Pemanfaatan Larutan Nutrien Yang Dibawa Oleh Serat Jagung dalam Budidaya Ikan Mas Cyprinus Carpio L. di Keramba Jaring Apung

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN
YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS
Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

Oleh :
Asep Permana
C01400003

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT
JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI
KERAMBA JARING APUNG
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
Skripsi ini.

Bogor, Oktober 2005

ASEP PERMANA
C01400003

RINGKASAN
ASEP PERMANA. Pemanfaatan Larutan Nutrien yang dibawa oleh Serat Jagung
dalam Budidaya Ikan Mas Cyprinus carpio L. Di Keramba Jaring Apung.
Dibimbing oleh R. UMAR HASAN SAPUTRA dan D. DJOKOSETIYANTO.
Ikan sebagaimana makhluk hidup lainnya, untuk dapat tumbuh dan
berkembang memerlukan makanan. Walaupun pakan yang dikonsumsi berupa
padatan, namun sesungguhnya yang dimanfaatkan oleh tubuh adalah nutrien
essensial yang terdapat dalam pakan tersebut. Saat ini telah berhasil dibuat nutrien
essensial secara sintetis dalam bentuk larutan nutrien, sehingga memberikan
peluang untuk digunakan dalam budidaya ikan. Salah satu sistem budidaya ikan

yang cukup banyak dilakukan di Indonesia adalah Keramba Jaring Apung (KJA).
Pemberian larutan nutrien secara langsung ke perairan di KJA tidak
memungkinkan karena arealnya terlalu luas dan airnya bersifat me ngalir.
Sehingga diperlukan adanya media pembawa larutan nutrien yang tidak
menyumbang apapun terhadap pertumbuhan. Dengan demikian pertumbuhan
yang terjadi benar-benar karena faktor larutan nutrien tersebut. Oleh karena itu,
percobaan ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemanfaatan larutan nutrien yang
dibawa oleh serat jagung dalam budidaya ikan mas di KJA.
Percobaan ini menggunakan empat perlakuan dosis larutan nutrien per kg
media pembawa dan terdiri dari tiga tahap perlakuan. Tahap pertama adalah dosis
larutan nutrien sebesar 2% (kolam H1), 4% (kolam H2), 6% (kolam H3) dan 8%
(kolam H4) dengan penambahan garam 10 g untuk masing- masing perlakuan.
Tahap kedua sama seperti tahap pertama tetapi ditambahkan amonia sebesar 2%
dari dosis larutan nutrien unt uk masing- masing perlakuan. Demikian pula dengan
tahap ketiga, hanya penambahan amonia ditingkatkan menjadi 20 g untuk masingmasing perlakuan. Kondisi awal ikan tiap perlakuan yaitu; H1 mempunyai
biomassa 110 kg, bobot rata-rata 40 g/ekor, kepadatan 2750 ekor/kolam dan
perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar 11,27:4,03 (2,79); H2
mempunyai biomassa 110 kg, bobot rata-rata 40 g/ekor, kepadatan 2750
ekor/kolam dan perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar 11,12:4,03
(2,75); H3 mempunyai biomassa 105 kg, bobot rata-rata 20 g/ekor, kepadatan

5250 ekor/kolam dan perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar
8,98:3,25 (2,76); H4 mempunyai biomassa 105 kg, bobot rata-rata 25 g/ekor,
kepadatan 4200 ekor/kolam dan perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm)
sebesar 9,05:3,30 (2,74). Pemberian larutan nutrien dilakukan dengan sistem
sekenyangnya (ad satiation).
Hasil percobaan menunjukan bahwa ikan mas mengalami pertumbuhan
dengan pertumbuhan harian 0,62-0,84% dan konversi pakan berdasarkan larutan
nutrien sebesar 0,18-0,61 serta tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 97,2498,62%. Sesuai hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa larutan nutrien
terbukti mampu menumbuhkan ikan mas.

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN
YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS
Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

Judul

:

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG
DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM
BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI
KERAMBA JARING APUNG

Nama
NRP

:
:


Asep Permana
C01400003

Disetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

R. Umar Hasan Saputra, M.Si
NIP. 132 092 239

Dr. D.Djokosetiyanto
NIP. 130 536 671

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi

NIP. 130 805 031

Tanggal Lulus : 6 Oktober 2005

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyele saikan skripsi yang berjudul
“Pemanfaatan Larutan Nutrien yang dibawa oleh Serat Jagung dalam Budidaya
Ikan Mas Cyprinus carpio L. di Keramba Jaring Apung”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada R. Umar Hasan Saputra,
M. Si dan Dr. D. Djoko Setiyanto selaku dosen pembimbing, Bapak Ade
Durachman, Mang Punpun, Dadan, Dedi yang telah membantu penulis selama
penelitian di Cirata, Pak Jajang, kokolot lingkungan yang selalu setia menganalisa
air sampel, Adil dan semua teman BDP 37 yang banyak memberi semangat dan
bantuan. Bapak dan Mimih atas doa-doa serta Nyun atas dorongan semangat dan
segalanya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk
itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun. Terakhir penulis

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu perikanan
ke depannya.

Bogor, Oktober 2005

Asep Permana

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 11 September 1981 sebagai anak
kedua dari dua bersaudara dari pasangan Rukman dan Tarmunah. Pendidikan
formal diawali di Taman Kanak-Kanak Kartini Ciwalen selama dua tahun (19861988). Pada tahun 1988-1994 penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri
Ciwalen 02. Kemudian pada tahun 1994-1997 menempuh pendidikan lanjutan di
SMP Negeri 02 Dayeuhluhur dan pada tahun 1997-2000 di SMU Negeri 01
Dayeuhluhur.
Penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2000 dan memilih program studi

Teknologi dan Manajemen Akuakultur, jurusan Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama di IPB penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi
diantaranya menjadi panitia TAMBAK (Temu Angkatan Mahasiswa Baru
Akuakultur) 2001 dan 2002, Ketua Panitia WorkShop Teknologi Manajemen
Akuakultur 2002, panitia bazaar akuakultur dan lainnya. Penulis juga aktif di
HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) sebagai pengurus di Departemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia periode 2002-2003, FKM-C (Forum
Komunikasi Muslim-C (2003-2004)

dan

Organisasi

Mahasiswa

Daerah

FORSIMALAYA (Forum Silaturahmi Mahasiswa Cilacap Bercahaya). Penulis
juga menjadi asisten mata kuliah Fisika Kimia Perairan (2003-2004), Dasar-dasar

