Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler yang Diinfeksi Escherichia coli

ABSTRACT

TIKA ARYANTI. Effects of Herbal and Zink Combination on Erythrocytes,
Hematocrit Values, and Hemoglobin Concentration Of Broiler Chickens Infected
by
Under the supervision of Sus Derthi Widhyari.
This study aims to find out the effect of combine turmeric (
Val.) or garlic (
Linn.) with Zn on erythrocyte,
hematocrit and hemoglobin of broiler chickens infected by
. 200
unsexed were devided into five treatments and four replications, with ten
chicks in each replicates. The treatment were K0 (basal diet as a control / healthy
chickens) without infected by
, while 4 other treatments that K (-) (basal
diet as a negative control), P1 (basal diet + turmeric powder + 1.5% ZnO 180
ppm), P2 (basal diet + 2.5% garlic powder + 180 ppm ZnO), and K (+) ( basal diet
+ treatment with antibiotics) infected by
.
is given at the age of 3
weeks at dose of 108 CFU/ml, 1 ml. Group K (+) were given antibiotics

(Colimas®) one day after infected by
for 3 days with dose of medication.
Blood sampling performed at the age of 3 weeks (before infected) 1 and 2 weeks
after infected. Blood test includes the number of erythrocytes, hematocrit values
and level of hemoglobin. The results showed the number of erythrocytes,
hematocrit values, and level of hemoglobin at treatment P1(basal diet + 1.5%
turmeric powder + 180 ppm of ZnO + infected by
) tend to be
better than other treatments. Erythrocytes profile on P1 is similar to the treatment
given antibiotics (K+). The results of this study concluded that combinations
turmeric and Zn in the feed can be used as an alternative of colibacillosis
treatment.
Keywords: erythrocyte, hematocrit, hemoglobin,

, turmeric, garlic, zinc.

ABSTRAK

TIKA ARYANTI. Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah
Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler yang Diinfeksi

Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi
herbal terutama kunyit (
Val.) dan bawang putih (
Linn.) dengan Zn dalam pakan terhadap jumlah eritrosit, hematokrit dan
hemoglobin pada ayam yang diinfeksi dengan bakteri
. 200 ekor
DOC dibagi ke dalam 5 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10
ekor. Ransum perlakuan K0 (pakan basal sebagai kontrol / ayam sehat) tanpa
diinfeksi
, sedangkan 4 perlakuan lainnya K(-) (pakan basal sebagai kontrol
sebagai kontrol negatif), P1 (pakan basal + 1.5% serbuk kunyit + ZnO 180 ppm ),
P2 (pakan basal + 2.5% serbuk bawang putih + ZnO 180 ppm), dan K(+) (pakan
basal + diberi antibiotik) diinfeksi
.
diberikan pada umur 3 minggu
8
secara per oral dengan dosis 10 CFU/ml sebanyak 1 ml. Perlakuan K(+) diberi
antibiotik (Colimas®) sehari setelah dilakukan infeksi selama 3 hari dengan dosis
pengobatan. Pengambilan darah dilakukan pada umur 3 minggu (sebelum infeksi),

1 dan 2 minggu setelah infeksi. Pemeriksaan darah meliputi jumlah eritrosit, nilai
hematokrit dan kadar hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan jumlah eritrosit,
nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin pada perlakuan pakan basal + 1.5%
serbuk kunyit + ZnO 180 ppm yang diinfeksi
cenderung lebih
baik dibanding perlakuan lainnya. Profil eritrosit hampir sama dengan perlakuan
yang diberi antibiotik. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi herbal
kunyit dan Zn dalam pakan dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan
kolibasilosis.
Kata kunci : eritrosit, hematokrit, hemoglobin,

kunyit, bawang putih, zink.

EMBERIAN KOMBINASI HERBAL DAN ZINK
EFEK PEMBER
TERHADAP JUMLAH
JUM
ERITROSIT, NILAI HEMA
EMATOKRIT,
DAN KADAR

DAR HEMOGLOBIN AYAM BROILER
ILER YANG
DIINFEKSI

TIKA ARYANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
FAKU
INSTI
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Pemberian
Kombinasi Herbal Dan Zink Terhadap Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, Dan
Kadar Hemoglobin Ayam Broiler Yang Diinfeksi

adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2012

NIM B04050137

ABSTRACT

TIKA ARYANTI. Effects of Herbal and Zink Combination on Erythrocytes,
Hematocrit Values, and Hemoglobin Concentration Of Broiler Chickens Infected
by
Under the supervision of Sus Derthi Widhyari.
This study aims to find out the effect of combine turmeric (
Val.) or garlic (

Linn.) with Zn on erythrocyte,
hematocrit and hemoglobin of broiler chickens infected by
. 200
unsexed were devided into five treatments and four replications, with ten
chicks in each replicates. The treatment were K0 (basal diet as a control / healthy
chickens) without infected by
, while 4 other treatments that K (-) (basal
diet as a negative control), P1 (basal diet + turmeric powder + 1.5% ZnO 180
ppm), P2 (basal diet + 2.5% garlic powder + 180 ppm ZnO), and K (+) ( basal diet
+ treatment with antibiotics) infected by
.
is given at the age of 3
weeks at dose of 108 CFU/ml, 1 ml. Group K (+) were given antibiotics
(Colimas®) one day after infected by
for 3 days with dose of medication.
Blood sampling performed at the age of 3 weeks (before infected) 1 and 2 weeks
after infected. Blood test includes the number of erythrocytes, hematocrit values
and level of hemoglobin. The results showed the number of erythrocytes,
hematocrit values, and level of hemoglobin at treatment P1(basal diet + 1.5%
turmeric powder + 180 ppm of ZnO + infected by

) tend to be
better than other treatments. Erythrocytes profile on P1 is similar to the treatment
given antibiotics (K+). The results of this study concluded that combinations
turmeric and Zn in the feed can be used as an alternative of colibacillosis
treatment.
Keywords: erythrocyte, hematocrit, hemoglobin,

, turmeric, garlic, zinc.

