Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929)di Taman Safari Indonesia Cisarua

PENGELOLAAN PENANGKARAN HARIMAU SUMATERA
(Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) DI TAMAN SAFARI
INDONESIA CISARUA

FELISIA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan
Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) di
Taman Safari Indonesia Cisarua adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Felisia
NIM E34100127

ABSTRAK
FELISIA. Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae
Pocock, 1929) di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor. Dibimbing oleh
ABDUL HARIS MUSTARI dan LIGAYA ITA TUMBELAKA.
Taman Safari Indonesia (TSI) merupakan salah satu lembaga konservasi
dengan pengelolaan berbasis etika dan kesejahteraan satwa yang sukses
menangkarkan Harimau sumatera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari
aspek teknis pengelolaan, perawatan, kesehatan, dan reproduksi Harimau
sumatera di penangkaran. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan
sekaligus evaluasi bagi perbaikan dan peningkatan pengelolaan penangkaran
Harimau sumatera di TSI maupun lembaga konservasi lainnya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, observasi lapang, dan
wawancara. Hasil yang diperoleh menunjukkan pengelolaan Harimau sumatera

mencakup empat kegiatan yaitu pengelolaan pakan, perkandangan, kesehatan, dan
reproduksi. Pengelolaan Harimau sumatera di TSI sudah baik dan sesuai dengan
prinsip kesejahteraan hewan diindikasikan dari seluruh individu sehat dan tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit dan stress bahkan dapat bereproduksi.
Kata kunci : harimau sumatera, pengelolaan, Taman Safari Indonesia

ABSTRACT
FELISIA. Management of Sumatran Tiger (Panthera tigris sumatrae Pocock,
1929) Captivity in Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor. Supervised by
ABDUL HARIS MUSTARI and LIGAYA ITA TUMBELAKA.
Taman Safari Indonesia Bogor Cisarua is one of conservation
organizations that carried out animal management based on the principles of
ethics and animal welfare which succeed with their Sumatran tiger captivity. The
purpose of this research was to study technical aspects of management, care,
health, and reproduction of Sumatran tiger in captivity. The results will be
expected to provide references and evaluation for management improvement of
Sumatran tiger captivity in TSI and other conservation organizations. The
methods used in this research were the study of literature, observation, and
interviews. The results showed that Sumatran tiger management consist of four
main activities which are feeding, housing, health, and reproduction. Management

of the Sumatran tiger in TSI is already well indicated from all of the individu are
healthy without any signs of stress and illness. Moreover, they can reproduce.
Keywords : management, sumatran tiger, Taman Safari Indonesia

PENGELOLAAN PENANGKARAN HARIMAU SUMATERA
(Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) DI TAMAN SAFARI
INDONESIA CISARUA

FELISIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi :
Nama
NIM

:
:

Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris
sumatrae Pocock, 1929)di Taman Safari Indonesia Cisarua
Felisia
E34100127

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Haris Mustari, MScF
Pembimbing I

Dr Drh Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esaatas
karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul
“Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock,
1929) di Taman Safari Indonesia Cisarua” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini juga disusun untuk mengembangkan wawasan
penulis mengenai pengelolaan Harimau sumatera di penangkaran.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris
Mustari, MScF dan Ibu Dr Drh Ligaya ITA Tumbelaka, SpMp, MSc sebagai

dosen pembimbing yang telah memberikan saran, masukan, dan bimbingan
selama proses penyusunan skripsi dari awal sampai akhir penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kelancaran
penelitian di Taman Safari Indonesia yaitu Ibu Nani, Pak Keni, dan keeper-keeper
yang sangat membantu penulis. Penulis mengucapkan terima kasih pula kepada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
dan alamamater tercinta Institut Pertanian Bogor serta kepada seluruh dosen dan
staff tata usaha yang telah membantu penulis. Penulis juga tidak lupa
menyampaikan hormat dan terima kasih kepada keluarga tercinta yang selalu
mendoakan, memberi semangat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhingga
juga kepada sahabat serta teman-teman Kantong Semar 47 yang telah memberikan
semangat dan dukungan dari awal sampai akhir. Terima kasih pula kepada pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Felisia

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan

2

Manfaat

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Subjek

2


Jenis Data

2

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Demografi

4


Pakan

4

Perkandangan

9

Kesehatan

14

Reproduksi

18

Ketenagakerjaan

19


SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

20

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

23

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Gambaran kondisi pengelolaan pakan Harimau sumatera di TSI
Gambaran kondisi pengelolaan perkandangan Harimau sumatera di TSI
Gambaran kondisi pengelolaan kesehatan Harimau sumatera di TSI
Jenis, gejala, dan pengobatan penyakit Harimau sumatera di TSI

5
10
15
17

DAFTAR GAMBAR
1 Pakan Harimau sumatera, daging kambing, daging kuda, daging ayam
dan kangguru
2 Pakan yang dikemas menggunakan karton
3 Ruang pencairan daging (meat thawing room)
4 Wadah air minum Harimau sumatera
5 Kandang tidur Harimau sumatera
6 Kandang jepit (squeeze cage)
7 Kandang exercise alas marmer dan kandang exercise alas rumput
lapang
8 Harimau sumatera berendam di kolam saat cuaca panas
9 Borang laporan kesehatan Harimau sumatera per minggu
10 Keeper mengambil sample feses Harimau sumatera

6
7
8
9
11
12
12
13
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel rekapitulasi suhu dan kelembaban kandang Harimau sumatera di
Taman Safari Indonesia
2 Denah unit kandang bawah penangkaran Harimau sumatera Taman
Safari Indonesia
3 Denah unit andang atas penangkaan Harimau sumatera Taman Safari
Indonesia

24
25
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) merupakan
mamalia karnivora terbesar yang masih hidup di Indonesia hingga saat ini.
Harimau sumatera merupakan top predator dalam rantai makanan di ekosistem
hutan Sumatera. Setelah kepunahan harimau bali (Panthera tigris balica) dan
harimau jawa (Panthera tigris sondaica), Harimau sumatera merupakan sub
spesies harimau terakhir yang tersisa di Indonesia. Apabila Harimau sumatera
punah, Indonesia akan mengalami kerugian baik secara ekologis maupun citra
bangsa Indonesia yang dianggap tidak dapat menjaga warisan dunia sehingga
memalukan dari segi politis.
Saat ini jumlah populasi Harimau sumatera yang tersisa di alam
diperkirakan sekitar 300 ekor. Kondisi populasi tersebut diperkirakan semakin
menurun.Penyebab utama semakin menurunnya populasi Harimau sumatera
adalah konversi hutan, degradasi habitat, konflik harimau dengan manusia, serta
perburuan harimau dan mangsa (Departemen Kehutanan Republik Indonesia
2007). Harimau sumatera merupakan jenis yang dilindungi baik pada tingkat
nasional maupun internasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
1999, Harimau sumatera masuk ke dalam kategori satwa dilindungi. Selain itu,
Harimau sumatera termasuk dalam kategori Apendix 1 dalam CITES (Convention
on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) yang
berarti jenis yang termasuk ke dalam kategori ini dilarang untuk diperdagangkan
dalam bentuk apapun (Soehartono & Mardiastuti 2003)
Berdasarkan status dan kondisi populasi Harimau sumatera yang terancam
keberadaannya, maka upaya-upaya pelestarian dan penyelamatan perlu dilakukan,
Upaya pelestarian dapat dilakukan di dalam habitatnya maupun di luar habitatnya
namun strategi terbaik bagi pelestarian jangka panjang dan untuk melindungi
individu yang tersisa adalah dengan menempatkannya dalam suatu lingkungan
yang dapat dipantau secara berkelanjutan atau ex-situ (Indrawan et al. 2007)
seperti upaya penangkaran yang dilakukan pihak lembaga konservasi ex-situ
Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Bogor. TSI telah memulai program
penangkaran harimau sejak tahun 1992 dengan 10 ekor harimau, 4 di antaranya (3
ekor jantan dan 1 ekor betina) merupakan tangkapan dari alam atau wild caught.
Penangkaran Harimau sumatera di TSI merupakan penangkaran ex-situ pertama di
Indonesia.
Keberhasilan penangkaran Harimau sumatera dapat dicapai dengan
pengelolaan yang baik. Secara umum tingkat keberhasilan penangkaran
dipengaruhi oleh teknik pengelolaan meliputi perawatan dan kesehatan Harimau
sumatera. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan Harimau sumatera ex-situ
yang sehat dengan memperhatikan konsep etika dan kesejahteraan Harimau
sumatera sebelum dilakukan tindakan dalam upaya pelestarian Harimau sumatera.
Hal tersebut menjadi suatu alasan perlunya dilakukan penelitian ini untuk
mengidentifikasi dan mengkaji aspek teknis pengelolaan perawatan dan kesehatan
Harimau sumatera di penangkaran Harimau sumatera berbasis Kesejahteraan
hewan (animal welfare) sesuai dengan PP No. 95 tahun 2012 tentang Kesehatan

2
Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. Prinsip kesejahteraan hewan
diterapkan pada setiap jenis hewan yang kelangsungan hidupnya tergantung pada
manusia meliputi bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa sakit, cidera, dan
penyakit, bebas dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan, bebas
dari rasa takut dan tertekan, serta bebas untuk mengekspresikan perilaku alaminya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aspek teknis pengelolaan,
perawatan, kesehatan, dan reproduksi di penangkaran Harimau sumatera berbasis
animal welfare.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian merupakan acuan sekaligus evaluasi bagi perbaikan dan
peningkatan pengelolaan penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris
sumatrae Pocock, 1929) di TSI. Sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya
terkait kriteria kesejahteraan satwa yang telah diterapkan di penangkaran TSI,
serta dapat memberikan masukan bagi lembaga konservasi yang telah atau akan
melakukan program penangkaran Harimau sumatera.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian berlangsung pada bulan Juni 2014 selama
dua minggu.
Alat dan Subjek
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi tally sheet
pengamatan pakan Harimau sumatera, kamera, alat tulis, termometer dry wet, pita
meter, recorder, danpanduan wawancara. Subjek yang diwawancarai adalah
pengelola dan teknisi (keeper) Harimau sumatera.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan data
secara langsung di lapangan dengan menggunakan instrumen berupa pengamatan
pengelolaan pakan, pengelolaan kandang, pengelolaan kesehatan, dan pengelolaan
reproduksi Harimau sumatera. Wawancara ditujukan kepada pengelola dan
kepada teknisi (keeper) Harimau sumatera. Parameter dalam penelitian ini berupa
kegiatan pengelolaan pakan Harimau sumatera, pengelolaan kandang, pengelolaan
kesehatan, pengelolaan reproduksi dan pengetahuan teknisi dalam perawatan

3
Harimau sumatera. Variabel yang diamati berupa pakan Harimau sumatera, cara
penyediaan pakan, cara pemberian pakan, perawatan kandang, perawatan
kesehatan, dan upaya penanggulangan terhadap penyakit Harimau sumatera.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang
berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, jurnal ilmiah, skripsi,
tesis dan berbagai karya ilmiah lainnya. Data sekunder yang diambil meliputi data
jumlah dan usia individu, jumlah tenaga kerja, dan perkembangan mengenai
keberadaan populasi Harimau sumatera di penangkaran.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah,
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek kegiatan di
penangkaran secara umum agar penajaman dan keabsahan analisis semakin kuat.
Observasi Lapangan
Pengamatan langsung mengenai pengelolaan Harimau sumatera dilakukan
terhadap aspek-aspek pemeliharaan Harimau sumatera di dalam kandang, teknis
pengelolaan Harimau sumatera, pengelolaan kandang, pengelolaan kesehatan serta
pengelolaan reproduksi Harimau sumatera. Data mengenai perkandangan
diperoleh dengan pengukuran di lapang, meliputi pengukuran ukuran kandang,
suhu, dan kelembapan. Pengukuran kandang dilakukan dengan mengukur tinggi,
panjang, dan lebar kandang menggunakan pita meter. Pengukuran suhu dan
kelembaban kandang dilakukan dengan menggunakan termometer dry-wet.
Pengukuran dilakukan setiap pagi hari (pukul 08.00), siang hari (pukul 13.00),
dan sore hari (pukul 17.00) dengan cara menggantungkan termometer di dalam
kandang. Perolehan data juga dilakukan dengan penelusuran dokumen-dokumen
mengenai pengelolaan Harimau sumatera di TSI.
Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pengelola dan teknisi (keeper) Harimau
sumatera. Data yang digali dari wawancara ini mencakup pengelolaan pakan,
pengelolaan kesehatan, dan pengelolaan reproduksi. Wawancara dilakukan secara
bebas, mendalam, santai, terbuka, dan tidak baku. Data deskriptif yang diperoleh
berupa kutipan langsung dalam kalimat atau dalam bentuk tulisan yang
memungkinkan untuk digunakan.
Analisis Data
Analisis data deskriptif digunakan untuk aspek teknis pengelolaan
Harimau sumatera. Analisis deskriptif merupakan penguraian dan penjelasan
secara umum mengenai parameter-parameter pengelolaan meliputi data dan
perkembangan populasi Harimau sumatera, aspek perkandangan, aspek pakan,
aspek kesehatan, aspek reproduksi, serta ketenagakerjaan. Hal yang digunakan

4
untuk memudahkan pembacaan dan penafsiran data disajikan ke dalam bentuk
gambar dan tabel.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui suhu dan kelembaban
relatif serta nisbah kelamin Harimau sumatera di TSI. Suhu rata-rata harian dan
selang kelembaban relatif kandang didapatkan melalui perhitungan dalam
Handoko (1993) yaitu,
(2 x suhu pagi) + suhu siang + suhu sore
4
Sementara selang kelembaban relatif kandang Harimau sumatera didapatkan
melalui,
(2 x kelembaban pagi) + kelembaban siang + kelembaban sore
4
Nisbah kelamin berguna untuk mengetahui perbandingan jumlah jantan
dan betina dalam suatu kelas umur dan suatu populasi dalam suatu lokasi
penangkaran.Hasil perhitungan dapat digunakan untuk menganalisis apakah
sesuai untuk mendukung keletarian populasi. Perhitungan yang digunakan :
Sex ratio =





