Pengaruh Pemberian Sinbiotik terhadap Kinerja Produksi Udang Vaname Litopenaeus vannamei di Tambak Pinang Gading, Bakauheni, Lampung

PENGARUH PEMBERIAN SINBIOTIK TERHADAP
KINERJA PRODUKSI UDANG VANAME Litopenaeus vannamei
DI TAMBAK PINANG GADING, BAKAUHENI, LAMPUNG

RUDY ANGGA KESUMA

i

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Pemberian Sinbiotik terhadap

Kinerja Produksi Udang Vaname Litopenaeus vannamei di Tambak Pinang Gading,
Bakauheni, Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Rudy Angga Kesuma
NIM C14100002

iv

ABSTRAK
RUDY ANGGA KESUMA. Pengaruh Pemberian Sinbiotik terhadap Kinerja
Produksi Udang Vaname Litopenaeus vannamei di Tambak Pinang Gading,
Bakauheni, Lampung. Dibimbing oleh WIDANARNI dan SUKENDA.
Aplikasi sinbiotik pada skala laboratorium telah terbukti dapat meningkatkan

sintasan, pertumbuhan dan respon imun terhadap serangan beberapa patogen.
Peneletian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian sinbiotik terhadap
kinerja produksi udang vaname yang dipelihara pada skala lapang di petak tambak.
Probiotik dan prebiotik yang digunakan yaitu bakteri Vibrio alginolyticus SKT-b
dan oligosakarida yang diekstraksi dari ubi jalar. Udang vaname yang telah
berumur 25 hari pasca tebar dipelihara pada tambak 16 (2500 m2), tambak 17 (3100
m2) tambak 18 (4100 m2) dan tambak 19 (3600 m2) dengan kepadatan 72 ekor/m2.
Penelitian ini terdiri dari dua perlakuan dengan dua kali ulangan yaitu perlakuan K
(tanpa penambahan sinbiotik) dan P (penambahan probiotik 1% dan prebiotik 2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sinbiotik mampu meningkatkan
sintasan, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan dan respon imun udang
vaname.
Kata kunci : Sinbiotik, udang vaname, kinerja produksi, tambak

ABSTRACT
RUDY ANGGA KESUMA. Effect of Synbiotic Administration on Production
Performance of White Shrimp Litopenaeus vannamei in Shrimp Ponds of Pinang
Gading, Bakauheni, Lampung. Supervised by WIDANARNI dan SUKENDA.
Synbiotic applications on a laboratory scale had been performed and was able to
improve survival rate, growth and immune response against multiple pathogens.

The purpose of this research was to test the effects of synbiotic administration on
production performance of white shrimp reared in shrimp ponds on field scale.
Vibrio alginolyticus SKT-b bacterium and oligosaccharides extracted from sweet
potato were used as probiotic and prebiotic. White shrimp that has been reared for
25 days after stocking was reared in shrimp pond 16 (2500 m2), pond 17 (3100 m2),
pond 18 (4100 m2) and pond 19 (3600 m2) in stocking density of 72 shrimps/m2.
This research consisted of two treatments with two replications: K treatment
(without synbiotic administration) and P treatment (administration of 1% probiotic
and 2% prebiotic). The results showed that synbiotic administration was able to
improve the survival rate, daily growth rate, feed conversion ratio and immune
response of white shrimp.
Keywords : Synbiotic, white shrimp, production performance, pond

1

PENGARUH PEMBERIAN SINBIOTIK TERHADAP
KINERJA PRODUKSI UDANG VANAME Litopenaeus vannamei
DI TAMBAK PINANG GADING, BAKAUHENI, LAMPUNG

RUDY ANGGA KESUMA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

3

Judul Skripsi

Nama

NIM

: Pengaruh Pemberian Sinbiotik terhadap Kinerja Produksi
Udang Vaname Litopenaeus vannamei di Tambak Pinang
Gading, Bakauheni, Lampung
: Rudy Angga Kesuma
: C14100002

Disetujui oleh

Dr Ir Widanarni, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Sukenda, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

