Analisis Masalah Gizi Dan Pencapaian Program Perbaikan Gizi Di Lokasi Kuliah Kerja Profesi (Kkp) Mahasiswa Ipb Di Kabupaten Bogor Tahun 2014

ANALISIS MASALAH GIZI DAN PENCAPAIAN
PROGRAM PERBAIKAN GIZI DI LOKASI KULIAH
KERJA PROFESI MAHASISWA IPB DI KABUPATEN
BOGOR TAHUN 2014

PAUZI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Masalah Gizi
dan Pencapaian Program Perbaikan Gizi di Lokasi Kuliah Kerja Profesi (KKP)
Mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor Tahun 2014 adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Pauzi
NIM I14100006

ABSTRAK
PAUZI. Analisis Masalah Gizi dan Pencapaian Program Perbaikan Gizi di Lokasi
Kuliah Kerja Profesi (KKP) Mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor Tahun 2014.
Dibimbing oleh SRI ANNA MARLIYATI dan DRAJAT MARTIANTO.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan data sekunder.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis masalah gizi dan pencapaian
program perbaikan gizi masyarakat di lokasi Kuliah Kerja Profesi (KKP)
mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor tahun 2014, meliputi cakupan program dan
pencapaian target program gizi masyarakat. Desain penelitian yang digunakan
adalah desain potong lintang (cross-sectional study). Populasi adalah rumah
tangga di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor, subjek adalah rumah
tangga yang memiliki balita usia 0-59 bulan yang terpilih dari populasi. Subjek
penelitian berjumlah 405 rumah tangga. Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan program MS. Excel 2007. Penghitungan nilai z-score ditentukan
berdasarkan indeks BB/TB, BB/U dan TB/U menggunakan aplikasi WHO Anthro.
Masalah gizi di lokasi KKP mahasiswa di Kabupaten Bogor berdasarkan indeks
BB/U, prevalensi berat kurang (underweight) sebesar 19.3%, mendekati
prevalensi tinggi. Berdasarkan indeks TB (PB)/U, prevalensi pendek (stunting)
sebesar 37.3%, termasuk kategori berat. Menurut indeks BB/TB, prevalensi kurus
(wasting) sebesar 15.0%, termasuk kategori kritis. Cakupan dan tingkat capaian
balita gizi buruk mendapat perawatan telah mencapai target (100%). Cakupan dan
tingkat pencapaian program penimbangan berat badan balita (D/S) secara
berurutan adalah 85.4% dan 100.5%. Cakupan dan tingkat pencapaian target
program pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil secara berurutan
adalah 66.7% dan 78.4%. Cakupan dan tingkat pencapaian target program
konsumsi garam beryodium rumah tangga secara berurutan adalah 75.8% dan
84.2%. Cakupan dan tingkat pencapaian target program pemberian kapsul vitamin
A pada balita (6-59 bulan) secara berurutan adalah 78.9% dan 98.6%. Cakupan
dan tingkat pencapaian target program pemberian ASI Ekslusif secara berurutan
adalah 58.2% dan 72.8%.
Kata kunci: balita, Kabupaten Bogor, program gizi, masalah gizi

ABSTRACT

PAUZI. Analysis of Nutritional Problems and Achievement of Nutritional
Improvement Program in the Location of Kuliah Kerja Profesi (KKP) of IPB's
Students in Bogor Regency in 2014. Supervised by SRI ANNA MARLIYATI and
DRAJAT MARTIANTO.
This study was a descriptive study using secondary data. The purpose of this
study was to analyze the nutritional problems and achievement of nutritional
improvement program in the location of Kuliah Kerja Profesi (KKP) of IPB’s
students in Bogor regency in 2014, includes coverage of the program and the
achievement of community nutrition programs. The study design was crosssectional study. The population were households at location of KKP of IPB’s
students in Bogor Regency, the subjects were households who have children aged
0-59 months were selected from the population. The subjects included 405

households. Data processing was done by using the MS Excel 2007 program. The
calculation of the z-score is determined based on the index W/H, W/A and H/A
using the WHO Anthro applications. Nutritional problems in the location of KKP
of IPB’s students in Bogor Regency based indices W/A, the underweight
prevalence of 19.3%, approaching the high prevalence category. Based H/A, the
prevalence of stunting of 37.3%, including weight category. According to the
index W/H, the prevalence of wasting of 15.0%, including a critical category. The
coverage and level of achievement of malnutrition children received treatment had