ABSTRAK

TIKA ARYANTI. Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah
Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler yang Diinfeksi
Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi
herbal terutama kunyit (
Val.) dan bawang putih (
Linn.) dengan Zn dalam pakan terhadap jumlah eritrosit, hematokrit dan
hemoglobin pada ayam yang diinfeksi dengan bakteri
. 200 ekor

DOC dibagi ke dalam 5 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10
ekor. Ransum perlakuan K0 (pakan basal sebagai kontrol / ayam sehat) tanpa
diinfeksi
, sedangkan 4 perlakuan lainnya K(-) (pakan basal sebagai kontrol
sebagai kontrol negatif), P1 (pakan basal + 1.5% serbuk kunyit + ZnO 180 ppm ),
P2 (pakan basal + 2.5% serbuk bawang putih + ZnO 180 ppm), dan K(+) (pakan
basal + diberi antibiotik) diinfeksi
.
diberikan pada umur 3 minggu
8
secara per oral dengan dosis 10 CFU/ml sebanyak 1 ml. Perlakuan K(+) diberi
antibiotik (Colimas®) sehari setelah dilakukan infeksi selama 3 hari dengan dosis
pengobatan. Pengambilan darah dilakukan pada umur 3 minggu (sebelum infeksi),
1 dan 2 minggu setelah infeksi. Pemeriksaan darah meliputi jumlah eritrosit, nilai
hematokrit dan kadar hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan jumlah eritrosit,
nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin pada perlakuan pakan basal + 1.5%
serbuk kunyit + ZnO 180 ppm yang diinfeksi
cenderung lebih
baik dibanding perlakuan lainnya. Profil eritrosit hampir sama dengan perlakuan
yang diberi antibiotik. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi herbal

kunyit dan Zn dalam pakan dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan
kolibasilosis.
Kata kunci : eritrosit, hematokrit, hemoglobin,

kunyit, bawang putih, zink.

EFEK PEMBERIAN KOMBINASI HERBAL DAN ZINK
TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, NILAI HEMATOKRIT,
DAN KADAR HEMOGLOBIN AYAM BROILER YANG
DIINFEKSI

TIKA ARYANTI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2012

Judul

: Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah
Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler
yang Diinfeksi

Nama

: Tika Aryanti

NRP

: B04050137

Disetujui

Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi.

Pembimbing

Diketahui

Drh. Agus Setiyono, MS. Ph.D. PAVet
Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan hasil penelitian
dengan judul “Efek Pemberian Kombinasi Herbal dan Zink Terhadap Jumlah
Eritrosit, Nilai Hematokrit, dan Kadar Hemoglobin Ayam Broiler yang Diinfeksi
” ini. Penulisan hasil penelitian ini dilaksanakan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat
dan doa kepada penulis sehingga terselesaikannya penelitian ini.
2. Ibu Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi, atas
bimbingan, arahan, dan saran yang diberikan kepada penulis.
3. Bapak Dr. drh. Nurhidayat, MS. Selaku dosen pembimbing akademik, atas
bimbingan, arahan, dan saran yang diberikan kepada penulis.
4. Dr. drh. Anita Esfandiari, Msi. selaku dosen penilai dalam seminar, serta

Dr. drh. Sri Murtini, MSi. selaku dosen penguji dalam sidang UASKH atas
koreksi dan saran yang diberikan demi sempurnanya skripsi ini.
5. Seluruh dosen, pegawai, dan staf bagian akademik atas bantuannya selama ini.
6. Tim penelitian, yaitu Mba Mursye, Echi, dan Ariza atas kerjasama dan
dukungannya selama penelitian.
7. Teman-teman FKH 42, 43, 44, 45 atas kebersamaannya selama ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penulisan.
Bogor, Oktober 2012

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 1987. Penulis
merupakan anak sulung dari dua bersaudara, buah hati dari Ayahanda Timan dan
Ibunda Sri Maryati. Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri 09
Manggarai Jakarta Selatan dan lulus tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan
di SLTP Negeri 3 Jakarta dan lulus tahun 2002 kemudian melanjutkan ke
pendidikan menengah atas yang ditempuh di SMU Negeri 26 Jakarta dan lulus
tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun kedua kuliah, diterima di Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis merupakan anggota Badan Eksekutif
Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Periode 2005-2006, anggota di organisasi
kemahasiswaan Himpunan Minat Profesi Ruminansia periode 2007-2008 Penulis
juga aktif dalam beberapa kepanitiaan, diantaranya Panitia Open House IPB dan
Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) 2006.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .……………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR

x

………………………………………………………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xii
PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
Latar Belakang …………………………..…………...……………………….. 1
Tujuan Penelitian .…………………………………………………………….. 2
Manfaat penelitian ……………………………………………………………... 3
TINJAUAN PUSTAKA ……………………..………………………………… 4
Ayam (

) ...………………………….…………………….. 4

Kunyit (
Bawang putih (
Zink

Val.) ……………………………………... 5
Linn.) …………………………………. 8

……………………………………………………………..…… 10

Kolibasilosis

…………………………………………………………

11

Darah ………………………………………………..………………..

13

Erirosit …………………………………………………………

14

Hemoglobin ……………………………………………………

15

Hematokrit …….…………………..……………………………

16

MATERI DAN METODE .…………………………………………………... 17
Waktu dan Tempat …………………………………………………….

17

Materi Penelitian ………………………………………………………

17

Metode Penelitian ……………………………………………………... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………

22

SIMPULAN DAN SARAN ….………………………………………………

31

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

32

LAMPIRAN …………………………………………………………………

38

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Nilai normal hematologi pada ayam ..……...……………………………… 14
2 Komposisi ransum .…………………………...…………………………… 18
3 Rata-rata jumlah eritrosit (juta /µL) sebelum dan sesudah infeksi

....

22

4 Rata-rata kadar hemoglobin (g/dl) sebelum dan sesudah infeksi

…..

26

...…..