Budidaya Perairan (2003-2004) dan Fisiologi Hewan Air (2004-2005).
Penulis melakukan praktek kerja lapang pembenihan udang windu
(Penaeus monodon Fabr) di P.T. Tirtamutiara Makmur Situbondo dan
pembesaran kerapu bebek (Cromileptes altivelis) di BBAP Situbondo Jawa
Timur.
Untuk menyelesaikan studi di FPIK, penulis melakukan penelitian yang
berjudul “Pemanfaatan Larutan Nutrien yang dibawa oleh Serat Jagung dalam
Budidaya Ikan Mas Cyprinus carpio L. di Keramba Jaring Apung” yang
bertempat di Cirata, Cianjur.

DAFTAR ISI
Hal

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Tujuan Penelitian...............................................................................

1

1
2

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Ikan Mas Cyprinus carpio L. ............................................................
2.1.1 Biologi Ikan Mas .....................................................................
2.1.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan Mas ...................................................
2.1.3 Parameter Kualitas Air ............................................................

3
3
3
3
4

III. BAHAN DAN METODE ......................................................................
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................
3.2 Metode Penelitian..............................................................................
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................
3.3.1 Perlakuan H1 ...........................................................................

3.3.2 Perlakuan H2 ...........................................................................
3.3.3 Perlakuan H3 ...........................................................................
3.3.4 Perlakuan H4 ...........................................................................
3.4 Parameter yang Diamati ....................................................................
3.4.1 Parameter Kualitas Air .............................................................
3.4.2 Kelangsungan Hidup ................................................................
3.4.3 Pertumbuhan Harian.................................................................
3.4.4 Pertumbuhan Bobot Mutlak .....................................................
3.4.5 Pertumbuhan Panjang Mutlak ..................................................
3.4.6 Pertumbuhan Tinggi Mutlak ....................................................
3.4.7 Konversi Pakan ........................................................................
3.4.8 Analisa Data .............................................................................

8
8
8
8
8
9
9
9
10
10
10
10
10
11
11
11
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
4.1 Hasil ..................................................................................................
4.1.1 Kualitas Air ..............................................................................
4.1.1.1 Perlakuan H1 .....................................................................
4.1.1.2 Perlakuan H2 .....................................................................
4.1.1.3 Perlakuan H3 .....................................................................
4.1.1.4 Perlakuan H4 .....................................................................

12
12
12
12
12
12
12

I.

4.1.2 Tingkat Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan harian, pertambahan bobot, FCR dan panjang serta tinggi mutlak ..................... 14

4.1.2.1 Perlakuan H1 .....................................................................
4.1.2.2 Perlakuan H2 .....................................................................
4.1.2.3 Perlakuan H3 .....................................................................
4.1.2.4 Perlkauan H4 .....................................................................
4.2 Pembahasan.......................................................................................
V.

14
14
15
15
16

KESIMPULAN ...................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 21
5.2 Saran .................................................................................................. 21

DAFTAR PUS TAKA ..................................................................................... 22

DAFTAR TABEL
Hal
1. Parameter kualitas air kolam perlakuan H1 ...................................................... 12
2. Parameter kualitas air kolam perlakuan H2 ...................................................... 12
3. Parameter kualitas air kolam perlakuan H3 ...................................................... 13
4. Parameter kualitas air kolam perlakuan H4 ...................................................... 13
5. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan bobot,
FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada kolam perlakuan H1...................... 14
6. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan bobot,
FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada kolam perlakuan H2 ...................... 14
7. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan bobot,
FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada kolam perlakuan H3 ...................... 15
8. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambhan bobot,
FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada kolam perlakuan H4 ...................... 15

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN
YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS
Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

Oleh :
Asep Permana
C01400003

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT
JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI
KERAMBA JARING APUNG
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
Skripsi ini.

Bogor, Oktober 2005

ASEP PERMANA
C01400003

RINGKASAN
ASEP PERMANA. Pemanfaatan Larutan Nutrien yang dibawa oleh Serat Jagung
dalam Budidaya Ikan Mas Cyprinus carpio L. Di Keramba Jaring Apung.
Dibimbing oleh R. UMAR HASAN SAPUTRA dan D. DJOKOSETIYANTO.
Ikan sebagaimana makhluk hidup lainnya, untuk dapat tumbuh dan
berkembang memerlukan makanan. Walaupun pakan yang dikonsumsi berupa
padatan, namun sesungguhnya yang dimanfaatkan oleh tubuh adalah nutrien
essensial yang terdapat dalam pakan tersebut. Saat ini telah berhasil dibuat nutrien
essensial secara sintetis dalam bentuk larutan nutrien, sehingga memberikan
peluang untuk digunakan dalam budidaya ikan. Salah satu sistem budidaya ikan
yang cukup banyak dilakukan di Indonesia adalah Keramba Jaring Apung (KJA).
Pemberian larutan nutrien secara langsung ke perairan di KJA tidak
memungkinkan karena arealnya terlalu luas dan airnya bersifat me ngalir.
Sehingga diperlukan adanya media pembawa larutan nutrien yang tidak
menyumbang apapun terhadap pertumbuhan. Dengan demikian pertumbuhan
yang terjadi benar-benar karena faktor larutan nutrien tersebut. Oleh karena itu,
percobaan ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemanfaatan larutan nutrien yang
dibawa oleh serat jagung dalam budidaya ikan mas di KJA.
Percobaan ini menggunakan empat perlakuan dosis larutan nutrien per kg
media pembawa dan terdiri dari tiga tahap perlakuan. Tahap pertama adalah dosis
larutan nutrien sebesar 2% (kolam H1), 4% (kolam H2), 6% (kolam H3) dan 8%
(kolam H4) dengan penambahan garam 10 g untuk masing- masing perlakuan.
Tahap kedua sama seperti tahap pertama tetapi ditambahkan amonia sebesar 2%
dari dosis larutan nutrien unt uk masing- masing perlakuan. Demikian pula dengan
tahap ketiga, hanya penambahan amonia ditingkatkan menjadi 20 g untuk masingmasing perlakuan. Kondisi awal ikan tiap perlakuan yaitu; H1 mempunyai
biomassa 110 kg, bobot rata-rata 40 g/ekor, kepadatan 2750 ekor/kolam dan
perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar 11,27:4,03 (2,79); H2
mempunyai biomassa 110 kg, bobot rata-rata 40 g/ekor, kepadatan 2750
ekor/kolam dan perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar 11,12:4,03
(2,75); H3 mempunyai biomassa 105 kg, bobot rata-rata 20 g/ekor, kepadatan
5250 ekor/kolam dan perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar
8,98:3,25 (2,76); H4 mempunyai biomassa 105 kg, bobot rata-rata 25 g/ekor,
kepadatan 4200 ekor/kolam dan perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm)
sebesar 9,05:3,30 (2,74). Pemberian larutan nutrien dilakukan dengan sistem
sekenyangnya (ad satiation).
Hasil percobaan menunjukan bahwa ikan mas mengalami pertumbuhan
dengan pertumbuhan harian 0,62-0,84% dan konversi pakan berdasarkan larutan
nutrien sebesar 0,18-0,61 serta tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 97,2498,62%. Sesuai hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa larutan nutrien
terbukti mampu menumbuhkan ikan mas.