4

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh
Pemberian Sinbiotik terhadap Kinerja Produksi Udang Vaname Litopenaeus
vannamei di Tambak Pinang Gading, Bakauheni, Lampung.
Penulis menyadari tanpa adanya kerja sama antara dosen dan penulis serta
beberapa kerabat yang telah memberikan berbagai masukan yang bermanfaat,
penyelesaian skripsi ini akan sulit dilakukan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Widanarni, M.Si dan Dr. Ir. Sukenda, M.Sc selaku dosen pembimbing
skripsi atas saran, bimbingan, nasihat serta dukungannya;
2. Yuni Puji Hastuti, S.Pi., M.Si dan Ir. Dadang Shafruddin, M.Si selaku dosen
penguji tamu dan komisi pendidikan departemen atas saran bagi perbaikan
skripsi;
3. Seluruh dosen Departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan ilmu dan

bantuan yang bermanfaat selama masa perkuliahan;
4. Bapak Ahmad Syaefudin, Bapak Riyono, Sutikno dan seluruh staf Tambak
Pinang Gading, Bakauheni, Lampung atas bantuan yang telah diberikan selama
penelititan;
5. Orang tua tercinta, Ayahanda (M. Zen), Ibunda (Nelly Anggia Murni) dan
adinda (Rizky Roman Zelly dan Sabika Avira Salsabila) yang telah memberikan
kasih sayang, dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis;
6. Bapak Achmad Noerkhaerin Putra atas kerjasama dan bantuannya dalam
penyediaan bahan selama penelitian;
7. Bapak Rahman, Bapak Ranta, Bapak Wasjan, Bapak Jajang, Mba Retno, Kang
Abe, Kang Adna dan seluruh staf Departemen Budidaya Perairan atas bantuan,
bimbingan dan informasi yang telah diberikan selama masa perkuliahan dan
penelitian;
8. Kak Jeanni, Kak Arief, Kak Titi, Kak Deni, Kak Seto, Kak Doni, Kak Dewi,
Kak Fierco yang telah memberikan bantuan dan informasi seputar penelitian;
9. Rekan-rekan LKI 47 (Dian, Evi, Novi, Alit, Dede, Amal, Netty, Wira, Akbar,
Indri, Adi, Ike, Een, Bebe, Sita) dan rekan-rekan BDP 47 atas bantuan, motivasi,
kebersamaan dan kekeluargaan selama masa perkuliahan, serta semua pihak
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran
demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

Namun, meski telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunannya,
skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi teknik penulisan
maupun tata bahasa. Sehingga saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami
harapkan.
Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
yang memerlukannya.
Bogor, Juni 2014
Rudy Angga Kesuma

5

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii


DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Tempat Penelitian

2

Prosedur Penelitian

3

Penyiapan Sinbiotik

3

Pengujian Sinbiotik secara In Vivo

4

Parameter Pengamatan

5


Sintasan

5

Laju Pertumbuhan Harian

5

Rasio Konversi Pakan

5

Total Hemosit

6

Diferensial Hemosit

6

Kualitas Air

6

Hasil Panen

7

Analisis Usaha

7

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN

7
8
8
13
17

Kesimpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

30

6viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Rancangan penelitian pemberian sinbiotik pada udang vaname
Satuan dan alat ukur kualitas air selama perlakuan sinbiotik
Nilai kualitas air media pemeliharaan udang vaname selama perlakuan
sinbotik
Analisis usaha pembesaran udang vaname setiap perlakuan pada akhir
pemeliharaan

4
6
11
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Sintasan udang vaname pada akhir pemeliharaan
Laju pertumbuhan harian udang vaname selama pemeliharaan
Rasio konversi pakan udang vaname selama pemeliharaan
Total hemosit udang vaname selama perlakuan sinbiotik
Persentase sel hialin dan granular udang vaname setelah perlakuan
sinbiotik
Size udang vaname pada akhir pemeliharaan
Biomassa panen udang vaname pada akhir pemeliharaan

8
9
9
10
11
12
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Prosedur pembuatan media sea water complete (SWC)
Prosedur dan waktu kultur probiotik Vibrio alginolyticus SKT-b
Metode penghitungan TPC (Total Plate Count)
Metode penghitungan total padatan terlarut (TPT)
Layout tambak pemeliharaan udang vaname selama penelitian
Asumsi biaya produksi dan rincian analisis usaha