28

5 Rata-rata nilai hematokrit (%) sebelum dan sesudah infeksi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Ayam Broiler…………………………………………………………………. 4
2 Kunyit………………………………………………………………………… 6
3 Struktur kimia Kurkumin…………………………………………………….. 7
4 Manfaat kurkumin………………………………………………………...….. 7
5 Bawang Putih………………………………………………………………… 8
6

……………………………………………………………… 12

7 Eritrosit ayam………………………………………………………………... 15
8 Jumlah Eritrosit sebelum dan sesudah infeksi

……………………... 23

9 Kadar Hemoglobin sebelum dan sesudah infeksi

……………………. 27

10 Nilai Hematokrit sebelum dan sesudah infeksi

…………………….. 29

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Analisis ragam jumlah eritrosit dengan beberapa perlakuan
sebelum dan setelah diinfeksi

38

2 Analisis ragam kadar hemoglobin dengan beberapa perlakuan
sebelum dan setelah diinfeksi

39

3 Analisis ragam nilai hematokrit dengan beberapa perlakuan
sebelum dan setelah diinfeksi

40

PENDAHULUAN
Latar belakang
Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
diminati oleh masyarakat. Permintaan akan kebutuhan protein yang semakin
meningkat memacu industri peternakan untuk memperluas dan meningkatkan
usahanya. Dalam upaya memenuhi meningkatnya permintaan pasar, usaha peternakan
tidak lepas dari seringnya muncul berbagai kasus penyakit yang sangat merugikan
peternak. Kasus penyakit Kolibasilosis merupakan salah satu kasus yang sering
menjadi masalah dan kendala di dalam peningkatan usaha peternakan.
Kolibasilosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ayam
broiler. Menurut Tabbu (2000) kolibasilosis mempunyai arti ekonomi penting bagi
industri perunggasan, karena dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan
produksi, peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur,
serta penurunan kualitas anak ayam. Kasus ini perlu mendapat perhatian mengingat
penyakit ini sangat merugikan dan dapat menyebabkan kematian. Berbagai upaya
dilakukan dalam upaya pengendalian dan pengobatan penyakit ini. Pengobatan
menggunakan antibiotik menjadi salah satu cara untuk menekan jumlah kematian
pada ayam yang terserang penyakit. Pengobatan menggunakan bahan kimia, selain
mahal juga dapat menyebabkan residu pada produk ternak. Selain itu penggunaan
antibiotik juga dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan jika kurang tepat
penggunaannya. Oleh karena itu perlu alternatif pengobatan yang relatif aman bagi
kesehatan.
Akhir-akhir ini peternakan terutama skala kecil sudah mulai menggunakan
obat tradisional untuk mencegah atau mengobati kasus penyakit (Bintang dan
Nataamijaya 2005). Penggunaan herbal selain aman untuk dikonsumsi juga memiliki
fungsi sebagai obat. Kunyit dan bawang putih merupakan herbal yang sudah banyak
diketahui manfaatnya bagi kesehatan manusia maupun hewan. Senyawa kurkuminoid
pada kunyit mempunyai khasiat anti bakteri dengan membunuh bakteri yang
merugikan serta merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan

empedu sehingga dapat memperlancar metabolisme lemak (Darwis

1991).

Bawang putih berfungsi sebagai anti bakteri (antibiotika) dengan bahan aktifnya yang
dikenal sebagai allisin (Santosa

. 1991). Bawang putih juga berfungsi sebagai

antioksidan dan anti inflamasi (Bongiorno

. 2008). Penggunaan herbal

diharapkan dapat menggantikan peranan obat-obatan dalam menanggulangi penyakit
hewan.
Penambahan mikromineral dalam pakan merupakan keharusan dalam upaya
produksi daging ayam. Mikromineral penting dalam pakan adalah kromium, kobalt,
tembaga, yodium, besi, zink, mangan, molybdenum, selenium, dan flourida. Zink
merupakan mikromineral yang dibutuhkan untuk aktifitas dari 300 enzim dalam
tubuh dan dianggap penting untuk pembelahan sel, sintesis DNA dan protein
(Bhowmik

2010). Penggunaan bawang putih, kunyit, maupun mineral Zn secara

tunggal telah banyak dilaporkan. Akan tetapi pemberian secara kombinasi antara
herbal dengan Zn perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuannya di dalam
menanggulangi kasus kolibasilosis.
Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemberian kombinasi herbal
(kunyit atau bawang putih) dengan zink memperlihatkan nilai eritrosit, hematokrit,
dan hemoglobin yang lebih baik dibanding perlakuan lain (Widhyari 2007). Oleh
karena itu pemberian kombinasi herbal dan mineral zink diharapkan memiliki
kemampuan dalam menanggulangi kasus penyakit kolibasilosis yang sering
menyerang ayam.

Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian
kombinasi kunyit (

Val.) maupun bawang putih (

Linn.) dengan zink terhadap jumlah sel eritrosit, hemoglobin dan hematokrit pada
ayam yang diinfeksi bakteri

.

Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh data dan memberi informasi
tentang efek pemberian kunyit (
(

Val.) maupun bawang putih

Linn.) dengan zink terhadap jumlah sel eritrosit, hemoglobin dan

hematokrit pada ayam broiler yang diinfeksi bakteri

.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam
Ayam peliharaan (

) adalah unggas yang

dipelihara orang untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ayam merupakan keturunan langsung dari salah satu sub spesies ayam hutan yang
dikenal sebagai ayam hutan merah (

) atau ayam bangkiwa (

b

) (Anonimus 2012). Klasifikasi ayam menurut Fadillah dan Polana (2004)
adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Aves

Subkelas

: Neornithes

Superorder

: Carinatae

Genus

:

Spesies

:

Gambar 1 Ayam Broiler (Kenneally 2012)
Ayam broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil dari persilangan
ras ayam yang memiliki produktivitas dan ketahanan tinggi, terutama dalam
produksi daging. Ayam ini

mulai dikenal menjelang tahun 1980-an. Pada

mulanya ayam yang dipotong adalah ayam petelur seperti ayam white leghorn
jengger tunggal (Rasyaf 2008). Ayam broiler memiliki karakteristik ekonomi
dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, penghasil daging dengan konversi
makanan irit, dan siap dipotong usia relatif muda (Cahyono 1995). Karakteristik
ayam broiler modern adalah pertumbuhannya cepat, banyak timbunan lemak pada

5

bagian dada dan otot-otot daging, serta aktivitasnya relatif lebih rendah
dibandingkan ayam petelur. Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain genetik, nutrisi pada pakan, kontrol penyakit, kandang dan
manajemen produksi (Pond

. 1995). Menurut Leesons dan Summers (2009)

sebagian besar strain broiler yang dikembangkan saat ini merupakan hasil
persilangan galur !

jantan dan !