reached the target (100%). The coverage and level of achievement of the program
weighing infants (D/S) sequentially were 85.4% and 100.5%. The coverage and
level of achievement of program providing iron tablet (Fe) in pregnant women
sequentially were 66.7% and 78.4%. The coverage and level of achievement of
the program targets the household consumption of iodized salt sequentially were
75.8% and 84.2%. The coverage and level of achievement of the program of
vitamin A supplementation in infants (6-59 months) sequentially were 78.9% and
98.6%. The coverage and level of achievement of the target program of exclusive
breastfeeding was 58.2% and 72.8%.
Keywords: infants, Bogor Regency, nutrition programs, nutritional problems

ANALISIS MASALAH GIZI DAN PENCAPAIAN
PROGRAM PERBAIKAN GIZI DI LOKASI KULIAH
KERJA PROFESI MAHASISWA IPB DI KABUPATEN
BOGOR TAHUN 2014

PAUZI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 ini ialah
Surveilans Gizi, dengan judul Analisis Masalah Gizi dan Pencapaian Program
Perbaikan Gizi di Lokasi Kuliah Kerja Profesi (KKP) Mahasiswa IPB di
Kabupaten Bogor Tahun 2014. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS dan Bapak Dr Ir Drajat Martianto, MSi yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta: ayahanda dan ibunda tercinta (Alm. Paino dan
Halimatussa’diah Batubara), serta abang dan adik tersayang (Akhmad Paisal,
Tri Sopia Wulan, dan Mupida Sari) yang tak lelah memberi nasihat dan
motivasi serta inspirasi kepada penulis.
2. Keluarga Besar Yayasan Bina Nurul Fikri dan PPSDMS Nurul Fikri Regional
5 Bogor yang selalu memberikan semangat dalam proses sampai selesainya
skripsi ini.
3. Teman-teman GM 47 yang luar biasa telah menjadi keluarga yang saling
mengingatkan dalam melakukan banyak hal.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini “tak ada
gading yang tak retak.” Namun demikian penulis tetap berharap karya ini dapat
turut memberi andil dalam peningkatan status gizi masyarakat, khususnya di
Kabupaten Bogor .

Bogor, Maret 2015
Pauzi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

4

METODE

7

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian


7

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

7

Cara Pengumpulan Data

8

Pengolahan dan Analisis Data

8

Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN

13
14


Masalah Gizi Balita

14

Cakupan Gizi Buruk Mendapat Perawatan

16

Cakupan Penimbangan Balita (D/S)

18

Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe)

21

Konsumsi Garam Beryodium di Rumah Tangga

23


Pemberian Kapsul Vitamin A

26

Pemberian ASI Eksklusif

27

Pencapaian Program Gizi Masyarakat

30

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

33
33

Saran

33

DAFTAR PUSTAKA

34

RIWAYAT HIDUP

37

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Variabel data penelitian
Prevalensi status gizi anak balita berdasarkan indeks BB/U
Prevalensi status gizi anak balita berdasarkan indeks TB (PB)/U
Prevalensi status gizi anak balita berdasarkan indeks BB/TB (PB)
Jumlah balita kurus dalam keluarga
Jumlah balita sangat kurus yang dirujuk dalam keluarga
Jumlah bayi yang datang dan ditimbang di Posyandu
Usia kehamilan ibu dan usia pertama kali mendapat TTD dalam
keluarga
Frekuensi ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Jumlah Tablet Tambah Darah (TTD) yang diminum ibu hamil
Jumlah ibu hamil yang tidak dapat TTD tapi membeli TTD sendiri
Persentase alasan ibu tidak minum TTD
Persentase jenis garam yang digunakan dalam rumah tangga
Alasan menggunakan garam
Hasil pemeriksaan garam di rumah tangga
Persentasi bayi 6 – 59 bulan diberi kapsul Vitamin A 6 (enam) bulan
terakhir
Konsumsi ASI Eksklusif dan selain ASI Eksklusif pada bayi 0 – 5
bulan
Pencapaian Program Gizi Masyarakat di lokasi KKP Kab. Bogor Tahun
2014

