Keanekaragaman Ektoparasit Pada Beberapa Spesies Tikus

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA
BEBERAPA SPESIES TIKUS

MUSLIMIN S

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keanekaragaman Ektoparasit
pada Beberapa Spesies Tikus adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Januari 2015

Muslimin S
NIM A351120021

RINGKASAN
MUSLIMIN S. Keanekaragaman Ektoparasit pada Beberapa Spesies Tikus.
Dibimbing oleh NINA MARYANA dan SWASTIKO PRIYAMBODO.
Tikus berperan penting sebagai hama di lingkungan pertanian sehingga
menyebabkan kerugian secara ekonomis, demikian juga pada kesehatan manusia
dan hewan di perkotaan. Pada tubuh tikus terdapat arthropoda yang dikenal
sebagai ektoparasit. Ektoparasit yang hidup pada tubuh tikus mempunyai
hubungan yang erat dengan inangnya. Ektoparasit menyukai inang tertentu, inang
pilihan, atau inang kesukaan. Pada tubuh tikus ditemukan berbagai jenis
ektoparasit yaitu kutu, pinjal, tungau, dan caplak. Seringkali ektoparasit tersebut
ditemukan pada waktu yang bersamaan dan dikenal sebagai poliparasit. Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh data tentang keanekaragaman ektoparasit pada
berbagai spesies tikus dan habitatnya. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai informasi baru tentang spesifikasi inang dan toleransi
ektoparasit terhadap lingkungan inang, baik untuk pengendalian ektoparasit

sebagai penular penyakit atau hama, maupun sebagai koleksi referensi untuk ilmu
pengetahuan.
Penangkapan tikus dilakukan pada habitat rumah, kebun, sawah, dan got
(saluran air). Tikus ditangkap dengan menggunakan perangkap hidup tikus
dengan umpan ikan kering, tulang ayam, dan ubi jalar. Tikus yang tertangkap
dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diberi label, selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi tikus.
Ektoparasit diambil dari tubuh tikus yang tertangkap dan dijadikan sebagai
sampel, kemudian dilakukan identifikasi terhadap ektoparasit. Keanekaragaman
ektoparasit dianalisis dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman dari
Shannon-Weaver. Analisis kesamaan dilakukan untuk mengetahui perbedaan atau
kesamaan variasi komposisi jenis ektoparasit antara tikus dengan membandingkan
kuantitas dan keanekaragaman ektoparasit masing-masing kelompok tikus.
Analisis dilanjutkan dengan uji-t (α = 0.05).
Sebanyak 87 ekor tikus tertangkap selama penelitian di empat habitat tikus
yang berbeda. Jenis tikus diidentifikasi sebagai Rattus rattus diardii, R.
argentiventer, R. tiomanicus, dan R. norvegicus. Sebanyak 2 548 individu
ektoparasit yang ditemukan pada tubuh tikus terdiri dari lima spesies ektoparasit
yaitu, Hoplopluera pacifica Ewing (Phthiraptera: Hoplopleuridae), Polyplax
spinulosa Burmeister (Phthiraptera: Polyplacidae), Xenopsylla cheopis Rothschild

(Siphonaptera: Pulicidae), Laelaps nuttalli Hirst dan L. echidninus Berlese
(Acariformes: Laelapidae).
H. pacifica dan P. spinulosa ditemukan lebih banyak dari pada ektoparasit
lainnya. Pada tubuh tikus yang ditangkap, H. pacifica ditemukan sebanyak 1 383
individu (1 001 jantan dan 382 betina), P. spinulosa sebanyak 685 individu (155
jantan dan 530 betina), X. cheopis sebanyak 16 individu (9 jantan dan 7 betina), L.
nuttalli sebanyak 174 individu (61 jantan dan 113 betina), dan L. echidninus
sebanyak 290 individu (91 jantan dan 199 betina).
H. pacifica mempunyai ciri-ciri antara lain berukuran sedang sampai besar
dengan bentuk tubuh agak membulat. Lempeng paratergal (paratergal plate)