22
23
24
24
25
26

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi yang
saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Udang ini memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan jenis udang lain seperti lebih tahan terhadap serangan
penyakit dan biaya produksi relatif lebih rendah karena nilai konversi pakan yang
rendah (Lebel et al. 2010). Keunggulan yang dimiliki udang vaname tersebut
menyebabkan produksi dan permintaan akan udang ini semakin tinggi.
Sejalan dengan peningkatan produksi udang vaname, sistem budidaya
intensif (intensifikasi) yang ditandai dengan padat tebar dan pemberian pakan yang
tinggi telah banyak dilakukan. Namun, sistem budidaya intensif ini dapat
menimbulkan resiko terjadinya penyakit sehingga dapat menurunkan produksi
udang vaname. Penyakit yang menjadi masalah terbesar dalam budidaya udang
vaname yaitu infeksi penyakit viral dan bakterial. Menurut Flegel (2012) penyakit
viral seperti white spot syndrome (WSS) yang disebabkan oleh white spot syndrome
virus (WSSV) dan infectious myonecrosis (IMN) yang disebabkan oleh infectious
myonecrosis virus (IMNV) merupakan penyakit udang yang menjadi ancaman
paling serius di kawasan Asia. Sanchez-Martinez et al. (2007) melaporkan bahwa
penyakit WSS dapat menyebabkan tingkat mortalitas 90-100% pada budidaya
udang vaname dalam waktu 3-10 hari setelah munculnya tanda klinis. Coecho et al.
(2009) menyatakan bahwa serangan penyakit IMN dapat menimbulkan tingkat
mortalitas di atas 60% pada budidaya udang vaname dan dapat menyerang udang
vaname pada stadia post larva (PL), juvenil dan dewasa. Selain itu, serangan
penyakit vibriosis atau udang berpendar oleh bakteri jenis Vibrio spp. saat ini telah
banyak mempengaruhi budidaya udang dan menjadi penyebab utama kegagalan
panen udang di berbagai negara (Castex 2008).
Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit ini,
diantaranya dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik memiliki
kelemahan yaitu dapat menimbulkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik
(Esiobu et al. 2002) dan memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Selain itu
menurut Reed et al. (2004), residu antibiotik dapat mengganggu kesehatan manusia
apabila terkonsumsi. Salah satu metode pencegahan penyakit udang yang banyak
diteliti dalam beberapa tahun terakhir yaitu aplikasi sinbiotik.
Sinbiotik merupakan suplemen gizi yang menggabungkan probiotik dan
prebiotik secara sinergis (Cerezuela et al. 2011). Probiotik adalah agen mikroba
hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang melalui peningkatan
nilai nutrisi pakan, respon terhadap penyakit atau memperbaiki kualitas lingkungan
(Verschuere et al. 2000). Dalam peningkatan nilai nutrisi pakan, probiotik mampu
menghasilkan enzim exogenous yang dibutuhkan dalam proses pencernaan pakan
sehingga meningkatkan nilai kecernaan pakan dan akhirnya dapat meningkatkan
pertumbuhan inang. Menurut Nayak (2010), probiotik yang telah digunakan dalam
praktik akuakultur yaitu Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, Enterococcus,
Carnobacterium, Shewanella, Bacillus, Aeromonas, Vibrio, Enterobacter,
Pseudomonas, Clostridium dan Saccharomyces. Prebiotik merupakan bahan
pangan non digestible yang dapat merangsang pertumbuhan dan aktivitas mikroba

2

sehingga meningkatkan kesehatan inang (Cerezuela et al. 2011). Aplikasi prebiotik
berfungsi sebagai nutrien yang dibutuhkan bakteri probiotik untuk
mempertahankan hidupnya dalam saluran pencernaan. Prebiotik terutama terdiri
dari oligosakarida yang memberikan keuntungkan berupa pertumbuhan bakteri
dalam saluran pencernaan yang lebih tinggi. Menurut Teitelbaum dan Walker
(2002), beberapa oligosakarida yang memiliki karakteristik prebiotik yaitu
mannanoligosaccharides (MOS), trans-galactooligosaccharides (TOS), inulin,
fructooligossacharides (FOS) dan laktulosa.
Penggunaan probiotik dan prebiotik dalam beberapa tahun terakhir telah
dianggap sebagai strategi pengendalian biologis dalam praktik akuakultur untuk
meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit (Cerezuela et al.
2011). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik yang diberikan bersama
prebiotik dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan respon imun lobster eropa
(Daniels et al. 2010), Penaeus japonicus (Zhang et al. 2013) dan yellow croaker
(Ai et al. 2011). Sinbiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan
dari probiotik V. alginolyticus SKT-b dan prebiotik yang diekstraksi dari ubi jalar
(Ipomoea batatas). Probiotik V. alginolyticus SKT-b telah terbukti memiliki
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen Vibrio harveyi dalam
uji in vitro dan in vivo (Widanarni et al. 2003). Selain itu Gullian et al. (2004)
menyatakan bahwa V. alginolyticus mampu meningkatkan pertumbuhan dan respon
imun pada udang vaname L. vannamei.
Aplikasi sinbiotik satu dosis (probiotik V. alginolyticus SKT-b sebesar 1%
dan prebiotik dari ubi jalar sebesar 2%) pada skala laboratorium telah diuji efektif
untuk mencegah infeksi V. harveyi (Arisa 2011), Infectious Myonecrosis Virus
(Damayanti 2011) serta ko-infeksi V. harveyi dan Infectious Myonecrosis Virus
(Nurhayati 2014) pada udang vaname. Pada skala lapang terbatas (hapa), aplikasi
sinbiotik tersebut belum menunjukkan hasil yang konsisten dalam hal peningkatan
kinerja produksi udang vaname, dimana pada penelitian Kadarusman (2012)
diperoleh hasil terbaik yaitu aplikasi sinbiotik dua dosis. Sedangkan pada penelitian
Praseto (2013), hasil terbaik yaitu aplikasi sinbiotik setengah dosis. Pada penelitian
skala lapang ini digunakan aplikasi sinbiotik satu dosis seperti yang dilakukan pada
skala laboratorium.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian sinbiotik
terhadap kinerja produksi udang vaname pada skala lapang di petak tambak.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli-September 2013 di Tambak Pinang
Gading, Bakauheni, Lampung dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3