12
15
15
16
17
17
18
21
22
22
22
22
24
24
24
26
28
30

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka konsep
2 Tahapan analisis pemantauan status gizi
3 Perbandingan realisasi penimbangan balita, SPM, dan target Kemenkes
di lokasi KKP Kab. Bogor tahun 2014
4 Perbandingan realisasi cakupan Fe TTD 90, SPM, dan target Kemenkes
di lokasi KKP Kab. Bogor tahun 2014
5 Perbandingan realisasi cakupan garam beryodium, SPM, dan target
Kemenkes di lokasi KKP Kab. Bogor tahun 2014
6 Perbandingan realisasi cakupan vitamin A, SPM, dan target Kemenkes
di lokasi KKP Kab. Bogor tahun 2014
7 Perbandingan realisasi cakupan ASI eksklusif, SPM, dan target
Kemenkes di lokasi KKP Kab. Bogor tahun2014

6
11
19
23
25
27
29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Data Statistik WHO (2010) menunjukkan bahwa gizi salah di seluruh dunia
menyumbang 11% dari beban global penyakit, menyebabkan gangguan kesehatan
jangka panjang, kemiskinan, kecacatan, gangguan pendidikan dan gangguan
perkembangan. Sebanyak 186 juta anak-anak di seluruh dunia mengalami
gangguan pertumbuhan. Soekirman (2012) menyatakan bahwa beberapa faktor
penyebab gangguan pertumbuhan tersebut diantaranya yaitu gizi buruk, berat
badan rendah, pemberian ASI yang tidak optimal, kekurangan vitamin dan
mineral, khususnya vitamin A, zat besi, yodium dan seng yang berpengaruh
terhadap 3.9 juta kematian (35% dari total kematian) dan 144 juta cacat yang
hidup (33% dari jumlah cacat hidup) pada balita.
Indonesia mempunyai masalah gizi yang besar ditandai dengan masih
besarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita seperti kurang energi protein
(KEP), kurang vitamin A (KVA), anemia kurang zat besi, kurang yodium, dan
stunting (Depkes 2008). Menurut Sediaoetama (2004) di Indonesia, anak
kelompok balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk penyakit kekurangan
energi protein (KEP) dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi Fe.
Kelompok umur ini sulit dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi
dan kesehatan lainnya.
Dokumen Scaling Up Nutrition (SUN) Inggris menyebutkan bahwa
intervensi gizi spesifik yang umumnya dilaksanakan oleh sektor kesehatan hanya
30 persen efektif mengatasi masalah gizi 1000 HPK. Masalah gizi khususnya
masalah beban ganda, yaitu kombinasi masalah anak kurus, pendek, gemuk dan
PTM, yang terjadi pada waktu yang relatif bersamaan di masyarakat yang miskin
merupakan masalah gizi yang bersifat kompleks. Penuntasannya yang 70 persen
memerlukan keterlibatan banyak sektor pembangunan lain di luar kesehatan.
Kegiatan intervensi lintas sektor yang terkait dengan faktor penyebab tidak
langsung, ternyata sensitif pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak 1000 HPK (Department for International Development 2011).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gizi buruk dan gizi
kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi gizi buruk yaitu dari
5.4 persen tahun 2007, 4.9 persen pada tahun 2010, dan 5.7 persen tahun 2013.
Prevalensi gizi kurang naik sebesar 0.9 persen yaitu 13.0 persen tahun 2007 dan
13.9 persen tahun 2013. Prevalensi pendek (stunting) secara nasional tahun 2013
adalah 37.2 persen, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010
(35.6%) dan 2007 (36.8%) (Kemenkes 2013a). Untuk mencapai sasaran MDG
tahun 2015 yaitu 15.5 persen maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional
harus diturunkan sebesar 4.1 persen dalam periode 2013 sampai 2015 (Bappenas
2012).
Pada Tahun 2012 Bappenas mengadopsi Gerakan SUN untuk memadukan
dan mengarahkan intervensi gizi spesifik dan sensitif menjadi suatu gerakan
kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat yang terpadu dan konvergen
menuju sasaran sama yaitu mencegah dan mengatasi masalah gizi, baik
kekurangan gizi, kegemukan maupun penyakit tidak menular (PTM). Gerakan