Keterangan : Y = jumlah individu jantan
X = jumlah individu betina

HASIL DAN PEMBAHASAN
Demografi
Harimau sumatera di TSI terbagi pada 4 lokasi yaitu kandang perluasan,
kandang batak, kandang show area rekreasi, dan penangkaran. Total jumlah
Harimau sumatera di TSI adalah 31 ekor dengan rincian pada kandang perluasan
berjumlah 2 ekor, pada kandang batak berjumlah 7 ekor, pada kandang show
berjumlah 4 ekor dan pada penangkaran berjumlah 18 ekor. Harimau sumatera di
kandang perluasan, kandang batak dan kandang show ditujukan sebagai satwa
peraga sementara harimau di penangkaran ditujukan khusus untuk program
pengembangbiakkan. Seluruh individu Harimau sumatera di penangkaran
merupakan individu dewasa dengan nisbah kelamin pada Juni 2014 adalah 1
jantan : 5 betina. Di alam, Harimau sumatera jantan memiliki teritori yang paling
kuat di dalam areal habitat utama yang mencakup beberapa teritori harimau betina
dengan rasio 1 jantan: 3 betina (Sherpa & Maskey 1998).
Pakan
Pakan merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi makhluk hidup
untuk menjaga kelangsungan hidupnya sehingga sangat penting dalam
penangkaran. Setiap makhluk hidup memerlukan pakan dan air sebagai sumber
energi untuk melakukan aktivitasnya (Department of Conservation 1999). Pakan
berkualitas baik dengan jumlah yang optimal akan berpengaruh baik pula terhadap

5
kesehatan satwa. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pakan
sutu penangkaran adalah jenis pakan, jumlah pakan yang diberikan, penyimpanan
pakan, serta pemberian pakan (Tabel 1).
Tabel 1 Gambaran kondisi pengelolaan pakan Harimau sumatera di Taman Safari
Indonesia
Aspek Pakan
Deskripsi
Dagung kangguru, ayam, kambing, dan
Jenis pakan
kuda
Freezer untuk penyimpanan daging dan
Bentuk Tempat Penyimpanan Pakan
Thawing untuk mencairkan daging
Tidak ada wadah makan khusus, pakan
dimasukkan melalui celah yang dapat
Bentuk Tempat Pakan
dibuka tutup dan terletak di bagian
depan kandang.
Pengontrolan pakan dilakukan pada
Kontrol Terhadap Pakan yang
pagi hari pukul 08.00 WIB, pakan yang
Diberikan
tersisa dibuang
Pakan daging yang diberikan dalam
Kondisi Pakan
kondisi baik dan segar
Air minum selalu tersedia di dalam
Waktu Pemberian air minum
kandang
Wadah air minum tersedia pada setiap
kandang berupa bak yang dikeramik
Tempat Air Minum
dengan ukuran (50x70x20) cm. Pada
kandang exercise, air selalu tersedia di
kolam
Observasi kondisi tubuh dan
Kontrol Bobot Tubuh
penimbangan bobot.
Jenis dan Jumlah Pakan
Pakan yang diberikan kepada Harimau sumatera di penangkaran TSI
adalah daging kangguru, daging kuda, daging kambing, dan daging ayam yang
diberikan secara mentah (Gambar 1). Di habitat alaminya, pakan Harimau
sumatera adalah rusa (Cervus unicolor) dan babi hutan (Sus scrofa) dan dalam
beberapa keadaan tertentu, Harimau sumatera juga memangsa berbagai jenis
mangsa alternatif seperti kijang (Muntiacus muntjak), beruk (Macaca nemestrina),
dan beruang madu (Helarctos malayanus) (Departemen Kehutanan Republik
Indonesia 2007). Faktor-faktor yang menyebabkan pakan alami Harimau sumatera
tidak dapat diberikan di penangkaran adalah palatabilitas pakan harimau yaitu
keinginan dan kesukaan harimau terhadap jenis pakan tertentu (Ridwan et al.
2000) serta kebutuhan harimau akan pakan dengan kadar protein yang tinggi dan
kadar lemak yang rendah, selain itu sebagian besar pakan alami Harimau sumatera
merupakan satwa yang dilindungi seperti Rusa sambar, Kijang, dan Beruang
madu yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun 1999. Faktor lainnya adalah
pasokan dari alam tidak menentu sehingga tidak dapat menjamin stabilitas
pasokan.Pakan yang diberikan meliputi 4 jenis daging karena harimau merupakan
kelompok karnivora spesialis yang cenderung memangsa beberapa jenis satwa,

6
rata-rata kurang dari empat jenis (Jackson 1990 dalam Sriyanto 2003). Kelompok
karnivora termasuk harimau tidak dapat mengganti pakannya menjadi tumbuhan
karena sifat alami pencernaannya khusus sebagai pemakan daging.
Harimau sumatera membutuhkan pakan dengan kandungan protein tinggi
dengan kandungan lemak yang rendah. Pakan yang mengandung banyak lemak
akan menghasilkan banyak kalori sedangkan aktivitas Harimau sumatera di
penangkaran tidak membutuhkan banyak kalori sehingga pemberian yang
berlebihan dapat menimbulkan kegemukan yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Protein dibutuhkan harimau sebagai bahan baku pembuatan enzim, hormon, dan
zat kekebalan (Sunarso et al. 2013 dalam Azza 2013). Daging kangguru
merupakan pakan yang mengandung protein paling tinggi dan lemak paling
rendah sehingga menjadi pakan yang paling baik diberikan untuk Harimau
sumatera di penangkaran. Pada 100.0 gram daging kangguru terkandung 24.0
gram protein dengan kandungan lemak 1.0 - 2.0 gram (Hearn 2002). Daging ayam
juga merupakan pakan yang cukup baik bagi Harimau sumatera karena
mengandung 23.0 gram protein dengan kandungan lemak 2.0 gram per 100.0
gram (Hearn 2002). Daging kambing walaupun mengandung lemak yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daging kangguru dan ayam yaitu 4.0 gram tetapi
mengandung protein yang cukup tinggi yaitu 21.5 gram per 100.0 gramnya
(Williams PG 2007) sehingga masih cukup baik untuk diberikan sebagai pakan
Harimau sumatera. Daging kuda merupakan pakan dengan kandungan protein
terendah yaitu 19.7 gram dan kandungan lemak paling tinggi yaitu 4.8 gram per
100.0 gram (Hikmah 2003) sehingga pemberian yang berlebihan dikhawatirkan
dapat menyebabkan kegemukan pada Harimau sumatera.

(a)

(b)

(c)
(c)
Gambar 1 Pakan Harimau sumatera, daging kambing (a), daging kuda (b),
daging ayam dan kangguru (c)

7
Jumlah pakan yang diberikan kepada Harimau sumatera di TSI tergantung
pada umur, bobot badan, kondisi individu, serta berdasarkan kebutuhan energi per
individu (allometric scalling). Kebutuhan energi minimal Harimau sumatera
dewasa adalah sekitar 1.5 hingga 2.0 kali Minimal Energy Consumption (MEC).
MEC merupakan energi minimal yang diperlukan pada saat satwa sedang tidak
beraktivitas (tidur). MEC berbanding lurus dengan bobot tubuh satwa sehingga
semakin berat bobot tubuhnya maka energi yang dibutuhkan akan semakin
meningkat sehingga jumlah pakan yang diberikan juga akan semakin banyak.
Bobot tubuh Harimau sumatera bisa sangat bervariasi dan umumnya bobot tubuh
Harimau sumatera jantan lebih berat dibandingkan betina dengan kisaran 95 – 105
Kg. Jumlah daging yang diberikan tergantung pula pada kandungan energi yang
dikandung setiap jenis daging. Daging kambing dengan kandungan energi 210
Kcal cukup diberikan 1.6 – 2.0 kg per individu per hari, daging kangguru dengan
kandungan 102 Kcal diberikan 3.4 – 4.2 kg, daging kuda yang mengandung 110
Kcal diberikan 3.1 – 3.9 kg, dan daging ayam dengan kandungan 200 kcal cukup
diberikan 1.7 – 2.1 kg per individu per hari. MacDonald (1986) menyebutkan
bahwa seekor harimau di alam membutuhkan sekitar 6.0 – 7.0 kg daging per hari
bahkan hingga 40.0 kg daging sekali makan. Jumlah kebutuhan pakan tersebut
tergantung dari aktivitas harimau dan apakah harimau tersebut mencari makan
untuk dirinya sendiri atau berapa banyak anggota yang harus diberi makan seperti
harimau betina yang harus mencari makan untuk dirinya sendiri dan anak-anaknya.
Pakan Harimau sumatera berupa daging kambing, daging kuda, dan daging
kangguru diimpor dari pemasok di Australia sedangkan daging ayam didapatkan
dari peternak di sekitar TSI. Untuk menjamin stabilitas pasokan pakan, TSI
memiliki dua hingga tiga pemasok. Kualitas daging akan diperiksa dengan cara
sampling untuk menjamin bahwa hanya daging yang berkualitas baik yang
diberikan sebagai pakan Harimau sumatera.
Penyimpanan Pakan
Sebelum diberikan, pakan yang dikemas dalam karton (Gambar 2)
disimpan dalam lemari pembeku (freezer) dengan suhu -14 ºC. Pembekuan
dilakukan untuk menghindarinya terjadinya pembusukan dan penurunan kualitas
daging sehingga daging akan tetap dalam kondisi baik sampai waktunya diberikan
kepada Harimau sumatera.

Gambar 2 Pakan yang dikemas menggunakan karton

8
Daging berkualitas baik dapat dilihat pada warna dan tekstur (Soeparno
2005). Daging ayam yang diberikan sebagai pakan berkualitas baik ditandai
dengan warna daging yang berwarna kekuningan (Resnawati 2005), sedangkan
pada daging kangguru berwarna merah sedikit pucat, daging kuda berwarna merah,
dan daging kambing berwarna merah keputih-putihan. Tekstur daging yang akan
diberikan juga dalam kondisi baik, ditandai dengan daging tidak hancur apabila
ditekan dan akan kembali ke bentuk semula. Daging yang akan diberikan akan
dicairkan terlebih dahulu di ruang pencairan daging (meat thawing room)
(Gambar 3) dengan suhu pencairan maksimal 50 ºC. Letak lemari pembeku
dengan ruang pencairan daging di TSI tidak berada dalam satu lokasi, oleh karena
itu daging dari lemari pembeku diangkut dahulu menuju ruang pancairan daging
satu hari sebelum pemberian pakan.

Gambar 3 Ruang pencairan daging (meat thawing room)
Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan Harimau sumatera di TSI yaitu langsung diberikan
ke dalam kandangnya. Pakan dimasukkan dalam celah khusus yang dapat dibuka
dan ditutup, terletak di bagian depan kandang tidurnya. Tidak ada wadah khusus
untuk meletakkan pakan, Harimau sumatera memakan pakannya di lantai kandang.
Daging yang akan diberikan dikeluarkan dari meat thawing room sesaat
sebelum diberikan. Pakan harus diberikan segera setelah dicairkan untuk
mencegah pertumbuhan bakteri (Bush et. al. 1987). Pakan diberikan secara
individu di kandang masing-masing dan hanya diberikan satu kali dalam sehari
yaitu pada sekitar pukul 15.00 WIB.
Daging yang diberikan pada hari Senin, Rabu, Sabtu dan Minggu
berselang-seling antara daging kuda, kambing, dan kangguru, sedangkan daging
ayam diberikan pada hari Kamis. Pada hari Selasa dan Jumat, Harimau sumatera
dipuasakan. Puasa ini berlaku bagi seluruh individu kecuali individu yang sedang
sakit, bunting, menyusui, dan bagi anakan Harimau sumatera. Penerapan puasa

9
bagi harimau bertujuan untuk penyesuaian dengan kebiasaan harimau di alam
yang setelah mendapatkan satwa buruannya akan memakan satwa buruannya
dalam jumlah banyak, namun dalam beberapa hari jumlah yang dimakan akan
menurun dan beberapa hari selanjutnya harimau tidak makan sama sekali (Bush et.
al. 1987). Puasa juga mempermudah keeper untuk mengamati nafsu makan
harimau. Gangguan nafsu makan merupakan gangguan klinis yang penting namun
acap kali diabaikan (Grilo dan Mitchell 2010) namun memegang peranan penting
karena Lee et al. (2006) menyatakan bahwa turunnya nafsu makan merupakan
salah satu gejala dari 11 penyakit kronis. Sebagian besar penangkaran harimau
yang sudah ada menemukan bahwa nafsu makan dan kondisi tubuh harimau
membaik apabila dipuasakan sehari atau dua hari dalam seminggu (Dierenfield
1987).
Air merupakan salah satu komponen habitat yang sangat penting bagi
satwa. Satwa memerlukan air untuk berbagai proses, yaitu pencernaan makanan
dan metabolisme, mengangkut bahan-bahan sisa dan untuk pendinginan pada
proses evaporasi (Alikodra 2002). Air yang digunakan untuk minum Harimau
sumatera di penangkaran TSI merupakan air yang berasal dari mata air. Air
diberikan dalam bak dengan ukuran (50 x 32 x 20) cm (Gambar 5). Wadah air
minum dicuci setiap hari dan air minum selalu tersedia di dalam kandang.

Gambar 4 Wadah air minum Harimau sumatera
Perkandangan
Perkandangan merupakan aspek yang sangat penting dalam penangkaran
karena seluruh Harimau sumatera yang ditangkarkan selalu berada di dalam
kandang. Kandang Harimau sumatera di penangkaran TSI terbagi menjadi dua

10
unit bangunan yaitu unit atas dan unit bawah dengan empat jenis kandang yaitu
kandang tidur, kandang exercise atau exhibit, kandang lahir (breeding pen), dan
kandang jepit (squeeze cage) (Lampiran 2). Aspek perkandangan yang perlu
diperhatikan meliputi kondisi suhu dan kelembaban, jenis kandang, sanitasi
kandang, pengayaan, serta pengamanan kandang (Tabel 2).
Tabel 2 Gambaran kondisi pengelolaan perkandangan Harimau sumatera di TSI
Aspek Perkandangan
Deskripsi
Suhu rata rata harian unit penangkaran atas adalah
22.17ºC dengan kelembapan relatif pada selang
antara 67-78% Ventilasi unit penangkaran atas
Kondisi Suhu,
terletak di dinding setiap kandang. Sedangkan
Kelembapan, dan Ventilasi suhu rata rata harian pada unit penangkaran bawah
adalah 21.75ºC dengan kelembapan relatif pada
selang 76-80%. Ventilasi unit penangkaran bawah
terletak di atap.
Kandang tidur, kandang lahir, kandang jepit, dan
Jenis kandang
kandang exercise (exhibit)
Denberupa rangka besi dengan alas kayu
Den
berukuran rata-rata (2.0 x 1.0) mdan tinggi dari
lantai kandang 1.2 m
Kondisi Den
Kondisi baik dan digunakan satwa.
Alas kandang menggunakan marmer, pada atap
Material kandang
menggunakan solar tuff, jeruji terbuat dari besi,
dan dinding pada kandang dikeramik
Kandang dibersihkan setiap hari pada pagi hari
dengan disikat dengan air mengalir, pembersihan
Kebersihan kandang
menggunakan desinfektan dilakukan seminggu
sekali.
Celah untuk memberikan pakan dibersihkan
Kebersihan tempat pakan
dengan cara disikat setiap hari dengan air mengalir
Kebersihan tempat air
Pembersihan wadah dan penggantian air minum
minum
dilakukan setiap hari sekali
Kolam, batang pohon (vertikal dan horizontal).
Pada kandang exercise ditanami rumput lapang
serta banyak pohon yang tumbuh di sekitar
Pengayaan kandang
kandang. Pada waktu tertentu diberikan
pengayaan lain seperti parfum, kotoran gajah atau
kuda nil, papan goyang, potongan daging.
Ukuran kandang
Lampiran 2
Bentuk kandang
Lampiran 2
Ada pagar pembatas ganda pada kandang exercise,
Pengamanan kandang
pintu selalu dikunci, dinding pembatas, ukuran
jeruji kecil, diameter jeruji 1 cm.
Kandang tidur (Gambar 5) digunakan Harimau sumatera untuk
melakukan aktivitas harian pada sore dan malam hari yaitu makan dan tidur.
Kandang tidur pada unit bawah memiliki ukuran masing-masing (3.0 x 3.0) m

11
sedangkan pada kandang tidur pada unit atas memiliki ukuran (3.3 x 2.8) m. Satu
kandang tidur memuat satu ekor harimau mengingat sifat alami harimau adalah
soliter. Setiap kandang tidur dilengkapi dengan den dan wadah air minum. Pada
dinding bagian belakang, terdapat pintu penghubung kandang tidur dengan
kandang exercise yang dapat dibuka dan ditutup dengan sistem katrol. Pembatas
antar kandang tidur dapat dibuka dan ditutup untuk memindahkan Harimau
sumatera dari satu kandang ke kandang lainnya. Jeruji pada pembatas antar
kandang berukuran lebih kecil dengan tujuan agar memperkecil kemungkinan
harimau saling melukai yaitu berukuran (4.0 x 5.0) cm sedangkan jeruji pada
bagian depan berukuran (5.0 x 6.0) cm dengan diameter jeruji 1.0 cm.

Gambar 5 Kandang tidur Harimau sumatera
Bagian depan kandang tidur terdiri dari jeruji dengan pintu untuk
memudahkan keeper keluar masuk kandang berukuran 1.6 x 0.8 m². Pada bagian
depan kandang juga terdapat celah untuk memasukkan makanan. Pada bagian
samping yang merupakan pembatas antar kandang, terdiri dari dinding setinggi 75
cm yang lalu disambungkan dengan jeruji, hal ini bertujuan untuk menghindari
perkelahian antar harimau akibat masuknya ekor salah satu individu ke kandang
individu lain. Tinggi kandang tidur adalah 3.5 m dengan alas kandang berupa
marmer. Marmer dipilih karena memiliki tekstur sehingga tidak terlalu licin dan
cepat kering mengingat Cisarua berada di ketinggian sekitar 955 mdpl dengan
suhu harian antara 18 – 22 ºC (Juliani 2011). Di dalam unit kandang tidur,
terdapat pula dua kandang lahir dan satu kandang jepit. Kandang lahir berukuran
3.0 x 2.0 m², dikelilingi dengan dinding beton dan terletak di pojok sehingga
keadaan kandang gelap, hangat, dan jauh dari kebisingan. Hal ini sesuai dengan
anjuran Bush et al (1999) dalam Suharyo (2001) bahwa kandang lahir harus
kering, hangat, gelap, dan cukup dalam artian tidak berukuran terlalu besar
maupun terlalu kecil. Kandang jepit (gambar 6) berukuran 1.4 x 1.0 m² dengan
jeruji bagian belakang dapat ditarik untuk menjepit satwa agar memudahkan
kegiatan pemantauan dan perlakuan kesehatan.

12

Gambar 6 Kandang jepit (squeeze cage)
Kandang exercise (exhibit) merupakan fasilitas yang disediakan bagi
Harimau sumatera untuk melakukan aktivitas pada pagi hingga siang hari serta
aktivitas reproduksi. Kandang exercise terdapat dua jenis yaitu kandang dengan
alas marmer dan kandang dengan alas rumput lapang (gambar 7). Kandang
exercise pada bagian tengah ditujukan pula sebagai kandang kawin. Kandang
exercise diberikan pengayaan berupa batang pohon yang diletakkan secara
vertikal dan horizontal. Batang pohon ini biasa digunakan Harimau sumatera
untuk mengasah kuku. Di habitat alaminya, Harimau sumatera biasa
meninggalkan cakaran pada batang pohon (scratch) untuk menandakan teritorinya
(MacDonald 1986)

(a)

(b)

Gambar 7 Kandang exercise alas marmer (a) dan kandang exercise dengan
alas rumput lapang (b)

13
Kandang exercise terletak di bagian luar unit bangunan sehingga terpapar
cahaya matahari. Setiap makhluk hidup termasuk harimau membutuhkan cahaya
matahari untuk membantu sintesis vitamin D dan sebagai bakterisida.Namun,
harimau merupakan satwa yang tidak tahan terhadap cahaya matahari
berlebihan.Hal ini disebabkan harimau merupakan satwa pemburuyang aktif
sehingga laju metabolismenya tinggi, akibatnya harimau memilikisuhu badan
yang tinggi pula.Suhu badan yang terlalu panas dapat membunuh harimau
(McDougal 1979). Untuk itu pada kandang exercise dibangun kolam sebagai
pengayaan. Pada cuaca panas Harimau sumatera sering beristirahat dekat kolam,
bahkan apabila cuaca sangat panas Harimau sumatera berendam di kolam
(Gambar 8).Tidak seperti kucing besar lainnya, harimau sangat menyukai air dan
dapat berenang (Lekagul dan McNeely 1977 dalam Suharyo 2001).Harimau
memangsering dijumpai sedang duduk berendam atau berdiri sebagai cara untuk
menyejukkan badan.

