Efek suplementasi multivitamin mineral terhadap kadar Malondialdehid (MDA) plasma remaja putri

i

EFEK SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL
TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PLASMA
REMAJA PUTRI

GIAN NUBEKTI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

ABSTRACT
GIAN NUBEKTI. The effect of multivitamin mineral supplementation to
malondialdehyde plasma of female adolescent. Supervised by RIMBAWAN &
MIRA DEWI.
The objective of this study was to analyze effect of multivitamin mineral

(MVM) supplementation to malondyaldehide plasma of female adolescent.
Design of this study was the quasi experimental with control, double blind.
Samples were First Common Year female students of Bogor Agricultural
University (TPB-IPB). The 28 samples consisted of 11 anemia and 17 nonanemia were divided into control and intervention group. There were control
anemia group (6 samples), intervention anemia group (5 sampels), control nonanemia group (7 samples) and intervention non anemia group (10 samples).
Intervention group received MVM supplement 15 ml/day that contained vitamin
B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, ferro gluconate,
calcium gluconate, mangan sulfate, and zinc sulfate, whereas control group
received placebo syrup. The malondialdehyde plasma was analyzed by TBARS
method. The statistical test (Anova) showed that malondialdehyde were relatively
homogenous in baseline and also endline (p>0,05). The results of paired sample
t-test showed that there were no significant changing in plasma malondyaldehide
concentration in all groups (p>0.05) respectively. Based on this result, we
concluded that there was no influence of multivitamin mineral suplementation to
plasma malondialdehyde on female adolescent.
Keyword: Anemia, female adolescent, multivitamin mineral supplement, hemoglobin,
plasma malondialdehyde.

iii


RINGKASAN
GIAN NUBEKTI. Efek Suplementasi Multivitamin Mineral Terhadap Kadar
Malondialdehid (MDA) Plasma Remaja Putri. Dibimbing oleh RIMBAWAN dan
MIRA DEWI.
Anemia memberikan banyak dampak dalam kehidupan. Penelitian yang
dilakukan El Azab et al. (2008) dan Emokpae et al. (2010) menunjukkan bahwa
kondisi kekurangan hemoglobin dapat menyebabkan penurunan sistem
pertahanan tubuh. Salah satu penanganan anemia dapat dilakukan dengan
pemberian suplementasi Fe ataupun suplemen multivitamin mineral (MVM).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan pemberian MVM lebih efektif dalam
menangani anemia. Pemberian suplemen besi saja dalam kasus tertentu dapat
menyebabkan peningkatan stres oksidatif dalam tubuh. Dalam penelitian ini
sampel diberikan suplemen multivitamin mineral yang selain diharapkan dapat
memperbaiki status besi tubuh juga dapat memperbaiki status oksidatif tubuh.
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian suplemen multivitamin mineral terhadap kadar malondialdehid remaja
putri. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi karakteristik
sosial ekonomi dan status gizi sampel, 2) Menganalisis frekuensi pangan
antioksidan sampel, 3) Menganalisis asupan dan tingkat kecukupan energi dan
zat gizi rata-rata sampel, 4) Menganalisis hubungan antara kadar hemoglobin

dan kadar malondialdehid, dan 5) Menganalisis pengaruh pemberian suplemen
multivitamin mineral terhadap kadar MDA plasma.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental tersamar ganda
dengan kontrol. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 28 orang yang terbagi
kedalam 4 kelompok perlakuan: Kontrol anemia, kontrol non-anemia, intervensi
anemia, dan intervensi non-anemia. Analisis kadar MDA dilakukan di
laboratorium Biokimia Gizi Departemen Gizi Masyarakat, IPB, dengan metode
TBARs. Analisis kadar Hb dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia dengan
metode cyanmethemoglobin. Penelitian dilaksanakan pada April-September
2012.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer berupa
data karakteristik sampel, status gizi, konsumsi, dan data kadar MDA. Data
karakteristik sampel dan data konsumsi diperoleh melalui wawancara kuisioner.
Data status gizi diperoleh melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan serta
persen lemak tubuh pada saat sebelum dan sesudah intervensi. Data konsumsi
diperoleh melalui kuisioner food frequency dan food record. Wawancara food
frequency dilakukan di awal penelitian, sedangkan pengisian food record
dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu pada hari kerja dan hari libur
selama 56 hari intervensi. Data-data dari food record diolah menggunakan
Nutrisurvey untuk memperoleh asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat

gizi. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk memperkirakan total asupan
antioksidan pangan antioksidan sampel. Kandungan antioksidan pangan
diperoleh melalui The Antioxidant Food Table (Carlsen et al. 2010). Analisis MDA
dilakukan di awal dan akhir penelitian.
Seluruh data diolah menggunakan Ms. Excel dan SPSS 16.
Pengelompokan tingkat kecukupan energi dan protein adalah 110%
berlebih (Depkes 1996). Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dikelompokkan
menjadi 0.05).
Asupan dan tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C,
vitamin B1, B2, B6, kalsium, Fe dan seng dari makanan tidak berbeda nyata
pada seluruh kelompok perlakuan (p>0.05). Dengan adanya suplementasi,
asupan vitamin C, vitamin B1, B2, B6, Fe, dan seng berbeda nyata antara
kelompok kontrol anemia dan non anemia dengan kelompok intervensi anemia
dan nonanemia, sedangkan asupan dan tingkat kecukupan kalsium masih tetap
relatif sama pada seluruh kelompok perlakuan. Rata-rata asupan antioksidan
pangan seluruh kelompok perlakuan adalah sebesar 2.44 mmol/hari.
Tingkat kecukupan energi sampel sebanyak 43% (n=12) berada pada
kategori defisit berat dan 40% (n=11) sampel dalam kategori defisit sedang.
Tingkat kecukupan protein sampel sebagian besar berada dalam kategori normal
(57%). Tingkat kecukupan vitamin A sampel 100% (n=28) berada dalam kategori

cukup, sedangkan tingkat kecukupan vitamin E, vitamin C, vitamin B1, zat besi,
vitamin B2, B6 sampel sebagian besar berada dalam kategori kurang.
Rata-rata berat badan (BB) seluruh sampel sebelum dan sesudah
intervensi adalah 51.98±7.07 kg dan 51.46±7,65 kg. Rata-rata tinggi badan
sampel sebelum dan sesudah intervensi adalah 154.3±5.77 cm. Rata-rata persen
lemak tubuh sampel pada sebelum dan sesudah intervensi adalah sebesar
27.21% dan 27.24±4.51%. Tidak terdapat perbedaan nyata berat badan dan
tinggi badan antar kelompok perlakuan baik sebelum dan sesudah intervensi.
IMT dan persen lemak tubuh setelah intervensi berbeda nyata antara kelompok
perlakuan. Berdasarkan uji Paired t-test, berat badan, IMT dan persen lemak
tubuh tidak berubah secara nyata.
Rata-rata kadar malondialdehid plasma sebelum dan sesudah intervensi
adalah sebesar 1.44±0.27 μmol/L dan 1.37±10.19 μmol/L. Berdasarkan uji
Anova, tidak terdapat perbedaan nyata kadar MDA pada seluruh kelompok
perlakuan, baik sebelum dan sesudah intervensi. Uji paired t-test menunjukkan
tidak terdapat perubahan yang nyata kadar MDA sebelum dan sesudah
intervensi pada seluruh kelompok perlakuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian suplemen MVM tidak berpengaruh terhadap kadar MDA plasma.
Berdasarkan uji Korelasi ditunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara
kadar hemoglobin dengan kadar malondialdehid. Namun berdasarkan data

penelitian awal dan akhir penelitian menunjukkan adanya kecenderungan bahwa
sampel dengan kadar hemoglobin lebih rendah memiliki kadar MDA lebih tinggi.
Selain itu semakin besar peningkatan hemoglobin maka semakin besar pula
penurunan kadar malondialdehid.

v

EFEK SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL
TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PLASMA
REMAJA PUTRI

GIAN NUBEKTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vi

Judul

:

Efek Suplementasi Multivitamin Mineral terhadap Kadar
Malondialdehid (MDA) Plasma Remaja Putri
: Gian Nubekti
: I14080004

Nama
NIM

Disetujui oleh


Dr. Rimbawan
Pembimbing 1

dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si
Pembimbing 2

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vii

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek
Suplementasi Multivitamin Mineral Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA)

Plasma Darah Remaja Putri” sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk
memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan
usulan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Mama dan Papa tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan
senantiasa berdoa untuk kesuksesan penulis. Adikku tersayang atas
dukungan persaudaraan yang selalu diberikan kepada penulis.

