 1992 hingga 2007. Metode pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode panel data. Dari hasil estimasi dengan menggunakan panel data melaui pendekatan fixed effect diketahui bahwa dari empat variabel yang digunakan terdapat satu variabel yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia yaitu variabel harga ekspor. Hal ini dikarenakan harga ekspor biji kakao Indonesia di pasar internasional lebih rendah dibanding harga pesaing. Sehingga peningkatan harga ekspor biji kakao di Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia.

Tilova (2012) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi permintaan batubara Indonesia di empat negara tujuan ekspor terbesar. Penelitian ini menggunakan metode panel data dengan data sekunder, berupa deret waktu (time series) dari tahun 2001 hingga 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil estimasi yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 10% (0,1) terhadap permintaan batubara Indonesia adalah harga ekspor batubara negara tujuan ekspor, GDP per kapita negara tujuan ekspor, jumlah penduduk negara tujuan ekspor, dan nilai tukar riil negara tujuan ekspor. Variabel harga ekspor batubara memiliki tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis. Ketidaksesuaian ini diduga karena adanya kontrak berjangka pada penjualan dan pembelian batubara antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor sehingga harga yang meningkat tidak menjadi masalah bagi para importir. Variabel jumlah penduduk negara tujuan ekspor juga memiliki tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis. Jumlah penduduk berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia. Hal tersebut diduga karena batubara merupakan salah satu komoditi yang tidak langsung dikonsumsi masyarakat tetapi dikonsumsi oleh industri.

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar. Dasar pemikiran awal dari penelitian ini adalah Indonesia sebagai negara produsen sekaligus eksportir terbesar kayu manis di dunia, namun ekspor kayu manis Indonesia masih belum stabil. Kondisi ekspor kayu manis Indonesia yang belum stabil tersebut


(24)

ditunjukkan oleh volume ekspor kayu manis Indonesia ke beberapa negara tujuan yaitu Amerika Serikat, Belanda, Brazil, Thailand, Jerman, India, Malaysia, Singapura, dan Kanada yang berfluktuatif setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesiaagar Indonesia dapat meningkatkan ekspornya dan mempertahankan posisinya sebagainegara produsen sekaligus eksportir terbesar kayu manis di dunia.

Ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam model yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia. Variabel yang dimasukkan antara lain yaitu harga ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor, harga ekspor kayu manis negara pesaing Indonesia yaitu China ke negara tujuan ekspor Indonesia, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan, GDP riil negara tujuan, GDP riil negara Indonesia dan jumlah produksi kayu manis Indonesia. Secara skematis, kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Bagan kerangka pemikiran

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada

Volume dan nilai ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan belum stabil (berfluktuasi)

Harga ekspor kayu manis Nilai tukar riil

Faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Harga ekspor negara pesaing Jumlah produksi GDP riil negara tujuan GDP riil negara Indonesia

Faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada

Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada

Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Volume dan nilai ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan belum stabil (berfluktuasi)

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada

Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Volume dan nilai ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan belum stabil (berfluktuasi)

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada

Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Volume dan nilai ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan belum stabil (berfluktuasi)

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada

Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Volume dan nilai ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan belum stabil (berfluktuasi)

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada

Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Harga ekspor kayu manis Nilai tukar riil Harga ekspor negara pesaing Jumlah produksi GDP riil negara tujuan GDP riil negara Indonesia Volume dan nilai ekspor kayu manis Indonesia ke

negara tujuan belum stabil (berfluktuasi)

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada

Indonesia sebagai produsen dan eksportir kayu manis terbesar di dunia

Faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia Harga ekspor kayu manis Nilai tukar riil Harga ekspor negara pesaing Jumlah produksi GDP riil negara tujuan GDP riil negara Indonesia Volume dan nilai ekspor kayu manis Indonesia ke

negara tujuan belum stabil (berfluktuasi)

Negara tujuan ekspor terbesar terbesar kayu manis Indonesia: Amerika Serikat Belanda Brazil Thailand Jerman India Malaysia Singapura Kanada


(25)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan alur kerangka pemikiran, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Harga ekspor kayu manis diduga berhubungan negatif terhadapvolume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor. Apabila harga ekspor meningkat maka volume ekspor kayu manis ke negara tujuan ekspor akan menurun.

2. Harga ekspor kayu manis negara pesaing yaitu Chinadiduga berhubungan positif dengan volume kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor Indonesia. Apabila harga ekspor negara pesaing meningkat atau lebih tinggi dari harga ekspor kayu manis Indonesia, maka volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor juga akan meningkat.

3. Nilai tukar riil diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia. Apabila nilai tukar Indonesia terhadap mata uang negara tujuan meningkat (rupiah terdepresiasi), maka harga kayu manis Indonesia menjadi lebih murah di negara tujuan. Hal ini akan mendorong peningkatan pada volume ekspor kayu manis ke negara tujuan.

4. GDP riil negara tujuan ekspor terbesar kayu manis Indonesia diduga berpengaruh positif dengan volume ekspor kayu manis Indonesia. Apabila GDP negara tujuan ekspor meningkat maka daya beli masyarakat terhadap konsumsi kayu manis akan meningkat. Hal ini juga akan mendorong peningkatan terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan. 5. GDP riil Indonesia diduga berpengaruh negatif dengan volume ekspor kayu

manis Indonesia. Apabila GDP Indonesia meningkat maka daya beli masyarakat terhadap konsumsi kayu manis akan meningkat. Hal ini akan mendorong penurunan terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia karena konsumsi domestik yang meningkat.

