Peningkatan produktivitas daging dengan penambahan feed aditive herbal melalui pemanfaatan tepung koro benguk dan koro pedang
LAPORAN AKHIR
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAGING DENGAN PENAMBAHAN FEED
ADITIVE HERBAL MELALUI PEMANFAATAN TEPUNG KORO BENGUK DAN
KORO PEDANG BIDANG KEGIATAN:
PKM-Penelitian Disusun oleh: Siti Adah
Lely Kurniawati Lukman Maulana Rifqi Waluyo Djati Lien Amalia O’neal Elmi
D24110019 D24110028 D24110082 D24100056 D24120014
2011 2011 2011 2010 2012
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
(3)
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PKM-Penelitian... i
DAFTAR ISI ... ii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Luaran yang Diharapkan ... 2
1.5 Kegunaan ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2
2.1 Tikus ... 2
2.2 Koro Benguk (Mucuna pruriens) ... 3
2.3 Koro Pedang (Canavalia gladiate) ... 3
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 3
3.1 Penimbangan Tikus sebelum Pemeliharaan ... 3
3.2 Pembuatan Tepung Koro Benguk dan Koro Pedang ... 4
3.3 Pembuatan Pellet Tikus ... 4
3.4 Pemeliharaan ... 5
3.5 Parameter yang Diukur ... 5
3.6 Rancangan Percobaan ... 5
BAB 4 PELAKSANAAN PROGRAM ... 6
4.1 Lokasi dan waktu penelitian ... 6
4.2 Tahapan Pelaksanaan ... 6
4.3 Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya ... 7
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8
5.1 Hasil ... 8
5.2 Pembahasan ... 10
(4)
6.1 Kesimpulan ... 11
6.2 Saran ... 11
BAB 7 DAFTAR PUSTAKA ... 11
(5)
ABSTRAK
The number of domestic meat production is not sufficient for all Indonesian people that the meat continues to increase. The addition of synthetic growth promoters ever done to increase muscle mass, but lead to residues in livestock and dangerous if consumed by humans. Lima beans surly and the sword is the type of legumes that contain high protein. L-Dopa content results allegedly showed the presence of high concentrations in the muscle. The purpose of this study was to determine the effect of flour koro koro surly and sword in the rat ration to increase the quantity of growth and meat cattle. This study did not use beef cattle but using mice as an animal model to see the impact of the two types of lima directly through growth and muscle mass. The experimental design used is a randomized block design (RBD) with 9 treatments and 3 replications. The results showed the UN with the highest average found in the 7 treatment 0.52 ± 1.978. Carcass percentage was highest in treatment 1 is 52.61 ± 2.07. while the highest ratio of protein contained in the 5 treatment with an average value of 13.51. This suggests the use of a sword lentils surly and potential as a natural growth promoter, especially lentils surly that contains L-Dopa.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian dengan Judul “Peningkatan Produktivitas Daging Dengan Penambahan Feed Aditive Herbal Melalui Pemanfaatan Tepung Koro Benguk Dan Koro Pedang”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil, sehingga laporan ini bisa terselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Bogor, 25 Juli 2014
(7)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung nilai gizi baik dan bagus untuk dikonsumsi. Seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan peningkatan jumlah penduduk, tingkat konsumsi daging pun mengalami peningkatan. Dewasa ini jumlah produksi daging dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan daging seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan peningkatan impor daging beku semakin marak. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan polong-polongan seperti komak, kratok, koro wedus, koro benguk, dan koro pedang. Tanaman koro-koroan sangat mudah dibudidayakan dan produktivitasnya tinggi. Biji koro benguk misalnya mengandung protein yang tinggi sekitar 26,49% dan TDN 72,55% (PPSHB 2013). Jika dilihat dari kandungan fitokimianya koro-koroan mengandung flavonoid dan tanin yang kuat, sehingga kandungan proteinnya akan lolos dari degradasi oleh mikroba rumen dan bisa dimanfaatkan pasca rumen untuk peningkatan produktivitas ternak. Senyawa lain yang disinyalir terdapat dalam koro benguk salah satunya adalah kandungan L-Dopa (L-3,4-dihidroksi fenilalanin) (3-7%) (Haryoto, 2002). L-Dopa ini merupakan pendukung terlepasnya hormon pertumbuhan (growth hormone). Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada tikus yang diinjeksi L-Dopa menunjukkan terdeteksinya konsentrasi yang tinggi dalam otot (Romero et al.1973). Hal ini menunjukkan bahwa L-Dopa yang diberikan pada hewan akan memacu peningkatan massa otot berupa protein. Begitu pula dengan kacang koro pedang yang memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga diduga dapat meningkatkan kualitas daging.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, dalam penelitian ini akan diekplorasi sejauhmana Mucuna pruriens dan Canavalia gladiate dapat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kuantitas daging. Penelitian ini tidak menggunakan sapi pedaging tetapi menggunakan tikus sebagai hewan model untuk melihat dampak dari pemberian kedua jenis koro secara langsung melalui pertumbuhan dan massa ototnya. Penggunaan tikus juga dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kecernaan pasca rumen dari kedua jenis koro tersebut jika nantinya diberikan pada ternak pedaging.