"

#

betina. Jenis

ayam broiler yang banyak beredar di pasaran adalah Super 77, Tegel 70,
ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro,
Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma,
Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall"m", Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex,
Bromo, CP 707 (Sariati 2012). Masing-masing strain memiliki karakteristik dan
keunggulan yang berbeda. $

Cobb memiliki keunggulan nilai %

(FCR) yang tinggi, pengembangan genetik yang diarahkan pada

#

pembentukan daging dada, mudah beradaptasi dengan iklim tropis (

)

dan mempunyai keunggulan produksi yang efisien (bobot badan 1,8-2 kg; FCR
1,65). $

Hybro memiliki performa yang baik pada iklim tropis, tahan

terhadap kasus

dan memiliki fokus pengembangan genetik pada hasil /

produk karkas. Sedangkan

Ross memiliki FCR yang lebih efisien, laju

pertumbuhan lebih cepat, daya hidup lebih baik dan memiliki fokus
pengembangan genetik pada kekuatan kaki sebagai penyeimbang berat badan
(Natalina 2008).

Kunyit
Kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Pusat penyebarannya di
semenanjung Melayu, pulau Sumatera, pulau Jawa dan menyebar hingga
Australia. Kunyit juga menyebar dengan cepat dari Asia Tenggara hingga ke
wilayah lain, seperti Cina, Kepulauan Salomon, Haiti, India, Pakistan, Taiwan dan
Jamaika (Winarto 2003).
Rimpang kunyit merupakan bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit
dan dapat digunakan sebagai obat. Berbagai jenis penyakit yang dapat
disembuhkan dengan rimpang kunyit, seperti demam, pilek dengan hidung

6

tersumbat, rematik, diare, disentri, gatal-gatal pada kulit, bengkak, bau badan,
malaria, panas dalam atau sariawan usus, dan sariawan mulut (Winarto 2003).

Gambar 2 Kunyit (Jaidee 2010)
Berdasarkan taksonominya kunyit dikelompokkan sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledone

Ordo

: Zingiberales

Family

: Zingiberaceae

Genus

:

Spesies

:

Val.

(Valeton dalam Winarto 2003).
Kunyit mengandung protein (6,3%), minyak (13,1%), mineral (3,5%),
karbohidrat (69,4%), dan lemak (5,1%). Minyak esensial (5,8%) yang didistilasi
dari rimpangnya mengandung &'
(0,5%), (
(

(1%),

(25%), dan

(0,6%),

)

'

(1%),

(53%). Kurkumin

) (3–4%) menunjukkan warna kuning pada kunyit dan terdiri

atas

I (94%),

II (6%), dan

III (0,3%).

* dan

* merupakan derivat yang dapat diisolasi dari kurkumin. Kurkumin
sebagai bahan aktif kunyit memiliki aktivitas biologis yang luas, seperti
antiinflamasi,

antidiabetes,

antikarsinogenik,

antioksidan,

antibakteri, antihipertensi, dan antidislipidemia (Ishita

. 2004).

anti-koagulan,

7

Gam
Gambar
3 Struktur kimia kurkumin (Joe

20
2004)

Menurut Kurod
Kuroda (2005) kurkumin sebagai antidiabetess men
menurunkan kadar
glukosa darah tikus
kus ya
yang diinduksi aloksan. Kurkumin padaa dosis rendah dapat
mencegah terjadinya
inya kkatarak pada penderita diabetes melitus. Ekstr
strak kunyit juga
dapat menekan peningkatan
pening
kadar glukosa darah pada tikus
us dengan
de
diabetes
melitus tipe 2. Dii bidan
bidang peternakan, kunyit dimanfaatkan untuk
tuk me
menambah cerah
atau warna kuning
ning kemerahan pada kuning telur. Di samp
samping itu, jika
dicampurkan pada
da pak
pakan ayam, dapat menghilangkan bau koto
kotoran ayam dan
menambah berat badan ayam (Winarto 2003).
Beberapa khas
khasiat dan manfaat kurkumin tersaji seperti
perti ppada bagan di
bawah ini.

Gambar
mbar 4 Manfaat Kurkumin ( Ravindran

. 2007)
2007

8

Bawang putih
Bawang putih digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, sehingga tercatat di
dalam buku Mesir Kuno bahwa bawang putih ini dapat menghilangkan nyeri gigi.
Bawang putih dalam bentuk pasta dioleskan pada daerah yang sakit untuk
menghilangkan nyeri.

Gambar 5 Bawang putih (Kenny 2004)
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Division

: Magnoliophyta

Class

: Liliopsida

Ordo

: Asparagales

Family

: Alliaceae

Subfamili

: Allioideae

Genus

:

Spesies

:

(Linnaeus dalam Syamsiah dan Tajudin 2003).
Bawang putih (

) adalah herbal semusim berumpun yang

mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladangladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Bawang putih
memiliki batang semu dan berwarna hijau, bagian bawahnya bersiung-siung,
bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung bawang putih
terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam, daunnya berbentuk
pita (pipih memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm dan lebar

9

1,5 cm, berakar serabut, bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan
berbentuk payung (Syamsiah dan Tajudin 2003).
Sidarningsih (1990) melaporkan bahwa

yang terkandung di dalam

bawang putih mempunyai sifat antimikrobia. Ekstrak bawang putih dan minyak
bawang putih dapat menghambat pertumbuhan 22 jenis mikroorganisme,
diantaranya adalah

Menurut Nugroho (1998), Ekstrak bawang

putih mampu menghambat pertumbuhan beberapa kultur bakteri yang resisten
terhadap antibiotik, sedangkan sifat antibakteri ekstrak bawang putih tidak aktif
lagi bila dipanaskan pada suhu 100° C selama 5 menit. Pada percobaan tersebut,
ekstrak bawang putih mampu menurunkan bakteri Gram negatif dalam saluran
intestinal ayam.

adalah senyawa yang mengandung sulfur (40%), tanpa

nitrogen maupun halogen.

bersifat stabil pada suhu dingin, mudah rusak

oleh panas, larut dalam air, mempunyai pH 6.5, beraroma khas bawang putih dan
reaktif sehingga cepat mengalami okidasi menjadi dialyl sulfida. Dialyl sulfida
dan sulfur merupakan faktor utama dalam bawang putih yang menentukan
aktivitas bawang putih sebagai antibakterial terhadap bakteri Gram positif dan
Gram negatif (Liu 2006).
Menurut Barnes

(1997), dari hasil uji

terdapat beberapa

bakteri Gram positif dan Gram negatif yang sensitif terhadap bawang putih, antara
lain $ '

"
dan -

,

$

+

Bawang putih telah menunjukkan hasil yang

signifikan sebagai antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri, yaitu $ '

$

dan ,

'

"

$

. Bawang putih juga mempunyai aktivitas sebagai

antifungi terhadap .

'
dan

'

'

'
termasuk

'

#
. Aktivitas

antibakteri cairan ekstrak bawang putih menunjukkan hasil yang memuaskan pada
17 jenis bakteri bakteri patogen pada manusia, seperti "
"

,

'' dan bakteri yang resisten terhadap beberapa jenis

antibiotik. Cairan ekstrak bawang putih memiliki konsentrasi hambat minimum 6
– 11 mg / ml untuk bakteri gram positif dan 7 – 21 mg / ml untuk gram negatif
(Durairaj

. 2009). Cairan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 20 %

10

memiliki aktivitas yang setara dengan 0,01 % ampisillin terhadap $
, dan $
pertumbuhan $

,

. Ekstrak bawang putih dapat digunakan untuk menghambat
'

dan bakteri penyebab mastitis.

Efek antidiabetes dari bawang putih menunjukkan bahwa ekstrak bawang
putih dapat menjaga kadar glukosa dalam kadar normal. Ekstrak bawang putih
dinyatakan lebih efektif dibandingkan dengan glibenklamid. Efek hipoglikemik
ini ditunjukkan dengan adanya komponen aktif dari bawang putih yaitu

.

Mekanisme kerja bawang putih masih belum jelas, bawang putih dapat berpotensi
terhadap insulin di dalam plasma, yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin dari
sel beta pankreas (Jain 1993).

Mineral Zink (Zn)
Zink merupakan unsur yang esensial bagi tanaman dan hewan. Pada
tanaman, zink berperan dalam proses reduksi dan oksidasi, pada pembuatan
klorofil dan auksin (suatu substansi pertumbuhan) dan pada sintesis asam
aminotriptopan (Tarmidi 2009). Zink pertama kali diketahui sebagai mineral
mikro esensial sejak tahun 1939, yaitu sebagai unsur yang diperlukan untuk
pertumbuhan normal pada tikus yang diberi ransum defisiensi zink (Underwood
2001). Menurut Saputra (2007), mineral zink merupakan mineral penting untuk
mensintesis asam amino yang mengandung zink (metionin, sistein, sistin).
Zink sangat penting untuk formasi dan aktivitas dari banyak enzim dan sel
yang berperan dalam mengatur kesehatan dan sistem kekebalan. Underwood
(2001) menjelaskan bahwa penyerapan mineral zink oleh ternak dan manusia
sangat rendah. Kemampuan hewan untuk menyerap zink tergantung struktur
kimia dan kombinasinya. Zink dalam bentuk oksida (ZnO), karbonat (ZnCO3),
dan sulfat (ZnSO4H2O) dapat diserap ayam, sedangkan zink sulfida (ZnS) tidak
dapat diserap. Absorpsi zink relatif rendah, dan tempat utama absorpsi zink pada
monogastrik adalah di dalam usus halus. Absorpsi zink dipengaruhi oleh jumlah
dan ketersediaan mineral lain, serta kadar dan bentuk zink dalam ransum.
Jumlah zink yang diserap tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
konsentrasi zink dalam pakan, laju pertumbuhan, sumber protein dan komposisi
mineral dalam pakan (Plumlee 2004). Rata-rata kandungan zink dalam hijauan

11

rumput adalah 30-50 mg/kg. Gejala defisiensi zink pada ayam adalah
pertumbuhan terhambat, pembentukan bulu tidak alami, luka pada sayap dan kaki
(pemendekan dan penipisan tulang tubular, penebalan dan deformasi tulang sendi,
kalsifikasi terganggu), parakeratosis dan pertumbuhan seksual terhambat (Tarmidi
2009).

Kolibasilosis
Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

Kolibasilosis

dapat terjadi pada semua umur ayam. Ayam yang terserang kolibasilosis,
umumnya memperlihatkan tanda-tanda klinis yaitu kurus, bulu kusam, nafsu
makan menurun, murung, pertumbuhannya terganggu, diare, dan bulu kotor atau
lengket di sekitar pantatnya (Akoso 1998). Kolibasilosis biasanya muncul dalam
bentuk kelainan organ, seperti septikemia, enteritis, granuloma, omfalitis,
sinusitis, airsacculitis, arthritis / synovitis, peritonitis, perikarditis, selulitis dan
$

/

(SHS) (Zanella

$

2000), oovoritis, salpingitis,

panopthalmitis dan bursitis sternalis (Barnes

1997, Tabbu 2000).

terdapat di dalam saluran pencernaan ayam dalam kondisi normal.
Sekitar 10 - 15 persen dari seluruh

yang ditemukan di dalam usus ayam

yang sehat tergolong serotipe patogen. Bagian usus yang paling banyak
mengandung

adalah jejunum, ileum dan sekum. Jenis

yang terdapat

di dalam usus tidak selalu sama dengan jenis yang ditemukan pada jaringan lain.
ebagai agen penyakit sekunder, sering mengikuti penyakit lain, misalnya
pada berbagai penyakit pernafasan dan pencernaan yang menyerang ayam.
Kenyataan di lapangan, timbulnya kasus kolibasilosis, terutama akibat pengaruh
imunosupresif dari Gumboro (ayam pedaging lebih dominan dibanding petelur0
dan sebagai penyakit ikutan pada
( (Snot), $
(ILT)

/

$

(CRD), 1

# '
(SHS), 1

2

koksidiosis (Tabbu 2000).
Infeksi

pada unggas umumnya dipicu oleh infeksi primer saluran

pernapasan yang disebabkan oleh virus atau Mycoplasma. Kondisi tersebut akan
menjadi parah karena faktor-faktor lingkungan seperti tingginya amoniak di
dalam kandang. Kolibasilosis menyebar karena unggas menghirup debu kandang

12

yang telah tercemar bakteri. Unggas dapat bersifat sebagai pembawa bakteri
karena di dalam tinjanya selalu mengandung

Gambar 6

(Rahayu 2010)