Penyiapan prebiotik dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten.
Prosedur Penelitian
Penyiapan Sinbiotik
Penyiapan Probiotik
Penyiapan probiotik meliputi pembuatan media sea water complete (SWC)
cair dan kultur bakteri V. algynolyticus SKT-b. Untuk pembuatan 1 liter media
SWC cair dilakukan dengan mencampurkan 5 gram bactopeptone, 1 gram yeast
ekstract, 3 ml gliserol, 750 ml air laut dan 250 ml akuades ke dalam erlenmeyer
(Lampiran 1). Selanjutnya campuran bahan tersebut dipanaskan pada penangas air
agar larut dan homogen. Kemudian media tersebut disterilisasi menggunakan
autoklaf pada suhu 121oC (1 atm) selama 15 menit. Setelah itu media didinginkan
dan siap digunakan untuk kultur bakteri V. alginolyticus SKT-b.
Kultur bakteri V. alginolyticus SKT-b dilakukan melalui dua tahap (Lampiran
2) yaitu kultur bakteri pada media SWC cair yang bervolume 10 ml dan dilanjutkan
dengan kultur bakteri pada media SWC cair dengan volume yang lebih besar
(upscaling). Kultur bakteri dimulai dari isolat bakteri V. alginolyticus SKT-b yang
berumur 24 jam diinokulasi sebanyak satu ose ke dalam media SWC cair volume
10 ml yang dilakukan secara aseptik. Kemudian hasil inokulasi tersebut diletakkan
diatas shaker selama 18 jam pada suhu ruang. Setelah 18 jam, bakteri dipanen dan
dilanjutkan dengan upscaling yang dilakukan dengan cara mengambil bakteri hasil
kultur sebesar 1% dari total media SWC cair yang akan digunakan. Kemudian
bakteri hasil upscaling tersebut kembali diletakkan diatas shaker pada suhu ruang
selama 18 jam. Setelah itu bakteri dipanen dan dilakukan penghitungan TPC (Total
Plate Count) untuk mengetahui kepadatan bakteri (Lampiran 3). Setelah dilakukan
penghitungan TPC, kepadatan bakteri yang didapatkan yaitu 108 cfu/ml.
Penyiapan Prebiotik
Prebiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak oligosakarida
yang berasal dari tepung kukus ubi jalar. Metode ekstraksi yang dilakukan mengacu
pada metode Muchtadi (1989). Tepung ubi jalar sebanyak 500 gram dicampur
dengan air dengan perbandingan 1:1 (v/v), lalu dikukus pada suhu 100oC selama 30
menit. Kemudian tepung ubi jalar tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 55oC
selama 18 jam. Setelah kering, tepung kukus ubi jalar digiling dan disaring dengan
ayakan hingga terkumpul. Pada proses ekstraksi, tepung kukus ubi jalar
disuspensikan ke dalam etanol 70% dengan perbandingan 1:10. Kemudian diaduk
menggunakan magnetic stirer pada suhu ruang selama 15 jam. Setelah itu dilakukan
penyaringan dengan kertas saring dan residu dicuci dengan etanol 70%. Filtrat yang
dihasilkan dipekatkan menggunakan evaporator vakum pada suhu 40oC. Sebelum
filtrat digunakan, dilakukan pengukuran total padatan terlarut (TPT) terlebih dahulu
yang mengacu pada metode Apriyantono et al. (1989) (Lampiran 4). Hasil
pemekatan kemudian diencerkan dengan akuades steril hingga mencapai kadar TPT
sebesar 5% (Marlis 2008).