1.2 Perumusan Masalah
Penambahan growth promotor sintesis sering digunakan untuk mengatasi permasalahan impor daging yang terus meningkat, namun penambahan ini ternyata dapat menimbulkan dampak negatif pada konsumen karena residunya yang tidak dapat dimetabolisme. Oleh karena itu perlu adanya pakan imbuhan alami yang mengandung L-Dopa sebagai pemicu
(8)
growth promotor. L-Dopa mampu memacu peningkatan massa otot daging berupa protein. Koro benguk dan koro pedang memiliki kandungan protein tinggi dan berpotensi sebagai antioksidan. Koro benguk dan koro pedang diharapkan dapat berfungsi sebagai pakan imbuhan alami yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan massa otot.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung koro benguk dan koro pedang di dalam ransum tikus terhadap peningkatan pertumbuhan dan kuantitas daging. Selain itu, untuk mengetahui rasio antara kandungan protein dan lemak dalam daging yang dihasilkan.
1.4 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah menghasilkan imbuhan pakan herbal dari koro benguk (Mucuna pruriens) dan koro pedang (Canavalia gladiate) yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kuantitas daging.
1.5 Kegunaan
Secara ekonomi, penelitian ini dapat menghasilkan pakan imbuhan alami yang digunakan untuk ternak pedaging. Pakan imbuhan ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan kuantitas daging. Sehingga dengan menggunakan pakan imbuhan ini, peternak terutama sapi pedaging lokal diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kuanitas daging serta memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dan dapat meningkatakan kesejahteraan peternak.
Secara ipteks, penelitian ini dapat menyumbangkan teknologi sederhana dengan memanfaatkan tanaman tropik sebagai pakan imbuhan alami, yang sangat diperlukan oleh peternak ternak pedaging dan mudah diaplikasikan di masyarakat.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tikus
Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian. Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm (Campbell2003). Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu yang biasa digunakan sebagai hewan 6percobaan yaitu
(9)
galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (Nugrahaningsih1991).
2.2 Koro Benguk (Mucuna pruriens)
Tanaman kacang koro benguk (Mucuna pruriens L.) termasuk dalam famili Fabaceae yang merupakan tanaman tropik yang tersebar luas di seluruh daerah di Indonesia. Koro benguk dapat tumbuh di daerah yang kurang subur, kering, serta kondisi cuaca ekstrim. Pada biji koro ini terkandung aktivitas antioksidan yang berasal dari flavonoid yang terkandung di dalamnya. Flavonoid merupakan salah satu jenis antioksidan yang dapat menghambat pelekatan, agregasi, dan sekresi platelet. Senyawa lain yang terdapat dalam koro benguk yaitu mucunain, serotonin , dan L-Dopa (L-3,4-dihidroksifenilalanin). L-Dopa telah dikenal sebagai senyawa penting untuk pengobatan parkison. Kandungannya dalam koro benguk sekitar 3-7% . L-Dopa dalam sistem syaraf pusat akan dikonversi menjadi dopamin sama seperti L-fenilalanin dan L-tirosin. Dopamin dan norepineprin diproduksi dalam hipotalamus juga otak sebagai pendukung produksi kelenjar pituitary dan melepaskan hormon pertumbuhan (Handajani 1993).