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN
YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS
Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

Judul

:

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG
DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM
BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI
KERAMBA JARING APUNG

Nama
NRP

:
:

Asep Permana
C01400003

Disetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

R. Umar Hasan Saputra, M.Si
NIP. 132 092 239

Dr. D.Djokosetiyanto
NIP. 130 536 671

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi
NIP. 130 805 031

Tanggal Lulus : 6 Oktober 2005

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyele saikan skripsi yang berjudul
“Pemanfaatan Larutan Nutrien yang dibawa oleh Serat Jagung dalam Budidaya
Ikan Mas Cyprinus carpio L. di Keramba Jaring Apung”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada R. Umar Hasan Saputra,
M. Si dan Dr. D. Djoko Setiyanto selaku dosen pembimbing, Bapak Ade
Durachman, Mang Punpun, Dadan, Dedi yang telah membantu penulis selama
penelitian di Cirata, Pak Jajang, kokolot lingkungan yang selalu setia menganalisa
air sampel, Adil dan semua teman BDP 37 yang banyak memberi semangat dan
bantuan. Bapak dan Mimih atas doa-doa serta Nyun atas dorongan semangat dan
segalanya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk
itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun. Terakhir penulis
berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu perikanan
ke depannya.

Bogor, Oktober 2005

Asep Permana

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 11 September 1981 sebagai anak
kedua dari dua bersaudara dari pasangan Rukman dan Tarmunah. Pendidikan
formal diawali di Taman Kanak-Kanak Kartini Ciwalen selama dua tahun (19861988). Pada tahun 1988-1994 penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri
Ciwalen 02. Kemudian pada tahun 1994-1997 menempuh pendidikan lanjutan di
SMP Negeri 02 Dayeuhluhur dan pada tahun 1997-2000 di SMU Negeri 01
Dayeuhluhur.
Penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2000 dan memilih program studi
Teknologi dan Manajemen Akuakultur, jurusan Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama di IPB penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi
diantaranya menjadi panitia TAMBAK (Temu Angkatan Mahasiswa Baru
Akuakultur) 2001 dan 2002, Ketua Panitia WorkShop Teknologi Manajemen
Akuakultur 2002, panitia bazaar akuakultur dan lainnya. Penulis juga aktif di
HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) sebagai pengurus di Departemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia periode 2002-2003, FKM-C (Forum
Komunikasi Muslim-C (2003-2004)

dan

Organisasi

Mahasiswa

Daerah

FORSIMALAYA (Forum Silaturahmi Mahasiswa Cilacap Bercahaya). Penulis
juga menjadi asisten mata kuliah Fisika Kimia Perairan (2003-2004), Dasar-dasar
Budidaya Perairan (2003-2004) dan Fisiologi Hewan Air (2004-2005).
Penulis melakukan praktek kerja lapang pembenihan udang windu
(Penaeus monodon Fabr) di P.T. Tirtamutiara Makmur Situbondo dan
pembesaran kerapu bebek (Cromileptes altivelis) di BBAP Situbondo Jawa
Timur.
Untuk menyelesaikan studi di FPIK, penulis melakukan penelitian yang
berjudul “Pemanfaatan Larutan Nutrien yang dibawa oleh Serat Jagung dalam
Budidaya Ikan Mas Cyprinus carpio L. di Keramba Jaring Apung” yang
bertempat di Cirata, Cianjur.

DAFTAR ISI
Hal

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Tujuan Penelitian...............................................................................

1
1
2

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Ikan Mas Cyprinus carpio L. ............................................................
2.1.1 Biologi Ikan Mas .....................................................................
2.1.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan Mas ...................................................
2.1.3 Parameter Kualitas Air ............................................................

3
3
3
3
4

III. BAHAN DAN METODE ......................................................................
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................
3.2 Metode Penelitian..............................................................................
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................
3.3.1 Perlakuan H1 ...........................................................................
3.3.2 Perlakuan H2 ...........................................................................
3.3.3 Perlakuan H3 ...........................................................................
3.3.4 Perlakuan H4 ...........................................................................
3.4 Parameter yang Diamati ....................................................................
3.4.1 Parameter Kualitas Air .............................................................
3.4.2 Kelangsungan Hidup ................................................................
3.4.3 Pertumbuhan Harian.................................................................
3.4.4 Pertumbuhan Bobot Mutlak .....................................................
3.4.5 Pertumbuhan Panjang Mutlak ..................................................
3.4.6 Pertumbuhan Tinggi Mutlak ....................................................
3.4.7 Konversi Pakan ........................................................................
3.4.8 Analisa Data .............................................................................

8
8
8
8
8
9
9
9
10
10
10
10
10
11
11
11
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
4.1 Hasil ..................................................................................................
4.1.1 Kualitas Air ..............................................................................
4.1.1.1 Perlakuan H1 .....................................................................
4.1.1.2 Perlakuan H2 .....................................................................
4.1.1.3 Perlakuan H3 .....................................................................
4.1.1.4 Perlakuan H4 .....................................................................