Gambar 8 Harimau sumatera berendam di kolam saat cuaca panas
Harimau sumatera dirotasi setiap hari dalam penggunaan kandang tidur dan
kandang exercise. Hal ini bertujuan agar setiap individu dapat mencium bau yang
ditinggalkan individu Harimau sumatera lainnya sehingga memudahkan saat akan
melakukan kegiatan pengembangbiakkan. Selain itu, setiap minggu diberikan
pengayaan yang bertujuan untuk menambah kesempatan satwa untuk berperilaku
yang sesuai dengan yang mereka inginkan serta mendorong satwa untuk dapat
mengekspresikan perilaku dan gerakan yang sesuai dengan jenis spesies itu
(Indonesian Society for Animal Welfare 2008). Pengayaan yang diberikan berbeda
setiap minggunya seperti papan goyang dan pegas untuk melatih otot, daging dan
ikan yang ditempatkan pada tempat-tempat tertentu sebagai aktivitas pengenalan

14
pakan agar harimau aktif bergerak dan mencari, serta feses kuda nil atau feses
gajah agar harimau memperoleh kesempatan untuk mengenali bau satwa lain.
Pembersihan kandang dilakukan setiap hari pada pagi hari menggunakan
air bersih yang mengalir. Pembersihan kandang dimulai dari pembersihan
kandang exercise, lalu setelah kandang exercise bersih, Harimau sumatera akan
dipndahkan dari kandang tidur ke kandang exercise dan kandang tidur dibersihkan.
Pembersihan menggunakan desinfektan dilakukan seminggu sekali. Desinfektan
didefinisikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme (Suparyanto 2011 dalam
Aryana 2011). Desinfektan yang digunakan adalah TH4 untuk bakterisida dan
fungisida serta virkon untuk virusida.TH4 dipilih karena sangat aman bagi satwa,
manusia, dan lingkungan bahkan pada dosis tertentu TH4 aman apabila
terkonsumsi. TH4 sudah terdaftar di Deptan RI. No. I. 05071530 PTC.2. TH4
mengandung
bahan
aktif
didecyldimethylammonium
chloride,
dioctyldimethylammonium chloride, octyldecyldimethylammonium chloride,
alkyddimethylammonium chloride, glutaraldehyde dan terpene yang efektif
sebagai germisida dan aktif membasmi bakteri baik gram positif mapun gram
negatif, virus, spora, dan fungi serta berfungsi pula sebagai antiseptik sedangkan
virkon mengandung bahan aktif potassium peroxymonosulfate dan sodium
chloride yang efektif dalam membasmi 33 jenis bakteri, 58 jenis virus, dan 6 jenis
fungi. Kandang yang dibersihkan setiap hari memiliki tingkat pencemaran yang
rendah terhadap mikroorganisme sehingga pembersihan menggunakan
desinfektan hanya dilakukan seminggu sekali untuk efisiensi dan efektivitas.
Unit kandang dilengkapi parit sebagai tempat berlalunya air. Parit dengan
lebar 15.0 cm dan kedalaman 9.0 cm terdapat di bagian depan kandang pada unit
bawah sedangkan pada unit atas, parit terletak di bagian belakang kandang. Setiap
orang yang masuk ke dalam unit kandang wajib mencelupkan kaki pada footbath
yang berisi air dan TH4 untuk membasmi mikroorganisme pada alas kaki
sehingga meminimalisasi pencemaran pada unit kandang Harimau sumatera.
Suhu di dalam kandang (Lampiran 1) berubah-ubah tergantung suhu
lingkungan dengan kisaran suhu rata-rata harian pada unit bawah 21 – 22 ºC dan
kelembapan relatif pada selang 67 – 80 %. Pada unit atas suhu rata-rata berkisar
antara 20 – 22 ºC dengan kelembapan relatif pada selang 67–78%.Ventilasi
sebagai tempat pertukaran udara terdapat di antara dinding dengan atap.Ventilasi
sangat penting untuk mencegah kandang tidur menjadi lembab. Priyatna (2011)
menyatakan bahwa kandang yang lembab dengan suhu 10–50ºC (Madigan et al.
2009) dapat memicu berkembangnya fungi, virus, bakteri, dan organisme lain
penyebab penyakit contohnya bakteri Escherichia coli yang dapat menyebabkan
infeksi salurah kemih, diare, dan meningitis (Jawetz et al. 1995). TSI tidak
memasang blower atau exhaust fan pada kandang sehingga pada waktu tertentu
bau amonia dari urine dan feses Harimau sumatera sangat tercium.
Kesehatan
Aspek penangkaran lain yang juga sangat penting adalah aspek kesehatan.
Aspek kesehatan mencakup pencegahan dan pengobatan penyakit melalui
pemantauan kesehatan. Aspek kesehatan yang perlu diperhatikan meliputi kondisi

15
kesehatan satwa, frekuensi pemeriksaaan kesehatan, fasilitas dan tenaga medis
yang tersedia, serta penanganan harimau bunting, sakit, dan stress (Tabel 3)
Tabel 3 Gambaran kondisi pengelolaan kesehatan Harimau sumatera di TSI
Aspek Kesehatan
Deskripsi
Tidak ada tanda-tanda satwa sakit, satu
ekor Harimau sumatera bunting, tiga
ekor Harimau sumatera diamputasi
Kondisi Satwa
pada kaki (rescue dari alam), dan satu
ekor diamputasi pada ekor karena luka
parah.
Satu bulan sekali pemeriksaan
Frekuensi pemeriksaan kesehatan
endoparasit dari feses
Catatan kesehatan satwa
Buku induk kandang dan rekam medis
Rumah sakit, ruang patologi,
Fasilitas medis
krematorium, dan laboratorim
diagnostik.
5 dokter hewan, 3 paramedis, 1 teknisi
Jumlah tenaga kesehatan
laboratorium
Semua jenis obat bersifat emergency
dan jangka pendek tersedia terutama
Jenis obat
obat untuk pernapasan, jantung, dan
syaraf.
Obat terletak di farmasi dengan
Kondisi tempat penyimpanan obat
pengawasan khusus
Persiapan penanganan satwa sakit
Satwa yang sakit dipindahkan ke
kandang jepit (squeeze cage) untuk
penanganan lebih lanjut lalu keeper
merawat sesuai degan intruksi dokter
hewan yang memeriksa.
Pengaturan Perkawinan
1. Penambahan jumlah dengan
memperhatikan garis keturunan
2. Kebutuhan untuk pertukaran
satwa
Perlakuan satwa bunting
Satwa bunting diberikan vitamin
tambahan, pada usia bunting menjelang
melahirkan satwa dimasukkan ke dalam
kandang lahir yang dilengkapi dengan
alat pemanas dan lampu penghangat.
Perlakuan satwa baru datang
Karantina selama 14 hari, feses dan
sample darah diambil setiap hari
Upaya mengatasi satwa stress
1. Mengurangi kontak
(audiovisual)
2. Mengurangi cahaya dan air
3. Mengurangi kontak penciuman
4. Isolasi
5. Habituasi

16
Keeper wajib melaporkan kondisi setiap individu Harimau sumatera
seminggu sekali dengan mengisi borang yang tersedia (Gambar 9). Laporan
tersebut lalu dimasukkan ke dalam buku induk kesehatan satwa di Rumah Sakit
Hewan dan kemudian dimasukkan ke dalam software rekam medis
sehinggaperkembangan setiap individu Harimau sumatera tercatat dengan baik
dan sistematis.

Gambar 9 Borang laporan kesehatan Harimau sumatera per minggu
Tindakan pencegahan penyakit meliputi vaksinasi, pemberian vitamin dan
bubuk kalsium, pemberian obat cacing, pemberian nefryl, pemeriksaan feses rutin,
dan pengambilan darah seluruh individu Harimau sumatera.Vaksinasi dilakukan
setahun sekali meliputi vaksin flu kucing, muntah dan feses berdarah serta vaksin
chlamydiosis.Chlamydiosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
bakteri obligat intraseluler Chlamydophila. C. psittaci bersifat patogen.Bentuk
akut cenderung bersifat fatalyang ditandai dengan pembentukan eksudatpurulen
pada mata atau hidung, anoreksia dan inaktivitas, diare dengan feses yang
berdarahdan berwarna abu-abu kehijauan (Andersen et al. 1997). Bubuk kalsium
Kalfimiks diberikan seminggu sekali pada hari Kamis bersamaan dengan
pemberian pakan daging ayam. Obat cacing diberikan tiga bulan sekali selama
dua hari berturut-turut, hal ini bertujuan untuk membunuh cacing dan telurnya
yang dapat menjadi patogen sehingga Harimau sumatera mengalami malnutrisi
dan penurunan imunitas tubuh (Natadisastra & Agoes 2009). Pemberian nefryl
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit pada saluran kemih Harimau
sumatera seperti retensi urine atau ketidakmampuan harimau dalam mengeluarkan
urine (Purnomo 2011).
Pemeriksaan endoparasit atau parasit yang berada di dalam tubuh Harimau
sumatera dari feses dilakukan sebulan sekali sedangkan pengambilan darah
dilakukan setahun sekali dan jika dari hasil pemeriksaan feses maupun darah
ditemukan individu Harimau sumatera yang sakit, maka individu tersebut akan

17
segera diobati. Apabila terdapat individu Harimau sumatera yang konsistensi
fesesnya berubah, maka keeper akan mengambil sample feses (Gambar 10) untuk
diperiksa di laboratorium pada hari itu juga.

Gambar 10 Keeper mengambil sample feses Harimau sumatera
Penyakit yang pernah diderita oleh Harimau sumatera di TSI adalah vulnus,
gagal ginjal, tumor, dan diare (Tabel 4).
Tabel 4 Jenis, gejala, dan pengobatan penyakit Harimau sumatera di TSI
No

1

2

3

4

Jenis penyakit
1
Vulnus (trauma
berkelahi)
2
Gagal ginjal

3
Tumor

4
Diare

Gejala

Pengobatan

Luka terbuka, terkadang
cukup dalam sehingga
terjadi pendarahan

Luka kecil disemprot
dengan betadine
sementara luka dalam
dijahit lalu diberikan
antibiotik

Tidak nafsu makan,
aktivitas menurun

Dilakukan tes darah,
infus, antibiotik.

Apabila tumor luar maka
akan terlihat ada benjolan,
apabila pada organ dalam
maka akan muncul gejala
tergantung di mana tumor
tersebut tumbuh
Lemas, suhu tubuh
menigkat, feses cair, diikuti
penurunan nafsu makan

Tumor luar akan
diangkat melalui
operasi sedangkan
tumor di organ dalam
yang tidak dapat
diangkat melalui
operasi diberikan obat
untuk mengobati
gejala yang timbul
Pemberian obat yang
sesuai dengan
penyebab diare

18
Tindakan medis pada harimau sumatera yang sakit dapat dilakukan pada
kandang tidur atau menggunakan kandang jepit. Tindakan kesehatan yang
dilakukan meliputi pengobatan, pemantauan perkembangan kesehatan, dan selalu
diberikan pakan yang cukup. Apabila terjadi kematian maka prosedur
pembedahan pasca mati (nekropsi) akan dilakukan. Jaringan tertentu disimpan
dalam larutan formalin untuk pemeriksaan sebagai penegak diagnosa penyebab
kematian di laboratorium hispatologi.
Reproduksi
Keberhasilan suatu penangkaran sangat tergantung pada pengelolaan
reproduksi yang dilakukan.Harimau di penangkaran masuk usia dewasa kelamin
pada umur 3-6 tahun (Schaller 1967). Usia dewasa kelamin pada Harimau
sumatera berbeda antara betina dan jantan. Harimau sumatera betina masuk usia
dewasa kelamin pada usia sekitar 3-4 tahun sementara jantan pada usia 4-5 tahun
(Putra 2011). Pada Harimau sumatera betina terdapat masa estrus (birahi) yaitu
masa di mana betina mau menerima pejantan untuk melakukan kopulasi
(Partodihardjo 1980). Tanda seekor Harimau sumatera betina estrus adalah
menggosok-gosokkan kepala dan tubuh pada jeruji kandang, sikap tubuh lordosis
atau melengkung yaitu suatusikap yang menunjukkan kesiapan untuk kopulasi
(telungkup dan bagian belakang tubuhnya diangkat sehingga membentuk
lengkungan), berguling-guling pada punggung, menggosok-gosokkan tubuh dan
pipi ke benda lain, mengeluarkansuara yang disebut “prusten” yaitu jenis suara
yang dihasilkan oleh udara dalamrongga hidung serta mengaum dan menggeram
pelan (McDougal 1979). Semiadi dan Nugraha (2006) menyebutkan bahwa
perkawinan Harimau sumatera dapat berlangsung sepanjang tahun sesuai dengan
karakteristik hewan tropis yang memiliki reproduksi non-seasonal (Geptner et al.
1992).Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Putra (2011) yang menyebutkan
bahwa perkawinan Harimau sumatera di lembaga konservasi di Indonesia terjadi
sepanjang tahun.
Di TSI, Harimau sumatera tidak sembarang dikawinkan. Kurator dan
studbook keeper akan menentukan indukan Harimau sumatera jantan dan Harimau
sumatera betina sehingga memiliki koefisien kawin silang atau inbreeding yang
rendah. Inbreeding sangat dihindari karena akan menurunkan kekayaan genetik
dan meningkatkan peluang individu menjadi resesif (Villee et al. 1999).
Inbreeding juga akan mengakibatkan menurunnya kesuburan, meningkatkan
mortalitas, dan hilangnya keanekaragaman genetik (Tilson 1999 dalam
Suharyanto 2001).
Data kekerabatan Harimau sumatera dapat dilihat dengan melihat catatan
silsilah harimau (studbook). Di dalam studbook tercantum nama Harimau
sumatera, nomor studbook, induk jantan dan betina, tanggal masuk, tanggal
transfer, asal, tanggal mati dan lokasi keberadaan saat ini.
Sebelum dipasangkan, biasanya Harimau sumatera diperkenalkan terlebih
dahulu satu sama lain dalam kandang yang bersisian agar harimau tidak saling
kontak fisik tetapi masih tetap bisa melihat dan mencium bau pasangannya.
Harimau yang telah berjodoh lalu disatukan dalam satu kandang, namun