2.3 Koro Pedang (Canavalia gladiate)
Kacang koro pedang (Canavalia gladiata) Memiliki kandungan zat gizi yang tinggi antara lain :protein, lemak, dan mineral. Koro pedang merupakan salah satu koro-koroan yang dapat digunakan sebagai sumber protein dengan kandungan karbohidrat sebesar 55% dan protein 24% (Sudarmadji 1997). Memiliki kandungan nir gizi, diantaranya Lectin, dan Canavanine. Kacang koro pedang memiliki kandungan canavanine yang sangat tinggi (88 – 91 %). Menurut Campbell (2003), Canavanine merupakan suatu senyawa asam amino yang mirip Arginin. Kandungan nir gizi ini dapat diatasi dengan perendaman, penghancuran, pemanasan, dan dapat juga dengan fermentasi.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penimbangan Tikus sebelum Pemeliharaan
Metode pengumpulan data dilakukan dengan pemeliharaan langsung. Penelitian dilaksanakan sekitar kandang C Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Sebelum dilakukan pemeliharaan tikus sebanyak
(10)
189 ekor, dengan 7 ekor untuk setiap ulangan ditimbang. Hasil timbangan setiap minggunya kemudian dicatat dan dihitung rata-ratanya.
3.2 Pembuatan Tepung Koro Benguk dan Koro Pedang
3.3 Pembuatan Pellet Tikus
Hasil analisis bahan pakan ternak dan ransum yang digunakana yaitu:
BK Abu Lemak PK SK
%
Kacang koro benguk 93,28 4,18 1,79 24,71 6,86 Kacang koro pedang 89,25 3,33 2,58 28,51 5,76
Kontrol 88,54 4,25 5,42 18,40 2,35
Kontrol +10%koro benguk 89,68 4,00 5,25 17,33 2,60 Kontrol +20%koro benguk 89,10 3,60 5,23 20,19 2,62 Kontrol +30%koro benguk 90,18 3,62 5,34 19,76 2,52 Kontrol +10%koro pedang 90,41 3,79 5,58 19,16 2,95 Kontrol +20%koro pedang 89,68 3,89 5,41 18,01 3,20 Kontrol +30%koro pedang 90,67 3,42 5,12 20,29 3,57
Perendaman biji kacang koro selama 1 hari
Penggilingan menjadi tepung
Pengovenan biji kacang koro benguk dan pedang selama 3 hari
Perebusan/pengukusan biji koro selama 30 menit Persiapan kacang koro benguk dan koro pedang
Bahan pakan dicampur
Pisahkan ransum masing-masing 10 kg
Tepung koro benguk dan pedang ditambahkan
sesuai perlakuan
Masukkan dalam karung sesuai
perlakuan
Pellet yang sudah jadi dibiarkan sampai
dingin
Ransum dicetak menjadi pellet menggunakan
(11)
Gambar 1. Pellet ransum basal
Gambar 2. Pellet dengan penambahan tepung koro pedang
Gambar 3. Pellet dengan penambahan tepung koro benguk
3.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan tikus dilakukan selama 1 bulan, dengan 1 minggu tahap penyesuaian dan 3 minggu perlakuan. Pemeliharaan dilakukan di sekitar kandang C. Selama pemeliharaan tikus diberi pakan dua kali, pagi dan siang sebanyak 20 gram/ekor/hari dan pemberian air secara ad libitum.
3.5 Parameter yang Diukur
Parameter yang telah diukur yaitu: 1. Pertambahan bobot badan harian
Pertambahan bobot badan ini diketahui dengan mengukur bobot badan awal dan bobot badan akhir.
2. Bobot karkas
Bobot karkas dihitung dengan cara menimbang berat karkas yaitu daging dan tulang tanpa darah, jeroan (viscera), kulit, kepala, kaki, dan ekor. Untuk persentase karkas didapatkan dari berat karkas dibagi dengan bobot hidup ternak sebelum dipotong dikali 100%
3. Analisis Proksimat Daging Tikus
Analisis proksimat daging tikus diketahui dengan melakukan analisis BK, kandungan protein dan lemak pada bagian daging dada.