2.

Dr. Rimbawan dan dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si selaku dosen pembimbing
yang senantiasa membimbing, memberikan saran, masukan, dan arahannya
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas
semua bimbingan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis.

3.


Dr.Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji
atas segala kritik, saran, dan masukan yang telah diberikan kepada penulis.

4.

Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas
segala bimbingan dan masukannya selama ini.

5.

Bapak Mashudi, sebagai pembimbing di Laboratorium Biokimia Gizi dan
Analisis Pangan dan Gizi atas segala ilmu dan bimbingan yang luar biasa
diberikan kepada penulis.

6.

Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor yang telah menyediakan
dana untuk penelitian ini.

7.


Mahasiswi-mahasiswi

Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB, sebagai

responden dalam penelitian yang bersedia mengikuti rangkaian penelitian
dari awal hingga akhir.
8.

Rama Andhita Setiawan, Miftahul Jannah, Angga Hardiansyah, Nazhif
Giffari, Dea Amanda, Finata Rastic Andrari, Ni Putu Ayuning Wulandari, Rani
Prawitasari D, Rahayu Kania R, Megah Stefani, Dheanni Fitria Y, Desti
Sagita P, Marsha, Dini, Kenyar, Ayu Sekar, Wina, Ishlah, Ina, Encang, Raya,
Restu, dan Viga. Terima kasih atas semangat, kebersamaan dan perjuangan
dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

viii

9.

Seluruh Staf Tata Usaha Gizi Masyarakat, atas semua kelancaran
administratif dan bantuan yang telah diberikan selama penulis kuliah di
Departemen Gizi Masyarakat.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala
bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi penelitian
selanjutnya.

Bogor, Maret 2013

Gian Nubekti

ix

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Banjarnegara pada tanggal 08 September 1989. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Sarbini dan Ibu Supriyati.
Pendidikan SD ditempuh di SDN Korpri III Baleendah dan SDN 1 Semampir,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Banjarnegara dan SMPN
1 Mataram. Pada tahun 2008, penulis lulus dari SMAN 1 Mataram dan
mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswi penulis aktif dalam berbagai kegiatan
kampus. Pada tahun 2009-2012, penulis aktif dalam himpunan keprofesian
HIMAGIZI (Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi) sebagai staf Informasi dan
Komunikasi, serta Staf Hubungan Kemasyarakatan. Pada tahun 2012, penulis
menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Gizi Dalam Daur Kehidupan (GDDK)
dan Ekonomi Pangan dan Gizi (EPG). Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif
sebagai anggota dalam

Perkumpulan Pecinta Tari Saman Institut Pertanian

Bogor (IPB), Bungong Puteh. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitian
baik skala regional maupun nasional. Selain itu, penulis merupakan penerima
beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) periode 2011-2012.
Penelitian yang berjudul “Efek Suplementasi Multivitamin Mineral
Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma Darah Remaja Putri” dilakukan
sebagai tugas akhir penulis untuk meraih gelar Sarjana Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
merupakan salah satu program Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian
Bogor dalam upaya menangani berbagai masalah gizi anemia di Tingkat
Persiapan

Bersama (TPB-IPB)

dan mendapatkan

dana dari

Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012.