12
12
12
12
12
12
12

I.

4.1.2 Tingkat Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan harian, pertambahan bobot, FCR dan panjang serta tinggi mutlak ..................... 14

4.1.2.1 Perlakuan H1 .....................................................................
4.1.2.2 Perlakuan H2 .....................................................................
4.1.2.3 Perlakuan H3 .....................................................................
4.1.2.4 Perlkauan H4 .....................................................................
4.2 Pembahasan.......................................................................................
V.

14
14
15
15
16

KESIMPULAN ...................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 21
5.2 Saran .................................................................................................. 21

DAFTAR PUS TAKA ..................................................................................... 22

DAFTAR TABEL
Hal
1. Parameter kualitas air kolam perlakuan H1 ...................................................... 12
2. Parameter kualitas air kolam perlakuan H2 ...................................................... 12
3. Parameter kualitas air kolam perlakuan H3 ...................................................... 13
4. Parameter kualitas air kolam perlakuan H4 ...................................................... 13
5. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan bobot,
FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada kolam perlakuan H1...................... 14
6. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan bobot,
FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada kolam perlakuan H2 ...................... 14
7. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan bobot,
FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada kolam perlakuan H3 ...................... 15
8. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambhan bobot,
FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada kolam perlakuan H4 ...................... 15

DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Kandungan nutrien terlarut .............................................................................. 23
2. Suhu selama penelitian (ºC) ............................................................................ 24
3. Kematian ikan Mas Cyprinus carpio L. .......................................................... 26
4. Panjang (cm) dan tinggi (cm) ikan Mas Cyprinus carpio L ........................... 28

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan sebagaimana makhluk hidup lainnya, untuk dapat tumbuh dan
berkembang memerlukan makanan. Di dalam akuakultur walaupun pakan yang
biasanya digunakan berbentuk padat (pelet atau ikan rucah), namun sesungguhnya
yang dimanfaatkan oleh tubuh adalah nutrien essensial yang terdapat dalam pakan
tersebut. Dengan telah ditemukannya teknologi untuk membuat nutrien essensial
secara cepat, murah dan telah berada pada tingkat industri memungkinkan
terjadinya efisiensi dan efektifitas dalam sistem akuakultur.
Hal ini sangat diperlukan mengingat kondisi budidaya ikan khususnya yang
dilakukan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata saat ini
menghadapi masalah yaitu semakin mahalnya harga pakan akibat naiknya harga
tepung ikan sebagai bahan baku utama pakan. Kondisi yang memprihatinkan ini
semakin diperparah dengan lingkungan perairan yang buruk sebagai akibat
akumulasi limbah dari sisa pakan dan kotoran ikan.
Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu sistem akuakultur
yang saat ini cukup banyak dilakukan di Indonesia. Berbeda dengan sistem kolam,
penggunaan larutan nutrien secara langsung pada sistem ini akan menjadi tidak
efisien karena penyebaran nutrien terlalu luas. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah digunakannya pembawa dari nutrien tersebut agar langsung
dapat dimanfaatkan oleh ikan.
Pembawa yang dimaksud bukan merupakan sumber nutrien namun hanya
berupa serat saja. Sehingga tidak akan menyumbang apapun terhadap
pertumbuhan. Dengan demikian pertumbuhan yang terjadi dapat dianggap hanya
karena larutan nutrien yang diberikan.
Untuk menghadapi masalah ini maka telah dilakukan percobaan
penggunaan larutan nutrien di KJA dengan pembawa berupa serat dari jagung
(Corn Brand) dan ikan mas sebagai ikan model.

1.2 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian larutan nutrien
pada budidaya ikan mas di KJA.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas Cyprinus carpio L.
2.1.1 Biologi Ikan Mas
Menurut Saanin (1984) dalam klasifikasinya, ikan mas termasuk dalam :
Ordo

: Ostariophysi

Sub Ordo : Cyprinoide
Famili

: Cyprinidae

Genus

: Cyprinus

Spesies

: Cyprinus carpio Linne
Ardiwinata (1971) dalam Suprayitno (1986) menyatakan bahwa ikan mas

mulai dikenal di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat sekitar tahun 1810. Suprayitno
(1986) menyatakan bahwa dari segi warna ikan, ditemukan ikan mas merah,
hitam, hijau, kuning, putih, biru, keperakan, coklat kemerahan, dan belang-belang
campuran beberapa warna. Sedangkan bentuk badan, sirip dan sisiknya
mencirikan varitas, misalnya ikan mas : Sinyonya, Kumpay, Kancra Domas,
Punten, Kaca, Schupper dan Taiwan serta Majalaya.
Asmawi (1983) menyatakan bahwa daerah untuk pemeliharaan ikan mas
adalah pada kisaran ketinggian 150 sampai 600 m di atas permukaan laut, pH
berkisar antara 7 sampai 8 dan suhu optimal antara 20 sampai 25ºC. Ikan ini hidup
di tempat-tempat yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, baik di
sungai-sungai, danau-danau, maupun di genangan-genangan air lainnya.

2.1.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan Mas
Kondisi sekarang dimana budidaya dilakukan secara intensif memerlukan
adanya pakan buatan yang kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kebutuhan
ikan. Pakan yang dibuat haruslah yang sederhana, murah dan tercukupi kebutuhan
nutrisinya, bahkan melebihi dari yang terkandung dalam pakan alami (Huet,
1971).
Makanan berfungsi utama sebagai penyedia energi bagi aktivitas sel-sel
tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi dalam makanan yang
berfungsi sebagai sumber energi tubuh (Buwono, 2000).