2

SUN di Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
dalam Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan disingkat dengan Gerakan 1000
HPK. Gerakan 1000 HPK bukanlah inisiatif, institusi maupun pembiayaan baru
melainkan meningkatkan efektivitas dari inisiatif yang telah ada yaitu
meningkatkan koordinasi termasuk dukungan teknis, advokasi tingkat tinggi, dan
kemitraan inovatif, dan partisipasi untuk meningkatkan keadaan gizi dan
kesehatan masyarakat, dan pembangunan. Hal ini perlu didukung dengan
kepemimpinan nasional dan daerah yang cukup kuat, meningkatkan partisipasi
seluruh pemangku kepentingan, bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dunia
usaha, organisasi profesi dan lembaga kemasyarakatan (Bappenas 2012a).
Undang-undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Bab. XIII pasal 167 mengenai Pengelolaan Kesehatan menyatakan bahwa :
Pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau masyarakat melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi
kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran
serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat dan di daerah serta
dibuat dalam suatu sistem kesehatan nasional. Untuk mempercepat hasil
pemerataan pembangunan telah dikeluarkan Undang-Undang RI No. 22 yang
kemudian direvisi menjadi Undang-undang No. 32 tentang Pemerintah Daerah,
Undang-Undang No.33 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom. Undang-undang tersebut
memberikan keleluasaan kepada pemerintah Kabupaten/Kota untuk menentukan
prioritas pembangunan di daerahnya, dengan demikian daerah diharapkan
memiliki kemampuan memilih prioritas penanggulangan masalah gizi sesuai
dengan masalah dan sumber daya yang tersedia (Irawan 2013).
Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang
merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta
masyarakat untuk menangani masalah gizi yang pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat. Namun demikian penanggulangan tidak dapat dilakukan
hanya dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab
timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa
2002).
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor melalui Dinas Kesehatan telah
berupaya mengumpulkan data cakupan program perbaikan gizi masyarakat
Kabupaten Bogor. Data cakupan penilaian status gizi BB/U balita di Kabupaten
Bogor tahun 2007 (15.9%), cakupan penilaian status gizi TB/U balita (31.7%),
cakupan penilaian status gizi BB/TB balita (9.3%), total vitamin A (68.9%),
cakupan penimbangan (35.3%), kepemilikan kartu menuju sehat (KMS) sebesar
(29%), ibu hamil mendapat tablet Fe (88.9%) (Kemenkes 2007). Sedikitnya
informasi yang tersedia dan masih rendahnya hasil cakupan dan pencapaian
program perbaikan gizi di Kabupaten Bogor membuat penulis tertarik untuk
menganalisis masalah gizi dan program perbaikan gizi masyarakat di lokasi KKP
di Kabupaten Bogor selama satu tahun berjalan untuk mengetahui pencapaian

3

program dan upaya meningkatkan pencapaiannya. Jenis program perbaikan gizi
masyarakat yang diteliti mencakup: balita gizi buruk mendapat perawatan,
penimbangan berat badan balita, pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu
hamil, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI eksklusif dan konsumsi
garam beryodium di rumah tangga.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis masalah gizi dan pencapaian
program perbaikan gizi masyarakat di lokasi Kuliah Kerja Profesi (KKP)
mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor, meliputi cakupan program dan pencapaian
target program gizi masyarakat.
Tujuan Khusus

1.
2.
3.
4.

5.

6.
7.

Tujuan khusus penelitian ini adalah:
Menganalisis masalah gizi balita di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten
Bogor tahun 2014.
Menganalisis cakupan dan pencapaian target balita gizi buruk yang mendapat
perawatan di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor tahun 2014.
Menganalisis cakupan dan pencapaian target penimbangan berat badan balita
di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor tahun 2014.
Menganalisis cakupan dan pencapaian target program pemberian tablet
tambah darah (Fe) pada ibu hamil di lokasi KKP mahasiswa IPB di
Kabupaten Bogor tahun 2014.
Menganalisis cakupan dan pencapaian target program konsumsi garam
beryodium rumah tangga di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor
tahun 2014.
Menganalisis cakupan dan pencapaian target program pemberian kapsul
vitamin A di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor tahun 2014.
Menganalisis cakupan dan pencapaian target program pemberian ASI
Eksklusif di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor tahun 2014.