4

Pengujian Sinbiotik secara In Vivo
Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Wadah yang digunakan pada penelitian ini yaitu petak tambak dengan
konstruksi tanah yang berjumlah 4 tambak (tambak 16, tambak 17, tambak 18,
tambak 19). Tambak 16 dan tambak 17 digunakan untuk perlakuan sinbiotik yang
memiliki luas 2500 m2 dan 3100 m2. Sedangkan tambak 18 dan tambak 19
digunakan untuk perlakuan kontrol yang memiliki luas 4100 m2 dan 3600 m2
(Lampiran 5). Persiapan tambak mengikuti Standard Operational Procedures
(SOPs) yang diterapkan oleh Tambak Pinang Gading, Bakauheni, Lampung. Setiap
tambak dilengkapi dengan inlet, outlet, kincir air, jembatan anco dan anco.
Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan yaitu udang vaname yang telah berumur 25 hari
pasca tebar. Udang vaname tersebut berasal dari hatchery PT. Suri Tani Pemuka,
Anyer, Banten. Bobot rata-rata udang setiap tambak dihitung menggunakan
timbangan digital. Udang vaname disetiap tambak diambil sebanyak 10 ekor/titik
sampling menggunakan anco yang berukuran 80x80x10 cm. Setiap tambak diambil
4 titik sampling. Bobot rata-rata awal udang vaname setiap tambak yaitu tambak 16
(1,25±0,07 g/ekor), tambak 17 (1,23±0,22 g/ekor), tambak 18 (1,21±0,03 g/ekor)
dan tambak 19 (1,29±0,04 g/ekor). Setiap tambak ditebar udang vaname dengan
padat tebar yang sama yaitu 72 ekor/m2.
Persiapan Pakan Uji
Pakan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah pelet udang komersil
dengan kandungan protein sebesar 30-38%. Proses pembuatan pakan uji meliputi
pencampuran antara pakan dengan sinbiotik (probiotik dan prebiotik) serta telur
sebagai perekat (binder). Sebelum dicampur, pakan, probiotik, prebiotik dan telur
ditentukan terlebih dahulu dosisnya sesuai kebutuhan. Dosis probiotik dan prebiotik
yang digunakan masing-masing sebesar 1% dan 2% dari jumlah pakan yang akan
diberikan (Nurhayati 2014). Sedangkan dosis telur yang digunakan sebesar 2% dari
jumlah pakan yang diberikan (Wang 2007). Probiotik, prebiotik dan telur dicampur
menjadi satu dalam wadah, lalu diaduk hingga rata menggunakan sendok. Setelah
itu, campuran probiotik, prebiotik dan telur tersebut dimasukan ke dalam sprayer.
Selanjutnya, campuran probiotik, prebiotik dan telur disemprotkan ke pakan hingga
merata. Agar lebih cepat tersebar, dilakukan juga pengadukan dengan tangan.
Setelah tercampur merata, pakan dikeringudarakan selama kurang lebih 10 menit
dan siap diberikan ke hewan uji.
Pengujian Pakan Uji ke Udang Vaname
Penelitian ini terdiri dari dua perlakuan yaitu kontrol dan perlakuan sinbiotik.
Setiap perlakuan terdiri dari dua ulangan. Rancangan penelitian disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan penelitian pemberian sinbiotik pada udang vaname
Perlakuan
K
P

Keterangan
Pemberian pakan komersil tanpa penambahan sinbiotik
Pemberian pakan komersil dengan penambahan sinbiotik
(probiotik sebesar 1% dan prebiotik sebesar 2%)

5

Perlakuan sinbiotik dilakukan selama 40 hari yaitu saat udang vaname
berumur 25 hari hingga udang vaname berumur 64 hari. Manajemen pemberian
pakan udang selama penelitian mengikuti SOPs Tambak Pinang Gading,
Bakauheni, Lampung. Udang yang berumur 1-36 hari pemberian pakannya
berdasarkan pakan buta (blind feeding). Sedangkan udang yang berumur diatas 36
hari pemberian pakannya berdasarkan feeding rate (FR) yaitu 5% menurun hingga
2% tergantung bobot udang. Penambahan dan pengurangan pakan setiap harinya
dikontrol melalui anco (try method) sehingga jumlah pakan yang diberikan setiap
harinya berbeda tergantung nafsu makan udang. Frekuensi pemberian pakan selama
penelitian yaitu 4 kali sehari dengan waktu pemberian pakan sekitar pukul 06.00
WIB, 10.00 WIB, 14.00 WIB dan 18.00 WIB. Selama penelitian dilakukan
sampling bobot rata-rata udang yang dilakukan setiap 7 hari sekali. Masing-masing
tambak dilakukan dua titik sampling. Akhir pemeliharaan yaitu pada saat udang
berumur 88 hari.
Parameter Pengamatan
Sintasan
Sintasan atau survival rate (SR) dihitung menggunakan rumus (Effendie
1997):
SR = Nt × 100%
No