Webster and Lim (2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan energi untuk ikan yaitu : aktivitas, temperatur, ukuran ikan, laju
pertumbuhan, spesies, dan konsumsi pakan.
Protein bersama dengan mineral dan air merupakan bahan baku utama
dalam pembentukan sel-sel dan jaringan tubuh, sedangkan protein bersama
dengan mineral dan vitamin berfungsi dalam pengaturan suhu tubuh, pengaturan
keseimbangan asam basa, pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh, serta
pengaturan proses metabolisme dalam tubuh (Buwono, 2000).
Webster and Lim (2002) menyatakan bahwa carp adalah ikan omnivor
dan dapat menggunakan lemak dan karbohidrat lebih efektif sebagai sumber
energinya, dan oleh karena itu kandungan energi tercerna lebih penting
dibandingkan kandungan lipid dalam pakan. Watanabe et al. (1974)

dalam

Shepherd and Bromage (1992) menyatakan bahwa ikan mas membutuhkan asam
linoleat (18:2-n6) dan asam linolenat (18:3- n3) masing- masing sebesar 1%.
Ogino et al. (1976) dalam Webster and Lim (2002) menyatakan bahwa
ikan mas menggunakan karbohidrat lebih efektif sebagai sumber energi. Level
optimum untuk ikan mas adalah sekitar 30-40% (Takeuchi et al. 1971 dalam
Webster and Lim, 2002).

3.2 Parameter Kualitas Air
Stickney (1993) menyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan
pada umumnya berkisar antara 20-30°C. Min (1985) menyatakan bahwa
metabolisme ikan dipengaruhi oleh suhu, nafsu makan ikan akan menurun ketika
suhu turun dibawah 15°C dan akan berhenti makan ketika suhu dibawah 5-7°C .
Untuk cyprinids pada suhu dibawah 13°C pertumbuhannya akan berhenti dan
pada suhu kurang dari 5ºC akan berhenti makan. Begitu juga untuk reproduksi,
cyprinids mempunyai toleransi terhadap suhu yang tinggi dan tidak akan memijah
kalau suhu perairan tidak cukup panas. Di eropa, carp mulai memijah pada suhu
18 sampai 20ºC di akhir musim semi (Huet, 1971).
Stickney (1993) menyatakan bahwa di kolam, DO terendah terjadi pada
dini hari yang disebabkan karena konsumsi dari tanaman dan hewan selama
malam hari dimana proses fotosintesis tidak terjadi. Pada kenyataannya, seluruh

ikan-ikan tropis menginginkan nilai DO mendekati 5 mg/l, walaupun ada spesies
seperti lele dan tilapia dapat beradaptasi pada nilai DO yang lebih rendah. Stres
pada ikan- ikan tropis sering terjadi ketika DO jatuh dibawah 3 mg/l dan kematian
ikan biasanya terjadi ketika DO turun lebih rendah lagi (Stickney, 1993).
Shepherd and Bromage (1992) menyatakan bahwa carp, catfish dan tilapia
dapat bertahan pada kadar DO dibawah 2 mg/l tetapi hanya dalam waktu yang
singkat. Kebutuhan oksigen terlarut oleh ikan berbeda-beda sesuai dengan
spesiesnya, untuk cyprinids umumnya sekitar 6 sampai 7 mg/l (Huet, 1971).
Sedangkan (Mckee and Wolf, 1963 dalam Boyd, 1990) menyatakan bahwa
konsentrasi oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 3 mg/l.
Ikan dapat merasakan respon yang berbeda terhadap adanya konsentrasi
CO2 bebas dan akan berusaha menghindari daerah yang konsentrasi CO2 nya
tinggi (Hoglund, 1961 dalam Boyd, 1990). Walaupun begitu, ikan masih bisa
mentoleransi konsentrasi CO2 sampai 10 mg/l atau lebih asalkan konsentrasi DO
tinggi. Kebanyakan spesies ikan dapat bertahan hidup dalam perairan yang
mengandung sampai 60 mg/l CO2 bebas (Hart, 1944; Haskel and Davies, 1958
dalam Boyd, 1990). Ketika kadar oksigen rendah, karbondioksida akan terasa
pengaruhnya dan akan menghalangi proses pengambilan oksigen oleh ikan
(Boyd, 1982).
Sedangkan air yang mendukung optimalnya tingkat populasi ikan biasanya
mengandung kurang dari 5 mg/l CO2 bebas (Ellis, 1937 dalam Boyd, 1990).
Dalam perairan yang digunakan untuk budidaya intensif, tingkat CO2 bebas
berfluktuasi dari 0 mg/l di sore hari sampai 5 atau 10 mg/l di malam hari dengan
tidak menyebabkan pengaruh yang negatif terhadap ikan (Boyd, 1990).
Air dengan nilai pH antara 6,5 sampai 9 merupakan kondisi optimum
dalam produksi ikan (Ellis, 1937 dalam Boyd, 1990). Jika pH perairan dibawah
6,5 atau lebih dari 9-9,5 dalam waktu yang lama, reproduksi dan pertumbuhan
akan berkurang (Boyd, 1982). Nilai pH di kolam akan selalu berubah sepanjang
harinya sebagai akibat dari fotosintesis. Dalam perairan yang miskin akan buffer
pH, nilai pH akan turun sampai 6 di pagi hari dan akan meningkat sampai 9 atau
lebih di sore hari.