6. Jumlah produksi kayu manis Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor kayu manis Indonesia. Jika jumlah produksi kayu manis meningkat maka jumlah kayu manis yang diekspor juga akan meningkat.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data yang digunakan berupa data deret waktu (time series) meliputi data tahunan dari tahun 2001 sampai dengan 2011 dan data antar individu (cross section) yang meliputi 9 negara tujuan ekspor terbesar kayu manis Indonesia yaitu Amerika Serikat, Belanda, Brazil, Thailand, Jerman, India, Malaysia, Singapura, dan Kanada.Sumber data berasal dari Kementerian Pertanian,

UN Comtrade, Worldbank,UNCTAD, dan berbagai literatur dari media cetak maupun internet yang berkaitan dengan penelitian ini.Jenis dan sumber data dapat dijelaskan secara ringkas pada Tabel 4.


(26)

Tabel 4 Jenis dan sumber data

No. Data yang digunakan Sumber

1 Volume ekspor kayu manis UN Comtrade

2 Harga ekspor kayu manis UN Comtrade

3 Nilai tukar riil Worldbank

5 GDP riil Worldbank

6 Jumlah produksi kayu manis Kementerian Pertanian Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah menggunakan model datapanel. Metode ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia. Metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan kondisi perkembangan volume ekspor kayu manis Indonesia. Proses pengolahan data dilakukan menggunakan software Eviews 6 dan

Microsoft Excel 2007.

Analisis DataPanel

Data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik yang mengkombinasikan data time series dan cross section. Data

cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu (Tilova 2012).

Menurut Gujarati (2004), estimasi model menggunakan panel data dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Pendekatan ini merupakan pendekatan paling sederhana dalam pengolahan data panel yang diterapkan dalam data yang berbentuk pool. Model pooled

didapatkan dengan mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan time series yang akan diduga dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) seperti persamaan sebagai berikut:

Yit = α + β Xit + єit

dimana :

Yit = variabel endogen

X it = variabel eksogen

= intersep = slope

i = individu ke-i t = periode waktu ke-t є = error

Asumsi yang digunakan pada pendekatan ini menjadi terbatas karena model tersebut mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap individu yang diobservasi.


(27)

2. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil adalah adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan, baik antar daerah maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan data panel. Untuk mengatasi hal ini kita dapat menggunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect). Model fixed effect atau Least Square Dummy Variable

adalah model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep

cross section dan time series. Untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square) yaitu :

Yit = Σ αiDi+ β Xit + єit

dimana :

Yit = variabel endogen

Xit = variabel eksogen

αi = intersep

β = slope

D = variabel dummy

i = individu ke-i t = periode waktu ke-t є = error

Estimasi pada pendekatan fixed effect dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy (LSDV) dan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan ini adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section.

3. Metode Efek Acak (Random Effect)

Hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi adalah dengan memasukkan variabel dummy ke dalam model. Pendekatan yang digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model random effect. Model random effect disebut juga sebagai error component model karena dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam

error. Persamaan umum dalam model random effect yaitu: Yit = α0 + β Xit + єit

єit = uit + Vit + Wit

dimana :

uit ~ N (0,δu2 ) = komponen cross section error

vit ~ N (0,δv2 ) = komponen time series error

wit ~ N (0,δw2) = komponen combinations error

Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah error secara individual tidak saling berkorelasi, begitu pula dengan error kombinasinya. Penggunaan model random effect dapat menghemat derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model fixed effect.


(28)

Pemilihan Model

Terdapat tiga pengujian statistik yang digunakan dalam data panel untuk menentukan model mana yang paling baik untuk dipilih, yaitu:

1. Chow Test

Chow test atau yang biasa disebut dengan uji F statistics merupakan pengujian statistik yang bertujuan untuk memilih apakah menggunakan model

Pooled Least Square atau Fixed Effect. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini yaitu:

H0 : model pooled square

H1 : model fixed effect

Jika nilai chow statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang

digunakan adalah fixed effect dan sebaliknya. 2. Hausmann Test

Hausmann Test merupakan pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau menggunakan model

random effect. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini yaitu: H0 : model random effect

H1 : model fixed effect

Sebagai dasar untuk menolak H0 maka digunakan statistik Hausmann dan

membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai statistik Chi-Squarehasil pengujian lebih besar dari tabelChi-Square, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga pendekatan yang digunakan adalah fixed effect

model dan sebaliknya. 3. LM Test

LM test (The Breush–Pagan LM Test) merupakan pengujian statistik yang digunakan sebagai dasar pertimbangan stastisik dalam memilih model random effect dan pooled least square. Hipotesis dari uji ini yaitu:

H0 : model pooled effect

H1 : model random effect

Dasar penolakan H0 yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik

LM dengan nilai Chi-square. Apabila nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari tabel Chi-Square, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0

sehingga model yang akan digunakan adalah random effect dan sebaliknya. Uji Kesesuaian Model

Terdapat tiga kriteria yang umum digunakan dalam menentukan baik tidaknya sebuah model yaitu:

1. Kriteria Statistik a. Uji-F

Uji-F digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh peubah bebas terhadap peubah tidak bebas secara keseluruhan. Hipotesisnya yaitu:

H0 : β1 = β2 = ... = βt = 0 (tidak ada variabel independen yang berpengaruh


(29)

H1 : minimal ada satu βt ≠ 0 (paling tidak ada satu variabel independen yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya).