Keterangan :
SR
= Sintasan (%)
Nt
= Jumlah udang di akhir pemeliharaan (ekor)
No
= Jumlah udang di awal pemeliharaan (ekor)
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian (LPH) dihitung menggunakan rumus (Huisman
1987):


LPH = [√

��

��

− ] × 100%

Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan harian (%)
Wt
= Bobot rata-rata udang di akhir pemeliharaan (gram)
Wo
= Bobot rata-rata udang di awal pemeliharaan (gram)
t
= Periode pemeliharaan (hari)
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR) dihitung
menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):
FCR =

F
Bt − Bo + Bm

6

Keterangan :
FCR = Rasio konversi pakan
F
= Jumlah pakan (gram)
Bt
= Biomassa udang di awal pemeliharaan (gram)
Bo
= Biomassa udang di akhir pemeliharaan (gram)
Bm
= Biomassa udang yang mati saat pemeliharaan (gram)
Total Hemosit
Total hemosit dihitung berdasarkan metode Blaxhall dan Daysley (1973).
Pertama-tama darah udang (hemolim) yang terdapat di pangkal kaki renang
pertama diambil sebanyak 0,1 ml per udang dengan menggunakan syringe 1 ml
yang telah berisi 0,1 ml antikoagulan Na-sitrat 3,8%. Kemudian campuran tersebut
dihomogenkan dengan tangan. Selanjutnya tetesan pertama pada syringe dibuang,
sedangkan tetesan selanjutnya diteteskan pada haemocytometer. Total hemosit
diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 400 kali dan dihitung jumlah sel per
ml.
Diferensial Hemosit
Diferensial hemosit dihitung berdasarkan metode Martin dan Graves (1985).
Hemolim yang telah diambil dengan syringe diteteskan pada gelas objek dan dibuat
ulasan, kemudian dikeringudarakan. Setelah itu preparat difiksasi dengan metanol
100% selama 10 menit kemudian dikeringudarakan kembali. Tahap selanjutnya
yaitu preparat diwarnai dengan larutan giemsa selama 15 menit, kemudian
dikeringudarakan kembali. Kemudian preparat dicuci dengan air mengalir dan
dikeringkan. Ulasan hemolim diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100
kali dan diidentifikasi jenis selnya (sel hialin dan sel granular). Jumlah hemosit
dihitung hingga 100 sel dan ditentukan persentase tiap jenisnya. Presentase tiap
jenis sel hemosit dihitung dengan rumus:
Persentase jenis sel hemosit =

jumlah tiap jenis sel hemosit
×
total hemosit

%

Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini yaitu suhu, pH, salinitas
dan TAN. Parameter suhu, pH dan salinitas diukur setiap 7 hari sekali selama
perlakuan, sedangkan parameter TAN diukur pada awal dan akhir perlakuan.
Satuan dan alat pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Satuan dan alat ukur kualitas air selama perlakuan sinbiotik
Parameter
Suhu
Salinitas
pH
TAN

Satuan
o
C
ppt
mg/L

Alat Ukur
Termometer
Refraktometer
pH meter
Spektrometer

7

Hasil Panen
Hasil panen dihitung pada akhir pemeliharaan yaitu pada saat udang vaname
berumur 88 hari atau 24 hari pasca akhir perlakuan. Parameter hasil panen yang
diamati yaitu biomassa panen, size (ukuran) panen dan analisis usaha.
Biomassa Panen
Biomassa panen merupakan total bobot populasi udang pada akhir
pemeliharaan. Biomassa panen udang vaname dihitung menggunakan rumus
(Effendi 2004) :
Biomassa panen = Wt × Nt

Keterangan :
Wt
= Bobot rata-rata udang vaname pada akhir pemeliharaan (gram)
Nt
= Populasi udang pada akhir pemeliharaan (ekor)
Size Panen
Size panen merupakan ukuran yang menyatakan jumlah populasi yang
terdapat dalam 1 kg biomassa udang saat panen. Size dihitung menggunakan rumus
(Effendi 2004) :
Size =