Manfaat Penelitian
Ada pun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Pengembangan Program
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan data cakupan program
perbaikan gizi masyarakat di Kabupaten Bogor, masukan atau pertimbangan bagi
penyusun dan penentu kebijakan dalam mengupayakan peningkatan pelaksanaan
program perbaikan gizi masyarakat.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Menambah informasi dan literatur kepustakaan tentang permasalahan gizi
dan cakupan program perbaikan gizi masyarakat di Kabupaten Bogor.

4

KERANGKA PEMIKIRAN
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait.
Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu
faktor makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor
penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi
prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi
yang terkait dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan
lingkungan.
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga,
khususnya pangan untuk bayi 0-6 bulan (ASI Eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-ASI),
dan pangan yang bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu
terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan
keluarga, dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
pendapatan, dan akses informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Sasaran pembangunan pangan dan gizi dalam RPJMN 2010-2014 dan
RAN-PG 2011-2015 adalah menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita,
termasuk stunting. Beberapa program dan kegiatan pembangunan nasional telah
dilakukan untuk mendukung sasaran tersebut. Seiring dengan hal tersebut,
gerakan perbaikan gizi dengan fokus terhadap kelompok 1000 hari pertama
kehidupan pada tataran global disebut Scaling Up Nutrition (SUN) dan di
Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam
Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan disingkat dengan Gerakan 1000 HPK.
Gerakan ini merupakan respon negara-negara di dunia terhadap kondisi
status gizi di sebagian besar negara berkembang dan akibat kemajuan yang tidak
merata dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs (Goal 1).
Rumusan perbaikan gizi yang digagas oleh Badan Dunia (PBB) ini telah
menimbulkan perubahan pandangan yang signifikan. Masalah gizi tidak saja
dipandang sebagai masalah kesehatan, tetapi telah menjadi tanggung jawab
bersama. Keberhasilan perbaikan gizi merupakan lanjutan dari keberhasilan
bidang penyediaan makanan, perubahan perilaku dan peningkatan pengetahuan,
perbaikan lingkungan dan penyediaan sarana air bersih, penyediaan lapangan
kerja dan peningkatan pendapatan, serta berbagai faktor determinan lainnya.
Sejalan dengan hal tersebut, maka penanganan masalah gizi tidak bisa hanya oleh
pemerintah saja, namun perlu keterlibatan dan dukungan dari pemangku
kepentingan lain, seperti mitra pembangunan, LSM, perguruan tinggi, organisasi
profesi, dan organisasi kemasyarakatan (Bappenas 2012b).
Beberapa upaya program kesehatan memiliki sasaran ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu nifas atau ibu menyusui, sedangkan beberapa program lainnya
dengan penduduk sasaran terfokus pada bayi, anak balita, anak usia sekolah,
wanita usia subur, usia lanjut dan lain-lain. Bagi petugas kesehatan, data sasaran
program tersebut diperlukan untuk menyusun rencana kegiatan tahunan atau
menghitung pencapaian indikator dalam rangka evaluasi keberhasilan upaya
kesehatan (Depkes 2009).
Surveilans gizi merupakan salah satu kegiatan yang dapat diandalkan
untuk mendukung pencapaian tujuan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat.
Surveilans gizi akan meningkatkan efektivitas program dengan mempertajam