3.6 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Tikus jantan fase pertumbuhan sebanyak 189 ekor dibagi menjadi 9 perlakuan dengan masing–masing perlakuan terdiri dari 7 ekor tikus. Perlakuannya yaitu: P1 : kontrol negatif (ransum basal) P6 : P1+10% tepung koro pedang
P2 : kontrol positif (Ransum + GH1000) P7 : P1+20% tepung koro pedang P3 : P1+10% tepung koro benguk P8 : P1+30% tepung koro pedang
(12)
P5 : P1+30% tepung koro benguk
Tikus jantan fase pertumbuhan dikelompokkan secara acak. Model matematik dari rancangan percobaan yang digunakan adalah :
Yij = + i + j + ij Keterangan :
Yij : respon percobaan dari perlakuan 1,2,3,4 dan kelompok 1,2 : nilai rataan umum dari pengamatan
i : efek perlakuan 1,2,3,4 j : efek pengelompokan 1,2
ij : pengaruh error perlakuan 1,2,3,4 dan kelompok 1,2
BAB 4 PELAKSANAAN PROGRAM 4.1 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dibeberapa tempat yaitu Laboratorium Nutrisi Perah untuk pengovenan bahan, Laboratorium Industri Pakan untuk Penggilingan koro pedang dan koro benguk serta pembuatan pellet, dan daerah sekitar Kandang C untuk proses pemeliharaan. Waktu Pelaksanaan penelitian yaitu bulan April- Juni 2014.
4.2 Tahapan Pelaksanaan
No Kegiatan Bulan ke- Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Konsultasi dengan dosen
pembimbing
2 Survei tempat pemeliharaan tikus
3 Survei pembelian kacang koro dan tikus
4 Pembuatan kandang tikus dan persiapan kandang
5 Perebusan dan pengovenan kacang koro
6 Pembuatan tepung koro 7 Pembuatan pellet tikus 8 Pengujian pada tikus 9 Pemanenan Tikus 10 Analisis Laboratorium 11 Pengolahan dan analisis data
(13)
4.3 Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya 1. Peralatan penunjang
No Spesifikasi Justifikasi Pemakaian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)
Harga total (Rp)
1 Pembelian Bak plastik 27 buah 27 buah 18.000 486.000 2 Pembelian tempat minum
tikus
27 buah 27 buah 15.000 405.000 3 Pembelian kawat ring 8,5 meter 8,5 meter 16.000 136.000
4 Pembelian paku 0,2 kg 0,2 kg 20.000 4.000
Sub Total 1.031.000
2. Bahan habis pakai
No Spesifikasi Justifikasi Pemakaian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)
Harga total (Rp)
1 Kacang Koro pedang 15 kg 15 kg 10.000 150.000 2 Kacang Koro benguk 20 kg 20 kg 15.000 300.000 3 Pakan sebelum
pemeliharaan
23 kg 23 kg 7.500 172.500
4 Spidol warna 1 buah 2 buah 7.000 14.000
5 Narikolebel 2 pak 2 pak 2.500 5.000
6 Pembelian pakan, penggilingan dan pembuatan pellet
81 kg 81 kg 12.000 910.500
7 Pembelian tikus 190 ekor 190 ekor 30.000 5.700.000
8 Plastik 5 kg 2 pak 2 pak 10.000 20.000
9 Plastik 2 kg 2 pak 2 pak 9.000 18.000
10 Pembelian plastik 0,5 kg 10 pak 10 pak 7.500 75.000 11 Pembelian ketamin + syring 4 cc 4 cc 35.000 145.000 12 Pembelian xylazine + syring 2 cc 2 cc 35.000 75.000
13 Spoit 1 ml 1 box 1 box 85.000 85.000
14 Needle 24G 1 box 1 box 35.000 35.000
15 Tabung EDTA 1 pak 1 pak 175.000 175.000
16 Konsumsi saat penyembelihan tikus
8 porsi 8 porsi 10.000 80.000 17 Konsumsi ketika pembuatan
pellet
5 porsi 5 porsi 10.000 50.000 18 Analisis daging 9 sampel 9 sampel 120.000 1.080.000 19 Analisis proksimat ransum 9 sampel 9 sampel 95.000 855.000
Sub Total 9.945.000
3. Perjalanan
No Spesifikasi Justifikasi perjalanan Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)
Harga total (Rp)
(14)
tikus perjalanan perjalanan 2 Pengambilan kacang koro
benguk ke Rumpin
1 kali perjalanan
1 kali perjalanan
150.000 150.000 3 Pengangkutan pellet dari
lab. Industri pakan ke tempat pemeliharaan
3 kali perjalanan
3 kali perjalanan
15.000 45.000
4 pemeliharaan 21 kali perjalanan
21 kali perjalanan
10.000 210.000
Sub Total 445.000
4. Lain-lain
No Spesifikasi Justifikasi pemakaian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)
Harga total (Rp)
1 Penyusunan laporan penelitian
5 buah 5 buah 10.000 50.000 2 Penyusunan laporan
kemajuan
6 buah 6 buah 20.000 120.000 3 Penyusunan laporan akhir 6 buah 6 buah 25.000 150.000 4 Penyusunan logbook 4 buah 4 buah 30.000 120.000
5 Dokumentasi 400.000
Sub Total 840.000
Total 12.261.000
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil
Hasil yang didapat dari pengamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Rata-rata Penambahan Bobot Badan Tikus Selama Pemeliharaan
Perlakuan Minggu ke Rata-rata
I II II
P1 1.43±0,33 1.33±0,68 0.498±0,61 1,086±0,51 P2 2.04±0,13 1.8±0,44 0.75±0,66 1,530±0,69 P3 2.48±0,38 1.69±0,42 1.244±1,05 1,805±0,63 P4 2.88±0,07 2±0,24 1.028±0,96 1,969±0,93 P5 2.65±1,19 2.1±0,05 0.832±0,70 1,861±0,93 P6 2.6±0,35 2.35±0,54 0.927±0,78 1,959±0,90 P7 1.97±0,58 2.5±0,28 1.463±1,23 1,978±0,52 P8 1.73±0,25 1.93±0,35 0.859±0,72 1,506±0,57 P9 2.3±0,52 1.51±0,95 0.852±0,72 1,554±0,73
Keterangan: P1=ransum basal; P2=ransum basal+GH1000; P3=ransum basal+10%tepung koro benguk; P4=ransum basal+20%tepung koro benguk; P5= ransum basal+30%tepung koro benguk; P6=ransum basal+10%tepung koro pedang; P7=ransum basal+20%tepung koro pedang; P8= ransum basal+30%tepung koro pedang; P9=ransum basal+5%tepung koro benguk dan pedang
(15)
Grafik 1. Rata-rata PBBH Tikus
Tabel 2. Rata-rata Persentase Bobot Karkas
Perlakuan bobot karkas (%)
P1 52,61±2,07
P2 44,76±7,89
P3 52,39±3,41
P4 51,11±1,00
P5 48,67±0,17
P6 49,28±1,98
P7 50,84±0,81
P8 35,56±15,26
P9 46,86±7,81
(16)
Tabel 3. Analisis Proksimat Daging Dada Tikus
BK lemak protein Rasio P/L p1 23,32±0,37 3,915±0,29 17,43±0,45 4,45 p2 23,65±1,56 3,21±0,35 18,65±0,30 5,81 p3 26,115±0,57 3,27±0,42 17,155±0,12 5,25 p4 22,85±1,23 3,55±0,49 17,91±0,20 5,05 p5 21,735±0,43 1,365±0,43 18,44±0,37 13,51 p6 27,125±0,66 3,31±0,42 17,69±0,03 5,34 p7 21,725±1,45 1,61±0,20 16,255±0,21 10,10 p8 22,26±0,23 3,22±0,07 17,635±0,45 5,48 p9 23,685±0,15 2,885±0,37 17,725±0,13 6,14
Grafik 3. Analisis Proksimat Daging Dada Tikus
5.2 Pembahasan
Penelitian ini mengkaji sejauhmana pengaruh pemberian tepung koro benguk dan tepung koro pedang pada tikus sebagai hewan model. Hasil yang telah dicapai pada penelitian ini yaitu pertambahan bobot badan harian dan juga berat karkas dari tikus yang dipelihara. Dalam pengamatan pertambahan bobot badan, karkas, lemak dan protein daging merupakan hal utama yang harus diamati. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata pertambahan bobot badan yang tertinggi di dapat pada perlakuan penambahan 20% tepung kacang koro pedang dan 20% tepung koro benguk, sedangkan perlakuan kontrol dan penambahan growth promotor sintetis memiliki nilai terendah. Hal ini menunjukkan bahwa tepung koro benguk dan tepung koro pedang dapat manfaatkan sebagai growth promotor alami. Koro benguk memiliki kandungan L-Dopa yang memiliki peranan penting dalam mendukung terlepasnya hormon pertumbuhan dalam tubuh. Ketika penambahan tepung koro benguk terlalu tinggi dapat menyebabkan kondisi hiperaktif pada hewan sehingga dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan sehingga rata-ratanya menurun, walaupun tidak terlalu signifikan
(17)
penurunannya. Persentasi bobot karkas setelah di uji secara statistik tidak ada pengaruhnya dengan penambahan tepung kacang koro baik koro benguk maupun koro pedang.
Pengujian protein dan lemak pada daging tikus dilakukan untuk mengetahui rasio antara protein dan lemak dalam kandungan dagingnya. Rasio protein terhadap lemak tertinggi didapat pada perlakuan dengan penambahan 30%tepung kacang koro benguk. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapat bahwa kandungan L-Dopa dalam koro benguk yang diberikan pada hewan akan memacu peningkatan massa otot berupa protein. Sedangkan untuk penambahan tepung kacang koro pedang rasio protein atas lemak yang didapat rendah yang menunjukkan bahwa penambahan ini tidak terlalu memacu peningkatan massa otot berupa protein namun lebih peningkatan ke lemak.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Penambahan tepung kacang koro benguk dan koro pedang dalam ransum dapat dimanfaatkan sebagai growth promotor alami untuk menggantikan penggunaan growth promotor sintetis dipasaran. Selain itu untuk memanfaatkan potensi lokal yang tersebar luas di Indonesia.
6.2 Saran
Pemanfaatan koro benguk memiliki potensi yang bagus sebagai growth promotor alami. Penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui pengaruhnya secara langsung terhadap hewan ternak sehingga dapat dlakukan hak paten dan dimanfaatkan oleh peternak secara umum.
BAB 7 DAFTAR PUSTAKA Campbell. 2003. Biologi. Jakarta (ID): Erlangga.
Handajani S.1993.Analisa sifat Phisis-Khemis Beberapa Biji Kacang-Kacangan, kekerasan, Kualitas Tanak, Protein, dan Kandungan Mineralnya.Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret
Haryoto. 2002. Tempe Benguk. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Nugrahaningsih, 1991. Pengaruh Bahan Penggumpal Tahu Kecipir terhadap Availabilitas zat Besi secara in- Vitro Majalah Eksakta N0.57- XXI-1991. Malang (ID): IKIP
Purwoko,T. dkk. 2003. Aktivitas Antioksidasi Ampas Tahu Terfermentasi terhadap Oksidasi Minyak Kedelai..Biosmart. Journal of Biological Science. Vol. 5 No. 1
Romero, JA, Lytle, LD, Ordonez, LA and Wurtman, RJ. 1973. Effect of L-Dopa administration on the concentration of dopa, dopamine and norepinephrine in various rat tissues. J. Pharmacol. Exp. Ther. 184: 67-72
(18)
Sudarmadji S, et al. 1997. Proceeding InternationalTempeSymposium.Reinventing The Hidden Miracle ofTempe. Indonesian Tempe Foundation.Jakarta
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar 4. Koro pedang (kiri) dan benguk (kanan) Gambar 5. Proses Perebusan Koro
Gambar 6. Proses Pencampuran Pakan Gambar 7. Pembuatan Kandang Tikus
Gambar 5. Ransum yang sudah dicampur Gambar 6. Proses Penggilingan Pellet
Gambar 9. Pellet Tikus Gambar 8. Pembuatan Pellet
Gambar 10. Penimbangan Gambar 11.Pemeliharaan
(19)
Gambar 12. Pemisahan Tikus berdasarkan perlakuan Gambar 13. Tikus dalam satu ulangan
(1)
tikus perjalanan perjalanan 2 Pengambilan kacang koro
benguk ke Rumpin
1 kali perjalanan
1 kali perjalanan
150.000 150.000 3 Pengangkutan pellet dari
lab. Industri pakan ke tempat pemeliharaan
3 kali perjalanan
3 kali perjalanan
15.000 45.000
4 pemeliharaan 21 kali
perjalanan
21 kali perjalanan
10.000 210.000
Sub Total 445.000
4. Lain-lain
No Spesifikasi Justifikasi
pemakaian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)
Harga total (Rp)
1 Penyusunan laporan penelitian
5 buah 5 buah 10.000 50.000
2 Penyusunan laporan kemajuan
6 buah 6 buah 20.000 120.000
3 Penyusunan laporan akhir 6 buah 6 buah 25.000 150.000
4 Penyusunan logbook 4 buah 4 buah 30.000 120.000
5 Dokumentasi 400.000
Sub Total 840.000
Total 12.261.000
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil
Hasil yang didapat dari pengamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Rata-rata Penambahan Bobot Badan Tikus Selama Pemeliharaan
Perlakuan Minggu ke Rata-rata
I II II
P1 1.43±0,33 1.33±0,68 0.498±0,61 1,086±0,51 P2 2.04±0,13 1.8±0,44 0.75±0,66 1,530±0,69 P3 2.48±0,38 1.69±0,42 1.244±1,05 1,805±0,63 P4 2.88±0,07 2±0,24 1.028±0,96 1,969±0,93 P5 2.65±1,19 2.1±0,05 0.832±0,70 1,861±0,93 P6 2.6±0,35 2.35±0,54 0.927±0,78 1,959±0,90 P7 1.97±0,58 2.5±0,28 1.463±1,23 1,978±0,52 P8 1.73±0,25 1.93±0,35 0.859±0,72 1,506±0,57 P9 2.3±0,52 1.51±0,95 0.852±0,72 1,554±0,73
Keterangan: P1=ransum basal; P2=ransum basal+GH1000; P3=ransum basal+10%tepung koro benguk; P4=ransum basal+20%tepung koro benguk; P5= ransum basal+30%tepung koro benguk; P6=ransum basal+10%tepung koro pedang; P7=ransum basal+20%tepung koro pedang; P8= ransum basal+30%tepung koro pedang; P9=ransum basal+5%tepung koro benguk dan pedang
(2)
Grafik 1. Rata-rata PBBH Tikus
Tabel 2. Rata-rata Persentase Bobot Karkas
Perlakuan bobot karkas (%)
P1 52,61±2,07
P2 44,76±7,89
P3 52,39±3,41
P4 51,11±1,00
P5 48,67±0,17
P6 49,28±1,98
P7 50,84±0,81
P8 35,56±15,26
P9 46,86±7,81
(3)
Tabel 3. Analisis Proksimat Daging Dada Tikus
BK lemak protein Rasio P/L
p1 23,32±0,37 3,915±0,29 17,43±0,45 4,45 p2 23,65±1,56 3,21±0,35 18,65±0,30 5,81 p3 26,115±0,57 3,27±0,42 17,155±0,12 5,25 p4 22,85±1,23 3,55±0,49 17,91±0,20 5,05 p5 21,735±0,43 1,365±0,43 18,44±0,37 13,51 p6 27,125±0,66 3,31±0,42 17,69±0,03 5,34 p7 21,725±1,45 1,61±0,20 16,255±0,21 10,10 p8 22,26±0,23 3,22±0,07 17,635±0,45 5,48 p9 23,685±0,15 2,885±0,37 17,725±0,13 6,14
Grafik 3. Analisis Proksimat Daging Dada Tikus 5.2 Pembahasan
Penelitian ini mengkaji sejauhmana pengaruh pemberian tepung koro benguk dan tepung koro pedang pada tikus sebagai hewan model. Hasil yang telah dicapai pada penelitian ini yaitu pertambahan bobot badan harian dan juga berat karkas dari tikus yang dipelihara. Dalam pengamatan pertambahan bobot badan, karkas, lemak dan protein daging merupakan hal utama yang harus diamati. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata pertambahan bobot badan yang tertinggi di dapat pada perlakuan penambahan 20% tepung kacang koro pedang dan 20% tepung koro benguk, sedangkan perlakuan kontrol dan penambahan growth promotor sintetis memiliki nilai terendah. Hal ini menunjukkan bahwa tepung koro benguk dan tepung koro pedang dapat manfaatkan sebagai growth promotor alami. Koro benguk memiliki kandungan L-Dopa yang memiliki peranan penting dalam mendukung terlepasnya hormon pertumbuhan dalam tubuh. Ketika penambahan tepung koro benguk terlalu tinggi dapat menyebabkan kondisi hiperaktif pada hewan sehingga dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan sehingga rata-ratanya menurun, walaupun tidak terlalu signifikan
(4)
penurunannya. Persentasi bobot karkas setelah di uji secara statistik tidak ada pengaruhnya dengan penambahan tepung kacang koro baik koro benguk maupun koro pedang.
Pengujian protein dan lemak pada daging tikus dilakukan untuk mengetahui rasio antara protein dan lemak dalam kandungan dagingnya. Rasio protein terhadap lemak tertinggi didapat pada perlakuan dengan penambahan 30%tepung kacang koro benguk. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapat bahwa kandungan L-Dopa dalam koro benguk yang diberikan pada hewan akan memacu peningkatan massa otot berupa protein. Sedangkan untuk penambahan tepung kacang koro pedang rasio protein atas lemak yang didapat rendah yang menunjukkan bahwa penambahan ini tidak terlalu memacu peningkatan massa otot berupa protein namun lebih peningkatan ke lemak.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Penambahan tepung kacang koro benguk dan koro pedang dalam ransum dapat dimanfaatkan sebagai growth promotor alami untuk menggantikan penggunaan growth promotor sintetis dipasaran. Selain itu untuk memanfaatkan potensi lokal yang tersebar luas di Indonesia.
6.2 Saran
Pemanfaatan koro benguk memiliki potensi yang bagus sebagai growth promotor alami. Penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui pengaruhnya secara langsung terhadap hewan ternak sehingga dapat dlakukan hak paten dan dimanfaatkan oleh peternak secara umum.
BAB 7 DAFTAR PUSTAKA Campbell. 2003. Biologi. Jakarta (ID): Erlangga.
Handajani S.1993.Analisa sifat Phisis-Khemis Beberapa Biji Kacang-Kacangan, kekerasan, Kualitas Tanak, Protein, dan Kandungan Mineralnya.Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret
Haryoto. 2002. Tempe Benguk. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Nugrahaningsih, 1991. Pengaruh Bahan Penggumpal Tahu Kecipir terhadap Availabilitas zat Besi secara in- Vitro Majalah Eksakta N0.57- XXI-1991. Malang (ID): IKIP
Purwoko,T. dkk. 2003. Aktivitas Antioksidasi Ampas Tahu Terfermentasi terhadap Oksidasi Minyak Kedelai..Biosmart. Journal of Biological Science. Vol. 5 No. 1
Romero, JA, Lytle, LD, Ordonez, LA and Wurtman, RJ. 1973. Effect of L-Dopa administration on the concentration of dopa, dopamine and norepinephrine in various rat tissues. J. Pharmacol. Exp. Ther. 184: 67-72
(5)
Sudarmadji S, et al. 1997. Proceeding InternationalTempeSymposium.Reinventing The Hidden Miracle ofTempe. Indonesian Tempe Foundation.Jakarta
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar 4. Koro pedang (kiri) dan benguk (kanan) Gambar 5. Proses Perebusan Koro
Gambar 6. Proses Pencampuran Pakan Gambar 7. Pembuatan Kandang Tikus
Gambar 5. Ransum yang sudah dicampur Gambar 6. Proses Penggilingan Pellet
Gambar 9. Pellet Tikus Gambar 8. Pembuatan Pellet
Gambar 10. Penimbangan Gambar 11.Pemeliharaan
(6)
Gambar 12. Pemisahan Tikus berdasarkan perlakuan Gambar 13. Tikus dalam satu ulangan