Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Paku Epifit Dan Pohon Inangnya Di Kawasan Hutan Gunung Bunder Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Tnghs) Bogor, Jawa Barat

KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN PAKU EPIFIT
DAN POHON INANGNYA DI KAWASAN HUTAN GUNUNG
BUNDER TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
(TNGHS) BOGOR, JAWA BARAT

MEGA AYU PUTRI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Spesies Tumbuhan Paku Epifit dan Pohon Inangnya di Kawasan Hutan
Gunung Bunder Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Bogor,
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana

pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Mega Ayu Putri
G34110025

ABSTRAK
MEGA AYU PUTRI. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Paku Epifit dan Pohon
Inangnya di Kawasan Hutan Gunung Bunder Taman Nasional Gunung Halimun
Salak (TNGHS) Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh TATIK CHIKMAWATI dan
SULISTIJORINI.
Tumbuhan paku epifit merupakan tumbuhan paku yang memiliki sistem
perakaran menempel pada kulit pohon inang, namun tidak merusak pohon
inangnya. Hutan Gunung Bunder termasuk ke dalam kawasan konservasi alam
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan spesies pohon yang
sangat beragam dan kondisi lingkungan yang lembab, sehingga memungkinkan
ditemukannya jenis tumbuhan paku epifit yang beragam. Penelitian ini bertujuan

mengidentifikasi keanekaragaman spesies paku epifit dengan pohon inangnya,
mempelajari asosiasi antara spesies tumbuhan paku epifit dan menganalisis faktor
lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman spesies tumbuhan paku epifit di
kawasan hutan Gunung Bunder TNGHS. Penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan spesimen tumbuhan paku epifit dan mencatat kondisi lingkungan
pada setiap lokasi pengamatan. Faktor yang mempengaruhi keberadaan tumbuhan
paku dianalisis menggunakan analisis Regresi dan Canonical Component Analysis
(CCA). Sebanyak 20 spesies tumbuhan paku epifit dan 8 spesies pohon inang
telah ditemukan. Jenis tumbuhan paku yang dominan ialah Nephrolepis biserrata
(48.80%) dan Goniophlebium persicifolium (33.18%). Spesies pohon inang yang
dominan dihuni oleh paku epifit ialah pohon Altingia excelsa. Keanekaragaman
spesies paku epifit tergolong sedang (H’= 2.05) dengan asosiasi antara spesies
berkorelasi positif pada sebagian besar paku epifit. Faktor ekologi yang
mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan paku epifit ialah kelembapan udara,
kecepatan angin, intensitas cahaya, komposisi vegetasi hutan, dan ketinggian
tempat.
Kata kunci: tumbuhan paku epifit, pohon inang, keanekaragaman spesies, hutan
Gunung Bunder TNGHS

ABSTRACT

MEGA AYU PUTRI. Diversity of Epiphytic Ferns and Its Host in Gunung Bunder
Forest, Gunung Halimun Salak National Park (TNGHS) Bogor, West Java.
Supervised by TATIK CHIKMAWATI and SULISTIJORINI.

Epiphytic ferns have a root system attached on the bark of host without
damaging it. Gunung Bunder included in the area of nature conservation of
Gunung Halimun Salak National Park (TNGHS) is rich area of plant diversity
including epiphytic ferns. The aims of this study was to identify the diversity of
epiphytic ferns with its host, studied the association among epiphytic ferns and
analyzed the environmental factors that affect the diversity of epiphytic ferns in
Gunung Bunder Forest, TNGHS. The study was conducted by collecting
speciments of epiphytic ferns, identify them, and recording their environmental

conditions at each observation location. The environmental factors affecting the
existence of ferns was analyzed using regression analysis and Canonical
Component Analysis (CCA). There are 20 species of epiphytic ferns and 8 species
of host tree. The dominant species of epiphytic ferns are Nephrolepis biserrata
(48.80%) and Goniophlebium persicifolium (33.18%), while the dominant host is
Altingia excelsa. The diversity level of epiphytic ferns in Gunung Bunder Forest
was moderate (H '= 2.05), and the association among ferns species was positively

correlated in most epiphytic ferns. Ecological factors that influence what are
humidity, wind speed, light intensity, composition of the forest vegetation and
altitude.
Keywords: epiphytic ferns, host, diversity, Gunung Bunder forest TNGHS

KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN PAKU EPIFIT
DAN POHON INANGNYA DI KAWASAN HUTAN GUNUNG
BUNDER TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
(TNGHS) BOGOR, JAWA BARAT

MEGA AYU PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah tentang
keanekaragaman tumbuhan paku, dengan judul Keanekaragaman Spesies
Tumbuhan Paku Epifit dan Pohon Inangnya di Kawasan Hutan Gunung Bunder
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Bogor, Jawa Barat.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi selaku
pembimbing utama dan Ibu Dr Ir Sulistijorini, MSi selaku pembimbing kedua atas
bimbingan, saran, dan waktu yang diberikan selama penelitian dan penyusunan
karya ilmiah ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Kanthi Arum
Widayati, MSi selaku penguji karya ilmiah atas segala saran untuk perbaikan
karya ilmiah ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Arief Hidayat atas
bimbingannya selama penelitian di Puslitbang Botani LIPI. Selain itu, terimakasih
penulis sampaikan kepada seluruh staf Taman Nasional Gunung Halimun Salak
yang telah memberi izin untuk pengambilan sampel dan telah membantu selama
pengumpulan data.

Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada Rosa, Agisty, Maria,
Desy, Mimin, Wiwi dan Tania atas dukungan, semangat dan motivasinya selama
ini. Terimakasih kepada Kak Didi, Salman, Azkari, Tyo, Dyah, Dieni, Tari,
Lutpita, Tria, Fafa, Rizki, Ilma dan teman-teman yang sudah membantu dalam
penelitian ini. Terimakasih kepada teman-teman di laboratorium Taksonomi
Tumbuhan, teman-teman Asaders, teman-teman Jokam 48’erz, keluarga besar
Biologi 48, dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga
karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Ayah, Mama, dan adik-adik tersayang Gebyar, Gumilar, Lintang dan
seluruh keluarga atas doa, dorongan semangat dan kasih sayang. Semoga karya
ilmiah ini dapat memberikan manfaat. Amien.