5

upaya penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu, tempat, sasaran dan jenis
tindakannya. Dengan pelaksanaan surveilans gizi yang baik keadaan gizi
masyarakat dapat dipantau secara teratur, sehingga mampu mencegah,
mengantisipasi dan menangani masalah gizi di masyarakat dengan baik
(Kemenkes 2010). Pelaksanaan surveilans gizi di Kabupaten/Kota meliputi:
1. Pemantauan kasus gizi buruk pada balita.
2. Pemantauan pertumbuhan balita (D/S), (N/D) dan (D/K) yang merupakan
cerminan tingkat cakupan program, partisipasi masyarakat, hasil penimbangan
dan keberlangsungan program penimbangan.
3. Pemantauan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan.
4. Pemantauan konsumsi garam beryodium
5. Pemantauan pemberian kapsul vitamin A pada balita.
6. Pemantauan pemberian Fe 90 tablet pada ibu hamil.
Program pelayanan kesehatan dan gizi secara umum sudah dikenal oleh
masyarakat. Tetapi sampai saat ini penggunaan pelayanan belum optimal.
Penggunaan yang belum optimal terhadap pelayanan kesehatan dan gizi oleh
masyarakat tergantung dari akses dan partisipasi masyarakat terhadap pelayanan
dari pusat pelayanan tersebut. Partisipasi terhadap pelayanan tersebut tergantung
dari beberapa faktor yaitu : kesadaran, pengetahuan gizi, informasi tentang fungsi
dan keuntungan dari pelayanan serta pelaksaanan program kesehatan dan gizi itu
sendiri.
Penggunaan pelayanan kesehatan dan gizi oleh ibu hamil, ibu nifas, dan
ibu menyusui yang merupakan kelompok sasaran perlu diketahui karena bisa
melihat seberapa banyak jumlah ibu hamil/nifas memperoleh Tablet Tambah
Darah (TTD) besi serta ibu menyusui dan bayinya mendapatkan kapsul vitamin A.
Penggunaan pelayanan gizi dan kesehatan oleh ibu sangat bermanfaat untuk
memonitor status gizi ibu dan bayinya. Namun, berbagai kemungkinan faktor
yang dapat diduga mempengaruhi status gizi pada ibu menyusui dan bayinya
dapat dilihat pada kerangka konsep pada Gambar 1.

6

Penyakit infeksi

Status Gizi
(BB/U, TB/U, BB/TB)

Konsumsi pangan

Pemanfaatan program gizi dan kesehatan
- Program Perawatan gizi buruk dan
gizi kurang pada balita
- Program Penimbangan bayi/balita di
Posyandu
- Program vitamin A untuk ibu nifas
dan bayinya
- Program pemberian tablet tambah
darah pada ibu hamil
- Program penyuluhan gizi: Pemberian
ASI eksklusif, penggunaan garam
beryodium

Partisipasi ibu terhadap program gizi dan kesehatan

-

Pelayanan Program Gizi
Distribusi kapsul Vitamin A
Monitoring pertumbuhan
anak
Distribusi Tablet Tambah
Darah (TTD)
Pemberian ASI Eksklusif
Konsumsi garam beryodium

Karakteristik Keluarga
- Pendidikan orang tua
- Jumlah anggota keluarga

= variabel tidak diteliti
= variabel yang diteliti

Gambar 1 Kerangka konsep

7

METODE
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan data sekunder,
yaitu untuk mendapatkan gambaran masalah gizi balita, cakupan pemberian ASI
Esklusif pada bayi 0-6 bulan, cakupan pemberian tablet Fe bumil, cakupan
pemberian kapsul vitamin A, cakupan informasi penimbangan balita (D/S), dan
konsumsi garam beryodium. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah desain potong lintang (cross-sectional study). Pengambilan data dilakukan
di lokasi KKP mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi IPB di Kabupaten Bogor
tahun 2014 (meliputi 8 Kecamatan: Rumpin, Klapanunggal, Pamijahan, Jasinga,
Sukamakmur, Jonggol, Nanggung, dan Sukajaya). Waktu penelitian termasuk
persiapan, pengambilan data, pengolahan dan analisis data serta penulisan
dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu mulai bulan September 2014 hingga Januari
2015.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di lokasi
KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor Tahun 2014. Jumlah populasi rumah
tangga sebanyak 480, subjek diambil dari rumah tangga terpilih dalam populasi.
Kriteria subjek diantaranya: (a) rumah tangga yang memiliki balita usia 0-59
bulan, (b) berada di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor, (c) memiliki
data antropometri yang lengkap (umur, BB, TB/PB). Sehingga jumlah subjek
yang terpilih dari populasi adalah sebanyak 405 rumah tangga.
Data subjek didapatkan dari data hasil survei Pemantauan Status Gizi (PSG)
dari setiap kelompok KKP. Setiap kelompok KKP terlebih dahulu menentukan 10
rumah tangga yang memiliki anak balita yang akan dijadikan responden/subjek.
Pemilihan responden dilakukan secara purposive dengan model lingkaran anti
nyamuk (Lampiran 1). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemilihan
responden merujuk pada buku panduan pemantauan status gizi oleh mahasiswa
KKP kerjasama Kementerian Kesehatan RI dengan Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia IPB. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Kelompok KKP membuat daftar pusat desa atau titik desa (biasanya
sarana
umum),
seperti:
kantor
kelurahan/dusun/RW,
pasar,
sekolah/madrasah, tempat peribadatan, Posyandu, balai pengobatan,
Puskesmas.
b. Memilih satu pusat/titik desa secara acak/melotre
c. Di pusat/titik desa yang telah dipilih tersebut, mahasiswa KKP berjalan
dengan memilih arah yang dapat dipilih secara acak, bisa berjalan ke kiri,
kanan, depan atau belakang.
d. Kemudian mahasiswa KKP berjalan sesuai arah pola anti nyamuk dengan
pusat/titik desa sebagai titik tengah lingkaran.