(Gschmeissner 2012)

sering digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran (Fardiaz
1989). Kisaran suhu pertumbuhan

antara 10 C - 40°C sedangkan kisaran

pH antara 7,0 – 7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas sehingga inaktif
pada suhu pasteurisasi (70°C - 80°C). Bakteri ini berukuran 0.5 - 1.0 x 1.0 - 3.0
µm, bersifat motil, hidup secara anaerobik fakultatif, cenderung bersifat patogen.
Faktor virulensi

dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap fagositosis,

kemampuan perlekatan terhadap epitel sel pernafasan dan ketahanannya terhadap
daya bunuh oleh serum.

yang patogen mempunyai struktur dinding sel

yang disebut 3' 4 yang tidak ditemukan pada serotipe yang tidak patogen
(Tabbu 2000).
Menurut Tarmudji (2003) ada tiga macam struktur antigen yang penting
dalam klasifikasi
antigen H 5%

yaitu, antigen O ($

0 antigen K 5+ '

0 dan

0. Determinan antigen (tempat aktif suatu antigen) O terletak

pada bagian liposakarida, bersifat tahan panas dan dalam pengelompokannya
diberi nomor 1, 2, 3 dan seterusnya. Antigen K merupakan polisakarida atau
protein, bersifat tidak tahan panas dan berinterferensi dengan aglutinasi O,
sedangkan antigen H mengandung protein, terdapat pada flagella yang bersifat
termolabil. Pada saat ini telah diketahui ada 173 grup serotype antigen O, 74 jenis
antigen K dan 53 jenis antigen H (Barnes

1997).

13

Pengobatan yang sering digunakan dalam menangani kasus kolibasilosis
adalah

' '

(Charlton

dan sebagainya

)

2000). Salah satu obat yang dapat digunakan adalah Colimas®.

Colimas® adalah antibiotik produksi PT. Mensana Aneka Satwa Jakarta,
Indonesia.

Colimas® merupakan

kombinasi

dua

jenis

antibiotik

yaitu

Trimethoprim dan Sulfadiazin. Mekanisme kerja Colimas® yaitu Sulfadiazin
menghambat kerja Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan Trimethoprim
menghambat reduksi

menjadi

yang berguna

untuk pertumbuhan bakteri. Keunggulan Colimas

®

adalah kombinasi dua

antibiotik yang sinergis dalam membunuh bakteri

dan bakteri lainnya,

menghambat dua jalur siklus biosintesa bakteri sehingga efek kombinasi menjadi
lebih besar. Obat ini juga dapat diberikan pada ayam yang sudah kebal terhadap
obat-obat antibiotik dan preparat sulfa lainnya. Indikasi penggunaan Colimas®
adalah kolibasillosis, %
bakteri sekunder pada kasus

,"

(Berak Kapur), $

# '

&

, dan infeksi

' * pada unggas.

Dosis pengobatan 5 gram / 5-10 liter air minum atau 125 - 150 mg / kg berat
badan per hari selama 3 - 5 hari berturut-turut (Anonimusa 2007).

Darah
Darah terdiri dari plasma darah (55%) dan sel-sel darah (45%). Menurut
Guyton (1997) sel-sel darah terdiri sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan trombosit (keping darah atau platelet). Darah memiliki fungsi yaitu
membawa nutrien yang dari saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh,
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, membawa karbondioksida dari
jaringan ke paru-paru, membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju
ke ginjal untuk diekskresikan, mengandung faktor-faktor penting untuk
pertahanan tubuh terhadap penyakit (Frandson 1992).

14

Tabel 1 Nilai normal hematologi pada ayam
Parameter
Eritrosit
Total eritrosit(x106/µl)
Hemoglobin (g/dl)
PCV (%)
MCV (fl)
MCH (pg)
MCHC (%)
Leukosit
Total leukosit (µl)
Heterofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Persentase distribusi
Heterofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Fibrinogen (g/dl)
Trombosit (x 105/µl)
Total protein plasma (g/dl)
Sumber : Jain (1993)

Kisaran

Rataan

2.5-3.5
7.0-13.0
22.0-35.0
90.0-140.0
33.0-47.0
26.0-35.0

3.0
9.0
30.0
115.0
41.0
29.0

12.000-30000
3000-6000
7000-17500
150-2000
0-1000
Jarang

12000
4500
14000
1500
400
-

15.0-40.0
45.0-70.0
5.0-10.0
1.5-6.0
Jarang
0.1-0.4
20.0-40.0
4.0-5.5

28.0
60.0
8.0
4.0
0.2
30.0
4.5

Eritrosit
Eritrosit mengandung hemoglobin (Hb) yang dapat membawa oksigen
(O2) dan karbondioksida (CO2). Eritrosit unggas berbentuk oval, berinti dan
berukuran lebih besar daripada darah mamalia (Smith

2000). Eritrosit

berfungsi menyalurkan nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan
menuju jaringan tubuh serta membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru (Ganong 1995).
Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi menurut
Meyer dan Harvey (2004), antara lain yaitu hormon eritropoietin yang berfungsi
merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel
hemopoietik dalam sumsum tulang. Menurut Swenson (1984), jumlah eritrosit
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

umur, jenis kelamin, bangsa,

latihan, keadaan gizi, laktasi, kebuntingan, pelepasan epinefrin, siklus estrus,

15

volume darah, temperatur lingkungan, ketinggian dan faktor lainnya. Faktor –
faktor

tersebut tidak hanya mempengaruhi jumlah eritrosit tetapi juga kadar

hemoglobin, nilai hematokrit dan konsentrasi kandungan darah lainnya. Masa
hidup sel eritrosit pada ayam berkisar antara 35 - 45 hari, setelah itu sel eritrosit
dihancurkan dalam sel #

'

$

dalam hati, limpa dan

sumsum tulang belakang.