Jika Probability F-stastistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan dapat

disimpulkan bahwa minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Sebaliknya, jika Probability F-statistic

> taraf nyata (α), maka terima H0 dan disimpulkan bahwa tidak ada variabel

independen yang mempengaruhi variabel dependennya. b. Uji-t

Uji-t digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yang terdapat di dalam model. Hipotesisnya yaitu:

H0 : β1= 0, dengan t = 1,2,...,n

H 1 : β1 ≠ 0

Jika t-stat > t-tabel, maka tolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa variabel

yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, sedangkan jika t-stat < t-tabel, maka terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa variabel yang

diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. Model yang diduga akan semakin baik apabila semakin banyak variabel bebas yang signifikan atau berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya.

c. Uji R2 ataupun adj-R2

Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana besar keseragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Nilai R2 atau R2adjusted berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati satu semakin baik.

2. Kriteria Ekonometrika a. Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas error term dilakukan dengan menggunakan uji Jarque Bera, hipotesisnya yang digunakan yaitu:

H0: α = 0, error term terdistribusi normal

H1: α ≠ 0, error term tidak terdistribusi normal

Jika probabilitas (p-value) Jarque Bera> taraf nyata (α) maka persamaan

tersebut tidak mempunyai masalah normalitas atau error term terdistribusi normal, begitu pula sebaliknya.

b. Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan linier antar peubah bebas atau variabel independen. Indikasi terjadinya multikolinearitas adalah dengan melihat hasil t dan F statistik hasil regresi. Apabila koefisien parameter dari t statistik banyak yang tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan maka patut diduga terjadi masalah multikolinearitas. Masalah ini dapat diatasi dengan cara menghilangkan variabel yang tidak signifikan, mentransformasikan data, dan menambah variabel.

c. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Menurut Gujarati (2004), jika pada model terjadi masalah heteroskedastisitas maka model akan menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Jika regresi tetap dilakukan, hasil regresi yang diperoleh menjadi “misleading”. Oleh karena itu,


(30)

untukmengetahui ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam data panel digunakan uji White dengan melihat pada nilai R2nya. Jika nilai probabilitas R2 melebihi nilai kritis dengan α yang dipilih, maka hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas, begitu pula sebaliknya. d. Autokorelasi

Model dikatakan memiliki autokorelasi jika error dari periode waktu (time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi ini akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien regresi yang diperoleh akan underestimated, sehingga R2akan besar serta uji t dan uji F akan menjadi tidak valid. Autokorelasi yang kuat dapat menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan, untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai dari

Durbin Watson (DW) statistiknya yang dibandingkan dengan nilai dari tabel DW. Berikut merupakan kerangka identifikasi dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi.

Tabel 5 Kerangka identifikasi autokorelasi

Nilai DW Hasil

4-dl<DW<4 Tolak H0, korelasi serial negatif

4-dl<DW<4-dl Hasil tidak dapat ditentukan

2<DW<4-du Terima H0, tidak ada korelasi serial

du<DW<2 Terima H0, tidak ada korelasi serial

dl<DW<du Hasil tidak dapat ditentukan 0<DW<dl Tolak H0, korelasi serial positif

Sumber: Gujarati 2004 3. Kriteria Ekonomi

Kriteria ekonomi digunakan untuk menunjukkan penggunaan tanda dan besaran yang diperoleh dalam model sesuai dengan teori ekonomi. Apabila tanda dan besaran model yang diperoleh relevan dengan teori ekonomi maka model tersebut dapat dikatakan baik secara ekonomi.

Perumusan Model Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar akan menggunakan analisis data panel. Negara yang dimasukkan ke dalam model adalah Amerika Serikat, Belanda, Brazil, Thailand, Jerman, India, Malaysia, Singapura, dan Kanada. Variabel-variabel yang digunakan dalam model yaitu volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar sebagai variabel tak bebasnya, sedangkan variabel bebasnya antara lain yaitu harga ekspor (HE), harga ekspor negara pesaing (HEP), nilai tukar (KURS), Gross Domestic Product (GDP), dan produksi kayu manis (PROD).Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(31)

VEijt = β0+ β1HEjt+ β2HEPjt+ β3KURSjt+ β4GDPjt+ β5GDP_INDit+ β6PRODit

+ eijt

Dimana :

VEijt = Volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan j tahun

ke-t (Kg)

HEjt = Harga ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor j

tahun ke-t (US$/Kg)

HEPjt = Harga ekspor kayu manis negara pesaing (China) ke negara

tujuan ekspor j tahun ke-t (US$/Kg)

KURSjt = Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor j

tahun ke-t (Rp/mata uang masing-masing negara tujuan) GDPjt = GDP riil negara tujuan ekspor j tahun ke-t (US$)

GDP_INDit =GDP riil negara Indonesia tahun ke-t (US$)

PRODit = Jumlah produksi kayu manis Indonesia tahun ke-t (Kg)

eijt = error term perode ke-t

β0 = konstanta (intercept)

βn = parameter yang diduga (n=1,2,...,6)

Variabel-variabel yang terdapat dalam model persamaan di atas memiliki skala yang berbeda. Oleh karena itu, dalam penelitian ini model persamaan diatas ditransformasikan ke dalam bentuk logaritman natural (ln). Penggunaan logaritma natural dapat memudahkan interpretasi model penelitian karena koefisien dari masing-masing variabel dalam model menunjukkan elastisitas masing-masing variabel dalam model penelitian.Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini setelah ditransformasi dalam bentuk ln adalah sebagai berikut: LNVEijt = β0 + β1LNHEjt + β2LNHEPjt + β3LNKURSjt + β4LNGDPjt +