membesar dan pada bagian posterior melebar atau masing-masing sisi memiliki
cuping. Lempeng sternal (sternal plate) pada abdomen ruas ke-3 memanjang
sampai pada lempeng paratergal dan memiliki dua pasang seta yang kokoh pada
lempeng sternal. Bentuk lempeng sternal pada toraks meruncing pada bagian
posterior.
P. spinulosa mempunyai ciri-ciri tubuh berukuran kecil sampai sedang dan
berbentuk langsing. Tiap sisi dari lempeng sternal pada abdomen tidak pernah
mencapai sisi dari lempeng paratergal dan tidak terdapat seta yang kokoh pada
lempeng sternal. Lempeng sternal toraks berbentuk pentagonal.

Ciri-ciri yang dimiliki X. cheopis antara lain yaitu tidak memiliki pronotal
combs dan genal combs. Setiap ruas abdomen memiliki satu baris seta. Ketiga
ruas toraks mempunyai panjang yang sama dengan abdomen ruas pertama.
Terdapat seta (ocular bristle) yang kokoh dekat mata.
L. nuttalli mempunyai ciri-ciri antara lain ukuran tubuh sedang berbentuk
oval. Lempeng anal terpisah dari lempeng genito-ventral, sisi bagian anterior lurus
dengan anterior lateral.
L. echidninus memiliki ciri-ciri antara lain tubuh berukuran besar hingga
mencapai 2 mm pada tungau betina. Lempeng anal berhubungan dengan lempeng
genito-ventral. Lempeng anal membulat pada bagian depan dan mencapai bagian
cekungan dari lempeng genito-ventral.
Prevalensi rata-rata infestasi semua spesies ektoparasit pada tubuh tikus
sebesar 76.75%. Pravalensi ektoparasit pada tubuh R. norvegicus sebesar 88.9%,
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi pada ketiga spesies tikus
lainnya. Tingkat persentase prevalensi ektoparasit pada masing-masing tikus
relatif tinggi.
Nilai indeks keanekaragaman spesies ektoparasit relatif tinggi pada tikus
betina dari spesies R. rattus diardii yaitu 0.525. Berdasarkan hasil uji-t pada taraf
5% semua indeks keanekaragaman pada empat spesies tikus tidak berbeda secara
nyata.

Kata kunci: Hoplopleura pacifica, Polyplax spinulosa, Laelaps echidninus,
Rattus, Xenopsylla cheopis

SUMMARY
MUSLIMIN S. The Diversity of Ectoparasites on Some Species of Rats.
Supervised by NINA MARYANA and SWASTIKO PRIYAMBODO.
The rats are pests in agricultural environment which cause economic losses
and harm for human and animal health in urban areas. The rats were parasitized
by ectoparasitic arthropods which have a close relationship with rats as their
specific host. Various types of ectoparasites (polyparasites) such as lice, mites,
fleas, and ticks, are frequently found in the rat's body at the same time. The aim of
this research was to observe the diversity of ectoparasites on different species of
rats on their habitats. The research will be useful as new information about the
specifications of the host and the tolerance of ectoparasites on the host's
environmentfor controlling ectoparasites as borne diseases or pests. This research
will also be used by the further scientific researcher as a reference.
The rats were captured in four habitats such as house, garden, rice field, and
water sewage by using live traps with bait of dried fish, chicken bones, and sweet
potato. The rats were put into a labeled plastic bag, then taken to laboratory to be
identified. The ectoparasite sampels were collected from the bodies of rats that

were caughtand identified. The ectoparasite diversity index was analyzed by using
existing diversity formula from Shannon-Weaver. The similarity analysis was
conducted to know the difference or similarity of various composition of
ectoparasites by comparing quantity and diversity of ectoparasites on each group
of rats using t-test (α = 5%).
There were 87 rats caught from all the habitats (house, garden, rice field,
and sewage water). The four rat species trapped from four habitats were Rattus
rattus diardii, R. tiomanicus, R. argentiventer, and R. norvegicus. The total
number of 2 548 ectoparasites were collected from the rats of Hoplopluera
pacifica Ewing (Phthiraptera: Hoplopleuridae), Polyplax spinulosa Burmeister
(Phthiraptera: Polyplacidae), Xenopsylla cheopis Rothschild (Siphonaptera:
Pulicidae), Laelaps nuttalli Hirst and L. echidninus Berlese (Acariformes:
Laelapidae). H. pacifica were collected as many as 1.383 consist of 1 001 males
and 382 females), P. spinulosa species were 685 (155 male and 530 female), L.
echidninus were 290 (91 male and 199 female), L. nuttalli were 174 (61 male and
113 female), and X. cheopis were 16 (9 male and 7 female).
H. pacifica was in medium to large size and rounded. Posterior margins of
paratergal plates were broad or with pointed lobe on each side. First sternite of the
third abdominal segment was extended laterally with its corresponding paratergal
plate, this sternite bearing two groups of two or three stout setae. Sternal plate of

thorax was usually pointed posterior.
P. spinulosa was slim small to medium size. First sternite of the third
abdominal segment was never articulating with paratergal plate. Sternal plate of
thorax was usually pointed posterior or truncate, which were always associated
with a huge enlargement of the first antennal segment. The third to fifth paratergal
plates were only dorsal apical angle produced into a point.

X. cheopis with out pronotal and genal combs. Front margin of head
rounded. Ocular bristle in front of eye present. Three thoracic tergites together
was longer than first abdominal tergite.
L. nuttalli was medium size in average of 0.5-1 mm length, oval, separated
anal plate from genito-ventral plate, and straight anterior margin almost with
definite anterior-lateral corners. The characteristics of L. echidninus were large
size in average of 1-2 mm length, oval, anal plate being contiguous with the
genito-ventral plate, anterior margin rounded and fittet into a strong concavity in
genito-ventral plate.
The average prevalence of ectoparasite species of the rats captured revealed
that species of R. norvegicus were predominant (88.9%) followed by R. rattus
diardii (88.75%), R. argentiventer (83.35%), and R. tiomanicus (46%). Diversity
index of ectoparasites on the bodies of R. rattus diardii was predominant (0.525).

Statistical analysis with t-tests (α = 5%) of all index diversity between male and
female rodents infested with ectoparasites was not significantly different.
Keywords: Hoplopleura pacifica, Polyplax spinulosa, Laelaps echidninus,
Rattus, Xenopsylla cheopis

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA
BEBERAPA SPESIES TIKUS

MUSLIMIN S


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Drh Susi Soviana, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
tesis. Tesis ini adalah laporan hasil penelitian dengan judul “Keanekaragaman
Ektoparasit pada Beberapa Spesies Tikus” yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains di Program Studi Entomologi, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr Ir Nina Maryana, MSi sebagai
ketua komisi pembimbing, Dr Ir Swastiko Priyambodo, MSi selaku anggota
komisi pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran,
motivasi, serta bantuan dengan penuh keikhlasan selama pelaksanaan penelitian
dan penulisan tesis. Kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sepe Nada dan
Ibunda Datti dan saudara-saudaraku yang kucintai disampaikan terima kasih yang
dalam karena berkat doa dan dukungan merekalah penulis dapat melaksanakan
penulisan tesis. Semoga Allah SWT memberikan balasan amal baik mereka
dengan kebaikan yang tak terhingga.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman dari Program
Studi Entomologi 2012, serta semua pihak yang telah membantu kelancaran studi
penulis, mulai dari pendanaan sampai kepada pelaksanaan penelitian dan
selesainya studi magister penulis. Kepada Bapak Muh. Mansyur dan Bapak Tedi,
terima kasih atas semua bantuan dan fasilitas pelaksanaan penelitian.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan dunia pendidikan dalam
bidang ilmu pengetahuan. Saran dan kritik sangat diharapkan dalam perbaikan
tesis ini.

Bogor, Januari 2015
Muslimin S


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

vi
vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi Ektoparasit dengan Tikus
Spesies Tikus
Jenis Ektoparasit pada Tikus

3
3
3
5

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode
Analisis Data

10
10
10
11
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesies Tikus dan Persentase Terinfestasi Ektoparasit
Prevalensi Infestasi Ektoparasit pada Tikus
Ektoparasit yang Menginfestasi Tikus
Intensitas Infestasi Ektoparasit pada Tikus Berdasarkan Habitat Tikus
Intensitas Infestasi Ektoparasit pada Tikus Berdasarkan Spesies Tikus
Karakter Spesies Ektoparasit
Indeks Keanekaragaman Spesies Ektoparasit pada Tubuh Tikus

15
15
16
17
18
20
22
33

SIMPULAN

35

DAFTAR PUSTAKA

36

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Sebaran empat spesies tikus dan persentase tikus yang terinfestasi
ektoparasit pada empat habitat penangkapan
Jumlah individu masing-masing spesies ektoparasit yang menginfestasi
tikus
Jumlah tikus terinfestasi dan intensitas infestasi spesies ektoparasit
berdasarkan habitat tempat penangkapan dan jenis kelamin tikus
Jumlah tikus terinfestasi dan intensitas infestasi spesies ektoparasit
berdasarkan spesies dan jenis kelamin tikus
Perbandingan spesies H. pacifica dan P. spinulosa dari hasil penelitian
Perbandingan spesies tungau L. nuttalli dan L. echidninus dari hasil
penelitian
Indeks keanekaragaman ektoparasit pada R. rattus diardii,
R. argentiventer, R. tiomanicus, dan R. norvegicus

15
18
19
21
26
32
33

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Morfologi Hoplopleura pacifica
Morfologi Polyplax spinulosa
Morfologi Xenopsylla cheopis
Morfologi Laelaps echidninus
Morfologi Ixodes sp.
Peta Lokasi penangkapan sampel tikus di Sukamandi dan Dramaga
Perangkap hidup tikus
Prevalensi total infestasi pada R. rattus diardii, R. argentiventer,
R. tiomanicus, dan R. norvegicus
Hoplopleura pacifica
Polyplax spinulosa
Xenopsylla cheopis
Alat reproduksi Xenopsylla spp.
Laelaps nuttalli
Laelaps echidninus

6
6
7
8
9
10
11
17
23
25
27
28
29
31

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tikus berperan penting sebagai hama di lingkungan pertanian dan perkotaan
yang menyebabkan kerugian secara ekonomis. Tikus tersebut beserta
ektoparasitnya juga berperan dalam kesehatan manusia dan hewan (Walsh et al.
1993; Mayer et al. 1995; Singleton et al. 2003). Arthropoda ektoparasit pada
hewan pengerat merupakan vektor penting dari mikroorganisme patogen dan
parasit zoonosis seperti leptospirosis yang dapat berakibat fatal bagi manusia
(Singleton et al. 2003), sehingga selalu menjadi perhatian kalangan peneliti secara
luas. Hasil-hasil penelitian telah banyak dilaporkan dari kawasan tropik misalnya
dari Thailand oleh Johnson (1959), India oleh Mitchell (1966), Malaysia oleh Lim
(1970), dan Myanmar oleh King (1980). Di Indonesia penelitian pada ektoparasit
tikus telah dilakukan oleh Thompson (1938), Lim et al. (1980), Williams et al.
(1980), Hartini (1985), Kadarsan et al. (1986), dan Ristiyanto et al. (2004).
Ektoparasit pada hewan pengerat berdasarkan tempat hidupnya terdapat di
permukaan luar tubuh inang, termasuk di ruang telinga luar (Ristiyanto et al.
2004). Kelompok parasit ini juga meliputi parasit yang sifatnya tidak menetap
pada tubuh inang, tetapi datang dan pergi di tubuh inang. Seperti parasit lainnya,
ektoparasit juga memiliki spesifikasi inang, inang pilihan, atau inang kesukaan.
Proses preferensi ektoparasit terhadap inang antara lain melalui fenomena
adaptasi, baik adaptasi morfologis maupun biologis yang kompleks. Proses ini
dapat diawali dari nenek moyang jenis ektoparasit tersebut, kemudian diturunkan
kepada keturunannya. Menurut teori heterogenitas, ektoparasit dan inang adalah
dua individu yang berbeda jenis dan asal usulnya (Brotowidjoyo 1987). Walaupun
ektoparasit memilih inang tertentu untuk kelangsungan hidupnya, namun bukan
berarti pada tubuh inang tersebut hanya terdapat kelompok ektoparasit yang
sejenis. Paramasvaran et al. (2009), mengungkapkan bahwa ektoparasit pada
hewan pengerat diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama yaitu,
Phthiraptera (kutu), Siphonaptera (pinjal), Acariformes (tungau), dan
Parasitiformes (caplak). Hasil penelitian Ristiyanto et al. (2004) menunjukkan
bahwa kelompok tungau dan kutu menyukai dan menetap di punggung dan perut,
caplak di leher, larva tungau di dalam ruang telinga dan pangkal ekor, sedangkan
pinjal terdistribusi di seluruh tubuh, kecuali ekor.
Menurut Brotowidjoyo (1987), bila pada satu inang misalnya tikus
ditemukan berbagai jenis ektoparasit pada waktu yang bersamaan, maka hal
tersebut dikenal sebagai poliparasit. Parasitisme seperti ini biasanya disebabkan
oleh adanya lingkungan inang yang serasi dengan ektoparasit tersebut.
Ektoparasit pada hewan pengerat secara umum memiliki hubungan yang
erat dengan berbagai jenis tikus sebagai inangnya. Perpaduan kuantitas dan
kelimpahan relatif ektoparasit pada berbagai jenis tikus merupakan suatu indikator
keanekaragaman jenis ektoparasit yang dapat menggambarkan spesifikasi inang
terhadap jenis-jenis ektoparasit dan toleransi ektoparasit terhadap lingkungan
inangnya. Informasi tentang spesifikasi inang dan toleransi ektoparasit terhadap
lingkungan inang sangat berguna, baik untuk pengendalian ektoparasit sebagai
penular penyakit atau hama, maupun sebagai koleksi referensi untuk ilmu
pengetahuan. Namun penelitian keanekaragaman ektoparasit pada beberapa

2
spesies tikus dan habitatnya di wilayah Indonesia masih sangat jarang. Oleh
karena itu, peneliti mencoba untuk mengungkap data tentang keanekaragaman
ektoparasit pada berbagai spesies tikus di habitat yang berbeda.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang keanekaragaman
ektoparasit pada beberapa spesies tikus dari berbagai habitat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi baru tentang
spesifikasi inang dan toleransi ektoparasit terhadap lingkungan inang. Selanjutnya
dapat digunakan dalam pengendalian ektoparasit sebagai penular penyakit atau
hama, maupun sebagai koleksi referensi untuk ilmu pengetahuan. Jenis tikus dan
habitatnya juga berpengaruh pada kelimpahan keanekaragaman spesies
ektoparasit. Pengetahuan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang
pentingnya mengelola habitat atau lingkungan untuk mengurangi populasi tikus
dan ektoparasitnya.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah ditemukan keanekaragaman ektoparasit
pada tubuh tikus yang berbeda berdasarkan spesies tikus dan habitatnya.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Interaksi Ektoparasit dengan Tikus
Interaksi antara dua individu yang berlainan spesies bisa ditemukan dalam
suatu ekosistem. Interaksi bisa dikelompokkan berdasarkan untung dan rugi antara
spesies-spesies yang berinteraksi (Diba 2009). Prawasti (2011) mengungkapkan
bahwa salah satu cara mengkategorikan keragaman interaksi antar individu adalah
dengan mengamati pengaruh suatu individu terhadap kehidupan individu lain.
Pada kasus parasitisme, suatu individu parasit diuntungkan oleh interaksi yang
terjadi dan individu yang lain (inang) dirugikan. Dalam usaha untuk
mempertahankan hidup, parasit tidak membunuh inang. Kusumamihardja (1988)
menyatakan bahwa parasitisme hanya terjadi bila salah satu spesies bergantung
dan mendapatkan makanan serta perlindungan dari spesies yang ditumpanginya.
Kehadiran ektoparasit pada tubuh tikus dipengaruhi oleh lingkungan
meliputi habitat dan lingkungan tikus serta kesediaan makanan yang cukup bagi
tikus untuk menunjang kehidupan ektoparasit. Newey et al. (2005) menyatakan
bahwa inang berperan penting di alam dalam penentuan kehadiran parasit.
Kecocokan inang merupakan penyesuaian alami satu jenis parasit pada satu atau
beberapa inang. Parasit ini mempunyai batasan ekologi yang sempit pada
inangnya saja. Parasit selain mengganggu kehidupan inang, juga berperan sebagai
pengontrol dinamika produksi inang.
Tikus merupakan inang yang cocok bagi beberapa spesies ektoparasit
seperti kutu, pinjal, tungau, dan caplak. Tikus dapat terinfestasi oleh ektoparasit
karena adanya interaksi fisik inang; interaksi dapat berupa kontak seksual,
perkelahian atau karena hidup bersama dalam satu sarang (Rivera et al. 2003
dalam Prawasti 2011). Brown et al. (1995) melaporkan bahwa aktivitas seksual
menaikkan resiko inang tertular ektoparasit. Kadarsan et al. (1986)
mengemukakan bahwa kelompok kutu menetap pada bagian tubuh tertentu seperti
kepala dan punggung, pinjal ditemukan dekat dengan inang, baik rambut-rambut
maupun sarang inang, sedangkan tungau menyukai daerah punggung dan perut.
Prevalensi merupakan persentase spesies ektoparasit yang menginfestasi
tikus. Prevalensi berhubungan dengan habitat dan penyebaran inang (Pramiati
2002). Diba (2009) mengungkapkan bahwa intensitas merupakan derajat jenis
parasit yang menginfestasi inang. Prevalensi dan intensitas dari parasit yang
menginfestasi inang merupakan suatu pendekatan dalam pemahaman dampak
parasit terhadap populasi. Prevalensi infestasi tungau pada inang tidak selalu
berkorelasi positif dengan intensitas infestasi (Prawasti 2011).
Spesies Tikus
Tikus adalah satwa liar yang sangat sering berhubungan dengan kehidupan
manusia. Keberadaan tikus di muka bumi sudah jauh lebih tua daripada usia
peradaban manusia. Kehidupan tikus (untuk jenis tertentu) sudah sangat
tergantung pada kehidupan manusia. Dengan demikian, tikus merupakan hewan
liar yang sudah sangat beradaptasi dengan kehidupan manusia. Hubungan antara
tikus dengan manusia seringkali bersifat parasit, tikus mendapat keuntungan
sedangkan manusia sebaliknya, atau kleptoparasitik yaitu tikus memarasit
manusia dengan mencuri sumberdaya yang berharga. Tikus sering menimbulkan

4
gangguan dalam bidang pertanian, peternakan, permukiman, dan kesehatan
(Priyambodo 2006).
Tikus termasuk ke dalam Ordo Rodentia, Subordo Myormorpha, Famili
Muridae. Famili Muridae merupakan famili yang dominan dari Ordo Rodentia.
Anggota famili ini mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala
macam makanan (omnivorus) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang
dibuat oleh manusia. Anggota Genus Rattus yang diidentifikasi di Indonesia
sebanyak 32 spesies, sedangkan di Jawa hanya ditemukan 5 spesies. Jenis tikus
yang sering ditemukan di habitat lingkungan manusia adalah Rattus rattus diardii,
R. tiomanicus, R. argentiventer, dan R. norvegicus (Suyanto 2006).
Rattus rattus diardii Temminck, 1844
R. rattus diardii memiliki tekstur rambut agak kasar, warna permukaan
bawah tubuh coklat kemerahan sampai abu-abu kehitaman, permukaan atas tubuh
coklat kekuningan, bentuk hidung kerucut, bentuk tubuh silindris (Priyambodo
2006; Suyanto 2006). Tikus rumah ini mempunyai bobot tubuh 60-300 g, panjang
dari ujung kepala sampai ujung ekor 220-460 mm, panjang kepala dan badan 100210 mm, panjang ekor 120-250 mm, kaki belakang 30-37 mm, lebar daun telinga
19-23 mm, lebar sepasang gigi pengerat 3 mm dan mempunyai rumus puting susu
2+3 = 10 (dua pasang di bagian dada dan tiga pasang di perut) (Priyambodo
2006). Tikus ini banyak dijumpai di rumah bagian atap, kamar, dapur, gudang,
dan kadang-kadang juga ditemukan di kebun sekitar rumah.
R. rattus diardii mempunyai penyebaran geografi di seluruh dunia sehingga
disebut sebagai hewan kosmopolit. Selain itu, spesies ini juga merupakan rodens
komensial yang artinya berbagi meja, yaitu hewan yang sudah beradaptasi dengan
baik pada aktivitas manusia, serta menggantungkan hidupnya (pakan dan tempat
tinggal) pada kehidupan manusia (Priyambodo 2006).
Rattus tiomanicus Miller, 1900
R. tiomanicus memiliki tekstur rambut agak kasar, warna permukaan bawah
tubuh putih bersih, adakalanya putih kehitaman, permukaan atas tubuh coklat,
hitam kekuningan, bentuk hidung kerucut, bentuk tubuh silindris, ekor seragam
dan umumnya panjang, meskipun adakalanya pendek. Tikus pohon ini
mempunyai bobot tubuh 55-300 g, panjang dari ujung kepala sampai ujung ekor
310-450 mm, panjang kepala dan badan 130-200 mm, panjang ekor 180-250 mm,
kaki belakang 32-39 mm, lebar daun telinga 20-23 mm, lebar sepasang gigi
pengerat 3 mm dan mempunyai rumus puting susu 2+3 = 10. Habitat tikus ini
adalah perkebunan, hutan sekunder, semak belukar, dan pekarangan (Priyambodo
2006).
Menurut Priyambodo (2006), R. tiomanicus termasuk hewan arboreal
(tetumbuhan), yaitu hewan yang pandai memanjat, yang dicirikan dengan ekor
yang relatif panjang, serta tonjolan pada telapak kaki yang besar dan
permukaannya kasar. Kaki depan tikus dilengkapi dengan cakar yang berguna
untuk memperkuat pegangan, serta ekor sebagai alat untuk menjaga
keseimbangan pada saat memanjat.

5

Rattus argentiventer Robinson & Kloss, 1916
R. argentiventer memiliki ukuran sedang, ekor pendek, warna permukaan
bawah tubuh putih perak, permukaan atas tubuh campuran coklat dan kuning
(Suyanto 2006; Taggart et al. 2000). Tikus sawah ini mempunyai bobot tubuh 70300 g, panjang dari ujung kepala sampai ujung ekor 240-370 mm, panjang kepala
dan badan 130-210 mm, panjang ekor 110-160 mm, kaki belakang 32-39 mm,
lebar daun telinga 19-22 mm, lebar sepasang gigi pengerat 3 mm dan mempunyai
rumus puting susu 3+3 = 12. Menurut (Priyambodo 2006), tikus ini banyak
dijumpai di pertanaman padi dan tebu pada ketinggian