Bogor, Januari 2016
Mega Ayu Putri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix

DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar belakang
1
Tujuan
2
METODE
2
Tempat dan Waktu Penelitian
2
Bahan dan Alat Penelitian
2
Metode Penelitian
2
HASIL
3
Spesies Tumbuhan Paku Epifit dan Pohon Inang yang Ditemukan di Kawasan
Hutan Gunung Bunder TNGHS

3
Variasi Ciri Spesies Tumbuhan Paku Epifit yang Ditemukan di
Kawasan Hutan Gunung Bunder TNGHS
5
Kunci Identifikasi dan Deskripsi Tumbuhan Paku Epifit yang Ditemukan di
Kawasan Hutan Gunung Bunder TNGHS
7
Kondisi Lingkungan pada Lokasi Pengamatan di Hutan Gunung Bunder
TNGHS
16
Faktor Ekologi dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Paku Epifit
18
PEMBAHASAN
20
SIMPULAN DAN SARAN
22
Simpulan
22
Saran
22

DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
28

DAFTAR TABEL
1 Daftar famili dan spesies tumbuhan paku epifit, lokasi persebaran
tumbuhan paku epifit pada dua vegetasi hutan, dan nilai INP spesies
tumbuhan paku epifit pada masing-masing lokasi pengamatan di
Kawasan Hutan Gunung Bunder
2 Perbandingan kondisi lingkungan tumbuhan paku epifit pada vegetasi
hutan homogen dan heterogen di kawasan hutan Gunung Bunder
3 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener spesies tumbuhan paku epifit di
kawasan hutan Gunung Bunder TNGHS

4
17
18


DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah spesies tumbuhan paku epifit yang menempati masing-masing
spesies pohon inang
2 Jumlah spesies pohon inang yang ditempati oleh masing-masing spesies
tumbuhan paku epifit
3 Keanekaragaman karakter vegetatif tumbuhan paku epifit. (A) stipe
berkayu; (B) stipe berdaging; (C) frond tunggal; (D) frond tunggal
palmatifid; (E) frond majemuk bipinnatifid; (F) frond majemuk pinnate;
(G) frond majemuk bipinnate; (H) frond majemuk tripinnate; (I) frond
bercabang dikotom
4 Keanekaragaman karakter generatif tumbuhan paku epifit. (A) indusium
sejati linier; (B) indusium sejati ginjal; (C) indusium palsu linier; (D)
strobilus; (E) spora monolet; (F) spora trilet
5 Asplenium nidus. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) spora
6 Asplenium belangeri. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) spora
7 Davallia solida. (A) perawakan; (B) pinna steril
8 Hymenophyllum polyanthos. (A) perawakan; (B) pinna steril
9 Trihomanes saxifragoides. (A) perawakan; (B) pinna steril
10 Lindsaea oblanceolata. (A) perawakan; (B) pinna steril

11 Lindsaea repens. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) sori; (D) spora
12 Elaphoglossum callifolium. (A) perawakan; (B) pinna steril
13 Elaphoglossum norrisii. (A) perawakan; (B) pinna steril
14 Lycopodium phlegmaria. (A) perawakan; (B) strobilus; (C) sporangium;
(D) spora
15 Nephrolepis biserrata. (A) perawakan; (B) pinna steril
16 Nephrolepis davallioides. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) spora
17 Nephrolepis falcata. (A) perawakan; (B) pinna steril
18 Oleandra musifolia. (A) perawakan; (B) pinna steril
19 Crypsinus taeniatus. (A) perawakan; (B) pinna steril
20 Goniophlebium persicifolium. (A) perawakan; (B) sori; (C) spora
21 Goniophlebium sabauriculatum. (A) perawakan; (B) pinna steril
22 Pyrrosia lanceolata. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) sori; (D) spora
23 Vittaria elongata. (A) perawakan; (B) daun fertil; (C) spora
24 Vittaria ensiformis. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) spora

5
5

6

7
8
9
9
10
10
10
11
12
12
12
13
13
13
13
15
15
15
16
16
16

25 Grafik hasil analisis dengan CCA mengenai pengaruh faktor lingkungan
di hutan homogen dan hutan heterogen terhadap populasi tumbuhan
paku epifit
26 Asosiasi spesies tumbuhan paku epifit di kawasan hutan Gunung Bunder
TNGHS
27 Kelimpahan spesies tumbuhan paku epifit di kawasan hutan Gunung
Bunder TNGHS

18
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Indeks Nilai Penting (INP) spesies tumbuhan paku epifit pada setiap
lokasi pengamatan
2 Spesies pohon inang yang di huni oleh tumbuhan paku epifit
3 Analisis regresi spesies tumbuhan paku epifit terhadap faktor-faktor yang
diamati

25
26
27

PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan yang cukup besar, salah
satunya yaitu tumbuhan paku (Pteridophyta) dengan jumlah spesies lebih dari
10.000 spesies (Tjitrosoepomo 2009). Persebaran tumbuhan paku dapat dijumpai
mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Habitat tumbuhan paku yang
sering dijumpai meliputi permukaan tanah, bebatuan, daerah rawa, bahkan
menempel di permukaan pohon.
Tumbuhan paku epifit merupakan tumbuhan paku yang memiliki habitat
khusus berupa tumbuhan hidup. Tumbuhan paku epifit hidup menempel pada
pohon inang, biasanya berada pada dominasi tutupan tajuk dengan sistem
perakaran yang hanya menempel pada kulit pohon inang, namun tidak merusak
pohon inangnya (Sujalu 2007). Tumbuhan paku epifit memiliki perawakan herba
dengan struktur vegetatif berbentuk rumpun daun yang disebut ental (frond).
Struktur daun umumnya tebal karena menyimpan cadangan air, dan akar yang
lunak terkadang berklorofil. Struktur generatifnya berupa spora yang tersimpan
dalam kumpulan sporangium (Arini dan Kinho 2012).
Ditinjau dari segi manfaat, tumbuhan paku sampai saat ini dinilai kurang
mendapat perhatian dibandingkan dengan kelompok tumbuhan lain. Masyarakat
menganggap tumbuhan ini kurang memberikan manfaat yang berarti bagi
kehidupan. Namun, menurut Sastrapraja et al. (1980) keberadaan tumbuhan paku
memegang peranan penting dalam suatu komunitas dan struktur hutan hujan
tropika serta dalam perdauran hara ekosistem hutan. Salah satu hutan hujan
tropika yang memiliki populasi tumbuhan paku yang relatif tinggi yaitu hutan
Gunung Bunder, Bogor Jawa Barat.
Gunung Bunder termasuk ke dalam kawasan konservasi alam Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang terletak pada ketinggian antara
1058 sampai 2180 m dpl. Wilayah TNGHS memiliki curah hujan tahunan 4000
sampai 6000 mm/tahun, dan waktu kering kurang dari tiga bulan pada
pertengahan tahun (TNGHS 2013). Kondisi demikian memungkinkan
ditemukannya tumbuhan paku epifit yang beragam.
Korelasi antara tumbuhan paku epifit dengan pohon inangnya maupun
dengan kondisi lingkungannya sangat menarik untuk dipelajari. Asosiasi yang
terbentuk antara spesies tumbuhan paku epifit di dalam suatu habitat juga menarik
untuk dipelajari. Asosiasi antara spesies diartikan sebagai interaksi antara dua
spesies atau interaksi antara beberapa spesies. Interaksi antara spesies akan
menghasilkan suatu asosiasi yang polanya sangat ditentukan, apakah dua spesies
memilih atau menghindari habitat yang sama, mempunyai daya penolakan atau
daya tarik, atau bahkan tidak berinteraksi sama sekali (Mueller-Dumbois dan
Ellenberg 1974). Kawasan TNGHS memiliki kekayaan dan keanekaragaman
spesies tumbuhan paku epifit yang cukup sedang, namun di kawasan ini belum
memiliki catatan yang lengkap mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, informasi
mengenai korelasi tumbuhan paku epifit dengan pohon inang dan kondisi
lingkungannya serta asosiasi antara spesies dapat dijadikan sebagai data
pendukung untuk upaya konservasi tumbuhan paku epifit di kawasan TNGHS.