Direktorat

x

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI

x

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

3

Tujuan umum

3

Tujuan khusus

3

Hipotesis

4

Manfaat Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5

Remaja

5

Anemia

6

Suplementasi Zat Besi

8

Zat Besi

9

Vitamin C

9

Kalsium

10

Mangan

11

Seng

11

Radikal Bebas

12

Antioksidan

14

Parameter untuk Menilai Status Oksidatif (Kadar MDA)

15

KERANGKA PEMIKIRAN

17

METODOLOGI PENELITIAN

19

Tempat dan Waktu

19

Desain Penelitian

19

Teknik dan Penarikan Contoh

19

Pelaksanaan Suplementasi

20

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

21

Pengolahan dan Analisis Data

23

xi

Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sampel

27
27

Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga

27

Umur

29

Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Sampel

29

Status Gizi Antropometri

30

Konsumsi Pangan

33

Kebiasaan Konsumsi Pangan Antioksidan
Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

34
36

Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

36

Asupan dan Tingkat Kecukupan Vitamin

39

Asupan dan Tingkat Kecukupan Mineral

44

Asupan Antioksidan Pangan

47

Suplementasi Multivitamin Mineral

47

Kepatuhan Konsumsi Suplemen

47

Konsumsi Suplemen

49

Kadar Malondialdehid Plasma

50

Kadar Malondialdehid Plasma Sebelum Intervensi

50

Kadar Malondialdehid Plasma Setelah Intervensi

52

Pengaruh Pemberian Suplemen Multivitamin Mineral terhadap Kadar
Malondialdehid Plasma

53

Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kadar Malondialdehid

55

KESIMPULAN DAN SARAN

59

Kesimpulan

59

Saran

60

DAFTAR PUSTAKA

61

LAMPIRAN

66

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15

16
17
18
19
20
21
22
23
24

Angka kecukupan gizi usia remaja perempuan
Batas normal kadar hemoglobin
Kandungan zat gizi suplemen multivitamin mineral
Variabel, indikator dan cara pengumpulan data
Kategori dan kriteria untuk setiap variabel penelitian
Karakteristik sosial-ekonomi sampel dan keluarga sampel menurut
kelompok perlakuan
Rata-rata sebaran umur sampel pada masing-masing kelompok
Pemasukan dan pengeluaran pangan perbulan sampel pada masingmasing kelompok
Rata-rata berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh dan persen
lemak tubuh sampel menurut kelompok sebelum dan sesudah
suplementasi
Rata-rata frekuensi konsumsi pangan tinggi dan kaya antioksidan
Asupan energi dan protein dari makanan dan suplemen multivitamin
mineral pada masing-masing kelompok perlakuan
Tingkat kecukupan gizi energi dan protein masing-masing kelompok
perlakuan
Sebaran sampel menurut tingkat kecukupan energi dan protein pada
masing-masing kelompok perlakuan
Asupan vitamin A, vitamin E, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, dan
vitamin B6 dengan dan tanpa asupan suplemen multivitamin mineral
Angka kecukupan vitamin A, vitamin E, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2,
dan vitamin B6 dari makanan dan suplemen pada masing-masing
kelompok perlakuan
Sebaran sampel menurut tingkat kecukupan vitamin A, vitamin E, vitamin
B1, vitamin B2, dan vitamin B6 pada masing-masing kelompok perlakuan
Asupan mineral dari makanan dan suplemen pada masing-masing
kelompok perlakuan1
Tingkat kecukupan zat gizi kalsium, zat besi dan seng dari makanan dan
suplemen pada masing-masing kelompok perlakuan
Sebaran sampel menurut tingkat kecukupan kalsium, zat besi, dan seng
dari makanan dan suplemen pada masing-masing kelompok perlakuan
Asupan antioksidan pangan per hari sampel selama suplementasi
Tingkat kepatuhan konsumsi suplemen multivitamin mineral berdasarkan
kuisioner kepatuhan dan penimbangan sisa suplemen
Rata-rata asupan zat gizi dari suplemen multivitamin mineral per hari
sampel selama intervensi pada masing-masing kelompok perlakuan
Sebaran kadar malondialdehid plasma sampel sebelum intervensi pada
masing-masing kelompok perlakuan
Sebaran sampel menurut kadar malondialdehid plasma sebelum
intervensi pada masing-masing kelompok perlakuan

6
7
21
22
24
28
29
29

30
34
37
38
38
39

42
42
44
46
46
47
48
50
51
53

xiii

25 Kadar malondialdehid plasma sebelum dan sesudah intervensi
26 Rata-rata kadar malondialdehid berdasarkan kategori anemia pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi

Halaman
53
56

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi oksidasi dan reduksi vitamin C
2 Sistematika eliminasi ROS di dalam tubuh dan pembentukan radikal
hidroksil (OH*) melalui reaksi Haberr-Weiss dan Fenton
3 Diagram alir kerangka pemikiran pengaruh pemberian suplemen
multi vitamin mineral terhadap kadar MDA
4 Rancangan penelitian
5 Rata-rata kadar malondialdehid plasma sebelum intervensi masingmasing kelompok perlakuan
6 Rata-rata kadar malondialdehid plasma sesudah intervensi masingmasing kelompok perlakuan
7 Kadar Hb dan malondialdehid sebelum dan sesudah intervensi
pada masing-masing kelompok perlakuan

10
13
18
21
51
52
55

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Langkah-langkah analisis kadar malondialdehid metode TBARs
(Soewoto et al. 2001)
2 Kadar malondialdehid dan kadar hemoglobin seluruh sampel
sebelum dan sesudah intervensi
3 Analisis uji statistik oneway Anova kadar malondialdehid plasma
sebelum, sesudah dan selisih MDA intervensi
4 Uji Paired T-test kadar malondialdehid sebelum dan sesudah
intervensi
5 Uji korelasi kadar hemoglobin dengan kadar malondialdehid
6 Kuisioner penelitian

67
68
69
69
70
71

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Remaja merupakan periode penting karena merupakan kehidupan di
antara periode anak-anak dan dewasa (Turner & Helms 1991). Perkembangan
seorang anak menjadi dewasa merupakan suatu tahap yang penting. Remaja
merupakan periode dalam kehidupan yang secara gizi perlu dipertimbangkan
karena tiga sebab, yaitu adanya peningkatan energi dan zat gizi yang sangat
besar akibat pertumbuhan dan perkembangan fisik yang pesat, perubahan gaya
hidup dan kebiasaan makan remaja yang mempengaruhi asupan dan zat gizi,
serta adanya kelompok remaja yang memiliki kebutuhan gizi khusus (Ricket
1995).
Secara khusus, terdapat empat masalah gizi utama yang masih dihadapi
Indonesia yaitu gangguan akibat kurang iodium (GAKI), anemia gizi besi (AGB),
kurang vitamin A (KVA), dan kurang energi dan protein (KEP) (Atmarita 2005).
Ruel (2001) menyatakan kekurangan zat besi atau lebih dikenal dengan anemia
gizi besi (AGB) merupakan masalah gizi kurang yang banyak diderita oleh
remaja putri. Anemia adalah suatu kondisi kekurangan sejumlah eritosit dan
hemoglobin (salah satu bentuk heme) yang membatasi pertukaran oksigen dan
karbondioksida dari darah ke jaringan (Stopler dalam Mahan & Stump 2008).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa dari 2 milyar
penduduk dunia, sekitar 40% dari total penduduk tersebut mengalami anemia.
Grup populasi yang memiliki prevalensi anemia paling besar adalah wanita hamil
dan tua (50%), bayi dan anak-anak usia 1-2 tahun (48%), anak sekolah (40%),
wanita tidak hamil (35%), dan anak usia prasekolah (25%). Empat dari enam
penelitian pada remaja menunjukkan prevalensi anemia remaja berkisar antara
32-55% pada masing-masing gender (Kurz et al. dalam Kraemer & Zimmermann
2007). Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2008), prevalensi anemia di
Indonesia masih cukup tinggi yaitu pada remaja wanita (26,50%), wanita usia
subur (40,1%), dan anak balita (47,0%).
Berdasarkan data prevalensi yang disebutkan, defisiensi besi merupakan
suatu masalah endemik yang merupakan masalah paling umum terjadi dalam
dunia kesehatan wanita. Selain itu, dampak yang dapat ditimbulkan oleh anemia
juga begitu tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Emokpae et al (2010)
menunjukkan bahwa salah satu dampak yang ditimbulkan dari anemia adalah
rendahnya sistem pertahanan tubuh terhadap radikal bebas yang diperlihatkan