β5LNGDP_INDit+ β6LNPRODit + eijt

Dimana :

LNVEijt = Volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan j tahun

ke-t (%)

LNHEjt = Harga ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor j

tahun ke-t (%)

LNHEPjt = Harga ekspor kayu manis negara pesaing (China) ke negara

tujuan ekspor j tahun ke-t (%)

LNKURSjt = Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor j

tahun ke-t (%)

LNGDPjt = GDP riil negara tujuan ekspor j tahun ke-t (%)

LNGDP_INDit =GDP riil negara Indonesia tahun ke-t (%)

LNPRODit = Jumlah produksi kayu manis Indonesia tahun ke-t (%)

eijt = error term perode ke-t

β0 = konstanta (intercept)


(32)

Definisi Operasional Variabel

1. Volume ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor terbesar yang menjadi variabel dependen dalam model merupakan total volume kayu manis Indonesia ke Amerika Serikat, Belanda, Brazil, Thailand, Jerman, India, Malaysia, Singapura, dan Kanadayang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

2. Harga ekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan ekspor merupakan harga yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilaiekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan secara keseluruhan pada periode ke-t dengan volumeekspor kayu manis Indonesia ke negara tujuan pada periode yang sama. Harga ekspor dinyatakan dalam satuan US$/Kg.

3. Harga ekspor kayu manis negara pesaing Indonesia yaitu China ke negara tujuan ekspor Indonesia merupakan harga yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilaiekspor kayu manis China ke negara tujuan secara keseluruhan pada periode ke-t dengan volumeekspor kayu manis China ke negara tujuan pada periode yang sama. Harga ekspor dinyatakan dalam satuan US$/Kg.

4. Nilai tukar riil merupakan perbandingan dari perubahan nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor kayu manis Indonesia terhadap mata uang Indonesia. 5. GDP rill negara tujuan ekspor merupakan GDP riil negara tujuan ekspor kayu

manis Indonesia berdasarkan harga konstan tahun 2000. GDP riil dinyatakan dalam satuan US$.

6. GDP rill negara Indonesia merupakan GDP riil negara Indonesia berdasarkan harga konstan tahun 2000. GDP riil dinyatakan dalam satuan US$.

7. Produksi merupakan jumlah total produksi kayu manis yang ada di Indonesia pada periode ke-t, yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

GAMBARAN UMUM KAYU MANIS INDONESIA

1. Perkembangan Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Kayu Manis di Indonesia

Kayu manis yang dalam bahasa latin disebut Cinnamomum burmanni

merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil kulit kayu yang dimanfaatkan sebagai rempah (spice). Tanaman kayu manis akan berproduksi baik bila ditanam di daerah dengan ketinggian 500-1.500 meter di atas permukaaan laut (mdpl). Kayu manis tumbuh baik di daerah yang beriklim tropis basah, iklim tropis basah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kayu manis yang merupakan tanaman asli Indonesia tersebar di berbagai wilayah di beberapa propinsi di Indonesia (Kementan 2014).

Berdasarkan data Departemen Pertanian, sentra produksi kayu manis di Indonesia adalah di daerah Sumatera yang meliputi propinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Kelima propinsi tersebut merupakan propinsi penghasil kayu manis dengan jumlah produksi yang cukup besar diantara propinsi-propinsi penghasil kayu manis lainnya di Indonesia. Total


(33)

produksi kayu manis yang dihasilkan oleh kelima propinsi penghasil kayu manis terbesar di Indonesia selama tahun 2000 hingga 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: Departemen Pertanian 2014 (diolah)

Gambar 4Total produksi kayu manis berdasarkan sentra produksi kayu manis di Indonesia (ton) tahun 2000-2011

Seperti yang terlihat pada Gambar 4, sentra produksi kayu manis terbesar di Indonesia adalah propinsi Jambi dengan total produksi selama tahun 2000 hingga 2011 mencapai 389004 ton.Propinsi penghasil kayu manis terbesar kedua setelah Jambi yaitu Sumatera Barat dengan total produksi sebesar 303 538 ton dalam kurun waktu yang sama. Selanjutnya, propinsi lainnya yang juga menjadi sentra produksi kayu manis di Indonesia yaitu Sumatera Utara dengan total produksi sebesar 26 157 ton, Sumatera Selatan dengan total produksi sebesar 11 370 ton, dan Bengkulu dengan total produksi sebesar 11 251 ton dalam kurun waktu yang sama. Jumlah produksi kayu manis dari masing-masing propinsi tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pembentukan total produksi kayu manis Indonesia.

Sumber: Departemen Pertanian 2014 (diolah)

Gambar 5 Kontribusi produksi kayu manis berdasarkan pulau terhadap total produksi kayu manis Indonesia tahun 2001-2011

Jambi Sumatera Barat

Sumatera Utara

Sumatera

Selatan Bengkulu Produksi 389004 303538 26157 11370 11251

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000

T

o

n

Sumatera 98% Jawa

1%

Kalimantan 1%

Sulawesi 0%


(34)

Seperti yang telah dijelaskan pada Gambar 4 bahwa sentra produksi kayu manis di Indonesia sebagian besar terletak di Pulau Sumatera. Hal ini juga terlihat pada Gambar 5, di mana sentra produksi kayu manis di Indonesia masih didominasi oleh Pulau Sumatera dengan kontribusi yaitu sekitar 98% terhadap total produksi kayu manis Indonesia selama tahun 2001 hingga 2011. Meskipun total produksi kayu manis di Indonesia mayoritas berasal dari Pulau Sumatera, namun ternyata Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi juga berkontribusi dalam memproduksi tanaman kayu manis, meskipun nilainya jauh lebih kecil dibandingkan Pulau Sumatera.

Tabel 6 Perkembangan produksi, luas areal, dan produktivitas kayu manis di Indonesia tahun 2001-2011

Tahun Produksi (Ton) Luas Areal (Ha) Produktivitas

(Ton/Ha)

2001 40635 135572 0.30

2002 46 373 138205 0.33

2003 64830 140969 0.46

2004 99465 136577 0.73

2005 100775 125093 0.81

2006 100471 124573 0.81

2007 101880 104651 0.97

2008 102039 101961 1.00

2009 102680 103023 1.00

2010 88104 99321 0.89

2011 90276 102125 0.88

Rata-rata pertumbuhan (%) 9.94 -2.63 13.05

Sumber: Departemen Pertanian 2014

Perkembangan produksi kayu manis di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan luas areal dan produkstivitas kayu manis di Indonesia. Berdasarkan Table 6 dapat diketahuibahwa selama tahun 2001 sampai dengan 2011, produksi dan produktivitas kayu manis mengalami laju pertumbuhan yang meningkat masing-masing sebesar 9.94% dan 13.05% setiap tahunnya. Namun hal berbeda terjadi pada luas areal kayu manis yang cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Selama tahun 2001 hingga 2011 ternyata laju pertumbuhan luas areal kayu manis Indonesia mengalami penurunan sebesar 2.63% setiap tahunnya.Menurut Kepala Bidang Usaha Tani Dinas Perkebunan Sumatera Utara, penurunan luas areal kayu manis tersebut disebabkan karena harga jual kayu manis ditingkat petani yang rendah sehingga membuat petani semakin enggan mengembangkannya. Selain itu, pengembangan komoditas kayu manis di Indonesia memang kurang mendapat perhatian masyarakat meski sebenarnya komoditas tersebut banyak permintaan (Medan Bisnis 2011).

Penurunan luas areal tanam kayu manis juga disebabkan oleh adanya gejala konversi tanaman kayu manis menjadi tanaman perkebunan lain khususnya kakao. Tanaman kakao dinilai lebih memberikan keuntungan kepada petani baik dari segi harga maupun budidaya. Salah satu kecamatan yang melakukan budidaya tanaman kakao sebagai pengganti tanaman kayu manis adalah Kecamatan Gunung


(35)

Raya, Jambi. Kegiatan budidaya kakao tersebut menyebabkan luas areal tanam kayu manis semakin menurun. Konversi tersebut dilakukan karena rendahnya harga kayu manis yang ditawarkan pasar. Hal ini dikarenakan banyaknya petani yang memaksakan tanamannya untuk dipanen muda karena terdesak kebutuhan ekonomi sehingga berpengaruh terhadap kualitas dari tanaman kayu manis tersebut (Ashari 2006).

2. Perkembangan Harga Ekspor Kayu Manis Indonesia

Harga ekspor kayu manis Indonesia merupakan harga yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilaiekspor kayu manis Indonesia secara keseluruhan pada periode tertentu dengan volumeekspor kayu manis Indonesia pada periode yang sama. Perkembangan harga ekspor kayu manis Indonesia ke pasar dunia selama tahun 2001 hingga 2011 cenderung mengalami peningkatan. Perkembangan harga ekspor kayu manis Indonesia tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: UNComtrade 2014 (diolah)

Gambar 6 Perkembangan harga ekspor kayu manis Indonesia

Gambar 6 menunjukkan bahwa perkembangan harga ekspor kayu manis Indonesia selama tahun 2001 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan. Harga ekspor kayu manis Indonesia pada tahun 2001 yaitu sebesar 0.50 US$/Kg dan mengalami peningkatan menjadi 1.33 US$/Kg pada tahun 2011. Harga ekspor kayu manis Indonesia pada tahun 2011 merupakan pencapaian harga ekspor kayu manis Indonesia paling tinggi selama tahun 2001 sampai dengan 2011. Peningkatan harga kayu manis Indonesia setiap tahunnya tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan harga ekspor kayu manis negara pesaing utama Indonesia yaitu China selama kurun waktu yang sama. Perkembangan harga ekspor kayu manis China disajikan pada Gambar 7.

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

US$

/K

ilo

g

ra

m


(36)

Sumber: UNComtrade 2014 (diolah)

Gambar 7 Perkembangan harga ekspor kayu manis China

Meskipun harga ekspor kayu manis China juga mengalami perkembangan yang sama dengan perkembangan harga ekspor kayu manis Indonesia, di mana keduanya sama-sama cenderung mengalami peningkatan selama tahun 2001 hingga 2011. Namun harga ekspor kayu manis China masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga ekspor kayu manis Indonesia. Hal ini dapat diketahui bahwa ketika pada tahun 2001 harga ekspor kayu manis China sudah mencapai 0.78 US$/Kg, sementara harga ekspor kayu manis Indonesia pada tahun yang sama masih sebesar 0.50 US$/Kg. Pada tahun 2011, harga ekspor kayu manis China mengalami peningkatan menjadi 1.79 US$/Kg, sementara harga ekspor kayu manis Indonesia mengalami peningkatan menjadi 1.33 US$/kg. Dengan demikian, terlihat bahwa harga ekspor kayu manis Indonesia masih lebih rendah dibandingkan harga ekspor kayu manis China. Kondisi demikian mendorong negara-negara pengimpor kayu manis untuk memilih lebih banyak mengimpor kayu manis yang berasal dari Indonesia. Hal ini dikarenakan harga ekspor kayu manis Indonesia dinilai oleh negara pengimpor lebih murah jika dibandingkan dengan harga ekspor kayu manis China. Oleh karena itu, hingga saat ini Indonesia masih menjadi negara produsen dan eksportir terbesar kayu manis di dunia.

3. Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Kayu Manis Indonesia

Menurut Kementerian Perdagangan (2012) kayu manis termasuk ke dalam salah satu dari 23 produk ekspor yang ditetapkan pengawasan mutunya. Kajian terhadap kebijakan pemerintah terkait penetapan pengawasan mutu tersebut terdapat dalam SK Menperindag nomor 164/MPP/Kep/6/1996 tentang produk ekspor yang ditetapkan pengawasan mutunya.Adanya kebijakan tersebut tidak terlepas dari banyaknya temuan di lapang bahwa mutu komoditas yang rendah, seperti tidak adanya kewajiban penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi komoditas ekspor dari hasil perkebunan. Hal ini mengakibatkan mutu barang yang ditentukan melalui kesepakatan negara pembeli dengan produsen tidak sesuai.Tujuan dari Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

US$

/K

ilo

g

ra

m


(37)

Indonesia Nomor 164/MPP/Kep/6/1996 tentang Pengawasan Mutu secara Wajib untuk Produk Ekspor tertentu antara lain yaitu:

1. Mencegah ekspor produk-produk Indonesia yang dibawah mutu standar. 2. Mempertahankan mutu produk ekspor.

Sedangkan kegiatan yang dilakukan antara lain: 1. Sertifikat Kesesuaian Mutu (SM)

2. Pemeriksaan sebelum pengapalan (pre-shipment inspection) 3. Pengambilan contoh oleh PPC (Petugas Pengambil Contoh) 4. Pengujian oleh Laboratorium Penguji

5. Memenuhi uji, bila tidak memenuhi; diterbitan LHA (Laporan Hasil Analisa)dan produk tidak boleh diekspor.

6. Eksportir melampirkan SM pada PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang). 7. Sertifikat Produk Penggunaan anda SNI.

8. Eksportir mencantumkan cap “BEBAS SM” dan nomor Sertifikat pada PEB. Pengawasan terhadap mutu kayu manis merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan harga kayu manis. Dalam laporan penelitian Wangsa dan Nuryati (2010), dijelaskan bahwa harga kayu manis ditentukan oleh tingkatan (grade) kualitas kayu manis, misalnya:

1. Tingkat pertama adalah AA atau KA

Tingkat ini dihasilkan dari kulit kayu dari batang kayu manisyang telah diproses sehingga kulit kayunya kering dan bagian epidermisnya dihilangkandan berwarna coklat muda. Tipe ini biasanya dipanen setelah usia 15-20 tahun, sehinggamenghasilkan kualitas yang sangat bagus,dan 8-10 tahun untuk menghasilkan kualitasyang bagus. Di pasaran, kayu manis kualitas ini dijual dengan harga tertinggi.

2. Tingkat kedua adalah KB

Jenis ini hampir sama dengan AA, perbedaannya terletak padaepidemisnya yang tidak dihilangkan. Warnanya coklat kehitam-hitaman. Kualitas ini dapatdihasilkan setelah pohon berusia diatas 7 tahun Jenis ini biasanya dijual dengan harga lebih murah ketimbang jenis AA.

3. Tingkat ketiga adalah KC

Kayu manis yang termasuk tipe KC ini merupakan pecahan kulit manis. Jenis ini dihasilkan dari kayumanis tipe KB. Di pasaran, jenis ini diperjual belikan ditingkat penjualan yang terendahdibandingkan dua jenis yang disebutkan sebelumnya.

Sementara menurut sumber FAO dalam Wangsa dan Nuryati (2010), kualitas kayu manis dalam perdagangan internasional diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan (grade), yaitu:

1. Grade A : kualitas terbaik, kulit kayu manis harus sepanjang satu meter dan diambil dari batang utama.

2. Grade B : kualitas menengah, diambil dari percabangan.

3. Grade C : kualitas terendah, diambil dari pecahan kulit kayu manis.


(1)

Dengan LN

Negara Tahun LNVE LNHE LNHEP LNKURS LNGDP LNGDP_IND LNPROD

Amerika Serikat

2001 16.4801341 -0.6257816 -0.1147969 -9.4741274 30.0879092 26.1836414 17.5201403 2002 16.4681453 -0.5883911 -0.1575325 -9.2804932 30.1055152 26.2276533 17.6304278 2003 16.4787336 -0.5581687 0.09019653 -9.157044 30.1330421 26.2743496 17.987279 2004 16.5564115 -0.5352495 -0.3136186 -9.1642082 30.170319 26.3234337 18.4153164 2005 16.5449357 -0.5852781 -0.2725047 -9.18037 30.2032821 26.3787981 18.4284009 2006 16.7730728 -0.3750519 -0.1872528 -9.0310919 30.2295984 26.4323479 18.4253797 2007 16.723099 -0.1934294 0.03695408 -8.9951119 30.2473392 26.4938665 18.4393062 2008 16.8471865 -0.1284191 0.09308144 -8.9987563 30.2444311 26.5522646 18.4408657 2009 16.6014129 -0.1164833 0.22007198 -9.0169972 30.2160068 26.597514 18.4471279 2010 16.8474598 0.10353575 0.5312717 -8.8495987 30.2407706 26.6578925 18.2940285 2011 16.868029 0.32477805 0.66280394 -8.7926535 30.2590737 26.7207772 18.3183822