2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies
tumbuhan paku epifit dengan pohon inangnya, mempelajari asosiasi antara spesies
tumbuhan paku epifit, dan menganalisis faktor lingkungan yang mempengaruhi
keanekaragaman spesies tumbuhan paku epifit di kawasan hutan Gunung Bunder
TNGHS Bogor, Jawa Barat.

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai Agustus 2015.
Pengamatan lapang dilakukan pada dua vegetasi hutan yang berbeda di sekitar
kawasan hutan Gunung Bunder yang meliputi hutan homogen dan hutan
heterogen. Identifikasi dan pembuatan koleksi tumbuhan paku epifit dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi IPB. Verifikasi
identitas tumbuhan paku epifit dilakukan di Puslitbang Botani LIPI, Cibinong.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan antara lain tumbuhan paku epifit yang dikoleksi di
sekitar kawasan hutan Gunung Bunder, alkohol 70%, dan gliserin. Alat yang
digunakan meliputi handheld 4 in 1 environment meter, GPS, kamera, sasag, oven
dan buku identifikasi untuk tumbuhan paku dan tumbuhan tinggi.

Metode Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tumbuhan paku epifit dilakukan dengan
menggunakan metode purposive random sampling dan eksplorasi (Partomihardjo
dan Rahajoe 2004). Keberadaan tumbuhan paku epifit diamati pada dua vegetasi
hutan yang berbeda yaitu hutan homogen dan hutan heterogen. Hutan homogen
terdiri atas vegetasi pohon Altingia excelsa dan Pinus merkusii, sedangkan hutan
heterogen terdiri atas beberapa spesies pohon seperti Symplocos fasciculata,
Schefflera aromatica, Ficus callosa dan lain-lain. Pada setiap lokasi pengamatan
dibuat plot permanen sebanyak 10 plot dengan ukuran yang sama yaitu (5x5)
.
Pengamatan kondisi lingkungan di lokasi pengamatan dilakukan dengan
menggunakan alat handheld 4 in 1 environment meter dan GPS. Parameter
lingkungan yang diamati berupa iklim mikro dan kondisi fisik lingkungan di
setiap lokasi pengamatan meliputi suhu (˚C), kelembapan udara (%RH), intensitas
cahaya (lux), kecepatan angin (km/s), dan ketinggian tempat (m dpl). Pengamatan
kondisi lingkungan dilakukan sebanyak satu kali pada setiap waktu pengambilan
sampel tumbuhan paku epifit.

3
Pengamatan spesies tumbuhan paku epifit dilakukan pada ketinggian
pohon inang antara 0-2 m. Jumlah spesies dan jumlah individu tumbuhan paku
epifit yang ditemukan dicatat dan dihitung kerapatan relatifnya. Sampel tumbuhan
paku epifit diambil dan dibuat koleksi herbarium untuk keperluan identifikasi.
Sejumlah sampel tumbuhan paku epifit yang diperoleh dibersihkan dan disemprot
dengan alkohol 70%. Spesimen selanjutnya disusun pada sasag (pengepres) dan
dikeringkan pada oven dengan suhu 50˚C-60˚C selama tiga hingga empat hari.
Spesimen yang sudah kering ditempel pada kertas karton putih dan diberi label.
Identifikasi Tumbuhan Paku Epifit dan Pohon Inangnya
Identifikasi tumbuhan paku dilakukan menggunakan buku identifikasi
taksonomi tumbuhan paku yaitu Ferns of Queensland (Andrews 1990), Fern of
Malaysia in Color (Piggott 1988) dan Cryptogams: Fern and fern allies
(PROSEA 2003). Identifikasi pohon dilakukan menggunakan buku Flora of Java
(Backer dan Bakhuizen van Den Brink 1965). Hasil identifikasi selanjutnya
diverifikasi di LIPI Puslitbang Botani. Semua tumbuhan paku epifit dibuat
deskripsi singkat dan kunci identifikasi tingkat famili dan spesies.
Analisis Data
Data mengenai ekologi tumbuhan paku epifit diperoleh berdasarkan
kondisi simbiosis tumbuhan paku epifit dengan pohon inangnya. Komposisi
tumbuhan paku epifit dianalisis berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP). Tingkat
keanekaragaman spesies tumbuhan paku epifit dianalisis berdasarkan Indeks
Keanekaragaman Shannon Wienner (Odum 1971). Tingkat keanekaragaman
tumbuhan paku epifit dilihat berdasarkan kategori sebagai berikut nilai H’ > 3
menunjukkan keanekaragaman spesies pada suatu transek melimpah tinggi. Nilai
1 ≤ H’≤ 3 menunjukkan keanekaragaman spesies pada suatu transek melimpah
sedang. Nilai H’ < 1 menunjukkan keanekaragaman spesies pada suatu transek
sedikit atau rendah (Odum 1971). Data ekologi dianalisis mengunakan analisis
ordinasi (Non-Metric Multidimensional Scaling/NMDS) yang diolah dengan
software ekologi PRIMER 5 untuk mengindentifikasi pola kelimpahan dan
asosiasi tumbuhan paku epifit (Clarke dan Gorley 2005), sedangkan data iklim
mikro dianalisis menggunakan analisis Regresi yang diolah dengan software
MINITAB 16 dan analisis Canonical Correspondence Analysis (CCA) yang
diolah dengan software PAST 3.

HASIL
Spesies Tumbuhan Paku Epifit dan Pohon Inang yang Ditemukan di
Kawasan Hutan Gunung Bunder TNGHS
Tumbuhan paku epifit yang ditemukan sebanyak 20 spesies dan termasuk
ke dalam 10 famili (Tabel 1). Famili yang memiliki anggota tumbuhan paku epifit
terbanyak adalah Polypodiaceae sebanyak empat spesies. Persebaran tumbuhan
paku epifit lebih banyak ditemukan di hutan heterogen dibandingkan hutan
homogen.

4
Sebanyak empat spesies tumbuhan paku epifit ditemukan pada hutan
homogen maupun hutan heterogen yaitu Asplenium nidus, Goniophlebium
persicifolium, Lindsaea repens, dan Nephrolepis biserrata. Berdasarkan hasil
perhitungan Indeks Nilai Penting (INP), spesies Nephrolepis biserrata merupakan
spesies yang paling dominan dengan nilai INP 48.80% dan diikuti oleh spesies
dominan lainnya seperti Goniophlebium persicifolium (33.18%) (Lampiran 1).
Tabel 1 Daftar famili dan spesies tumbuhan paku epifit, lokasi persebaran
tumbuhan paku epifit pada dua vegetasi hutan, dan nilai INP spesies
tumbuhan paku epifit pada masing-masing lokasi pengamatan di
Kawasan Hutan Gunung Bunder
Famili