Amonia merupakan gas beracun bagi ikan, tingkat toksiknya akan
meningkat ketika konsentrasi oksigen terlarut rendah (Markens and Downing,
1957 dalam Boyd, 1990). Tetapi pengaruh ini tidak terjadi di kolam ikan karena
konsentrasi CO2 biasanya tinggi ketika oksigen terlarut rendah. Lloyd and Herbert
(1960) dalam Boyd (1990) menyatakan bahwa toksisitas amonia berkurang
dengan meningkatnya konsentrasi karbondioksida, hal ini dikarenakan tingginya
konsentrasi karbondioksida dapat menurunkan pH dan mereduksi perbandingan
total amonia nitrogen yang beracun, bentuk tidak terionisasi.
Konsentrasi sublethal amonia disebabkan oleh perubahan pathologi dalam
organ ikan dan jaringan (Smith and Piper, 1975 dalam Boyd 1990). Pengaruh
amonia terhadap jaringan selalu terjadi dalam kisaran 0,006 sampai 0,34 mg/l.
Pertumbuhan yang lambat dari ikan- ikan yang dipelihara dalam tangki ditandai
dengan adanya akumulasi amonia (Smith and Piper, 1975; Andrews et al.1971
dalam Boyd 1990). Robinette (1976) dalam Boyd (1990) melaporkan bahwa
konsentrasi amonia sebesar 0,12 mg/l menyebabkan perlambatan pertumbuhan
dan kerusakan insang pada Channel catfish, sedangkan pada konsentrasi 0,06 mg/l
tidak menyebabkan pengaruh yang berbahaya.
Shepherd and Bromage (2002) menyatakan bahwa pada pH dibawah 7
amonia tidak menyebabkan masalah dalam budidaya ikan, tetapi pada kadar yang
kecilpun jika ada pada pH yang lebih tinggi akan berbahaya. Kawamoto (1961)
dalam Zonneveld et al.(1991) menyatakan bahwa daya racun amonia untuk ikan
mas adalah 2.0 mg/l.
Stickney (1993) menyatakan bahwa kadar toksisitas nitrit berbeda antara
ikan yang satu dengan lainnya. Toksisitas nitrit tergantung pada pH dan chloride
(Russo and Thurston, 1991 dalam Stickney, 1993). Penambahan calcium chloride
atau sodium chloride ke dalam air merupakan satu cara yang efektif untuk
mengurangi toksisitas nitrit dalam budidaya di kolam (Tomasso et al. 1979, 1980;
Huey et al. 1980; Schwedler and Tucker, 1983 dalam Stickney, 1993). Kadar dari
masing- masing bahan sebesar 60 mg/l telah terbukti berhasil.
Hollerman and Boyd (1980) dalam Boyd (1982) mengatakan bahwa nitrit
dihasilkan dari proses reduksi nitrat oleh bakteri dalam keadaan anaerobik.
Konsentrasi toksik nitrit berbeda-beda tergantung spesies, untuk catfish sekitar 13

mg/l NO2 -N dan untuk salmonid 0,3 mg/l NO2 -N. Secara umum kadar nitrit yang
biasa terkandung di kolam berkisar antara 0.5- 5 mg/l NO2 -N.
Stickney (1979) menyatakan bahwa nitrogen dapat dirubah menjadi
amonia, setelah itu melalui proses nitrifikasi akan dirubah menjadi nitrit dan
nitrat.
NH3 ? NO2- ? NO3Proses ini dilakukan oleh bakteri aerobik. Nitrosomonas adalah bakteri yang
berperan dalam merubah amonia menjadi nitrit dan Nitrobacter merupakan
bakteri nitrifikasi yang merubah nitrit menjadi nitrat (Meade, 1976 dalam
Stickney, 1979).
Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa nitrat umumnya tidak berbahaya
bagi ikan. Effendi (2000) menyatakan bahwa kadar nitrat yang melebihi 5 mg/l
menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas
manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat nitrogen melebihi 0,2 mg/l dapat
mengakibatkan terjadinya eutrofikasi dan selanjutnya terjadi blooming.
Stickney (1979) menyatakan bahwa kadar nitrat yang bersifat racun
terhadap perairan belum diketahui. Hart et al. (1945) dalam Stickney (1979)
mengindikasikan bahwa dalam 95% kasus yang ditemukan, perairan dengan kadar
nitrat 4,2 mg/l tidak mengganggu kesehatan ikan.

III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juli 2005 yang bertempat
di Keramba Jaring Apung, Jatinenggang, Cirata, Cianjur. Pengujian kualitas air
dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Institut
Pertanian Bogor.

3.2 Metode Percobaan
Percobaan terdiri dari empat perlakuan (H1, H2, H3 dan H4). Ada tiga
tahap perlakuan selama percobaan, tahap pertama dilakukan mulai hari pertama
sampai hari ke-5 (14 - 18 Mei 2005), tahap kedua mulai hari ke-6 sampai hari ke30 (19 - 12 Juni 2005) dan tahap ketiga mulai hari ke-31 sampai hari ke-60 (13
Juni – 12 Juli 2005). Wadah yang digunakan untuk percobaan berupa satu unit
jaring apung yang terdiri dari empat wadah pemeliharaan (jaring) yang biasanya
disebut kolam. Masing – masing wadah berukuran 7 x 7 x 3 m. Sebelum dipakai
jaring tersebut dibersihkan dan diperiksa untuk menghindari adanya kebocoran.

3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Perlakuan H1
Pada kolam perlakuan H1, kondisi ikan awal yang digunakan mempunyai
biomassa 110 kg, bobot rata-rata 40 g/ekor, kepadatan 2750 ekor/kolam dan
perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar 11,27 : 4,03 (2,79). Pada
kolam perlakuan H1, perlakuan tahap pertama dosisnya sebesar 20 g larutan
nutrien dengan ditambah garam 10 g. Setelah selesai tahap pertama, dilanjutkan
tahap kedua yaitu berupa penambahan amoniak ke dalam larutan nutrien. Dosis
dari amoniak yang digunakan sebesar 2% dari dosis larutan nutrien. Sedangkan
untuk tahap ketiga, dosis amoniak menjadi 20 g/kg serat untuk masing- masing
perlakuan. Untuk dosis larutan nutrien dan garamnya pada tiap tahap sama seperti
tahap 1.

3.3.2 Perlakuan H2
Pada kolam perlakuan H2, kondisi ikan awal yang digunakan mempunyai
biomassa 110 kg, bobot rata-rata 40 g/ekor, kepadatan 2750 ekor/kolam dan
perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar 11,12 : 4,03 (2,75). Pada
kolam perlakuan

H2, perlakuan tahap pertama dosisnya sebesar 40 g larutan

nutrien dengan ditambah garam 10 g. Setelah selesai tahap pertama, dilanjutkan
tahap kedua yaitu berupa penambahan amoniak ke dalam larutan nutrien. Dosis
dari amoniak yang digunakan sebesar 2% dari dosis larutan nutrien. Sedangkan
untuk tahap ketiga, dosis amoniak menjadi 20 g/kg serat untuk masing- masing
perlakuan. Untuk dosis larutan nutrien dan garamnya pada tiap tahap sama seperti
tahap 1.

3.3.3 Perlakuan H3
Pada kolam perlakuan H3, kondisi ikan awal yang digunakan mempunyai
biomassa 105 kg, bobot rata-rata 20 g/ekor, kepadatan 5250 ekor/kolam dan
perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar 8,98 : 3,25 (2,76). Pada
kolam perlakuan

H3, perlakuan tahap pertama dosisnya sebesar 60 g larutan

nutrien dengan ditambah garam 10 g. Setelah selesai tahap pertama, dilanjutkan
tahap kedua yaitu berupa penambahan amoniak ke dalam larutan nutrien. Dosis
dari amoniak yang digunakan sebesar 2% dari dosis larutan nutrien. Sedangkan
untuk tahap ketiga, dosis amoniak menjadi 20 g/kg serat untuk masing- masing
perlakuan. Untuk dosis larutan nutrien dan garamnya pada tiap tahap sama seperti
tahap 1.