19
penyatuan ini hanya dilakukan pada pagi hingga siang hari di kandang exercise.
Pada malam hari, harimau akan kembali dipisahkan untuk menghindari terjadinya
perkelahian. Kopulasi terjadi selama beberapa kali dalam sehari dan berlangsung
selama 3-7 hari. Selama itu keeper harus mencatat tanggal awal kopulasi dan
tanggal terakhir kopulasi untuk memprediksi kebuntingan. Harimau sumatera
yang bunting akan terlihat dari puting susu yang terlihat turun dan berwarna
merah muda.
Redaksi Ensiklopedia Indonesia (1989) menyebutkan bahwa lama bunting
pada Harimau sumatera rata-rata selama 105-115 hari sedangkan di TSI rata-rata
kebuntingan adalah 95-110 hari atau kurang lebih tiga bulan. Harimau sumatera
yang bunting diberikan asupan tambahan yaitu kalsium Kalzana D, ekstrak daun
katuk, vitamin B12 dan vitamin D. Piket jaga bagi keeper akan diberlakukan saat
usia kebuntingan memasuki hari 90-97, namun apabila belum melahirkan juga
maka piket diakhiri pada hari ke 115 dan Harimau sumatera betina dinyatakan
tidak bunting.
Harimau sumatera yang bunting akan dimasukkan pada kandang lahir
(breeding pen), hal-hal yang mempengaruhi cepat lambatnya Harimau sumatera
bunting masuk atu keluar kandang lahir adalah,
1. Pertama kali melahirkan, maka dimasukkan lebih cepat
2. Jumlah anak lebih banyak maka akan semakin lama di kandang lahir
3. Jumlah anak jantan lebih banyak, maka akan lebih lama di kandang lahir
Harimau sumatera biasanya melahirkan pada dini hari, keeper bertugas
mengamati melalui Closed Circuit Televison (CCTV). Apabila anakan telah lahir
semua, maka induk akan menyusui anak-anaknya, namun apabila setelah 12 jam
induk tidak menyusui anak-anaknya maka anakan harus dipisahkan dan dirawat
oleh keeper. Di TSI, Harimau sumatera per kelahiran melahirkan anak sekitar 1-4
ekor sedangkan di alam, harimau rata-rata mempunyai 1-7 ekor anakan (Lekagul
dan McNeely 1977 dalam Suharyo 2001), sedangkan Triefeld (2007)
menyebutkan bahwa rata-rata anak yang dilahirkan dalam satu kali kebuntingan
adalah 3-4 ekor. Penelitian Hidayani (2007) menyebutkan bahwa seekor Harimau
sumatera betina dapat melahirkan anak sebanyak 35 ekor selama 7 tahun masa
produktifnya.
Induk Harimau sumatera di TSI merawat dan membesarkan sendiri anakanaknya hingga berusia lebih dari setahun. Namun apabila indukan tidak dapat
membesarkan anak-anaknya, maka bayi Harimau sumatera akan ditempatkan di
Nursery (tempat pemeliharaan bayi) yang terletak di Rumah Sakit Hewan. Susu
yang diberikan pada bayi Harimau sumatera yang disapih dari induknya adalah
susu khusus pengganti untuk kucing besar yang diberikan delapan kali sehari
hingga berusia enam bulan, lalu dikurangi hingga menjadi empat kali sehari.
Banyaknya susu yang diberikan harus diatur agar sesuai dengan kebutuhan
(Ratanakorn 2000 dalam Suharyo 2001). Anakan akan dikontrol berat badan per
minggu, pemberian susu, dan temperatur tubuh hingga berusia dua bulan.
Ketenagakerjaan
Keeper yang bertanggung jawab di penangkaran Harimau sumatera di TSI
berjumlah delapan orang. Tiga orang keeper memiliki jobdesk khusus berupa satu
orang sebagai headkeeper, satu orang sebagai deputy ranger, dan satu orang yang

20
bertanggung jawab untuk recording. Seluruh keeper merupakan lulusan SMA atau
sederajat yang telah lulus tahapan seleksi meliputi psikotest serta tes pemeriksaan
kesehatan yang lalu dilatih secara khusus di Rumah Sakit Hewan selama satu
bulan. Pelatihan bagi keeper kemudian diadakan 2 tahun sekali.Selain itu, terdapat
juga pertukaran keeper ke luar negeri seperti Belgia dan Jepang untuk lebih
mendalami kompetensi yang telah dimiliki. Setiap tahun, keeper diwajibkan
membuat Animal Welfare Presentation.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Pengelolaan Harimau sumatera di TSI terdiri dari empat kegiatan
utamayaitu pengelolaan pakan, pengelolaan perkandangan, pengelolaan kesehatan,
dan pengelolaan reproduksi. Seluruh aspek pengelolaan tersebut sudah baik dan
sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare) diindikasikan dari
seluruh individu sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda satwa sakit dan stress
serta dapat bereproduksi.

Saran
Pada kandang tidur Harimau sumatera dipasang kipas angin atau exh

Dokumen yang terkait

Kajian Teknik Penangkaran Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) di Sriracha Tiger Zoo, Chonburi, Thailand dan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Taman Safari Indonesia, Bogor, Jawa Barat

1 11 66

Kajian Mangsa Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung.

1 14 94

Pemodelan spasial kesesuaian habitat harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) di Resort Ipuh-Seblat, Seksi Konservasi Wilayah II Taman Nasional Kerinci Seblat

0 9 95

Kepadatan dan Tingkat Perjumpaan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock,1929) Di Ipuh-Seblat Seksi Konservasi Wilayah II Bengkulu, Taman Nasional Kerinci Seblat

0 14 123

Studi Sebaran Spasial Aktivitas Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) di SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci Seblat.

0 13 153

Potensi populasi dan karakteristik habitat harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) di hutan Blangraweu - Ekosistem Ulu Masen, Provinsi Aceh

0 22 92

Pendugaan populasi harimau sumatera Panthera tigris sumatrae, pocock 1929 menggunakan metode kamera jebakan di Taman Nasional Berbak

4 62 103

Adaptasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) hasil translokasi di Hutan Blangraweu, Nanggore Aceh Darussalam

3 11 138

Kajian Mangsa Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) di Taman Nasional Way Kambas, Lampung

0 5 84

Kelimpahan Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae Pocock, 1929) di Suaka Alam Malampah Sumatera Barat.

0 3 6