Spesies

Tipe vegetasi
Nilai INP
hutan
(%)
T
H
T
H
0.00
5.71
Aspleniaceae
A. belangeri


7.37
8.42
A. nidus


17.37
0.00
Davalliaceae
D. solida


0.00
9.13
Hymenophyllaceae H. polyanthos


0.00
12.12
T. saxifragoides


0.00
8.70
Lindsaeae
L. oblanceolata


8.87
4.85
L. repens


0.00
4.85
Lomariopsidaceae E. callifolium


0.00
4.85
E. norrisii


0.00
4.43
Lycopodiaceae
L. phlegmaria


40.12
57.48
Nephrolepidaceae
N. biserrata


0.00
18.83
N. davallioides


25.11
0.00
N. falcata


0.00
8.27
Oleandraceae
O. musifolia



0.00
19.69
Polypodiaceae
C. taeniatus

38.54
27.81
G. persicifolium


29.59
0.00
G. sabauriculatum


17.82
0.00
P. lanceolata


0.00
4.85
Vittariaceae
V. elongata


14.84
0.00
V. ensiformis


Keterangan : H = homogen; T = heterogen; √ = ditemukan spesies tumbuhan paku epifit;
─ = tidak ditemukan spesies tumbuhan paku epifit

Pohon inang yang diamati termasuk kedalam 8 spesies dan 8 famili yaitu
Araliaceae (1 spesies), Araucariaceae (1 spesies), Euphorbiaceae (1 spesies),
Hamamelidaceae (1 spesies), Moraceae (1 spesies), Pinaceae (1 spesies),
Rubiaceae (1 spesies) dan Symplocaceae (1 spesies). Pohon rasamala (Altingia
excelsa) yang diamati berjumlah 12 pohon merupakan spesies pohon paling
banyak dihuni oleh tumbuhan paku epifit. Sebanyak 9 spesies tumbuhan paku
epifit ditemukan berada pada pohon rasamala (Altingia excelsa). Selain itu 4
spesies tumbuhan paku epifit ditemukan pada pohon Pinus merkusii dan pohon
Schefflera aromatica (Gambar 1).

5
Jumlah spesies
tumbuhan paku epifit

10
8
6
4
2
0

Spesies pohon inang

Gambar 1 Jumlah spesies tumbuhan paku epifit yang menempati masing-masing
spesies pohon inang

V. ensiformis

V. elongata

T. saxifragoides

P. lanceolata

O. musifolia

N. falcata

L. phlegmaria L

L. oblanceolata

H. polyanthos

E. norrisii

E. callifolium

D. solida

A. belangeri

L. repens

G. sabauriculatum

G. persicifolium

N. davallioides

C. taeniatus

A. nidus

8
7
6
5
4
3
2
1
0

N. biserrata

Jumlah spesies pohon inang

Spesies tumbuhan paku Nephrolepis biserrata merupakan spesies dominan
yang ditemukan pada tujuh spesies pohon inang. Sebagian spesies tumbuhan paku
hanya ditemukan pada satu spesies pohon inang (Gambar 2). Spesies tumbuhan
paku A. nidus, C. taeniatus, G. persicifolium, G. sabauriculatum, N. biserrata,
O. musifolia, dan T. saxifragoides ditemukan pada pohon rasamala (Altingia
excels). Spesies L. phlegmaria ditemukan pada pohon karet (Hevea brasiliensis).
D. solida, N. falcata, P. lanceolata dan V. ensiformis ditemukan pada pohon
pinus (Pinus merkusii), sedangkan N. davallioides ditemukan pada pohon jirak
(Symplocos fasciculata) (Lampiran 2).

Spesies tumbuhan paku epifit

Gambar 2 Jumlah spesies pohon inang yang ditempati oleh masing-masing
spesies tumbuhan paku epifit
Variasi Ciri Spesies Tumbuhan Paku Epifit yang Ditemukan di
Kawasan Hutan Gunung Bunder TNGHS
Secara keseluruhan keanekaragaman karakter vegetatif dan generatif
tumbuhan paku epifit yang ditemukan di hutan Gunung Bunder dapat digunakan
untuk identifikasi dan menjadi karakter pembeda antar spesies. Karakter vegetatif
tumbuhan paku epifit diamati dengan melihat perawakan tumbuhan paku epifit
secara keseluruhan. Sebagian besar tumbuhan paku epifit memiliki perawakan

6
herba dan memiliki akar serabut yang seringkali dilengkapi dengan rimpang
menjalar. Stipe tumbuhan paku epifit dengan struktur berkayu atau berdaging.
Ukuran frond tumbuhan paku epifit yang ditemukan mulai dari 2 cm sampai 200
cm, sedangkan tipe frond bervariasi yaitu tunggal, tunggal palmatifid, majemuk
bipinnatifid, majemuk pinnate sampai tripinnate, dan frond dengan percabangan
dikotom. Daun fertil tumbuhan paku epifit yang ditemukan memiliki bentuk daun
fertil sama dengan bentuk daun steril (isomorfis), namun ada beberapa spesies
tumbuhan paku epifit yang ditemukan memiliki bentuk daun fertil berbeda dengan
bentuk daun steril (dimorfis) (Gambar 3).
Karakter generatif tumbuhan paku epifit dapat diamati berdasarkan
struktur reproduksinya melalui spora. Bagian yang diamati adalah struktur
penghasil spora. Spora dibentuk dalam kotak spora yang disebut sporangium.
Umumnya sporangium tumbuhan paku epifit berkumpul membentuk sorus dan
terkadang dilindungi oleh indusium sejati atau palsu dengan bentuk bervariasi
yaitu linier dan ginjal. Letak dan susunan sori yang diamati bervariasi diantaranya
sori tersebar merata hampir di seluruh bagian abaksial daun, tersebar linier di tepi
daun, tersebar linier di dekat pertulangan daun dengan panjang sori setengah dari
panjang daun, tersebar bundar di antara urat daun, dan tersebar di dalam strobilus
daun fertil. Spora tumbuhan paku epifit yang ditemukan memiliki dua bentuk
yang khas yaitu bentuk monolet dan trilet (Gambar 4).

A

B

C

D

E

F

G

H

I

Gambar 3 Keanekaragaman karakter vegetatif tumbuhan paku epifit. (A) stipe
berkayu; (B) stipe berdaging; (C) frond tunggal; (D) frond tunggal
palmatifid; (E) frond majemuk bipinnatifid; (F) frond majemuk
pinnate; (G) frond majemuk bipinnate; (H) frond majemuk tripinnate;
(I) frond bercabang dikotom

7
Indusium
palsu
Indusium
ginjal
Indusium
linier

A

B

C

E

F

Strobilus

D

Gambar 4 Keanekaragaman karakter generatif tumbuhan paku epifit. (A)
indusium sejati linier; (B) indusium sejati ginjal; (C) indusium palsu
linier; (D) strobilus; (E) spora monolet; (F) spora trilet