2

melalui rendahnya serum glutation peroksidase, superoxide dismutase dan
katalase yang lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh El-Azab et al (2008) juga menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kadar Hb dengan stres oksidatif. Semakin rendah
kadar hemoglobin, maka stres oksidatif meningkat. Hal ini mengharuskan
diberikannya pencegahan dan pengobatan menggunakan zat besi (Fe) pada
penderita anemia (Orozco et al. 2010). WHO merekomendasikan pencegahan
anemia pada usia reproduktif dengan memberikan

suplementasi zat besi

sebanyak 60 mg/hari. Dalam kondisi tertentu, pemberian suplemen besi yang
berlebih pada tubuh dapat menyebabkan peningkatan stres oksidatif tubuh.
Penelitian yang dilakukan pada binatang dan manusia telah menunjukkan
bahwa suplementasi besi dan stres oksidatif saling berkaitan (Kamp &
Donangelo 2008). Lund et al. dalam Orozco et al. (2010) menyatakan bahwa
pada penelitian yang dilakukan di Norwich, UK pemberian suplementasi Fe
sebesar 60 mg/hari (sesuai rekomendasi WHO) dan sebesar 240 mg/hari pada
populasi dengan status defisiensi anemia sangat tinggi, keduanya dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan stres oksidatif di usus (intestinal lumen).
Hasil penelitian Lund et al. (1999), menunjukkan bahwa suplementasi besi
sebanyak 19 mg/hari selama 2 minggu dapat meningkatkan stres oksidatif
secara in vitro sebanyak 40% pada feses sampel yang dikumpulkan selama
intervensi.
Baik kondisi anemia maupun suplementasi besi saja dapat menyebabkan
efek peningkatan stres oksidatif tubuh atau peningkatan kadar MDA. Hal ini
sesuai dengan penelitian oleh Knutson et al (2000) yang menyatakan bahwa baik
defisiensi besi maupun suplemen besi dapat meningkatkan stres oksidatif.
Kondisi stres oksidatif pada subjek anemia baik dengan atau tanpa suplementasi
besi dalam berbagai penelitian tersebut menarik peneliti untuk menganalisis stres
oksidatif pada remaja putri dengan anemia dan tidak anemia.
Stres oksidatif terjadi apabila jumlah radikal yang ada dalam tubuh lebih
tinggi dibandingkan dengan jumlah antioksidan tubuh. Radikal bebas dalam
tubuh akan paling mudah menyerang komponen makro seperti protein, lemak,
dan unsur DNA termasuk karbohidrat (Winarsi 2007). Pengukuran radikal bebas
dalam tubuh yang paling umum adalah mengukur kerusakan jaringan lipid
dengan mengukur senyawa malondialdehid (MDA) yang
peroksidasi lipid (Reilly et al 1991 dalam Arkhaesi 2008).

merupakan produk

3

Pada penelitian ini sampel diberi suplemen multivitamin mineral.
Suplemen multivitamin mineral dalam berbagai penelitian menunjukkan peranan
yang lebih baik dalam mengatasi anemia dan sistem pertahanan tubuh. Briawan
(2008) menyatakan bahwa kapsul B-MV (multivitamin mineral) berhasil
memperbaiki status besi lebih baik dibandingkan perlakuan lain (kapsul besifolat).

Penelitian

yang

dilakukan

Ernawati

(2009)

menunjukkan

bahwa

multivitamin mineral lebih mampu memperbaiki status antioksidan primer dalam
tubuh dibandingkan perlakuan lain (plasebo, plasebo + TT, vitamin C, vitamin C +
TT, dan MVM+TT). Pemberian multivitamin mineral dalam penelitian ini selain
mengandung zat besi juga mengandung zat gizi lain seperti vitamin C dan seng
sebagai vitamin antioksidan, sehingga diharapkan selain dapat memperbaiki
status besi juga dapat memperbaiki status antioksidan dalam tubuh yang
ditunjukkan oleh penurunan kadar malondialdehid.
Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian suplemen multivitamin mineral terhadap kadar malondialdehid
remaja putri.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi sampel
2. Mengidentifikasi status gizi antropometri sampel
3. Menganalisis frekuensi pangan sumber antioksidan sampel
4. Menganalisis asupan dan tingkat kecukupan energi dan

zat gizi, serta

asupan total antioksidan pangan sampel
5. Mengetahui kadar malondialdehid plasma sampel sebelum dan sesudah
intervensi
6. Menganalisis pengaruh pemberian suplemen multivitamin mineral terhadap
kadar malondialdehid
7. Menganalisis hubungan kadar hemoglobin dengan kadar malondialdehid
plasma