Belanda

2001 15.3669901 -0.7421933 0 -9.378839 27.135851 26.1836414 17.5201403 2002 15.0746954 -0.7711602 -0.3566749 -9.2522388 27.1366146 26.2276533 17.6304278 2003 14.8934363 -0.6065675 0.0787699 -9.3089192 27.1399644 26.2743496 17.987279 2004 15.2100937 -0.5410823 -0.2718087 -9.3974297 27.1620833 26.3234337 18.4153164 2005 15.6198866 -0.6573016 0.26122525 -9.3983762 27.1823415 26.3787981 18.4284009 2006 15.0748061 -0.6411904 0.23790212 -9.2376742 27.2157201 26.4323479 18.4253797 2007 14.6816097 -0.3520122 -0.0059063 -9.2766928 27.2541776 26.4938665 18.4393062 2008 14.718911 -0.2625828 1.00205909 -9.3351258 27.2720571 26.5522646 18.4408657 2009 14.6378387 -0.2604218 0.89845967 -9.3157425 27.234692 26.597514 18.4471279 2010 14.6479387 0.3576731 0.79422727 -9.0970084 27.2498529 26.6578925 18.2940285 2011 15.1708502 0.27483827 1.06923358 -9.0806742 27.2592549 26.7207772 18.3183822 Brazil 2001 13.9742666 -0.8753602 -0.0800427 -8.3691091 27.381411 26.1836414 17.5201403


(2)

47

2002 15.450602 -0.8754606 -0.3732291 -8.0234121 27.4076242 26.2276533 17.6304278 2003 14.0594335 -0.750725 0.31093462 -7.9623943 27.4190264 26.2743496 17.987279 2004 15.8601713 -0.7894571 0.98256525 -8.0578191 27.4745928 26.3234337 18.4153164 2005 14.3354246 -0.7364085 0.50679778 -8.2906733 27.5056684 26.3787981 18.4284009 2006 14.1466156 -0.7308172 -0.3893457 -8.2631466 27.5444603 26.4323479 18.4253797 2007 14.3519852 -0.6491855 0 -8.3456233 27.6036294 26.4938665 18.4393062 2008 14.2236242 -0.3327167 0 -8.4266275 27.6540306 26.5522646 18.4408657 2009 14.5636084 -0.5884813 -0.0702692 -8.4096497 27.6507427 26.597514 18.4471279 2010 14.1736108 -0.2058273 0 -8.4031252 27.723376 26.6578925 18.2940285 2011 14.5667974 0.0635079 0.45742485 -8.4297121 27.7503345 26.7207772 18.3183822

Thailand

2001 13.6060517 -0.8267563 0.28539374 -5.6816848 25.6684435 26.1836414 17.5201403 2002 13.8200263 -0.6647815 0.06229898 -5.5129504 25.7202537 26.2276533 17.6304278 2003 13.6159151 -0.6976797 0.25965724 -5.4198856 25.7892196 26.2743496 17.987279 2004 14.1693258 -0.6287891 0.07567271 -5.4587455 25.8507293 26.3234337 18.4153164 2005 14.085698 -0.6025015 -0.0150597 -5.4860028 25.8957475 26.3787981 18.4284009 2006 14.1844624 -0.5067897 -0.0743741 -5.4101973 25.9454221 26.4323479 18.4253797 2007 14.4246493 -0.3289746 0.20038714 -5.4612469 25.9946342 26.4938665 18.4393062 2008 14.3324073 -0.0470894 -0.0107284 -5.5159908 26.0191736 26.5522646 18.4408657 2009 14.1346797 -0.1252525 1.57760319 -5.500526 25.9955994 26.597514 18.4471279 2010 14.2478247 0.24749098 0.80143674 -5.4279244 26.0708044 26.6578925 18.2940285 2011 13.999232 0.45199738 2.22782777 -5.4156903 26.071575 26.7207772 18.3183822

Jerman

2001 13.6454669 0.76300421 -0.4810727 -9.4047243 28.6338075 26.1836414 17.5201403 2002 13.7767084 0.60979431 -0.4255387 -9.2598938 28.6339089 26.2276533 17.6304278 2003 13.8354289 0.502427 -0.0545107 -9.3059581 28.6301474 26.2743496 17.987279 2004 14.1450654 0.4506236 0.49070808 -9.3986812 28.6416919 26.3234337 18.4153164 2005 14.2050786 0.5070068 0.45606473 -9.3983762 28.6485151 26.3787981 18.4284009


(3)

2006 14.0540226 0.28877219 1.19990761 -9.2417165 28.684847 26.4323479 18.4253797 2007 14.1209181 0.17596738 1.04997514 -9.2874454 28.7170145 26.4938665 18.4393062 2008 14.1693055 0.09266062 1.3366374 -9.3472614 28.7277883 26.5522646 18.4408657 2009 14.1429853 0.06115216 1.39314748 -9.3191717 28.6749623 26.597514 18.4471279 2010 14.4776365 -0.215732 1.39049905 -9.0987404 28.7143028 26.6578925 18.2940285 2011 14.0427282 -0.5813293 1.58425958 -9.0796762 28.7470927 26.7207772 18.3183822