Gambar 7 Eritrosit Ayam (Weiss 2010)

Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah protein yang kaya akan zat besi. Hb memiliki
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Hb berfungsi membawa oksigen dari
paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce 2009). Oksigen

di dalam jaringan

dibebaskan dan diberikan kepada sel. Karbondioksida yang dihasilkan sel akan
berdifusi ke dalam darah dan dibawa kembali ke paru-paru untuk dibuang saat
terjadi respirasi. Produksi hemoglobin dipengaruhi oleh kadar besi (Fe) dalam
tubuh karena besi merupakan komponen penting dalam pembentukan molekul
heme.
Hemoglobin tersusun dari 2α dan 2β rantai polipeptida, berat molekulnya
diperkirakan 64 kDa. Setiap rantai mengandung satu kelompok "
yang diikat dengan kuat di dalam celah hidrofobik atau kantung heme.
Keseluruhan bentuknya berbentuk globular tetramer (Weiss 2010). Struktur ini
memungkinkan interaksi antar oksigen sehingga membentuk ikatan oksigen
sigmoid–Hgb. Kemampuan hemoglobin mengikat oksigen diukur sebagai kurva
disosiasi hemoglobin-O2 (Mehta dan Hoffbrand 2008).

16

Hematokrit
Hematokrit menunjukkan persen sel darah merah dari volume darah.
Keadaan hematokrit sangat dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah. Jumlah sel
darah merah yang berkurang akan mempengaruhi persen volume sel darah merah
dalam darah. Nilai hematokrit ini berhubungan dengan jumlah sel darah merah,
nilai selalu berubah-ubah tergantung kepada faktor nutrisi dan umur. Hematokrit
diperoleh pada sejumlah darah kemudian mensentrifugasinya. Sel-sel darah lebih
berat dari plasma dan berada di bagian bawah pada tabung selama sentrifugasi.
Hasil sentrifugasi dalam satu paket dari sel darah merah di bagian bawah tabung
disebut dengan "

,

(PCV) atau hematokrit (Cunningham 2002).

Perubahan volume sel darah merah dan plasma darah yang tidak proporsional
dalam sirkulasi darah akan mengubah nilai PCV (Swenson1984).
Hewan normal memiliki nilai hematokrit sebanding dengan jumlah
eritrosit dan kadar hemoglobin (Widjajakusuma dan Sikar 1986). Penurunan kadar
hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi tubuh, seperti anemia kehilangan
darah akut, leukemia, kehamilan, malnutrisi, gagal ginjal. Sedangkan peningkatan
nilai hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi seperti dehidrasi, diare berat,
luka bakar, pembedahan (Kee 1997). Menurut Frandson (1992) nilai hematokrit
yang tinggi menunjukkan terjadinya dehidrasi. Dehidrasi merupakan suatu
keadaan dimana keseimbangan cairan tubuh terganggu karena hilangnya cairan
tubuh baik cairan ekstraseluler maupun cairan interseluler tanpa diimbangi asupan
cairan yang cukup.

17

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kandang Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor mulai bulan Juli sampai dengan September 2008. Pemeriksaan sampel
darah dilaksanakan di Laboratorium Patologi Klinik Departemen Klinik,
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Materi Penelitian
Hewan Penelitian
Ayam broiler
/

(

0 diperoleh dari PT. Manggis Farm strain

sebanyak 200 ekor. Ayam dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, dan

setiap perlakuan terdiri dari 40 ekor ayam kemudian dibagi dalam 4 ulangan yang
masing – masing terdiri dari 10 ekor ayam.

Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel dan pemeriksaan darah
adalah sebagai berikut kapas, alkohol 70%, pelarut #

, HCl 0,1N,

dan aquades. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel dan pemeriksaan
darah adalah sebagai berikut,

3 cc,

mengandung

),

*, hemositometer,

antikoagulan EDTA (
kamar hitung 6
mikrohematokrit dan alat

, mikroskop cahaya, alat hitung, tabung Sahli, alat
.

Pembuatan Serbuk Kunyit dan Bawang Putih
Serbuk kunyit dan bawang putih diperoleh dari Balitro - Cimanggu Bogor.
Serbuk kunyit dan bawang putih yang digunakan diperoleh melalui beberapa
proses. Pertama dilakukan pencucian kunyit segar hingga bersih dari tanah yang
melekat, ditiriskan kemudian diiris tipis - tipis. Bawang putih dikupas kulit
luarnya lalu diiris tipis - tipis. Irisan kunyit dan bawang putih dijemur yang
sebelumnya dilapisi dengan plastik hitam tipis untuk kemudian dijemur di bawah
sinar matahari hingga kering. Kunyit dan bawang putih yang telah kering digiling

18

untuk dibuat serbuk agar mudah tercampur dengan bahan pakan dan siap
digunakan.

Pakan
Pakan basal terdiri dari jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan,
minyak, lysin, methionin, DCP ( &

"

'

) dan '

* (Tabel 2).

Pakan basal yang telah disusun dicampur dengan serbuk kunyit, serbuk bawang
putih, dan mineral zink dalam bentuk ZnO, yang dibuat dalam bentuk
(butiran pecah / kasar). Formula ransum perlakuan terdiri dari :
K0

= Pakan basal

K(-)

= Pakan basal + infeksi

P1

= Pakan basal + serbuk kunyit 1.5% + ZnO 180 ppm + infeksi

P2

= Pakan basal + serbuk bawang putih 2.5% + ZnO 180 ppm + infeksi

K(+)

= Pakan basal + infeksi

(kontrol negatif)

+ antibiotik

Penggunaan mineral zink adalah dalam bentuk ZnO (mengandung 80%
zink), mengingat ZnO tidak bersifat toksik jika digunakan dalam taraf yang relatif
tinggi dan mudah terdapat di pasaran dengan harga relatif murah.
Tabel 2 Komposisi ransum penelitian
Bahan Pakan
Jagung
Dedak
Minyak Kelapa
Tepung Ikan
Bungkil Kedelai
CaCO3
DCP
Premiks
Lysin
Methionin
Total
Kunyit
Bawang Putih
ZnO
Antibiotik

K0
K(-)
P1
P2
K(+)
-------------------------%---------------------------50
3
6
11
28
1
0.5
0.3
0.1
0.1
100
-

50
3
6
11
28
1
0.5
0.3
0.1
0.1
100
-

50
3
6
11
28
1
0.5
0.3
0.1
0.1
100
1.5
0.018
-

50
3
6
11
28
1
0.5
0.3
0.1
0.1
100
2.5
0.018
-

50
3
6
11
28
1
0.5
0.3
0.1
0.1
100


19

Preparasi Bakteri
Bakteri

diinokulasikan ke dalam 100 ml -

/

1

(BHI), kemudian diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah itu, biakan
disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm hingga terbentuk pellet.
Cairan supernatan dibuang lalu ditambahkan NaCl fisiologis sampai 10 ml dan
disentrifuse kembali selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Perlakuan
diulang hingga dua kali. Pellet ditambahkan NaCl fisiologis sebanyak 2 ml dan
disetarakan dengan larutan BaSO4 10% (620 nm) sehingga diasumsikan suspensi
mengandung bakteri dengan konsentrasi 108

%

7

(CFU) /ml

suspensi. Kemudian suspensi disimpan di dalam lemari es pada suhu 40C dan siap
digunakan. Darah tersebut di ambil sebanyak 1000 µl ke dalam tabung reaksi
steril dengan menggunakan mikropipet, kemudian ditambahkan suspensi bakteri
sebanyak 1000 µl. Mulut tabung ditutup dengan aluminium foil, kemudian
campuran dalam tabung dihomogenkan, setelah itu diinkubasi dalam inkubator
pada suhu 370C selama satu jam.