4

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terjadi perbaikan status antioksidan dalam tubuh sampel setelah intervensi
yang diperlihatkan oleh menurunnya kadar malondialdehid.
2. Terdapat hubungan antara kadar malondialdehid dengan kadar hemoglobin
sampel
3. Kadar malondialdehid plasma pada sampel anemia lebih tinggi dibandingkan
dengan sampel tidak anemia
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pemilihan
suplementasi Fe yang tepat kepada remaja anemia. Pemberian suplementasi
yang tepat selain dapat meningkatkan kadar hemoglobin, semakin baik jika
mampu

meningkatkan

status

oksidatif

dengan

menurunkan

kadar

malondialdehid. Penelitian ini penting untuk menambah pengetahuan ilmiah,
bahwasannya dampak yang ditimbulkan anemia secara lebih luas kembali
adalah adanya pengaruh terhadap status oksidatif tubuh, sehingga diperlukan
penanggulangan yang lebih baik.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
Remaja (adolescent) adalah individu yang berkembang dari masa kanakkanak menuju kedewasaan (Neufeldt & Guralnik 1996 dalam Valentini &
Nisfiannoor 2006). Valentini & Nisfiannoor (2006) mengemukakan definisi remaja
yang dikemukakan WHO pada tahun 1974 yaitu individu yang berkembang dari
saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat
ia mencapai kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa, dan individu
yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menjadi suatu
kemandirian.
Rentang usia individu sebagai remaja berbeda-beda. Menurut Papalia et
al. (2004), individu pada masa remaja berusia antara 11 tahun sampai dengan 20
tahun. Menurut Valentini & Nisfiannoor (2006), usia remaja yakni antara 12 tahun
sampai dengan 21 tahun. Sarwono (2003) dalam Valentini & Nisfiannoor (2006),
mengemukakan bahwa usia remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 19
tahun, namun definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah individu yang
berusia antara 11 tahun sampai dengan 24 tahun dan belum menikah. Secara
umum, masa remaja terbagi dalam beberapa kelas yaitu remaja awal (early
adolescent) usia antara 10-13 tahun, remaja pertengahan (middle adolescent)
usia 14-17 tahun, dan remaja akhir (late adolescent) usia 18-21 tahun (Badriah
2005).
Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena
berbagai sebab. Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena
peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan yang dramatis. Kedua,
perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi baik asupan
maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja yang mempunyai kebutuhan gizi
khusus yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olahraga, menderita penyakit
kronis, sedang hamil, melakukan diet secara berlebihan, pecandu alkohol atau
obat terlarang (Almatsier et al. 2011).
Penetapan Angka Kecukupan Gizi (AKG) energi dan protein usia remaja
sukar ditentukan karena besarnya variasi pada kecepatan pertumbuhan, aktivitas
fisik, laju metabolisme, keadaan fisiologis, dan kemampuan beradaptasi pada
usia remaja. Untuk alasan praktis, Angka Kecukupan Gizi remaja dikategorikan
berdasarkan

usia

kronologis

dan

bukan

berdasarkan

perkembangan

6

kematangannya. Dengan demikian para praktisi hendaknya berhati-hati dalam
menggunakan AKG, terutama dalam penilaian perorangan. Untuk kelompok
remaja, AKG dapat digunakan sebagai pedoman umum dalam menilai penduduk
yang

beresiko

kurang

mengkonsumsi

membandingkan asupan perorangan,
mempertimbangkan

faktor

makanan.