India

2001 12.8516879 0.64377192 -0.264337 -5.5590853 27.1717208 26.1836414 17.5201403 2002 11.8767557 -0.4616085 -0.3583414 -5.3629711 27.2090549 26.2276533 17.6304278 2003 13.090656 0.61755687 -0.3157548 -5.2970198 27.2847224 26.2743496 17.987279 2004 13.7291124 0.80173042 -0.2987049 -5.3423148 27.3609696 26.3234337 18.4153164 2005 13.5657073 0.51924917 -0.3764234 -5.3939099 27.449757 26.3787981 18.4284009 2006 13.9561938 0.29279884 -0.149007 -5.245521 27.5383535 26.4323479 18.4253797 2007 16.139382 0.41852675 0.00428258 -5.3345923 27.6318562 26.4938665 18.4393062 2008 13.9198372 0.1794447 0.03348812 -5.3299331 27.6700279 26.5522646 18.4408657 2009 13.3404494 0.1393358 -0.0808593 -5.3482619 27.7514215 26.597514 18.4471279 2010 13.4567105 -0.1233195 0.23567343 -5.3348028 27.8516866 26.6578925 18.2940285 2011 13.7642152 -0.2900304 0.62307701 -5.3112004 27.9130688 26.7207772 18.3183822

Malaysia

2001 13.4621245 0.65017971 -0.104534 -8.1650472 25.4634722 26.1836414 17.5201403 2002 13.4656225 0.60610814 -0.6953947 -7.9735953 25.5159792 26.2276533 17.6304278 2003 13.7638751 0.62921761 -0.8300267 -7.8375777 25.5722508 26.2743496 17.987279 2004 13.9721707 0.10610958 -0.3032866 -7.8333929 25.6378835 26.3234337 18.4153164 2005 13.8894959 0.61032535 0.09424846 -7.8487717 25.6898319 26.3787981 18.4284009 2006 13.9058703 0.5306151 0.0089349 -7.7351023 25.7441783 26.4323479 18.4253797 2007 14.1093168 0.36105246 0.24500934 -7.7559965 25.8052586 26.4938665 18.4393062 2008 14.2456819 0.11464484 0.2475979 -7.8049908 25.8524485 26.5522646 18.4408657 2009 14.1866844 0.23741158 0.19349784 -7.7775927 25.8371959 26.597514 18.4471279


(4)

49

2010 14.1424532 0.13708626 0.43072569 -7.7009017 25.9088187 26.6578925 18.2940285 2011 14.1676853 -0.0190508 0.79331324 -7.6956797 25.9588246 26.7207772 18.3183822

Singapura

2001 14.3948354 -0.8928117 -0.498457 -8.9670442 25.2948669 26.1836414 17.5201403 2002 14.4124348 -0.8139838 -0.5647406 -8.7543815 25.3360277 26.2276533 17.6304278 2003 14.1370454 -0.678364 -0.7935383 -8.6409591 25.3808122 26.2743496 17.987279 2004 13.5840664 -0.4454183 -0.3201868 -8.6684659 25.4684485 26.3234337 18.4153164 2005 14.0664942 -0.5151835 -0.3001111 -8.6709051 25.5395628 26.3787981 18.4284009 2006 14.452766 -0.5009525 -0.1725119 -8.5464381 25.6222749 26.4323479 18.4253797 2007 14.0745223 -0.4986074 -0.031117 -8.5559391 25.708632 26.4938665 18.4393062 2008 13.407249 -0.2204472 0.05869292 -8.6482171 25.7259575 26.5522646 18.4408657 2009 13.488687 -0.4279565 -0.1087828 -8.6483995 25.7180584 26.597514 18.4471279 2010 13.7299407 -0.0150464 0.11952532 -8.556956 25.8559123 26.6578925 18.2940285 2011 13.0519109 0.36482068 0.44587239 -8.6008407 25.9062286 26.7207772 18.3183822

Kanada

2001 13.5604054 -0.8723326 -0.3550515 -9.0447994 27.6486321 26.1836414 17.5201403 2002 13.8328081 -0.6667724 -0.4175965 -8.8445749 27.6774579 26.2276533 17.6304278 2003 13.5730427 -0.7673043 -0.3343809 -8.8393104 27.6960939 26.2743496 17.987279 2004 13.9194326 -0.7524879 -0.2321482 -8.9125299 27.7268168 26.3234337 18.4153164 2005 13.9835261 -0.6239238 -0.4097095 -8.9882958 27.7565606 26.3787981 18.4284009 2006 13.6481292 -0.5643092 -0.3809317 -8.8930958 27.7843998 26.4323479 18.4253797 2007 13.8331707 -0.4226509 0.04297456 -8.9047317 27.8061615 26.4938665 18.4393062 2008 13.7137037 -0.1391876 0.46847808 -8.9007248 27.8130252 26.5522646 18.4408657 2009 13.3810856 -0.0054391 0.14200597 -8.8566624 27.7849367 26.597514 18.4471279 2010 13.3603829 0.25575431 0.05216497 -8.7946388 27.8165802 26.6578925 18.2940285 2011 13.2013538 0.64608843 0.58532495 -8.7755575 27.8415484 26.7207772 18.3183822


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Laili Mufidah, lahir di Pekalongan pada tanggal 24Maret 1992.

Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak

Khairudin dan Ibu Juanah. Pada tahun 2004, penulis mengikuti pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri 1Wiradesa. Pada tahun 2007, penulis

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1Wiradesa dan lulus

tahun 2010. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan

diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Departemen

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Selain aktif menjadi mahasiswa, penulis juga pernah menjadi anggota

pengurus pada Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan (HIPOTESA) sebagai sekretaris Divisi DISTRO periode

2011/2012. Penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan setingkat

departemen dan fakultas di IPB. Di luar bidang akademik, penulis juga pernah

mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) dan lolos

didanai pada tahun 2013 dan 2014.

5

50