Kunci Identifikasi dan Deskripsi Tumbuhan Paku Epifit yang Ditemukan di
Kawasan Hutan Gunung Bunder TNGHS
Kunci identifikasi kategori famili dari tumbuhan paku epifit
1a Sorus dilindungi oleh indusium...........................................................................2
1b Sorus tidak dilindungi oleh indusium.................................................................8
2a Sorus dilindungi oleh indusium palsu................................................Vittariaceae
2b Sorus dilindungi oleh indusium sejati.................................................................3
3a Frond dengan ukuran panjang mencapai 200 cm.............................Aspleniaceae
3b Frond dengan ukuran panjang mencapai 60 cm..................................................4
4a Spora berbentuk trilet............................................................................Lindsaeae
4b Spora berbentuk monolet....................................................................................5
5a Bentuk daun tidak beraturan saling berbagi tetapi tidak mencapai tulang tengah
.....................................................................................................Hymenophyllaceae
5b Bentuk daun lanset..............................................................................................6
6a Frond tunggal...................................................................................Oleandraceae
6b Frond majemuk...................................................................................................7
7a Permukaan stipe glabrous berukuran panjang 17 cm.......................Davalliaceae
7b Permukaan stipe lepidus berukuran pendek 7 cm....................Nephrolepidaceae
8a Spora terkumpul di dalam strobilus..............................................Lycopodiaceae
8b Spora terkumpul di dalam sorus..........................................................................9
9a Ukuran daun fertil lebih kecil dibandingkan daun steril..........Lomariopsidaceae
9b Ukuran daun fertil sama dengan ukuran daun steril......................Polypodiaceae

8
ASPLENIACEAE
Frond tunggal hingga majemuk bipinnate, pertulangan menyirip terkadang
bercabang dikotom; sori linier memanjang di dekat tulang daun, dilindungi oleh
indusium sejati, tipis; spora dilindungi perispor.
1a Frond tunggal, stipe coklat gelap hingga hitam, panjang pinna 200 cm...............
......................................................................................................................A. nidus
1b Frond majemuk bipinnate, stipe hijau, panjang pinna 35 cm.......... A. belangeri
Asplenium belangeri Kze. (Piggott 1988) (Gambar 6)
Frond majemuk bipinnate, panjang mencapai 35 cm, bangun lamina
memanjang; stipe beralur dangkal dan sempit di bagian atas, hijau tua, pilose,
panjang 11 cm; rachis beralur dangkal dan sempit hingga bagian apikal, hijau tua,
pilose; pinna steril dan fertil dengan bentuk dan ukuran sama, pinna apikal
pinnatifid, ujung rounded, pangkal truncate, pertulangan dikotom, tepi entire,
pilose, jumlah pinna 44; sori linier, menempel pada salah satu sisi tulang daun
sekunder; dilindungi indusium linier, tipis, transparan; sporangium berisi >32
spora homospora; spora monolet, dilindungi perispor, warna kuning kecoklatan.
Asplenium nidus L. (Piggott 1988) (Gambar 5)
Frond tunggal, panjang 200 cm, lebar 11 cm, bangun lamina lanset
memanjang; stipe persegi, coklat gelap, glabrous, pendek 5 cm; costa persegi,
coklat kehitaman, glabrous, memanjang; pinna steril dan fertil dengan bentuk dan
ukuran sama, ujung acute, pangkal truncate, pertulangan menyirip, tepi entire,
glabrous; sori linier, menempel pada kedua sisi tulang daun, panjang ±5 cm;
dilindungi oleh indusium sejati linier, sempit dan tipis; sporangium berisi >32
spora homospora; spora monolet, dilindungi perispor, warna kuning kecoklatan.
DAVALLIACEAE
Davallia solida Sw. (Piggott 1988) (Gambar 7)
Frond majemuk tripinnate, panjang mencapai 40 cm, bangun lamina
segitiga; stipe silindris, hijau kecoklatan, glabrous, panjang ±17 cm; rachis
silindris lebih kecil dari stipe, hijau kecoklatan, glabrous, panjang ±20 cm; pinna
steril memiliki bangun segitiga, pinna apikal pinnatifid, ujung acuminate, pangkal
truncate, pertulangan menyirip, tepi crenate, glabrous, jumlah pinna 21; pinnula
basal berukuran 3 cm, pinnula apikal pinnatifid, ujung acuminate, pangkal oblique,
pertulangan menyirip, tepi berlobus, glabrous (pinna fertil belum ditemukan).

Sori

A

B

C

Gambar 5 Asplenium nidus. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) spora

9

Sori

A

B

C

Gambar 6 Asplenium belangeri. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) spora

A

B

Gambar 7 Davallia solida. (A) perawakan; (B) pinna steril
HYMENOPHYLLACEAE
Frond tunggal hingga majemuk, tipe frond bipinnatifid dan palmatifid,
bangun lamina memanjang dan terkadang membundar, memiliki stipe silindris,
glabrous, berwarna hitam dan pendek; bentuk pinna oblong dan orbicular biasanya
berupa lembaran tipis terkadang berukuran mikrofil, bercabang dikotom.
1a. Frond tunggal, palmatifid, pinna membundar...........................T. saxifragoides
1b. Frond majemuk, bipinnatifid, pinna memanjang..........................H. polyanthos
Hymenophyllum polyanthos Sw. (Piggott 1988) (Gambar 8)
Frond majemuk bipinnatifid, panjang ±18 cm, bangun lamina memanjang;
stipe silindris, hitam, glabrous, pendek ±3 cm; rachis silindris, hitam, glabrous,
panjang ±15 cm; pinna steril tipis, tereduksi, membentuk cabang dari pangkal
daun sampai ujung daun, ujung emarginate, pangkal oblique, pertulangan dikotom,
tepi entire, glabrous, jumlah pinna 28 (pinna fertil belum ditemukan).
Trihomanes saxifragoides Presl. (Piggott 1988) (Gambar 9)
Frond tunggal palmatifid, bangun lamina membundar; stipe silindris,
hitam, glabrous, pendek ±1 cm; costa pipih; percabangan seperti kipas, tipis,
ujung rounded, pangkal rounded, pertulangan dikotom, tepi entire, pilose (pinna
fertil belum ditemukan).
LINDSAEAE
Frond majemuk pinnate, bangun lamina persegi memanjang; memiliki
stipe dan rachis berbentuk persegi; bentuk pinna fertil dan steril sama (isomorfis),
pertulangan dikotom; sori linier, ditepi daun pada lobus; dilindungi indusium
sejati, linier; spora trilet dilapisi perispor.

10
1a. Panjang frond 19 cm, stipe berwarna coklat..............................L. oblanceolata
1b. Panjang frond 60 cm, stipe berwarna kuning.......................................L. repens
Lindsaea oblanceolata (Piggott 1988) (Gambar 10)
Frond majemuk pinnate, panjang 19 cm, bangun lamina persegi pendek;
stipe persegi dan beralur dangkal, coklat, glabrous, pendek ±3 cm; rachis persegi,
hijau, glabous, panjang ±15 cm; pinna steril dengan bentuk oblanceolate, ujung
obtuse, pangkal truncate, pertulangan dikotom, tepi entire, glabrous (pinna fertil
belum ditemukan).
Lindsaea repens (Piggott 1988) (Gambar 11)
Frond majemuk pinnate, panjang mencapai 60 cm, bangun lamina persegi
memanjang; stipe persegi, beralur dangkal, kuning, glabrous, pendek ±2 cm;
rachis persegi, beralur dangkal, kuning kecoklatan, glabrous, panjang ±30 cm;
pinna steril dan fertil dengan bentuk dan ukuran hampir sama, ukuran pinna
berkurang ke arah pangkal dan apikal, ujung obtuse, pangkal entire, pertulangan
dikotom, tepi basiscopic rata, tepi acroscopic berlobus kecil atau berlobus dalam
pada pinna di bagian pangkal, glabrous; sori linier, marginal, terletak pada lobus;
dilindungi indusium bentuk lembaran, menempel pada bagian dalam pinna, hijau,
sempit; sporangium berisi >32 spora homospora; spora trilet, tanpa perispor,
warna kuning kecoklatan.