Metode Penelitian

Pelaksanaan Penelitian
Ayam DOC sebanyak 200 ekor ditimbang untuk mengetahui bobot awal
kemudian dibagi secara acak ke dalam 5 perlakuan. Masing-masing kelompok
perlakuan terdiri dari 40 ekor ayam DOC. Perlakuan pakan diberikan sejak ayam
umur 1 hari sampai dengan akhir penelitian. Pakan dan air minum diberikan
Pemberian vaksin ND diberikan saat ayam berumur 4 hari melalui tetes
mata dan pada umur 21 hari melalui mulut. Vaksin Gumboro diberikan saat ayam
berumur 14 hari melalui tetes mata.
Pada umur 3 minggu ayam diinfeksi dengan bakteri

Infeksi

dilakukan secara oral dengan dosis 108 CFU / ml. Antibiotik Colimas® diberikan 1
hari setelah diinfeksi
Sampel darah diambil melalui vena brachialis dengan menggunakan spoit
yang mengandung antikoagulan untuk memperoleh

. Pengambilan

darah dilakukan pada setiap kelompok yang diambil secara acak pada 6 ekor

20

ayam, pada umur 3 minggu sebelum infeksi (P0) dan dilakukan seminggu (Pi 1)
dan dua minggu (Pi 2) setelah infeksi.
Peubah yang diamati meliputi jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan
nilai

hematokrit.

Pemeriksaan

jumlah

eritrosit

menggunakan

metode

hemositometer, kadar haemoglobin dengan metode Sahli dan nilai hematokrit
diukur dengan menggunakan metode mikrohematokrit.

Jumlah eritrosit
Darah dihisap dengan pipet eritrosit sampai batas 0.5. Kemudian dicampur
dengan pelarut #

sampai dengan batas 101 yang tertera pada pipet.

Isi pipet dikocok dengan membuat gerakan angka 8 hingga larutan homogen.
Setelah itu satu tetes darah diteteskan ke dalam hemositometer. Kemudian
didiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, lalu perhitungan dapat
dimulai di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 kali. Perhitungan
eritrosit dalam hemositometer, menggunakan kotak eritrosit pada 5 kotak : satu
kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak
pojok kanan bawah, satu kotak pojok kiri bawah. Jumlah eritrosit dikalikan
dengan 104, untuk mengetahui jumlah eritrosit dalam 1 mm3 darah (Coles 1986).
Jumlah Eritrosit per mm3 darah = a x 104 butir

Kadar Hemoglobin
Metode yang digunakan adalah metode Sahli. Larutan HCl 0.1 N
diteteskan pada tabung Sahli sampai garis batas bawah, kemudian sampel darah
dihisap menggunakan pipet Sahli hingga mencapai tanda tera 20. Sampel darah
segera dimasukkan ke dalam tabung dan ditunggu selama 3 menit atau hingga
berubah warna menjadi coklat kehitaman akibat reaksi antara HCl dengan
hemoglobin membentuk

. Setelah itu larutan diencerkan dengan

aquades hingga warna larutan sama dengan warna standar hemoglobinometer.
Nilai hemoglobin dilihat dengan membaca tinggi permukaan cairan tabung Sahli,
dengan melihat skala jalur g %, yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram
per 100 ml darah (Coles 1986).

21

Nilai Hematokrit
Darah dimasukkan ke dalam pipet mikro kapiler, diisi sampai mencapai
4/5 bagian kemudian ujung pipet disumbat dengan

Kemudian

mikrokapiler disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan putaran 2500 rpm.
Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah)
dari volume darah dengan menggunakan alat

(Coles 1986).

Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh yaitu jumlah eritrosit, kadar
hemoglobin, dan nilai hematokrit dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) dan
dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Mattjik 2002).
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial Dua Faktor
Model Linier Aditif

Keterangan:
= pengamatan pada perlakuan taraf ke-i dan minggu taraf ke-j dan ulangan
ke-k
= rataan umum
= pengaruh utama perlakuan
= pengaruh utama minggu
= komponen interaksi antara perlakuan dan mingguan
= pengaruh acak

22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Eritrosit
Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, jenis
kelamin, bangsa, latihan, keadaan gizi, laktasi, kebuntingan, pelepasan epinefrin,
siklus estrus, volume darah, temperatur lingkungan, ketinggian dan faktor lainnya.
Faktor – faktor tersebut tidak hanya mempengaruhi jumlah eritrosit tetapi juga
kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan konsentrasi kandungan darah lainnya
(Swenson 1984). Jumlah eritrosit hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 di
bawah ini.
Tabel 3 Rata-rata jumlah eritrosit (juta /µL) sebelum dan sesudah infeksi
Perlakuan
K0
K(-)
P1
P2
K(+)
Rata-rata

Sebelum Infeksi
P0
2.42±0.38a
2,50±0,28a
2,57±0,19a
2,52±0,05a
2,56±0,14a
2,51±0,22a

Sesudah Infeksi
Pi 1
Pi 2
2,38±0,39a
2,53±0,33a
2,08±0,37a
2,10±0,37a
a
2,44±0,19
2,61±0,38a
2,37±0,54a
2,37±0,54a
a
2,36±0,40
2,50±0,34a
2,33±0,39a
2,42±0,41a

Rata-rata
2,44±0,35ab
2,22±0,38b
2,54±0,26a
2,42±0,42ab
2,48±0,31ab

Keterangan : 1. Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan perbedaan yang
nyata (p