.

gram
Wt

Keterangan :
Size = Ukuran
Wt
= Bobot rata-rata udang di akhir pemeliharaan (gram)
Analisis Usaha
Analisis usaha merupakan penghitungan untuk mengetahui seberapa besar
potensi keuntungan yang didapat dalam suatu usaha berdasarkan asumsi tertentu.
Analisis usaha pada penelitian ini dihitung untuk masing-masing perlakuan.
Analisis usaha berdasarkan keuntungan yang didapat dihitung menggunakan rumus
(Kasmir 2009):
Keuntungan = Pendapatan − Pengeluaran
Analisis Data
Penelitian ini terdiri dari dua perlakuan dan dua kali ulangan. Data penelitian
yang diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Excel 2013, selanjutnya
data ini dianalisis secara desktiptif untuk masing-masing perlakuan.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sintasan
Sintasan merupakan salah satu parameter untuk menilai kinerja produksi
udang vaname. Sintasan pada penelitian ini diamati pada akhir pemeliharaan yaitu
saat udang vaname berumur 88 hari. Sintasan atau kelangsungan hidup merupakan
persentase udang yang hidup pada akhir pemeliharaan terhadap jumlah udang saat
ditebar. Nilai sintasan pada setiap perlakuan disajikan pada Gambar 1.
100

Sintasan (%)

80

60.85

62.84

60
40
20

49.62
Gagal
panen
0

0
K1

K2

P1

P2

Keterangan:
K1 (kontrol ulangan 1), K2 (kontrol ulangan 2), P1 (sinbiotik ulangan 1), P2 (sinbiotik ulangan 2)

Gambar 1 Sintasan udang vaname pada akhir pemeliharaan
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa sintasan udang vaname setelah
pemeliharaan selama 88 hari berkisar antara 0-62,84%. Perlakuan sinbiotik 1
(tambak 16) memiliki nilai sintasan tertinggi (62,84%), diikuti oleh perlakuan
kontrol 2 (tambak 19) dengan nilai 60,85%, perlakuan sinbiotik 2 (tambak 17)
dengan nilai 49,62% dan perlakuan kontrol 1 (tambak 18) dengan nilai 0% (gagal
panen).
Laju Pertumbuhan Harian
Kinerja produksi udang vaname juga dapat dilihat dari parameter laju
pertumbuhan harian. Pada penelitian ini, laju pertumbuhan harian dihitung dengan
membandingkan bobot rata-rata awal perlakuan sinbiotik dengan bobot rata-rata
akhir pemeliharaan (Gambar 2). Setelah pemeliharaan selama 88 hari menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan harian udang vaname berkisar antara 0-4,07%. Secara
umum laju pertumbuhan harian perlakuan sinbiotik lebih tinggi dibandingkan
kontrol. Perlakuan sinbiotik 2 (tambak 17) memiliki nilai laju pertumbuhan harian
tertinggi (4,07%), diikuti oleh perlakuan sinbiotik 1 (tambak 16) dengan nilai
3,83%, perlakuan kontrol 2 (tambak 19) dengan nilai 3,70% dan perlakuan kontrol
1 (tambak 18) dengan nilai 0% (gagal panen).

9

Laju Pertumbuhan
Harian (%)

5.00
4.00

3.70

3.83

K2

P1

4.07

3.00
2.00
1.00

Gagal
panen
0

0.00
K1

P2

Keterangan:
K1 (kontrol ulangan 1), K2 (kontrol ulangan 2), P1 (sinbiotik ulangan 1), P2 (sinbiotik ulangan 2)

Gambar 2 Laju pertumbuhan harian udang vaname selama pemeliharaan
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan juga digunakan untuk menilai kinerja produksi udang
vaname selama pemeliharaan. Rasio konversi pakan dihitung pada akhir
pemeliharaan saat udang vaname berumur 88 hari hari. Konversi pakan merupakan
suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 kg daging (Effendi 2004). Nilai rasio konversi pakan pada setiap
perlakuan disajikan pada Gambar 3.