perlu diingat

keamanan,

dengan

Akan
bahwa

demikian

tetapi

dalam

AKG

sudah

maka

asupan

perorangan di bawah AKG tidak secara otomatis berarti asupan gizinya kurang
atau tidak mencukupi kebutuhannya (Almatsier et al. 2011). Angka kecukupan
gizi usia remaja ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1

Angka kecukupan gizi usia remaja perempuan

Zat Gizi
Energi (kkal)
Protein (g)
Vitamin A (RE)
Vitamin D (μg)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (μg)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin
Asam folat
Piridoksin (mg)
Vitamin B12 (μg)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Magnesium (mg)
Besi (mg)
Yodium (μg)
Seng (mg)
Selenium (μg)
Mangan (mg)
Fluor (mg)

10-12 (tahun)
2050
50
600
5
11
35
1
1
12
300
1.2
1.8
50
1000
1000
180
20
120
12.6
20
1.6
1.8

Remaja
13-15 (tahun)
2350
57
600
5
15
55
1.1
1
13
400
1.2
2.4
65
1000
1000
230
26
150
15.4
30
1.6
2.4

16-18 (tahun)
2200
55
600
5
15
55
1.1
1
14
400
1.2
2.4
75
1000
1000
240
26
150
14
30
1.6
2.5

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004

Anemia
Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin.
Hal ini mengakibatkan jumlah sel darah merah berkurang atau jumlah sel darah
merah normal namun hemoglobin subnormal (Sloane 1995). Anemia merupakan
kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin kurang dari normal
(Depkes 2008). Nilai tersebut berbeda-beda untuk kelompok umur dan jenis
kelamin sebagaimana ditetapkan oleh WHO seperti tercantum pada Tabel 2.

7

Tabel 2 Batas normal kadar hemoglobin
Kelompok
Anak

Dewasa

Umur
1-4 tahun
5-11 tahun
12-14 tahun
Laki-laki (≥15 tahun)
→anita (≥15 tahun)
Wanita hamil

Hemoglobin (g/dl)
11
11.5
12
13
12
11

*WHO (2001)

Berikut ini adalah beberap jenis anemia berdasarkan Sloane (1995):
1. Anemia hemoragi terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara
bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi
normal
2. Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan makanan,
penurunan daya absorbsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan
3. Anemia apiastik (sumsum tulang tidak aktif), ditandai dengan penurunan sel
darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan
radiasi berlebihan, keracunan zat kimia atau kanker
4. Anemia sel sabit (sickle sel anemia) adalah penyakit keturunan dimana
hemoglobin berbeda dari hemoglobin normal dikarenakan ada pergantian satu
asam amino pada rantai polipetida beta.
Faktor resiko anemia berdasarkan Gibney et al. (2009) adalah simpanan
zat besi yang buruk, ketidak cukupan gizi, peningkatan kebutuhan, malabsorbsi
dan kehilangan, hemoglobinopati (pembentukan hemoglobin yang abnormal),
dan obat serta faktor lainnya. Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang
banyak memberikan dampak negatif. Emokpae et al. (2010) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa pada subjek anemia khususnya kelompok subjek yang
mengalami anemia hemolitik kronik memiliki serum glutation peroksidase,
superoxide dismutase dan katalase yang lebih rendah dibandingkan pada
kelompok kontrol. Selain itu, malondialdehid, C-reactive protein dan fibrinogen
secara signifikan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol
baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Malondialdehid berkolerasi negatif
dengan superoksida dismutase (SOD) (p < 0,01), glutathione peroxidase (p <
0,05) dan berkolerasi positif dengan C - reactive protein dan fibrinogen.
Hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah sangat berpotensi
terkena stres oksidatif yang disebabkan adanya ketidakseimbangan antara
produksi Reaktive Oxygen Species (ROS) dengan antioksidan yang ada dalam
tubuh.

8

Penelitian yang dilakukan oleh El-Azab et al. (2008) juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara kadar Hb dengan stres oksidatif (MDA).
Penelitiannya dilakukan terhadap pasien yang mengalami anemia berat akibat
hemodialisis ginjal. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan bahwa rata-rata kadar
MDA pada pasien hemodialisis signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol (p