Habitat Use of Malayan Sun Bear at Conservation Area of PT. RAPP Meranti Estate.

PENGGUNAAN RUANG OLEH BERUANG MADU
DI AREAL KONSERVASI PT. RAPP
ESTATE MERANTI

NUR ANITA GUSNIA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggunaan Ruang oleh
Beruang Madu di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya ilmiah saya kepada
Institut Pertanian Bogor.


Bogor, September 2013

Nur Anita Gusnia
NIM E351100041

SUMMARY
NUR ANITA GUSNIA. Habitat Use of Malayan Sun Bear at Conservation Area
of PT. RAPP Meranti Estate. Under supervised by AGUS PRIYONO KARTONO
and HARNIOS ARIEF.
The malayan sun bear (Helarctos malayanus Raffles 1821) in Indonesia can
only be found on the island of Sumatera and Borneo. Malayan sun bear are
experiencing populations and habitat threats either caused by natural or humans
disturbance. Malayan sun bear that exist in the conservation area of Meranti
Estate needs to be efficiently managed so that this species remain sustainable.
Conservation efforts need to be supported by scientific information based on the
existence and condition of suitable habitat for this species.
This research was conducted in Conservation Area of PT. RAPP Meranti
Estate, Pelalawan, Riau from June to July 2012. The objectives of this study were
to identify the existence and habitat use of sun bear and also to identify dominant

habitat components that determine the presence of sun bear. The methods of this
study were vegetation analysis, line transect, field observation and drawing the
habitat profile.
Vegetation analysis were made in two vegetation type that is Tall Pole
Forest (TPF) and Transition Forest (TRF). Sixty seven plant species from thirty
families were found in TPF. TPF was dominated by Syzygium inophyllum and
Madhuca motleyana. Fifty seven plant species from twenty six families were found
in TRF. TRF was dominated by Acmena acuminatissima, S. inophyllum,
Mangifera griffithii and Blumeodendron tokbrai.
The existence of sun bear determined by indirect encounter survey. Habitat
use by sun bear was both on TPF and TRF vegetation type. Sun bear only use
trees on their daily activity. Average height and diameter at breast height of the
trees that used by sun bear was 20 m and 51 cm. Based on factor analysis, the
dominant habitat factors that determined the existence of sun bear were
vegetation density, canopy cover, the amount of tree and feeding tree individual,
the amount of tree and feeding tree species and the distance from production
area.
Key words: dominant factors, habitat use, malayan sun bear

RINGKASAN

NUR ANITA GUSNIA. Penggunaan Ruang oleh Beruang Madu di Areal
Konservasi PT. RAPP Estate Meranti. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO
KARTONO dan HARNIOS ARIEF.
Keberadaan beruang madu (Helarctos malayanus Raffles 1821) di
Indonesia dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Beruang madu
mengalami berbagai ancaman populasi dan habitat baik yang terjadi secara alami
maupun akibat manusia. Beruang madu yang dapat ditemukan di kawasan Estate
Meranti menyebabkan perlu dilakukan pengelolaan agar keberadaannya tetap
lestari. Upaya konservasi yang dilakukan perlu didukung oleh informasi ilmiah
mengenai keberadaan populasi dan kondisi habitat yang sesuai bagi spesies
tersebut sehingga dapat disusun suatu strategi pengelolaan yang efektif.
Penelitian dilakukan di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti yang
terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Juni hingga Juli 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keberadaan beruang madu di Estate Meranti, penggunaan ruang beruang madu
dan faktor dominan habitat penduga keberadaan beruang madu di Estate Meranti.
Metode penelitian yaitu analisis vegetasi, transek jalur, observasi lapang dan
pemetaan diagram profil habitat.
Analisis vegetasi dilakukan pada tipe vegetasi hutan tiang tinggi (TPF) dan
hutan transisi (TRF). Jumlah jenis vegetasi yang ditemukan pada TPF sebanyak

67 jenis yang termasuk dalam 30 famili dan didominasi oleh kelat putih (Syzygium
inophyllum) dan bengku (Madhuca motleyana). Jumlah jenis vegetasi yang
ditemukan pada TRF sebanyak 57 jenis yang termasuk dalam 26 famili dan
didominasi oleh kelat merah (Acmena acuminatissima), kelat putih (S.
inophyllum), salakeo (Mangifera griffithii) dan tempurung bintang
(Blumeodendron tokbrai).
Keberadaan beruang madu diketahui melalui perjumpaan tidak langsung.
Beruang madu menggunakan ruang baik pada tipe vegetasi TPF maupun TRF.
Vegetasi yang dijadikan tempat beraktivitas yaitu pohon dengan ketinggian dan
diameter rata-rata masing-masing 20 m dan 51 cm. Komponen habitat yang
berpengaruh terhadap keberadaan beruang madu yaitu kerapatan vegetasi,
penutupan tajuk rata-rata, jumlah jenis pohon dan pohon pakan, jumlah individu
pohon dan pohon pakan dan jarak dari kawasan produksi.
Kata kunci: beruang madu, faktor dominan, penggunaan ruang

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

PENGGUNAAN RUANG OLEH BERUANG MADU
DI AREAL KONSERVASI PT. RAPP
ESTATE MERANTI

NUR ANITA GUSNIA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS.

Judul Tesis

: Penggunaan Ruang oleh Beruang Madu di Areal Konservasi
PT. RAPP Estate Meranti

Nama

: Nur Anita Gusnia

NIM

: E351100041

Program Studi : Konservasi Biodiversitas Tropika

Disetujui

Komisi Pembimbing
Ketua

Anggota

Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si
Ketua

Dr. Ir. Harnios Arief, M.Sc.F
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Konservasi Biodiversitas Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr.


Tanggal Ujian: 28 Agustus 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Assalamualaikum wr.wb.
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan sebaikbaiknya. Karya ilmiah ini berjudul Penggunaan Ruang oleh Beruang Madu di
Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti. Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si dan
Bapak Dr. Ir Harnios Arief, M.Sc.F selaku dosen pembimbing. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada PT. Riau Andalan Pulp and Paper dan
Tropenbos International Indonesia Programme atas fasilitas yang telah diberikan
dalam menunjang penelitian penulis di Estate Meranti. Penulis menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan baik pada isi maupun teknis penulisan tesis ini. Oleh
karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb.


Bogor, September 2013

Nur Anita Gusnia

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur tak hentinya saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala kekuatan, kesempatan dan rezeki yang telah diberikan kepada saya
sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya. Banyak pihak
yang telah terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini. Tidak ada kata yang lebih
tepat selain terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam
membantu penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.

Komisi pembimbing; Bapak Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si dan Bapak
Dr. Ir. Harnios Arief, M.Sc.F. Terima kasih atas kesediaannya meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan sehingga tesis
ini dapat rampung dengan baik.

2.


Dosen penguji; Bapak Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS atas saran dan kritik
yang telah diberikan dalam perbaikan karya ilmiah ini.

3.

Dosen-dosen pengajar di Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika
Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan banyak ilmu dan wawasan
selama penulis menuntut ilmu.

4.

PT Riau Andalan Pulp & Paper atas pemberian izin serta dukungan dana dan
fasilitas yang telah diberikan sehingga memudahkan penulis dalam
menyelesaikan penelitian.

5.

Tropenbos International Indonesia Programme atas supervisi serta bantuan
fasilitas dalam penyediaan data penunjang penelitian.


6.

Tubagus M. Maulana Yusuf sebagai rekan dalam pengambilan data juga
teman teristimewa yang telah bersedia untuk selalu berbagi dan bertukar
pikiran selama penulisan karya ilmiah ini.

7.

Seluruh staf lapang dan pimpinan Departemen Forest Protection di PT. RAPP
Estate Meranti atas kesediaannya menerima penulis untuk melakukan
penelitian juga akomodasi dan transportasi yang telah diberikan sehingga
dapat memudahkan dalam pengambilan data.

8.

Sekretariat Pascasarjana KVT atas dukungan administratif terbaik yang telah
diberikan.

9.

Teman-teman KVT dan MEJ 2010 atas berbagai obrolan dan diskusi yang
mencerahkan serta kebersamaan dan kekompakan yang telah diberikan.

10. Teman-teman terbaikku; Maria Wawo, Fitri Kartika Sari, Khairunnisa NF,
Rentry Augusti, Puji A, Nila Rosa dan Etta Naeni.
11. Kedua orang tua tercinta untuk segala limpahan kasih sayang, doa, dukungan
moril dan materil, waktu dan perhatian yang telah diberikan. Kakak dan
adikku tersayang Meditha Yukarani dan M. Rafif Aryastya, yang selalu
memberikan semangat dan keceriaan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu penulisan tesis ini dan tidak bisa ditulis satu persatu. Semoga tesis ini
dapat bermanfaat untuk pembaca dan penulis. Sekali lagi, terima kasih yang
sebesar-besarnya, semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah diberikan.

Bogor, September 2013

Nur Anita Gusnia
E351100041

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN

v

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
3
3
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Bio-ekologi Beruang Madu
Pemilihan Habitat
Penggunaan Ruang
Status Konservasi
Ancaman Populasi dan Habitat

4
7
7
8
8

3 METODE
Kerangka Pemikiran
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Data yang Dikumpulkan
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data

9
9
11
11
12
17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

20
40

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

50
50

DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

55

(i)

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Klasifikasi penutupan tajuk pohon (Augeri 2005)
Jenis, variabel dan sumber data
Jejak beruang madu yang ditemukan berdasarkan tipe jejak
Jenis-jenis vegetasi yang terdapat jejak beruang madu
Indeks nilai penting di setiap tingkat pertumbuhan di TPF
Indeks nilai penting di setiap tingkat pertumbuhan di TRF
Kerapatan total vegetasi di TPF dan TRF
Indeks keanekaragaman jenis vegetasi di TPF dan TRF
Indeks kesamaan komunitas antara TPF dan TRF
Ketinggian dan diameter pohon rata-rata yang digunakan beruang madu
Karakteristik ruang yang sering digunakan oleh beruang madu

(ii)

14
16
22
24
27
27
28
29
30
38
47

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi penelitian
Bentuk transek jalur pengamatan beruang madu
Metode garis berpetak
Klasifikasi bentuk tajuk pohon menurut Dawkins (1958)
Klasifikasi bentuk profil pohon menurut Dawkins (1958)
Jejak beruang madu
Peta sebaran beruang madu berdasarkan tipe variasi lokal vegetasi
Jumlah jenis vegetasi di Estate Meranti
Frekuensi perjumpaan jejak beruang madu berdasarkan klasifikasi
bentuk tajuk pohon
Frekuensi perjumpaan jejak beruang madu berdasarkan klasifikasi
penutupan tajuk pohon
Frekuensi perjumpaan jejak beruang madu berdasarkan klasifikasi
penutupan tajuk pohon rata-rata
Frekuensi perjumpaan jejak beruang madu berdasarkan kedalaman
gambut
Peta sebaran beruang madu berdasarkan kedalaman gambut
Frekuensi perjumpaan jejak beruang madu berdasarkan jarak dari
jalan
Peta sebaran beruang madu berdasarkan jarak dari jalan
Frekuensi perjumpaan jejak beruang berdasarkan jarak dari sungai
Peta sebaran beruang madu berdasarkan jarak dari sungai
Frekuensi perjumpaan beruang berdasarkan jarak dari kawasan
produksi
Peta sebaran beruang berdasarkan jarak dari kawasan produksi
Peta penggunaan ruang oleh beruang madu di Estate Meranti
Lubang pada pohon Shorea teysmanniana

(iii)

10
11
12
13
14
15
23
25
26
31
32
33
34
34
35
35
36
36
37
37
39
41

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5

Daftar jenis vegetasi di Estate Meranti
Profil pohon pada setiap jalur transek
Hasil perhitungan uji chi square
Hasil perhitungan analisis faktor
Hasil perhitungan analisis korelasi Pearson

(iv)

56
61
66
68
71

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beruang madu merupakan spesies beruang terkecil yang dapat ditemukan di
Indonesia dari delapan spesies beruang yang ada di dunia (Lekagul & McNeely
1977). Beruang berwarna hitam dengan tanda unik berbentuk huruf U atau V di
lehernya ini memiliki kebiasaan bermalas-malasan di bawah sinar matahari
sehingga dinamakan juga beruang matahari (sun bear) serta memiliki kegemaran
terhadap madu sehingga dinamakan beruang madu (Sastrapradja et al. 1982).
Beruang madu termasuk satwa yang dilindungi oleh perundang-undangan di
Indonesia. Peranan beruang madu selain menjaga keseimbangan ekosistem hutan
juga turut membantu persebaran biji dari buah-buahan yang mereka makan
(McConkey & Galetti 1999). Beruang ini juga dapat mengendalikan populasi
serangga yang menjadi sumber pakannya.
Beruang madu di Indonesia dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan
Kalimantan. Satwaliar ini menempati tipe habitat rawa, hutan dataran rendah dan
hutan pegunungan sampai dengan ketinggian 2000 m di atas permukaan laut
(Fredriksson et al. 2008, Sastrapradja et al. 1982). Menurut Fredriksson et al.
(2008), meskipun termasuk ordo karnivora, spesies ini merupakan omnivora
oportunistik yang memakan rayap, semut, larva kumbang, larva lebah, madu dan
berbagai spesies buah-buahan. Satwa ini dapat menjadi hama yang merusak
perkebunan coklat, karet dan kelapa sawit (MacKinnon 1986) diduga akibat
konversi habitat alami mereka menjadi perkebunan.
Beruang madu mengalami berbagai ancaman baik yang terjadi secara alami
maupun akibat manusia. Ancaman populasi antara lain penangkapan liar,
perdagangan beruang maupun bagian-bagian tubuhnya, pembunuhan beruang
ketika terjadi konflik dengan manusia dan beruang yang mati kelaparan akibat
kurangnya ketersediaan pakan di habitatnya. Ancaman habitat antara lain
fragmentasi dan isolasi habitat, degradasi hutan, konversi lahan, kebakaran dan
kekeringan (Servheen 1998). Berbagai permasalahan yang terjadi tersebut apabila
tidak segera ditanggulangi maka dapat mempercepat penurunan populasi beruang
madu sampai akhirnya dapat menyebabkan kepunahan.
Semenanjung Kampar merupakan salah satu ekosistem hutan gambut yang
masih tersisa di Sumatera. Kawasan ini memiliki luas 671 125 ha yang terdiri atas
hutan gambut dan bakau yang merupakan kawasan perlindungan karbon serta
habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar. Sejak tahun 1970-an,
sebagian besar Semenanjung Kampar telah dibagikan sebagai konsesi
pengusahaan hutan. Meskipun demikian, masih terdapat sejumlah kawasan
konservasi dan kawasan perlindungan sempadan sungai yaitu Suaka Margasatwa
(SM) Tasik Belat, penyangga (buffer zone) SM Tasik Belat, SM Tasik
Besar/Tasik Metas, penyangga SM Tasik Besar/Tasik Metas, penyangga SM
Tasik Serkap-Tasik Sarang Burung, dan kawasan perlindungan sempadan sungai
(FPP 2010, TIIP 2010a). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 375/Kpts-II/1998 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan
Pelestarian Plasma Nutfah di Hutan Produksi, mengharuskan kepada setiap
pemegang Hak Pengusahaan Hutan atau Hak Pengusahaan Hutan Tanaman

2
Industri untuk menunjuk sebagian areal kerjanya sebagai KPPN dengan luas
minimum 300 hektar dan maksimum 500 hektar. Selain itu, para pemegang HPH
atau HPHTI tidak boleh melakukan kegiatan eksploitasi di sepanjang kiri kanan
sungai dan kawasan sekitar mata air. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,
lebar di sepanjang kiri kanan sungai yang harus dilindungi untuk sungai kecil
(30 cm.
Kerapatan hutan cukup tinggi dengan kanopi hutan yang terdiri dari beberapa
lapisan (TIIP 2010a).
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
penggunaan ruang beruang madu adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi awal mengenai
keberadaan beruang madu di Estate Meranti. Informasi tersebut berupa tipe
habitat dan lokasi ditemukannya beruang madu baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hasil wawancara menjadi acuan sebelum melakukan survey
lapang serta peletakan petak pengamatan. Responden dalam wawancara yaitu
masyarakat sekitar Estate Meranti, staf lapang dan pengelola Estate Meranti.
b. Transek jalur
Transek jalur merupakan suatu metode pengamatan populasi satwaliar
melalui pengambilan contoh dengan bentuk unit contoh berupa jalur dengan
panjang dan lebar jalur pengamatan ditentukan terlebih dahulu (Kartono 2000).
Jalur pengamatan ditentukan sepanjang 260 m dan lebar jalur 20 m. Transek jalur
dilakukan untuk mengetahui lokasi keberadaan beruang madu. Bentuk dari
transek jalur pengamatan beruang madu disajikan pada Gambar 3.

Keterangan: O = posisi pengamat; BM = posisi beruang madu

Gambar 3 Bentuk transek jalur pengamatan beruang madu

13
1)

2)
3)
4)

Cara pengambilan data dengan transek jalur yaitu:
Menempatkan sejumlah transek jalur secara sistematis. Jalur transek
pertama ditentukan secara acak. Jalur ditempatkan di setiap tipe variasi
lokal vegetasi.
Menggambarkan letak setiap jalur pada peta kerja.
Menentukan arah lintasan pengamatan dengan menggunakan kompas
sehingga tidak berpotongan dengan jalur transek lain.
Berjalan sesuai jalur pengamatan sembari mengumpulkan dan mencatat
data jenis perjumpaan (cakaran/tapak/koyakan), mengambil koordinat
lokasi perjumpaan, menuliskan keterangan selengkap mungkin tentang
kontak/perjumpaan tersebut pada tally sheet.

c. Analisis vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui struktur dan komposisi
vegetasi di lokasi pengamatan. Metode analisis vegetasi yang dilakukan adalah
metode garis berpetak sebagaimana disajikan pada Gambar 4. Ketentuan ukuran
petak contoh untuk tingkat semai (tinggi 20 cm) 20 m x 20 m
(Soerianegara & Indrawan 2005). Jalur yang dibuat sepanjang 260 m dengan lebar
20 m.

Keterangan : A = Petak contoh pohon (20x20) m2
B = Petak contoh tiang (10x10) m2
C = Petak contoh pancang (5x5) m2
D = Petak contoh semai (2x2) m2

Gambar 4 Metode garis berpetak
d. Observasi lapang: dilakukan untuk mengambil data dan informasi mengenai
kondisi fisik dan biotik habitat beruang madu dari variabel-variabel yang
diamati. Metode ini juga dilakukan untuk mengambil data spasial berupa
titik-titik koordinat perjumpaan beruang madu untuk kemudian diolah dengan
ArcView. Data yang diambil dibedakan menjadi :
1) Komponen biotik
Komponen biotik yang diamati dalam penelitian ini yaitu struktur dan
komposisi vegetasi, bentuk, posisi dan penutupan tajuk serta profil pohon.
Data ini diambil untuk mengetahui gambaran kondisi habitat beruang madu
dari petak contoh pengamatan yang dibuat, meliputi kerapatan, frekuensi dan
dominansi suatu jenis, khususnya vegetasi pakan. Bentuk dan posisi tajuk
pohon diukur berdasarkan klasifikasi Dawkins (1958) disajikan pada Gambar

14
5 dan Gambar 6. Tajuk pohon ditentukan berdasarkan observasi lapang
kemudian dibedakan berdasarkan klasifikasi Dawkins tersebut. Posisi tajuk
pohon ditentukan berdasarkan posisi tajuk dalam menerima cahaya matahari
yang datang dari atas.

Gambar 5 Klasifikasi bentuk tajuk pohon menurut Dawkins (1958)

Penutupan tajuk rata-rata (average canopy cover) diduga berdasarkan
jumlah vegetasi berdiameter ≥ 10cm yang ada pada petak seluas 100m2.
Klasifikasi penutupan tajuk pohon yang digunakan menggunakan klasifikasi
dari Augeri (2005) seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi penutupan tajuk pohon (Augeri 2005)
Jumlah Pohon
0
1-1.2
1.3-2.4
2.4-3.5
>3.6

% Geographic Coverage
0%
1-25%
26-50%
51-75%
76-100%

Skor
0
1
2
3
4

15

Gambar 6 Klasifikasi bentuk posisi tajuk pohon menurut Dawkins (1958)

2) Komponen abiotik
Data komponen abiotik yang dikumpulkan yaitu kedalaman gambut,
jarak lokasi perjumpaan beruang terhadap sungai, jalan dan kawasan produksi.
Jarak lokasi perjumpaan beruang diukur untuk kemudian dianalisis hubungan
dan pengaruh setiap komponen tersebut terhadap keberadaan beruang. Data
kedalaman gambut diperoleh dengan cara mengambil koordinat GPS lokasi
kemudian melihat informasi kedalaman gambut dari koordinat tersebut
dengan menggunakan peta kontur kedalaman gambut. Data kedalaman
gambut digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan beruang madu dalam
berpindah atau mobilisasi. Data jarak jejak dari sungai, jalan dan kawasan
produksi diketahui dengan cara mengukur jejak beruang yang ditemukan
terhadap tepi sungai, jalan dan kawasan produksi terdekat secara tegak lurus.
3) Faktor dominan habitat
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data keberadaan beruang madu
melalui perjumpaan langsung maupun tidak langsung (tapak, cakaran,
kotoran, sisa pakan), kondisi vegetasi dan beberapa faktor fisik dan biotik di
habitat tersebut. Jenis, variabel dan sumber data yang diamati disajikan pada
Tabel 2.

16
Tabel 2 Jenis, variabel dan sumber data
No
1
2
3

Jenis Data
Frekuensi perjumpaan jejak
Kerapatan vegetasi
Bentuk tajuk pohon

Variabel
Y
X1
X2

4

Posisi tajuk pohon
X3

5
6
7
8
9
10

Penutupan tajuk rata-rata
Jumlah individu pohon
Jumlah jenis pohon
Jumlah individu pohon pakan
Jumlah jenis pohon pakan
Kedalaman gambut

X4
X5
X6
X7
X8

11
12
13

Jarak dari jalan
Jarak dari sungai
Jarak dari kawasan produksi

X10
X11
X12

X9

Sumber Data
Observasi lapang
Pengukuran di lapangan
Observasi
lapang
&
klasifikasi
Dawkins
(1958)
Observasi
lapang
&
klasifikasi
Dawkins
(1958)
Klasifikasi Augeri (2005)
Analisis vegetasi
Analisis vegetasi
Analisis vegetasi
Analisis vegetasi
Peta kedalaman gambut
(TIIP 2010a)
Peta kawasan
Peta kawasan
Peta kawasan

e. Pembuatan herbarium: dilakukan terhadap jenis-jenis vegetasi yang belum
bisa teridentifikasi di lapangan. Tahapan dalam pembuatan herbarium di
lapangan adalah sebagai berikut (Bridson & Forman 1998, Rugayah 2004):
1) Pengumpulan material herbarium. Material herbarium yang lengkap
mengandung ranting, daun muda dan tua, kuncup, bunga muda dan tua
yang mekar, serta buah muda dan tua.
2) Pencatatan data tumbuhan dengan menggunakan buku catatan atau tally
sheet.
3) Pembuatan label gantung yang diikat pada material herbarium. Satu label
untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulis kode (singkatan
nama), kolektor, nomor koleksi, nama lokal tumbuhan yang dikumpulkan
tersebut.
4) Pengolahan dan pengawetan dengan metode pengeringan bertahap.
Material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih sekitar
3 menit kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Lipatan
kertas koran berisi material herbarium tersebut selanjutnya ditumpuk, di
press lalu dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan.
Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan
mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi
busuk.
5) Identifikasi material herbarium. Material herbarium diidentifikasi
taksonominya (spesies, genus, famili, ordo) baik dengan cara
mencocokkan spesimen dengan buku panduan lapang tumbuhan maupun
di lembaga ahlinya seperti Herbarium Bogoriense LIPI.
f. Pemetaan diagram profil habitat: dilakukan untuk mengetahui struktur
vegetasi dari suatu habitat. Hasil pemetaan ini dapat memberikan gambaran

17
mengenai bentuk penggunaan ruang oleh beruang madu secara vertikal.
Vegetasi yang dijadikan unit contoh yaitu pohon. Profil pohon ditentukan
dengan cara mengukur dan mencatat jenis, diameter, tinggi bebas cabang,
tinggi total, tinggi tajuk, lebar tajuk dan posisi pohon dalam petak contoh
berukuran 100 m x 20 m. Pembuatan diagram profil habitat dilakukan dengan
menggunakan AutoCad 2006.

Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis keberadaan beruang madu
Keberadaan beruang madu berupa frekuensi total dari perjumpaan jejak
cakaran, koyakan dan tapak kaki yang ditemukan. Data sebaran populasi beruang
madu tersebut disajikan dalam bentuk gambar dan tabulasi serta dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Data sebaran populasi juga dianalisis secara spasial dan
disajikan dalam bentuk peta.
2. Analisis komponen biotik habitat
a. Analisis komposisi dan dominansi jenis vegetasi
Hasil analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui komposisi jenis dan
dominansi. Dominansi suatu jenis pohon ditunjukkan dalam besaran indeks nilai
penting (INP). Untuk tingkat tiang dan pohon, INP merupakan penjumlahan nilai
kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR).
Persamaan yang digunakan untuk perhitungan besaran-besaran tersebut adalah
sebagai berikut (Soerianegara & Indrawan 2005):

Kerapatan suatu jenis

=

Kerapatan relatif (KR) =
Freku