A

B

A

Gambar 8 Hymenophyllum polyanthos.
(A) perawakan; (B) pinna steril

A

B

Gambar 9 Trihomanes saxifragoides.
(A) perawakan; (B) pinna
steril

B

Gambar 10 Lindsaea oblanceolata. (A) perawakan; (B) pinna steril

11

Sori

A

B

C

D

Gambar 11 Lindsaea repens. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) sori; (D) spora
LOMARIOPSIDACEAE
Frond tunggal, bangun lamina lanset memanjang; stipe silindris, pilose
atau glabrous, pendek hingga panjang; pinna lanset, ujung acuminate atau obtuse,
pangkal acuminate, tepi entire, pertulangan menyirip, permukaan abaksial dan
adaksial glabrous.
1a. Stipe silindris berukuran panjang 14 cm, pilose............................E. callifolium
1b. Stipe silindris berukuran pendek 2 cm, glabrous................................E. norrisii
Elaphoglossum callifolium BI. (Andrews 1990) (Gambar 12)
Frond tunggal, panjang mencapai 44 cm, bangun lamina lanset
memanjang; stipe silindris, hijau, pilose, panjang 14 cm; costa silindris, hijau,
pilose, memanjang; pinna steril lanset, ujung acuminnate, pangkal acuminnate,
pertulangan menyirip, tepi entire, glabrous, permukaan adaksial daun berwarna
lebih gelap dari permukaan abaksial (pinna fertil belum ditemukan).
Elaphoglossum norrisii (Andrews 1990) (Gambar 13)
Frond tunggal, panjang mencapai 35 cm, bangun lamina lanset
memanjang; stipe silindris, hijau, glabrous, pendek 2 cm; costa silindris, hijau,
glabrous, memanjang; pinna steril lanset, ujung obtuse, pangkal acuminnate,
pertulangan menyirip, tepi entire, glabrous, permukaan adaksial daun berwarna
lebih gelap dari permukaan abaksial (pinna fertil belum ditemukan).
LYCOPODIACEAE
Lycopodium phlegmaria L. (Andrews 1990) (Gambar 14)
Frond tunggal, percabangan dikotom dan memanjang seperti tirai; stipe
silindris, hijau, glabrous, pendek; rachis tidak jelas; daun steril dan fertil dengan
bentuk dan ukuran berbeda, daun steril lebih besar, ujung acute, pangkal rounded,
tepi entire, glabrous, daun fertil lebih kecil dan membentuk strobilus; sori pada
kumpulan strobilus, terletak pada ujung percabangan; sporangium bulat seperti
kacang, terletak diatas sporofil; spora trilet, tanpa perispor, kuning bening.

12

A

B

A

B
Gambar 13 Elaphoglossum norrisii.
(A) perawakan; (B)
pinna steril

Gambar 12 Elaphoglossum callifolium.
(A) perawakan; (B) pinna steril

A
Gambar

B
14

C

Lycopodium phlegmaria.
(C) sporangium; (D) spora

D
(A)

perawakan;

(B)

strobilus;

NEPHROLEPIDACEAE
Frond majemuk pinnate, bangun lamina segitiga atau memanjang; stipe
silindris, lepidus, pendek; rachis silindris, lepidus, panjang; bentuk pinna fertil dan
steril sama, ujung acuminate, pangkal oblique, pertulangan menyirip, tepi crenate,
biserrate hingga berlobus; sori bundar ditepi daun; spora monolet tanpa perispor.
1a. Bangun lamina segitiga....................................................................N. biserrata
1b. Bangun lamina memanjang ...............................................................................2
2a. Stipe dan rachis berwarna coklat, tepi berlobus..........................N. davallioides
2b. Stipe dan rachis berwarna hijau, tepi crenate......................................N. falcata
Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott (Piggott 1988) (Gambar 15)
Frond majemuk pinnate, panjang 52 cm, bangun lamina segitiga; stipe
silindris, coklat, lepidus, pendek ±6 cm; rachis silindris, coklat, lepidus, panjang
±40 cm; pinna steril lanset, ujung acuminate, pangkal oblique, pertulangan
menyirip, tepi biserrate, pilose (pinna fertil belum ditemukan).
Nephrolepis davallioides (Sw.) Kze (Piggott 1988) (Gambar 16)
Frond majemuk pinnate, panjang 50 cm, bangun lamina memanjang; stipe
silindris, coklat, lepidus, pendek; rachis silindris, coklat, pilose, panjang; pinna
fertil lebih sempit dari pada pinna steril, ujung acuminate, pangkal oblique,
pertulangan menyirip, tepi pinna fertil membentuk lobus, jarak antar lobus 0,5 cm,
pilose; sori bundar marginal, terletak pada lobus; dilindungi indusium sejati
bentuk ginjal, tebal, hijau; sporangium berisi >32 spora homospora; spora monolet,
tanpa perispor, warna kuning kecoklatan.

13
Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr (Piggott 1988) (Gambar 17)
Frond majemuk pinnate, panjang 34 cm, bangun lamina memanjang; stipe
silindris, hijau, lepidus, pendek ±7 cm; rachis silindris, hijau, pilose, panjang ±26
cm; pinna steril lanset, ujung acuminate, pangkal oblique, pertulangan menyirip,
tepi crenate, pilose (pinna fertil belum ditemukan).
OLEANDRACEAE
Oleandra musifolia Pr (PROSEA 2003) (Gambar 18)
Frond tunggal, bangun lamina lanset memanjang; stipe silindris, coklat,
lepidus, pendek; costa pipih, coklat, glabrous, panjang; pinna steril lanset, ujung
acuminate, pangkal acuminate, pertulangan menyirip, tepi entire, glabrous (pinna
fertil belum ditemukan).

A

B

Gambar 15 Nephrolepis biserrata. (A) perawakan; (B) pinna steril

Indusium

A

B

C

Gambar 16 Nephrolepis davallioides. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) spora

A

B

Gambar 17 Nephrolepis falcata.
(A) perawakan; (B) pinna steril

A

B

Gambar 18 Oleandra musifolia.
(A) perawakan; (B) pinna steril

14
POLYPODIACEAE
Frond tunggal hingga majemuk pinnate; bangun lamina lanset dan segitiga
memanjang, sorus tanpa indusium, sori tenggelam dalam pinna sehingga tampak
tonjolan di permukaan adaksial pinna.
1a. Frond tunggal.................................................................................P. lanceolata
1b. Frond majemuk..................................................................................................2
2a. Bangun lamina segitiga.........................................................G. sabauriculatum
2b. Bangun lamina memanjang................................................................................3
3a. Pangkal daun truncate, tepi entire....................................................C. taeniatus
3b. Pangkal daun acuminate, tepi serrate........................................G. persicifolium
Crypsinus taeniatus (Andrews 1990) (Gambar 19)
Frond majemuk, pinnate ganjil, panjang mencapai 43 cm, bangun lamina
memanjang; stipe beralur dangkal di bagian atas, hijau, glabrous, panjang ±20 cm;
rachis hijau, glabrous, pendek ±8 cm; pinna steril lanset, ujung acuminate,
pangkal truncate pada basal dan anadromous pada apikal, pertulangan menyirip,
tepi entire, glabrous (pinna fertil belum ditemukan).
Goniophlebium persicifolium (Desv.) Presl (Piggott 1988) (Gambar 20)
Frond majemuk, pinnate, panjang frond muda 33 cm, bangun lamina
memanjang; stipe silindris, coklat, glabrous, pendek ±8 cm; rachis silindris, coklat,
glabrous, panjang ±15 cm; pinna steril dan fertil dengan bentuk dan ukuran sama,
ujung acuminate, pangkal acuminate, pertulangan menyirip, tepi serrate, glabrous;
sori membundar, menempel pada kedua sisi tulang daun sekunder, tanpa
indusium; sporangium berisi >32 spora homospora; spora monolet, dilindungi
perispor, kuning bening.
Goniophlebium sabauriculatum (BI.) Presl (Piggott 1988) (Gambar 21)
Frond majemuk, pinnate, panjang 38 cm, bangun lamina segitiga; stipe
silindris, hijau, pilose, pendek ±9 cm; rachis silindris, hijau, pilose, panjang ±15
cm; pinna steril lanset, ujung acuminate, pangkal entire, pertulangan menyirip,
tepi serrate, pilose (pinna fertil belum ditemukan).
Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell. (Piggott 1988) (Gambar 22)
Frond tunggal, panjang 33 cm, bangun lamina lanset memanjang; stipe
persegi beralur dangkal, hijau, glabrous, pendek ±2 cm; costa pipih, hijau,
glabrous, panjang ±18 cm; pinna steril dan fertil dengan bentuk dan ukuran sama,
ujung obtuse, pangkal acuminate, pertulangan tidak jelas, tepi entire, glabrous;
sori bundar, menempel di sekeliling tepi daun dan hampir menutupi tulang daun,
sporangium berisi >32 spora homospora; spora monolet, dilapisi perispor, kuning.
VITTARIACEAE
Frond tunggal, bangun lamina linier (pita) pendek hingga memanjang;
bentuk pinna fertil dan steril sama, ujung acute, pangkal acute, pertulangan tidak
jelas, tepi entire; sori linier berada di tepi daun, dilindungi indusium palsu; spora
monolet tanpa perispor.

15
1a. Lamina linier pendek 10 cm, lebar pinna maksimal 1 cm.............V. ensiformis
1b. Lamina linier memanjang 27 cm, lebar pinna ≥1 cm.......................V. elongata
Vittaria elongata (Piggott 1988) (Gambar 23)
Frond tunggal, panjang ±27 cm, bangun lamina pita atau linier
memanjang; pinna steril dan fertil dengan bentuk dan ukuran sama, ujung acute,
pangkal acute, pertulangan tidak jelas, tepi entire, glabrous; sori linier, terletak
pada tepi abaksial dan adaksial daun yang terbelah; dilindungi oleh indusium
palsu bentuk linier, sporangium berisi >32 spora homospora; spora monolet,
glabrous, tanpa perispor, kuning bening.
Vittaria ensiformis Sw. (Piggott 1988) (Gambar 24)
Frond tunggal, panjang ±10 cm, lebar maksimal 1 cm, bangun lamina pita
atau linier pendek; pinna steril dan fertil dengan bentuk dan ukuran sama, ujung
acute, pangkal acute, pertulangan tidak jelas, tepi entire, glabrous; sori linier,
terletak pada tepi abaksial dan adaksial daun yang terbelah; dilindungi oleh
indusium palsu berbentuk linier, sporangium berisi >32 spora homospora; spora
monolet, tanpa perispor, kuning.

Sori

A

B

A

Gambar 19 Crypsinus taeniatus.
(A) perawakan; (B) pinna
steril

A

B

C

Gambar 20 Goniophlebium persicifolium.
(A) perawakan; (B) sori; (C)
spora

B

Gambar 21 Goniophlebium sabauriculatum. (A) perawakan; (B) pinna steril

16

Sori

A

B

C

D

Gambar 22 Pyrrosia lanceolata. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) sori; (D)
spora

A

B

Sori

C

Gambar 23 Vittaria elongata. (A) perawakan; (B) daun fertil; (C) spora

Sori

A

B

C

Gambar 24 Vittaria ensiformis. (A) perawakan; (B) pinna fertil; (C) spora

Kondisi Lingkungan pada Lokasi Pengamatan di Hutan Gunung Bunder
TNGHS
Kondisi lingkungan yang diamati berupa iklim mikro meliputi suhu (˚C),
kelembapan (%RH), intensitas cahaya (lux) dan kecepatan angin (km/s). Nilai
iklim mikro yang diamati menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda pada hutan
homogen dan hutan heterogen. Suhu rata-rata di kedua lokasi pengamatan tercatat
mulai dari 23˚C hingga 28.5˚C. Rata-rata nilai kelembapan udara tertinggi
terdapat pada lokasi hutan heterogen mencapai 86.5% yang berada pada plot 11.
Sementara intensitas cahaya tertinggi tercatat pada plot 15 tepatnya di lokasi hutan
heterogen, karena kondisi habitat di plot tersebut terlihat cukup terbuka yang
berupa tanah lapang. Lokasi pengamatan di hutan homogen diketahui memiliki
kecepatan angin yang lebih tinggi dibandingkan di lokasi hutan heterogen
mencapai 4.6 km/s, karena kondisi habitat di hutan homogen memiliki kondisi
lingkungan yang lebih terbuka dengan jarak tumbuh spesies pohon satu ke pohon
lainnya cukup jauh sehingga angin yang berhembus cukup kencang di lokasi ini
(Tabel 2).

17
Tabel 2 Perbandingan kondisi lingkungan tumbuhan paku epifit pada vegetasi
hutan homogen dan heterogen di kawasan hutan Gunung Bunder
Tipe vegetasi hutan
Hutan homogen
Plot

Hutan heterogen

T
(˚C)

RH
(%)

IC
(lux)

KA
(km/s)

1

26.0

86.4

3340

2.3

2

23.8

73.4

2440

3

25.3

85.2

4

27.0

5

Plot

T
(˚C)

RH
(%)

IC
(lux)

KA
(km/s)

11

27.3

86.5

378

0

0

12

26.9

82.0

740

0

2540

1.9

13

27.5

81.1

2300

1.3

76.0

1890

0

14

26.4

78.0

2360

0

26.5

78.5

403

4.6

15

27.9

73.0

6240

1.5

6

26.7

81.1

546

2.1

16

24.5

79.5

480

0

7

27.0

76.8

1408

1.3

17

25.2

86.2

127

0

8

28.0

82.0

1910

0

18

24.5

77.3

1331

0.6

9

26.0

84.5

103

0

19

24.6

73.8

1634

2

10
28.5
68.6
1872
0
20
23.6
79.2
245
1.6
Keterangan : T = suhu (˚C); RH = kelembapan udara (%); IC = intensitas cahaya
(lux); KA = kecepatan angin (km/s)

Faktor ekologi yang mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan paku epifit
dianalisis menggunakan analisis regresi dan CCA untuk mengetahui hubungan
kolerasi faktor lingkungan terhadap kelimpahan spesies tumbuhan paku epifit.
Hasil analisis regresi dapat diketahui berdasarkan persamaan regresi yang
diperoleh yaitu Y = 14.3 – 0.400 suhu + 0.101 RH + 0.000033 intensitas cahaya +
0.206 kecepatan angin (Lampiran 3). Faktor lingkungan yang berkorelasi positif
terhadap keanekaragaman spesies tumbuhan paku epifit terdiri atas kelembapan
udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya. Parameter yang berkorelasi negatif
terhadap keanekaragaman spesies tumbuhan paku epifit ialah suhu (0.400).
Kisaran kelembapan udara yang diamati di kedua lokasi pengamatan yaitu
antara 68.6% hingga 86.5% (Tabel 2). Kisaran kelembapan udara tersebut cukup
baik untuk pertumbuhan paku. Pengaruh faktor kecepatan angin (0.206) relatif
lebih besar dibandingkan faktor intensitas cahaya (0.000033).
Hasil analisis CCA divisualisasikan dalam bentuk grafik biplot (Gambar
25). Grafik biplot menjelaskan adanya hubungan antara parameter lingkungan
yang diuji. Sudut yang dibentuk oleh parameter lingkungan terhadap garis utama
dari titik pusat grafik menunjukkan tingkat pengaruh. Semakin sempit sudut yang
dibentuk maka pengaruh faktor lingkungan semakin besar.
Spesies tumbuhan paku epifit yang dipengaruhi oleh kelembapan udara
yaitu C. taeniatus, E. callifolium, E. norrisii. L. repens, dan L. phlegmaria.
Tumbuhan paku epifit yang dipengaruhi oleh kecepatan angin yaitu N. biserrata.
Sementara spesies tumbuhan paku epifit lainnya tidak banyak dipengaruhi oleh
perbedaan kondisi lingkungan di lokasi pengamatan tersebut.

18

Gambar 25 Grafik hasil analisis dengan CCA mengenai pengaruh faktor
lingkungan di hutan homogen dan hutan heterogen terhadap
populasi tumbuhan paku epifit. RH = kelembapan udara; KA =
kecepatan angin; T = suhu; IC = intensitas cahaya; + = lokasi
hutan homogen; x = lokasi hutan heterogen; AB = A. belangeri;
AN = A. nidus; DS = D. solida; HP = H. polyanthos; TS = T.
saxifragoides; LO = L. oblanceolata; LR = L. repens; EC = E.
callifolium; EN = E. norrisii; LP = L. phlegmaria; NB = N.
biserrata; ND = N. davallioides; NF = N. falcata; OM = O.
musifolia; CT = C. taeniatus; GP = G. persicifolium; GS = G.
sabauriculatum; PL = P. lanceolata; VL = V. elongata; VE = V.
ensiformis
Faktor Ekologi dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Paku Epifit
Hasil perhitungan nilai Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner
menunjukkan tingkat keanekaragaman spesies tumbuhan paku epifit di kawasan
hutan Gunung Bunder TNGHS tergolong ke dalam keanekaragaman sedang (H’=
2.05) (Tabel 3). Lokasi dengan tingkat keanekaragaman yang lebih tinggi terlihat
pada lokasi hutan heterogen (H’= 2.16).
Tabel 3 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener spesies tumbuhan paku epifit
di kawasan hutan Gunung Bunder TNGHS
No Tipe vegetasi hutan
1
Hutan homogen
2
Hutan heterogen
Rata - rata keseluruhan lokasi

H'
1.94
2.16
2.05

19
Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner dianalisis
lanjut untuk mengetahui asosiasi antara spesies tumbuhan paku epifit (Gambar 26)
dan kelimpahan spesies tumbuhan paku epifit (Gambar 27) menggunakan
software PRIMER 5. Hasil analisis asosiasi antara spesies tumbuhan paku epifit
menunjukkan bahwa mayoritas spesies tumbuhan paku epifit pada setiap lokasi
pengamatan berasosiasi secara positif satu sama lain. Namun ditemukan satu
spesies tumbuhan paku epifit yang kurang dapat berasosiasi dengan spesies
tumbuhan paku epifit lainnya yaitu Pyrrosia lanceolata. Adanya bentuk asosiasi
antar spesies tumbuhan paku epifit mempengaruhi tingkat kelimpahan spesies
tumbuhan paku epifit tertentu.

Gambar 26 Asosiasi spesies tumbuhan paku epifit di kawasan hutan Gunung
Bunder TNGHS. AB = A. belangeri; AN = A. nidus; DS = D. solida;
HP = H. polyanthos; TS = T. saxifragoides; LO = L. oblanceolata;
LR = L. repens; EC = E. callifolium; EN = E. norrisii; LP = L.
phlegmaria; NB = N. biserrata; ND = N. davallioides; NF = N.
falcata; OM = O. musifolia; CT = C. taeniatus; GP = G.
persicifolium; GS = G. sabauriculatum; PL = P. lanceolata; VL =
V. elongata; VE = V. ensiformis
Ditinjau dari kelimpahan spesies tumbuhan paku epifit menunjukkan
bahwa tumbuhan paku epifit yang berada pada masing-masing lokasi umumnya
hidup mengelompok dan memiliki kelimpahan yang relatif tinggi, namun hal yang
berbeda ditunjukkan oleh Pyrrosia lanceolata. Spesies ini diketahui tidak hidup
mengelompok dengan spesies tumbuhan paku epifit lainnya, berdasarkan
pengamatan lapang spesies tumbuhan paku epifit tersebut menghuni pada satu
spesies pohon inang tanpa adanya spesies tumbuhan paku epifit yang lain.

20

Gambar 27 Kelimpahan spesies tumbuhan paku epifit di kawasan hutan Gunung
Bunder TNGHS. AB = A. belangeri; AN = A. nidus; DS = D.
solida; HP = H. polyanthos; TS = T. saxifragoides; LO = L.
oblanceolata; LR = L. repens; EC = E. callifolium; EN = E. norrisii;
LP = L. phlegmaria; NB = N. biserrata; ND = N. davallioides; NF =
N. falcata; OM = O. musifolia; CT = C. taeniatus; GP = G.
persicifolium; GS = G. sabauriculatum; PL = P. lanceolata; VL = V.
elongata; VE = V. ensiformis

PEMBAHASAN
Jumlah spesies tumbuhan paku epifit yang ditemukan di kawasan hutan
Gunung Bunder TNGHS sebanyak 20 spesies dan tergolong kedalam 10 famili.
Tumbuhan paku epifit ditemukan menempel pada kulit pohon inang yang
memiliki karakteristik berbeda. Keberadaan pohon inang sebagai tempat
menempel tidak hanya digunakan sebagai tempat hidup saja, namun bagi spesies
tumbuhan paku epifit pohon inang menjadi sangat penting dalam hal agen
penyebar spora (Darma et al. 2004). Pohon inang yang banyak dihuni oleh spesies
paku epifit ialah pohon rasamala (Altingia excelsa). Pohon ini memiliki
permukaan kulit pohon cukup kasar dengan sedikit rekahan. Jika dibandingkan
antara pohon rasamala