3.3.4 Perlakuan H4
Pada kolam perlakuan H4, kondisi ikan awal yang digunakan mempunyai
biomassa 105 kg, bobot rata-rata 25 g/ekor, kepadatan 4200 ekor/kolam dan
perbandingan panjang dan tinggi rata-rata (cm) sebesar 9,05 : 3,30 (2,74). Pada
kolam perlakuan H4, perlakuan tahap pertama dosisnya sebesar 80 g larutan
nutrien dengan ditambah garam 10 g. Setelah selesai tahap pertama, dilanjutkan
tahap kedua yaitu berupa penambahan amoniak ke dalam larutan nutrien. Dosis
dari amoniak yang digunakan sebesar 2% dari dosis larutan nutrien. Sedangkan

untuk tahap ketiga, dosis amoniak menjadi 20 g/kg serat untuk masing- masing
perlakuan. Untuk dosis larutan nutrien dan garamnya pada tiap tahap sama seperti
tahap 1.
Kandungan nutrien dari pakan terlarut dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Masing – masing campuran tersebut dilarutkan dalam air sebanyak 200 ml dan
dicampurkan dengan 1 kg serat sampai meresap secara merata. Serat yang
digunakan terbuat dari serat jagung. Fungsi dari serat ini adalah sebagai pembawa
larutan nutrien yang akan diserap oleh ikan setelah serat tersebut dimakan dan
dicerna. Pemberian dilakukan dengan sistem ad satiation atau sekenyangnya.

3.4 Parameter yang Diamati
3.4.1 Parameter kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur meliputi DO, pH, NH3 , NO2 , NO3 dan
CO2 . Pengukuran kualitas air ini dilakuakan 30 hari sekali. Sedangkan suhu
diukur setiap hari.
3.4.2 Kelangsungan Hidup (SR)
Menurut Effendie (1997), kelangsungan hidup ikan uji dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut:
SR =

Nt
x 100 %
No

Keterangan : SR = tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = jumlah ikan mas pada akhir pemeliharaan
No = jumlah ikan pada awal pemeliharaan
3.4.3 Pertumbuhan harian (a)
Wt = Wo (1 + 0,01 α)t
Keterangan : α

= laju pertumbuhan harian (%)

Wt = bobot rata – rata ikan mas pada waktu t hari (g)
Wo = bobot rata – rata ikan mas pada awal penelitian (g)
t

= lama waktu pengamatan (hari)

3.4.4 Pertumbuhan Bobot Biomassa
h = Wt - Wo
Keterangan : h

= pertumbuhan bobot biomassa (kg)

Wt = bobot biomassa ikan mas pada akhir pemeliharaan (kg)
Wo = bobot biomassa ikan mas pada awal pemeliharaan (kg)
3.4.5 Pertumbuhan Panjang Mutlak (Pm)
Pertumbuhan panjang mutlak (Pm) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
Pm = Pt - Po
Keterangan : Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pt = Panjang ikan pada waktu ke-t (cm)
Po = Panjang ikan pada waktu awal (cm)
3.4. 6 Pertumbuhan Tinggi Mutlak (Tm)
Pertumbuhan tinggi mutlak (Tm) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
Tm = Tt - To
Keterangan : Tm = Pertumbuhan tinggi mutlak (cm)
Tt = Tinggi ikan pada waktu ke-t (cm)
To = Tinggi ikan pada waktu awal (cm)
3.4.7 Konversi Pakan (FCR)
FCR = F/Wt-Wo
Keterangan : FCR = Konversi Pakan
F

= Jumlah total pakan yang dikonsumsi (kg)

Wt

= Bobot biomassa ikan uji pada akhir pemeliharaan (kg)

Wo = Bobot biomassa ikan uji pada awal pemeliharaan (kg)
3.5 Analisa Data
Hasil data yang diperoleh selama percobaan dianalisa secara deskriptif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil percobaan selama 60 hari, diperoleh nilai kualitas air,
tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot mutlak,
panjang dan tinggi mutlak serta nilai konversi pakan.
4.1.1 Kualitas Air
Untuk parameter suhu pada tiap kolam perlakuan berkisar antara 29-30ºC.
Data suhu selama percobaan dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.1.1 Perlakuan H1
Parameter kualitas air selain suhu pada kolam perlakuan H1dapat dilihat
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Parameter kualitas air kolam perlakuan H1
Parameter
DO (mg/l)
CO2 (mg/l)
pH
NH3 (mg/l)
NO2 (mg/l)
NO3 (mg/l)

0 hari
2.5
11,98
7,22
0,0043
0,1198
0,3305

Perlakuan H1
30 hari
1.75
11,98
6,97
td
0,2141
0,2199

60 hari
4.81
11,98
6,26
td
0,0743
0,156

Keterangan : td = tidak terdeteksi

4.1.1.2 Perlakuan H2
Parameter kualitas air selain suhu pada kolam perlakuan H2 dapat dilihat
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Parameter kualitas air kolam perlakuan H2
Parameter
DO (mg/l)
CO2 (mg/l)
pH
NH3 (mg/l)
NO2 (mg/l)
NO3 (mg/l)

0 hari
2,5
11,98
7,2
0,009
0,13
0,3559

Keterangan : td = tidak terdeteksi

Perlakuan H2
30 hari
2,1
9,98
6,95
td
0,1087
0,3783

60 hari
4,15
11,98
6,4
td
0,0495
0,184

4.1.1.3 Perlakuan H3
Parameter kualitas air selain suhu pada kolam perlakuan H3 dapat dilihat
dalam Tabel 3.
Tabel 3. Parameter kualitas air kolam perlakuan H3
Parameter
DO (mg/l)
CO2 (mg/l)
pH
NH3 (mg/l)
NO2 (mg/l)
NO3 (mg/l)

0 hari
2,5
11,98
7,23
0,0035
0,1198
0,3644

Perlakuan H3
30 hari
1,7
11,98
7,02
0,0051
0,1383
0,2859

60 hari
3,72
11,98
6,29
td
0,0693
0,16

Keterangan : td = tidak terdeteksi

4.1.1.4 Perlakuan H4
Parameter kualitas air selain suhu pada kolam perlakua n H4 dapat dilihat
dalam Tabel 4.
Tabel 4. Parameter kualitas air kolam perlakuan H4
Parameter
DO (mg/l)
CO2 (mg/l)
pH
NH3 (mg/l)
NO2 (mg/l)
NO3 (mg/l)

0 hari
2,5
11,98
7,2
0,0062
0,13
0,3729

Perlakuan H4
30 hari
2,17
9,98
7,01
0,0115
0,0691
0,3299

60 hari
3,96
11,98
6,32
td
0,0941
0,236

Keterangan : td = tidak terdeteksi

Nilai oksigen terlarut untuk masing- masing perlakuan mempunyai
kecenderungan yang sama yaitu mengalami peningkatan diakhir percobaan.
Untuk nilai karbondioksida secara umum menunjukkan pola yang stabil.
Sedangkan untuk nilai pH cenderung mengalami penurunan selama percobaan.
Untuk nilai amonia semua perlakuan mengalami penurunan sampai akhir
percobaan, walaupun untuk perlakuan H3 dan H4 sempat meningkat pada hari ke30. Nilai nitrit pada semua perelakuan berfluktuasi, tetapi kecenderungannya
menurun diakhir percobaan. Dan untuk nilai nitrat mengalami penurunan sampai
akhir percobaan untuk semua perlakuan.

4.1.2 Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan
biomassa, FCR dan panjang serta tinggi mutlak
4.1.2.1 Perlakuan H1
Tabel 5. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan
biomassa, FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada perlakuan H1
Parameter

Perlakuan H1

SR (%)

98.55

a (%)

0.75

? W (kg)

63

? Nutrien non garam (kg)

11.30

FCR Nutrien non garam

0.18

? Nutrien + garam (kg)

15.09

FCR Nutrien + garam

0.24

? Serat pembawa (kg)

375

FCR serat

5.9

Pm : Tm (awal)

11.27 : 4.03 (2.79)

Pm : Tm (akhir)

13.47 : 4.80 (2.80)

Keterangan : Pm dan Tm = Panjang dan Tinggi mutlak

4.1.2.2 Perlakuan H2
Tabel 6. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan
biomassa, FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada perlakuan H2
Parameter

Perlakuan H2

SR (%)

98.62

a (%)

0.84

? W (kg)

72

? Nutrien non garam (kg)

22.10

FCR Nutrien non garam

0.31

? Nutrien + garam (kg)

26.34

FCR Nutrien + garam

0.37

? Serat pembawa (kg)

425

FCR serat

5.9

Pm : Tm (awal)

11.12 : 4.03 (2.75)

Pm : Tm (akhir)

13.88 : 4.95 (2.80)

Keterangan : Pm dan Tm = Panjang dan Tinggi mutlak

4.1.2.3 Perlakuan H3
Tabel 7. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan
biomassa, FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada perlakuan H3
Parameter

Perlakuan H3

SR (%)

98.29

a (%)

0.62

? W (kg)

47

? Nutrien non garam (kg)

28.60

FCR Nutrien non garam

0.61

? Nutrien + garam (kg)

32.50

FCR Nutrien + garam

0.69

? Serat pembawa (kg)

395

FCR serat

8.4

Pm : Tm (awal)

8.98 : 3.25 (2.76)

Pm : Tm (akhir)

11.48 : 4.23 (2.71)

Keteranga n : Pm dan Tm = Panjang dan Tinggi mutlak

4.1.2.4 Perlakuan H4
Tabel 8. Tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, pertambahan
biomassa, FCR dan panjang serta tinggi mutlak pada perlakuan H4
Parameter

Perlakuan H4

SR (%)

97.24

a (%)

0.83

? W (kg)

67.5

? Nutrien non garam (kg)

39.80

FCR Nutrien non garam

0.59

? Nutrien + garam (kg)

44.08

FCR Nutrien + garam

0.65

? Serat pembawa (kg)

425

FCR serat

6.3

Pm : Tm (awal)

9.05 : 3.30 (2.74)

Pm : Tm (akhir)

12.28 : 4.47 (2.74)

Keterangan : Pm dan Tm = Panjang dan Tinggi mutlak

Secara umum SR untuk semua perlakuan nilainya hampir sama. Kematian
ikan hampir terjadi setiap hari selama percobaan pada semua perlakuan, namun
jumlahnya sedikit. Data kematian ikan mas selama percobaan dapat dilihat pada
Lampiran 3. Untuk pertumbuhan harian nilainya berkisar antara 0.62- 0.84 %.
Untuk pertambahan biomassa, perlakuan H1 dan H2 (ukuran ikan awal 40
g) menunjukan bahwa perlakuan H2 pertambahan biomassanya lebih besar
dibanding H1. Sedangkan untuk perlakuan H3 dan H4 (ukuran ikan awal 20-25 g)
perlakuan H4 pertambahannya lebih besar dibanding H3.
Nilai konversi pakan terendah berdasarkan jumlah larutan nutrien yang
digunakan adalah perlakuan H1. Sedangkan berdasarkan jumlah pelet pembawa
yang digunakan adalah perlakuan H1 dan H2.
Pertambahan panjang dan tinggi perlakuan H2 lebih tinggi dibanding H1
sedangkan untuk perlakuan H3 dan H4, pertambahan panjang dan tinggi H4 lebih
tinggi dibanding H3. Data panjang dan tinggi mutlak tiap sampling dapat dilihat
pada Lampiran 4.

4.2 Pembahasan
Secara umum kisaran nilai parameter kualitas air pada KJA di
Jatinenggang, Jangari, Cianjur selama percobaan masih cukup layak untuk
budidaya. Suhu selama percobaan berada pada kisaran yang optimum untuk
pertumbuhan yaitu antara 29-30°C . Hal ini sesuai dengan Stickney (1993) yang
menyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan umumnya berkisar antara
20-30°C. Pada kisaran suhu sebesar in