8

e. Sambil berjalan, mahasiswa KKP dapat membuat peta rumah-rumah yang
dilalui dan mengunjungi rumah-rumah untuk memeriksa apakah rumah
tangga tersebut memiliki balita.
f. Setiap rumah tangga yang dilewati dan memiliki balita ditandai dan diberi
nomor urut sesuai penemuan rumah tangganya. Rumah tangga pertama
yang didatangi dan memiliki balita diberi nomor 1, rumah tangga yang
memiliki balita selanjutnya 2,3 dan seterusnya.
g. Apabila rumah tangga yang memiliki balita lebih dari 10, maka mahasiswa
KKP memilih rumah tangga yang akan dijadikan responden secara acak
kemudian diberi nomor 1-10 sesuai dengan nomor urut awalnya.
h. Setelah melakukan pemetaan, rumah-rumah yang telah diberi nomor 1-10
didatangi dan dilakukan wawancara, serta pengukuran/penimbangan
terhadap seluruh anggota rumah tangga.

Cara Pengumpulan Data
Data sekunder meliputi karakteristik sampel (nama, umur, jenis kelamin),
data antropometri (BB, PB/TB), data penimbangan bayi dan balita, data jumlah
ibu hamil yang mendapat tablet besi, data jumlah bayi dan balita yang mendapat
kapsul vitamin A, data jumlah bayi yang mendapat ASI esklusif, dan data jumlah
rumah tangga subjek yang mengkonsumsi garam beryodium diperoleh dari hasil
survei pemantauan status gizi masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Ilmu Gizi IPB saat berlangsungnya KKP IPB pada bulan JuliAgustus tahun 2014 di Kabupaten Bogor.

Pengolahan dan Analisis Data
Dalam tahap pengolahan data dilakukan kegiatan-kegiatan seperti cleaning ,
pengkodean, penghitungan manual, editing dan analisis. Program komputer yang
digunakan untuk membuat data base dan penyimpanannya adalah Microsoft
Office Excel 2007. Untuk menganalisis data status gizi bayi dan balita, nilai zscore ditentukan berdasarkan indeks BB/TB, BB/U dan TB/U menggunakan
program aplikasi WHO Anthro.
Data rumah tangga yang terkumpul dari kegiatan pemantauan status gizi di
lokasi KKP Kabupaten Bogor berjumlah 480 rumah tangga. Cleaning data
dilakukan pada data-data tersebut dengan memperhatikan kriteria subjek
penelitian yaitu rumah tangga yang memiliki anak balita usia 0-59 bulan dan data
pengukuran antropometri yang lengkap (data umur, BB, TB/PB) serta berada di
wilayah KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor. Sehingga diperoleh subjek
sebanyak 405 rumah tangga.
Pada tahapan pengkodean, seluruh informasi yang diperoleh dari kuesioner
survei pemantauan status gizi sebelumnya dientri ke dalam dummy table yang
telah tersedia dan pengkodean dilakukan mengikuti aturan code book yang telah
disediakan oleh Kemenkes. Perhitungan cakupan dan pencapaian program
dilakukan berdasarkan perhitungan nilai persentase cakupan masing-masing
program, merujuk pada Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM)

9

Perbaikan Gizi Masyarakat (Depkes 2004). Perhitungan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang
ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan dihitung dengan rumus:

Balita gizi buruk yang
mendapat perawatan

Balita gizi buruk yang
dirawat di sarana kesehatan
sesuai standar

X 100%

=
Balita gizi buruk yang
ditemukan

Berdasarkan target dan standar Kemenkes 2014 balita gizi buruk ditangani
harus mencapai 100%.
2. Data dan informasi penimbangan balita yang diperoleh digunakan untuk
mendapatkan persentase cakupan penimbangan berat badan balita (D/S),
dihitung dengan rumus:

Balita yang ditimbang
berat badannya (D/S)

Jumlah balita yang ditimbang
di Posyandu (D)
X 100%

=
Jumlah seluruh balita (S)

3. Persentase ibu hamil mendapat tablet Fe 90 adalah jumlah ibu hamil yang
mendapat 90 TTD dibagi dengan jumlah seluruh ibu hamil trimester 3 yang ada
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu, dihitung dengan rumus:

Cakupan Ibu
hamil mendapat
90 tablet

Jumlah ibu hamil mendapat
90 tablet Fe selama periode
kehamilannya
X 100%

=
Jumlah ibu hamil usia
trimester III

4. Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah balita
6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dibagi dengan jumlah seluruh
balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan pemberian tablet vitamin A diperoleh dengan rumus:
Cakupan balita
mendapat kapsul
vitamin A

Jumlah balita yang mendapat
kapsul vitamin A dosis tinggi
X 100%

=
Balita yang ada di satu
wilayah kerja

5. Persentase bayi usia 0 – 6 bulan mendapat ASI Eksklusif yaitu jumlah bayi
usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberikan ASI saja selama
sehari sebelum dilakukan pencatatan (recall 24 jam) dibagi dengan jumlah bayi

10

usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang ada pada saat dilakukan
pencatatan di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan pemberian
ASI Eksklusif, dihitung dengan menggunakan rumus:

Cakupan ASI
Eksklusif

Jumlah bayi usia 0-6 bulan
yang mendapat hanya ASI
saja
X 100%

=
Jumlah seluruh bayi usia 0-6
bulan

6. Cakupan konsumsi garam beryodium diperoleh dari hasil uji tes yodium yang
dilakukan di rumah tangga subjek. Persentase cakupan penggunaan garam
beryodium dihitung dengan rumus:
Jumlah rumah tangga yang
mengkonsumsi garam
beryodium
Rumah tangga dengan
=
X 100%
garam beryodium
Jumlah seluruh rumah tangga
yang diperiksa
Adapun tahapan analisis data pada penelitian ini disajikan pada Gambar 2.
Untuk analisis data digunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dimaksudkan
untuk memberikan gambaran umum tentang cakupan dan pencapaian program
gizi masyarakat di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor tahun 2014.
Data-data cakupan program yang diperoleh sebelumnya akan dibandingkan
dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan target capaian Indikator
Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2012-2014. Melalui hasil perbandingan ini
maka akan didapati informasi tentang pencapaian program perbaikan gizi
masyarakat di lokasi KKP mahasiswa IPB di Kabupaten Bogor. Data dan
informasi tentang pencapaian program perbaikan gizi masyarakat yang diperoleh
nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi untuk dapat menentukan tindakan atau
upaya yang harus dilakukan bila terdapat kesenjangan antara cakupan, SPM, dan
target keluaran program. Variabel dan kategori variabel yang akan diteliti
disajikan dalam Tabel 1.

11

Input

Laporan Pemantauan Status Gizi
(Hasil survei di wilayah KKP
Departemen GM 2014)

Proses

Cleaning,
Pengolahan dan
Analisis Data

Data Dasar
1. Data Gizi Buruk
2. Data Frekuensi Penimbangan Balita
3. Data Tata Laksana Gizi Buruk
4. Data Distribusi Tablet Fe
5. Data Distribusi Kapsul Vit.A
6. Data ASI Esklusif
7. Data Konsumsi Garam Beryodium di
RT

Hasil Tindakan

Keputusan Tindakan

Output

Target

Cakupan Program

Keluaran

Data Dasar
1. Analisis Data Gizi Buruk
2. Analisis Data Frekuensi Penimbangan Balita
3. Analisis Data Tata Laksana Gizi Buruk
4. Analisis Data Distribusi Tablet Fe
5. Analisis Data Distribusi Kapsul Vit.A
6. Analisis Data ASI Esklusif
7. Analisis Data Konsumsi Garam Beryodium
di RT

Penerimaan

Gambar 2 Tahapan analisis pemantauan status gizi

Target
1. Kejadian Gizi Buruk