Rasio Konversi Pakan

3.50
3.00
2.50

2.41

2.19

2.11

K2

P1

2.00

1.50
1.00
0.50

Gagal
panen
0

0.00
K1

P2

Keterangan:
K1 (kontrol ulangan 1), K2 (kontrol ulangan 2), P1 (sinbiotik ulangan 1), P2 (sinbiotik ulangan 2)

Gambar 3 Rasio konversi pakan udang vaname selama pemeliharaan
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa rasio konversi pakan udang
vaname setelah pemeliharaan selama 88 hari berkisar antara 2,11-2,41. Perlakuan
sinbiotik 1 (tambak 16) memiliki nilai rasio konversi pakan terbaik (2,11), diikuti
oleh perlakuan kontrol 2 (tambak 19) dan sinbiotik 2 (tambak 17) dengan nilai
masing-masing 2,19 dan 2,41. Perlakuan kontrol 1 (tambak 18) rasio konversi
pakan tidak dapat dihitung karena gagal panen.

10

Total Hemosit
Total hemosit merupakan salah satu parameter untuk mengetahui status
kesehatan udang vaname. Penghitungan total hemosit dilakukan pada akhir
perlakuan sinbiotik yaitu saat udang vaname berumur 64 hari. Nilai total hemosit
pada setiap perlakuan disajikan pada Gambar 4.

Total Hemosit (x10⁷
sel/ml)

3.00
2.50

2.31

2.37

P1

P2

2.00
1.50
1.00
0.50

Gagal
panen

0.82

0
0.00
K1

K2

Keterangan:
K1 (kontrol ulangan 1), K2 (kontrol ulangan 2), P1 (sinbiotik ulangan 1), P2 (sinbiotik ulangan 2)

Gambar 4 Total hemosit udang vaname selama perlakuan sinbiotik
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa total hemosit udang vaname
setelah perlakuan sinbiotik selama 40 hari berkisar antara 0-2,37x107 sel/ml. Secara
umum perlakuan sinbiotik memiliki total hemosit yang lebih tinggi dibandingkan
kontrol. Perlakuan sinbiotik 2 (tambak 17) memiliki total hemosit tertinggi
(2,37x107 sel/ml), diikuti oleh perlakuan sinbiotik 1 (tambak 16) dengan nilai
2,31x107 sel/ml, perlakuan kontrol 2 dengan nilai 0,82x107 sel/ml dan perlakuan
kontrol 1 (tambak 18) dengan nilai 0 sel/ml (gagal panen).
Diferensial Hemosit
Status kesehatan udang vaname juga dapat dilihat dari parameter diferensial
hemosit. Penghitungan diferensial hemosit dilakukan pada akhir perlakuan
sinbiotik yaitu saat udang vaname berumur 64 hari. Jenis sel hemosit yang diamati
yaitu hialin dan granular (granular/semi granular) (Gambar 5). Berdasarkan hasil
yang diperoleh dapat diketahui bahwa sel hialin udang vaname setelah perlakuan
sinbiotik selama 40 hari berkisar antara 0-56%, sedangkan sel granular berkisar
antara 0-58,67%. Perlakuan sinbiotik 1 (tambak 16) memiliki persentase sel hialin
tertinggi (56%), diikuti oleh perlakuan sinbiotik 2 (tambak 17) dengan nilai
48,67%, perlakuan kontrol 2 (tambak 19) dengan nilai 41,33% dan perlakuan
kontrol 1 (tambak 18) dengan nilai 0% (gagal panen). Sedangkan sel granular
udang vaname perlakuan kontrol 2 (tambak 19) memiliki persentase tertinggi
(58,67%), diikuti oleh perlakuan sinbiotik 2 (tambak 17) dengan nilai 51,33%,
perlakuan sinbiotik 1 (tambak 16) dengan nilai 44% dan dan perlakuan kontrol 1
(tambak 18) dengan nilai 0% (gagal panen).

Diferensial Hemosit (%)

11

70
60
50

58.67
Gagal
56
51.33
panen
48.67
44
41.33

40

Hialin

30

Granular

20
10

0

0

0
K1

K2

P1

P2

Keterangan:
K1 (kontrol ulangan 1), K2 (kontrol ulangan 2), P1 (sinbiotik ulangan 1), P2 (sinbiotik ulangan 2)

Gambar 5 Persentase sel hialin dan granular udang vaname setelah perlakuan
sinbiotik
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini yaitu suhu, pH,
salinitas dan TAN. Nilai kisaran kualitas air pada semua perlakuan disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3 Nilai kualitas air media pemeliharaan udang vaname selama perlakuan
sinbotik
Parameter
Suhu
Salinitas
pH
TAN

Satuan
o
C
Ppt
Unit
mg/L

Perlakuan K
28-30
21-25
6,7 -7,6
0,062-0,121

Perlakuan P
27-30
21-26
6,6-7,2
0,034-0,204

SNI-01-7246-2006
28,5-31,5
15-35
7,5-8,5